bab iii setting lokasi 3.1 sejarah emping melinjo di desa ...eprints.umm.ac.id/41711/4/bab...
TRANSCRIPT
44
BAB III
SETTING LOKASI
3.1 Sejarah Emping Melinjo di Desa Mejono
Mejono adalah desa yang berada di Kecamatan Plemahan,
Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Mejono merupakan sentra
produksi emping melinjo. Jumlah pengrajin emping belinjo di Desa
Mejono sampai tahun 2018 tercacat ada 21 pemilik home industri emping
melinjo. Proses pembuatan emping belinjo ini sudah mulai ada sejak
zaman pendiri desa dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini.
Akan tetapi dalam proses produksinya banyak masalah yang terjadi seperti
kekurangan modal, sebagian besar penggunaan alat yang masih bersifat
tradisonal dan pemasaran yang kurang stabil sehingga berdampak pada
menurunnya pendapatan para pengrajin, namun demikian industri ini
masih tetap bisa bertahan.
Tenaga kerja pada industri emping melinjo tidak sulit
mendapatkannya karena banyak dikerjakaan oleh keluarga atau tetangga
sendiri. Bahan baku sangat mendukung, dikarenakan banyak tanaman di
daerah kebupaten Kediri dan juga sekarang gampangnya mendapatkan
pengepul bahan mentah yang dari luar Kota Kediri. Baku yang digunakan
untuk proses produksi sudah tercukupi dari kebun sendiri atau dari daerah
sekitar jika mengalami dapat mendatangkan dari luar kota. Sedangkan
pemasaran berpengaruh terhadap kelangsungan industri rumah tangga
emping melinjo.
45
Adanya persaingan harga yang tidak sehat dengan pedagang dari daerah
lain menyebabkan penurunan pendapatan namun demikian dapat diatasi
dengan adanya tujuan pasar yang pasti sehingga produk tetap terjual. Alat
berpengaruh sebesar 50,8% terhadap kelangsungan industri emping belinjo
di Kecamatan Plemahan. Sebagian besar pengrajin memang masih
menggunakan alat tradisional tetapi sudah ada pengrajin yang memakai
alat yang semi modern (campuran) sehingga kesulitan pada penggunaan
alat dapat berkurang.
Melinjo (Gnetum gnemon) berasal dari Semenanjung Malaysia.
Distribusinya sekarang ini membentang dari daerah Assam sampai
Kepulauan Fiji. Namun ada orang yang kurang setuju dengan pendapat
tersebut; mereka beranggapan bahwa melinjo berasal dari Indonesia.
Tanaman ini oleh pendatang dibawa dari Amboina ke Penang pada tahun
1809, kemudian dibawa masuk lagi ke Indonesia. Di Indonesia, melinjo
merupakan tanaman yang tumbuh tersebar dimana-mana, banyak
ditemukan di tanah-tanah pekarangan rumah penduduk pedesaan dan
halaman-halaman rumah penduduk di kota. Ada yang sengaja ditanam,
banyak yang tumbuh tanpa perawatan sebagai tanaman sela diantara
tanaman-tanaman jenis lainnya. Nama tanaman ini di berbagai daerah di
Indonesia ternyata bermacam-macam, yakni belinjo, melinjo, bagor, so,
trangkil, dan tangkil sako, menunjukkan penyebarannya yang cukup luas.
Meskipun tanaman melinjo sudah lama dikenal orang dan dimanfaatkan,
tetapi baru akhir-akhir ini dibudidayakan secara khusus dan monokultur di
46
perkebunan-perkebunan seperti yang terdapat di Piddie (Aceh), Raja Batu
Kadaton (Lampung), dan di Limpung Jawa Tengah.
Melinjo merupakan tanaman asli Indonesia. Dan daerah penghasil
terbesar di Indonesia adalah daerah Aceh dan kepulauan Sumatera lainnya.
Sedangkan di Jawa Barat, penghasil buah melinjo terbanyak hanya
Kabupaten Kuningan dan Banten. Sebab masyarakat petani disana,
cenderung lebih senang menanam tanaman melinjo pada lahan tidur
maupun di pekarangan rumahnya. Maka tak heran, bila dari daerah ini
puluhan ton buah melinjo dikirim ke berbagai tempat baik ke Bandung,
Jakarta, Bogor dan kota besar lainnya. Bahkan kini melinjo telah diekspor
ke berbagai negara Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Serikat. Negara
paling banyak meminta buah melinjo, baik dalam kondisi segar maupun
olahan adalah Belanda, Amerika Serikat, Arab Saudi, Kuwait, dan
Singapura.
Emping melinjo merupakan salah satu bahan makanan ringan,
selain bernilai gizi tinggi juga memiliki cita rasa yang banyak disukai
masyarakat. Emping melinjo merupakan makanan istimewa dalam pola
makanan rakyat Indonesia. Berdasarkan kualifikasi tersebut dan didukung
dengan Perajinan yang intensifying dapat menjamin ketersediaan emping
tanpa di pengaruhi oleh waktu sehingga kebutuhan konsumen dapat
terpenuhi setiap saat. Emping melinjo merupakan salah satu komoditi
pengolahan hasil pertanian yang memiliki nilai tinggi, baik karena harga
jual yang relatif tinggi maupun sebagai komoditi ekspor yang dapat
mendatangkan devisa. Rendahnya produktifitas melinjo akibat dari
47
budidaya usahatani yang masih tradisional, sehingga berdampak
rendahnya produksi dan tidak mampu mencukupi menjamin pasokan
kebutuhan bahan baku. Kondisi ini mengakibatkan para pengusaha emping
melinjo untuk mencukupi bahan baku mendatangkan dari luar kabupaten
(Masyrofie, 1993:23).
Emping melinjo sekarang mudah di dapatkan dan dapat di jumpai
di berbagai daerah, di Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Kediri
Kecamatan Plemahan di Desa Mejono ini merupakah salah satu Desa yang
terkenal dengan Home Industri Emping Melinjonya. Home Industri adalah
rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Di katakan
sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini
dipusatkan di rumah. Home industri merupakan wadah bagi sebagian
besar masyarakat yang mampu tumbuh dan berkembang secara
mandiri dengan memberikan andil besar serta menduduki peran strategis
dalam pembangunan ekonomi (Foley, 2006:27).
Kualitas melinjo sangat menentukan emping yang dihasilkan.
Biji melinjo yang kualitasnya paling baik adalah biji melinjo yang
ukurannya terbesar dan sudah tua benar. Untuk mengetahui apakah biji
melinjo sudah tua benar adalah :
a. Apabila masih berkulit luar, maka warna kulit luarnya merah tua.
Sangat baik biji biji melinjo yang berkulit luar merah tua tersebut
jatuh dari pohon sendiri.
48
b. Apabila sudah tidak berkulit luar, maka biji melinjo itu
mempunyai kulit luar yang keras, berwarna cokelat kehitam-
hitaman, dan mengkilat. Hal ini penting, karena pada umumnya
produsen emping mendapatkan biji-biji melinjo dari pedagang
sudah dalam keadaan sudah tidak berkulit.
Pada umumnya proses pembuatan emping melinjo itu
menggunakan cara menggoreng sangan. Dengan dilengkapi pasir, maka
biji-biji melinjo yang digoreng sangan akan dapat masak secara merata
karena pasir sifatnya cepat menerima panas (dari api tungku atau kompor)
dan dengan mencampurkan biji-biji melinjo berbaur dengan pasir yang
panas sambil dibolak-balik, maka kemasakan biji melinjo dapat merata.
Selain itu, dengan cara menggoreng sangan maka aroma dan zat-zat yang
terkandung di dalam biji melinjo itu tidak hilang, sehingga akan diperoleh
emping melinjo yang rasanya lezat. Lain halnya bila direbus, aroma dan
zat-zat yang tekandung dalam biji melinjo akan larut dalam air rebusan.
Akibatnya, rasa empingnya kurang lezat dan aromanya yang khas itu
banyak berkurang.
Home Industri Emping melinjo di Desa Mejono pertama kali di
kembangkan oleh Surojaimin, Surojaimin merupakan pelopor pertama kali
yang mengembangkan Home Industri Emping di Desa Mejono. Pertama
kali ia ingin mengembangkan emping berawal dari mencoba-coba, dengan
memakan melinjo yang sudah di kupas dan ia merasakan enak sehingga ia
mencoba dengan hal baru yaitu dengan menumbuk emping menjadi pipih
sehingga bisa di goreng. Setelah di goreng ternyata rasanya enak sehingga
49
ia terus membuat untuk di buat lauk ketika makan. Tapi istriya
menyarankan kalau emping ini enak apa lagi kalau di kasih garam atau
bumbu lain dan istrinya pun menyarankan untuk menjual emping tersebut.
Sebelum di jual emping itu di kasihkan saudaranya-saundaranya untuk
merasakan bagaimana emping nyang di buatnya tersebut enak atau tidak.
Dan ternyata beberapa saudaranya menyukai dan beberapa saudaranya
juga ada yang tidak suka, tetapi mayoritas banyak yang suka, dari disitulah
ia dan istrinya mulai ingin menjualnya
Cara pengembangan jaman dahulu masih dalam bentuk kecil dan
alatnya juga sangat terbatas. Surojaimin mengawali usaha tersebut pada
tahun 1960. Ia mengembangkan usaha Home Industri emping tersebut
dengan saudara-saudaranya. Ia mengembangkan usaha Home Industri
Emping tersebut dengan bekerja sama dengan saudara-saudaranya,
sehingga lebih mudah dan gampang untuk mengolahnya. Surojaimin
memulai mencari jaringan Home Industri/pengepul bahan mentah pada
tahun 1963, pada tahun tersebut Ia memulai menjelajahi kota ke kota
untuk menjual dan juga mencari pengepul bahan mentah. Bahan mentah
atau tumbuhan di Kota Kediri maupun di Kabupaten Kediri sangat minim
apa lagi di daerah Pare khusunya.
Setelah menjelalah di berbagai kota seperti Semarang, Solo dan
Yogyakarta akhirnya Surojaimin menemukan pasar yang dimana disitu
menjual berbagai emping dari yang mentahan dan ada yang matang dan
ada rasanya. Dengan menemukan pasar tersebut Surojaimin mulai bekerja
sama dengan jaringan-jaringan pengepul emping disana.
50
Tahun 1965 Surojaimin mulai bekerja sama dengan
jaringan/pengempul Home Industri yang ada di Prambanan Yogyakarta
sehinga lebih mudah untuk mengembangkan di Desa Mejono. Bekerja
sama dengan saudara-saudaranya untuk mengolah dan memproduksi
emping tersebut dari bahan mentah ke barang jadi membuahkan hasil yang
sangat bagus sehingga membuat Home Industri Emping melinjo tersebut
laku untuk diperjual belikan. Pertama kali Surojaimin menjual emping
tersebut di Pasar Pare dengan menitipkan emping di berbagai toko-toko
kecil dan warung-warung makan, namun tidak laku keras akhirnya
Surojaimin memutuskan untuk menjualnya di pasar Kota Kediri. Dengan
menjual emping diberbagai pasar kediri akhirnya lumayan laku keras dan
juga Surojaimin mendapatkan jaringan/pengepul emping melinjo lagi.
Jaringan/pengempul tersebut akhirnya bekerja sama dengan
Surojaimin dengan menjual emping di berbagai daerah yaitu seperti daerah
Pasuruan Lamongan dan Surabaya, tetapi yang menjadi pelanggan tetap
adalah Kota Lamongan dan Kota Surabaya yaitu di berbagai pasar yang
ada disana. Dengan bekerja sam dengan jaringan/pengepul tersebut
membuat usaha semakin lancar dan berkembang namun alat-alat yang
masih tradisional yang menghambat proses usaha mereka dan juga tenaga
kerja. Karena kurangnya tenaga kerja ia bekerja sama dengan saudara dan
tetangga-tetangganya. Berjalan sekitar 2 tahun salah satu tetangga tersebut
ingin berhenti dan ternyata ingin mmbuka usaha sendiri dan menjadi
saingan usaha emping melinjo dari Surojaimin. Tetapi tetangga tersebut
tidak berjalan lama karena tidak mempunya jaringan/pengempul yang bisa
51
diajak bekerja sama sehingga mereka tidak bisa berjalan dengan lancar
usaha tersebut. Sehingga belum ada yang menyaingi usaha Emping
Melinjo di Desa Mejono.
Usaha emping melinjo tersebut berjalan sampai turun temurun ke
anaknya ketika ia sudah meninggal. Home industri emping melinjo
tersebut di teruskan oleh anaknya dan menantunya yaitu bernama Sutomo.
Pada home industri tersebut di turunkan ke anaknya yang dulunya
bekerjasama dengan PT Emping Melinjo Sumber Sinar. Emping Melinjo
dari bapak sutomo ini juga berawal karena ayahnya dulunya juga
mempunyai usaha emping melinjo tetapi tidak berjalan lama karena usia
sehingga usaha tersebut di teruskan oleh anak-anaknya salah satunya
bapak sutomo tetapi anak-anaknya yang lain tidak lama meneruskan usaha
beliau sehingga bapak sutomo lah yang meneruskan hingga searang. Home
Industri bapak sutomo ini dari tahun 1987 beliau bermula dengan menjual
di daerah pasar dan toko-toko di daerah pare dan di kediri.
Penjualan di daerah kediri tidak laku keras, sehingga bapak
Sutomo mencoba menjual ke berbagai kota seperti lamongan dan surabaya
dan ternyata bisa laku keras penjualanya sehingga bapak sutomo ini
mencoba membuka Home Industri yang lebih besar dengan menambah
kariyawan dan menambah berbagai macam emping melinjo. Setelah
dengan banyaknya kariyawan beliau mulai berani mendatangkan bahan
mentah seperti biji belinjonya dari kota lain seperti Yogyakarta,
sebelumnya beliau mendatangkan dari blitar dan di daerah kediri sendiri.
Setelah usahanya berjalan sekitar 7 tahun bapak sutomo di tawarkan oleh
52
adiknya nuntuk bergabung dengan PT Sumber Sinar tetapi tidak berjalan
lama hanya sekitar 2 tahun karena ketika baliau bergabung di PT Sunber
Sinar banyak hambatan yang membuat usaha dan keuntunganya menurun.
Contohnya seperti banyaknya karyawan yang korupsi dan tidak jujur
ketika bekerja membuat usahanya berantakan dan tidak berjalan lancar dan
juga ketika bergabung dengan PT Sumber Sinar membuat keuntungan
beliau harus membagi hasil pendapatan dengan pihak-pihak PT belum
juga harus membayar kariyawan yang bekerja dirumah sehingga membuat
pendapatan beliau menurun dan usahanya tidak begitu lancar. Akhirnya
pada tahun 1997 beliau memutuskan untuk tidak bergabung lagi dengan
PT Sumber Sinar dan memilih Home Industri seperti awal sampai
sekarang. Berikut struktur organisasi ketika Home Industri PT Adi
Makmur:
Tabel 3.1 Struktur Home Industri
PEMILIK HOME INDUSTRI
PENGIRIM BAHAN MENTAH
(PENGEPUL)
BENDAHARA
PENGIRIM BARANG JADI (PENGEPUL)
KARYAWAN PRODUKSI
KARYAWAN PENGIRIM
53
Home Industri Emping melinjo milik sutomo membuat peluang
kerja bagi masyarakat Desa Mejono sehingga banyak dukungan juga dari
masyarakat untuk membuka usaha Home Industri di Desa Mejono.
Sehingga sampai sekarang banyak Home Industri Emping Melinjo yang
ada di Desa Mejono, walaumpun banyak saingan tetapi justru membuat
usaha beliau menjadi suatu jaringan sosial yang dapat mempertahankan
Home Industri yang ada di Desa Mejono. Beliau mampu membuat saingan
Home Industri tersebut menjadi suatu kelompok untuk mempertahankan
suatu usaha yang ada di desa tersebut bisa di pertahankan sampai sekarang
bahkan kalau bisa bisa di pertahankan juga oleh anak-anak dan cucu
mereka. Faktor mempertahankan Home Industri Emping Melinjo adalah
dengan adanya jaringan sosial dalam perekonomian masyarakat sekitar
dalam mengembangkan usaha perlu adanya jaringan sosial diantara para
karyawan sebagai penguatan usaha untuk menghindari adanya
persaingan dan konflik.
Jaringan sosial diantara para karyawan dengan pengepul dalam
kesepakatan menentukan harga barang atau pun menentukan suatu bahan
baku yang berkualitas baik atau tidak. Seperti yang dikatakan oleh salah
satu karyawan Home Industri Melinjo oleh ibu Tutik salah satunya
mengungkapkan bahwa ada kerjasama dalam mencari bahan baku,
menentukan harga barang, dan kerjasama dalam mempertahankan
bagaimana kualitas Home Indutri emping melinjo di Desa Mejono ini tetep
berkualitas baik dari pada yang lainya. Hal tersebut terlihat adanya
usaha para karyawan dan pengepul tersebut terus memperluas
54
jaringannya dengan berbagai pihak, seperti kerjasama dengan sesama
Home Indutri Emping yang lain, pengepul dengan distributor, karyawan
dengan konsumen dan kerjasama dengan para Home Industri Emping
Melinjo lainya yang di Desa Mejono dalam meningkatkan usahanya.
Kerjasama tersebut didasari atas dasar kepentingan yang memiliki
tujuan yang telah disepakati dan saling membutuhkan antar Home Industri
Emping Melinjo.
3.2 Home Industri Emping Melinjo
Home Industri emping melinjo merupakan usaha industri atau
industri rumah tangga yang tidak berbentuk badan hukum dan
dilaksanakan oleh seseorang atau beberapa orang anggota rumah tangga
yang mempunyai tenaga kerja sebanyak empat orang atau kurang, dengan
kegiatan mengubah bahan dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi
atau dari yang kurang nilainya menjadi yang lebih tinggi nilainya dengan
tujuan untuk dijual. Pada home industri emping melinjo lebih seperti
pemberdayaan pada suatu desa, karena pada desa tersebut mayoritas
penduduknya bekerja sebagai buruh produksi atau pembuatan emping
melinjo, ada pun juga yang bekerja sebagai pengemasan sampai juga
pengiriman pada home industri emping melinjo sangat membutuhkan yang
namanya jaringan jaringan atau pengepul bahan baku pada emping
tersebut.
55
3.3 Modal
Modal untuk memulai industri emping melinjo, pengusaha
membutuhkan modal, baik untuk membeli peralatan maupun bahan-bahan
yang dibutuhkan. Sumber modal tersebut dapat berasal dari modal sendiri
atau modal pinjaman dari bank atau lembaga kredit lainnya. Home industri
emping melinjo ini modalnya 70% dari modal sendiri, 20%nya bersasal
dari bekerja sama dengan pihak lain atau seperti PT dan yang 10% hasil
pinjaman dari suatu koperasi/dari bank. Pada modal yang di gunakan home
industri emping melinjo ini sangat di perhatikan setiap tahunnya, karena
kuntungan dan kerigian nantinya bisa dilihat.
Modal akan kembali atau tidaknya juga dapat dilihat dari penjualan
emping melinjo setiap tahunnya, pada penjualan emping melinjo tersebut
di pastikan akan balik modal kembali ketika emping melinjo sudah
memenuhi penjualan yang diatas rata-rata pada penjualan, misalkan
biasanya di hari hari biasanya hanya menjual tidak sampai 1ton emping
melinjo setiap kali berangkat, tetapi pada hari-hari besar seperti hari raya
Idul Fitri yang sangat banyak sekali penjualanya sehingga dapat dipastikan
setiap tahun pasti bisa mengembalikan modal sebelumnya atau dapat
mengembalikan modal pinjaman dari pihak lain maunpun dari bank.
Tetapi dari semua penjualan tersebut tidak lepas dadi suatu nilai dan dan
suatu jaringan pada setiap penjualan karena penjualan selalu membutuhkan
jaringan suatu pengempul yang akan melancarkan atau memberikan suatu
jaringan bahan baku ataupun jaringan bagaimana konsumen disetiap kota
yang dituju, kemudian juga nilai bagaimana kualita emping yang bagus
56
atau tidaknya juga sangat mempengaruhi penjualan dan nantinya akan
mempengaruhi juga suatu modal dan juga kerugian atau keuntungan dari
modal tersebut.
3.4 Tempat Awal Home Industri Emping Melinjo
Home industri emping melinjo ini berada di Desa Mejono
Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri yang berdiri sejak tahun 1995
dan berada di salah satu rumah pelopor yang pertama kali membangun
usaha home industri emping melinjo sebelum sekarang di Desa tersebut
banyak sekali home industri lainya. Sejak turun temurun home industri
ini tidak berpindah tempat karena menurut pemilik home industri emping
melinjo ini berpindah tempat akan mengeluarkan banyak modal lagi
untuk membeli tanah atau membangun sebuah ruko untuk penjualan,
maka dari itu tempat awal dan sampai sekarang home industri emping
melinjo tetap berada di rumah dan tidak pindah sama sekali.
Selain karena membutuhkan modal untuk berpindah tempat,
berpindah tempat juga akan mempersulit dan menambah pekerjaan
karyawan untuk mengambil emping-emping yang sedang di produksi
pada buruh yang berada dirumah masing-masing pada Desa mejono. Jadi
untuk berpindah tempat akan dipertimbangkan berkali-kali terlebih
dahulu atau tidak usah pindah untuk menghemat modal dan juga
memperbanyak keuntungan. Jadi tempat home industri emping melinjo
dari awal sampai sekarang tidak pindah sama sekali selain itu juga home
industri emping melinjo ini seperti pemberdayaan pada Desa Mejono dan
57
juga karyaan atau buruh juga berawal dari dsa tersebut bahkan mayoritas
dari Desa tersebut kalau untuk pindah tempat akan susah juga untuk
mendapatkan karyawan dan buruh yang sesuai dengan apa yang di
inginkan oleh pemilik home industri, karena ketika suda terbiasa
memproduksi/membuat emping terkadang orang lain belum tentu bisa
membuat, bisa tetapi tidak bisa bagus seperti karyawan yang sudah lama
dan juga sudah berpengalaman.
3.5 Awal Munculnya Ide Home Indutri Emping Melinjo
Home industri emping melinjo ini berawal dari turun temurun
sejak 1960 yang pertama kali di kebangkan oleh Surojaimin yang
dulunya hanya mencoba-coba untuk mencoba hal baru tentang melinjo,
karena di samping rumah ada pohon melijo sehingga membuat ia untuk
berinisiatif agar tidak terbuang sia-sia dengan cara memasak untuk di
makan sendiri, kemudian karena menurut istrinya enak jadi membuat ia
untuk membuat emping tersebut untuk di jual, namun karena dulu masih
tradisional jadi menggunakan alat seadanya dan juga mengembangkan
juga seadanya dengan bekerja sama dengan saudara dan juga tetangga-
tetangga yang dekat dengannya.
Home industri tersebut di turunkan oleh anaknya sehingga lebih
berkembang dan lebih modern dari pada sebelumnya. Tetapi masih
seperti usaha-usaha kecil yang belum besar tetapi masih diolah sendiri
dengan saundaranya, kemudian ketika penjualan sudah laku keras dari
beberapa pasar-paar kecil membuat ia untuk mengembangkan lebih besar
58
lagi dengan bekerja sama dengan jaringan/pengepul yang juga usaha
emping melinjo lainya tetapi tidak berada di Magetan dan juga
Prambanan. Bermula dari berjualan emping disana di pasar-pasar kecil
akhirnya mereka pung saling mengenal dan bekerja sama dengan usaha
yang sama dari situlah mereka sudah semakin akrab dan mereka pun
memulai untuk bekerja sama mengambangkan usaha emping melinjo
tersebut dengan membeli bahan mentanh yang ada di prambanan sebagai
jaringan/pengepul yang tetapi sampai sekarang.
Pengepul tersebut sangat memberikan kepercayaan terhadap satu
sama lain sehingga dapat berjalan dengan lancar, dan juga dengan
memberikan suatu nilai atau produk yang berkualitas bagus juga dapat
membuat kepercayaan yang penuh bagi mereka sehingga akan berjalan
dengan lancar dan membuat komunikasi mereka dapat berjalan dengan
baik dan juga membuat usaha mereka saling menguntungkan dan tidak
ada yang dirugikan. Ketika sudah berkembang lumayan besar kemudian
ada PT yang ingin mengajak bergabung usaha emping melinjo tersebut
mejadi Home Industri emping melinjo dengan memperkerjakan
masyarakat desa sebagai karyawan dan juga buruh pada proses
perindustrian,jadi dari situlah pemilik home industri mendapatkan ide
dan motivasi untuk mengembangkan home industri lebih besar dan juga
lebih modern dari pada milik orang tuanya dulu. Tetapi tidak lama home
indsutri emping melinjo ini berdiri sendiri dan sudah tidak bekerja sama
dengan PT karena ada sesuatu konflik yang mengharuskan tidak bisa
bekerjasama berlanjut.
59
3. 6 Cara Pengolahan ( Produksi dan Penjualan)
Proses pertama emping melinjo sebelum diolah dapat dilihat pada gambar
berikut ini : Tabel 3.2 Proses Pengolahan
BIJI MELINJO (GELONDONG)
PEMILIHAN
PENGUPASAN KULIT LUAR
KULIT MELINJO BIJI MELINJO
(KLATAK)
DIANGIN-ANGINKAN MINIMAL 3
HARI
PENGGORENGAN (SANGRAI)
UNTUK BAHAN BAKAR PENGUPASAN KULIT
MELINJO KERAS
KULIT KERAS BIJI MELINJO TANPA KULIT PEMIPIHAN
PENGERINGAN
EMPING MELINJO
60
1. Wajan dari tanah liat dipanaskan di atas tungku api.
2. Wajan dibiarkan panas dengan pasir dan setelah wajan cukup panas
masukkan klatak (melinjo yang sudah terpisah dari kulitnya), kemudian
sesekali aduk-aduk atau balik biji-biji melinjo (lama penyangraian melinjo
± 2 menit).
3. Biji-biji melinjo yang sudah matang diangkat dari wajan dengan
menggunakan irus, kemudian biji-biji melinjo tersebut dipisahkan dari
kulit luarnya dalam keadaan masih panas.
4. Dalam keadaan masih panas, biji melinjo yang sudah terpisah dipukul di
atas batu landasan yang permukaannya lebar dan rata untuk dipipihkan dan
dibentuk bulat dengan diameter ±10-11 cm.
5. Untuk menghasilkan satu buah emping melinjo diperlukan ± 5-6 biji
melinjo, tergantung ukuran besar kecilnya biji melinjo.
6. Memisahkan emping yang masih melekat pada telenan dengan
mengggunakan sesrek, kemudian emping ditata di atas anjang bambu dan
kemudian di dijemur.
7. Selama proses penjemuran, emping melinjo dalam keadaan setengah
kering dibalik sehingga diharapkan dengan melakukan hal tersebut emping
akan lebih cepat kering. Proses pengeringan emping melinjo sangat
tergantung pada sinar matahari. Apabila cuaca cukup terik maka emping
bisa kering dalam waktu satu hari, namun jika musim penghujan proses
pengeringan bisa lebih lama 2-3 hari.
61
8. Emping yang sudah kering siap untuk dipasarkan.
3.7 Bahan Baku Home Industri Emping Melinjo
Bahan baku utama yang digunakan dalam industri emping
melinjo adalah biji melinjo yang diperoleh dengan cara membeli dari
pedagang pengumpul dan bukan dari hasil sendiri. Dalam melakukan
pembelian biji melinjo, frekuensi pembelian ada yang membeli satu hari
sekali atau lebih dari satu hari. Pemilik home industri melakukan
pembelian setiap satu hari sekali kepada karyawan atau buruh produksi.
Hal tersebut dilakukan untuk menghindari adanya fluktuasi harga biji
melinjo dan mengingat ketersediaan dana untuk membeli biji melinjo.
Pada saat penelitian harga biji melinjo berkisar antara Rp 9.000,00-Rp
9.500,00 per kg. Harga bahan baku biji melinjo yang diterima para
produsen berbeda-beda, karena dipengaruhi tempat pembelian dan jumlah
pembelian . Namun, ada sebagian besar responden yang melakukan
pembelian biji melinjo lebih dari satu hari sekali.
Pengusaha melakukan penimbunan untuk mencegah kehabisan
stok bahan baku karena industri emping melinjo berproduksi setiap hari.
Selain itu, dalam penyimpanan bahan baku tidak memerlukan perawatan
khusus tetapi hanya dengan menyimpan di tempat yang kering. Cara
pembayaran dalam melakukan pembelian emping melinjo, semua
pengepul melakukan pembayaran dengan cara kontan. Cara ini untuk
menghindari adanya hutang kepada pedagang. Para pengusaha memilih
lebih baik membeli biji melinjo sesuai dana yang ada daripada harus
62
mengutang lebih dahulu. Kendala pada bahan baku adalah melinjo tersebut
adalah tubuhan yang tumbuh musiman juga jadi ketika pohon tersebut
tidak tumbuh menimbulah ketelatan dalam pengiriman bahan sehingga
proses industri emping melinjo menjadi berproses seadanya dengan bahan
yang terbatas sehingga para buruh juga banyak yang menganggur dan juga
pemasukan pada pengusaha menurun tetapi kadang kala pemiik sudah
menimbung biji melinjo jauh-jauh hari untuk menghadapi ketelatan bahan,
letelatan bahan juga menimbulkan kemahalan pada emping melinjo.
3.8 Peralatan Home Industri Emping Melinjo
Pengusaha emping melinjo selain membutuhkan bahan baku untuk
menjalankan usahanya, juga memerlukan peralatan yang digunakan dalam
proses produksi. Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi industri
emping melinjo di Kabupaten Magetan masih sederhana. Peralatan yang
digunakan untuk memproduksi emping melinjo meliputi :
1. Tungku api.
2. Wajan yang terbuat dari tanah liat, digunakan sebagai wadah untuk
menyangrai biji melinjo.
3. Batu landasan yang permukaannya lebar, rata dan halus, digunakan
sebagai alas atau landasan pemukulan.
4. Alat pemukul berupa palu besi, digunakan sebagai alat untuk memipihkan
biji melinjo.
5. Irus atau erok-erok, digunakan sebagai alat untuk mengaduk-aduk biji
melinjo ketika disangrai.
63
6. Sesrek atau lempengan seng yang tipis, digunakan sebagai alat untuk
memisahkan emping yang melekat pada batu landasan.
7. Anjang dari anyaman bambu, digunakan sebagai tempat meletakkan
emping sesudah di pipihkan dan kemudian untuk proses pen jemuran
3.9 Pemasaran/ Penjualan
Daerah pemasaran emping melinjo yang diproduksi di Desa Mejono
ini sebagian bersifat lokal, yaitu di Kabupaten Kediri. Namun, ada juga
yang memasarkan di luar kota, yaitu di Tuban, Lamongan dan Surabaya.
Daerah pemasaran emping melinjo di Kabupaten Kediri meliputi pasar-
pasar yang ada di Kabupaten Kediri, yaitu Pasar induk, Pasar Pahing dan
Pasar Sayur. Lokasi pasar yang dekat dengan daerah produsen sehingga
mudah dijangkau, serta pada umumnya produsen emping melinjo sudah
mempunyai pelanggan tetap yang akan membeli emping melinjonya,
sehingga hal ini akan semakin mempermudah produsen dalam memasarkan
emping melinjo.
Dalam memasarkan emping melinjo yang dihasilkan, beberapa
produsen juga ada yang mengantar ke rumah pedagang dengan alasan
emping melinjo yang dihasilkan memang sudah dipesan sebelumnya. Selain
itu, hal tersebut juga sudah menjadi kebiasaan pengusaha, karena pedagang
yang di tuju sudah menjadi langganan. Namun, ada juga beberapa pedagang
yang langsung mendatangi rumah produsen emping melinjo untuk membeli
emping melinjo, dengan alasan karena persediaan emping melinjo yang
menipis atau karena ada permintaan konsumen yang harus segera dipenuhi.