bab ii tinjauan pustaka a. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf ·...

21
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Personal Hygiene 1. Definisi personal hygiene Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan perawatan diri sendiri atau perorangan yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik fisik maupun pisikologis (Kasiati & Rosmalawati Ni Wayan Dwi, 2016). Personal hygiene berasal dari bahasa yunani, yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan pisikis (Kasiati & Rosmalawati Ni Wayan Dwi, 2016). Personal hygine harus senantiasa terpenuhi karena merupakan pencegahan primer yang spesifik karena merupakan tindakan pencegahan primer yang spesifik untuk meminimalkan pintu masuk (port de entry), pencegahan personal hygiene juga harus senantiyasa dilakukan oleh lansia (Efendi, 2013). Hal ini dikarenakan lansia mengalami penurunan fungsi dari berbagai penurunan fungsi dari berbagai organ- organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua (Maryam, 2011). 2. Jenis personal hygine Menurut Aziz Alimul (2006) personal hygiene dibagi menjadi dua yaitu; berdasarkan waktu pelaksanaannya dan berdasarkan tempatnya. a. Berdasarkan waktu pelaksanaan Berdasarkan waktu pelaksanaan, personal hygiene dapat dibagi menjadi empat jenis diantaranya: pertama, perawatan dini hari, merupakan perawatan yang di lakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakuan tindakan, seperti persiapan dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urin atau feses). Kedua, perawatan pagi hari, perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan melakukan perawatan diri, seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil). Ketiga, perawatan siang hari, perawatan yang dilakukan seteah melakukan berbagai aktivitas pengobatan atau pemertiksaan dan setelah makan siang. Keempat, perawatan

Upload: others

Post on 21-Jun-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Personal Hygiene

1. Definisi personal hygiene

Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan

kebuthan perawatan diri sendiri atau perorangan yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan baik fisik maupun pisikologis (Kasiati & Rosmalawati

Ni Wayan Dwi, 2016).

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani, yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

pisikis (Kasiati & Rosmalawati Ni Wayan Dwi, 2016).

Personal hygine harus senantiasa terpenuhi karena merupakan pencegahan

primer yang spesifik karena merupakan tindakan pencegahan primer yang spesifik

untuk meminimalkan pintu masuk (port de entry), pencegahan personal hygiene juga

harus senantiyasa dilakukan oleh lansia (Efendi, 2013). Hal ini dikarenakan lansia

mengalami penurunan fungsi dari berbagai penurunan fungsi dari berbagai organ-

organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua (Maryam, 2011).

2. Jenis personal hygine

Menurut Aziz Alimul (2006) personal hygiene dibagi menjadi dua yaitu; berdasarkan

waktu pelaksanaannya dan berdasarkan tempatnya.

a. Berdasarkan waktu pelaksanaan

Berdasarkan waktu pelaksanaan, personal hygiene dapat dibagi menjadi

empat jenis diantaranya: pertama, perawatan dini hari, merupakan perawatan

yang di lakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakuan tindakan, seperti

persiapan dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urin atau feses). Kedua,

perawatan pagi hari, perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi

dengan melakukan perawatan diri, seperti melakukan pertolongan dalam

pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil). Ketiga, perawatan

siang hari, perawatan yang dilakukan seteah melakukan berbagai aktivitas

pengobatan atau pemertiksaan dan setelah makan siang. Keempat, perawatan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

7

menjelang tidur yang dilakukan untuk mempersiapkan istirahat tidur malam agar

tidur atau istirahat dalam keadaan tenang.

b. Berdasarkan tempat

1) Personal hygiene pada kulit

Kulit merupakan bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi dari

berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan perawatan yang baik

dalam mempertahankan fungsinya, diantaranya;

a) Mengatur keseimbangan tubuh dan membantu produksi keringat serta

penguapan.

b) Sebagai indra peraba yang membantu tubuh menerima rangsangan dari

luar karena kulit memiliki reseptor saraf yang peka terhadap suhu,

sentuhan, tekanan dan rasa nyeri.

c) Sebagai alat sekresi melalui pengeluaran keringat yang mengandung air,

garam dan nitrogrogen.

d) Menghasilkan minyak untuk menjaga kelembaban.

e) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah

pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.

f) Menghasilkan dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau

pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet matahari.

Perubahan dari kebutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya:

(1) Usia. Perubahan kulit dapat ditentukan oleh usia seseorang. Seperti

halnya pada bayi yang kondisi kulitnya masih relatif muda maka,

sangat rawan terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman.

Sebaliknya pada orang dewasa, kondisi kulit sudah memiliki

kematangan sehingga fungsinya sebagai pelindung sudah baik.

(2) Jaringan kulit. Perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh

struktur jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi

perubahan pada struktur kulit.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

8

(3) Kondisi/keadaan lingkungan. Beberapa keadaan lingkungan yang

dapat mempengaruhi keadan kulit secara utuh adalah keadaan panas,

adanya nyeri akibat sentuhan atau tekanan

2) Personal hygiene pada kuku dan kaki

Kuku merupakan lapisan lempengan kratin transparan yang berasal

dari invaginasi epidermis. Secara anatomis, kuku terdiri dari atas dasar

kuku, badan kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku dan laluna.

Pertumbuhan kuku berlngsung terus-menerus seumur hidup, tetapi pada

usia muda kuku tumbuh lebih cepat. Menjaga kebersihan kuku merupakan

aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai

kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Gangguan pada kuku,

diantaranya:

a) Tinea pedis: terdapat guratan kekuningan pada lempengan kuku

yang pada akhirnya menyebabkan seluruh kuku menjadi tebal,

berubah warna dan rapuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi

jamur epiermophyton, trichophyton.

b) Ingrown nail : kuku tangan tidak tumbuh dan terasa sakit di bagin

tersebut

c) Pronychia: radang di sekitar jaringan kuku

d) Bau tidak sedap: reaksi mikroorganisme pada kuku atau kaki yang

menyebabkan bau tidak sedap.

3) Personal hygiene pada rambut

Rambut merupakan struktur kulit. Secara anatomis, rambut terdiri

dari bagian batang, akar rambut, sarung akar, folikel rambut serta kelenjar

sebasea. Normalnya rambut tumbuh karena mendapat suplai darah dari

pembuluh darah disekitar rambut. Beberapa hal yang dapat mengganggu

pertumbuhan rambut adalah panas dan kondisi malnutrisi. Adapun ciri-ciri

rambut yang sehat adalah rambut terlihat mengkilap, tidak kering atau

tidak berminyak, tidak bercabang dan tidak mudah patah, berikut

gangguan pada rambut diantaranya

a) Ketombe yaitu pelapisan kulit kepala disertai gatal.

b) Kutu, misalnya pediculotis cepitis. Kutu ini menyebabkan gatal dan

menyerap darah

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

9

c) Seborheic dermatitis. Merupakan radang ada kulit kepala yang

ditumbuhi rambut.

4) Perawatan gigi dan mulut

Gigi dan mulut merupakan bagian pertama dari sistem

pencernaan dan merupakan bagian tambahan dari sistem pernafasan. Di

dalam rongga ini terdapat gigi, lidah, kelenjar ludah (sublingualis dan

portalis), tonsil, dan uvula. Dalam rongga mulut dan gigi dan lidah

berperan penting dalam proses perencanaan awal. Selain itu, ada pula

saliva yang penting untuk membersihkan mulut secara mekanik. Mulut

merupakan rongga yang tidak bersih dan penuh dengan bakteri, karenanya

harus selalu dibersihkan. Adapun salah satu tujuan perwatan gigi dan

mulut adalah untuk mencegah penyebaran penyakit yang diturunkan

melalui mulut. Berikut gangguan pada gigi dan mulut:

a) Karies gigi (radang pada gigi) adalah lubang akibat kerusakan pada

gigi yang berhubungan dengan kekurangan kalsium.

b) Halitosis adalah bau nafas yang tidak sedap bisa dikarenakan oleh

kuman ataupun yang lainnya.

c) Plak adalah lapisan transparan yang sangat tipis terdiri dari mukus

dan bakteri yang menyelimuti permukaan gigi, plak dapat

menyebabkan karies, kalkulis (karang gigi), gingivitis (radang pada

gusi), periodonitis (radang pada jaringan penyangga gigi.

d) Periodonatal disease adalah gigi mudah bengkak dan berdarah

e) Stomatitis (sariawan) adalah radang yang terjadi pada daerah mukosa

atau rongga mulut. Hal ini dapat terjadi karena defisiensi vitamin,

infeksi bakteri atau virus dan kemterapi.

f) Glositis adalah radang yang terjadi pada lidah

g) Kilosis adalah bibir yang pecah-pecah. Hal ini dapat terjadi karena

hipersalivasi, nafas mulut dan defisiensi riboflavin.

5) Personal hygiene pada kelamin

Perawatan diri pada alat kelamin atau genetalia pada perempuan

adalah perawatan genatalia eksterna yang terdiri atas mins veneris, labiya

mayora, labiya minora, klitoris, uretra, vagina, erinium dan anus,

sedangakan ada laki-laki difokuskan pada daerah ujung penis untuk

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

10

mencegah penumpukan sisa urine.Tunjun dilakukannya personal hygiene

pada kelamin yaitu:

a) Mencegah dan mengontrol infeksi

b) Mencegah kerusakan kulit

c) Meningkatkan kenyamanan

d) Mempertahankan kebersihan diri

3. Tujuan perawatan personal hygiene

Tujuan dari personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan diri,

menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga

dapat mencegah terjadinya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain, baik secara

sendiri/mandiri maupun dengan menggunakan bantuan dari orang lain, serta

mencitakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan (Maulida Debi.

2017)

4. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene

Menurut (Potter & Perry, 2009), pilihan hygiene klien terpenuhi oleh beberapa

faktor sehingga individu memiliki pariasi praktik hygiene.

Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Citra tubuh (body image)

Body image seseorang berpengaruh dalam pemenuhan personal hygiene

karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak perduli dengan

kebersihannya. Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya

personal hygiene pada orang tersebut.

b. Praktik sosial

Kelompok sosial mempengaruhi bagaimana pasien dalam melaksanakan

praktik personal hygiene. Termasuk produk dan frekuensi perawatan pribadi.

Selama masa kanak-kanak, kebiasaan keluarga mempengaruhi personal hygiene,

misal frekuensi mandi, waktu mandi dan jenis hygiene mulut. Pada masa remaja,

hygiene pribadi dipengaruhi oleh teman. Misalnya remaja wanita mulai tertarik

ada penampian pribadi dan mulai memakai riasan wajah. Pada masa dewasa,

teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribai

sedangkan pada lansia beberapa praktik hygiene berubah karena hidupnya dan

sumber yang tersdia . pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

11

kemungkinan akan menjadi perubahan pola personal hygiene, beberapa praktik

hygiene pada lansia berubah karena kondisi hidunya dan sumber yang tersedia.

c. Status sosial dan ekonomi

Status ekonomi akan mempengaruhi jenis dan sejauh mana praktek hygiene

dilakukan. Kondidi sosisl ekonomi seseorang mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

mempertahankan kebersihan diri.

d. Pengetahuan dan motivasi kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan dan implikasinya bagi kesehatan dapat

mempengaruhi praktek hygiene. Meskipun demikian, pengetahuan sendiri

tidaklah cukup. Klien juga harus termotifasi untuk memelihara kesehatan diri.

Seringkali, pembelajaran tentang penyakit mampu mendorong klien untuk

meningkatan hygine

e. Variabel budaya

Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan

hygine. Orang dari luar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek keperawatan

diri yang berbeda

f. Kebiasaan atau pilihan pribadi

Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk

mandi, bercukur dan melakukan perawatan rambut. Klien memiliki produk yang

berbeda (misalnya sampho, sabun mandi, pasta gigi) menurut pilihan dan

kebutuhan pribadi. klien juga memiliki pilihan mengenai bagaimana melakukan

hygiene.

g. Kondisi fisik seseorang

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan

perlu bantuan untuk melakukannya atau yang menjalani oprasi seringkali

kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi.

seseorang klien yang mengguanakan gips pada tangannya atau mengguanakan

traksi membutuhkan bantuan mandi yang lengkap.

5. Dampak masalah personal hygiene

Seseorang yang mengalami masalah personal hyiene akan berdapak pada fisik,

pisikososial, dan spiritualnya (Maulida Debi. 2017). Berikut dampak dari personal

hygiene:

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

12

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharannya

kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah

gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata

dan telinga, serta gangguan pada fisik pada kuku.

b. Dampak pisiko sosial

Masalah sosial yang berhubunagna dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dam mencintai, kebutuhan hargadiri,

aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.

c. Dampak spirtual

Ganguan pada personal

hygiene dapat derdampak pada masalah spiritual, yaitu distres spritul. Distres

spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan

merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang

lian,lingkungan atau tuhan (PPNI ,2017). Seseorang yang Gangguan personal

hygiene saat akan melakukan sprtual akan merasa drinya tidak suci atau tidak

bersih.

6. Penatalaksanaan personal hygiene

Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang

mengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada

daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah dan mengatasi

terjadinya luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang. Tindakan

keperawatan pada pasien dengan cara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya

adalah membersihkan kuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman,

membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit dan memperlancar sistem

peredaran darah di bawah kulit. Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara

membersihkan dan menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini

mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut,

membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku secara sendiri.

Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau

infeksi akibat garukan dari kuku (Solica, 20116). Berikut penatalaksanaan pada

personal hygiene:

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

13

a. Personal Hygiene pada kulit

Salah satu cara membersihkan diri adalah dengan mandi. Hal-hal yang perlu

diperhatikan tentang mandi adalah:

1) Membersihkan diri sebanyak dua kali sehari atau setelah beraktivitas.

2) Menggunakan sabun yang tidak iritatif. Jangan menggunakan sabun mandi

untuk mencuci muka.

3) Menyabuni seluruh tubuh, terutama pada daerah lipatan kulit, misalnya sela-

sela jari.

4) Mengeringkan tubuh dengan handuk yang lembut segera setelah mandi.

b. Personal Hygiene pada kuku

1) Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya dalam

bentuk oval atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan kuku jari kaki dipotong

dalam bentuk lurus.

2) Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput kulit dan

kulit disekitar kuku.

3) Jangan membersihkan kotoran dibalik kuku dengan benda tajam, sebab akan

merusak jaringn kuku.

4) Potong kuku seminggu sekali atau sesuai dengan kebutuhan.

5) Khusus untuk jari kaki, sebaiknya dipotong dengan segra setelah mandi atau

direndam dengan air hangat terlebih dahulu.

6) Jangan menggigit kuku karena akan merusak jaringan kuku.

c. Personal hygiene pada mata

Usap kotoran pada mata dari sudut mata bagian dalam kesudut mata bagian luar.

Saat mengusap mata menggunakan kain yang paling lembut dan bersih. Lindungi

mata dari kemasukan debu dan kotoran

d. Personal hygiene pada hidug

1) Jaga lubang hidung agar tidak kemasukan air atau benda kecil

2) Jangan memberikan benda kecil masuk ke hidung karena dapat menyebabkan

benda kecil terhisap dan menyumbat saluran pernafasan serta menyebabkan

membran mukosa terluka.

3) Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara berlahan

dan biarkan kedua lubang hidung tetep terbuka.

4) Jangan mengeluarkan kotoran hidung dengan menggunakan jari, karena dapat

mengiritasi membran mukosa.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

14

e. Personal hygiene pada gigi dan mulut

1) Tidak makan-makanan yang terlalu manis dan asam.

2) Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda keras

seperti membuka tutup botol.

3) Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi patah.

4) Menyikat gigi sesudah makan dan khususnya seblum tidur.

5) Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus dan kecil sehingga dapat

menjangkai bagian dalam gigi.

6) Leletakan sikat gigi pada sudut 45° di pertemuan antar gigi dan gusi dan sikat

menghadap kearah yang sama dengan gusi

f. Personal hygiene pada telinga

1) Bila ada kotoran yang menyumbat telinga keluarkan secara berlahan dengan

menggunakan penyedot telinga.

2) Bila menggunakan air yang disemprotkan, lakukan dengan hati-hati agar tidak

menyebabkan kerusakan pada telinga akibat dari tekanan air yang berlebihan.

3) Aliran yang masuk hendaklah diarahkan kesaluran telinga dan bukan

langsung ke gendang telinga.

4) Jangan mengguanakan peniti atau jepit rambut untuk membersihkan kotoran

telinga karena dapat merusak gendang telinga.

g. Personal hygiene pada genetalia

1) Wanita: perawatan perinium dan area genetalia eksterna dilakukan pada saat

mandi ( 2x sehari)

2) Pria: perawatan dilakukan 2 x sehari pada saat mandi, pada pria terutama

yang belum sirkumsisi, karena adanya kulup pada penis yang menyebabkan

urine mudah terkumpul di sekitar gland penis.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pesonal Hygiene

1. Pengkajian

Pengkajian meupakan langkah awal dalam asuhan keperawatan melalui

pendekatan proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau

informasi, analisis data, dan penentuan permasalahan atau diagnosis keperawatan.

Manfaat pengkajian keperawatan adalah membantu mengidentifikasi status

kesehatan, pola petahanan klien, kekuatan serta merumuskan diagnos kepewatan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

15

yang terdiri dari tiga tahap yaitu pengumpulan, pengelompokan, dan

perorganisasian serta menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan (Solica,

2016). Berikut hal yang perlu di tanyakan dalam masalah personal hygiene:

a. Tanyakan tentang pola kebesihan individu sehari-hari, sarana dan prasarana

yang dimiliki, serta yang mempengaruhi personal hygiene individu baik faktor

pendukung maupun pencetus.

b. Pemeiksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik, kaji pesonal hygiene individu, mulai dai ekstermitas

atas sampai bawah:

1) Rambut: amati kondisi rambut (wana, tekstur, kualitas), apakah tampak

kusam? Apakah ditemukan kotoran?

2) Kepala: amati dengan seksama kebersihan kuit kepala. Perhatikan adanya

ketombe, kotoran, atau tanda-tanda kemerahan.

3) Mata: amati tanda-tanda adanya ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada

kelopak mata, kemerahan pada kelopak mata.

4) Hidung: amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan

hidung, tanda-tanda pilek yang tidak kunjung sembuh, tanda-tanda alergi

atau peubahan pada daya penciuman.

5) Mulut: amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembabannya. Perhatikan

adanya lesi, tanda-tanda radang gusi/sariawan, kekeringan, atau pecah-

pecah

6) Gigi: amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-tanda

karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, atau gigi palsu.

7) Telinga: amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya serume,

lesi, infeksi, atau perubahan daya pendengaan

8) Kulit: amati kondisi kulit. Perhatikan adanya perubahan pada wana kulit

keriut, sesi atau puitus.

9) Kuku tangan dan kaki. Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan

adanya kelainan pada kuku.

10) Genatalia: amati kondisi dan kebersihan genetalia, pada laki-laki

perhatikan adanya kelainan pada skrotum dan testisnya.

11) Personal Hygiene secara umum: amati kondisi dan kebersihan kulit secara

umum, pastikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

16

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman

atau responden individu, keluarga, atau komunitas pada masalah keperawatan,

pada resiko masalah keperawatan atau pada proses kehidupan (PPNI, 2018).

Menurut PPNI, 2018 diagnosa yang muncul pada kasus personal hygiene

yang bekaitan dengan kondisi klinis atritis reumotoid adalah:

a. Defisit perawatan diri

1) Definisi: tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas

perawatan diri

2) Penyebab/etiologi

a) Gangguan muskuloskeletal

b) Gangguan neuro muskular

c) Kelemahan

d) Gangguan pisikologis dan/atau pisikotik penurunan motivasi atau

minat

3) Gejala Dan Tanda Mayor

Gejala dan tanda mayor subjektif yaitu klien menolak melakukan

perawatan diri. Objektif yaitu: klien tidak mampu mandi, mengenakan

pakaian, makan, ke toilet, berhias secara mandiri dan minat melakukan

perawatan dari kurang

4) Gejala dan tanda minor

Gejala dan tanda mayor baik subjektif mauoun objktif tidak tersedia.

5) Kondisi klinis terkait

a) Stroke

b) Cidera medula spinalis

c) Depresi

d) Atritis reumotoid

e) Retardasi mental

f) Delirium

g) Demensia

h) Gangguan amnestik

i) Skizofrenia dan gangguan pisikotik lain

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

17

j) Fungsi penilaian terganggn

6) Keterangan

Diagnosis ini dispesifikasikan mejadi salah satu atau lebih dari:

a) Mandi

b) Makan

c) Berpakaian

d) Toileting

e) Berhias

3. Rencana Keperawatan

Intervensi kperawatan merupakan segala bentuk tepi yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai

peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan

komunitas (PPNI, 2018).

Menurut PPNI, 2018 intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan

pemenuhan personal hygiene adalah sebagai berikut:

a. Observasi

1) Identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan

2) Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan

3) Monitor kebersihan tubuh (misalnya: Sabun, rambut, mulut, kulit, kuku)

4) Monitor integritas kulit.

b. Teraupetik

1) Sediakan peralatan mandi (Sabun, sikat gigi, shamphoo, pelembab kuit)

2) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman

3) Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan

4) Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan

5) Pertahankan kebiasaan kebersihan diri

6) Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian

c. Edukasi

1) Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan

2) Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien jika perlu.

4. Implementasi keperawatan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

18

Implementasi keperawatan adalah proses pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Solica, 2016).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah proses kontinu yang paing penting untuk

memanajemen kualitas dan tetepatan tindakan asuhan keperawatan yang

dilakukan dan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien

selalu berubah dengan cepat dan perencanaan pun selalu memerlukan revisi dan

pembaharuan dengan menambah informasi klien yang baru berkembang

(Doengoes, 2012). Menurut Sude Moorhead, 2016 pengukuran outcomes

kesehatan meliputi:

a. Perawatan diri: kebersihan

Tujuan yang ingin di capai yaitu untuk mempertahankan kebersihan diri dan

menjaga penampilan secara mandiri tanpa alat bantu.

Tabel 2.1 Tabel Skala Outcomes Perawatan Diri : Kebersihan

Skala outcome kesekuruhan

Sangat ter-

ganggu

(1)

Banyak ter-

ganggu

(2)

Cukup ter-

ganggu

(4)

Sedikit ter-

ganggu

(5)

Tidak ter-

ganggu

(5)

Memcuci tangan 1 2 3 4 5

Membersihkan area

perinium

1 2 3 4 5

Menggunakan

pembalut

1 2 3 4 5

Membersihkan

telinga

1 2 3 4 5

Menjaga hidung

untuk kebersihan berbafas dan bersih

1 2 3 4 5

Mempertahankan

kebersihan mulut

1 2 3 4 5

Mengeramas rambut

1 2 3 4 5

(Sue Moorhead,2016)

b. Perawatan diri: mandi

Tujuan yang ingin di capai yaitu mampu membersihkan badannya secara

mandiri atau tanpa alat bantu.

Tabel 2.2 Tabel Outcome Perawatan Diri: Mandi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

19

Skala outcome keseluruhan

Sangat ter-

ganggu

(1)

Banyak ter-

ganggu

(2)

Cukup ter-

ganggu

(3)

Sedikit ter-

ganggu

(4)

Tidak ter-

ganggu

(5)

Masuk dan keluar kamar mandi

1 2 3 4 5

Mengambil

alat/bahan mandi

1 2 3 4 5

Mendapat air mandi

1 2 3 4 5

Menyalakan keran 1 2 3 4 5

Mengatur air 1 2 3 4 5

Mengatur aliran air 1 2 3 4 5

Mandi di bak cuci 1 2 3 4 5

Mandi di bak

mandi

1 2 3 4 5

Mandi dengan

bersiram

1 2 3 4 5

Mencuci wajah 1 2 3 4 5

Mencuci badan

bagian atas

1 2 3 4 5

Mencuci badan bagian bawah

1 2 3 4 5

Membersihkan area

perinium

1 2 3 4 5

Mengeringkan badan

1 2 3 4 5

(Sue Moorhead,2016)

c. Perawtan diri : rambut

Tujuan yang ingin di capai yaitu untuk dapat merawat rambut sendiri

secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu

Tabel 2.3 Tabel Skala Outcomes Perawatan Diri : Rambut

Skala outcome keseluruhan

Sangat ter-

gannggu

(1)

Banyak ter-

ganggu

(2)

Cukup ter-

ganggu

(3)

Sedikit ter-

ganggu

(4)

Tidak ter-

ganggu

(5)

Menyisir rambut 1 2 3 4 5

Mencukur rambut 1 2 3 4 5

Menggunakan

riasan wajah

1 2 3 4 5

Mempertahankan kuku jari tangan

1 2 3 4 5

Memperhatikan

kuku kaki

1 2 3 4 5

Menggunakan kaca rias

1 2 3 4 5

Memasukan

makanan ke mulut dengan jari

1 2 3 4 5

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

20

Mempertahankan penampilan yang

rapih

1 2 3 4 5

Mempertahankan

kebersihan tubuh 1

2

3

4

5

(Sue Moorhead, 2016)

d. Perawatan diri: mulut

Tujuan yang ingin di capai yaitu dapat merawat mulut dan giginya secara

mandiri dengan atau tanpa alat bantu

Tabel 2.4 Tabel Skala Outcome Perawatan Diri: Mulut

Sekala outcome

keseluruhan

Sangat

ter-

gannggu

(1)

Banyak

ter-

ganggu

(2)

Cukup

ter-

ganggu

(3)

Sedikit

ter-

ganggu

(4)

Tidak

ter-

ganggu

(5)

Menyikat gigi 1 2 3 4 5

Membersihkan

sela-sela gigi

dengan benang

(gigi) yang

halus

1 2 3 4 5

Menggunakan

cairan kumur

1 2 3 4 5

Membersihkan

mulut, gusi dan

lidah

1 2 3 4 5

Membersihkan

gigi palsu atau

alat gigi

1 2 3 4 5

Menggunakan

flour

1 2 3 4 5

Mendapatkan

perawatan gigi

secara reguler

1 2 3 4 5

(Sue Moorhead, 2016)

C. Konsep Lansia Dengan Atrits Reumotoid Diperkirakan pada tahun 2025 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah

lansia sebesar 41,4%, yang merupakan peningkatan tertinggi di dunia (WHO, 2010).

WHO memperkirakan bahwa di tahun 2025 jumlah warga lansia mencapai kurang

lebih 60 juta jiwa. Penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) di dunia tumbuh dengan

sangat cepat bahkan tercepat di bidang kelompok usia lainnya. Penduduk lansia

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

21

mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2015, jumlah penduduk lansia

sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2016 (Bureau,

2016).

Lansia yang tidak melakukan aktivitas personal hygiene dengan baik akan

berdampak pada masalah fisik dan pisikososial. Masalah fisik yang di alami lansia

seperti gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada

mata dan telinga serta gangguan fisik pada kuku. Sedangkan dampak pada masalah

pisikososial seperti gangguan kebutuhan rasa aman nyaman, kebutuhan mencintai dan

dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, gangguan interaksi sosial.

Personal hygiene penting untuk dilakukan dan harus senantiasa terpenuhi oleh

semua orang, karena merupakan pencegahan primer yang spesifik untuk

meminimalkan pintu masuk mikroorganisme bakteri. Yang dapat mencegah

seseorang terkena penyakit (Kuntoro, 2015). Namun pada kenyataanya tidak semua

kebutuhan personal hygiene seseorang terpenuhi karena ada hambatan yang

mempengaruhinya yaitu : status kesehatan, budaya, status ekonomi, tingkat ekonomi,

tingkat pengetahuan dan perkembangan, cacat jasmani dan rohani dan mental, citra

tubuh.

Gangguan personal hygiene banyak terjadi pada lansia hal ini dikarenakan

lansia mengalami penurunan fungsi berbagai organ tubuh akibat kerusakan sel-sel

karena proses menua sehngga produksi hormon, enzim, dan zat-zat lain yang

diperlukan untuk kekebalan tubuh berkurang yang dapat menyebabkan cacat fisik

salah satunya adalah artritis reumatoid. Artritis reumatoid (RA) merupakan penyakit

inflamasi non-bakterial yang bersifat sistematik, progresif, cenderung kronik dan

mengenai sendi serta jaringan-jringan ikat sendi secara sistematis (Nurarif & Kusuma

Hardhi, 2015). Rheumatoid arthritis terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang

jaringan tubuh. Penyakit ini lebih sering diderita oleh wanita, terutama di atas 40

tahun. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan pria dan siapa pun di luar usia

tersebut terjangkit penyakit ini. Seiring waktu, peradangan ini bisa menghancurkan

jaringan persendian dan bentuk tulang. Efek dari kondisi ini akan membatasi aktivitas

keseharian, seperti sulit untuk berjalan dan menggunakan tangan, termasuk aktivitas

kebersian diri.

Penderita arthritis rheumatoid pada lansia diseluruh dunia telah mencapai

angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 lansia didunia ini menderita reumatik.

Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

22

25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan

bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid, dimana 5-10%

adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun

(WHO, 2012). Angka morbilitas dan mortilitas reumatoid atritis di Indonesia masih

sangat tinggi seiring bertambahnya usia (Depkes RI, 2004). Tercatat bahwa 30%

lansia di Tresna Werda Garut, terserang penyakit atritis reumatoid, dari 44 jumlah

penyakit yang ada di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Weda Garut 26 diantaanya

mendeita penyakit reumatoid atitis dan 20 lansia mengalami gangguan pada personal

hygiene (Kompas,2012).

1. Definisi atritis reumotid

Rheumathoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronik

yang menyebabkan tulang sendi destruksi dan deformitas, serta mengakibatkan

ketidakmampuan (Meiner & Luekenotte, 2006). Rheumathoid Arthritis (RA)

adalah suatu penyakit autoimun dan inflamasi sistemik kronik terutama mengenai

jaringan sinovium sendi dengan manifestasi utama poliarthritis progresif dan

melibatkan seluruh organ tubuh (Manjoer, 1999).

2. Etiologi

Penyebab Rheumatoid Arthritis sampai saat ini masih belum diketahui

dengan pasti. Penyebab Rheumatoid Arthritis ini masih terus diteliti di berbagai

belahan dunia, namun agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur, sering

dicurigai sebagai pencetusnya. Sejumlah ilmuwan juga berpendapat, bahwa

beberapa faktor resiko seperti faktor genetik dan kondisi lingkungan pun ikut

berperan dalam timbulnya RA ( Williams & Wilkins, 1997).

1) Genetik

Terdapat hubungan antara HLA-DW 4 dengan RA seropositif yaitu penderita

mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.

2) Hormon Sex

Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan lebih

banyak menderita penyakit ini.

3) Infeksi

Dengan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara

mendadak dan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi diduga oleh

bakteri, mikroplasma atau virus. d.Heart Shock Protein (HSP), HSP

merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh tubuh

sebagai respon terhadap stres.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

23

4) Radikal Bebas Radikal

Superoksida dan lipid peroksidase yang merangsang keluarnya prostaglandin

dan pembengkakan.

Menurut Meiner & Lueckenotte, 2006 penyebab RA belum diketahui

dengan jelas, namun teori yang paling banyak diterima menyebutkan bahwa RA

merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi dan

jaringan penyambung. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia terutama

pada wanita. Insiden puncak adalah antara 40-60 tahun dan penyakit ini

menyerang orang diseluruh dunia dan berbagai suku bangsa (Price & Wilson,

2005).

3. Manifestasi klinis

Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis

rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,

pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu serta

sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang

hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumatoid mono-artikular

Chairuddin, 2003.

Kriteria pada American Rheumatism Association (ARA) yang di revisi 1987,

adalah:

a) Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada

persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-

kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.

b) Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau

persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang

(hyperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendisecara bersamaan

dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang memenuhi

kriteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan,

siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan

c) Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi

pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.

d) Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama; tidak mutlak

bersifat simetris pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyartritis

simultaneously).

e) Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau

permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang

dokter.

f) Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid

serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang

dari 5% kelompok control.

g) Terdapat perubahan gambaran radiologis

h) yang khas pada pemeriksaan sinar rontgen tangan posteroanterior atau

pergelangan tangan, yang harus menunjukkkan adanya erosi atau

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

24

dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang

berdekatan dengan sendi.

4. Pemeriksaan penunjang

Menurut Nurarif & Kusuma Hardhi, 2015 dituliskan pemeriksaan penunjang pada

atritis reumtoid adalah:

a) Faktor Reumotoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi aglutinasi

b) Laju endap darah : umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h)mungkin

kembali normal swaktu gejala-gejala meningkat

c) Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.

d) Sel darah puti meningkat ada waktu timbul proses inflamasi

e) Hemoglobin: umumnya menunjukan anemia sedang

f) Ig (Ig M dan Ig G) ; peningkatan besar menunjykan proses auto imun

sebagai penyebar atritis reumotoid

g) Sinat X dari sendi yang sakit; menunjukan pembengkakan pada jaringan

lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan

awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi

dan sublukasasio. Perubahan osteoartstk yang terjad secara bersamaan

h) Scan radionuklida: identvkasi peradangan sinovium

i) Atroskopi langsung, aspirasi caran sinoval

j) Bopsi membran sinovial : menunjukan perubahan imflamasi dan

perkembangan panas

5. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,

mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi

dan kemampuan mobilisasi penderita.

Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain:

a) Pemberian terapi. Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian

aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAID untuk

mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk

memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk

menghambat proses autoimun.

b) Pengaturan aktivitas dan istirahat. Pada kebanyakan penderita, istirahat

secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit.

Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu

akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun

istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga

kekuatan otot dan pergerakan sendi.

c) Kompres panas dan dingin. Kompres panas dan dingin digunakan untuk

mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres

hangat lebih efektive daripada kompres dingin.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

25

d) Diet. Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur

dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat

dalam minyak ikan.

1) Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan

buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi

inflamasi.

2) Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari

minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan,

kacang-kacangan, ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan

kembangkol karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat

dipersendian.

e) Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat

dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi. (Nurarif & Kusuma Hardhi,

2015).

f) Gizi. Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan

mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan

pada sendi. Adapun syarat–syarat diet atritis rheumatoid adalah protein

cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan

dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata–rata asupan cairan yang

dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak

yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.

g) Pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah

mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk

menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti

sendi.

6. Patofisiologi

Sebelum memahami patofisiologi penyakit reumatik penting untuk

memahami lebih dahulu tentang anatomi normal dan fisiologi persendian

diartrodial atau sinovial. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap

sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang

tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat

digerakkan.

Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus

ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet

untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan

mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar-tulang. Cairan sinovial ini

berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang memungkinkan sendi

untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.

Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi

dan degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Inflamasi akan terjadi

pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori,

inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/389/3/6.bab 2.pdf · Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan

26

proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan

sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.

Kartilago artikuler memainkan dua peranan mekanis yang penting

dalam fisiologi sendi. Pertama, kartilago artikuler memberikan permukaan

penahan beban yang licin secara nyata, dan bersama cairan sinovial, membuat

gesekan (friksi) yang sangat rendah dalam gerakan. Kedua, kartilago akan

meneruskan beban atau tekanan pada tulang sehingga mengurangi stres

mekanis. Kartilago artikuler maupun tulang dapat normal tetapi beban (gaya

yang dihasilkan oleh berat tubuh) berlebihan pada sendi menyebabkan

jaringan tersebut gagal, atau beban pada sendi secara fisiologis masih banyak

tetapi kartilago artikuler atau tulangnya tidak normal (Muttaqin, 2005).

Reaksi auto imun pada artritis rheumatoid terjadi pada jaringan

sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-

enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi

membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan

menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya

menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot

akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif

dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.

Respon imun Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi

monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1,

interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase

melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui

pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17.

Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi

pada rheumatoid arthritis.

Aktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara

langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk

memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi

dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah

diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor

mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun

kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang

secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag,

limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi

peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid

artritis.