bab iii metode penelitian a. metode...

26
67 Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, metode penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D)yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009. hlm.407), hal tersebut dikuatkan oleh Ali (2011. hlm.393) yang mengemukakan bahwa Research and Development“pada hakikatnya merupakan suatu upaya dalam pengembangan prototipe suatu alat atau perangkat berbasis riset.”Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah instrumen tes keterampilan dasar bermainbulutangkis. Firman (Muryanto, 2013. hlm.36) mengemukakan bahwa “pengembangan tes adalah suatu proses perancangan dan perbaikan alat ukur tes agar menjadi alat ukur yang berkualitas baik.” Pemilihan metode Research and Development (R&D) pada penelitian ini diasumsikan, karena pada dasarnya tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh satu instrumen yang dapat mengukur hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis pada teknik memukul (servis tinggi, lob bertahan, dropshot dan smes) yang mempunyai nilai estimasi reliabilitas dan validitas yang handal dan menjadi suatu instrumen tes yang baku, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen tes keterampilan dasar bermain bulutangkis oleh para siswa sekolah bulutangkis dan para atlit, khususnya atlit bulutangkis. Dalam pengembangan tes keterampilan dasar bermain bulutangkis terdapat tahapan-tahapan yang biasanya disusun dalam suatu rangkai tahapan pengembangan.Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, tahapan yang digunakan dalam penelitian dan pengembanganini mengacu pada pandangan Thorndike (1982, 11-22) yang membagi kedalam sepuluh tahapan yaitu : (1) Menentukan atribut laten atau domain tes yang akan diukur, (2) Analisis tujuan

Upload: dinhdung

Post on 20-Jul-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

67

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

metode penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

dan pengembangan atau Research and Development (R&D)yaitu metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009. hlm.407), hal tersebut dikuatkan

oleh Ali (2011. hlm.393) yang mengemukakan bahwa Research and

Development“pada hakikatnya merupakan suatu upaya dalam pengembangan

prototipe suatu alat atau perangkat berbasis riset.”Produk yang dihasilkan dalam

penelitian ini adalah instrumen tes keterampilan dasar bermainbulutangkis. Firman

(Muryanto, 2013. hlm.36) mengemukakan bahwa “pengembangan tes adalah suatu

proses perancangan dan perbaikan alat ukur tes agar menjadi alat ukur yang

berkualitas baik.”

Pemilihan metode Research and Development (R&D) pada penelitian ini

diasumsikan, karena pada dasarnya tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk

memperoleh satu instrumen yang dapat mengukur hasil belajar keterampilan dasar

bermain bulutangkis pada teknik memukul (servis tinggi, lob bertahan, dropshot

dan smes) yang mempunyai nilai estimasi reliabilitas dan validitas yang handal

dan menjadi suatu instrumen tes yang baku, sehingga dapat digunakan sebagai

instrumen tes keterampilan dasar bermain bulutangkis oleh para siswa sekolah

bulutangkis dan para atlit, khususnya atlit bulutangkis.

Dalam pengembangan tes keterampilan dasar bermain bulutangkis terdapat

tahapan-tahapan yang biasanya disusun dalam suatu rangkai tahapan

pengembangan.Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, tahapan yang

digunakan dalam penelitian dan pengembanganini mengacu pada pandangan

Thorndike (1982, 11-22) yang membagi kedalam sepuluh tahapan yaitu : (1)

Menentukan atribut laten atau domain tes yang akan diukur, (2) Analisis tujuan

68

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pembuatan tes, (3) Batasan pada tes yang akan dikembangkan, (4) Penyusunan

spesifikasi isi atau kisi-kisi instrument, (5) Spesifikasi format, (6) Perencanaan uji

coba dan seleksi item, (7) Perencanaan analisis butir item, (8) Perencanaan

mengumpulkan data normatif, (9) Pengujian manual dan bahan pendukung, (10)

Penyusunan jadwal / schedule. Dari kesepuluh tahapan tersebut penulis

memodifikasi menjadi delapan tahapan utama yang dilaksanakan pada tahapan

pengembangan, dan membagi kedalam tiga tahapan utama yaitu tahap studi

pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap evaluasi. Berikut modifikasi

tahapan pengembangan instrumen tes keterampilan dasar bermain bulutangkis

akan disajikan pada gambar 3.1 dibawah ini :

Bagan 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan ITHB KDBB

(Sumber: Thorndike, 1982: 11-22)

B. Proseduratau Proses Pengembangan

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah menghasilkan satu instrumen tes

hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis (ITHB KDBB), oleh karena

TAHAP PENGEMBANGAN

Penyusunan spesifikasi isi

atau kisi-kisi instrument

Spesifikasi

Format

Uji Coba dan

Seleksi Item

Revisi I

Menentukan atribut laten atau

domain tes yang akan diukur

Analisis Tujuan

Pembuatan Tes

Batasan pada tes yang

akan dikembangkan

TAHAP PENDAHULUAN

Pengumpulan

Data Normatif

Pengujian Manual dan

Bahan Pendukung

Revisi II

TAHAP EVALUASI

69

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

itu, perlu adanya satu prosedur pengembangan yang dilakukan untuk menghasilkan

instrumen tersebut. Prosedur pengembangan dalam hal ini mengacu pada delapan

modifikasi tahapan pengembangan yang kemukakan oleh Throndike

(1982),berawal dari menentukan atribut laten atau domain tes yang akan diukur

sampai dengan pengujian manual dan bahan pendukung. Tahapan atau proses

pengembangan instrumen tes hasil belajar keterampilan dasar bulutangkis dalam

penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut :

Tahap 1 :Menentukan atribut laten atau domain tes yang akan diukur

Tahap pertama dalam penelitian pengembangan ini adalah menentukan

atribut laten atau domain tes yang akan diukur. Mengacu pada konsep yang telah

dikemukan pada tujuan penelitian.Atribut laten yang dikembangkan dalam

penelitian ini adalah keterampilan dasar bermain bulutangkis (KDBB), oleh

karena itu, domainyang akan diukur dan dikembangkan kedalam instrumen

KDBB adalah domain psikomotor yang mengacu pada domain

psikomotorikHarrow (1972). Pada dasarnya taksonomi Harrow berkaitan dengan

tujuan psikomotorik dengan membagi kedalam enam level gerakan yaitu (1)

Reflex Movement, (2) Basic FundamentalMovement, (3) Perceptual Abilities,

(4)Physical Abilities,(5) Skilled Movement(6) Nondiscursive Movements(Harrow

dalam Kusaeri&Suprananto, 2012 &Morrow, et al. 2005).

Setelah ditetapkannya atribut laten dan domain tes yang akan diukur, yaitu

keterampilan dasar bermain bulutangkis pada domain psikomotor, langkah

selanjutnya adalah menetukan suatu definisi tentang atribut laten yang akan dikur

menjadi definisi konseptual dan definisi operasional.

1. Definisi Konseptual

Secara konseptual Hidayat (2013:11) mengemukakan bahwa Keterampilan

dasar bermain bulutangkis adalah “kemampuan melakukan gerakan atau teknik

gerakan dasar yang dibutuhkan dalam olahraga bulutangkis secara efektif dan

efisien.”Keterampilan dasar merupakan salah satu keterampilan yang harus

dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain

70

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

bulutangkis (Tohar dalam Subarjah & Hidayat, 2007:31) Hal ini dikarenakan

merupakan salah satu faktor pendukung pokok untuk menjadi atlet yang

berprestasi. Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, terdapat

empat dimensi dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis, dimensi tersebut

meliputi (1) keterampilan pegangan raket(grip), (2) keterampilan posis siap(ready

postion), (3) keterampilan gerakan kaki (footwork), (4) keterampilan teknik

memukul (strokes) (Hidayat, 2013; Subarjah, 2010; Hidayat, 2008; Kumar, 2006).

Secara konseptual keempat dimensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

Keterampilanpegangan raket(grip) merupakan kemampuan dalam

memegang raket dengan benar untuk melakukan pukulan forehand maupun

backhand, menurut hidayat (2013:12) “keterampilam cara memegang raket

memainkan peran sangat penting sebab kualitas baik tidaknya pukulan sangat

ditentukan oleh cara memegang raket yang benar.” Keterampilan posisi

siap(ready position) adalah posisi dasar menunggu didekat bagian tengah

lapangan yang sama jaraknya dari semua sudut lapangan (Grice, 2002).

Keterampilan gerakan kaki(foot work) “merupakan gerakan-gerakan langkah

kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa

sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan memukul kok sesuai

posisinya.”(Subarjah, 2009).Sedangkanketerampilan memukul(storke) adalah

“cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan

menerbangkan kok kebidang lapangan lawan dengan menggunakan

raket.”(Hidayat, 2013).Hal tersebut dikuatkan oleh pandanganTohar (Subarjah &

Hidayat, 2007:47) yang berpendapat bahwa “Teknik pukulan diartikan sebagai

cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan

menerbangkan satelkok kebidang lapangan lawan.”Terdapat empat pokok teknik

pukulan bulutangkis yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis yaitu (1)

Pukulan servis ,(2) Pukulan lob bertahan, (3) Pukulan dropshot, (4) Pukulan smes

(Grice, 2002; Subarjah, 2010; Hidayat, 2012). Keempat teknik pukulan tersebut

secara konseptual dapat dijelaskan sebagai berikut :

71

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

a. Pukulan Servis Panjang (High Servis). Pukulan servis panjang merupakan

pukulan yang dilakukan dari bawah yang mengarahkan satelkok tinggi jauh

kebelakang didaerah garis back bouandary line. Pandangan tersebut diperkuat

oleh (Grice, 2002) yang mengemukakan bahwa “servis panjang adalah servis

dasar yang mengarahkan satelkok tinggi dan jauh kebelakang”

b. Pukulan Lob Betahan (Clear Lob). Subarjah & Hidayat (2009:2.53)

mengemukakan bahwa pukulan lob atau clear merupakan “pukulan dari atas

kepala yang hasil pukulannya melambung tinggi dan diarahkan kebagian

belakang lapangan permainan.”

c. Pukulan Dropshot. Hidayat (2012) mengemukaka bahwa dropshotmerupakan

“salah satu jenis keterampilan dasar memukul yang dilakukan dari atas kepala

dengan gerakan forehand dan kok jatuh sedekat mungkin dengan net didaerah

permainan lawan.” Pada dasarnya pukulan dropshot sama halnya dengan

pukulan lob bertahan, hanya saja pada pukulan dropshot satelkok hanya

didorong pelan ketika perkenaan antara raket dan satelkok, sehingga jatuh

didaerah depan permainan lawan atau shortservice lineatau garis daerah servis

pendek (Hidayat, 2012; Grice, 2002; Subarjah&Hidayat, 2009).

d. Pukulan smashmerupakan pukulan keras dan tajam yang bertujuan untuk

mematikan lawan (Subarjah&Hidayat, 2009:2.55). Hal tersebut diperkuat oleh

Grice (2002:85) yang mengemukakan bahwa pukulan smashmerupakan

“pukulan yang cepat, diarahkan kebawah dengan kuat, dan tajam, untuk

mengembalikan bola pendek yang telah dipukul keatas.”

Kempatteknik pukulantersebut merupakan gambaran dari keterlaksanaannya

komponen-komponen dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis, baik pada

grip, ready position (stand), foot work, maupun stroke . sehingga dalam proses

pelaksanaan pembelajaran keempat pukulan tersebut dibagi kedalam tiga tahapan

gerakan utama yaitu tahap persiapan pukulan, tahap pelaksanaan pukulan dan

tahap penyelsaian akhir pukulan sebagai dari pembelajaran proses gerakan, serta

tahap hasil akhir pukulan terhadap sasaran yang telah ditentukan sebagai hasil dari

proses pembelajaran atau produk pukulan (Grice, 2002; Hidayat, 2013, Pool 1988,

Nurhasan, 2007). Oleh karena itu, definsi konseptual yang telah dijelaskan diatas,

72

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

disederhanakan dalam kerangka konseptual KDBB hasil adaptasi dan modifikasi

dari hidayat, 2014; Grice, 2002; Subarjah, 2010 & Pool, 1988 yang akan disajikan

dalam bagan 3.2 pada halaman 72

Bagan 3.2Kerangka Konseptual KDBB

Berdasarkan kerangkan konseptual diatas, dimensi yang akan dikembangkan

dalam tes keterampilan bermain bulutangkis dengan sub tes servis tinggi, lob

bertahan, dropshot dan smes adalah dimensi tahapan pada proses pembelajaran

yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap penyelesaian akhir dan hasil

pukulan terhadap sasaran yang telah ditentukan (Hidayat, 2014;

Kumar&Kalidasan, 2013; Grice, 2002; Subarjah, 2010& Pool, 1988)

2. Definisi Operasional

KDBB

Grip

Ready Position

Foot Work

Stroke

Servis Tinggi, Lob

Bertahan, Dropshot, Smesh

T. Persiapan

T. Pelaksanaan

T. Penyelesaian

Hasil Pukulan

73

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sesuai dengan definisi konseptual diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan dasar bermain bulutangkis merupakan kemampuan seseorang dalam

menampilkan teknik gerakan melakukan pukulan pada bidang sasaran yang telah

ditetapkandan diukur dengan empat komponen utama yaitu (1) keterampilan

pegangan raket, (2) keterampilan sikap siap (3) ketarampilan gerakan kaki, (4)

keterampilan memukul. Keempatkomponen tersebut akan dituangkan kedalam

sub tes (1) servis panjang, (2) lob bertahan, (3) dropsot dan (4) smes yang terbagi

kedalam empat dimensi tahap pembalajaran yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap penyelesaian akhir serta tahap hasil akhir pukulan dan

dikembangkan kedalam indikator-indikatorketercapaian untuk memudahkan dalam

penyusunan item-item atau tugas yang akan dinilai oleh para observersebagai dari

hasil belajar dan latihan selama proses pembelajaran atau pelatihan.

Skor yang diperoleh adalah jumlah skor dari item-item prilaku atau task

yang dapat ditampilkan oleh para peserta tes berdasarkan kriteria penilaian yang

sudah ditetapkan. Semakin tinggi skor yang dicapai oleh siswa atau atlit dalam

tes, maka semakin tinggi tingkat penguasaan keterampilan bermain bulutangkis

siswa tersebut, sebaliknya semakin rendah skor yang dicapai maka semakin

rendah tingkat penguasaan keterampilan bermain bulutangkis siswa tersebut.

Tahap 2 :Menentukan Tujuan Tes Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis

Pada dasarnya, secara umum tujuan tes keterampilan dasar bermain

bulutangkis adalah untuk mengukur penguasaan hasil belajar keterampilan dasar

bermain bulutangkis pada teknik memukul (servis tinggi, lob bertahan, dropshot,

smash) sebagai hasil dari proses pembelajaran. Oleh karena itu tujuan pada tes ini

termasuk kedalam tujuan intruksional (Thorndike, 1982:14) yaitu suatu tes yang

dilakukan untuk melihat kemampuan individu atau kelompok dalam penguasaan

pemahaman atau pun keterampilan sebagai dari hasil belajar.Adapun tujuan secara

khusus dalam pengembangan ini akan disajikan dalam tujuan pada sub tes

masing-masing tes, yaitu sebagai berikut :

74

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. Servis tinggi bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan gerakan-

gerakan servis tinggi dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada

sasaran yang sudah ditetapkan.

2. Lob bertahan bertujuan mengukur kemampuan melakukan gerakan-gerakan

lob bertahan dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada sasaran

yang sudah ditetapkan.

3. Dropshot bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan gerakan-gerakan

dropshot dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada sasaran yang

sudah ditetapkan.

4. Smash bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan gerakan-gerakan

smash dengan baik dan benar disertai ketepatan pukulan pada sasaran yang

sudah ditetapkan.

Tahap 3 :Membatasi Tes Yang Akan Dikembangkan

Instrument tes KDBB, pada dasarnya merupakan instrument tes yang akan

mengukur pada keterampilan memukul (servis tinggi, lob bertahan, dropshot dan

smes). Batasan pada tes ini adalah hanya mengukur pada keterampilan teknik

dasar saja, artinya bahwa alat ukur tersebut akan mengukur subjek ketika

melakukan gerakan memukul dan hasil akhir pukulan yang dicapai sebagai dari

hasil belajar. Selain itu, domain yang diukur dalam tes KDBB adalah domain

psikomotor pada level P2 sampai denganP5 yaitu Basic FundamentalMovement,

Perceptual abilities, Physical abilities,Skilled Movement.

Tahap 4 :Penyusunan Spesifikasi Isi Dan Kisi-Kisi Instrument Tes

Sebagaimana telah dijelaskan pada tahap awal, penyusunan spesifikasi isi

yang akan diukur dalam tes KDBB mengadaptasi dan memodifikasi pada dimensi

konstruk yang telah dikembangkan oleh Hidayat, 2014; Grice, 2002; Subarjah,

2010 & Pool, 1988 yang mengacu pada tes keterampilan (performance test)

dengan penilaian kinerja (performance assessment). Dimensi tersebut terbagai

kedalam tiga dimensi utama yaitu (1) Persiapan, (2) Pelaksanaan (3) Penyelesaian,

dan satu dimensi tambahanyaitu hasil akhir pukulan.Berdasarkan paparan diatas,

75

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dalam kepentingan pengembangan ini penulis memodifikasi kembali dimensi-

dimensi tersebut menjadi dimensi pada sub tes keterampilan dasar bermain

bulutangkis, baik pada servis tinggi, lob bertahan, dropshot dan smes. Berikut

kisi-kisi instrument tes keterampilan akan disajikan dalam tabel 3.1pada halaman

75.

75

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Kisi – Kisi Penyusunan Instrumen Tes Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis

Variabel Sub Variabel Dimensi Indikator P1 P2 P3 P4 P5 P6 Jumlah item

Keterampilan

Dasar Bermain

Bulutangkis

Servis Tinggi

Persiapan Posisi Siap Tubuh √ 2

Posisi Kok √ 2

Posisi Tangan √ 2

Pelaksanaan Persiapan Perkenaan √ 2

Perkenaan √ 2

Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2

Akhir Gerakan √ 2

Hasil Akhir Ketepatan arah pukulan √ 1

Lob Bertahan

Persiapan Persiapan badan √ 2

Gerakan kearah satelkok √ √ 2

Posisi Memukul √ 1

Ayunan raket kebelakang √ 1

Pelaksanaan Ayunan raket kedepan √ 2

Perkenaan √ 2

Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2

Akhir Gerakan √ 2

Hasil Akhir Ketepatan Arah Pukulan √ 1

Dropshot

Persiapan Persiapan badan √ 2

Gerakan Kearaj satelkok √ √ 2

Posisi Memukul √ 1

Ayunan raket kebelakang √ 1

Pelaksanaan Ayunan raket kedepan √ 2

Perkenaan √ 2

Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2

Akhir Gerakan √ 2

Hasil Akhir Ketepatan Pukulan √ 1

76

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Keterangan :P1 =Reflex Movements; P2 =Basic Fundamental Movement; P3 =Perceptual Abilities; P4 = Physical abilities; P5 = Skilled

Movements; P6 = Nondiscursive movements (Sumber : Taxonomy of the psychomotor domain, Harrow, 1972 dalam Morrow, et al. 2005)

Smash

Persiapan Persiapan badan √ 2

Gerakan Kearaj satelkok √ √ 2

Posisi Memukul √ 1

Ayunan raket kebelakang √ 1

Pelaksanaan Ayunan raket kedepan √ 2

Perkenaan √ 2

Penyelesaian Gerak Lanjut √ 2

Akhir Gerakan √ 2

Hasil Akhir Ketepatan Pukulan √ 1

Jumlah keseluruhan item 60

77

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tahap 5 :Penyusunan Spesifikasi Format

Tes keterampilan dasar bermain bulutangkis, dituangkan dalam jenis

subjective rating test dan accuracy-based test (Morrow et.al 2005). Instrumen tes

keterampilan dasar bermain bulutangkis yang berorientasi pada proses gerakan

atau subjective rating test mengacu pada dimensi konstrak yang telah

dikembangkan oleh Hidayat(2013) yang menjadikan beberapa tahapan dalam

pelaksanaan suatu gerakan dalam teknik dasar bermain bulutangkis, dimana tes

tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan melakukan keterampilan gerak

dasar secara efektif dan efisien yang dilihat melalui observasi personal dengan

berorientasi pada penilaian proses gerakan pada keterampilan dasar servis tinggi,

lob bertahan, dropshot dan smes (Hidayat, 2013). Pada pengembangan ini

subjective rating testterbagi kedalam tiga gerakan utama yaitu, persiapan,

pelaksanaan dan penyelesaian (grice, 2002, Hidayat, 2013).Sedangkan jenis tes

keterampilan dasar bermain bulutangkis berorientasi pada hasil merupakan tes

objektif jenis Accuracy-Based Test (Morrow et.al 2005) yaitu salah satu tes yang

mengukur ketepatan hasil pukulan pada bidang sasaran yang telah ditetapkan

(Morrow et.al, 2005; Hidayat, 2012).Konstruk utama dalam Accuracy-Based

Testadalah hasil akhir pukulan (Hidayat, 2013; Hidayat at.al, 2014;

Kumar&Kalidasan, 2013; Pool, 1988 ; Nurhasan, 2007).

Kedua jenis tes tersebut dituangkan kedalam item-item keterampilan yang

dielaborasi dari indikator padasetiap dimensi konstruk menurut teori (Grice, 2002

&Hidayat, 2013). Kemudian setelah disusun item-item berdasarkan indikator,

item tersebut disajikan kedalam satu format khusus yaitu format observasi sebagai

alat untuk melihat kemampuan siswa atau atlit dalam menampilkan jawaban-

jawaban atas item-item keterampilan yang telah dikembangkan, hal tersebut

mengacu pada pandangan Committee for the Workshop on Alternatives for

Assessing Adult Education and Literacy Programs (2002:42) yang menyatakan

bahwa dua kompenen yang paling penting dalam performance assessment adalah

adanya task atau tugas dan kriteria skor. Dalam hal ini task yang ditampilkan

untuk mengukur kemampuan siswa atau atlit adalah item-item keterampilan yang

dikembangkan berdasarkan indikator yang telah disusun, kemudian untuk kriteria

78

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

skor yang dikembangkan sebagai penilaian jawaban siswa atau atlit terhadap item-

item keterampilan atau taskpenulis menyusun kriteria skor berupa rubric

penilaian.Format rubric yang dikembangkan dalam pengembangan ini adalah

rubric jenis holistic atau rubric secara menyeluruh (Morrow, at al. 2005, &Zainul.

2005).

Tahap 6 :Perencanaan uji coba dan seleksi item

Setelahtersusunnya kisi-kisi dan spesifikasi format serta item-item

keterampilan, langkah selanjutnya adalah uji coba dan seleksei item. Item-item

tugas gerak dan kriteria skor yang telah disusun terlebih dahulu diplanelkan dalam

satu forum kelompok diskusi atau FGD (Focus Group Discusion) yang berjumlah

sepuluh orang, terdiri dari para atlit dan pelatih. Hal tersebut dilakukan untuk

melihat dan menilai secara praktis bagaimana item-item tugas gerak dan kriteria

penilaian yang telah dikembangkan dapat mengukur atau mencerminkan gerakan-

gerakan yang terdapat dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis, sehingga

pada tataran praktis, item-item yang sudah dikembangakan layak untuk diseleksi

oleh para ahli dan siap untuk diujicobakan pada sampel yang sebenarnya.

Kemudian, langkah selanjutnya sebelum instrumen diujicobakan kepada

sampel sebenarnya, item tugas gerak dan kriteria skor yang sudah

dikembangkanserta disepakati dalam FGD dengan para pelatih dan atlit akan

dinilai oleh para expert, tahap ini dinamakan dengan tahap uji coba teoritik atau

validasi isi (content validty) serta seleksi item berdasarkan pendapat para ahli,

tahap ini dimaksudkan untuk melihat apakah secara isi item tugas gerak dan kriteria

skor yang dikembangkan sudah sesuai berdasarkan indikator-indikator yang telah

ditentukan atau belum, dengan kata lain apakah item-item yang dikembangkan

benar-benar untuk mengukur keterampilan dasar bermain bulutangkis atau tidak

(Azwar, 2012; Kusaeri&Suprananto, 2012; Santu Naga, 2013), hal tersebut

dikuatkan oleh pada pandangan Susetyo (2011:89) yang menyatakan bahwa

“validitas isi berkaitan dengan validitas yang mengukur kecocokan diantara butir

tes dengan indikator”.

79

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pada ujicoba teoritik dilakukan oleh para ahli atau expert judgment, ini

mengacu pada pandangan Lacy (2012. hlm.85) yang berpendapat bahwa “Content

validity depends on professional judgment using logic and comparsion”. Lacy

berpendapat bahwa dalam validitas ini penilaianakan dilakukan oleh para pakar

yang ahli di bidangnya, hal tersebut dilakukan untuk melihat kesesuaian instrumen

yang telah dikembangkan terhadap sasaran domain yang akan diukur. Pemilihan

para ahli atau expert didasarkan pada kriteria inklusif dari beberapabidang keilmuan

yang terkait dengan penyusunan dan pengembangan ITHB KDBB, oleh karena itu,

tiga pokok rumpun keilmuan yang akan terlibat dalam penyusunan dan

pengembangan ITHB KDBB, yaitu 1) permainan bulutangkis, 2) biomekanika

olahraga, 3) tes dan pengukuran keolahragaan.

Expertdalam permainan bulutangkis dimaksudkan untuk melihat kesesuaian

item-item keterampilan gerak yang telah disusun dalam ITHB KDBB, sehingga

diharapkan dapat memberikan masukan-masukan terkait dengan keilmuan dalam

bidang permainan bulutangkis baik secara teoritis maupun pada tataran praktis.

Kemudian expert dalam biomekanika olahraga dimaksudkan untuk melihat dan

memberikan saran atau masukan terkait dengan sub-sub gerakan yang telah disusun

dalam ITHB KDBB, sehingga sub-sub bagian gerakan yang telah disusun benar-

benar dapat menggambarkan keterampilan yang akan diukur yaitu servis tinggi, lob

bertahan, dropshot dan smesh. Sedangkan expert dalam bidang tes dan pengukuran

keolahragaan akan berperan dalam mengkaji dari kedua aspek tersebut yaitu

permainan bulutangkis dan sub-sub gerakan yang telah disusun, sehingga dapat

menilai apakah item-item yang sudah disusun dalam ITHB KDBB apakah sudah

layak dijadikan sebagai suatu instrumen untuk mengukur keterampilan dasar

bermain bulutangkis atau belum.

Para expert yang dijadikan sebagai penilai dalam tahap ini berjumlah lima

orangyaitu 1) Dr. Komarudin, M.Pd dosen bulutangkis jurusan pendidikan

kepelatihan FPOK UPI, 2) Agus Rusdiana, M.A., Ph.D dosen bulutangkis dan ahli

biomekanika pada jurusan ilmu keolahragaan FPOK UPI, 3) Yusuf Hidayat, M.Si

dosen bulutangkis jurusan pendidikan olahraga FPOK UPI, 4) Surya Medal

Megantara, M.Pd dosen bulutangkis STKIP Pasundan Cimahi, 5) Drs. Nurhasan

80

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

expert dalam bidang tes dan pengukuran keolahragaan FPOK UPI. Oleh karena

itu, proses dalam tahap perencanaan dan seleksi item dalam penelitian dan

pengembangan ini disebut dengan tahapan planel expert judgment.(Azwar, 2012,

hlm.135).Oleh karena itu, produk yang dihasilkan dalam planel expert judgment

adalah tersusunya item-item tugas gerak (task)dan kriteria skor yang sudah

ditelaah dan diseleksi oleh para expert, sehingga terdapat beberapa item tugas

gerak (task) yang harus direvisi agar menjadi lebih baik dengan saran-saran dari

para expert. Kemudian setelah adanya seleksi dan revisi item dari hasil telaah dan

review dari para akademisi atau pakar dibidang bulutangkis serta biomekanika,

selanjutnya dilaksanakan uji coba empiric, yaitu uji coba terkait dengan instrumen

yang sudah dikembangkan terhadap atlit atau siswa sekolah bulutangkis.

Tahap 7 :Perencanaan Mengumpulkan Data Normative

Setelah tersusunnya item tugas gerak (task) dan pedoman penilaian yang

sudah ditelaah oleh para expert atau ahli dalam bidang bulutangkis, biomekanika

dan tes pengkuran keolahragaan, tahap selanjutnya adalah tahap persiapan

perencanaan mengumpulkan data normative. Pada tahap ini ITHB KDBB yang

telah diuji coba dan diseleksi oleh para expert dalam uji coba teoritis selanjutnya

akan diujicobakan pada subjek uji coba yang telah direncakan, dengan kata lain

tahap ini dapat dikatakan dengan tahap uji coba empiris. Pokok penting dalam

tahap ini adalah bagaimana ITHB KDBB yang telah disusun dapat diujicobakan

pada subjek uji coba, oleh karena itu penting dalam tahap ini mempertimbangkan

beberapa variabel demografis pada subjek uji coba, misalnya pada perbedaan usia,

level dalam keterampilan atau lama latihan subjek uji coba, serta jenis kelamin

(Thorndike, 1982, hal.27).Berdasarkan pokok-pokok penting tersebut, dalam

tahapan ini, penulis memilih beberapa kriteria dalam subjek yang akan digunakan

dalam subjek uji coba, kriteria inklusif yang akan dijadikan subjek uji coba adalah

(1) siswa-siswi sekolah bulutangkis yang sudah mengikuti latihan selama satu

tahun, (2) Rentang perbedaan usia subjek uji coba terentang antara 11-13 tahun

(level pemula), (3) jenis kelamin yang akan dijadikan subjek uji coba adalah

putera dan puteri.

81

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian dan pengembangan ini, uji coba empiric dilakukan sebanyak

dua kali, oleh karena itu, tahapan ini mempunyai keterkaitan dengan tahapan

selanjutnya yaitu pengujian dan bahan pendukung, setelah uji coba pertama

dilaksanakan, ITHB KDBB terlebih dahulu dianalisis keterhandalan dan

kesahihannya dalam mengukur keterampilan bermain bulutangkis yaitureliabilitas

dan validitas ITHB KDBB. Sehingga pada pengujian pertama akan dilaksanakan

revisi atau perbaikan-perbaikan terkait dengan kekurangan ITHB KDBB terutama

pada pedoman atau rubric penilaiannya. Oleh karena itu, kekurangan dan masukan

dari para expert ataupun rater sebagai penilai akan menjadi masukan yang sangat

penting untuk memperbaiki ITHB KDBB menjadi lebih baik dan praktis ketika

digunakan. Sehingga ITHB KDBB yang sudah direvisi akan diujicobakan kembali

pada sampel yang lebih besar dan diuji kembali reliabilitas dan validitasnya.

Tahap 8 : Pengujian Manual dan Bahan Pendukung

Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasannya sebelumnya, tahap

pengujian manual dan bahan pendukung menjadi tahap terakhir dalam

pengembangan ini, dalam tahap ini terdapat limapokok penting yang dilaksanakan

yaitu, (1) membuat petunjuk untuk pelaksanaan tes, (2) membuat norma penilaian,

(3) pengujian reliabilitas, (4) pengujian validitas, (5) membuat buku pedoman

kriteria penilaian hasil tes (Thorndike, 1982, hal. 28). Lima pokok penting

tersebut menjadi panduan dalam tahap ini, namun demikian, lima pokok penting

diatas, disusun setelah uji coba tahap kedua dilaksankan atau sesudah tersusunnya

ITHB KDBB final, hal tersebut diasumsikan pada pemikiran logis bahwa tujuan

dari uji coba empiric tahap pertama adalah ingin melihat dan mengetahui

kekurangan ITHB KDBB, baik pada besaran estimasi reliabilitas dan validitas

serta saran-saran atas kekurangan ITHB KDBB dari para rater atau penilai.

C. Lokasi dan Subjek Uji Coba

1. Lokasi Uji Coba

Lokasi atau tempat pelaksanaanuji coba dalam penelitian dan pengembangan

instrumen ini adalah Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan(FPOK)

82

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang terletak di Jalan PHH.

Mustofa No 200 Bandung. Lokasi atau tempat ini dipilih karena menjadi pusat

perhatian penulis pada masalah yang dikaji. Selain itu,FPOK UPI memiliki

sumber daya manusia dan sarana prasarana yang cukup memadai untuk

melakukan penilitian ini baik itu pada uji coba teoritik maupun uji coba empirik.

2. Subjek Uji Coba

a. Uji Coba Teoritik

Sebelum ITHB KDBB ditelaah oleh para ahli, item-item tugas gerak dan

kriteria skor yang telah disusun didiskusikan terlebih dahulu dalam satu forum

FGD (Focus Group Discusion) yang berjumlah sepuluh orang, terdiri dari lima

orang atlit PORDA, PON dan Nasional, serta lima orang pelatih yang mempunyai

lesensi tingkat dasar sampai dengan madya. Hal tersebut dilakukan untuk melihat

dan menilai secara praktis bagaimana item-item tugas gerak dan kriteria penilaian

yang telah dikembangkan dapat mengukur atau mencerminkan gerakan-gerakan

yang terdapat dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis.

Kemudian pada uji coba teoritik item–item tugas gerak atau task yang telah

dikembangkan akan ditelaah oleh para expert atau pakar-pakar dibidang

bulutangkis, biomekanika, dan tes pengukuran dalam bidang

keolahragaanberjumlah lima orang yang disebut dengan Subject Matter Experts

(SME) (Azwar, 2012, hlm.135), kelima expert tersebut yaitu 1) Dr. Komarudin,

M.Pd dosen bulutangkis jurusan pendidikan kepelatihan FPOK UPI, 2) Agus

Rusdiana, M.A., Ph.D dosen bulutangkis dan ahli biomekanika pada jurusan ilmu

keolahragaan FPOK UPI, 3) Yusuf Hidayat, M.Si dosen bulutangkis jurusan

pendidikan olahraga FPOK UPI, 4) Surya Medal Megantara, M.Pd dosen

bulutangkis STKIP Pasundan Cimahi, 5) Drs. Nurhasanexpert dalam bidang tes

dan pengukuran keolahragaan FPOK UPI.

b. Uji Coba Empirik

83

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Subjek uji coba empirik yang digunakan dalam uji coba pengembangan

ITHBKDBB adalah siswa-siswi atau atlit sekolah bulutangkis yang berasal dari

sekolah bulutangkis FPOK UPIdengan menggunakan teknik penyampelan

bertujuan (Johnson&Christensen, 2012), dengan kriteria inklusif subjek, yaitu (1)

atlet kelompok usia pemula (11-13 tahun) jenis kelaminputera maupun puteri(2)

terdaftar dan aktif mengikuti latihan di klub atau sekolah bulutangkis FPOK UPI,

(3) telah mengikuti latihan minimal 1 tahun.

Pada tahap inidilaksanakan dalam dua kali kesempatan, uji coba kesempatan

pertama dilakukan di sport hall FPOK UPI dengan subjek uji coba berjumlah 15

orang yang terdiri dari tujuh siswa atau atlit putera dan delapan siswa atau atlit

puteri. Sedangkan pada uji coba kedua berjumlah 50 subjek uji coba 25 siswa atau

atlit putera dan 25 siswa atau atlit puteri dan masih dilaksanakan digedung sport

hall FPOK UPI Jl. PHH.Mustofa no 200.Pengambilan jumlah subjek uji coba

yang berjumlah 15 orang pada uji coba pertama dan 50 orang pada uji coba kedua

didasarkan pada asumsi-asumsi teoritis yang membedakan jumlah subjek atau

sampel dalam objective test dan performance test, sebagaimana telah dikemukakan

oleh Miller, Linn & Gronlund (2009. hlm. 156) menyatakan bahwa “sampling of

course content is usually limited because of the small number of tasks that can be

included in an assessment.”Secara garis besar Miller, dkk (2009) mengemukakan

bahwa dalam uji coba tes kinerjasampel yang digunakan biasanya menggunakan

sampel kecil atau terbatas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen Tes dan Non

tes. Instrumen tes yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar jenis tes

perbuatan (Susetyo, 2011:5), tes perbuatan ini merupakan tes keterampilan yang

bertujuan untuk mengukur penguasaan keterampilan dasar bermain bulutangkis

para siswa atau atlit setelah mengikuti proses pembelajaran atau pelatihan

(perfomance test). Sedangkan instrumen non tes digunakan sebagai alat ukur

untuk menilai tes hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis jenis

perfomance assessment yang berbentuk pedoman observasi dan rubrik penilaian

84

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(Susetyo, 2011; Mardapi, 2008). Lembar observasi digunakan untuk melihat

keberhasilan gerakan teknik dasar bermain bulutangkis pada aspek tahapan

gerakan (Proses) yaitu pegangan raket, posisi siap, gerakan badan, gerakan kaki,

dan gerakan memukul serta hasil akurasi pukulan sebagai hasil akhir (produk)

yang ditampilkan oleh siswa atau atlitdengan dinilai oleh tiga orang observer atau

rater yang berstatus sebagai pelatih yaitu 1) Elik Nurdiansyah S.Pd (Pelatih

sekolah bulutangkis FPOK UPI), 2) Asep Aah Hidayat S.Pd (Pelatih sekolah

bulutangkis FPOK UPI), 3). Fitriyani S.Pd (Atlit Bulutangkis).

E. Teknik Analisis Data

Dalam uji coba instrumen tes KDBB terdapat beberapa teknik analisis data

yang digunakan, terutama terkait dengan analisis pengujian reliabilitas dan

validitas instrumen. Untuk lebih jelasnya analisis yang akan digunakan dalam

penelitian dan pengembangan ini akan diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis uji coba teoritik atau validitas isi menggunakan teknik CVR (Content

validity Rasio) dari lawshe (Susetyo, 2011; Santun Naga,2012; Azwar, 2012).

Validitas isi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kepentingan item

yangtelah disusun, dalam hal ini, apakah item yang telah dikembangkan

dianggap penting atau tidak penting oleh para expert. Validitas isi akan

dilaksanakan oleh para pakar atausubject metter expert(SME)dari bidang

bulutangkis dan Biomekanika.Berikut formula CVR yang digunakan dalam

analisis validasi ini adalah sebagai berikut :

𝐶𝑉𝑅 = 𝑀𝑃 −

𝑀

2𝑀

2

= 2𝑀𝑃

𝑀 − 1

Ket : Mp = Jumlah ahli yang menyatakan penting

M = Jumlah ahli yang memvalidasi

Dengan indek rasio bekisar -1 ≤ CVR ≤ +1, dan mempunyai kriteria sebagai

berikut :

85

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Mp <12 M maka CVR < 0

Mp =12 M maka CVR = 0

Mp >12 M maka CVR > 0

Sumber : (Susetyo, 2011; Santun Naga,2012; Azwar, 2012).

2. Analisis meta rubric, analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah teknik

analisis persentasi (Ohiro, 2013), analisis tersebut digunakan untuk melihat

persentasi layak atau tidaknya rubric yang digunakan untuk menilai tes hasil

belajar keterampilan dasar bermainbulutangkis.Berikut formula yang

digunakan dalam analisis persentasi meta rubrik adalah sebagai berikut :

Persentasi (%) =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100 %

3. Pengujian estimasi reliabilitas yang digunakan dalam penelitian dan

pengembangan ini yaitu tipe interclass coefficientreliability dan

intraclasscoefficientreliability(Morrow, at al, 2005 ; Bresciani, Oakleaf,

Duncan, & Hickmott. 2009 ; Thomas, Nelson, Silverman.2005). Pengujian

estimasi reliabilitas tipe interclass reliability akan menggunakan model test-

retestreliability sedangkan pada tipe intraclass reliability akan menggunakan

model Croncbach’s alpha dan Interrater reliability (Morrow, at al, 2005 ;

Bresciani, Oakleaf, Duncan, & Hickmott. 2009 ; Thomas, Nelson, Silverman.

2005 ;). Asumsi digunakannya metode test-retest reliabilitybertujuan untuk

melihat kestabilanpengukuran dalam kaitannya dengan instrumen yang telah

dikembangkan (Popham. 2011. hal. 63 ; Kusaeri & Suprananto. 2012. hal.85)

dengan teknik analisis yang akan digunakan adalah person prodact moment

(PPM) yaitu melihat korelasi antara tes pertama dan tes kedua (Morrow, at al.

2005 ; Crocker & Algina. 1986 ; Popham. 2011 ; Azwar, 2011; Susetyo, 2011;

Santun Naga, 2012), metode test-retest yang akan digunakan dalam uji coba

adalah same day test retest method, yaitu pengulangan tes yang dilaksanakan

pada hari yang sama (Thomas, Nelson, Silverman. 2005. hal.201). Kemudian

pada model kedua yaitu Croncbach’s alpha digunakan untuk mengukur

86

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

konsistensi internal dengan tujuan mengukur homogenitas yang didalamnya

memfokuskan pada dua aspek penting yaitu isi (content) dan aspek

heterogenitas dari tes tersebut, semakin homogen data yang dihasilkan, maka

koefisien alpha akan semakin besar, ini artinya tes yang sudah dikembangkan

semakin konsisten (Sukardi, 2012.hlm. 50). Pada model selanjutnya yaitu

metode inter rater reliability digunakan untuk melihat kesepakatan antara

retar dalammenilai, hal tersebut dilakukan untuk mengukur konsistensi

penyekoran bila sebuah tes dinilai oleh dua orang atau lebih (Kusaeri &

Suprananto. 2012. hal.84 ; Croker & Algina. 1986. hal.143). Teknik analisis

interrater yang akan digunakan pada penelitian ini adalah teknik ICC

(Intraclass Correlation Coefficient) atau koefisien korelasi antar kelas dengan

menggunakan analisis statistic ANOVA, pengunaan ICC diasumsikan karena

jumlah rater yang menilai dalam uji coba pertama sebanyak tiga penilai,

sebagaimana pandangan Susanto (2010) yang mengemukakan bahwa ICC

digunakan “apabila jumlah rater lebih dari dua orang”, sedangkan rater yang

berjumlah 2 orang analisis hendaknya mengunakan Kappa (Goodwin, 2001).

Tipe ICC yang digunakan dalam analisis ini adalah tipe kesepakatan

(agreement) yaitu penilaian yang menekankan pada kesamaan dan kesepakatan

yang diberikan oleh para penilai (Muryanto. 2013. Hlm.53), kemudian model

yang digunakan dalam ICC yaitu model two way mixedmodel yaitu rater yang

dilibatkan dalam penelitian ini merupakan rater pilihan dan sudah ditetapkan

sejak awal serta tidak dipilih secara random dalam satu populasi penilai

(Muryanto. 2013. hlm.54). Ketiga pengujian reliabilitas pada metode test

retest, croncbach’s alpha dan interrater akan dibantu oleh program aplikasi

statistic SPSS windows versi 21.Formula yang digunakan dalam analisis

pengujian reliabilitas ITHB KDBB adalah sebagai berikut :

a. Formula Person Product Moment (PPM)

𝜌𝐴1𝐴2 = 𝑁 𝐴1𝐴2 − ( 𝐴1) ( 𝐴2)

𝑁 𝐴1 2 − ( 𝐴1)2 𝑁 𝐴2

2 − ( 𝐴2)2

𝜌𝐴1𝐴2 = Koefisien reliabilitas tes retest

87

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

𝑁 = Jumlah peserta tes

𝐴1 = Tes pertama

𝐴2 = Tes kedua

Sumber : (Susetyo, 2011, hlm. 108)

b. Formula Cronbach Alpha

𝜌𝜶 = 𝑁

𝑁 − 1(1 −

𝜎12

𝜎𝐴2 )

Dimana :

𝜌𝜶 = Koefisien relibilitasalpha cronbach

𝜎12 = Jumlah seluruh variansi butir

𝜎𝐴2 = Variansi skor responden

𝑁 = Jumlah butir yang setara

𝐴 = Sekor responden

Sumber : (Susetyo, 2011, hlm. 120&Santun Naga,2012, hlm. 234)

c. Formula Intraclass Coefisien Corelation (ICC)

𝑟𝑥𝑥 = 𝑀𝑆𝑖𝑛𝑑 − 𝑀𝑆𝑟𝑒𝑠

𝑀𝑆𝑖𝑛𝑑

Dimana :

𝑟𝑥𝑥 = Koefisien korelasi intraclass

𝑀𝑆𝑖𝑛𝑑 = Between-subject (or indivuduals) mean of squares

𝑀𝑆𝑟𝑒𝑠 =Error or residual mean of squares

Sumber : (Goodwin, 2001&Thomas, at al, 2005)

4. Motode pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan

ITHB KDBB adalah criterion related validity atau validitas berdasarkan

kriteria dengan jenis predictive validity atau validitas prediksi (Morrow, 2005

; Lacy, 2011 ; Azwar, 2011, Susetyo, 2011), kriteria yang digunakan dalam

pengujian validitas ITHB KDBB adalah tournament participation atau game

88

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

performance yaitu rangking yang dihasilkan dari skor dalam pertandingan

setengah kompetisi dengan menggunakan teknik round robin (Baumgartner &

Jackson, 1999 ; Lam & Zhang, 2002, Morrow, at al, 2005). Salah satu kriteria

yang ada dalam teknikround robin game performanceadalah harus pada

olahraga yang bersifat individual, hal tersebut sepadan dengan pandangan

yang dikemukakan oleh Morrow, at.al, (2005, hlm.98)“tournament partici-

pation is rangking of abilities can be determined when everyone participates

with everyone else best used when the skilled event is an individual

sport.”Atas dasar tersebut, kriteria roun robin game performancedipilih

dengan asumsi bahwa permainan bulutangkis merupakan olahraga yang

bersifat individual. Teknik analisis data yang digunakan dalam validitas

prediktif adalahkorelasi perbedaan peringkat(sperman rank order), hal

tersebut diasumsikan karena data yang dikorelasikan dalam pengujian

validitas ini adalah peringkat dari hasil skor pengukuran KDBB yang diukur

menggunakan ITHB KDBB yang dikembangkan dengan peringkat dari hasil

skor penampilan bermain dengan teknik round robin atau pertandingan

setengah kompetisi(Baumgartner& Jackson, 1999 ; Lam & Zhang,

2002).Berikut Formula yang digunakan dalam analisis validitas prediksi ITHB

KDBB sebagai berikut :

𝑟𝑥𝑦 = 1 6 𝐷2

𝑛 (𝑛2 − 1)

Dimana :

𝐷2= Jumlah selisih perbedaan peringkat subjek yang sudah dikuadratkan

𝑛 = Jumlah sampel

Sumber : (Furqon, 2009 ; Corder & Foreman, 2009)

5. Pengujian konsistensi pukulan, Analisis yang digunakan dalam pengujian ini

adalah reliabilitas konsistensi dengan model alpha cronbach, hal tersebut

didasarkan pada asumsi dasar bahwa konsistensi pukulan dapat didasarkan

oleh besaran koefisien reliabilitas, salah satunya adalah dengan model alpha

89

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

cronbach, analisis yang digunakan dalam alpha cronbachdapat melihat variasi

yang dihasilkan dari subjek tes antar trail atau percobaan pukulan, sehingga

menemukan satu nilai konsistensi pada pukulan keberapa subjek sudah bisa

menampilkan keterampilan yang sebenarnya (Morrow, at.al, 2005, hlm.89),

oleh sebab itu, dengan analisis ini penulis dapat mengetahui pada kesempatan

keberapa subjek sudah konsisten dalam menampilkan perfomanya sehingga

dapat menjadi rujukan dan rekomendasi untuk uji coba tahap dua. Formula

yang dapat digunakan dalam pengujian konsistensi pukulan adalah sebagai

berikut :

𝜌𝜶 = 𝑘

𝑘 − 1(1 −

𝜎𝑡𝑟𝑖𝑎𝑙𝑠2

𝜎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙2 )

Dimana :

𝜌𝜶 = Koefisien relibilitasalpha cronbach

𝜎𝑡𝑟𝑖𝑎𝑙𝑠2 = Jumlah seluruh variansi dalam percobaan

𝜎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙2 = Variansi skor untuk penjumlahan seluruh percobaan

𝑘 = Jumlahpercobaan

Sumber : (Morrow, at al, 2005, hlm. 90)

6. Pengujian terakhir dalam penelitian dan pengembangan ini adalah penentuan

kriteria penilaian (norma penilaian), penentuan kriterian penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah metode Penilaian

Acuan Patokan (PAP), hal tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk membuat

kriteria atau klasifikasi keterampilan dalam penguasaan keterampilan dasar

bermain bulutangkis dan menentukan batas penguasaan minimum yang harus

dikuasi oleh siswa atau atlit (Nurhasan, 2007, hlm. 408). Selain itu pemilihan

metode PAP diasumsikan mengingat bahwa acuan kriteria memiliki focus pada

pendefinisian kemampuan, oleh karena itu, PAP kebanyakan digunakan pada

tes hasil belajar atau tes lain untuk menilai kemampuan siswa (Kusaeri &

Suprananto, 2012, hlm. 47). Penentuan batas penguasaan minimum ditetapkan

oleh para SME melalui proses standard settingdengan menggunakan metode

angoff. Hal tersebut bertujuan untuk menentukan batas kelulusan pada suatu

90

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

keterampilan, dan melihat sejauh mana probabilitas persentasi item–item tugas

gerak yang telah disusun dapat kuasai oleh para siswa menurut subject

matterexpert (SME).

77

Burhan Hambali, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BULUTANGKIS Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu