bab iii pelaksanaan transaksi buyback surat …digilib.uinsby.ac.id/20565/6/bab 3.pdf · indonesia...

31
42 BAB III PELAKSANAAN TRANSAKSI BUYBACK SURAT UTANG NEGARA (SUN) DI BANK INDONESIA SURABAYA A. Sejarah 1. Lahirnya Bank Indonesia Nasionalisasi De Javashe Bank merupakan langkah pertama menuju tujuan yang lebih jauh, yaitu mencabut Undang-Undang tanggal 31 maret 1922 dan De Javaneshe Bankwet 1922 yang menjadi dasar organisasi dan pendirian De javanesheBank. Rancangan Undang-Undang pengganti kedua produk hukum tersebut disusun oleh panitia nasionalisasi De Javaneshe Bank. Pada bulan September 1952 Rancangan Undang-Undang tersebut telah dapat diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat dan dibahas Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 10 april 1953. sesudah diadakan beberapa perubahan penting, Rancangan Undang-Undang tersebut sudah dapat disahkan menjadi Undang- Undang No. 11 tahun 1953 tanggal 19 Mei 1953. tentang penetapan Undang- Undang pokok Bank Indonesia yang diUndangkan ada tanggal 2 Juni 1953 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1953. berdasarkan pada pasal 43 ayat (2) undang-undang tersebut didirikan suatu bank dengan nama Bank digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Upload: dangtram

Post on 22-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

42

BAB III

PELAKSANAAN TRANSAKSI BUYBACK SURAT UTANG NEGARA (SUN) DI BANK INDONESIA

SURABAYA

A. Sejarah

1. Lahirnya Bank Indonesia

Nasionalisasi De Javashe Bank merupakan langkah pertama menuju

tujuan yang lebih jauh, yaitu mencabut Undang-Undang tanggal 31 maret

1922 dan De Javaneshe Bankwet 1922 yang menjadi dasar organisasi dan

pendirian De javanesheBank. Rancangan Undang-Undang pengganti kedua

produk hukum tersebut disusun oleh panitia nasionalisasi De Javaneshe Bank.

Pada bulan September 1952 Rancangan Undang-Undang tersebut telah dapat

diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat dan dibahas Dewan Perwakilan Rakyat

pada tanggal 10 april 1953. sesudah diadakan beberapa perubahan penting,

Rancangan Undang-Undang tersebut sudah dapat disahkan menjadi Undang-

Undang No. 11 tahun 1953 tanggal 19 Mei 1953. tentang penetapan Undang-

Undang pokok Bank Indonesia yang diUndangkan ada tanggal 2 Juni 1953

dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1953. berdasarkan pada pasal 43 ayat

(2) undang-undang tersebut didirikan suatu bank dengan nama Bank

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

43

Indonesia yang dimaksudkan sebagai pengganti De Javaneshe Bank dan

bertindak sebagai bank sental Indonesia.1

2. Tugas dan Tujuan Pembentukan Bank Indonesia

Adapun tugas-tugas Bank Indonesia berdasarkan Undang-Undang No.

11 tahun 1953 pada azasnya mencakup hal-hal sebagai berikut:2

a. Mengatur nilai satuan uang Indonesia menurut cara sebaik-baiknya bagi

kemakmuran Nusa dan Bangsa serta menjaga sebanyak mungkin supaya

nilai stabil.

b. Menyelenggarakan peredaran uang di Indonesia sekedar peredaran itu

terdiri dari uang kertas bank, mempermudah jalanya uang Giral di

Indonesia dan memajukan jalanya pembayaran.

c. Memajukan perkembangan yang sehat mengenai urusan kredit dan urusan

bank di Indonesia pada umumnya dan dari urusan kredit nasional dan

urusan bank nasional pada khususnya.

d. Melakukan pengawasan terhadap urusan kredit.

e. Bertindak sebagai pemegang kas atau banker Pemerintah Republik

Indonesia dalam transaksi-transaksi keuangan.

f. Mengurus dan menyelenggarakan administrasi alat-alat pembayaran luar

negeri Republik Indonesia.

1 Hari jadi Bank Indonesia ke-30, h. 14-15 2 Ibid, h. 15

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

44

g. Untuk kepentingan umum Bank Indonesia dapat melakukan pekerjaan

yang lain dari pada yang tersebut dalam Undang-Undang.

Bank Indonesia menjalankan tugas-tugasnya diatas berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan oleh Dewan Moneter menurut Undang-Undang

pokok Bank Indonesia tahun 1953, tugas-tugas moneter adalah:

a. Menetapkan kebijaksanaan moneter umum Bank Indonesia, dalam saat ini

menerbitkan Instrumen Buyback Sutrat Utang Negara (SUN) sebagai

upaya penstabilan perekonomian negara.

b. Memberikan petunjuk-petunjuk kepada direksi Bank Indonesia tentang

kebijakan dalam urusan-urusannya yan lain, sekedar kepentingan umum

memerlukannya.

c. menetapkan suku bunga.

3. Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia.

Bank central pada umumnya mempunyai tiga tugas utama yang

meliputi pengendalian moneter, pengaturan dan pengawasan perbankan dan

pengaturan sistem pembayaran. Tugas pengendalian moneter dimaksud unutk

menjaga kestabilan harga dan atau pertumbuhan ekonomi. Sementara tugas

dalam pengaturan dan pengawasan perbankan dimaksudkan untuk menjaga

kestabilan sistem pembayaran bertujuan mengembangkan sitem pembayaran

dan infrastruktur keuangan yang sehat.

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

45

Dalam prakteknya, bank sentral tidak seluruhnya menjalankan tiga

tugas utama sebagaimana telah disebutkan diatas. Beberapa bank sentral

mengemban dua tugas utama, bahkan ada juga bank sentral yang mengemban

satu tugas utama.

Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia secara

tegas telah memberikan landasan bagi Independensi Bank Indonesia dalam

mencapai target yang ditetapkan, yaitu memelihara kestabilan nilai Rupiah

dengan menggunakan berbagai instrument kebijakan yang ditetapkan (Saat ini

SUN), kestabilan nilai Rupiah yang dimaksudkan dalam undang-undang

tersebut adalah kestabilan nilai terhadap barang dan jasa yang diukur

berdasarkan atau cerminan pada perkembangan laju inflasi, serta terhadap

perkembangan nilai tukar Rupiah (kurs) terhadap mata uang lain.

Sebagaimana dinegara-negara lain, penetapan inflasi sebagai sasaran

akhir kebijakan moneter dilakukan oleh Bank Indonesia dengan beberapa

pertimbangan. Pertama, bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa dalam

jangka panjang kedudukan moneter hanya dapat mempengaruhi Variableriil,

seperti pertumbuhan ekonomi atau tingkat penggangguran. Kebijakan moneter

hanya dapat mempengaruhi variabel-variabel dalam jangka pendek, kedua,

pencapaian inflasi yang rendah merupakan persyaratan bagi tercapainya

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Karena perekenomian tidak dipacu

untuk tumbuh melebihi kapasitasnya. Ketiga, dengan ditetapkannya inflasi

sebagai sasaran tunggal, sasaran tersebut akan menjadi acuan dalam

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

46

perumusan kebijakan moneter, sehingga tercapai atau tidaknya tujuan Bank

Indonesia akan lebih trasnsparan dan mudah diukur.

Penetapan tujuan tunggal diatas menjadikan sasaran batas tanggung

jawab Bank Indonesia akan semakin jelas dan terfokus. Selanjutnya, sebagai

implikasi terfokusnya tujuan tersebut, Bank Indonesia perlu mengarahkan

kebijakannya untuk menyeimbangkan tujuan ekonomi internal, khususnya

keseimbangan antara permintaan dan penawaran, dengan kondisi ekonomi

eksternal yang tercermin pada kinerja neraca pembayaran. Perwujudan

keseimbangan internal adalah terjaga inflasi pada tingkat yang rendah.

Sementara dari sisi eksternal adalah terjaganya nilai Rupiah pada tingkat

perkembangan yang cukup kuat dan stabil. Dengan terjaganya keseimbangan

internal dan eksternal tersebut maka sasaran tunggal kebijakan moneter yaitu

kestabilan nilai Rupiah akan dapat tercapai.

Dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan, maka Bank

Indonesia sesuai dengan UU. No. 23 tahun 1999 meliputi tiga tugas utama,

yaitu :

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter (menciptakan pasar

SUN).

b. Mengatur dan menjaga sistem pembayaran.

c. Mengatur dan mengawasi bank.

Guna mendukung tercapainya tujuan Bank Indonesia secara efektif

dan efisien, maka ketiga tugas tersebut harus saling mendukung, hal ini

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

47

menginggatkan bahwa 7untuk mencapai kebijakan moneter yang efektif dan

efisien yang dilakukan dengan mengendalikan jumlah uang yang beredar,

diperlukan suatu sistem alat pembayaran yang efisien, cepat, aman dan

handal. Sementara itu, sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan

handal juga tidak lepas dari kondisi sitem perbankan yaitu sistem perbankan

yang sehat, selain mendukung kinerja sistem pembayaran, juga akan

mendukung pengendalian moneter mengingat mekanisme transaksi kebijakn

moneter kegiatan ekonomi riil terutama berlangsung melalui sistem

perbankan. dengan keterkaitan yang saling mendukung tersebut, maka

pencapaian tujuan Bank Indonesia akan berhasil dengan baik.3

B. Konsep Surat Utang Negara (SUN)

1. Pengertian Surat Utang Negara (SUN)

Menurut UU No.24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara pasal 1

ayat (1) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Surat Utang Negara (SUN)

adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang dalam mata uang

Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya

oleh Negara Republik Indonesia, sesuai masa berlakunya.4

Surat Utang Negara adalah instrument investasi yang (hampir) bebas

resiko gagal bayar karena pembayaran bunga atau kupon maupun pokoknya

dijamin oleh undang-undang. Oleh karena itu pemerintah mengganggarkan

3 Sugiono Ascarya, kelembagaan Bank Indonesia. hal. 13-20 4 UU No. 24 Tahun 2002Tentang Surat Utang Negara (www. RI. Go. Id/ uu no. 24 tahun

2002 tentang SUN)

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

48

pembayaran kupon maupun pokok SUN dalam APBN setiap tahun.5 Dengan

penerbitan SUN yang merupakan kebijakan pemerintah dalam rangka

memulihkan kondisi perekonomian, SUN menjadi salah satu efek primadona

di pasar modal Indonesia.

Sebelum diperdagangkan, obligasi harus mengikuti proses

pemeringkatan dengan tujuan untuk menilai kinerja perusahaan.

Pemeringkatan juga dipengaruhi oleh faktor pengelolaan utang yang baik

Dalam setiap penerbitan SUN, mmencantumkan sekurang-kuarngnya:6

a. Nilai nominal

b. Tanggal jatuh tempo

c. Tanggal pembayaran bunga

d. Tingkat bunga (Kupon)

e. Frekuensi pembayaran bunga

f. Cara perhitungan pembayaran bunga

g. Ketentuan tentang hak untuk membeli kembali SUN sebelum jatuh tempo

h. ketentuan tentang pengalihan kepemilikan

2. Jenis dan Bentuk Surat Utang Negara

Sebelum transaksi jual beli obligasi terjadi khususnya untuk Surat

Utang Negara (SUN), ada suatu kontrak perjanjian antara pembeli dan

penjual. Didalam kontrak ini ada berbagai perjanjian, yang akan membuat

5 (http://www. Perbendaharaan.go.id/modul/utama/index.php?id=1648) 6 UU No. 24 tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara (www.ri.com/uu no. 24 tahun 2002

tentang SUN) pasal 11.

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

49

SUN bervariasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis SUN ditentukan oleh

kontrak perjanjian.7 Untuk lebih menjelaskan hal tersebut telah diuraikan

tentang:

a. Jenis Surat Utang Negara (SUN) sebagai berikut:

1) Berdasarkan jangka waktunya, SUN terdiri atas:

a) Surat Perbendaharaan Negara (SPN).

SPN berjangka waktu maksimal 12 bulan dengan pembayaran

bunga secara diskonto.

b) Obligasi Negara (ON)

Obligasi Negara berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan

kupon atau tanpa kupon.

Obligasi Negara dengan pembayaran bunga secara diskonto adalah

SUN yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan dan pembayaran

bunganya tercermin secara implicit didalam selisih antara harga

pada saat awal penerbitan dan nilai nominal yang diterima pada

saat jatuh tempo.8

Secara sederhana jenis SUN berdasarkan waktunya dapat dilihat

pada table dibawah ini

Tabel 3.1.

7 Sunariyan, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, ed. 3 (Yogyakarta:UPP AMP YKPN,

2003), h. 198 8 Penjelasan UU No. 24 Tahun 2002 Tentang SUN (http://www.sjdih. Depkeu.go.id/fullteks/

2002/24 tahun 2002 UU penj)

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

50

Jenis Surat Utang Negara9

Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

Sampai dengan 12 bulan

Pengelolaan kas/ likuidasi

Mata uang rupiah dan valas dapat diterbitkan secara regular maupun ritel

Obligasi Negara (ON)

Diatas 12 bulan

Pembiayaan APBN dan Pengelolaan utang

Mata uang rupiah dan valas dapat diterbitkan secara regular maupun ritel

2) Berdasarkan jenis kuponnya Obligasi Negara dapat dibedakan menjadi

a) Obligasi berbunga tetap adalah obligasi yang memberikan kupon

tetap setiap periodenya, sejak diterbitkan hingga jatuh tempo (fixed

rate bond).10

b) Obligasi berbunga mengambang adalah obligasi dengan tingkat

bunga mengambang (variable rate bond) yang ditentukan

berdasarkan suatu acuan tertentu seperti tingkat bunga Sertifikat

Bank Indonesia (SBI).11

3) Obligasi Negara juga dapat dibedakan berdasarkan denominasi mata

uangnya. Pemerintah saat ini telah menerbitkan obligasi Negara

berdenominasi Rupiah dan US Dollar.

9 http://www.hubmas.depkeu.go.id/humasnews/profil_pengelolaan utang negara) 10 Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, ed. 2 (Yogyakarta: Ekonisia,

2003), h. 232. 11 SBI adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang

jangka pendek dengan system diskonto atau bunga. Tingkat suku bunga yang berlaku pada tiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar dengan berdasarkan sistem lelang (http://www. Perbendaharaan.go.id./modul/utama/index.php?id=1648)

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

51

Obligasi Negara berbeda dengan instrument investasi lainnya.

Obligasi Negara memiliki resiko gagal bayar sangat kecil (hampir

tidak ada) baik kupon maupun pokok obligasinya karena pada obligasi

Negara pembayaran bunga atau kupon dan pokoknya dijamin oleh

Undang-Undang. Jadi, setiap tahun pemerintah mengganggarkan

pembayaran kupon maupun pokok obligasi Negara dalam APBN.12

b. Bentuk Surat Utang Negara (SUN)

Surat Utang Negara (SUN) diterbitkan dalam dua bentuk

klasifikasi yaitu:

1) Surat Utang Negara (SUN) diterbitkan dalam bentuk warkat.

Adalah surat berharga yang kepemilikannya berupa sertifikat

baik atas nama maupun maupun atas unjuk. Sertifikat atas nama

adalah seartifikat yang nama pemiliknya tercantum, sedangkan

sertifikat atas unjuk adalah sertifikat yang tidak mencantumkan nama

pemiliknya sehingga setiap orang yang menguasainya adalah pemilik

yang sah.13

2) Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan tanpa warkat.

Surat Utang Negara (SUN) tanpa warkat atau Scripless adalah

surat berharga yang kepemilikannya dicatat secara elektronis (book-

entry system). Bukti kepemilikan SUN tanpa warkat yang otentik dan

12 (http://www. Perbendaharaan.go.id./modul/utama/index.php?id=1648) 13 M. Irsan Nasarudin, SH, Indra Surya, SH., LL.M. Aspek-Aspek hukum Pasar Modal

Indonesia, Kencana, Jakarta,2004. h. 182-183

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

52

sah adalah pencatatan secara elektronis. Cara pencatatan transaksi

perdaganggan SUN di pasar sekunder dapat diselenggarakan secara

efisien, cepat, aman, trasparan dan dapat dipertanggung jawabkan.

Bentuk SUN sebagaimana disebut diatas, diterbitkan dalam bentuk:

1) Surat Utang Negara (SUN) yang diperdagangkan.

Adalah Surat Utang Negara (SUN) yang diperjual belikan di

pasar sekunder baik didalam maupun diluar negeri. Perdaganggan

dapat dilakukan melalui bursa dan atau diluar bursa yang bias disebut

over the Counter (OTC).

2) Surat Utang Negara (SUN) yang tidak diperdagangkan

Adalah Surat Utang Negara (SUN) tidak diperjual belikan di

pasar sekunder dan biasanya diterbitkan secara khusus untuk pemodal

institusi tertentu, baik domestic maupun asing yang berminat untuk

memiliki SUN sesuai dengan kebutuhan spesifik dari portofolio

investasinya.14

3. Mekanisme Penerbitan Surat Utang Negara (SUN).

Surat Utang Negara (SUN) merupakan jenis obligasi yang

diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Kewenangan penerbitan SUN,

berada pada pemerintah yang didelegasikan kepada menteri keuangan yang

14 Penjelasan UU No. 24 Tahun 2002 Tentang SUN (http://www.sjdih.

Depkeu.go.id/fullteks/2002/24 tahun 2002 UU penj)

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

53

sejanutnya menunjuk Bapepam sebagai lembaga yang diberi wewenang oleh

pemerintah, 15 tentang pelaksanaan pasar modal Indonesia.

Penerbitan SUN harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari DPR

yang mencakup persetujuan atas pembayaran semua kewajiban bunga dan

pokok yang timbul dari akibat penerbitan SUN.16 Semua kewajiban bunga dan

pokok yang timbul akibat penerbitan dialokasikan dalam APBN setiap tahun

sampai dengan berakhirnya kewajiban tersebut.

Surat Utang Negara (SUN) yang telah dijual dipasar primer

selanjutnya diperdagangkan dipasar sekunder. Perdaganggan di pasar

sekunder umunya dilakukan diluar bursa atau dikenal juga dengan over the

counter (OTC) market. Calon pembeli dapat menunjuk broker untuk mencari

penjual obligasi Negara yangh dikehendaki, atau bisa juga dilakukan tanpa

melalui broker, namun harus menemukan sendiri pihak lain yang ingin

menjual Surat Utang Negara (SUN) yang dikehendaki.

Pembelian SUN dapat dilakukan baik di pasar primer ataupun di pasar

skunder. Pasar primer adalah kegiatan penawaran dan penjualan obligasi

untuk pertama kali, sedangkan pasar skunder adalah kegiatan perdagangan

selanjutnya atas obligasi yang telah dijual pada pasar primer.

15 Sunariyan, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, ed. 3 (Yogyakarta:UPP AMP YKPN,

2003), h.. 203 16 Penjelasan UU No. 24 Tahun 2002 Tentang SUN (http://www.sjdih.

Depkeu.go.id/fullteks/2002/24 tahun 2002 UU penj)

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

54

Lelang SUN di pasar perdanadilaksanakan oleh Bank Indonesia (BI)

sampai pada saat pemerintah dinilai telah siap secara teknis untuk

melaksanakan lelang bersama Bank Indonesia (BI).

Pada saat lelang SUN, peserta lelang dapat menyampaikan penawaran

harga secara kompetitif dan atau non kompetitif. Penawaran secara kompetitif

artinya investor menyampaikan volume pembelian pada perkiraan yield atau

tingkat bunga yang dikehendaki serta volume penawarannya. Sedangkan

penawaran non kompetitif artinya investor hanya menyampaikan volume

obligasi Negara yang akan di beli. Pemerintah selanjutnya menyampaikan

lelang, setelah dipertimbangkan beberapa faktor antara lain referensi kisaran

yield yang dimiliki pemerintah, kebutuhan pendanaan pemerintah, dan juga

kondisi pasar saat ini maupun dimasa mendatang.

Investor yang menyampaikan penawaran secara kompetitif dan

dinyatakan menang lelang, wajib membayar sesuai dengan tingkat bunga yang

disampaikan saat lelang. Investor yang menyampaikan penawaran secara non

kompetitif dan dinyatakan menang, wajib membayar sebesar rata-rata

tertimbang tingkat bunga penawaran kompetitif yang dimenagkan.

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

55

Pengawasan

Adapun mekanisme pembelian atau penjualan jenis Surat Utang

Negara dipasar sekunder secara sederhana dapat digambarkan sebagai

berikut:17

a. Calon pembeli membuka rekening kas pada suatu bank untuk menerima

pembayaran kupon dan atau pokok jatuh tempo.

b. Calon pembeli membuka rekening surat berharga pada lembaga keungan

yang terdaftar sebagai sub registry Bank Indonesia (BI), untuk mencatat

kepemilikan atas Surat Utang Negara.

c. Negosiasi harga antara penjualan dan pembeli.

d. Apabila telah terjadi kesepakatan baik dari sisi harga maupun dari sisi

waktu penyelesaian transaksi, pembeli dan penjual pemerintah sub

registry bagi investor non perbankan atau Bank Indonesia (BI) bagi

investor perbankan untuk menyelesaikan transaksi. Secara umum, berikut

merupakan mekanisme obligasi Negara.

Gambar 3.1

SKEMA PENGELOLAAN OBLIGASI NEGARA

17 (http://www. Perbendaharaan.go.id./modul/utama/index.php?id=1648)

Pasar Modal dan Pasar Uang

Perantara

Bapepam

Manajer Investasi

Bank Kustodian

Investor 1

2

10

6 7

3

9

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

56

Keterangan :

1. Permohonan pembeli (investasi) atau penjualan kembali (pencairan) unit penyertaan.

2. Penyertaan dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil pembelian kembali.

3. Perintah transaksi. 4. Eksekusi transaksi kembali. 5. Konfirmasi transaksi.. 6. Perintah penyelesaian transaksi. 7. Penyelesaian transaksi dan pertimbangan harta. 8. Informasi nilai aktiva bersih atau unit secara harian melalui media masa. 9. Laporan evaluasi dan bulanan. 10. Laporan bulanan kepada Bapepam.

C. Pelaksanaan Pembelian Kembali Sebelum Jatuh Tempo (buy back)

perdagangan Surat Utang Negara (SUN) )

1. Pengertian, Dasar Hukum, Syarat-Syarat dan Tujuan Dilakukannya

Buyback Surat Utang Negara (SUN).

a. Pengertian Transaksi Buyback Surat Utang Negara (SUN)

Dalam istilah oligasi, baik itu milik swasta ataupun milik

pemerintah yang lebih dikenal dengan Surat Utang Negara (SUN) terdapat

begitu banyak istilah transaksi yang terjadi dalam mekanisme pelaksanaan

Reksadana

8

5

4

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

57

pasar. Salah satu transaksi yang kita ketahui adalah transaksi buyback

yang dalam arti sempitnya adalah pembelian kembali. Sedangkan dalam

istilah ini kata buyback bukan hanya itu semata artinya ada begitu banyak

definisi tentang apa pengertian buyback sebenarnya.

Ada yang mengartikan bahwa buyback adalah penarikan kembali

obligasi swasta ataupun pemerintah sebelum jatuh tempo dengan

membayar sejumlah premium (bunga)18.

Menurut pengertiannya buyback Surat Utang Negara (SUN) adalah

pembelian kembali obligasi negara dipasar skunder oleh pemerintah

sebelum jatuh tempo dengan cara tunai atau dengan cara penukaran (debt

switching), dalam suatu masa penawaran yang telah ditentukan dan di

umumkan sebelumnya.19

b. Dasar Hukum Buyback Surat Utang Negara (SUN)

Pelaksanaan buyback bukan semata-mata kemauan atau ketentuan

pihak penerbit semata tanpa adanya dasar hukum yang memperbolehkan

pelaksanaan buyback Surat Utang Negara. Hal ini termaktub dalam

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 didalam pasal 9 ayat 2e

bahwasannya pengelolaan Surat Utang Negara diselenggarakan oleh

menteri. Dan dapat melakukan pembelian kembali Surat Utang Negara

18 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi 3, h. 204 19 Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/3/PBI/2007 tentang Lelang dan Penatausahaan Surat

Utang Negara, hal.4

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

58

(SUN) sebelum jatuh tempo. Kemudian ditegaskan lagi dalam padal 11g

yaitu ketentuan tentang hak untuk membeli kembali Surat Utang Negara

(SUN) sebelum jatuh tempo.20

Selain itu pelaksanaan buyback Surat Utang Negara (SUN) juga

termaktub dalam dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 464/KMK

0.1/2005 Tentang Pedoman Strategi dan Kebijakan Departemen Keuangan

(ROAD-MAP Departemen Keuangan) Tahun 2005-2009 juga

mencanangkan buyback Surat Utang Negara (SUN) sebagai pengelolaan

utang Pemerintah.21 Dengan demikian proses buyback Surat Utang Negara

(SUN) diperlukan oleh Pemerintah sebagai pengelolaan utang Pemerintah

baik yang berbentuk Rupiah ataupun Valuta Asing.

c. Syarat-Syarat Transaksi Buyback Surat Utang Negara (SUN)

Dalam hukum jual beli tentunya harus ada ketentuan syarat dan

rukun yang harus dipenuhi sebagaimana tercantum dalam KUHPer Pasal

1320 yang berbunyi:

1) Adanya kesepakatan atau izin (toestaming) kedua belah pihak, yaitu

persetujuan pernyataan kehendak antara kedua belah pihak, tidak ada

paksaan, dan lain-lain.

2) Kedua belah pihak harus cakap bertindak, yaitu kecakapan atau

kemampuan kedua belah pihak untuk melakukan perbuatan hukum.

20 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002, h. 3 21 Keputusan Menteri Keuangan No. 464/KMK.0.1/2005. h, 28

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

59

3) Adanya objek perjanjian (underwerp der overeenskomsi), misalnya

jumlah jenis, dan bentuknya.

4) Adanya sebab yang halal (geoorloof de orzek) artinya ada sebab-sebab

hukum yang menjadi dasar perjanjian yang tidak dilarang oleh

peraturan, keamanan, dan ketertiban.22

Sebagaimana telah disebutkan dalam PP No. 22 Tahun 2004 yang

berbunyi, ”bahwasannya transaksi buyback Surat Utang Negara (SUN)

harus tercatat dalam akta notaris sebagai bukti kepemilikan”.

Fungsi dari pencatatan di akta Notaris adalah:

1) Sebagai bukti bahwa para pihak yang bersangkutan telah mengadakan

suatu perjanjian.

2) Sebagai bukti bagi para pihak yang tertulis merupakan tujuan dan

keinginan para pihak.

3) Sebagai bukti bagi pihak ketiga bahwa para pihak telah melakukan

perjanjian yang isinya sesuai dengan kehendak para pihak, kecuali jika

ditentukan sebaliknya.23

Dengan adanya perjanjian tersebut berarti juga ada waktu

berakhirnya perjanjian tersebut (jangka waktu), suatu surat perjanjian akan

berakhir apabila:

22 Tutik Triwulan, Diklat Hukum Perdata, Mimeo, h. 38 23 Ibid., h. 40

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

60

1) Telah lampau waktunya (kadaluarsa).

2) Telah tercapai tujuannya.

3) Dinyatakan berhenti.

4) Dicabut kembali.

5) Diptuskan oleh Hakim.

d. Tujuan dilakukannya Transaksi Buyback terhadap Surat Utang

Negara (SUN)

Pokok Surat Utang Negara (SUN) dapat berkurang melalui

pelunasan yang jatuh tempo ataupun Pelunasan Surat Utang Negara

(SUN) yang dilakukan sebelum jatuh tempo, melalui pembelian kembali

secara tunai (cash buyback). Pada dasarnya buyback perlu dilakukan untuk

tujuan-tujuan sebagai berikut:

1) Memperbaiki struktur jatuh tempo pokok SUN.

2) Mengurangi SUN yang memiliki cost of borrowings yang tinggi

sehingga menurunkan cost of borrowings secara keseluruhan.

3) Menjaga kestabilan harga SUN di pasar sekunder.24

Selain tujuan diatas buyback juga sebagai manajemen portofolio

utang negara terutama portofolio Surat Utang Negara yang harus

dilakukan secara efisien berdasarkan praktek-praktek yang berlaku umum

24 Bank Indonesia, Laporan Pertanggung Jawaban Pengelolaan Surat Utang Negara Tahun

2005, h. 16

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

61

di berbagai negara. Manajemen portofolio dimaksud meliputi penerbitan,

pembelian kembali sebelum jatuh tempo (buyback).25

Dalam penjelasan yang lain buyback Surat Utang Negara (SUN)

perlu dilakukan dengan tujuan membagi beban pembayaran bunga dan

pokok dari tahun ke tahun berikutnya. Sehingga pemerintah memerlukan

hal ini mengigat kemampuan anggaran pemerintah untuk membayar dan

penyerapan pasar untuk refinancing. Dengan demikian buyback ditujukan

untuk mengurangi jumlah Surat Utang Negara (SUN) berjangka pendek

(jatuh tempo). Program ini diharapkan dapat memperkuat kepercayaan

pasar terhadap kebijakan fiskal pemerintah.26

2. Tata Cara Pelaksanaan Buyback (pembelian kembali) Surat Utang

Negara (SUN)

Lelang pembelian kembali obligasi Negara (buyback) adalah

pembelian kembali obligasi Negara (SUN) di pasar sekunder oleh pemerintah

sebelum jatuh tempo dengan cara tunai dan / atau dengan cara penukaran

(debt switching), dalam suatu masa penawaran yang telah ditentukan dan

diumumkan sebelumnya.27 Keputusan pemerintah melakukan pembelian

kembali SUN dengan metode lelang (buyback), positif bagi pasar. Buyback

25 Penjelasan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 26 Keputusan Menteri Keuangan No. 464/KMK.0.1/2005, h. 28 27 Peraturan Bank Indonesia, No: 9/3/PBI/2007, Tentang Lelang dan peñatausahaan Surat

Utang Negara h. 14

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

62

tersebut akan menahan penurunan harga SUN, sekaligus menahan kenaikan

yield atau tingkat imbal hasil.28

Pada dasarnya buy back perlu dilakukan untuk tujuan-tujuan sebagai

berikut:

a. Memperbaiki struktur jatuh tempo pokok SUN,

b. Mengurangi SUN yang memiliki cost of borrowings yang tinggi sehingga

menurunkan cost of borrowings secara keseluruhan, dan

c. Menjaga kestabilan harga SUN di pasar sekunder

Dari kebijakan pembelian kembali SUN (buyback) diarahkan membagi

beban pembayaran bunga dan pokok suatu tahun ke tahun berikutnya. Oleh

karena itu program buy back lebih bersifat perpanjangan tanggal jatuh tempo.

Hal ini diperlukan mengingat kemampuan anggaran pemerintah untuk

membayar dan penyerapan pasar untuk Refenancing.29

Dalam rangka membantu Pemerintah untuk mengelola Surat Utang

Negara, Bank Indonesia melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Memberikan masukan dalam rangka menetapkan ketentuan dan

persyaratan penerbitan Surat Utang Negara;

b. Bertindak sebagai agen lelang dalam penjualan Surat Utang Negara di

Pasa Perdana yang antara lain mengumumkan rencana Lelang Surat Utang

28 Sinar Harapan, edisi selasa 17 Agustus 2007, buy back Sun baik bagi pasar. 29 Keputusan MENKEU No. 84/KMK.01/2006 Tentang Rencana Strategis DEPKEU Tahun

2005-2009, h. 35-36

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

63

Negara, melaksanakan Lelang Surat Utang Negara, menyampaikan hasil

penawaran Lelang Surat Utang Negara, serta mengumumkan keputusan

hasil Lelang Surat Utang Negara;

c. Menatausahakan Surat Utang Negara.30

Bank Indonesia melaporkan kegiatan penatausahaan Surat Utang

Negara secara berkala kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Peserta lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan lelang Pembelian

Kembali Obligasi Negara (buyback) yang transaksinya dinyatakan batal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) dan Pasal 17 ayat (3),

dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

yang berlaku.31

Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia

Nomor 9/3/PBI/2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang Lelang dan

Penatausahaan Surat Utang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4710) dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/1/DPM tanggal 16

Februari 2004 perihal Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 15, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4363) dipandang perlu untuk

mengatur petunjuk pelaksanaan mengenai Tata Cara Lelang Surat Utang

30 Peraturan Bank Indonesia, No: 9/3/PBI/2007pasal 2, Tentang Lelang dan peñatausahaan

Surat Utang Negara. h. 5 31 Ibid. h. 17

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

64

Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara dalam Surat

Edaran Bank Indonesia terutama dalam penatausahaan stelmen hasil lelang

buyback sebagai berikut:32

a. Setelmen hasil lelang buyback dilakukan pada 3 (tiga) hari kerja

berikutnya setelah tanggal pelaksanaan lelang (T+3).

b. Peserta lelang buyback selain bank harus menunjuk sub-registry untuk

pelaksanaan setelmen hasil lelang buyback.

c. Dalam pelaksanaan setelmen hasil lelang buyback, sub-registry harus

menunjuk bank pembayar pemilik rekening giro rupiah sistem BI-RTGS

untuk pelaksanaan setelmen dana.

d. Peserta lelang buyback harus memiliki kecukupan seri dan nilai obligasi

negara pada rekening surat berharga di BI-SSSS atau pada rekening surat

berharga Sub-Registry yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada angka

2.

e. Berdasarkan hasil keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia atas

pemenang lelang buyback, Bank Indonesia cq. DPM melakukan setelmen

pada tanggal setelmen dengan prosedur sebagai berikut :

1) Lelang buyback dengan cara tunai

a) Bank Indonesia cq. DPM melakukan pendebetan rekening surat

berharga Peserta Lelang dan/atau sub-registry yang ditunjuk

32 Surat Edaran, No. 9/4/DPM, Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar

Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

65

Peserta Lelang sampai dengan batas waktu setelmen surat berharga

di BI-SSSS, sebesar jumlah seri dan nilai obligasi negara yang

dimenangkan.

b) Bank Indonesia cq. DPM mengkredit rekening surat berharga

pemerintah atau melakukan pelunasan sebelum jatuh tempo (early

redemption) atas seri obligasi negara yang dibeli kembali oleh

pemerintah.

c) Bank Indonesia cq. DPM melakukan pembayaran dana melalui

Sistem BI-RTGS dengan mendebet rekening giro rupiah

pemerintah dan mengkredit rekening giro rupiah bank dan/atau

bank pembayar sebesar nilai setelmen.

2) Lelang buyback dengan cara penukaran (debt switching)

a) Bank Indonesia cq. DPM melakukan pendebetan rekening surat

berharga peserta lelang dan/atau sub-registry yang ditunjuk Peserta

Lelang sampai batas waktu setelmen surat berharga di BI-SSSS,

sebesar jumlah seri dan nilai obligasi negara yang dimenangkan.

b) Bank Indonesia cq. DPM mengkredit rekening surat berharga

Pemerintah atau melakukan pelunasan sebelum jatuh tempo (early

redemption) atas seri obligasi negara yang dibeli kembali oleh

pemerintah.

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

66

c) Bank Indonesia cq. DPM melakukan pencatatan penerbitan SUN

seri penukar dan mengkredit ke rekening surat berharga peserta

lelang atau sub-registry yang ditunjuk peserta lelang.

d) Lelang buyback dapat menyebabkan terjadi selisih tunai atas beban

pemerintah atau atas beban peserta lelang.

e) Dalam hal terjadi selisih tunai atas beban pemerintah, Bank

Indonesia cq. DPM melakukan setelmen dana dengan mendebet

rekening giro rupiah pemerintah di Bank Indonesia dan mengkredit

rekening giro rupiah bank atau bank pembayar sub-registry sebesar

selisih tunai.

f) Dalam hal terjadi selisih tunai atas beban peserta lelang, Bank

Indonesia cq. DPM melakukan setelmen dana dengan mendebet

rekening giro rupiah bank atau bank pembayar sub-registry dan

mengkredit rekening giro rupiah pemerintah di Bank Indonesia

sebesar selisih tunai.

f. Dalam hal peserta lelang buyback tidak dapat menyelesaikan setelmen

surat berharga sebagaimana dimaksud pada butir 5.a.1) dan butir 5.b.1)

maka yang bersangkutan harus menyelesaikan setelmen dimaksud pada

jangka waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja sejak tanggal setelmen awal.

g. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 6 tidak dapat

dipenuhi maka transaksi yang bersangkutan dinyatakan batal.

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

67

h. Terhadap peserta lelang buyback yang tidak dapat memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada angka 7 dikenakan sanksi sesuai Peraturan

Menteri Keuangan yang berlaku, sebagai berikut :

1) Diumumkan kepada publik;

2) Tidak diperkenankan mengikuti lelang SUN di pasar perdana dan

lelang buyback secara kumulatif sebanyak 3 kali berturut-turut; dan

3) dilaporkan kepada otoritas di bidang perbankan dan pasar modal.

3. Pelaksanaan Buyback (Pembelian Kembali) Surat Utang Negara (SUN)

Pada saat pelaksanaan baik tentang pelelangan ataupun pembelian

kembali Surat Utang Negara ada ketentuan yang harus diikuti dalam

penetapan penawaran ataupun pembelian kembali. adapun ketentuan yang

harus diikuti itu adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Ketentuan Dalam Penawaran dan Pembelian

Surat utang Negara (SUN)

Harga Penawaran : 100% (seratus per seratus) dari nilai Pokok Obligasi.

Nominal Setiap Unit Obligasi : Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Tingkat Bunga Obligasi : Tingkat Bunga Obligasi didasarkan pada tingkat bunga per tahun yang sama dengan pengumuman hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia Jangka Waktu Tiga Bulan (dihitung sampai dengan 5 (lima) angka di belakang koma) dari hasil lelang terakhir yang diselenggarakan sebelum Pengumuman

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

68

Tingkat Bunga Bunga Obligasi, kecuali untuk Jumlah Pembayaran Bunga Pertama.

Pengumuman Tingkat Bunga Obligasi

: Bank Indonesia mengumumkan Tingkat Bunga Obligasi selambat-lambatnya 2 (dua) Hari kerja sebelum Periode Bunga mulai berlaku melalui media elektronik dan media cetak.

Tanggal Pembayaran Bunga : Dalam hal Tanggal Pembayaran Bunga jatuh pada bukan hari kerja, maka Pembayaran Bunga dilakukan pada hari kerja pertama berikutnya. Hari kerja adalah hari pada saat kliring antar bank diselenggarakan di Jakarta.

Jumlah Pembayaran Bunga Selanjutnya

: Tingkat Bunga Obligasi Rp1.000.000,00, untuk setiap Unit Obligasi.

Jumlah Pembayaran Bunga dibulatkan dalam rupiah penuh, dengan ketentuan apabila di bawah dan sama dengan 50 (lima puluh) sen dibulatkan menjadi nol, sedangkan di atas 50 (lima puluh) sen dibulatkan menjadi Rp1,00 (satu rupiah).

Hak atas Bunga dan atau Pokok Obligasi

: Pihak yang tercatat dalam Daftar Pemegang Obligasi pada Bank Indonesia dan Pemilik Penerima Manfaat yang tercatat dalam rekening efek pada Kustodian 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal pembayaran bunga dan atau pokok Obligasi berhak atas Bunga dan atau Pokok Obligasi.

Tingkat Bunga Obligasi Pengganti : • Apabila selama 6 (enam) bulan kalender berturut-turut tidak terdapat suatu hasil lelang atas Sertifikat Bank Indonesia Jangka Waktu Tiga Bulan, maka

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

69

penentuan Tingkat Bunga Obligasi didasarkan pada hasil lelang Surat Utang lain dari Pemerintah dengan jangka waktu tiga bulan dimana sistem pelelangannya setara denga lelang Sertifikat Bank Indonesia dimaksud.

• Apabila pelelangan Surat Utang lain dari Pemerintah tersebut tidak dilakukan, maka hasil pelelangan Sertifikat Bank Indonesia terakhir digunakan untuk menghitung Tingkat Bunga Obligasi dimaksud.

• Dari perhitungan Tingkat Bunga Obligasi Pengganti tersebut akan diumumkan melalui media elektronik dan media cetak selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum diberlakukannya Tingkat Bunga Obligasi Pengganti.

Pembelian oleh Penerbit : • Pemerintah dapat membeli Obligasi pada harga pasar.

• Obligasi yang dibeli kembali secara otomatis dinyatakan lunas.

• Bank Indonesia akan mengumumkan jumlah Obligasi yang telah dibeli kembali oleh Pemerintah pada hari kerja pertama setiap minggu berikutnya.

Pelunasan Pokok Obligasi : Pelunasan Pokok Obligasi dilakukan pada Tanggal Jatuh Tempo sebesar 100% (seratus per seratus) dari Jumlah Pokok Obligasi.

Dalam hal Tanggal Jatuh Tempo jatuh pada bukan hari kerja, maka Pelunasan Pokok Obligasi dilakukan pada hari

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

70

kerja pertama berikutnya. Hari kerja adalah hari pada saat kliring antar bank diselenggarakan di Jakarta.

Dari ketentuan yang telah ditetapkan diatas saat pemerintah

melakukan pembelian kembali (buyback) maka ketentuan yang digunakan

sama seperti ketentuan yang sudah ditetapkan diatas yaitu sesuai dengan harga

pokok dan dengan penambahan (yield) yang ditetapkan sesuai harga pasar

pada saat pembelian itu dilakukan.

Contoh: Sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, Menteri Keuangan menetapkan hasil-hasil pelaksanaan lelang pembelian kembali obligasi negara (buyback) sebagai berikut:33

Tabel 3.3

Pembelian kembali Surat Utang Negara

Seri Jatuh Tempo Jumlah Pembelian (Unit)

Harga Rata-rata

Tertimbang

Yield Rata-rata

TertimbangVR0013 25 Januari 2008 Rp. 2.000.000.000,00 100 7,82 VR0014 25 Agustus 2008 Rp. 2.000.000.000,00 100 7,83 VR0015 25 Desember 2008 Rp. 2.000.000.000,00 100 7,83 FR0002 15 Juni 2009 Rp. 25.000.000.000,00 110 7,97 FR0016 25 Juli 2009 - 0,0 0,0 FR0010 15 Maret 2010 - 0,0 0,0 FR0011 15 Mei 2010 - - - FR0012 15 Mei 2010 Rp. 400.000.000.000,00 110,04 8,43 FR0013 15 September 2010 Rp. 60.000.000.000,00 118,13 8,58 FR0024 15 Oktober 2010 Rp. 180.000.000.000,00 109,39 8,53 FR0014 15 Nopember 2010 - 0,0 0,0 FR0021 15 Desember 2010 Rp. 37.000.000.000,00 117 8,5 FR0015 15 Februari 2011 Rp. 625.000.000.000,00 114 8,66

33 http://www.hubmas.depkeu.go.id/humasnews/profil_pengelolaan utang negara)

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

71

FR0017 25 Juni 2011 - 0,0 0,0 FR0016 15 Agustus 2011 Rp. 150.000.000.000,00 115,4 9,79 FR0022 15 September 2011 - 0,0 0,0 FR0025 15 Oktober 2011 Rp. 173.000.000.000,00 104,07 8,8

Keterangan dalam tabel pelaksanaan hasil pembelian kembali: 1. Seri adalah nomor obligasi / Surat Utang Negara yang dibeli kembali. 2. Jatuh tempo adalah batasan waktu pembelian Surat Utang Negara 3. Jumlah Pembelian (Unit) adalah jumlah unit Surat Utang Negara yang

dibeli kembali dengan rincian harga. 4. Harga Rata-Rata Tertimbang adalah harga yang ditetapkan dalam

pembelian dari harga pokok 100% obligasi. 5. Yield Rata-rata tertimbang adalah keuntungan yang diharapkan oleh

investor dalam persentase per tahun. Pada tanggal 30 Oktober 2008 Pemerintah telah melaksanakan Lelang Pembelian Kembali Obligasi Negara dengan menggunakan fasilitas Ministry of Finance Dealing System (MOFiDS). Peserta Lelang menawarkan 5 seri Obligasi Negara dari 6 (enam) Obligasi Negara seri benchmark yang jatuh tempo mulai tanggal 15 September 2013 sampai dengan 15 Juli 2038. Jumlah penawaran yang disampaikan oleh Peserta Lelang sebesar Rp1,247 triliun, sedangkan jumlah atau nilai nominal yang dibeli oleh Pemerintah sebesar Rp. 41,0 miliar. Sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, Menteri Keuangan menetapkan hasil pelaksanan lelang pembelian kembali (buyback) Obligasi Negara pada periode ini sebagai berikut:

Seri Jatuh tempo Jumlah pembelian

(unit) Harga Rata-Rata

Tertimbang Yield Rata-rata

tertimbang FR0049

15-Sep-13

20.000

75,50

16,51

FR0027

15-Jun-15

1.000

70,50

17,11

FR0048

15-Sep-18

10.000

60,70

17,49

FR0046

15-Jul-23 - - -

- - -

FR0047

15-Feb-28

10.000

57,00

18,03

FR0050

15-Jul-38 -

- - -

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id   

 

72

Keterangan dalam tabel pelaksanaan hasil pembelian kembali: 1. Seri adalah nomor obligasi / Surat Utang Negara yang dibeli kembali. 2. Jumlah Pembelian (Unit) adalah jumlah unit Surat Utang Negara yang

dibeli kembali. 3. Harga Rata-Rata Tertimbang adalah harga yang ditetapkan dalam

pembelian dari harga pokok 100% obligasi. 4. Yield (imbal hasil) Rata-rata tertimbang adalah keuntungan yang

diharapkan oleh investor dalam persentase per tahun. Pelaksanaan dari pembayaran pokok dan tambahan (yield) Surat Utang Negara oleh Pemerintah kepada pemegang Surat Utang Negara diatas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Kupon per unit yang dibayar setiap bulan adalah sebesar Rp. 7.91700 (tujuh ribu sembilan ratus tujuh belas rupiah) dari 9,50% x 1/12 x Rp1.000.000,00

(satu juta rupiah).

Keterangan dari hasil pelaksanaan hasil pembelian kembali:

1. Rp. 7.91700 = Jumlah tambahan (yield) yang di bayar tiap kupon (unit) obligai perbulan.

2. 9,50% = Adalah Tingkat Kupon Tetap yang ditetapkan dalam priode pertahun Surat utang Negara.

3. 1/12 = Jangka waktu perbulan dalam satu tahun. 4. Rp1.000.000 = Nominal Setiap Unit Obligasi.

Jadi dari hasil pelaksanaan buyback yang dilakukan pemerintah diatas

dapat dihitung menggunakan cara diatas sehingga dalam jangka waktu

pembelian kembali pemerintah harus membayar biaya kupon penambahan

dari pokok Surat utang Negara yang telah dibelinya kembali dengan

penambahan bunga (yield) sudah ditetapkan sebesar Rp. 41,0 miliar dari harga

penawaran yang disampaikan oleh Peserta Lelang sebesar Rp1,247 triliun.

    digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id