bab iii pembahasan · bab iii . pembahasan . a. kategori tindakan kasus genosida etnis rohingnya di...

26
BAB III PEMBAHASAN A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang tidak manusiawi yang sangat keji dimana kejahatan tersebut merupakan suatu pelanggaran hak asasi manusia yang berat.Etnis Rohingya di Rakhine Myanmar menurut PBB merupakan minoritas paling teraniaya di dunia.Etnis Rohingya terisolasi di bumi Arakan hidup bergumul tekanan akibat Rezim Myanmar. Tujuan Skrispi ini adalah untuk mengetahui tindakan- tindakan apa saja yang termasuk tindak kejahatan genosida, untuk mengetahui kejahatan yang menimpa Etnis Rohingya apakah sudah termasuk tindak Kejahatan Genosida, dan untuk mengetahui ketentuan hukum tindak kejahatan genosida ditinjau dari prespektif Hukum Internasional (Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional 1998). Berdasarkan pembahasan dalam penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kategori tindakan- tindakan kejahatan yang dialami Etnis Rohingya adalah Genosida sesuai dengan ketentuan Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional 1998 dapat diadili di Pengadilan Kejahatan Internasional ICC. Penyelesaian sengketa di Pengadilan ini merupakan penyelesaian sengketa secara keras dalam Hukum Internasional.Meskipun negara Myanmar bukan negara peserta yang meratifikasi Statuta Roma tetapi kejahatan yang terjadi terhadap Etnis Rohingya dapat diadili di ICC.Hal ini karena semua warga negara berada dibawah yurisdiksi ketiga ICC dalam suatu kondisi “Dewan Keamanan PBB menyampaikan kasus yang terjadi ke Mahkamah Pidana Internasional”.Dalam tanggung jawab pidananya kejahatan genosida dijatuhkan secara individual dan tak memandang apakah itu dari anggota militer, sipil, dan lain-lain.Setelah terjadi permusyawaraan dalam forum PBB dan ada dua negara tetap PBB

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar

Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang tidak

manusiawi yang sangat keji dimana kejahatan tersebut merupakan suatu pelanggaran hak

asasi manusia yang berat.Etnis Rohingya di Rakhine Myanmar menurut PBB merupakan

minoritas paling teraniaya di dunia.Etnis Rohingya terisolasi di bumi Arakan hidup bergumul

tekanan akibat Rezim Myanmar. Tujuan Skrispi ini adalah untuk mengetahui tindakan-

tindakan apa saja yang termasuk tindak kejahatan genosida, untuk mengetahui kejahatan yang

menimpa Etnis Rohingya apakah sudah termasuk tindak Kejahatan Genosida, dan untuk

mengetahui ketentuan hukum tindak kejahatan genosida ditinjau dari prespektif Hukum

Internasional (Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional 1998). Berdasarkan

pembahasan dalam penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kategori tindakan-

tindakan kejahatan yang dialami Etnis Rohingya adalah Genosida sesuai dengan ketentuan

Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional 1998 dapat diadili di Pengadilan Kejahatan

Internasional ICC. Penyelesaian sengketa di Pengadilan ini merupakan penyelesaian sengketa

secara keras dalam Hukum Internasional.Meskipun negara Myanmar bukan negara peserta

yang meratifikasi Statuta Roma tetapi kejahatan yang terjadi terhadap Etnis Rohingya dapat

diadili di ICC.Hal ini karena semua warga negara berada dibawah yurisdiksi ketiga ICC

dalam suatu kondisi “Dewan Keamanan PBB menyampaikan kasus yang terjadi ke

Mahkamah Pidana Internasional”.Dalam tanggung jawab pidananya kejahatan genosida

dijatuhkan secara individual dan tak memandang apakah itu dari anggota militer, sipil, dan

lain-lain.Setelah terjadi permusyawaraan dalam forum PBB dan ada dua negara tetap PBB

Page 2: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

yang melakukan Hak Veto maka upaya penyelesaian sengketa ini dilakukan secara damai

yakni dengan repatriasi.

Negara Myanmar dulunya bernama Burma, sedangkan salah satu wilayahnya Rakhine

dulunya bernama Arakan yang terletak di bagian barat Myanmar.Rakhine merupakan rumah

bagi Etnis Rohingya, selain itu juga dihuni etnis minoritas lain seperti Chin, Mro, Chakma,

Khami, Dianet, dan Maramgri.Mayoritas penduduk Rakhine didominasi oleh Etnis Rakhine

beragama Budha. Dan mayoritas penduduk Myanmar beragama budha yang paling besar

dianut oleh Etnis Rakhine, Bamar, Shan, dan Mon yang lain merupakan minoritas beragama

Islam dan Kristen.1Rakhine dulunya adalah wilayah jajahan Inggris yang merupakan daerah

pertama yang diserahkan Myanmar kepada Ingris tepatnya tahun 1826 setelah Perang Anglo-

Burma.2 Setelah Myanmar merdeka Rakhine diakui sebagai wilayahnya dengan nama

“(Rakhine State)” yakni suatu negara bagian di Myanmar namun sayangnya negara ini hanya

mengakui wilayahnya saja tanpa mengkui Etnis Rohingya yang telah hidup di Rakhine

sehingga mereka dianggap warga ilegal yang tidak dimaksudkan kedalam warga negara

Myanmar. Sehingga menyebabkan mereka tidak mempunyai kewarganegaraan “(stateless

person)”.Saat ini Etnis Rohingya yang telah melakukan eksodus besar-besaran ke

Bangladesh dan negara – negara lain statusnya merupakan pengungsi “refugee”. Berikut ini

merupakan peta wilayah Negara Bagian Rakhine yang beribu kota di Sittwe.

Sejarah Singkat Etnis Rohingya Menurut David Camroux Etnis Rohingya

digambarkan seperti orang Roma Asia atau orang Palestina di Asia Tenggara yang tinggal di

dekat perbatasan Negara Bagaian Rakhine Myanmar dan Divisi Chittagong Bangladesh.Etnis

Rohingya menyatakan mereka adalah pribumi distrikdistrik bagian Barat atau seluruh jalur

Negara Bagian Rakhine.Ciri-ciri fisik mereka seperti keturunan non-Tibet-Burma yang

1 Sabrina Putripratama Amrijtsar, “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Tindakan Pelanggaran Ham

Pemerintah Myanmar Atas Etnis Rohingya” Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum, UHM, 2014, hlm

38-39. 2 Ibid. hlm 38-39.

Page 3: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

merupakan bagian orang Bengali.Agama mereka Islam Sunni dan mereka menggunakan

bahasa Rohingya atau Rohingyalish.

Para Pemimpin dan organisasi Rohingya menyatakan mereka merupakan penduduk

pribumi asli Arakan, dan mereka diingkari hak asasinya sebagai pribumi di Myanmar dan

diusir dari tanah air mereka.Pemerintah Myanmar menyatakan Etnis Rohingya adalah orang

asing dari Bengali dan berstatus imigran biasa.3 Dalam sebuah sumber lain dikatakan bahwa

Etnis Rohingya adalah imigran yang didatangkan oleh Inggris pada saat penjajahan Burma

untuk menjadi petani dari Bangladesh dan kemudian mendapat perlakuan kekerasan oleh

Junta Milliter, oleh karena itu Etnis Rohingya melakukan eksodus ke Bangladesh. Namun

saat di Bangladesh mereka juga disiksa dan akhirnya mereka sampai ke Malaysia, Arab

Saudi, Pakistan, Afganistan, hingga ke Aceh, Indonesia. Mereka melakukan eksodus besar-

besaran menuju Negara-negara yang mayoritas menganut Islam.4 Sejarah singkat Arakan

5,

tempat dari orang Rohingya dibagi menjadi empat era yakni :

1. Era Pra-Mrak U : Konflik rumit perdebatan Rohingya dan Arakan adalah asimilasi

kenangan-kenangan kelompok-kelompok etnis yang berimigran ke Arakan menjadi

kenangan historis etnis mereka yang dipimpin oleh dinasti Hindu dan Buddha seperti

Dhanyavati dan Vesali. Abad 6 SM konon Buddha mengunjungi Arakan dan

membangun patung Maha Muni. Kerajaan – kerajaan Buddha pada millenium

pertama sudah ada di Arakan.

2. 1430-1784 (Periode Mrauk U) dan Sesudahnya : Tahun 1430, Min Saw Mun

mendirikan kerajaan Arakan di Mrauk U. Setelah invasi Burma, ia terpaksa melarikan

diri ke Bengali. Di Ibu Kota Bengali yaitu Gaur dia mendapat bantuan besar dari

3 Bilveer Singh, Tantangan Orang Rohingya Myanmar “Menghadapi Satu Minoritas Teraniayadan

Implikasis untuk Keamanan Nasional dan Regional”, alih bahasa Nin Bakdisoemanto, Cet. 1 ( Yogyakarta :

UGM Press, 2014) hlm 11-12. 4 Moh. Rosyid, ”Menggugah Peran Hukum Humaniter Islam dalam Mengurai Konflik EtnisPrespektif

Sejarah”,Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, (Vol. 12, No. 2, Des 2012), hlm 208-209. 5 Ibid. hlm 208-209.

Page 4: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

Nawab Muslim untuk mendirikan kerajaan. Sehingga dari tahun 1430-1622 raja-raja

Buddha menggunakan gelar muslim dan mencetak koin. Koinnya terdapat gambaran

Persia dan kalimat Syahadat Islam. Hal ini membuat opini bahwa rajaraja Arakan

adalah seorang muslim dan bahkan kerajaan muslim. 1660, Shah Shuja putra kedua

Shah Jahan dan kakak dari kerajaan Mughal dari India Aurangzeb bersama

pengikutnya lari ke Arakan, sehingga putrinya menikah dengan Raja Arakan namun

tidak ia setujui dan berusaha menginvasi Arakan. Setelah itu dia dihukum mati, sisa-

sisa pengiringnya membentuk orang Kaman Muslim, yaitu etnis yang berbeda dengan

Etnis Rohingya. Kerjaan Mrauk U menarik para cendikiawan Islam bersama tentara

bayaran dan aktivis muslim dari India dan Persia. Sehingga masyarakat Arakan juga

mengambil kebiasan-kebiasaan Islam namun tetap menganut Buddha. Burma

dipimpin oleh Bodawpaya menyerbu Arakan pada tahun 1784 karena perang saudara.

3. Perang Dunia Kedua dan Pra-Kemerdekaan (1941-1948) Minoritas Muslim dan

Mayoritas Buddhis umumnya menjalin hubungan yang baik di Arakan sampai Perang

Dunia Kedua walau ada beberapa konflik kecil di tahun 1930. Namun masa

penjajahan Jepang muncul garis-garis tajam yakni mayoritas Buddhis didukung

penjajahan Jepang namun minoritas muslim termasuk Etnis Rohingya memihak

Inggris yang telah mengundurkan diri. Keadaan ini memicu rasa terhianati bagi

mayoritas Buddhis terhadap minoritas Muslim. Selama mundurnya Inggris

digambarkan sebagai pukulan militer dan pengunduran paling panjang dalam sejarah

Inggris. Pasukan inggris akhirnya mempersenjatai minoritas muslim lalu menciptakan

pasukan gerilya yang disebut V Force dan sebagai imbalan mereka dijanjikan satu

“Kawasan Nasional Muslim” di Arakan barat laut. Dan orang Arakan menerima

persenjataan dari satuan Burma Independence Army (BIA) di bawah Aung San yang

telah salah jalur karena merampok dan melakukan kejahatan. Sehingga kedua kubu

Page 5: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

saling menuduh dan bersedih saat mengingat kejadian tersebut. Orang Rohingya

menyatakan 100.000 Muslim dibunuh orang Buddhis. Dan orang Buddhis juga

menuduh orang muslim membatai orang Buddhis. Perang Dunia Kedua orang Jepang

dan orang Inggris secara jelas efektif mendorong suatu api kebenciaan permanen

antara mayoritas Buddhis dan minoritas Islam. Pada tanggal 10 Juni 1942 Inggris

mendeklarasikan Arakan Utara sebagai Wilayah Nasional Muslim yang diperintah

oleh satu “Komite Perdamaian”. Namun deklarasi ini dibatalkan karena pengungsi

perang kembali ke Arakan. Dan orang Rohingya menyatakan bahwa orang Arakan

menguasai tanah Muslim dan pegawai negeri Muslim digantian orang Arakan.

4. Kemerdekaan dan Sesudahnya Myanmar memperoleh kemerdekaan pada Januari

1948 dengan Arakan sebagai bagian wilayahnya. Tidak lama setelah ini, karena

pemerintah pusat runtuh di seluruh Myanmar, pecah pemberontakan Mujahidin di

Arakan barat laut. Etnis Rohingya mengatakan pemeberontakan Mujahidin pecah

akibat diskriminasi dan kurangnya perwakilan politik Muslim pada 1940-an dan

1950- an. Yang berlawanan dengan laporan Rohingya dan ingatan anggota Parlemen

Rohingya, termasuk mereka yang menduduki pos kabinet, selama periode tertentu.

Pada 1960, pemerintah AFPFL di bawah U Nu mendirikan mendirikan wilayah

perbatasan Mayu yang merupakan bagian dari negara bagian Rakhine, tetapi

diperintah langsung oleh Yangon melalui jalur militer. Ini tidak menciptakan satu

bagian negara etnis, tetapi justru zona pemerintahan militer. Orang Rohingya

menafsirkan gerakan itu sebagai langkah akan memberi mereka status negara bagian

dan kelompok mayor etnis pribumi. Orang Rakhine tidak keberatan karena mereka

tidak menganggap ini sebagai suatu divisi dari Negara Bagian Rakhine. Tak lama

kemudian, gencatan senjata dinegosiasikan dengan mayoritas permbrontak Mujahidin.

Saat Jendral Ne Win mengambil alih kekuasaan dalam satu kudeta, hubungan

Page 6: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

pemerintah Myanmar dan kelompok Etnis memburuk. Arakan menjadi satu negara

bagian yang baku pada tahun 1974 secara simbolis. Tahun 1978, pemerintah

Myanmar memulai “Operasi Raja Naga” (Na-ga-min Sit-sin yae) sehingga

menyebabkan eksodus besar-besaran Etnis Rohingya ke Bangladesh. Operasi Raja

Naga ini merupakan Operasi Militer di Rakhine dengan tujuan untuk melenyapkan

pembrontak Mujahidin. Dalam operasi ini perlakuan junta militer sangat kejam

terhadap Etnis Rohingya mereka ditangkap, disiksa, dan dibunuh karena Etnis

Rohingya dituduh telah bekerja sama dengan kelompok Mujahidin untuk

menumbangkan kekuasaan junta Militer di Myanmar.

Dalam Pasal 6 Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional Genosida adalah

perbuatan dengan tujuan menghancurkan, seluruhnya atau untuk sebagian suatu

kelompok nasional, etnis, ras atau keagamaan, seperti dengan cara : membunuh

anggota kelompok, menimbulkan luka fisik atau mental yang serius terhadap para

anggota kelompok, menimbulkan kondisi kehidupan kelompok tersebut menyebabkan

kehancuran fisik secara keseluruhan atau sebagian, mencegah kelahiran kelompok

tersebut, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok itu ke kelompok

lain.

Jika dilihat dalam penjelasan pasal diatas maka berikut ini merupakan

peristiwa-peristiwa dimana telah terjadi kejahatan terhadap Etnis Rohingya.

Sebelumnya pada tanggal 28 Maret 1945, Pemerintah Myanmar melakukan :

“pembunuhan, atau pembersihan, pengusiran dan perampasan harta

kekayaan minoritas Rohingya. Peristiwa tersebut disebut sebagai

Rohingya‟s Massacre.Sebab peristiwa tersebut telah menewaskan hampir

100.000 orang di Arakan. Berikutnya, Kalagong Massacre, Juli 1945,

Page 7: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

sektar 600 orang tewas. Kebijakan pengusiran atau pemusnahan

Rohingya.”6

Tahun 1978, pemerintah Myanmar memulai “Operasi Raja Naga” (Na-ga-

min Sit- yae) sehingga menyebabkan eksodus besar-besaran Etnis Rohingya ke

Bangladesh.Operasi ini adalah suatu Operasi Militer di Rakhine dengan tujuan

untuk melenyapkan pembrontak Mujahidin. Dalam operasi ini junta militer sangat

kejam terhadap Etnis Rohingya mereka ditangkap, disiksa, dan dibunuh karena

Etnis Rohingya dituduh telah bekerja sama dengan kelompok Mujahidin untuk

menumbangkan kekuasaan junta Militer di Myanmar.

Operasi yang dikendalikan Rezim Myanmar ini sehingga menyebabkan

terjadinya eksodus besar-besaran Etnis Rohingya meninggalkan bumi Arakan

menurut Habib Siddiqi :

“Suatu pemupusan sejarah dan budaya nenek moyang dari tanah

keluarga.Suatu peristiwa besar, dimana laki-laki, perempuan, tua muda disiksa,

diperkosa, dan dibunuh di Desa Ahyab, sebelah Utara Arakan (Assiddiqui,

2013).Secara faktual rezim militer Budha telah menjadi penguasa yang brutal,

biadab, dan tirani.Pemimpin agama Budha yang biasanya menjadi juru

penyelamat, justru sebaliknya memprovokasi warganya untuk mengusir suku

Rohingya dari wilayah Rakhine.7

Sejak 30 Mei 2003, terjadi kekerasan di suatu wilayah Myanmar, yang

tewas diperkirakan lebih dari 70 orang tewas. Sedangkan data terakhir, terkait

dengan tragedi berdarah 28 Juni 2012, 650 Rohingya tewas, 1.200 hilang. Tidak

kurang 80.000 orang kehilangan tempat tinggalnya. Data ini berbeda yang

dilaporkan oleh Pemerintah Burma, bahwa konflik antara Budha Rakhine dengan

6 Jawahir Thontowi, “Perlakuan Pemerintah Myanmar terhadap Minoritas Muslim RohingyaPerspektif

Sejarah dan Hukum Internasional”, (Pandecta.Volume 8.Nomor 1. Januari 2013 ) , hlm 45. 7 Ibid. hlm 45-46.

Page 8: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

minoritas Muslim Rohingya antara lain sekitar 78 mati, dan 87 luka-luka dan

ratusan rumah musnah. Dewan HAM PBB melaporkan bahwa minoritas Rohingya

tergolong masyarakat menderita dan terlupakan masyarakat dunia.8

Namun setetelah peristiwa-peristiwa tersebut dalam forum Internasional bulan Juli

2012 Presiden Myanmar Thein Sein mengatakan :

“Etnis Rohingya mencari negara lain saja diluar Myanmar atau PBB

mencarikan tempat penampungan lain di luar Myanmar. Myanmar tidak

welcome dengan orang Rohingya dan siap mendeportasi mereka,9

Hal tersebut merupakan sebuah sikap yang sangat memperhatikan oleh seorang abdi

negara yang mempunyai kuasa, dimana sangat tidak menunjukan kebijaksanaan seorang

pemimpin.

Dalam kasus Etnis Rohingya ini, pemerintah Myanmar telah terbukti melakukan hal-

hal yang disebutkan dalam Pasal 6 Statuta Roma. Dimana pemerintah Myanmar telah

melakukan tindakan yang dapat menyebabkan punahnya sebagian atau keseluruhan anggota

Etnis Rohingya, seperti membunuh anggota-anggota Etnis Rohingya, merusak jasmani atau

mental anggota-anggota Etnis Rohingya, dengan sengaja mengakibatkan penderitaan pada

kondisi kehidupan etnis Rohingya yang diperkirakan menimbulkan kerusakan jasmani

seluruhnya atau sebagian.

“Berdasarkan laporan Crisis in Arakan State, terungkap bahwa Presiden Myanmar

mengusulkan beberapa kebijakan untuk membersihkan Etnis Rohingya dengan

menugaskan PBB untuk mengirim Etnis Rohingya ke tempat-tempat pengungsian,

menghapuskan Etnis Rohingya dari Myanmar dan mengirim mereka ke dunia ketiga.

Dari laporan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa presiden Thein Sein memang

8 Ibid. hlm 46-47.

9 Rohingya : Suara Etnis Yang Tak Boleh Bersuara, Pusat Advokasi Hukum dan Hak AsasiManusia,

Paham Indonesia 2013 (hasil wawancara dengan Lukman Hakim, Perwakilan Rohingya Jepang di Tokyo, 5

Agustus 2012, http://www.indonesia4Rohingya.org Diakses pada tanggal 05/05/2018).

Page 9: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

membiarkan terjadinya konflik Rohingya.(Tommy Aji Nugroho, “Analisis Politik

Konfik Rohingya” www.kompasiana.com )”10

Sejak tahun 1948 junta militer telah melakukan berbagai operasi militer untuk

memusnahkan Etnis Rohingya dari Myanmar. Dalam melaksanakan operasi-operasi tersebut,

mekanisme yang digunakann oleh Pemerintah Myanmar antara lain11

:

a. Extra judicial killing, yaitu dimana sejak tahun 1989, ribuan remaja dan murid

madrasah dibantai.12

b. Penangkapan sewenang-wenang dan pemerasan, yang menjadi tugas- sehari-

hari dari Na-Sa-Ka dan polisi, yang lebih popular dengan sebutan Kalar

Hmu.13

c. Penyitaan properti, yaitu penyitaan terhadap tandah dan sapi penduduk

kemudian membagikannya kepada “perkampungan contoh” di Burma yang

didiami oleh Mayoritas Budha. Terdapat 100 perkampungan contoh, dimana

setiap perkampungan terdiri dari 70-100 rumah tangga. Setiap rumah tangga

diberikan tanah seluas 4 Ha dan dua pasang sapi. Propaganda Anti-Rohingya

dan anti-Muslim, dilakukan oleh Junta militer dengan menghasut komunitas

penduduk dengan memberikan ijin distibusi buku atau video yang menghina

Islam dan Muslim.14

10

Tommy Aji Nugroho, Analisis Politik Konflik Rohingya

https://www.kompasiana.com/tommyajinugroho/analisis-politik-konflik-rohingya_5516ed5d813311f55cbc60ed

diakses tanggal12/05/2018 Pukul 08:30 WIB. 11

Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya Arakan

“PIARA”https://indonesia4rohingyadotorg.files.wordpress.com/2013/03/kondisi-faktual-muslim-rohingya-

diindonesia.pdf diakses tanggal 13/05/2018 Pukul 09 : 02 WIB. 12

Ibid., PIARA. 13

Ibid., PIARA. 14

Ibid., PIARA.

Page 10: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

d. Perkosaan, yang terjadi dimana-mana sebagai strategi resmi untuk meneror

dan memaksa rakyat Rohingya melarikan diri.15

e. Kerja Paksa, yang sudah lazim di seluruh Myanmar, namun di Arakan Utara

hanya berlaku untuk Rohingya.16

f. Pembatasan gerakan, dimana Rohingya tidak diijinkan berpergian dari suatu

tempat ke tempat lain, meskipun di lokasi yang sama.17

g. Pembatasan atas Pernikahan, dimana Rohinngya membutuhkan waktu

bertahun-tahun untuk mendpat ijin menikah, bahkan harus menyuap.

Pernikahan yang tidak sah dianggap kriminal dan diancam hukuman 4-7

tahun.18

h. Pembatasan lapangan kerja, sebagainon-warga negara,Rohingya terpaksa

menganggur karena dilarang dari semua jenis pekerjaan.19

i. Pembatasan pendidikan, buta huruf sebesar 80% dimana pendidikan dasar dan

menengah diabaikan. Karena pembatasan gerakan, Rohingya dipaksa untuk

tidak menempuh pendidikan tinggi.20

j. Larangan berpraktek agama, antara lain banyak masjid sudah ditutup dan

dihancurkan dan tidak ada ijin untuk merenovasi masjid manapun, sedang

membangun masjid yang baru sama sekali dilarang.21

Rome Statute of The International Criminal Court 1998 (Statuta Roma tahun

1998) Art 5 dijelaskan mengenai definisi dari pelanggaran HAM, bentuk-bentuk dari

pelanggaran HAM yang terdapat pada Statuta Roma ini berupa kejahatan genosida,

kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang dan kejahatan agresi. Tindakan-

15

Ibid., PIARA. 16

Ibid., PIARA. 17

Ibid., PIARA. 18

Ibid., PIARA. 19

Ibid., PIARA. 20

Ibid., PIARA. 21

Ibid., PIARA.

Page 11: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Myanmar terhadap etnis rohingya termasuk

dalam pelanggaran HAM yang Kejahatan Terhadap Kemanusiaan dikategorikan

sebagai Kejahatan Genosida.Mengenai Kejahatan Genosida dijelaskan dalam Pasal 6

Statuta Roma. Kejahatan Genosida terdapat unsur-unsur yang dibagi menjadi:22

1) Genosida bisa berwujud tindakan – tindakan:

i. Membunuh anggota kelompok;

ii. Menyebabkan terjadinya cedera fisik atau mental pada anggota

kelompok;

iii. Sengaja menerapkan kondisi kehidupan yang diperhitungkan dapat

membawa kehancuran fisik terhadap suatu kelompok;

2) Genosida dilakukan dengan maksud menghancurkan suatu kelompok

kebangsaan, etnis, ras, atau keagamaan, baik secara keseluruhan maupun

untuk sebagaian.

3) Sasaran Genosida adalah kelompok kebangsaan, etnis, ras, atau

keagamaan.

Berkaitan dengan kasus yang terjadi, Untuk lebih jelasnya penulis

membuatkan tabel untuk memudahkan para pembaca, seperti yang terlihat dibawah

ini :

22

Muladi, Statuta Roma Tahun 1998 Tentang Mahkamah Pidana Internasional

DalamKerangkaHukum Pidana Internasional dan Implikasinya Terhadap Hukum Pidana Nasional,

Alumni, Bandung, 2011, hlm 177-178., lihat juga I Gede Widhiana Suarda, Hukum Pidana

InternasionalSebuah Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm. 180-184.

Page 12: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

NO. Unsur Tindak

Kejahatan

Genosida

Tindakan Pemerintah Myanmar Terhadap

Etnis Rohingya

Keterangan

1. Adanya tindakan

yang meluas

Tindakan Pemerintah Myanmar telah menimbulkan

ratusan dari etnis rohingya tewas, luka-luka, serta

ada yang melarikan diri ke negara lain untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih baik

Meluas yang

dimaksud dalam

hal ini

merupakan

tindakan yang

dilakukan dapat

menimbulkan

banyak korban

dalam skala

yang besar dan

berakibat serius.

2. Sistematis Pemerintah Myanmar membentuk operasi-operasi

untuk menyebabkan etnis rohingya terusir secara

paksa. Operasi-operasi yang telah dilakukan

pemerintah Myanmar terhadap etnis rohingya,

antara lain:

a. Operasi militer tahun 1948;

b. Operasi Burma TerritorialForce (BFT) tahun

1949- 1950;

c. Operasi Militer (Rezimen Darurat Chin ke-2)

pada Maret 1951-1952;

d. Operasi Mayu tahun 1952- 1953;

e. Operasi Mone-Thone pada Oktober 1954;

f. Operasi Tentara dan gabungan Imigrasi pada

Januari 1955;

g. Operasi Polisi Militer Gabungan tahun 1955-

1958;

h. Operasi Kapten Htin Kyaw tahun 1959;

i. Operasi Shwe Kyi pada Oktober 1966;

j. Operasi Kyi Gan pada Oktober-Desember 1966;

Sistematis yang

dimaksud dalam

hal ini

merupakan

metode yang

dilakukan telah

teroganisir atau

telah

direncanakan

sebelumnya.

3. Pengetahuan Tindakan Pemerintah Myanmar terhadap etnis

rohingya berupa penangkapan sewenang-wenang

dan pemerasa, penyitaan property, propaganda

antirohingya dan anti muslim, perkosaan, kerja

paksa, pembatasan gerakan, larangan berpraktek

agama, pembatasan pendidikan. Dimana dalam hal

ini mengakibatkan etnis rohingya meninggalkan

negara Myanmar serta pemerintah Myanmar

mengetahui akan hal tersebut dan itu sesuai dengan

tujuan yaitu mengusir etnis rohingya dari negara

Myanmar.

Pengetahuan

yang dimaksud

dalam hal ini

merupakan

bahwa si pelaku

telah mengetahui

sebelumnya atau

sadar tindakan

yang dilakukan

dapat

menimbulkan

suatu akibat.

Page 13: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

Kejahatan Genosida yang dialami oleh etnis rohingya berupa pengusiran atau

pemindahan penduduk secara paksa (crimes against humanity ofdeportation or forcible

transfer of population). Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa (Crimes Against

Humanity of Deportation or forcible transferof population) dalam pasal 7 ayat 2 huruf c

Statuta Roma dijelaskan bahwa pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa berarti

pemindahan orang secara paksa dengan cara pengusiran atau tindakan pemaksaan lainnya

dari daerah dimana mereka tinggal secara sah tanpa diberikan alasan yang diijinkan oleh

hukum internasional. Kata paksa disini tidak hanya terbatas pada paksaan fisik saja, namun

dapat berupa ancaman kekerasan atau yang dapat memberikan tekanan psikologis. Muladi

memberikan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh negara sebagai bentuk

pertanggungjawaban atas terjadinya pelanggaran HAM, antara lain :23

(Pertama, negara harus menjalankan terlebih dahulu willingness and ability untuk

mengadili, jika tidak mau atau tidak mampu dalam mengadili maka kasus tersebut

akan diambil alih oleh pengadilan pidana internasional);

(Kedua, negara berdasarkan prinsip equality before the law harus mencegah

terjadinya impunity);

(Ketiga, karena pengadilan HAM berat merupakan pengadilan sesudah terjadinya

konflik, negara harus terlebih dahulu dapat menyelesaikan konflik seperti dengan

cara membentuk komisi kebenaran dan rekonsiliasi);

(Keempat, pengadilan HAM berat didasarkan atas kejahatan-kejahatan yang

diatur dalam hukum internasional);

(Kelima, negara harus berusaha untuk memenuhi terlebih dahulu ketentuan yang

diatur dalam UNDeclaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime

and Abuse of Power 1985);

(Keenam, negara harus memastikan dan sanggup bahwa kejahatan pelanggaran

HAM berat tidak akan terulang lagi dikemudian hari).

(Ketujuh, negara harus melindungi saksi dan korban);

(Kedelapan, negara mematuhi berbagai ketentuan - ketentuan internasional yang

berhubungan dengan perlindungan HAM).

23

Muladi, Op.Cit., hlm. 140.

Page 14: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

Sebagai contoh pada kasus ini pemerintah Myanmar tidak dapat mengambil suatu

tindakan yang tegas untuk menyelesaikan kasus yang terjadi di negaranya, bahkan terkesan

membiarkan permasalahan tersebut berlarut-larut terjadi.Apabila ditinjau berdasarkan hukum

internasional, jika suatu negara dirasa tidak mau untuk mengadili para pelaku tindak

kejahatan maka kasus tersebut dapat diambil alih oleh Dewan Keamanan PBB. Dengan ini

kasus yang terjadi di Myanmar dapat diambil alih oleh Dewan Keamanan PBB untuk

merekomendasikan penyelesaian apa yang digunakan untuk mengakhiri kasus yang terjadi di

Myanmar.

Pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar kepada etnis

ronghingya adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang pengusiran secara paksa,

pengusiran secara paksa disini dengan melakukan Tindakan-tindakan sistematis sebagai

berikut :

a) Etnis rohingya tidak diakui kewarganegaraannya sebagai warga negara Myanmar

Pada prinsipnya setiap negara bebas untuk menentukan seseorang termasuk

warga negaranya atau tidak. Terdapat asas yang dapat digunakan oleh negara

untuk menentukan termasuk warga negaranya atau tidak, yaitu: Asas IusSoli

adalah kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan dari tempat

kelahirannya dan Asas Ius Sanguinis adalah kewarganegaraan seseorang

ditentukan berdasarkan dari keturunannya atau orang tuanya.24

Terdapat suatu konvensi internasional yang menjelaskan bahwa seseorang

dapat dicabut dari kewarganegaraannya karena adanya berbagai alasan, konvensi

tersebut ialah Konvensi tentang Pengurangan Penduduk yang Tidak Memiliki

Kewarganegaraan 1961. Penjelasan dalam konvensi tersebut yang penulis tuliskan

dalam paraphrase adalah sebagai berikut:

24

Herlin Wijayati, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian, Bayumedia, Malang, 2011, hlm. 58.

Page 15: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

Pasal 7 ayat 4, seseorang yang dinaturalisasi dapat kehilangan

kewarganegaraannya dengan alasan bertempat tinggal di negara lain dalam jangka

waktu tidak kurang dari tujuh tahun berturut-turut. Ketentuan ini ditetapkan oleh

Undang-undang negara yang bersangkutan, jika ia gagal untuk menyatakan

kepada penguasa yang tepat untuk keinginannya tetap menjadi warga negaranya.

Pasal 8 ayat 2b, kewarganegaraan yang sudah diperoleh dengan perwakilan

yang salah atau dengan penipuan;

Pasal 8 ayat 3a, orang itu tidak konsisten dengan kewajibannya untuk setia

pada negara dengan cara tidak mempedulikan larangan yang melarang pemberian

layanan atau bekerja pada negara lain dan/atau dengan cara yang sangat berbahaya

untuk kepentingan vital negaranya;

Pasal 8 ayat 3b, orang itu telah bersumpah atau membuat pernyataan yang

formal tentang kesetiaan kepada negara lainnya atau telah memberikan suatu bukti

yang pasti bahwa ia meninggalkan kesetiaannya kepada negaranya;

Selain dari alasan-alasan tersebut, seseorang tidak dapat diambil atau dicabut dari

kewarganegaraannya.

Mengenai kewarganegaraan bahwa Pasal 15 ayat 1 Universal Declarationof Human

Right dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas suatu kewarganegaraan. Pada kasus ini yang

terjadi bahwa etnis rohingya tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar,

hal ini terlihat dari perkataan Presiden Myanmar Thein Sein yang mengatakan bahwa

“rohingya are not ourpeople and we have no duty to protect them” dan presiden Thein Sein

menginginkan agar sebaiknya etnis rohingya ditampung atau dikelola saja oleh UNHCR atau

Page 16: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

negara ketiga yang ingin menampungnya.25

Jika, dilihat dalam pasal 3 Burma Citizenship

Law 1982 yang dinyatakan sebagai berikut:

“Nationals such as the Kachin, Kayah, Karen, Chin, Burman, Mon, Rakhineor Shan

and ethnic groups as have settled in any of theterritories included within the state as

their permanent home from periodanterior to 1185 B.C., 1823 A.D. are Burma

Citizens.”

Sebenarnya etnis rohingya termasuk dalam kewarganegaraan Myanmar, karena etnis

rohingya sudah menduduki wilayah Myanmar pada abad ke 7. Hal ini tentunya didukung

dengan sejarah sebelum Arakan diduduki oleh raja Burma yang bernama Bodaw Paya pada

tahun 1748 terdapat kehadiran kesultanan muslim di Arakan tahun 1430, kesultanan muslim

ini telah berkuasa selama kurang lebih 350 tahun.26

Pada tahun 1824 Inggris menolak Arakan

dan menempatkan Arakan di bawah India, kemudian pada tahun 1937 Arakan berpisah

dengan India dan tahun 1948 Arakan bergabung dengan Burma.27

Walaupun Arakan diakui sebagai wilayah Myanmar tetapi dalam kenyataannya pada

pasal 4 Burma Citizenship Law 1982 menyatakan bahwa etnis nasional ditentukan oleh

dewan negara sehingga berdasarkan pasal tersebut etnis rohingya kehilangan status sebagai

warga negara Myanmar. Selain itu, jika pemerintah Myanmar mencabut kewarganegaraan

etnis rohingya karena alasan perbedaan agama, bahasa, etnis dan itu tidak sesuai dengan

alasan pencabutan kewarganegaraan yang telah disebutkan diatas maka alasan ini sangatlah

diskriminatif dan tidak sesuai dengan ketentuan dalam hukum internasional.

b) Adanya larangan untuk berpraktek agama

Pasal 18 Universal Declaration of Human Right dijelaskan bahwa setiap individu

mempunyai hak kebebasan untuk beragama, yang berbunyi sebagai berikut:

25

. Anonim.Rohingya 101 Data dan Fakta.Diakses dari www.indonesia4rohingya.org padatanggal

28/3/2018 pukul 16:40 WIB. 26

J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional 2 Op.Cit., hlm 5. 27

Ibid.

Page 17: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

“setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama, dalam hal ini

termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dengan kebebasan untuk

menyatakan agama atau kepercayaan dengan cara mengajarkannya, melakukakannya,

beribadah dan menaatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, di

muka umum maupun sendiri”

Selain itu terdapat Deklarasi mengenai Hak-hak Penduduk yang termasuk Kelompok

Minoritas berdasarkan Kewarganegaraan, Etnis, Agama, dan Bahasa 1992, dalam deklarasi

ini menjelaskan mengenai perlindungan negara terhadap eksistensi dan identitas kebangsaan,

suku bangsa, budaya, agama dan kaum minoritas serta hak-hak bagi kaum minoritas. Hak-

hak tersebut adalah hak untuk memeluk dan menjalankan agama secara bebas28

, hak untuk

berpartisipasi dalam kehidupan agama mereka29

, hak untuk mendirikan dan memelihara

hubungan yang melewati batas negara secara bebas dan damai dengan anggota lain yang

berasal dari kelompok mereka dan orang-orang yang termasuk dalam kelompok minoritas

lainnya yang mempunyai ikatan agama dengan mereka30

, orang yang termasuk dalam kaum

minoritas dapat melaksanakan hak-hak mereka tanpa diskriminasi.31

Namun, pada kasus ini etnis rohingya tidak diberikan kebebasan dalam menjalankan

ibadahnya, ini terlihat bahwa yang terjadi pada awal bulan Juni 2012 hampir semua masjid di

ibu kota Arakan yaitu Sittwe/Akyab telah dihancurkan atau dibakar, banyak masjid dan

madrasah di Muangdaw dan Akyab yang ditutup dan muslim tidak boleh beribadah di

dalamnya. Jika ada yang melanggar atau mencoba untuk sholat akan ditangkap dan

28

Pasal 2 ayat 1 Deklarasi Mengenai Hak Penduduk yang termasuk Kelompok Minoritasberdasarkan

Kewarganegaraan, Etnis, Agama dan bahasa tahun 1992. 29

Ibid.,pasal 2 ayat 2. 30

Ibid., pasal 2 ayat 5. 31

Ibid., Pasal 3 ayat 1.

Page 18: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

dihukum.32

Selain itu adanya larangan untuk merenovasi masjid manapun dan larangan untuk

membangun masjid yang baru.33

c) Adanya perlakuan diskriminasi terhadap etnis rohingya

Dalam konvensi-konvensi internasional seperti konvensi internasional tentang

penghapusan semua bentuk diskriminasi rasial tahun 1965 dan konvensi internasional tentang

hak-hak sipil dan politik tahun 1966 memberikan perlindungan untuk kebebasan tanpa

adanya diskriminasi. Pasal 5 dalam konvensi internasional tentang penghapusan semua

bentuk diskriminasi rasial tahun 1965, yang berbunyi sebagai berikut:

Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dasar yang dicantumkan dalam pasal 2

Konvensi ini, negara-negara pihak melarang dan menghapuskan semua bentuk diskriminasi

rasial serta menjamin hak setiap orang tanpa membedakan ras, warna kulit, asal bangsa dan

suku bangsa, untuk diperlukan sama di depan hukum, terutama untuk menikmati hak dibawah

ini:

i. Hak untuk diperlakukan dengan sama di depan pengadilan dan badanbadan

peradilan lain;

ii. Hak untuk rasa aman dan hak atas perlindungan oleh negara dari kekerasan dan

kerusakan tubuh, baik yang dilakukan aparat pemerintah maupun suatu kelompok

atau lembaga;

iii. Hak politik, khususnya hak ikut serta dalam pemilihan umum untuk memilih dan

dipilih atas dasar hak pilih yang universal dan sama, ikut serta dalam pemerintahan

maupun pelaksanaan maslah umum pada tingkat manapun, dan untuk memperoleh

kesempatan yang sama atas pelayanan umum;

iv. Hak sipil lainnya, khususnya;

32

Rohingya 101 data dan fakta, Loc.Cit. 33

J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional 2Op.Cit., hlm 5.

Page 19: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

(i) Hak untuk bebas berpindah dan bertempat tinggal dalam wilayah negara

yang bersangkutan;

(ii) Hak untuk meninggalkan suatu negara, termasuk negaranya sendiri, dan

kembali ke negaranya sendiri;

(iii) Hak untuk memiliki kewarganegaraan;

(iv) Hak untuk menikah dan memilih teman hidup;

(v) Hak untuk memiliki kekayaan baik atas nama sendiri ataupun bersama

dengan orang lain;

(vi) Hak waris;

(vii) Hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama;

(viii)Hak untuk berpendapat dan menyampaikan pendapat;

(ix) Hak berkumpul dan berserikat secara bebas dan damai;

v. Hak ekonomi, sosial, dan budaya, khususnya :

(i) Hak untuk bekerja, memilih pekerjaan secara bebas, mendapatkan kondisi

kerja yang adil dan memuaskan, memperoleh perlindungan dari

pengangguran, mendapat upah yang layak sesuai pekerjaannya, memperoleh

gaji yang adil dan menguntungkan;

(ii) Hak untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja;

(iii) Hak atas perumahan;

(iv) Hak untuk mendapat pelayanan kesehatan, perawatan medis, jaminan

sosial dan pelayanan-pelayanan sosial;

Page 20: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

(v) Hak atas pendidikan dan pelatihan;

(vi) Hak untuk berpartisipasi yang sama dalam kegiatan kebudayaan;

(vii) Hak untuk dapat memasuki suatu tempat atau pelayanan manapun yang

dimaksudkan untuk digunakan masyarakat umum, seperti transportasi, hotel,

restoran, warung kopi, teater, dan taman.

Dan Pasal 27 Kovenan internasional tentang Hak-hak sipil dan Politik 1966 berbunyi

sebagai berikut:

“Di negara-negara di mana terdapat golongan minoritas berdasarkan etnis, agama atau

bahasa, orang-orang yang tergabung dalam kelompok-kelompok minoritas tersebut

tidak dapat diingkari haknya, dalam komunitas bersama anggota lain dalam

kelompoknya, untuk menikmati budayanya sendiri, untuk menjalankan dan

mengamalkan agama mereka sendiri, atau untuk menggunakan bahasa mereka

sendiri.”

Pada kasus ini yang terjadi pemerintah Myanmar mengeluarkan kebijakan

“burmanisasi” dan “budhanisasi”.Walaupun dalam negara Myanmar terdapat berbagai etnis

minoritas yang beragama selain budha, tetapi etnis tersebut masih diakui sebagai warga

negara Myanmar sedangkan etnis rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar. Hal

tersebut dikarenakan adanya alasan bahwa etnis rohingya adalah umat muslim dan identitas

mereka seperti ciri fisik dan bahasa dianggap berbeda dengan mayoritas penduduk di

Myanmar.34

Selain hal tersebut adanya pembatasan atas pernikahan dimana etnis rohingya ini

membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan ijin menikah, adanya pembatasan

dalam hal mendapatkan pekerjaan, adanya pembatasan dalam hal mendapatkan pendidikan

dimana dalam hal ini telah menyebabkan 80% etnis rohingya buta huruf.35

Berdasarkan kasus

tersebut maka pemerintah Myanmar telah tidak menaati prinsip larangan diskriminasi dimana

prinsip ini adalah adanya larangan untuk memberikan perbedaan perlakuan yang didasarkan

karena perbedaan agama, warna kulit, bahasa dan lain sebagainya.

34

Rohingya 101 dan fakta, Loc.Cit. 35

J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional 2 Op.Cit., hlm 5.

Page 21: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

Dalam pasal 33 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dijelaskan bahwa untuk

menyelesaikan kasus seharusnya menggunakan cara diplomasi terlebih dahulu sebelum ke

ranah hukum. Hal tersebut berbunyi sebagai berikut (Upaya Penyelesaian Kasus Etnis

Rohingya:

Ayat 1, Pihak-pihak yang tersangkut dalam sesuatu pertikaian yang jika berlangsung

secara terus menerus mungkin membahayakan pemeliharaan perdamaian dan

keamanan nasional, pertama-tama harus mencari penyelesaian dengan jalan

perundingan, penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrasi, penyelesaian menurut

hukum melalui badan-badan atau pengaturan-pengaturan regional, atau dengan cara

damai lainnya yang dipilih mereka sendiri.

Ayat 2, Bila dianggap perlu, Dewan Keamanan meminta kepada pihak-pihak

bersangkutan untuk menyelesaikan pertikaiannya dengan cara-cara yang serupa itu.

Adapun bentuk-bentuk mekanisme diplomasi yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan kasus yang terjadi di Myanmar ialah dengan menggunakan Mediasi. Mediasi

adalah cara penyelesaian dengan melalui perundingan yang diikutsertakan pihak ketiga

sebagai penengah. Pihak ketiga disini disebut sebagai mediator.Mediator disini tidak hanya

negara tetapi dapat individu, organisasi internasional dan lain sebagainya.Mengenai kasus

yang terjadi pada etnis rohingya, PBB dapat sebagai mediator untuk menengahi para pihak

yang bersengketa (etnis rohingya dengan pemerintah Myanmar dan penduduk warga negara

Myanmar).Serta PBB dapat membantu memberikan usulan-usulan bagi para pihak untuk

menyelesaikan masalah yang terjadi tanpa adanya salah satu pihak yang dirugikan.

Dalam menyikapi kasus yang terjadi di Myanmar terhadap etnis rohingya, PBB

memang telah mengecam keras kepada pemerintah Myanmar untuk segera mengakhiri

kekerasan yang terjadi.Namun, hal tersebut tidak ditanggapi dengan baik oleh pemerintah

Myanmar dan hingga saat ini masih belum ada upaya penyelesaian.36

Jika dalam

menggunakan cara mediasi sudah digunakan oleh negara dalam mengakhiri permasalahan

yang terjadi, namun masih belum dapat menyelesaikan masalah yang terjadi dengan hal ini

36

Nino, PBB Kutuk Kekerasan Terhadap Muslim Myanmar. Diakses

darihttp://www.tempo.co/read/news/2013/10/25/118524655/PBB-Kutuk-Kekerasan-terhadapMuslim-

Myanmar.pada tanggal 28/3/2018 pukul 18:50 WIB.

Page 22: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

kasus yang terjadi dapat diambil alih oleh Dewan Keamanan PBB untuk diselesaikan

menggunakan cara melalui Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court).

Dengan memperhatikan empat yurisdiksi pada ICC yaitu :37

1. Rationae materiae : kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan seperti genosida,

kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi, seperti yang

dijelaskan dalam pasal 5-8 Statuta Roma tahun 1998. Berkaitan dengan kasus yang

terjadi bahwa yang dialami oleh etnis rohingya merupakan kejahatan terhadap

kemanusiaan.

2. Rationae personae : berdasarkan pasal 25 Statuta Roma tahun 1998, ICC hanya

mengadili individu tanpa memandang apakah ia merupakan seorang pejabat negara

dan sebagainya. Berkaitan dengan kasus yang terjadi di Myanmar maka disini yang

bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan adalah individu.

3. Ratione loci : ICC dapat mengadili kasus-kasus yang terjadi di negara peserta

dimana menjadi lokasi tempat terjadinya kejahatan hal ini diatur dalam pasal 12

Statuta Roma tahun 1998.

4. Ratione temporis : berdasarkan pada pasal 11 statuta roma tahun 1998, bahwa ICC

hanya dapat mengadili kejahatan yang dilakukan setelah tanggal 1 Juli 2002.

Berkaitan dengan kasus yang terjadi di Myanmar bahwa kejahatan yang terjadi

sesudah tanggal tersebut.

Walaupun negara Myanmar bukan negara peserta yang meratifikasi mahkamah

pidana internasional, tetapi bukan berarti kejahatan yang terjadi terhadap etnis rohingya tidak

dapat diadili melalui Mahkamah Pidana Internasional. Karena semua warga negara berada

dibawah yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam salah satu kondisi antara lain :

37

Sefriani, Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998, JurnalHukum no 2,

April Vol.14, Yogyakarta, 2007.

Page 23: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

kesatu, negara dimana tempat lokasi kejadian ia telah meratifikasi perjanjian

mahkamah pidana internasional;

kedua, negara tersebut telah mengakui yurisdiksi mahkamah pidana internasional

dalam dasar ad hoc; ketiga, Dewan Keamanan PBB menyampaikan kasus yang terjadi ke

mahkamah pidana internasional.38

Jadi, kasus tersebut dapat diadili menggunakan ICC.

B. Kewenangan ICC dalam menangani Kasus Genosida Etnis Rohingya di Negara

Myanmar

Penulis berpendapat bahwa International Criminal Court (ICC) dapat

melaksanakankewenangannya atas suatu kasus jika negara yang mempunyai yurikdiksi atas

kasus, sungguh – sungguh tidak mau (unwilling) atau tidak mampu (unable) untuk

melakukan penyidikan atau penuntutan.

Pasal 17 Statuta Roma 1998 mengatur bahwa ICC tidak dapat melaksanakan

yurikdiksi berdasarkan beberapa alasan yaitu :

a. Kasus tersebut sedang disidik dan dituntut oleh negara yang memiliki yurisdiksi atas

kasus, kecuali negara tersebut sungguh – sungguh tidak mau (unwilling) atau tidak

mampu (unable);

b. Kasus itu telah diselidiki oleh negara yang mempunyai yurisdiksi terhadapnya dan

negara itu telah memutuskan tidak menuntut individu tersebut;

c. Individu yang bersangkutan telah dihukum;

d. Kasus itu cukup bukti untuk membenarkan tindakan – tindakan lebih lanjut oleh

pengadilan.

38

Simon, Mengenal ICC Mahkamah Pidana Internasional, Koalisi Masyarakat Sipil untukMahkamah

Pidana Internasional, Jakarta, 2009, hlm 9.

Page 24: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

Ketentuan Pasal 17 ayat (2) Statuta Roma 1998 menjelaskan bahwa ICC dapat

melaksanakan yurisdiksi apabila salah satu syaratnya sistem pengadilan nasional suatu negara

unwilling.

Ketentuan Pasal 17 ayat (3) Statuta Roma 1998 menjelaskan bahwa ICC akan

mempertimbangkan indikator (unable) ketidakmampuan secara menyeluruh atau kegagalan

substansial, sehingga sistem pengadilan nasional tidak dapat melaksanakan sendiri proses

pesidangan.

Berdasarkan penjelasan Pasal 17 Statuta Roma 1998, indicator mengenai unwilling

atau unable pada dasarnya berlaku pada negara yang telah meratifikasi.Bagi negara yang

belum meratifikasi, seperti pada negara Myanmar, maka dasar agar ICC dapat melaksanakan

kewenangannya dapat dilihat dalam Pasal 12 Statuta Roma 1998. Pasal tersebut menjelaskan

apabila suatu pelanggaran terjadi pada negara yang bukan pihak peratifikasi Statuta Roma

1998, maka harus mengajukan pernyataan yang diajukan ke kantor panitera bahwa negara

tersebut menerima pelaksanaan yurisdiksi ICC.

Ketentuan Pasal 13 Statuta Roma 1998 juga dapat dijadikan landasan berlakunya ICC

atasa kasus Rohingya. Pasal 13 mengatur bahwa ICC dapat melaksanakan yurisdiksi

penanganan terhadap pelanggaran HAM berat, apabila kasus tersebut diajukan oleh negara

peserta Statuta Roma 1998, atas rekomendasi dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa –

Bangsa (DK PBB) sesuai dengan Bab VII Piagam PBB, dan atas inisiatif dari penuntut ICC.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan Pasal 16 Statuta Roma 1998 yang mengatur mengenai

penundaan penuntutan yang juga didasarkan atas keputusan Dewan Keamanan Perserikatan

Bangsa – Bangsa, sehingga dalam hal ini keputusan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa –

Bangsa dapat digunakan untuk menyelesaikan kasus Rohingya dan dapat mempengaruhi

keamanan dan perdamaian dunia.

Page 25: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

Pada kasus genosida Etnis Rohingya, penulis berpendapat bahwa negara Myanmar

memang menunda atau tidak berniat untuk menyelesaikan kasus tersebut, karena pada

dasarnya Etnis Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar.Tidak berjalannya

system hukum nasional Myanmar menjadi salah satu bukti bahwa pemerintah Myanmar tidak

mengusahakan tindakan penyelesaian terhadap kasus terkait Etnis Rohingya. Oleh karenanya,

sebagaimana fungsi dari ICC untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat, maka

seharusnya ICC dapat segera menangani kasus tersebut melalui makanisme keputusan Dewan

Keamanan Perserikatan Bangsa – Bangsa mengingat Myanmar bukanlah sebagai negara

peratifikasi.

Indikator unwilling sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 17 ayat (2) Statuta antara

lain : Apabila proses hukum yang dilaksanakan justru dilakukan untuk melindungi pelaku

dari pertanggungjawaban pidana; apabila terdapat penundaan yang berlarut – larut, dan

apabila proses peradilan tidak dilaksanakan secara merdeka dan tidak memihak. Dalam kasus

ini, maka pemerintah Myanmar cenderung pada indikator yang tercantum dalam huruf

(b).Pemerintah Myanmar terkesan menunda penyelesaian dengan alasan bahwa Etnis

Rohingnya bukan warga negara Myanmar meskipun etnis tersebut telah bermukim selama

beberapa keturunan di Myanmar.

Indikator unable (ketidakmampuan), dijelaskan dalam Pasal 17 ayat (3) Statuta39

bahwa ICC akan mempertimbangkan apakah ketidakmampuan dikarena kegagalan secara

substansial atau secara menyeluruh, atau dikarenakan ketidaktersediaan system peradilan

nasional, sehingga negara tersebut tidak mampu untuk menghadirkan terdakwa atau bukti –

bukti dan keterangan yang diperlukan, atau karena alasan lain sehingga tidak dapat

melakukan sendiri proses persidangan. Terkait isi pasal tersebut, penulis mempunyai

keyakinan Myanmar cenderung tidak dapat melaksanakan sendiri proses persidangan.

39

Pasal 17 ayat (3) Statuta Roma 1998.

Page 26: BAB III PEMBAHASAN · BAB III . PEMBAHASAN . A. Kategori Tindakan Kasus Genosida Etnis Rohingnya di Negara Myanmar . Kategori Tindak Kejahatan Genosida merupakan suatu perbuatan yang

Alasannya, karena kasus Etnis Rohingya tersebut bukanlah menjadi agenda utama

pemerintah Myanmar. Pemerintah Myanmar akan cenderung menyelesaikan permasalahan

yang mengedepankan warga negaranya terlebih dahulu.

Kondisi sistem peradilan nasional Myanmar yang tidak mampu berfungsi secara

optimal dalam menyelesaikan kasus Etnis Rohingya sekaligus mengadili pelaku pelanggaran

HAM berat terhadap Etnis Rohingya menjadi salah satu bukti pemenuhan indicator

ketidakmampuan negara (unable).Hal ini memperkuat kedudukan ICC untuk ambil bagian

dalam penyelesaian kasus Etnis Rohingya di Myanmar.