bab iii praktek ngebon jual beli tembakau di...
TRANSCRIPT
32
BAB III
PRAKTEK NGEBON JUAL BELI TEMBAKAU
DI KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL
A. Sekilas tentang Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal
Di bawah ini akan diungkapkan gambaran umum tentang keadaan
wilayah Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal, dimana penulis
mengadakan penelitian tentang Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek
Ngebon Jual Beli Tembakau di Kecamatang Kangkung Kabupaten Kendal.
1. Kondisi Geografis1
Kecamatan Kangkung terletak dalam wilayah Pembantu Bupati
Weleri, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah dengan batas-batas
wilayahnya sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Laut Jawa
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Gemuh
c. Sebelah Barat : Kecamatan Rowosari
d. Sebelah Timur : Kecamatan Cepiring
1 Data dari Kantor Statistik Kecamatan Kangkung dan dari data monografi Kecamatan
Kangkung, tahun 2001
33
Luas wilayah Kecamatan Kangkung adalah 38,98 km2 yang
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 – 5 m dari permukaan
laut.
Mengenai iklim, Kecamatan Kangkung beriklim tropis dan
memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau,
seperti daerah-daerah di Indonesia pada umumnya, dengan suhu udara
pada pagi sampai siang hari + 32oC dan pada sore sampai malam hari +
24oC. Sedangkan curah hujan, berkisar antar 1000 mm sampai dengan
1500 mm pertahun.
Pusat pemerintahan Kecamatan Kangkung terletak di Desa
Kangkung. Adapun jarak antara pusat pemerintahan wilayah Kecamatan
Kangkung dengan wilayah lainnya adalah :
1. Dengan desa / kelurahan yang terjauh: 4,5 km
2. Dengan pusat kedudukan wilayah kerja pembantu bupati: 12 km
3. Dengan ibukota Kabupaten / Kotamadia: 15 km
4. Dengan pusat kedudukan wilayah kerja pembantu gubernur: 40 km
5. Dengan ibukota propinsi: 40 km
Wilayah Kecamatan Kangkung membawahi 15 desa dan
semuanya merupakan desa swasembada. Desa-desa tersebut adalah:
1. Sedang Kulon 9. Kangkung
34
2. Sedangdawung 10. Laban
3. Sukodadi 11. Karangmalang Wetan
4. Kaliyoso 12. Jungsemi
5. Gebanganom Wetan 13. Tanjungmojo
6. Kadilangu 14. Rejosari
7. Truko 15. Kalirejo
8. Lebosari
Untuk lebih jelasnya berikut adalah peta wilayah Kecamatan
Kangkung.
Keadaan wilayah Kecamatan Kangkung lebih banyak berupa
tanah sawah dengan luas 18,30 km2. Hal ini memberitahukan bahwa
kenyataan penduduk wilayah Kecamatan Kangkung adalah petani.
Kemudian, tanah kering yang biasanya di bawah luas tanah sawah, yaitu
seluas 12,18 km2. Di atas tanah kering tersebut banyak berdiri rumah,
gedung-gedung pendidikan, peribadatan dan sebagainya.
2. Kondisi Demografis2
2 Wawancara dengan Bapak. Bambang Hari, B.A., Ka.Si.Pun Kecamatan Kangkung. 10.
September 2003.
35
Menurut data laporan monografi tahun 2002, bahwa jumlah
penduduk di wilayah Kecamatan Kangkung adalah 45.985 terdiri dari
10.768 keluarga. Jumlah penduduk tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Tabel 3.1
a. Menurut kelompok umur dan jenis kelamin
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0 - 4 2.642 2.686 5.328
5 - 9 2.402 2.429 4.831
10 - 14 2.771 2.569 5.340
15 - 19 2.553 2.538 5.091
20 - 24 2.377 2.571 4.948
25 - 29 2.351 2.462 4.813
30 - 39 2.249 2.349 4.598
40 - 49 2.034 2.148 4.182
50 - 59 1.887 1.936 3.823
60 - ke atas 1.473 1.556 3.031
Jumlah 22.739 23.246 45.985 Sumber: Laporan Kependudukan Kec. Kangkung Tahun 2002
36
b. Menurut mata pencaharian
Sebagaimana daerah-daerah pada umumnya, penduduk di
wilayah Kecamatan Kangkung mengandalkan pertanian sebagai
mata pencaharian pokok dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Mengingat wilayah Kecamatan Kangkung sebagian besar
merupakan lahan pertanian yang digunakan untuk bercocok tanam
penduduk, baik berupa sawah maupun perkebunan, maka tidak
mustahil apabila sebagian besar pendapatan ekonomi penduduk
berasal dari hasil pertanian, seperti padi, jagung, tembakau dan
sebagainya. Terutama sekali bagi mereka yang berada di daerah-
daerah yang tanahnya subur. Dan jika ada yang mempunyai
pekerjaan lain sebagai mata pencaharian pokoknya, inipun masih
bertani. Hal itu sebagai usaha cadangan bila terjadi kepailitan. Di
samping itu, ada sebagian penduduk yang mempunyai usaha
sampingan yang berupa ternak, seperti sapi, kerbau, kambung, ayam
atau ternak yang lainnya. Selain itu ada juga yang bermata
pencaharian dari sektor buruh bangunan, buruh industri, pedagang,
jasa dan lain-lain.
37
Berikut ini akan penulis lampirkan data-data perincian mata
pencaharian penduduk wilayah Kecamatan Kangkung sebagai
berikut:
38
Tabel 3.2
Banyaknya Penduduk di atas 10 Tahun Yang bekerja Dirinci Menurut Mata Pencaharian
Kecamatan Kangkung Tahun 2002
Mata Pencaharian Jumlah Petani 9.130 Buruh tani 12.208 Nelayan 374 Pengusaha 177 Buruh industri / bangunan 1.577 Pedagang 559 Angkutan 289 PNS / ABRI 529 Pensiun 114 Lain – lain 7.754
Jumlah 32.711 Sumber: Statistik Kec. Kangkung Tahun 2002
c. Menurut Pendidikan
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan umur 5
tahun ke atas sebagai berikut:
Tabel 3.3 Banyaknya Penduduk di atas 5 Tahun
Dirinci Menurut Pendidikan Kecamatan Kangkung Tahun 2002
Jenjang Pendidikan Jumlah Tidak sekolah 9.130 Tidak tamat SD 5.794 Belum tamat SD 6.015 Tamat SD 14.713 Tamat SLTP 6.357 Tamat STLA 4.085
39
Tamat PT / Akademi 487 Jumlah 40.657
Sumber: Statistik Kec. Kangkung Tahun 2002
Di samping itu, ada juga masyarakat di wilayah Kecamatan
Kangkung yang menuntut ilmu di lembaga-lembaga pendidikan
nonformal, seperti pesantren-pesantren, baik di daerah sendiri
maupun di luar daerahnya. Ada juga yang menuntut ilmu di
madrasah-madrasah diniyah.
Dengan melihat kondisi pendidikan tersebut di atas yang
mayoritas tamatan sekolah dasar, maka tidak mustahil bilamana
mereka memiliki wawasan atau cakrawala pandang yang sederhana
dan praktis.
d. Menurut Agama
Klasifikasi penduduk menurut agama adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Banyaknya Pemeluk Agama
Kecamatan Kangkung Tahun 2002
Islam Protestan Katolik Budha Hindu
45.984 1 0 0 0
Sumber: Statistik Kec. Kangkung Tahun 2002
40
Apabila kita lihat data di atas, maka dapat diketahui bahwa
penduduk Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal mayoritas
beragama Islam.
Mengenai tempat ibadah, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.5 Banyaknya Tempat Ibadah
Kecamatan Kangkung Tahun 2002
Masjid Mushalla Gereja Kuil / Pura
34 146 0 0
Sumber: Statistik Kec. Kangkung Tahun 2002
41
3. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya
Sudah banyak masyarakat yang berpendidikan tinggi karena
kurangnya alat-alat produksi, menyebabkan lambannya pertumbuhan
ekonomi masyarakat. Sedangkan perekonomian masyarakat dipengaruhi
oleh sektor pertanian yang tradisional.
Sektor lain yang dapat menunjang ekonomi masyarakat adalah
sektor peternakan. Adapun jenis ternak yang biasa dipelihara adalah
ayam, itik, kambing dan kerbau. Akan tetapi dari tahun ke tahun sektor
ini tidak mengalami perkembangan sama sekali.
Dalam sektor jasa penulis dapat menggambarkan bahwa, banyak
warga masyarakat Kecamatan Kangkung setelah menamatkan sekolah
baik di tingkat SD, SMP, atau SLTA yang tidak dapat melanjutkan
sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, kemudian mereka lebih
memilih merantau keluar negeri (TKI) ada juga yang memilih menjadi
petani, buruh, dan pedagang serta wiraswasta lainnya.3
Kehidupan masyarakat Kec. Kangkung Kab. Kendal dapat
dikategorikan sebagai masyarakat pedesaan, dimana mereka mempunyai
hubungan yang sangat erat dan mendalam di antara sesama warga desa.
Ciri-ciri ini sangat nampak dalam kehidupan masyarakat Kecamatan
42
Kangkung Kabupaten Kendal. Kadang kalanya juga ada di antara
pemuda-pemuda yang ribut sampai berkelahi, tapi orangnya hanya itu-
itu saja. 4
Di dalam masyarakat Kecamatan Kangkung masih ada
pengakuan status terhadap golongan / kelompok tertentu. Golongan /
kelompok tersebut di antaranya adalah tokoh agama, tokoh masyarakat,
dan pamong desa. Biasanya mereka dianggap sebagai “sesepuh” atau
orang yang pantas untuk ditaati.
Di samping pengakuan status, juga terdapat lapisan-lapisan sosial
masyarakat yang lain. Untuk membedakan lapisan satu dengan yang
lain, biasanya ditentukan oleh kedudukan masing-masing. Lapisan-
lapisan itu antara lain lapisan buruh, lapisan petani, lapisan pegawai,
lapisan pedagang dan lapisan tokoh agama.5
Dengan demikian dalam kehidupan masyarakat Kecamatan
Kangkung Kabupaten Kendal juga masih dikenal adanya lapisan sosial
atau stratifikasi sosial, walaupun lapisan-lapisan tersebut tidak dapat
ditarik garis pembatas yang jelas atau dengan kata lain bahwa
kesenjangan antara kelas-kelas yang ada di dalam masyarakat tidak
begitu nampak.
3 Wawancara dengan. Camat Kecamatan Kangkung “Drs. Kurdi”, tgl. 10 September
2003 4 Ibid. 5 Wawancara dengan Bambang Hari, BA, Kasi Pemerintahan Kecamatan Kangkung, tgl.
14 September 2003
43
Adanya perubahan-perubahan kebudayaan masyarakat
Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal, diwarnai oleh dua corak yang
berbeda yaitu corak modern dan corak tradisional. Corak modern
biasanya terjadi pada masalah-masalah hiburan yaitu terbukti dengan
adanya pertunjukan dangdut, band, organ tunggal dan qasidah modern.
Pertunjukan-pertunjukan tersebut biasanya dilakukan oleh orang yang
sedang punya hajat besar, seperti acara pernikahan atau khitanan, hal ini
juga dilakukan oleh masyarakat untuk merayakan hari-hari besar
nasional, terutama pada hari ulang tahun kemerdekaan RI.
Adapun corak tradisional itu masih melekat pada masalah-
masalah keagamaan, hal ini dibuktikan dengan adanya jam’iyyah-
jam’iyyah (perkumpulan) tahlil, mauludan, shalawat rebana, haul dan
sebagainya.
Pada hari besar Islam seperti Maulud Nabi saw, Nuzulul Qur’an,
Isro’ Mi’raj dan sebagainya, masyarakat Kecamatan Kangkung selalu
memperingatinya dengan acara pengajian yang kadang-kadang
penceramahnya didatangkan dari luar daerah.
B. Praktek Jual Beli Tembakau dengan Sistem Ngebon dan Respon Ulama
Setempat Terhadapnya
Yang dimaksud dengan praktek ngebon yaitu hampir sama dengan
pinjam uang untuk modal; perbedaannya yaitu kalau pinjam modal, antara
44
orang yang pinjam dengan yang meminjami tidak ada keterkaitan dengan
barang dagangannya, tapi kalau praktek ngebon, antara orang yang
meminjami dengan yang pinjam itu ada keterkaitannya dengan barang
dagangannya, khususnya dalam praktek ngebon jual beli tembakau di
Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal.
Adapun proses jual beli ini mula-mula sang juragan mengumpulkan
para pedagang dalam pertemuan khusus yaitu selametan (tasyakuran)
pembukaan pembelian tembakau. Kemudian dalam acara itu diutarakan niat
juragan mulai dibuka atau membeli tembakau pada para pedagang. Sekalian
diterangkan kategori tembakau yang akan dibeli.
- Seorang juragan yang telah dipercaya oleh pabrik Gudang Garam,
biasanya akan membeli tembakau dengan kriteria sebagai berikut: kelir
(warna), gondo (bau), cekel (tebal tipisnya tembakau).
- Begitu juga ketentuan yang dikehendaki oleh pabrik Jarum dan Sukun,
sama dengan pabrik Gudang Garam. Dari ketiga pabrik tersebut, penulis akan menerangkan kategori-kategori
yang ada.
Kategori dari Gudang Garam
No Kategori Wujud
1.
2.
Warna
Bau
Kering, merah, coklat
Harum, agak harum
45
3. Cekel (Pegangan) Keadaan daun tebal, sedang
Kategori dari Djarum
No Kategori Wujud
1.
2.
3.
Warna
Bau
Cekel (Pegangan)
Kering, merah, coklat
Harum, agak harum
Identik dengan keadaan daun yg tebal
Kategori dari Jambu Bol
No Kategori Wujud
1.
2.
Bau
Cekel (Pegangan)
Harum
Tebal tipisnya tembakau tidak berpengaruh
Kategori dari Sukun
No Kategori Wujud
1.
2.
3.
Warna
Bau
Cekel (Pegangan)
Asal tidak kuning keputih-putihan
Harum dan agak menyengat
Identik keadaan daun yang tebal
Adapun macam-macam praktek ngebon jual beli tembakau di
kecamatan Kangkung kabupaten Kendal adalah sebagai berikut:
1. Praktek ngebon jual beli tembakau yang dilakukan oleh petani dan
pedagang (tengkulak).
46
Diwaktu petani mulai garap sawah untuk ditanami tembakau para
pedagang sudah siap uang untuk petani yang ingin ngebon padanya. Ada
kalanya petani yang datang pada pedagang adapula pedagang yang datang
ke tempat petani. Para petani melakukan praktek ngebon tidak hanya
diwaktu garap sawah atau di musim tanam akan tetapi ada yang diwaktu
tembakau berumur setengah bulan yaitu untuk beli obat hama dan pupuk.
Adapula yang ngebon diwaktu tembakau sudah berumur satu bulan
bahkan ada yang ngebon menjelang tembakau panen karena untuk
persiapan biaya panen pertama dan kedua, karena panenan ketiga biasanya
para petani sudah optimis payu (laku terjual) karena panenan ketiga
kwalitas tembakaunya sudah memenuhi standart pabrik baik kelir (warna)
cekel (pegangan) gondo (bau).
Adapun akad yaitu dengan ucapan sebagai berikut:
“Aku pinjam uang sekian rupiah, lalu pedagang minta sekian
kwintal tembakau panenan yang kesekian. Jadi tawar menawarnya pada
waktu ngebon tersebut hal semacam ini biasanya yang merasa rugi adalah
pihak petani karena pihak pedagang jika sudah sampai waktunya
(tembakaunya panen) pihak pedagang merasa rugi karena suatu sebab
yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan petani, misalnya kwalitas
tembakaunya kurang bagus atau harga tembakau di pabrik murah, maka
47
pedagang tersebut membuat akad baru lagi, misalnya yang semula sudah
ditentukan panenan yang ketiga itu dibatalkan akan tetapi minta panenan
keempatnya atau masih panenan ketiga tapi timbangannya minta
ditambah. Oleh karenanya sering terjadi percekcokan antara petani dengan
pedagang tembakau karena ada salah satu pihak yang merasa tidak puas.
2. Praktek Ngebon yang dilakukan oleh Pedagang atau Juragan (Peniam)
Di awal bulan Agustus para peniam (juragan) tembakau
mengundang pedagang (tengkulak) yang biasa setor kepadanya
(selametan) bahwa tidak lama lagi piyaman dibuka (peniam membeli
tembakau). Dan sang juragan (peniam) menyampaikan harga sementara
yaitu panenan pertama dengan harga antara sekian sampai sekian ribu
rupiah. Panenan kedua sekian sampai sekian ribu rupiah dan seterusnya.
Di acara inilah para pedagang yang melakukan praktek ngebon mendaftar
sama sang juragan untuk mendapatkan uang karena para petani sudah ada
yang mulai panen tembakaunya.
Dalam acara selametan tadi tidak seluruhnya para pedagang
(tengkulak) daftar untuk ngebon karena ngebon adalah bagi tengkulak
yang kurang modal tapi sebagian besar melakukan praktek ngebon.
Adapun jumlah ngebon antara pedagang satu sama lain belum tentu sama
karena sesuai keberanian masing-masing tungkulak. Praktek ngebon ini
syaratnya adalah pedagang tengkulak tembakau yang biasa setor ke
48
tempat juragan tersebut dan dalam praktek ngebon ini tidak ada istilah
bunga atau bagi hasil cuma keseluruhan tembakau yang dibeli dari petani
disetorkan ke juragan tersebut.
Tembakau yang disetorkan pada peniam (juragan) belum tentu
semua bisa dibeli akan tetapi ada yang ditolak karena tembakaunya tidak
memenuhi persyaratan dalam kwalitas yang dikehendaki oleh pabrik
rokok. Pihak peniam jika mendapat hal semacam ini tembakau tetap dibeli
dengan harga dibawah standart dan apabila pihak tengkulak tidak boleh
maka tembakau bisa dibawa pulang atau dijual ketempat peniam atau ke
juragan yang lain.
Kemudian dalam pertemuan yang disertai tasyakuran tersebut sang
juragan membagikan uang atas modal kepada para pedagang (tengkulak)
sebagai ikatan, bahwa para pedagang harus menyetorkan dagangannya
kepada juragan tersebut. Setelah para pedagang mengetahui persis
kategori tembakau yang disukai oleh juragan, maka para pedagang
tersebut mulai mencari tembakau ke desa-desa (para petani) yang sudah
dikeringkan. Kadang-kadang karena takut tidak kebagian para pedagang
sudah membuat akad dan memberi panjer (uang muka) sebagai perskot
pada petani walaupun tembakau belum dirajang.
49
Kemudian setelah rajangan dan kering, tembakau tersebut dikemas
dalam keranjang khusus, dan keadaan tembakau tersebut tidak boleh keras
dan terlalu dingin akan tetapi harus di antara keduanya (sedang-sedang).
Para pedagang setelah mengumpulkan beberapa keranjang kira-kira dua
puluh (20) keranjang disetorkan ke tempat juragan yang telah memberi
uang modal (tempat pedagang ngebon).
Hampir dari keseluruhan pedagang (tengkulak) mengambil uang
bon (melaksanakan praktek ngebon) mengingat dengan cara itu mudah
untuk mendapatkan modal, akan tetapi pedagang (tengkulak) tidak boleh
setor (menjual) pada peniam selain yang memberi uang tersebut. Disinilah
para tengkulak sering ingkar janji pada peniam (juragan yang memberi
uang bon), karena tembakaunya disetorkan pada peniam lain yang harga
belinya lebih mahal. Alasan pada juragan yang kasih yang memberi modal
adalah bahwa ia belum mendapat tembakau atau masih dapat sedikit.
Adapun respon ulama’ setempat terhadapnya yang penulis
wawancarai adalah sebagai berikut :
1. Pendapat Kyai Rofwan.6
Penulis mewancarainya karena ia termasuk ulama yang terkenal di
kecamatan Kangkung dan menjabat sebagai syuriyah (MWC) Kecamatan
6 Wawancara dengan K. Rofwan tanggal 8 September 2003
50
Kangkung, ia berpendapat Pabrik memberikan modal uang kepada orang
yang dipercaya untuk membeli tembakau, ini adalah termasuk akad
(kewakilan) sehingga orang tersebut tidak mengambil keuntungan bunga
komisi dan harus sesuai dengan kehendak yang dikehendaki pabrik seperti
tembakau yang leter A, B, C, D dan seterusnya., kalau tidak sesuai pabrik
tidak mau. Akad wakalah adalah akad yang jelas dan ditetapkan dalam al-
Qur’an, hadits, ijma’ dan qiyas. Sebagaimana termaktub dalam kitab
I’anah al-Thalibin hal. 84:
وهما وكيلان لا حاكمان على المعتمد) هَافَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِ(القرآن “Maka hendaklah mereka mengirimkan seorang wakil dari pihak suami dan wakil dari pihak istri”. Hakam di sini adalah dua orang wakil bukan dua orang hakim menurut pendapat yang kuat. Dalam kitab at-Tadzhib matan al-Ghoyah wa al-Taqrib hal. 136
dijelaskan.
عَنْ عُرْوَةَ الْبَارِقِيِّ قَالَ دَفَعَ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دِينَارًا لِأَشْتَرِيَ لَهُ شَاةً وَالدِّينَارِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ فَاشْتَرَيْتُ لَهُ شَاتَيْنِ فَبِعْتُ إِحْدَاهُمَا بِدِينَارٍ وَجِئْتُ بِالشَّاةِ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ لَهُ مَا كَانَ مِنْ أَمْرِهِ فَقَالَ لَهُ بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِي صَفْقَةِ يَمِينِكَ
Dari Urwah al-Baihaqi, ia berkata : Rasulullah memberikan kepadaku satu dinar untuk membeli kambing, lalu saya belikan dua ekor kambing, yang satu saya jual seharga satu dinar dan saya datang dengan membawa seekor kambing dan satu dinar kepada Rasulullah SAW, kami ceritakan halnya
51
kepada beliau, kemudian beliau berkata : semoga Allah memberikan berkah kepadamu dalam perbuatan tanganmu. Dalam kitab al-Tadzhib matan al-Ghoyah wal Taqrib hal. 136 juga
dijelaskan
. وكل ما جاز للإنسان التصرف فيه بنفسـه جاز له أن يوكل فيه أو يتوكل ) فصل(الترمذى الخ منها فى قضاء الدين وفى الشراء ما رواه . دلّ على ذلك أحاديث كثيرة
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ جَاءَتْ امْرَأَةٌ (كما ذكرناه وفى زواج ما رواه البخارى ومسلم إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ وَهَبْتُ لَكَ مِنْ نَفْسِي
) قَالَ قَدْ زَوَّجْنَاكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِفَقَالَ رَجُلٌ زَوِّجْنِيهَا Dalil atas aqad wakalah adalah beberapa hadits yang banyak :
1. Di dalam membayar hutang (tidak perlu saya jelaskan)
2. Wakil dalam membeli ialah hadits yang diriwayatkan Tirmidzi
sebagaimana keterangan di atas.
3. Dalam pernikahan hadits Bukhori dan Muslim.
Dari Sahal bin Said r.a. berkata Sahal : ada seorang perempuan datang
kepada Rosul seraya berkata : Ya Rasulullah saya telah memberikan
kepadamu agar engkau menikahkan aku, lalu ada laki-laki menyahut
kepada Rasul : nikahkan saya dengannya (perempuan tersebut), Nabi
bersabda : telah kami nikahkan kamu dengan perempuan dengan mahar
al-Qur’an.
Dalam kitab I’anah al-Thalibin Juz III halaman 84.
52
لخبر الصحيحين أنه صلعم بعث السعاة لأخذ الزكاة Dalam hadits sahih Buhari Muslim Sesungguhnya Nabi mengutus Su’at untuk mengambil zakat.
ولهذا ندب قبولها لأنها قيام بمصلحة الغير وقد تحرم إن كان فيها إعانة على محروم وقد تكره إن كان فيها إعانة على مكروه وقد تجب إن توقف عليها دفع الضرر الموكل
راء طعام قد عجز عنه وقد تتصور فيها الإباحه كما إذا لم يكن كتوكل المضطر فى الش للموكل حاجة فى الوكالة وسأله الوكيل إياها من غير غرض
Makanya menerima jadi wakil adalah sunah karena berbuat maslahah
kepada orang lain, terkadang ada juga yang haram kalau untuk menolong
yang diharamkan, juga ada yang makruh kalau untuk menolong makruh,
bahkan ada yang wajib kalau tidak ada jalan lain kecuali harus diwakilkan
berbahaya kalau tidak diwakilkan seperti orang yang tidak mampu
tenaganya untuk membeli makanan juga ada yang hanya mubah.
Ijon
Orang memberi modal uang kepada petani (penggarap tembakau) dengan
syarat nanti hasil tembakaunya agar dijual padanya (orang yang memberi
uang bon) dengan harga umum. Itu boleh dengan aqad hutang piutang,
bukan dengan aqad jual beli karena menjadi aqad yang fasid (tidak sah).
Dalam kitab Bugyah al-Mustarsyidin hal. 35:
53
استؤجر لحمل شيئ يوصله فى مركبه إلى مكان كذا وشرط صاحب ) مسألة ب(الحمل أن يقرضه دراهم إلى أن يبيع حمله فالظاهر أنه ليس من القرض المحرم إن وقع فى
لأنه الذى شرطه وإن تضمن نفعا صلب العقد لأن النفع حينئذ إنما هو للمقترض للمقترض اذ القرض
(Masalah B) seorang buruh (pekerja) disuruh untuk memuat barang agar sampai di tempat kendaraan. Buruh tersebut janji sanggup kalau setelah dijual barang ini saya dihutangi sekian rupiah, yang jelas itu boleh dan tidak termasuk hutang yang fasid, karena hutang yang fasid itu hutang yang manfaatnya kembali kepada yang menghutangi, itu kalau terjadi perjanjian pada permulaan akad, kalau kedua tempah persetujuan tanpa menyebutnya pada permulaan maka boleh tetapi makruh, seperti halnya rekayasa riba yang terjadi tanpa maksud sarak.
2. Pendapat Kyai Mashadi.7
Penulis mewancarainya karena ia termasuk kyai muda yang terkenal di
kecamatan disamping itu ia juga menjabat sebagai Tanfidiyah PAC NU
di kecamatan Kangkung beliau berpijak pada kitab Bulugh al-Maram
hal. 162
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ حَتَّى ذَكَرَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو أَنَّ لَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ سَلَفٌ وَبَيْعٌ وَلَا شَرْطَانِ فِي بَيْعٍ وَلَا رِبْحُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَ
مَا لَمْ يُضْمَنُ وَلَا بَيْعُ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ Artinya : Amr bin Su’aib menceritakan dari ayahnya dari kakeknya
bahwa Ibn Umar mendengar Rasulullah SAW telah bersabda : Tidak halal peminjaman dan penjualan dan tidak halal dua syarat dalam satu penjualan, tidak halal keuntungan barang yang belum ditanggung tidak halal menjual barang yang bukan milikmu. (HR. Al-Tirmidzi)
7 Wawancara dengan K. Mashadi, tanggal 8 September 2003.
54
Keterangan hadits di atas, bahwa perbuatan yang dilarang dalam pinjaman
dan penjualan yang akadnya : aku mau meminjami uang kepadamu
asalkan kamu mau menjual barang kepadaku, atau aku mau membeli
barangmu asalkan kamu meminjami uang kepadaku.
Dua syarat dalam satu penjualan misalnya : aku menjual barang ini
dengan harga sekian bila dibayar tunai dan jika diangsur sekian.
Dalam kitab Kifayah al-Akhyar hal. 83.
Jual beli yang diperbolehkan ada 3 :
1. Barangnya dapat dilihat oleh pembeli
2. Barangnya dapat diketahui keadaan dan sifatnya
3. Barangnya suci dan bermanfaat
Barang yang boleh diperjualbelikan :
1. Suci
2. Bermanfaat
3. Milik penjual
4. Bisa diserahkan
5. Diketahui keadaannya
Rukun jual beli :
1. Orang yang menjual
2. Orang yang membeli
55
3. Ikrar/serah terima
4. Ada barangnya.
Cara jual beli :
1. Jual beli yang barangnya sudah tersedia
2. Jual beli secara pesan
3. Jual beli yang barangnya belum ada di tempat.
3. Pendapat Kyai Abdullah Syakur
Ia berasal dari desa Truko kecamatan Kangkung penulis mewancarainya
karena beliau termasuk pimpinan Muhamadiyah wilayah kabupaten
Kendal ia berpendapat bahwa praktek ngebon jual beli tembakau di
kecamatan Kangkung kabupaten Kendal yang dilakukan oleh pihak petani
tidak sah akan tetapi praktek yang dilakukan oleh pedagang terhadap
peniam tidak bertentangan dengan hukum islam, karena pihak pedagang
dipinjami modal untuk mencarikan tembakau dan akad jual belinya
setelah ada barangnya.
4. Pendapat Kyai Muhdlori al-Badar.8
Ia adalah pimpinan daerah Rifa’iyah kabupaten Kendal ia mendasarkan
pendapatnya pada kitab Tasrichah al-Mujhtaricahah al-Kurasan No. 1-2
sebagai berikut : “syarat sah kang dol ono limang perkoro:
8 Wawancara dengan K. Muhdlori al-Badar, tanggal 1 Maret 2004
56
1. Suci, kenang najis hasil kasucinan 2. Manfaat, ora sah adol tan nono kamanfaatan koyo semut lan
hewan kang galak aweh kemadhorotan / rongsokan gamelan. 3. Kuasa nyerahaken padolan maring kang tuku ora sah adol milike
contoh manuk kang tinemu mabur. 4. Wus tetep milik, oras sah adol durung tetep milik. 5. Kinawerohane, ora sah adol majhul Syarat Mussalam fih (salam tempah) ono limang perkoro 1. Ono mussalam fih kapesti 2. Mussalam fih kinaweruhan kajinisane / ora caruban (amor) koyo
bubur lan adon-adon. 3. Ora tinemu kamatengan geni koyo madu / lengo muhung ginawe
misahake. 4. Ono Mu’ayan ditukoni petukune katentoaken balik utang sak
karepe wong kang narimo tempahane 5. Arep ora ono kinaweruhan saking mu’ayan tentu kang tinukunan
dene wong kang tempah tinuding ing aranan koyo wong kang diutus.
Syarat shahe wong kang tempah ono wolong perkoro 1. Arep nebut jenise lan rupane iku kapartelanan / jelas 2. Arep nebut kehe / jumlah barang 3. Mongso / umur 4. Nyoto kongang anane masrahaken ing barang tempahan 5. Arep nebut nggone / tempat katanggapan yen wus hasil barang
kang sinanggupan. 6. Ono regan / harga kinaweruhan 7. Arep tinemu katanggapan ro’sul mal sakdurunge pisah karone. 8. Arep ono akod lestarine, tegese tan janji khiyar telung dinane
tinemu wenang kelawan khiyar majlisane”. Sesuai komentarnya dengan penulis waktu diwawancarai, K.
Muhdlori berpendapat bahwa praktek ngebon yang dilakukan oleh
pihak petani tidak sah adapun praktek ngebon yang dilakukan oleh
pedagang terhadap peniam tidak masalah karena diqiyaskan pada
akad salam.
57
Di kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal ada tiga organisasi
keagamaan/organisasi kemasyarakatan (Ormas), yaitu :
- Orgasisasi Nahdlatul Ulama’ (NU)
- Organisasi Muhammadiyah (MD)
- Rifa’iyah (tarjumah)
Dari pendapat ulama’ yang telah ketiga ormasy yang telah diwawancarai oleh
penulis tentang status hukum praktek ngebon jual beli tembakau di Kecamatan
Kangkung Kabupaten Kendal, penulis dapat menggarisbawahi pendapat
mereka sebagai berikut :
- Pendapat dari K. Rofwan, bahwa praktek ngebon jual beli yang dilakukan
oleh petani terhadap pedagang adalah tidak sah, dengan alasan praktek
tersebut sama halnya dengan jual beli ijon dan akadnya fasid (tidak sah)
seharusnya akadnya utang piutang jangan jual beli tidak dikatakan jual beli
jika tiga hal tidak di penuhi yaitu :
- adanya sighot akad
- adanya akid, orang yang melakukan akad
- adanya ma’qud ‘alaih, barang yang dijualbelikan.
Padahal praktek ngebon tersebut barnagnya tidak ada.
Praktek ngebon jual beli tembakau yang dilakukan oleh pedagang
dengan peniam (juragam tembakau) adalah sah. Karena juragan memberi
uang bon (modal) untuk membeli tembakau kepada petani dan disetorkan
58
kepada peniam untuk dibeli. Jadi praktek tersebut tidak ada yang
bertentangan dengan Islam. Sebagaimana termaktub dalam kitab al-tadzhib
matan al-Ghoyan wal Taqrib halaman 136 :
عَنْ عُرْوَةَ الْبَارِقِيِّ قَالَ دَفَعَ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دِينَارًا لِأَشْتَرِيَ لَهُ شَاةً اشْتَرَيْتُ لَهُ شَاتَيْنِ فَبِعْتُ إِحْدَاهُمَا بِدِينَارٍ وَجِئْتُ بِالشَّاةِ وَالدِّينَارِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ فَ
وَسَلَّمَ فَذَكَرَ لَهُ مَا كَانَ مِنْ أَمْرِهِ فَقَالَ لَهُ بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِي صَفْقَةِ يَمِينِكَ
Maksud dari hadits tersebut adalah Rasulullah pernah mengutus orang
untuk membelikan satu ekor kambing tapi membeli dua kambing, karena
uangnya sisa satu dinar, lalu yang satu ekor dijual lagi dan yang satu dinar
dikembalikan pada Rasulullah lagi. Hal tersebut justru dido’akan oleh
Rasulullah.
Hadits tersebut juga dipertegas dalam suatu fasal yang berbunyi :
. وكل ما جاز للإنسان التصرف فيه بنفسـه جاز له أن يوكل فيه أو يتوكل ) فصل( منها فى قضاء الدين وفى الشراء . دلّ على ذلك أحاديث كثيرة
Yang artinya “Segala sesuatu yang bisa dilakukan sendiri, maka baginya
bisa mewakilkan pada orang lain atau menerima jadi wakil”.
Jadi menurut K. Rofwan praktek ngebon jual beli tembakau yang dilakukan
oleh pedagang terhadap paniam dikiaskan pada hadits tersebut. 9
- Pendapat dari K. Masyhadi
9 Wawancara dengan K. Rofwan, Rois Syuriah NU Kec. Kangkung, 8 September 2003
59
Ia berpendapat bahwa kedua praktek ngebon tersebut adalah tidak
sah karena mengacu pada hadits yang termaktub dalam kitab Bulugh al-
Maram hal. 162 yang berbunyi sebagai berikut :
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ حَتَّى ذَكَرَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ سَلَفٌ وَبَيْعٌ وَلَا شَرْطَانِ فِي بَيْعٍ وَلَا رِبْحُ مَا لَمْ
يُضْمَنُ وَلَا بَيْعُ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ Maksud dari hadits tersebut adalah bahwa jual beli yang
mengandung maksud/syarat hanya untuk mendapatkan keuntungan dirinya
sendiri adalah tidak sah. Misalnya : pinjami aku uang kepadamu asalkan
daganganmu dijual kepada atau aku mau membeli daganganmu asalkan
kamu meminjami uang kepadaku.
Menurut K. Masyhadi praktek ngebon yang dilakukan oleh
pedagang terhadap peniam akadnya jangan jual beli tapi utang piutang. 10
- Pendapat K. Abdullah Syakur.11
Ia berpendapat dengan tegas bahwa praktek ngebon jual beli
tembakau di Kecamatan Kangkung yang dilakukan oleh petani tersebut
adalah haram (tidak sah), karena mengandung unsur riba ghoror dan
spikulasi. Di samping itu waktu akad jual beli barnagnya belum bisa
10 Wawancara dengan K. Masyhadi, Tahfidiyah NU Ranting Karangmalang Kec.
Kangkung, 8 September 2003. 11 Wawancara dengan K. Abdullah Syakur, Pemimpin Muhammadiyah Kabupaten
Kendal, 29 Februari 2004
60
disaksikan oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli). Hal tersebut
diqiyaskan pada jual beli ijon.
- Pendapat K. Muhdlori al-Badar
Ia berpendapat bahwa praktek ngebon yang dilakukan oleh petani
adalah tidak sah karena tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli dalam
Islam, yaitu :
- ada barang
- bisa diserahterimakan dan
- barang tersebut diketahui oleh penjual dan pembeli dengan jelas baik zat,
sifat dan kadar kwalitasnya.
Pendapat tersebut dikuatkan dalam kitab yang berbahasa Jawa kuno, yaitu
kitab Tasrihah al-Muhtajrih al-Kurasan No. 1-2. 12
12 Wawancara dengan K. Muhdlori al-Badar, Pimpinan Rifa’iyah wilayah Kabupaten
Kendal, 1 Maret 2004