hbab iii prosedur laboratoriumrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/6/7. bab iii_novika.pdf · 2019....
TRANSCRIPT
36
HBAB III
PROSEDUR LABORATORIUM
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang “Prosedur Laboratorium dalam
Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan Akrilik pada Linggir Datar”
berdasarkan studi model yang didapat dari RSPAD Gatot Soebroto, yang
dikerjakan di Laboratorium Teknik Gigi Poltekkes TanjungKarang.
A. Data Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Dokter Gigi : drg. Eka Rahmi D, Sp.Pros
Warna Gigi : A3
Kasus : Kehilangan seluruh gigi pada rahang atas dan bawah
dengan keadaan linggir datar pada rahang bawah
37
B. Surat Perintah Kerja
Berdasarkan surat perintah kerja (SPK) yang diberikan kepada penulis, dokter
gigi meminta untuk dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan akrilik pada linggir
datar (Gambar 3.1).
Gambar 3.1 Surat Perintah Kerja (SPK)
C. Waktu dan Tempat Pembuatan
Waktu pembuatan dimulai dari tanggal 07 Mei 2019 dan selesai pada 20 Mei
2019 (13hari). Tempat pembutan di Laboratorium Teknik Gigi Poltekkes
TanjungKarang
38
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan akrilik
pada linggir datar, sebagai berikut (Tabel 2):
Tabel 2 Alat yang digunakan
No. Nama Alat No. Nama Alat
a. Lecron o. Artikulator
b. Spatula p. Kompor
c. Cuvet q. Panci
d. Handpress r. Foot Control
e. Bowl s. Hanging Bur
F Spet t. Macam-macam Mata Bur
G Bunsen (Lampu Spirtus) u.
Instrument Polishing (White
brush & Black Brush)
h. Cellopan v. Mesin Trimmer
i. Mixing Jar w. Mesin Poles
j. Wax Knife x. Tang Gips
k. Duplicating Flask y. Amplas (Kasar dan Halus)
l. Scapel z. Mikromotor
m. Kaca aa. Kuas
n. Megic com bb. Press Statis
39
2. Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan
akrilik pada linggir datar, sebagai berikut (Tabel 3):
Tabel 3 Bahan yang dibutuhkan
No. Nama Bahan No. Nama Bahan
a. Base Plate Wax h. Vasellin
b. Spirtus i. CMS
c. Elemen Gigi j. Powder Heat Curing Acrylic
d. CaCo3 / Blue Angel k. Liquid Heat Curing Acrylic
e. Dental Stone l. Pumice / Abu Gosok
f. Gips Plaster of Paris m. Moldano
g. Hydrocolloid n. Plastisin
E. Prosedur Pembuatan
Langkah-langkah dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan aklirik pada
linggir datar adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan Model Kerja dari Dokter Gigi
Model kerja yang diterima oleh tekniker gigi dari dokter gigi di
Laboratorium RSPAD Gatot Soebroto.
a. Merapikan model kerja
b. Membersihkan model kerja dari nodul-nodul yang ada
2. Pembuatan Sendok Cetak Perseorangan
Pembuatan sedok cetak perseorangan dilakukan di Laboratorium RSPAD
Gatot Soebroto (Gambar 3.2). Kemudian penulis menduplikat model kerja
40
dan tahap selanjutnya mulai dari pembuatan galangan gigit sampai tahap
polishing gigi tiruan dilakukan di Laboratorium Teknik Gigi Poltekkes
Tanjungkarang. Tahap pembuatan sedok cetak perseorangan, sebagai
berikut:
a. Mendesain model kerja dan menggambar batas-batas dari sendok
cetak sekitar 1-2 mm diatas mukosa bergerak
b. Model kerja terlebih dahulu diolesi CMS selapis tipis
c. Powder dan liquid self curing acrylic dicampurkan dengan metode
wet method didalam mixing jar
d. Meletakkan akrilik diatas model kerja dan ditekan secara perlahan
agar mendapatkan cetakan anatomis yang sesuai
e. Mencampurkan powder dan liquid self curing acrylic dengan metode
wet method kembali untuk membuat pegangan dari sendok cetak
tersebut agar mempermudah saat pencetakan ke rahang pasien
f. Merapikan dan memberi lubang sendok cetak dengan bantuan frezzer,
round bur dan hanging bur. Lubang yang berfungsi sebagai retensi
untuk bahan cetak saat dilakukan pencetakan terhadap pasien
g. Memoles sendok cetak dengan menggunakan abu gosok untuk
menghilangkan guratan dan blue angel untuk mengkilapkan sendok
cetak perseorangan.
Gambar 3.2 Sendok Cetak Perseoangan
41
3. Persiapan Model Kerja
Menduplikat model kerja dengan menggunakan hydocolloid reversible
agar model kerja tercetak secara keseluruhan dan akurat (Gambar 3.3).
Tahap persiapan model kerja dengan cara menduplikat model kerja,
sebagai berikut:
a. Memanaskan hydrocolloid reversible sampai mencair di dalam megic
com
b. Menyiapkan model yang akan diduplikat dengan bantuan plastisin dan
duplicating flask
c. Menuangkan hydrocolloid reversible yang sudah mencair kedalam
duplicating flask melalui 3 lubang yang ada pada duplicating flask
tersebut, kemudian rendam duplicating flask ke dalam air es agar
hydrocolloid reversible lebih cepat mengeras
d. Membuka duplicating flask, sehingga mendapatkan mould space yang
diinginkan
e. Mengisi mould space dengan menggunakan moldano. Tunggu hingga
moldano mengering
f. Merapikan model kerja dengan menggunakan trimmer. Kemudian
menghilangkan nodul-nodul yang ada dengan bantuan lecron dan
scapel
42
Gambar 3.3 Duplikasi Model; a. Pengecoran Hydrocolloid Reversible;
b. Mould Space yang didapat;
c. Pengecoran Mould Space; d. Model Kerja Hasil Duplikat
4. Transfer Desain
a. Menarik garis tengah model kerja atas dan bawah
1) Rahang atas, garis yang ditarik melalui titik-titik frenulum labial
atas, titik bertemuan rugae palatinus kiri dan kanan, serta titik
tengah antara ke 2 fovea palatinus
2) Rahang bawah garis yang ditarik melalui titik-titik frenulum labial
bawah, titik tengah rahang bawah, frenulum lingualis
b. Menarik garis puncak linggir pada rahang atas dan bawah
1) Rahang atas, puncak linggir melalui titik-titik kaninus atas,
nortch/lekukan pterygo maxillaris dan titik pertemuan puncak
linggir anterior dengan garis tengah
2) Rahang bawah, puncak linggir melalui titik-titik kaninus bawah,
retromolar pad dan titik pertemuan linggir anterior dengan garis
tengah
43
c. Mendesain model kerja dengan menggambar batas anatomis dari
model
d. Garis proyeksi tersebut sebagai patokan dari pola malam, dengan
perbandingan bagian bukal : bagian palatal = 2 : 1 untuk rahang atas
dan bagian bukal : bagian lingual = 1 : 1 untuk rahang bawah
Gambar 3.4 Menggambar dan Mendesain Model Kerja
5. Pembuatan Galangan Gigit
Setelah model diduplikat dan dibersihkan, tahap selanjutnya adalah
pembuatan galangan gigit (Gambar 3.5). Tahap pembuatan galangan gigit,
sebagai berikut:
a. Model kerja direndam dalam air terlebih dahulu, agar mempermudah
saat pelepasan wax dari model kerja.
b. Membuat basis galangan gigit dari wax dengan cara selembar wax
dipanaskan diatas bunsen hingga lunak
c. Wax lunak tersebut diletakan dan ditekan perlahan diatas model kerja
sehingga mengikuti kontur anatomis dari rahang
d. Kelebihan wax dipotong sampai batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak.
e. Galangan gigit dibentuk dengan selembar wax yang dilunakan diatas
lampu spritus, kemudian digulung dan gulungan wax melekat satu
44
sama lainnya sampai membentuk silinder. Gulungan wax yang
berbentuk silinder dibentuk tapal kuda dengan ketebalan 10 mm.
f. Lebar galangan gigit anterior 5 mm dan posterior 10 mm.
g. Tinggi galangan gigit anterior rahang atas 12 mm dan untuk bagian
posterior 8 mm.
h. Tinggi galangan gigit anterior rahang bawah 8 mm dan untuk bagian
posterior 6 mm
i. Galangan gigit yang telah selesai dan dirapihkan dari sisa-sisa wax
kemudian difiksasi (Gambar 3.6).
Gambar 3.5 Galangan Gigit
Gambar 3.6 Galangan Gigit yang difiksasi
6. Penanaman Artikulator
Setelah galangan gigit selesai dan difiksasi, langkah selanjutnya adalah
penanaman model pada artikulator untuk mempermudah dalam
penyusunan elemen gigi tiruan sehingga mendapat oklusi yang tepat
45
(Gambar 3.8). Tahap penanaman model kerja pada artikulator, sebagai
berikut:
a. Menyiapkan artikulator ditempat yang datar
b. Membuat retensi pada model kerja, agar mempermudah saat
pemasangan kembali ke artikulator (remounting) (Gambar 3.7)
c. Model kerja diletakkan pada artikulator dengan bantuan plastisin
sejajar bidang datar
d. Mengaduk gips secara merata dan letakkan gips diatas model kerja
kemudian tutup artikulator atas. Tunggu hingga mengering
e. Melepaskan plastisin, kemudian mengaduk gips secara merata dan
diletakkan dibawah model kerja. Tunggu hingga mengering
f. Merapikan gips dengan bantuan amplas dan air mengalir
Gambar 3.7 Pembuatan Retensi
Gambar 3.8 Penanaman Artikulator
46
7. Penyusunan Gigi
Penyusunan gigi pada kasus ini yaitu dengan cara penysunan gigi normal,
mulai dari bagian anterior atas lalu anterior bawah. Setelah itu, posterior
atas dan posterior bawah yang dimulai dari penempatan M₁ bawah
sebagai kunci oklusi. Tahap penyusunan gigi, sebagai berikut (Tabel 4):
Tabel 4.Penyusunan Gigi
No. Gigi Penyusunan
a. I₁ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi
I1 kanan rahang atas. Kemudian titik
kontak mesial tepat pada midline.
Membuat sudut inklinasi 5° terhadap
midine.
b. I₁ Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi
I1 kiri rahang atas. Kemudian titik
kontak mesial tepat pada midline.
Membuat sudut inklinasi 5° terhadap
midline.
c. I₂ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi
I2 kanan rahang atas. Kemudian, lebih
naik 2 mm dari incisal edge I1 kanan
rahang atas. Membuat sudut inklinasi
10° terhadap midline.
d. I₂ Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi
I2 kiri rahang atas. Kemudian, lebih
47
naik 2 mm dari incisal edge I1 kiri
rahang atas. Membuat sudut inklinasi
10° terhadap midline.
e. C Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi
caninus kanan rahang atas. Kemudian
titik kontak mesial caninus kanan
rahang atas berkontak dengan titik
kontak distal I2 kanan rahang atas.
Puncak cusp caninus kanan rahang
atas tegak lurus dan sejajar dengan
incisal I1 kanan rahang atas. Cusp
caninus kanan rahang atas berada
diatas linggir rahang.
f. C Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi
caninus kiri rahang atas. Kemudian
titik kontak mesial caninus kiri rahang
atas berkontak dengan titik kontak
distal I2 kiri rahang atas. Puncak cusp
caninus kiri rahang atas tegak lurus
dan sejajar dengan incisal I1 kiri
rahang atas. Cusp caninus kiri rahang
atas berada diatas linggir rahang.
g. I₁ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi
I1 kanan rahang bawah. Kemudian
48
titik kontak sebelah mesial tepat pada
midline. Membuat sudut inklinasi 5°
terhadap midline.
h. I₁ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi
I1 kiri rahang bawah. Kemudian titik
kontak sebelah mesial tepat pada
midline. Membuat sudut inklinasi 5°
terhadap midline.
i. I₂ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi
I₂ kanan rahang bawah. Kemudian
tepi incisal 1-2 mm diatas bidang
oklusal. Membuat sudut inklinasi 10°
terhadap midline.
j. I₂ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi
I₂ kiri rahang bawah. Kemudian tepi
incisal 1-2 mm diatas bidang oklusal.
Membuat sudut inklinasi 10° terhadap
midline.
k. C Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi
caninus kanan rahang bawah. Cups
caninus kanan rahang bawah berada
diantara canus kanan rahang atas dan
I₂ kanan rahang atas.
49
l. C Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi
caninus kiri rahang bawah. Cups
caninus kiri bawah diantara caninus
kiri rahang atas dan I₂ kiri rahang
atas.
m. P₁ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi P1
kanan rahang atas. Sumbu gigi tegak
lurus dengan bidang oklusal. Kemudian
titik kontak mesial P1 kanan rahang atas
berkontak dengan titik kontak distal
caninus kanan rahang atas. Cusp bukal
menyentuh bidang datar/oklusi dan cusp
palatal naik kira-kira 1 mm diatas bidang
datar/oklusi.
n. P₂ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi P2
kanan rahang atas. Sumbu gigi tegak
lurus dengan bidang oklusal. Kemudian
titik kontak mesial P2 kanan rahang atas
berkontak dengan titik kontak distal P1
kanan rahang atas. Cusp bukal dan
palatal P2 kanan rahang atas menyentuh
bidang datar/oklusi.
o. M₁ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi M1
kanan rahang atas. Kemudian titik kontak
50
mesial M1 kanan rahang atas berkontak
dengan titik kontak distal P2 kanan
rahang atas. Cusp mesio palatal
menyentuh bidang datar/oklusi,
sedangkan cusp lainnya naik sekitar 1-2
mm diatas bidang datar/oklusi.
p. M₂ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi M₂
kanan rahang atas. Semua cusp dari M₂
kanan rahang atas tidak menyentuh
bidang datar/oklusi.
q. P1 Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi P1
kiri rahang atas. Sumbu gigi tegak lurus
dengan bidang oklusal. Kemudian titik
kontak mesial P1 kiri rahang atas
berkontak dengan titik kontak distal
caninus kiri rahang atas. Cusp bukal
menyentuh bidang datar/oklusi dan cusp
palatal naik kira-kira 1 mm diatas bidang
datar/oklusi.
r. P₂ Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi P2
kiri rahang atas. Sumbu gigi tegak lurus
dengan bidang oklusal. Kemudian titik
kontak mesial P2 kiri rahang atas
berkontak dengan titik kontak distal P1
51
kiri rahang atas. Cusp bukal dan palatal
P2 kanan rahang atas menyentuh bidang
datar/oklusi.
s. M₁ Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi M1
kiri rahang atas. Kemudian titik kontak
mesial M1 kiri rahang atas berkontak
dengan titik kontak distal P2 kiri rahang
atas. Cusp mesio palatal menyentuh
bidang datar/oklusi, sedangkan cusp
lainnya naik sekitar 1-2 mm diatas
bidang datar/oklusi.
t. M₂ Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi M₂
kiri rahang atas. Semua cusp dari M₂ kiri
rahang atas tidak menyentuh bidang
datar/oklusi.
u. M₁ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi M1
kanan rahang bawah. Cusp mesio-bukal
gigi M1 bawah berada diantara gigi P₂
dan M₁ atas kanan.
v. M₁ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi M1
kiri rahang bawah. Cusp mesio-bukal
gigi M1 bawah berada diantara gigi P₂
dan M₁ atas kiri.
52
w. P₁ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi P1
kanan rahang bawah. Cusp P₁ bawah
kanan berada diantara cusp C atas dan P₁
atas kanan.
x. P₂ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi P₂
kanan rahang bawah. Cusp P₂ bawah
kanan berada diantara cusp P₁ atas dan
P₂ atas kanan.
y. M₂ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi M₂
kanan rahang bawah. Cusp mesio-bukal
M₂ bawah kanan berada diantara cusp
disto-bukal M₁ atas dan cusp mesio-
bukal M₂ atas kanan.
z. P₁ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi P1
kiri rahang bawah. Cusp P₁ bawah kiri
berada diantara cusp C atas dan P₁ atas
kiri.
aa. P₂ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi P₂
kiri rahang bawah. Cusp P₂ bawah kiri
berada diantara cusp P₁ atas dan P₂ atas
kiri.
53
bb. M₂ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi M₂
kiri rahang bawah. Cusp mesio-bukal M₂
bawah kiri berada diantara cusp disto-
bukal M₁ atas dan cusp mesio-bukal M₂
atas.
Gambar 3.9 Penyusunan Gigi, a. Tampak Depan, b. Tampak Samping Kanan,
c. Tampak Samping Kiri
8. Wax Contouring
Gigi geligi yang telah disusun normal dan mendapatkan oklusi yang tepat
selanjutnya dirapihkan dengan membentuk anatomi gusi yang disebut
dengan wax contouring (Gambar 3.10). Tahap wax contouring, sebagai
berikut:
a. Mencairkan wax dengan wax knife kemudian teteskan pada pola
malam yang akan dibentuk
b. Kontur plat dibagian bukal dibentuk sehingga menyerupai anatomis
gusi dan jaringan lunak pada mulut asli
Yang penulis bentuk dalam pembuatan wax contouring
1) Tonjolan akar, dengan mengukir bentuk-bentuk huruf V
54
2) Daerah servikal jangan ada “step” pada kontur gusi antara gigi
kaninus dan premolar-1 atas
3) Kontur gusi gigi anterior berbeda-beda, gigi kaninus atas yang
terpanjang, gigi lateral atas yang terpendek
4) Penulis tidak melakukan pembuatan rugae
c. Didaerah interdental, dibuat cekung landai dan bentuknya hampir
berupa segitiga sehingga akan diperoleh bentuk penonjolan akar
d. Bagian bucal dan labial dibuat agak penuh untuk memperbaiki bentuk
kontur bibir dan pipi
e. Permukaan wax dihaluskan dengan bantuan bunsen dan kain satin
Gambar 3.10 Wax Contouring
9. Flasking
Setelah penyusunan gigi selesai tahap selanjutnya adalah flasking dengan
menggunakan metode pulling the casting (Gambar 3.11). Flasking
dilakukan pada rahang atas terlebih dahulu sampai rahang atas selesai
dilakukan tahap remounting. Kemudian dilanjutkan rahang bawah
dilakukan untuk proses flasking sampai remounting. Tahapan flasking,
sebagai berikut:
a. Model malam kemudian difiksasikan dengan model kerja.
b. Menyiapkan cuvet, seluruh bagian cuvet diolesi selapis vaselline
dengan kuas demikian pula dengan tepi dan dasar model kerja.
55
c. Gips diaduk lalu tuangkan kedalam cuvet bawah kemudian model
kerja beserta pola malam ditanam di cuvet bawah tanpa mengenai
pola malamnya.
d. Setelah mengeras, dirapihkan dan diratakan dengan amplas halus
kemudian oles vasellin dengan kuas kepermukaan gips di cuvet
bawah.
e. Cuvet atas dipasang, lalu aduk adonan gips kemudian tuangkan hingga
merata sampai dipermukaan cuvet atas.
f. Cuvet ditutup dan kemudian dipress dengan press statis sampai gips
mengering.
Gambar 3.11 Flasking. a. Rahang Atas, b. Rahang Bawah
10. Boiling Out
Boiling out bertujuan untuk menghilangkan pola malam (wax)dari model
kerja yang telah ditanam dicuvet sehingga mendapatkan mold space yang
bersih (Gambar 3.12). Tahap boiling out sebagai berikut:
a. Sebanyak ½ panci air dipanaskan hingga mendidih ditas
kompor.
56
b. Cuvet dimasukkan kedalam panci yang telah mendidih selama
15 menit kemudian diangkat.
c. Cuvet atas dan bawah dipisahkan secara perlahan dengan
bantuan wax knife, dengan seluruh gigi sudah berada di cuvet
atas.
d. Air mendidih yang bersih disiramkan pada mould space, hingga
tidak ada lagi sisa wax pada mould space. Menyikat dengan
sikat gigi bagian mould space dengan bantuan sabun cair agar
menghilangkan sisa-sisa wax masih menempel.
e. Tepi-tepi gips yang tajam disekitar mould space dibersihkan
dengan bantuan lecron dan serpihan-serpihan gips juga
dibersihkan.
f. Membuat postdam untuk rahang atas dengan cara buat garis dari
hamular notch kiri dan kanan sehingga bertemu pada daerah
fovea palatine. Lebar postdam sekitar 2 mm ke arah anterior
dari AH-line. Garis harus membulat dan rata lalu model kerja
dikerok dengan lecron sedalaman ± 1-1.5 mm (Gambar 3.13).
g. Membuat beading untuk rahang bawah dengan cara buat garis
lengkung pada daerah mucobuccal fold. Lebar beading sekitar 1
mm. Garis membulat dan rata lalu model dikerok dengan lecron
sedalam ± 1-1.5 mm (Gambar 3.14).
h. Mould space yang masih hangat diolesi dengan CMS hal ini
dilakukan agar pada saat deflasking protesa akrilik mudah dilepas
dari model yang di tanam di cuvet (Gambar 3.1
57
Gambar 3.12 Boiling Out
Gambar 3.13 Postdam Rahang Atas
Gambar 3.14 Beading Rahang Bawah
Gambar 3.15 Mould Space. a. Rahang Atas, b. Rahang Bawah
58
11. Packing
Setelah didapatkan mould space yang bersih dari sisa pola malam (wax)
tahap selanjutnya adalah packing dengan menggunakan metode wet
methode (Gambar 3.16). Tahap packing yang dilakukan, sebagai berikut:
a. Menyiapkan cellopan yang sudah digunting
b. Menyiapkan heat curing acrylic dengan takaran powder 25 gr
dan liquid 12 ml untuk rahang atas dan powder 21 gr dan liquid
10 ml untuk rahang bawah
c. Memasukan liquid dengan spetkedalam mixing jardan menuang
powder dengan cara digetarkan.
d. Mixing jar ditutup, tunggu sampai pada tahap dough stage.
e. Adonan acrylic diambil dan diletakkan pada mold space di cuvet
bawah, tekan dengan jari dan lapisi dengan plastik selopan.
f. Cuvet atas ditutup metal to metal lalu dipress dengan press statis
perlahan-lahan sampai sisa-sisa acrylic keluar.
g. Cuvet atas dibuka dan kelebihan acrylic dibuang dengan scaple
atau lecron.
h. Kemudian acrylic ditetesi liquid, ditutup dengan plastik selopan
kemudian tutup cuvet atas ditutup.
i. Melakukan proses press dengan press statis yang kedua kali
dengan proses yang sama hingga kelebihan acrylic tidak ada
lagi.
j. Setelah selesai press kedua cuvet dengan handpress.
59
Gambar 3.16 Packing; a. Rahang Atas, b. Rahang Bawah
12. Curing
Setelah dilakukan tahap packing tahap selanjutnya adalah curing sebagai
berikut (Gambar 3.17):
a. Cuvet dimasukkan kedalam panci berisi air dengan ketinggian
air lebih tinggi daripada cuvet yang dipress.
b. Curing dilakukan dari suhu kamar sampai air mendidih dan
tunggu sampai 45 menit.
c. Setelah curing selesai, cuvet dibiarkan dingin dengan sendirinya
pada suhu kamar sampai suhu normal lalu buka cuvet.
Gambar 3.17 Curing
60
13. Deflasking
Setelah curing tahap selanjutnya adalah deflasking, dimana dalam
mengerjakannya harus hati-hati agar model kerja dan protesa akrilik tidak
patah ataupun retak (Gambar 3.18). Tahap deflasking sebagai berikut:
a. Memisahkan cuvet atas dan cuvet bawah dengan wax knife.
b. Kemudian bahan tanam dibuang dengan tang gips.
c. Protesa akrilik dipisahkan dari model kerja dengan lecron.
d. Kemudian protesa akrilik dan model kerja dibersihkan dari sisa-
sisa gips yang menempel.
Gambar 3.18 Deflasking, a. Rahang Atas, b. Rahang Bawah
14. Remounting dan Selective Grinding
Remounting merupakan tahap pemasangan kembali model kerja pada
artikulator untuk melihat ada tidaknya peninggian gigitan. Sedangkan
selective grinding adalah tahap pengurangan gigi untuk mendapatkan
oklusi yang seimbang. Tahap remounting dan selective grinding, sebagai
berikut:
a. Model kerja dipasang kembali ke artikulator untuk melihat terjadi
peninggian atau tidak (Gambar 3.19)
b. Dilakukan pada rahang atas terlebih dahulu. Setelahnya rahang
bawah.
61
c. Selanjutnya, dilakukan pengurangan dengan hukum “BULL” (buccal
upper lingual lower) yang artinya, mengasah pada bagian bukal untuk
rahang atas dan lingual untuk rahang bawah (Gambar 3.20).
Gambar 3.19 Remounting; a. Rahang Atas; b. Rahang Bawah
Gambar 3.20 Selective Grinding
15. Penyelesaian Gigi Tiruan
Setelah didapatkan protesa akrilik dan model kerja tahap yang dilakukan
selanjutnya adalah penyelesaian gigi tiruan (Gambar 3.21). Tahap
penyelesaian gigi tiruan, sebagai berikut:
a. Kelebihan akrilik pada bagian tepi protesa dikurangi dengan
menggunakan mata bur frezzer.
b. Ada bagian disekitar elemen gigi tiruan dan interdental yang
masih ada nodul serta sisa gips dikurangi dan dibersihkan
dengan mata bur fissure dan round.
62
c. Bagian tepi dibuat bulat agar tidak tajam menggunakan mata bur
stone.
d. Protesa akrilik diamplas dan dihaluskan menggunakan amplas
kasar dan halus dengan mandrill.
Gambar 3.21 Penyelesaian Gigi Tiruan
16. Poleshing
Tahap terakhir dari pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan adalah
polishing (Gambar 3.22). Tahap polishing sebagai berikut:
a. Protesa dipoles dengan sikat hitam dan pumice untuk menghilangkan
guratan-guratan pada protesa
b. Selanjutnya, memoles protesa dengan menggunakan CaCo3 agar
protesa mengkilap
c. Setelah protesa mengkilap, dibersihkan dari bahan poles dengan
sikat bersih dibawah air mengalir
d. Protesa sudah selesai dan didapat protesa yang halus, mengkilap dan
bersih (Gambar 3.23).
63
Gambar 3.22 Poleshing. a. Menghilangkan Guratan pada Protesa,
b. Mengkilapkan Protesa
Gambar 3.23 Hasil Akhir, a. Tampak Samping Kanan, b. Tampak Depan,
c. Tampak Samping Kiri