bab iii prosedur pembuatan - poltekkes-tjk.ac.id
TRANSCRIPT
31
BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN
Penulisan Karya Ilmiah ini dibuat berdasarkan laporan kasus yang didapat
penulis di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Dalam bab ini penulis akan
menjelaskan tahap-tahap prosedur laboratorium tentang teknik pembuatan
definitive obturator bergigi pada defek maksila dan pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan pada rahang bawah klasifiksi kennedy kelas III.
A. Identitas Pasien
Nama : Ny L.
Umur : 64 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat : Laboratorium RSPAD Gatot Soebroto
Dokter : Drg. Gina Rovianty, Sp.Pros
Warna Gigi : A3
Keadaan model Kerja : Oklusi antara rahang atas dan rahang bawah adalah
cross bite pada bagian anterior dan normal pada
bagian posterior.
Kasus :Pasien dengan celah bibir dan langit-langit pada
defek maksila dan kehilangan gigi 45, 46.
B. Surat Perintah Kerja
Gambar 3.1
Surat Perintah Kerja
32
C. Waktu dan Tempat Pembuatan
Waktu : 11-15 Maret 2019
Tempat : Laboratorium RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
D. Alat dan Bahan
Dalam pembuatan definitive obturator bergigi dan gigi tiruan sebagian lepasan
alat dan bahan sebagai berikut:
Tabel. 1 Alat dan Bahan
NO ALAT BAHAN
1 Bunsen Moldano
2 Spatula Abu gosok
3 Bowl Blue angel
4 Kuas Klamer 0,7 mm
5 Lecron Amplas kasar
6 Hand press Amplas halus
7 Kuvet Heat curing acrilic
8 Cellophane Plaster of paris (gips)
9 Hanging bur Could mould seal (CMS)
10 Mata bur Spirtus
11 Electric water heater (Alat
pemanas air)
Vaseline
12 Mesin poles Heat curing acrilic
14 Mixing jar Elemen gigi tiruan
15 Scaple Base plate wax
16 Wax knife (pisau malam) Alginate
17 Okludator
18 Macam-macam (Tang 3 jari,
tang potong, tang bulat)
19 Pensil
20 Sendok cetak
33
E. Prosedur pembuatan
Langkah-langkah dalam pembuatan definitive obturator dan gigi tiruan
sebagian lepasan adalah sebagai berikut:
1. Repro Model Kerja
Hasil cetakan rahang atas dan rahang bawah yang diterima dari dokter gigi,
dicor dengan bahan tanam moldano, tunggu hingga mengeras dan keluarkan
model kerja dari alginate.
Gambar 3.2
Repro Model Kerja
2. Persiapan Model Kerja
Model kerja dibersihkan dari nodul-nodul dan bagian tepi model yang
berlebihan dirapihkan dengan mesin trimmer sampai batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak.
Gambar 3.3
Trimmer Model Kerja
34
3. Survey dan Block out
Survey dilakukan menggunakan pensil dengan cara menandai derah
yang tidak menguntungkan atau undercut. Block out dilakukan pada
bagian defek, interdental gigi 13, 15,16, 26 dan interdental 44 dengan
cara ditutup pada daerah undercut menggunakan gips. Berikut ini cara
survey dan blok out sebagai berikut:
a. Lecron harus tegak lurus agar mendapatkan daerah undercut, lecron
atau pensil mekanik bisa digunakan ketika di laboratorium tidak
terdapat surveyor.
b. Gips dicampur dengan sedikit air aduk hingga homogen.
c. blok out daerah yang tidak menguntungkan tersebut menggunakan
gips dengan bantuan lecron.
Gambar 3.4
Block out Model Kerja
4. Penentuan Desain
Desain merupakan rencana awal yang berfungsi sebagai panduan dalam
proses pengerjaan model kerja. Desain protesa definitive obturator rahang
atas menggunakan full plate dengan menggunakan teknik tidak berongga
dan desain gigi tiruan sebagian lepasan rahang bawah menggunakan
paradental sadlle. Jenis pilihan cengkram yang digunakan adalah
cengkram C yang diletakkan pada gigi 13, 15, 16 dan 45, 46.
35
Gambar 3.5
Penentuan Desain
(A) Cengkram (B) Kehilangan gigi (C) Basis
5. Transfer Desain
Menstranfer desain pada model kerja adalah dengan cara
menggambarkan desain yang telah dibuat pada model kerja
menggunakan pensil.
Gambar 3.6
Transfer desain
6. Pembuatan Cengkram
Cengkram diletakkan pada gigi 13, 15, 16 dan 45, 46 .
cengkeram yang digunakan disini adalah cengkeram C dengan ukuran
kawat 0,7 mm dengan panjang ± 5cm dan dengan menggunakan
berbagai macam tang klamer. Tahapan pembuatan C sebagai berikut:
a. Siapkan kawat 0,7 mm berserta tang 3 jari, tang borobudur, dan tang
bulat.
C
A B
36
b. Kemudian kawat ditekuk di bawah kontur terbesar dengan
menggunakan tang bulat, setelah itu tandai kawat dengan
menggunakan pensil kemudian cengkeram ditekuk ke bawah dengan
menggunakan tang tiga jari dan tang borobudur setelah ditekuk dan
menempel buatlah koil.
c. Selanjutnya fiksasi koil agar tidak goyang ketika penyusunan gigi.
Gambar 3.7
Pembuatan Cengkram
7. Pembuatan Bite Rime
Sebelum melakukan bite rime sebaiknya model kerja direndam
terlebih dahulu selama beberapa menit (± 3-5 menit) agar memudahkan
bite rime terlepas dari model kerja. Pada basis wax diberi kawat yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya wax patah saat uji coba galangan
gigit pada pasien. Cara membuat galangan gigit yaitu dengan cara
sebagai berikut:
a. Pembuatan basis menggunakan base plate wax dengan cara
dilunakkan menggunakan api lampu sepirtus.
b. Kemudian letakkan pada model kerja sesuai lengkung gigi dengan
batas desain yang telah ditentukan, pastikan daerah defek tertutup
wax, dan potong bagian-bagian yang melebihi desain.
c. Setelah plat terbentuk, tekuk kawat letakkan pada basis wax dan sisa
wax di panaskan diatas bunsen sampai lunak dan gulung kecil-kecil,
lalu panaskan gulungan wax dan ditempatkan pada bagian gigi yang
hilang lalu diratakan dengan menggunakan wax knife dan rapihkan.
37
d. Tinggi bite rim anterior rahang atas 12mm dengan lebar 6mm dan
tinggi posterior 10mm dengan lebar 8mm. Tinggi biterim posterior
rahang bawah 8 mm dengan lebar 8 mm.
Gambar 3.8
Pembuatan bite rim
8. Try In bite rime (uji coba galangan gigit)
Try in bite rime pada pasien dilakukan oleh dokter yang menangani
untuk menentukan gigitan. Try in dilakukan dengan cara menggigitkan
galangan gigit sampai gigitan tepat, kemudian difiksasi agar gigitan
tidak berubah (Gambar 3.9).
Gambar 3.9
Uji Coba Galangan Gigit
38
9. Penanaman Pada Okludator
Menanam model pada okludator merupakan panduan dalam penyusunan
gigi agar mudah. Berikut ini cara penanaman model pada okludator:
a. Buat retensi terlebih dahulu pada model.
b. Setelah itu model yang telah dioklusikan dokter gigi tadi diikat
dengan karet agar bite rime tidak goyang.
c. Model kerja diolesi dengan vaselin dan letakkan plastisin dibagian
bawah model kerja rahang bawah untuk menyeimbangkan
kedudukan dari model kerja. Perlu diperhatikan bahwa model kerja
harus sejajar dengan bidang vertikal maupun horizontal dari
okludator.
d. Gips diaduk dan diletakkan pada bagian model rahang atas,
kemudian okludator ditutup dan dirapihkan.
e. Setelah gips pada okludator rahang atas mengering, plastisin yang
terdapat pada okludator bagian bawah dibuang. Letakkan adonan
gips pada okludator bagian bawah tunggu hingga kering dan
rapihkan menggunakan amplas halus.
Gambar 3.10
Penanaman pada okludator
10. Penyusunan Gigi
Elemen gigi yang digunakan ini adalah A3, pada tahapan
penyusunan gigi dengan disusun cross bite pada bagian anterior dan
normal pada bagian poterior sesuai dengan SPK yang dokter berikan.
39
Tahapan penyusunan gigi anterior-posterior rahang atas dan rahang
bawah adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan Gigi Anterior Dengan Disusun Cross Bite
1) Insisifus dua kiri rahang atas
Titik kontak mesial berkontak dengan distal gigi insisivus 1 kiri
rahang atas, tepi insisalnya naik 2 mm diatas bidang oklusal.
Inklinasi antero-posterior bagian insisal lebih ke lingual.
2) kaninus kiri rahang atas
Titik kontak mesial kaninus berkontak dengan distal insisivus 2,
puncak cusp lebih kelingual.
b. Penyusunan Gigi Poterior Dengan Disusun Normal
1) Premolar satu kanan rahang atas
Sumbu gigi terletak tegak lurus bidang oklusal, permukaan bukal
sesuai lengkung bite rime, puncak cusp bukal tepat pada atau
menyentuh bidang oklusal cusp palatal kira-kira 1 mm diatas
bidang oklusal.
2) Molar dua kanan rahang atas
Inklinasi mesio-distal porosnya condong ke distal, inklinasi
antero-posterior cusp-cuspnya terangkat 2 mm dari bidang
oklusal.
3) Premolar dua kanan rahang bawah
Inklinasi mesio-distal tegak lurus bidang oklusal, inklinasi
anterior-posterior cusp bukalnya berada pada fosa sentral gigi
premolar satu dan premolar dua rahang atas.
4) Molar satu kanan rahang bawah
Cusp mesio-bukal gigi molar satu rahang atas berada di groove
mesio-bukal molar satu rahang bawah, cusp bukal gigi molar
satu rahang bawah berada di fosa sentral.
40
Gambar 3.11
Penyusunan Gigi (A) Gigi Anterior (B) Gigi Posterior
11. Wax Counturing
Wax counturing yaitu membentuk pola malam gigi tiruan
menyerupai anatomi gigi/jaringan. Kontur permukaan luar gigi dibentuk
sesuai dengan bentuk anatomis gigi dan jaringan lunak mulut. Pada
daerah interdental papila dibuat cekungan yang landai menggunakan
lecron menyerupai bentuk segitiga sehingga akan diperoleh bentuk
penonjolan akar.
Kontur bagian lingual/palatal dibuat cekung untuk membantu
menambah retensi, sedangkan pada bagian bukal/labial kontur dibuat
sedikit lebih tebal dan cembung untuk memperbaiki kontur bibir dan pipi.
Untuk margin gingiva dibuat dengan bentuk tepi yang landai dan tidak
menekan mukosa, untuk bagian labial dihindari margin menyentuh atau
menekan frenulum labialis. kemudian wax counturing dipoles dengan
kain satin hingga mengkilat.
Gambar 3.12
Wax Counturing
A B
41
12. Flasking
Metode yang digunakan adalah pulling the casting yang menutup
bagian elemen gigi asli pada model tetap gigi tiruannya terbuka. Hal
ini bertujuan agar setelah tahap boiling out elemen gigi tiruan ikut ke
kuvet atas, sehingga akan mempermudah proses packing. Adapun
tahapnnya sebagai berikut:
a. Sebelum proses flasking seluruh bagian kuvet dan model kerja
diulasi dengan vasellin agar bahan tanam mudah dibuka pada saat
deflasking.
b. Aduk gips dan tuang kedalam kuvet bawah, lalu tanam model kerja
pada kuvet bagian bawah terlebih dahulu tunggu hingga gips
mengeras dan rapihkan.
c. Permukaan gips yang sudah mengeras diulasi vasellin, pasang
kuvet atas, aduk gips, tuang gips sampai batas permukaan kuvet
kemudian tutup dan pres menggunakan pres statis.
Gambar 3.13 Flasking
13. Boiling Out
Tahap boiling out dilakukan dengan cara kuvet dimasukan
kedalam air mendidih selama 15 menit. Setelah selesai, kuvet diangkat
lalu kuvet atas dan bawah dipisahkn dengan seluruh gigi berada pada
kuvet atas. Model kerja disiram dengan air mendidih hingga sisa
malam pada mould space hilang, kawat yang terdapat pada basis
dihilangkan, bagian tepi yang tajam dirapihkan dengan lecron.
42
Kemudian model kerja disiram air panas lagi agar sisa-sisa bahan
tanam hilang. Kemudian mould space yang masih hangat diulasi
dengan CMS dan tunggu hingga kuvet dingin.
Gambar 3.14
Boiling Out (A) Rahang atas (B) Rahang bawah
14. Packing
Pada kasus ini metode packing menggunakan cara wet
methode, yaitu powder dan liquid heat curing acrylic dicampur
didalam mixing jar hingga tahap dought stage. Adapun tahapannya
adalah sebagai berikut:
a. Campur powder dan liquid heat curing acrylic dalam mixing jar
kemudian tutup dan tunggu hingga dought stage.
b. Setelah dought stage, adonan dimasukkan kedalam mould space,
antara kuvet atas dan bawah dilapisi dengan Cellophane, lalu press
kuvet dengan press statis secara berlahan dalam keadaan metal to
metal.
c. Kelebihan adonanan akrilik yang terletak diluar mould space
dibersihkan dengan menggunakan lecron, kemudian lakukan tahap
tersebut sampai tidak ada krilik yang berlebih dan tidak ada porus,
lalu pres kembali tanpa Cellophane menggunakan press statis.
A B
43
0
Gambar 3.15
packing (A) Rahang atas (B) Rahang bawah
15. Curing
Polimerisasi heat curing acrylic dilakukan dengan cara
perebusan akrilik di dalam Electric water heater dengan menggunakan
hand press selama 1 jam dimulai dari suhu kamar sampai air
mendidih. Setelah 1 jam Electric water heater dimatikan, kuvet
didinginkan sampai mencapai suhu kamar kemudian kuvet dibuka.
Gambar 3.16
Curing
16. Deflasking
Proses ini adalah memisahkan antara gips dengan protesa, gips yang
menempel dibuang dengan menggunakan tang gips secara perlahan
dan hati – hati agar protesa tidak patah.
A B
44
Gambar 3.17
Deflasking
17. Finishing
Tahap yang dilakukan yaitu protesa dilepaskan dari model
kerja dan dibersihkan dari sisa stone menggunakan round bur. Bagian
tepi dan permukaan protesa dirapihkan dengan bur fraser hingga
menjadi halus. Kemdian gigi tiruan dihaluskan dengan amplas kasar
sampai amplas yang halus.
Gambar 3.18
Finishing(A) Rahang atas (B) Rahang bawah
18. Polishing
Untuk meneyempurnakan hasil akhir, protesa dipoles
menggunakan mesin poles dengan bahan abu gosok yang dibasahi air
menggunakan sikat hitam dan felt cone. Setelah permukaan akrilik
halus dan tidak terlihat adanya goresan, cuci protesa menggunakan air
bersih untuk menghilangkan sisa-sisa abu gosok. Untuk mengkilapkan
A B
45
permukaan akrilik menggunakan mesin poles dengan bahan blue angel
menggunakan sikat putih. Setelah mengkilap, protesa dicuci dan
dibersihkan dari sisa-sisa bahan poles.
Gambar 3.19
Polishing (A) Rahang atas (B) Rahang bawah
19. Hasil Akhir
Pada prosedur pembuatan definitive obturator bergigi pada
defek maksila dan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada rahang
bawah klasifikasi kennedy kelas III sesuai dengan SPK yang diterima.
Setelah protesa jadi, maka hasil yang didapatkan adalah sebagai
berikut.
Gambar 3.20
Hasil Akhir
B AA