bab iii metode penelitian a. desain...

28
76 Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian dan pengembangan (Research and Development Design / R & D). Penelitian difokuskan pada pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) calon guru fisika. Langkah pengembangan menggunakan tahapan 4D (Thiagarajan et al, 1974), yang meliputi tahap: 1) pendefinisian (define), 2) pendesainan (design), 3) pengembangan (develop), dan diseminasi (disseminate). Dalam penelitian ini hanya sampai tahap pengembangan (develop). Bagan alur penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1. B. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian Pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) dilakukan melalui beberapa tahap berikut: 1. Tahap Pendefinisian (Define) Tahap pendefinisian dilakukan dengan menganalisis kebutuhan melalui studi pendahuluan untuk memperoleh informasi terkait dengan permasalahan pembelajaran fisika sekolah. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pendefinisian meliputi studi literatur dan studi lapangan. Pada studi literatur dilaksanakan kegiatan dengan melakukan analisis terhadap: 1) kompetensi guru fisika, 2) kemampuan yang harus dimiliki oleh calon guru fisika, 3) tujuan perkuliahan fisika sekolah untuk calon guru fisika, 4) pentingnya kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep bagi calon guru fisika, 5) teori-teori yang melandasi pentingnya pembekalan kemampuan berargumentasi, 6) hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian, 7) konsep-konsep fisika sekolah, indikator kemampuan berargumentasi dan indikator pemahaman konsep, dan 8) silabus mata kuliah fisika sekolah.

Upload: buixuyen

Post on 10-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

76

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian dan

pengembangan (Research and Development Design / R & D). Penelitian

difokuskan pada pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi

Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) calon guru fisika. Langkah

pengembangan menggunakan tahapan 4D (Thiagarajan et al, 1974), yang meliputi

tahap: 1) pendefinisian (define), 2) pendesainan (design), 3) pengembangan

(develop), dan diseminasi (disseminate). Dalam penelitian ini hanya sampai tahap

pengembangan (develop). Bagan alur penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian Pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah

Berorientasi Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) dilakukan melalui

beberapa tahap berikut:

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap pendefinisian dilakukan dengan menganalisis kebutuhan melalui

studi pendahuluan untuk memperoleh informasi terkait dengan permasalahan

pembelajaran fisika sekolah. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pendefinisian

meliputi studi literatur dan studi lapangan. Pada studi literatur dilaksanakan

kegiatan dengan melakukan analisis terhadap: 1) kompetensi guru fisika, 2)

kemampuan yang harus dimiliki oleh calon guru fisika, 3) tujuan perkuliahan

fisika sekolah untuk calon guru fisika, 4) pentingnya kemampuan berargumentasi

dan pemahaman konsep bagi calon guru fisika, 5) teori-teori yang melandasi

pentingnya pembekalan kemampuan berargumentasi, 6) hasil-hasil penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian, 7) konsep-konsep fisika sekolah,

indikator kemampuan berargumentasi dan indikator pemahaman konsep, dan 8)

silabus mata kuliah fisika sekolah.

77

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis Kebutuhan

Gambar 3.1

Bagan Alur Penelitian

TAHAP

DEFINE

TAHAP

DESIGN

TAHAP

DEVELOP

Studi literatur:

• Analisis

kompetensi

guru fisika

dan kemam-

puan calon

guru fisika

• Analisis

kemampuan

berargumen-

tasi dan

pemahaman

konsep

beserta

indikatornya

• Analisis teori

yang melan-

dasi dan

temuan

penelitian

terdahulu

• Analisis

silabi dan

konsep fisika

sekolah

Studi lapangan:

• Observasi

pelaksanaan

perkuliahan

fisika sekolah

• Wawancara

dengan dosen

dan

mahasiswa

• Kemampuan

berargumen-

tasi dan

pemahaman

konsep

mahasiswa

Rancangan Program

Perkuliahan Fisika

Sekolah Berorientasi

Kemampuan

Berargumentasi

(PPFS-BKB)

- Satuan Acara

Perkuliahan

(SAP) - Lembar Kerja

Mahasiswa

(LKM) - Tes kemampuan

berargumentasi - Tes pemahaman

konsep - Lembar

observasi - Skala sikap

Draft PPFS-BKB

(hasil revisi berdasarkan

masukan ahli) M

emb

ua

t

PPFS-BKB

(hasil revisi berdasarkan

hasil ujicoba terbatas)

PPFS-BKB

(hasil revisi berdasarkan

hasil ujicoba luas)

Ujicoba

Terbatas

Ujicoba

Luas

Draft PPFS-BKB

Vadidasi

Ahli

78

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada studi lapangan dilakukan kegiatan: 1) observasi terhadap pelaksanaan

perkuliahan fisika sekolah, 2) wawancara dengan dosen terkait permasalahan yang

masih perlu dibenahi pada perkuliahan fisika sekolah, 3) wawancara dengan

mahasiswa untuk mengetahui kesulitan dan tanggapan mahasiswa terhadap

perkuliahan fisika sekolah. Kegiatan lainnya melakukan tes kepada mahasiswa

yang telah mengikuti perkuliahan fisika sekolah untuk mengetahui kemampuan

berargumentasi dan pemahaman konsep mahasiswa.

2. Tahap Pendesainan (Design)

Tahap pendesainan dilakukan berdasarkan hasil studi literatur dan studi

lapangan dengan merancang Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi

Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) yang meliputi: 1) Satuan Acara

Perkuliahan (SAP), 2) Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), 3) Tes kemampuan

berargumentasi dan tes pemahaman konsep, 4) Lembar observasi, dan 6) Skala

sikap.

Merancang Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dilakukan melalui studi

literatur tentang model pembelajaran pembangkit argumen yang dapat membekali

kemampuan berargumentasi pada materi ajar perkuliahan fisika sekolah yang

diteliti. Pada penelitian ini dirancang lima SAP untuk materi ajar kinematika

gerak lurus, kinematika gerak melingkar, dinamika, optik geometri, dan listrik

dinamis. Komponen yang dimuat pada setiap rancangan SAP meliputi: 1)

Identitas mata kuliah yang terdiri dari: program studi, nama mata kuliah, kode

mata kuliah, sks, semester, materi perkuliahan, dan alokasi waktu; 2) Standar

Kompetensi; 3) Kompetensi Dasar; 4) Indikator; 5) Materi Ajar: 6) Metode

Pembelajaran; 7) Langkah-langkah Pembelajaran; 8) Alat dan Sumber

Pembelajaran; dan 9) Penilaian.

Merancang Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) dilakukan dengan merujuk

pada materi perkuliahan fisika sekolah yang diteliti untuk mendukung rancangan

SAP. Pada penelitian ini dirancang lima LKM untuk materi perkuliahan

kinematika gerak lurus, kinematika gerak melingkar, dinamika, optik geometri,

dan listrik dinamis. Rancangan LKM dikonstruksi untuk melatih mahasiswa

79

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki kemampuan berargumentasi yang bertitik tolak dari permasalahan fisis

berdasarkan pola argumentasi Toulmin.

Merancang tes untuk mengukur kemampuan berargumentasi dan

pemahaman konsep dilakukan dengan merujuk pada indikator kemampuan

berargumentasi seperti disajikan pada Tabel 2.2, dan indikator pemahaman konsep

seperti disajikan pada Tabel 2.3. Semua indikator kemampuan berargumentasi dan

indikator pemahaman konsep diukur untuk setiap materi ajar yang diujikan.

Merancang lembar observasi dilakukan untuk menjaring aktivitas dosen

dan aktivitas mahasiswa yang menunjukkan keterlaksanaan PPFS-BKB.

Merancang skala sikap dilakukan untuk mengetahui tanggapan dosen dan

mahasiswa terhadap penerapan PPFS-BKB. Tanggapan dosen dan mahasiswa

berupa tingkat persetujuan terhadap butir-butir pernyataan yang disajikan.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan dilakukan dengan membuat, memvalidasi dan

mengujicoba draft Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan

Berargumentasi (PPFS-BKB) sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Umpan

balik untuk perbaikan draft PPFS-BKB diperoleh melalui validasi ahli dan ujicoba

terbatas terhadap mahasiswa.

a. Validasi Ahli

Ahli yang dilibatkan untuk memberikan validasi terhadap draft PPFS-

BKB berjumlah tiga orang yang berasal dari staf dosen pada salah satu LPTK di

Bandung. Kualifikasi ahli terdiri atas dua orang ahli memiliki keahlian di bidang

fisika dan satu orang ahli memiliki keahlian dibidang pembelajaran fisika. Dalam

memberikan penilaian, ketiga ahli diminta memberikan koreksi dan komentar

yang akan digunakan untuk menyempurnakan draft pengembangan PPFS-BKB.

Untuk keperluan validasi ahli disiapkan lembar validasi yang terdiri dari

lembar validasi: 1) SAP PPFS-BKB, 2) LKM, 3) tes kemampuan berargumentasi,

dan 4) tes pemahaman konsep dilengkapi dengan rubrik penilaian. Lembar

validasi SAP PPFS-BKB disusun untuk memperoleh validasi ahli terkait dengan

kesesuaian komponen-komponen SAP PPFS-BKB untuk membekali kemampuan

80

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berargumentasi dan pemahaman konsep. Komponen yang dimuat dalam SAP

PPFS-BKB, yaitu: 1) Identitas mata kuliah yang meliputi: program studi, nama

mata kuliah, kode mata kuliah, sks, semester, materi perkuliahan, dan alokasi

waktu; 2) Standar Kompetensi; 3) Kompetensi Dasar; 4) Indikator; 5) Materi Ajar:

6) Metode Pembelajaran; 7) Langkah-langkah Pembelajaran; 8) Alat dan Sumber

Pembelajaran; dan 9) Penilaian. Penilaian SAP PPFS-BKB oleh ahli untuk tiap

komponen didasarkan pada kriteria yang dikonversi ke dalam skor 4 sampai

dengan skor 1 seperti ditunjukkkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kriteria Penilaian SAP PPFS-BKB oleh Ahli

No Komponen SAP PPFS-BKB Skor Kriteria

1 Identitas Mata Kuliah 4

1

Lengkap

Tidak Lengkap

2

3

4

5

6

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

Materi Ajar

Metode Pembelajaran

4

3

2

1

Sangat Sesuai

Sesuai

Tidak Sesuai

Sangat Tidak Sesuai

7

8

9

Langkah-langkah Pembelajaran

Alat dan Sumber Pembelajaran

Penilaian

4

3

2

1

Sangat Baik

Baik

Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

Lembar validasi LKM disusun untuk memperoleh validasi ahli terkait

kualitas LKM untuk melatih kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep.

Komponen yang dimuat dalam LKM, yaitu: 1) Identitas LKM; 2) Kompetensi

yang akan dicapai; 3) Materi Ajar; dan 4) Langkah kerja dan Tugas. Penilaian

LKM oleh ahli untuk tiap komponen didasarkan pada kriteria yang dikonversi ke

dalam skor 4 sampai dengan skor 1 seperti ditunjukkkan pada Tabel 3.2.

Lembar validasi tes kemampuan berargumentasi disusun untuk

memperoleh validasi ahli terkait dengan kesesuaian butir soal dengan: 1) konsep;

2) unsur kemampuan berargumentasi; dan 3) indikator. Penilaian perangkat tes

kemampuan berargumentasi oleh ahli didasarkan pada kriteria kesesuaian yang

dikonversi ke dalam skor 2 jika sesuai, dan 1 jika tidak sesuai.

81

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian LKM oleh Ahli

No Komponen SAP PPFS-BKB Skor Kriteria

1 Identitas LKM 4

1

Jelas

Tidak Jelas

2

Kompetensi yang akan dicapai 4

3

2

1

Sangat Baik

Baik

Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

3

4

Materi Ajar

Langkah kerja dan Tugas

4

3

2

1

Sangat Sesuai

Sesuai

Tidak Sesuai

Sangat Tidak Sesuai

Lembar validasi tes pemahaman konsep disusun untuk memperoleh

validasi ahli terkait dengan kesesuaian butir soal dengan: 1) konsep; 2) aspek

pemahamana konsep; dan 3) indikator. Penilaian perangkat tes pemahaman

konsep oleh ahli didasarkan pada kriteria kesesuaian yang dikonversi ke dalam

skor 2 jika sesuai, dan 1 jika tidak sesuai.

b. Ujicoba Terbatas

Ujicoba terbatas dilakukan terhadap mahasiswa calon guru fisika pada

salah satu LPTK di Bandung yang mengontrak mata kuliah fisika sekolah I.

Metode penelitian menggunakan pre-experimental dengan desain one group

pretest-posttest (Creswell, 2008). Desain penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2

Bagan Desain Uji Coba Terbatas PPFS-BKB

Keterangan:

O1 = Tes kemampuan berargumentasi

O2 = Tes pemahaman konsep

X = Pembelajaran melalui penerapan PPFS-BKB

Tujuan ujicoba terbatas, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai

keterlaksanaan PPFS-BKB melalui pengamatan terhadap aktivitas dosen dan

Tes awal Perlakuan Tes akhir

O1, O2 X1 O1, O2

82

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mahasiswa, menguji kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep

mahasiswa melalui tes sebagai impak penerapan PPFS-BKB, dan mengetahui

tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap penerapan PPFS-BKB melalui skala

sikap. Jumlah observer yang berpartisipasi membantu pelaksanaan PPFS-BKB

sebanyak enam orang. Dua orang observer mengamati aktivitas dosen dan empat

orang observer mengamati empat kelompok (satu kelompok diamati oleh satu

observer). Berdasarkan hasil ujicoba terbatas selanjutnya dilakukan

penyempurnaan terhadap draft PPFS-BKB.

c. Ujicoba Lebih Luas

Ujicoba lebih luas dilakukan terhadap mahasiswa calon guru fisika pada

salah satu LPTK di Bandung yang mengontrak mata kuliah fisika sekolah I.

Metode penelitian menggunakan quasi experimental design dengan pretest-

posttest control group design (Creswell, 2008). Desain penelitian ditunjukkan

pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3

Bagan Desain Ujicoba Luas PPFS-BKB

Keterangan:

O1 = Tes kemampuan berargumentasi

O2 = Tes pemahaman konsep

X1 = Pembelajaran melalui penerapan PPFS-BKB

X2 = Pembelajaran konvensional

Tujuan ujicoba luas, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai

keterlaksanaan PPFS-BKB melalui pengamatan terhadap aktivitas dosen dan

mahasiswa, menguji efektivitas pengembangan PPFS-BKB dalam meningkatkan

kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep mahasiswa dibandingkan

pembelajaran konvensional, dan mengetahui tanggapan dosen serta mahasiswa

terhadap penerapan PPFS-BKB melalui skala sikap. Jumlah observer yang

Kelompok Uji Tes awal Perlakuan Tes akhir

Kelas Eksperimen O1, O2 X1 O1, O2

Kelas Kontrol O1, O2 X2 O1, O2

83

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berpartisipasi membantu pelaksanaan PPFS-BKB sebanyak delapan orang. Dua

orang observer mengamati aktivitas dosen dan enam orang observer mengamati

enam kelompok (satu kelompok diamati oleh satu observer). Berdasarkan hasil

ujicoba luas diperoleh produk akhir perangkat PPFS-BKB yang telah teruji yang

dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep

mahasiswa calon guru fisika.

C. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa jurusan pendidikan

fisika pada salah satu LPTK di Bandung yang sedang mengambil mata kuliah

Fisika Sekolah I pada semester ganjil tahun akademik 2012/2013 sebanyak 13

orang untuk ujicoba terbatas dan sebanyak 50 orang yang dibagi menjadi 2 kelas,

yaitu 26 mahasiswa kelas eksperimen dan 24 mahasiswa kelas kontrol untuk

ujicoba luas. Untuk keperluan analisis penelitian, subjek pada kelas eksperimen

dikelompokkan menjadi tiga kategori kelompok yaitu kelompok tinggi, kelompok

sedang, dan kelompok rendah berdasarkan perolehan rerata skor gain yang

dinormalisasi pemahaman konsep. Pembagian subjek menjadi tiga kelompok

bertujuan untuk melihat pola kemampuan berargumentasi mahasiswa sebagai

impak penerapan PPFS-BKB.

D. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen

Instrumen penelitian ini meliputi tes kemampuan berargumentasi, tes

pemahaman konsep, lembar observasi, dan skala sikap.

a. Tes Kemampuan Berargumentasi

Tes ini berbentuk uraian sebanyak 20 soal, digunakan untuk mengukur

kemampuan berargumentasi mahasiswa sebelum pembelajaran (tes awal) maupun

setelah pembelajaran (tes akhir) pada kelas eksperimen yang mengikuti

pembelajaran PPFS-BKB dan kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran

konvensional. Materi tes kemampuan berargumentasi fisika sekolah mencakup

kinematika gerak lurus, kinematika gerak melingkar, dinamika, optik geometri,

84

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan listrik dinamis. Tes dikembangkan berdasarkan indikator kemampuan

berargumentasi (Sampson & Gerbino, 2010) dengan merujuk pada pola

argumentasi Toulmin. Dalam penelitian ini diukur empat indikator kemampuan

berargumentasi yang diteliti yaitu : 1) membuat klaim yang akurat sesuai

permasalahan; 2) menyertakan dan menganalisis data untuk mendukung klaim; 3)

menjelaskan hubungan antara data dan klaim (pembenaran/warrant); dan

4) melandasi pembenaran untuk mendukung klaim (dukungan/backing). Rincian

soal tes kemampuan berargumentasi ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Rincian Soal Tes Kemampuan Berargumentasi Fisika Sekolah

No

Nomor soal untuk setiap materi ajar dan unsur argumentasi Jumlah soal

tiap materi

ajar

Materi Ajar

Fisika Sekolah

Unsur Argumentasi

Klaim

(Claim)

Data

(Data)

Pembenaran

(Warrant)

Dukungan

(Backing)

1 Kinematika Gerak

Lurus 1 2 3 4

4

2 Kinematika Gerak

Melingkar 5 6 7 8

4

3 Dinamika 9 10 11 12 4

4 Optik Geometri 13 14 15 16 4

5 Listrik Dinamis 17 18 19 20 4

Jumlah soal tiap unsur 5 5 5 5 20

Kisi-kisi soal dan instrumen tes kemampuan berargumentasi fisika sekolah dapat

dilihat pada Lampiran B.

Rubrik penilaian tes kemampuan berargumentasi yang digunakan dalam

penelitian ini diadaptasi dari Jamaludin et al (2007) dan Sampson & Gerbino

(2010) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Berargumentasi

No

Kemampuan

Berargumentasi Skor dan Kriteria

Unsur Aspek 1 2 3

1 Klaim

(Claim)

Akurasi

klaim

Klaim sepenuhnya

tidak akurat

Klaim sebagian

akurat

Klaim sepenuhnya

akurat

2 Data

(Data)

Kecukupan

data

Menyertakan data

tetapi tidak relevan

untuk mendukung

klaim

Menyertakan data,

tetapi tidak cukup

untuk mendukung

klaim

Menyertakan data

yang cukup untuk

mendukung klaim

85

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No

Kemampuan

Berargumentasi Skor dan Kriteria

Unsur Aspek 1 2 3

Kualitas data Data ada tetapi

tidak dianalisis

untuk mendukung

klaim

Data sebagian

dianalisis untuk

mendukung klaim

Data sepenuhnya

dianalisis untuk

mendukung klaim

3 Pembenaran

(Warrant)

Kualitas

pembenaran

Pembenaran untuk

menjelaskan

hubungan antara

data dan klaim tidak

mendukung klaim

Pembenaran untuk

menjelaskan

hubungan antara

data dan klaim

sebagian

mendukung klaim

Pembenaran untuk

menjelaskan

hubungan antara

data dan klaim

sepenuhnya

mendukung klaim

4 Dukungan

(Backing)

Kualitas

dukungan

Dukungan untuk

melandasi

pembenaran tidak

mendukung klaim

Dukungan untuk

melandasi

pembenaran

sebagian

mendukung klaim

Dukungan untuk

melandasi

pembenaran

sepenuhnya

mendukung klaim

b. Tes Pemahaman Konsep

Tes ini berbentuk pilihan ganda dengan lima option sebanyak 55 soal,

digunakan untuk mengukur pemahaman konsep mahasiswa sebelum

pembelajaran (tes awal) maupun setelah pembelajaran (tes akhir) pada kelas

eksperimen yang mengikuti pembelajaran PPFS-BKB dan kelas kontrol yang

mengikuti pembelajaran konvensional. Materi tes kemampuan berargumentasi

fisika sekolah mencakup kinematika gerak lurus, kinematika gerak melingkar,

dinamika, optik geometri, dan listrik dinamis. Tes ini dikembangkan berdasarkan

indikator pemahaman konsep dengan merujuk pada taksonomi Bloom revisi

(Anderson et al, 2001). Dalam penelitian ini diukur tiga aspek pemahaman

konsep, yaitu kemampuan: 1) menafsirkan (interpretasi); 2) membandingkan

(komparasi); dan 3) menjelaskan (eksplanasi). Ketiga aspek pemahaman konsep

ini paling relevan dengan PPFS-BKB yang dikembangkan dan sesuai dengan

karakteristik materi ajar fisika sekolah yang diteliti. Rincian soal tes pemahaman

konsep ditunjukkan pada Tabel 3.5. Kisi-kisi soal dan instrumen tes pemahaman

konsep fisika sekolah dapat dilihat pada Lampiran B.

86

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5

Rincian Soal Tes Pemahaman Konsep Fisika Sekolah

No

Nomor Soal untuk Setiap Materi Ajar dan

Aspek Pemahaman Konsep Jumlah

Soal Materi Ajar

Aspek Pemahaman Konsep

Interpretasi Komparasi Eksplanasi

1 Kinematika Gerak

Lurus 1, 2, 3, 4, 5 6 7 7

2 Kinematika Gerak

Melingkar 8, 11, 10, 12, 13, 9, 14, 7

3 Dinamika 16 18, 20, 22 15, 17, 19, 21, 23 9

4 Optik Geometri 25, 30, 32, 33, 35 24, 26, 28, 31, 34 27, 29, 36, 37, 38 15

5 Listrik Dinamis 47, 48, 50, 51,52 40, 42, 45, 46, 54, 55 39, 41, 43, 44, 49, 53 17

Jumlah soal 18 18 19 55

c. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas dosen dalam

melaksanakan tahapan pembelajaran PPFS-BKB di kelas dan aktivitas mahasiswa

dalam mengikuti tahapan pembelajaran PPFS-BKB. Aktivitas dosen dan

mahasiswa yang diamati oleh observer pada setiap tahapan pembelajaran PPFS-

BKB secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 3.6. Instrumen lembar observasi

aktivitas dosen dan aktivitas mahasiswa yang menunjukkan keterlaksanaan PPFS-

BKB dapat dilihat pada Lampiran C.

Tabel 3.6

Aktivitas Dosen dan Mahasiswa pada Tahapan Pembelajaran PPFS-BKB

No. Tahapan

Pembelajaran

PPFS-BKB

Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa

1 Pendahuluan 1. Menjelaskan kompetensi yang

harus dicapai setelah perkuliahan

kepada mahasiswa

1. Mahasiswa menyimak

penjelasan dosen tentang

kompetensi yang harus dicapai

setelah perkuliahan

2. Mengorganisir mahasiswa

membentuk kelompok

2. Mahasiswa membentuk

kelompok

2 Kegiatan Inti

Tahap 1:

Identifikasi

Masalah

3. Membagikan lembar kerja

mahasiswa (LKM)

3. Mahasiswa menerima lembar

kerja mahasiswa (LKM)

4. Menyajikan masalah yang

relevan dengan materi yang

dibahas kepada mahasiswa

4. Mahasiswa mengidentifikasi

masalah

5. Mengarahkan mahasiswa

memberikan tanggapan terhadap

permasalahan yang disajikan

5. Mahasiswa menanggapi

masalah

87

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Tahapan

Pembelajaran

PPFS-BKB

Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa

seperti yang tertera pada LKM

3

Tahap 2 :

Pembangkitan

Argumen

Tentatif

6. Memotivasi mahasiswa agar aktif

terlibat dalam kegiatan

menyelesaikan masalah

7. Mengarahkan mahasiswa

membuat argumen tentatif

(klaim,data, pembenaran

(warrant) dan dukungan

(backing) sesuai permasalahan

6. Mahasiswa membuat argumen

tentatif (klaim,data,

pembenaran (warrant) dan

dukungan (backing) sesuai

permasalahan

8. Mengarahkan mahasiswa pada

kegiatan diskusi kelompok

7. Mahasiswa melakukan kegiatan

diskusi kelompok

9. Mengawasi dan membimbing

kegiatan kelompok secara

bergiliran

8. Mahasiswa terlibat aktif dalam

kegiatan menyelesaikan

masalah

10. Meminta mahasiswa membuat

representasi visual dari argumen

tentatif dalam bentuk poster pada

whiteboard

9. Mahasiswa membuat

representasi visual dari

argumen tentatif dalam bentuk

poster pada whiteboard

4 Tahap 3:

Sesi

Argumentasi

11. Mengarahkan mahasiswa untuk

berbagi (sharing) argumen

(klaim,data, pembenaran

(warrant) dan dukungan

(backing) dengan menggunakan

struktur presentasi round-robin

10. Mahasiswa berbagi (sharing)

argumen (klaim,data,

pembenaran (warrant) dan

dukungan (backing) sesuai

permasalahan dengan

menggunakan struktur

presentasi round-robin

12. Meminta mahasiswa untuk

mengkomunikasikan gagasan dan

mengevaluasi informasi

11. Mahasiswa

mengkomunikasikan gagasan

dan mengevaluasi informasi

13. Membimbing kegiatan kelompok

secara bergiliran

12. Mahasiswa terlibat aktif dalam

diskusi kelompok

14. Membimbing mahasiswa yang

mengalami kesulitan

5 Tahap 4:

Penulisan

Argumen

15. Meminta mahasiswa kembali ke

kelompok asal untuk

mendiskusikan kembali argumen

kelompok setelah mempelajari

dan mengkritisi argumen yang

dikembangkan kelompok lain

13. Mahasiswa kembali ke

kelompok asal mendiskusikan

dan merevisi argumen

kelompok setelah mempelajari

dan mengkritisi argumen yang

dikembangkan kelompok lain

16. Meminta kelompok mahasiswa

mempresentasikan argumen hasil

revisi kelompok

14. Mahasiswa mempresentasikan

argumen hasil revisi kelompok

17. Memandu diskusi kelas dan

memotivasi mahasiswa untuk

berperan dalam diskusi

15. Mahasiswa terlibat aktif dalam

diskusi kelompok

18. Meminta mahasiswa membuat

argumentasi individu

16. Mahasiswa menulis argumen

individu (klaim,data,

pembenaran (warrant) dan

dukungan (backing) sesuai

permasalahan

88

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Tahapan

Pembelajaran

PPFS-BKB

Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa

6

Penutup

19. Memberikan koreksi/penguatan

kepada mahasiswa tentang materi

yang dipelajari

17. Mahasiswa menyimak koreksi/

penguatan dosen tentang

materi yang dipelajari

20. Memberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk mengajukan

pertanyaan

18. Mahasiswa mengajukan

pertanyaan kepada dosen

21. Meminta mahasiswa untuk

mengumpulkan LKM dan lembar

argumentasi individu

19. Mahasiswa mengumpulkan

LKM dan lembar argumentasi

individu

22. Memberikan tindak lanjut dan

penugasan untuk materi

selanjutnya kepada mahasiswa

20. Mahasiswa menyimak tindak

lanjut dan penugasan dari dosen

d. Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk menjaring tanggapan dosen dan mahasiswa

terhadap pelaksanaan PPFS-BKB yang terdiri dari 20 butir pernyataan. Tiap butir

pernyataan diisi oleh dosen dan mahasiswa berdasarkan tingkat persetujuan:

SS=Sangat Setuju; S=Setuju; TS=Tidak Setuju; dan STS=Sangat Tidak Setuju.

Butir-butir pernyataan skala sikap terdiri dari pernyataan positif dan negatif.

Penskoran untuk pernyataan positif: skor 4 (SS), 3 (S), 2 (TS), dan 1 (STS).

Penskoran untuk pernyataan negatif: skor 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), dan 4 (STS).

Distribusi butir pernyataan skala sikap ditunjukkan pada Tabel 3.7. Instrumen

skala sikap tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pelaksanaan PPFS-BKB

dapat dilihat pada Lampiran C.

Tabel 3.7

Distribusi Butir Pernyataan Skala Sikap Tanggapan Dosen dan Mahasiswa

Nomor Butir Pernyataan Kategori

1, 3, 5, 6, 10, 11, 12, 14, 16, 20 Positif

2, 4, 7, 8, 9, 13, 15, 17, 18, 19 Negatif

2. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen tes kemampuan berargumentasi dan pemahaman

konsep digunakan, terlebih dahulu dilakukan ujicoba instrumen yang dilakukan

pada mahasiswa jurusan pendidikan fisika di salah satu LPTK di Bandung.

89

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ujicoba instrumen berguna untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai kualitas

butir soal yang meliputi indeks kemudahan, daya pembeda, validitas butir soal,

dan reliabilitas soal. Dalam penelitian ini analisis indeks kemudahan, dan daya

pembeda instrumen menggunakan program Anates versi 4.0.9.

Indeks kemudahan butir soal (item facility index) didefinisikan sebagai

ukuran kemudahan butir soal yang dinyatakan oleh proporsi peserta tes menjawab

benar butir soal tersebut (Matlock & Hetzel, 1997). Analisis terhadap indeks

kemudahan butir soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir soal tersebut

tergolong mudah, sedang atau sukar. Kriteria untuk menginterpretasi indeks

kemudahan butir soal (item facility index) disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Kategori Indeks Kemudahan Butir Soal

Indeks kemudahan (IK) Kategori

0,00 IK < 0,25 Sukar

0,25 IK < 0,75 Sedang

0,75 IK 1 Mudah

(Matlock & Hetzel, 1997)

Daya pembeda butir soal (discrimination index) didefinisikan sebagai

ukuran kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta tes yang

berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah (Matlock &

Hetzel, 1997). Analisis daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana butir soal dapat membedakan peserta tes yang menguasai materi dan peserta

tes yang tidak menguasai materi. Kriteria untuk menginterpretasi daya pembeda

butir soal (discrimination index) disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Kategori Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda (DP) Kategori

DP > 0,4 Sangat baik

0,3 < DP 0,4 Baik

0,2 < DP 0,3 Cukup

DP 0,2 Jelek

(Matlock & Hetzel, 1997)

90

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validitas tes didefinisikan sebagai tingkat keabsahan atau kesahihan suatu

tes. Tes yang valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur

(Matlock & Hetzel, 1997). Pengujian validitas tes meliputi validitas isi (content

validity) dan validitas konstruksi (construct validity). Validitas isi dan validitas

konstruksi instrumen tes dalam penelitian ini dinilai berdasarkan hasil validasi

ahli (Oluwatayo, 2012) yang memiliki kompetensi di bidang fisika dan

pembelajaran fisika.

Reliabilitas tes didefinisikan sebagai tingkat keajegan atau konsistensi

suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor

yang ajeg/konsisten (Matlock & Hetzel, 1997). Pengujian reliabilitas tes dalam

penelitian ini menggunakan metode tes ulang (test-retest method). Dengan metode

ini tes dicobakan dua kali, kemudian skor-skor dari kedua kali tes tersebut

dihitung korelasinya (Lamb, 1998). Kriteria untuk menginterpretasi reliabilitas tes

disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Kriteria Reliabilitas Tes

Koefisien reliabilitas (r) Kriteria

0,8 r 1 Sangat tinggi

0,6 r < 0,8 Tinggi

0,4 r < 0,6 Sedang

0,2 r < 0,4 Rendah

0 < r < 0,2 Sangat rendah

(Matlock & Hetzel, 1997)

3. Analisis Hasil Validasi Ahli dan Ujicoba Instrumen Tes

a. Analisis Hasil Validasi Ahli terhadap Validitas Isi dan Validitas

Konstruksi Tes Kemampuan Berargumentasi

Berdasarkan analisis hasil validasi ahli terhadap validitas isi dan validitas

konstruksi instrumen tes kemampuan berargumentasi, ketiga ahli memberikan

penilaian bahwa butir soal sesuai dengan konsep, sesuai dengan unsur

kemampuan berargumentasi dan sesuai dengan indikator. Dengan demikian dapat

diambil keputusan bahwa instrumen tes kemampuan berargumentasi yang

meliputi 20 butir soal uraian, semuanya dinyatakan valid dan dapat digunakan.

91

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Revisi terhadap beberapa butir soal telah dilakukan atas koreksi dan komentar

yang diberikan oleh ketiga ahli antara lain: 1) memperbaiki redaksi dan kejelasan

permasalahan; 2) mengecek kebenaran kunci jawaban; dan 3) memperbaiki

gambar dan grafik yang kurang jelas. Hasil validasi ahli terhadap validitas isi dan

validitas konstruksi tes kemampuan berargumentasi disajikan pada Lampiran D.

b. Analisis Hasil Validasi Ahli terhadap Validitas Isi dan Validitas

Konstruksi Tes Pemahaman Konsep

Berdasarkan analisis hasil validasi ahli terhadap validitas isi dan validitas

konstruksi instrumen tes pemahaman konsep, ketiga ahli memberikan penilaian

bahwa butir soal sesuai dengan konsep, sesuai dengan aspek pemahaman konsep

dan sesuai dengan indikator. Dengan demikian dapat diambil keputusan bahwa

instrumen tes pemahaman konsep yang meliputi 55 butir soal pilihan ganda

dengan lima option, semuanya dinyatakan valid dan dapat digunakan. Revisi

terhadap beberapa butir soal telah dilakukan atas koreksi dan komentar yang

diberikan oleh ketiga ahli antara lain: 1) memperbaiki kesesuaian indikator dan

butir soal; 2) mengecek kebenaran kunci jawaban; 3) memperbaiki redaksi steam

butir soal dan homogenitas pengecoh; dan 4) memperbaiki gambar dan grafik

yang kurang jelas. Hasil validasi ahli terhadap validitas isi dan validitas konstruksi

tes pemahaman konsep dapat dilihat pada lampiran D.

c. Analisis Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Berargumentasi

Ujicoba instrumen tes kemampuan berargumentasi dilakukan kepada

mahasiswa jurusan pendidikan fisika sebanyak 27 orang yang telah mengikuti

perkuliahan fisika sekolah I pada salah satu LPTK di Bandung. Rekapitulasi hasil

ujicoba instrumen tes kemampuan berargumentasi yang meliputi indeks

kemudahan, daya pembeda, dan reliabilitas tes (Lampiran B.7), disajikan pada

Tabel 3. 11.

Dari 20 soal tes kemampuan berargumentasi yang diujicobakan diperoleh

indeks kemudahan sebanyak 1 soal (5%) memiliki kriteria mudah, 16 soal (80%)

sedang dan 3 soal (15%) sukar, dengan daya pembeda sebanyak 17 soal (85%)

memiliki kriteria sangat baik, dan 3 soal (15%) baik. Perolehan koefisien

92

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

reliabilitas soal sebesar 0,87 pada taraf signifikansi 0,01 dengan kriteria sangat

tinggi. Dengan demikian 20 soal tes kemampuan berargumentasi dinyatakan dapat

digunakan sebagai instrumen penelitian.

Tabel 3.11

Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Berargumentasi

No.

Soal

Indeks

Kemudahan Daya Pembeda

Keputusan

P Kriteria DP Kriteria

1 0,71 Sedang 0,43 Sangat Baik Digunakan

2 0,68 Sedang 0,45 Sangat Baik Digunakan

3 0,58 Sedang 0,31 Baik Digunakan

4 0,45 Sedang 0,57 Sangat Baik Digunakan

5 0,68 Sedang 0,41 Sangat Baik Digunakan

6 0,54 Sedang 0,61 Sangat Baik Digunakan

7 0,32 Sedang 0,45 Sangat Baik Digunakan

8 0,23 Sukar 0,45 Sangat Baik Digunakan

9 0,75 Mudah 0,45 Sangat Baik Digunakan

10 0,41 Sedang 0,33 Baik Digunakan

11 0,45 Sedang 0,48 Sangat Baik D igunakan

12 0,25 Sedang 0,45 Sangat Baik Digunakan

13 0,69 Sedang 0,52 Sangat Baik Digunakan

14 0,43 Sedang 0,41 Sangat Baik Digunakan

15 0,35 Sedang 0,35 Baik Digunakan

16 0,28 Sedang 0,43 Sangat Baik Digunakan

17 0,56 Sedang 0,59 Sangat Baik Digunakan

18 0,42 Sedang 0,43 Sangat Baik Digunakan

19 0,24 Sukar 0,44 SangatBaik Digunakan

20 0,21 Sukar 0,41 Sangat Baik Digunakan

d. Analisis Hasil Ujicoba Tes Pemahaman Konsep

Ujicoba instrumen tes pemahaman konsep dilakukan kepada mahasiswa

jurusan pendidikan fisika sebanyak 30 orang yang telah mengikuti perkuliahan

fisika sekolah I pada salah satu LPTK di Bandung. Rekapitulasi hasil ujicoba

93

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen tes pemahaman konsep yang meliputi indeks kemudahan, daya

pembeda, dan reliabilitas tes (Lampiran B.8), disajikan pada Tabel 3.12.

94

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.12

Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Pemahaman Konsep

Materi

Ajar No.

Soal

Indeks

Kemudahan Daya Pembeda

Keputusan

No.

Soal

Baru Fisika

Sekolah P Kriteria DP Kriteria

Kin

emat

ika

Ger

ak L

uru

s

1 0,57 Sedang 0,25 Cukup Dipakai 1

2 0,50 Sedang 0,50 Sangat

Baik Dipakai 2

3 0,43 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 3

4 0,63 Sedang 0,50 Sangat

Baik Dipakai 4

5 0,37 Sedang 0,25 Cukup Dipakai 5

6 0,53 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 6

7 0,73 Sedang 0,25 Cukup Dipakai 7

Kin

emat

ika

Ger

ak M

elin

gk

ar

8 0,63 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 8

9 0,40 Sedang 0,38 Baik Dipakai 9

10 0,57 Sedang 0,50 Sangat

Baik Dipakai 10

11 0,57 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 11

12 0,47 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 12

13 0,50 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 13

14 0,53 Sedang 0,50 Sangat

Baik Dipakai 14

Din

amik

a

15 0,53 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 15

16 0,60 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 16

17 0,60 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 17

18 0,27 Sedang 0,25 Cukup Tidak

Dipakai -

19 0,60 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 18

20 0,57 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 19

21 0,60 Sedang 0,50 Sangat

Baik Dipakai 20

22 0,67 Sedang 0,50 Sangat

Baik Dipakai 21

23 0,63 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 22

95

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Materi

Ajar No.

Soal

Indeks

Kemudahan Daya Pembeda

Keputusan

No.

Soal

Baru Fisika

Sekolah P Kriteria DP Kriteria

Op

tik

Geo

met

ri

24 0,57 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 23

25 0,50 Sedang -0,38 Dibuang Tidak

Dipakai -

26 0,57 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 24

27 0,57 Sedang 1,00 Sangat

Baik Dipakai 25

28 0,47 Sedang 1,00 Sangat

Baik Dipakai 26

29 0,60 Sedang 0,88 Sangat

Baik Dipakai 27

30 0,60 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 28

31 0,60 Sedang -0,63 Dibuang Tidak

Dipakai -

32 0,60 Sedang 0,88 Sangat

Baik Dipakai 29

33 0,67 Sedang 0,50 Sangat

Baik Dipakai 30

34 0,63 Sedang 0,38 Baik Dipakai 31

35 0,57 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 32

36 0,57 Sedang 0,88 Sangat

Baik Dipakai 33

37 0,60 Sedang 0,50 Sangat

Baik Dipakai 34

Lis

trik

Din

amis

38 0,53 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 35

39 0,67 Sedang 0,38 Baik Dipakai 36

40 0,63 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 37

41 0,50 Sedang 0,13 Jelek Tidak

Dipakai -

42 0,57 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 38

43 0,57 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 39

44 0,57 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 40

45 0,63 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 41

46 0,53 Sedang 0,38 Baik Dipakai 42

47 0,57 Sedang 0,50 Sangat

Baik Dipakai 43

48 0,63 Sedang 0,75 Sangat Dipakai 44

96

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Materi

Ajar No.

Soal

Indeks

Kemudahan Daya Pembeda

Keputusan

No.

Soal

Baru Fisika

Sekolah P Kriteria DP Kriteria

Baik

49 0,53 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 45

50 0,43 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 46

51 0,50 Sedang 0,50 Sangat

Baik Dipakai 47

52 0,47 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 48

53 0,50 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 49

54 0,63 Sedang -0,50 Dibuang Tidak

Dipakai -

55 0,63 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 50

Hasil analisis terhadap ke-55 soal tes pemahaman konsep yang diujicobakan

menunjukkan indeks kemudahan soal seluruhnya (100%) termasuk kriteria

sedang. Adapun daya pembedanya sebanyak 43 soal (78,1%) memiliki kriteria

sangat baik, 4 soal (7,3%) baik, 4 soal (7,3%) cukup, dan 4 soal (7,3%) jelek.

Perolehan koefisien reliabilitas soal sebesar 0,94 dengan kriteria sangat tinggi.

Dengan demikian dari 55 soal tes pemahaman konsep yang dapat digunakan

sebagai instrumen penelitian sebanyak 50 soal, sedangkan yang tidak digunakan

sebanyak 5 soal, yaitu soal nomor 18, 25, 31, 41 dan 54. Rincian ke-50 soal tes

pemahaman konsep yang dinyatakan dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian selanjutnya disusun kembali nomor soalnya secara berurutan menjadi

nomor baru dari nomor 1 sampai nomor 50 seperti disajikan pada Tabel 3. 13.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif berupa: 1) karakteristik PPFS-BKB; 2) kekuatan

dan kelemahan hasil implementasi PPFS-BKB; 3) data hasil observasi aktivitas

dosen dan aktivitas mahasiswa, dan 4) data tanggapan dosen dan mahasiswa

terhadap pelaksanaan PPFS-BKB. Data kuantitatif berupa: 1) skor tes kemampuan

97

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berargumentasi; dan 2) skor tes pemahaman konsep.

Tabel 3.13

Rincian Soal Tes Pemahaman Konsep Fisika Sekolah Hasil Ujicoba yang

Digunakan sebagai Instrumen Penelitian

No

Nomor Soal untuk Setiap Materi Ajar dan

Aspek Pemahaman Konsep Jumlah

Soal Materi Ajar

Aspek Pemahaman Konsep

Interpretasi Komparasi Eksplanasi

1 Kinematika

Gerak Lurus 1, 2, 3, 4, 5 6 7 7

2 Kinematik

Gerak Melingkar 8, 11 10, 12, 13, 9, 14, 7

3 Dinamika 16 19, 21, 15, 17, 18, 20, 22 8

4 Optik Geometri 28, 29, 30, 32 23, 24, 26, 31 25, 27, 33, 34, 35 13

5 Listrik Dinamis 43, 44, 46, 47, 48 37, 41, 42, 50 36, 38, 39, 40,

45, 49 15

Jumlah soal 17 14 19 50

Dalam penelitian ini, data hasil tes kemampuan berargumentasi dan tes

pemahaman konsep yang berupa skor dikumpulkan melalui tes awal (pre-test) dan

tes akhir (post-test). Data hasil observasi dikumpulkan melalui lembar observasi

untuk menjaring keterlaksanaan PPFS-BKB. Observasi dilakukan terhadap

aktivitas dosen dalam melaksanakan PPFS-BKB dan aktivitas mahasiswa dalam

mengikuti PPFS-BKB yang dilakukan oleh observer dengan memberikan tanda

cek ( ) pada kolom yang sesuai dengan indikator aktivitas yang diobservasi. Data

hasil skala sikap dikumpulkan melalui instrumen skala sikap untuk menjaring

tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap penerapan PPFS-BKB.

F. Teknik Analisis Data

1. Data Hasil Observasi

Data hasil observasi aktivitas dosen dan mahasiswa diolah dengan

menggunakan rumus persentase keterlaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

(3.1)

Keterangan:

KP (%) = persentase keterlaksanaan pembelajaran

J = jumlah aktivitas pembelajaran yang terlaksana

JP = jumlah total seluruh aktivitas pembelajaran

98

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menginterpretasikan persentase keterlaksanaan pembelajaran,

digunakan kriteria seperti disajikan pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14

Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran

Interval Persentase

Keterlaksanaan Pembelajaran (KP)

Kriteria

KP = 0% Tak satu aktivitas pun terlaksana

0 % < KP < 25% Sebagian kecil aktivitas terlaksana

25% ≤ KP < 50% Hampir setengah aktivitas

terlaksana

KP = 50% Setengah aktivitas terlaksana

50% < KP < 75% Sebagian besar aktivitas

terlaksana

75% ≤ KP < 100% Hampir seluruh aktivitas

terlaksana

KP = 100% Seluruh aktivitas terlaksana

(Riduwan, 2012)

2. Data Hasil Skala Sikap

Data hasil skala sikap tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap

pelaksanaan PPFS-BKB diolah dengan cara mengklasifikasikan tanggapan dosen

dan mahasiswa yang memilih pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak setuju (STS), selanjutnya tanggapan tersebut

dinyatakan dalam persentase. Berdasarkan perolehan persentase dapat diketahui

tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pelaksanaan PPFS-BKB.

Data yang diperoleh dari skala sikap diolah dengan cara menghitung

jumlah seluruh responden yang memilih butir pernyataan yang tersedia, kemudian

jumlah tersebut diubah ke dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus

persentase tanggapan responden sebagai berikut:

(3.2)

Keterangan:

R (%) = persentase tanggapan responden

P = jumlah responden yang memilih butir pernyataan yang tersedia

F = jumlah seluruh reponden

99

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menginterpretasikan persentase tanggapan responden, digunakan

kriteria seperti disajikan pada Tabel 3.15.

100

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.15

Kriteria Tanggapan Responden

Interval Persentase

Tanggapan Responden (R)

Kriteria

R = 0% Tak seorang pun

0 % < R < 25% Sebagian kecil

25% ≤ R < 50% Hampir setengah

R = 50% Setengahnya

50% < R < 75% Sebagian besar

75% ≤ R< 100% Hampir seluruhnya

R = 100% Seluruhnya

(Riduwan, 2012)

3. Data Hasil Tes

Data peningkatan kemampuan berargumentasi dan peningkatan

pemahaman konsep mahasiswa diolah menggunakan persamaan rerata skor gain

yang dinormalisasi (Hake, 1998) dengan rumus:

(3.3)

Keterangan :

<g> = rerata skor gain yang dinormalisasi <G> = rerata skor gain aktual

<Gmaks> = rerata skor gain maksimum <Sf > = rerata skor tes akhir (post-test)

<Si > = rerata skor tes awal (pre-test)

Untuk menginterpretasikan gain yang dinormalisasi, digunakan kriteria

seperti disajikan pada Tabel 3.16.

Tabel 3.16

Kriteria Rerata Skor Gain yang Dinormalisasi

Nilai <g> Kriteria

g 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

(Hake, 1998)

Analisis data kuantitatif peningkatan kemampuan berargumentasi dan

peningkatan pemahaman konsep mahasiswa pada ujicoba terbatas karena tanpa

101

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan kelompok kontrol dilakukan dengan analisis deskriptif. Adapun

analisis data kuantitatif peningkatan kemampuan berargumentasi dan peningkatan

pemahaman konsep mahasiswa pada ujicoba luas karena menggunakan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan sebagai berikut.

1. Melakukan uji persyaratan statistik berupa uji normalitas. Uji normalitas

dimaksudkan untuk mengetahui sebaran distribusi data peningkatan

kemampuan berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep

mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh normal

atau tidak normal. Uji normalitas dilakukan menggunakan Kolmogorov-

Smirnov test dengan bantuan program SPSS versi 16. Rumusan hipotesis

untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

Ho : data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data peningkatan

pemahaman konsep mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol berdistribusi normal.

HA : data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data peningkatan

pemahaman konsep mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol tidak berdistribusi normal.

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima Ho

berdasarkan P-value (Uyanto, 2009), yaitu: Jika P-value < α, maka Ho

ditolak; Jika P-value ≥ α, maka Ho diterima. Dalam program SPSS digunakan

istilah Significance (yang disingkat Sig.) untuk P-value atau P-value = Sig.

2. Melakukan uji persyaratan statistik berupa uji homogenitas. Uji homogenitas

dimaksudkan untuk mengetahui variansi data peningkatan kemampuan

berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep mahasiswa antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh homogen atau tidak

homogen. Uji homogenitas dilakukan menggunakan Levene’s test dengan

bantuan program SPSS versi 16. Rumusan hipotesis untuk uji homogenitas

adalah sebagai berikut:

Ho : variansi data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data

peningkatan pemahaman konsep mahasiswa antara kelas eksperimen

102

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan kelas kontrol homogen.

HA : variansi data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data

peningkatan pemahaman konsep mahasiswa antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol tidak homogen

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima Ho

berdasarkan P-value (Uyanto, 2009), yaitu: Jika P-value < α, maka Ho

ditolak; Jika P-value ≥ α, maka Ho diterima.

3. Melakukan uji statistik berupa uji beda dua rerata. Jika data peningkatan

kemampuan berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep

mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi

normal dan variansi kedua kelompok homogen, maka uji beda rerata

dilakukan dengan menggunakan uji t, sebaliknya jika data peningkatan

kemampuan berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep

mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak

berdistribusi normal atau variansi kedua kelompok tidak homogen, maka uji

beda rerata dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney karena

sumber data berasal dari sampel berbeda. Uji t atau uji Mann-Whitney

dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16. Rumusan hipotesis untuk

uji beda rerata adalah sebagai berikut:

Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan

kemampuan berargumentasi penerapan PPFS-BKB dan

pembelajaran konvensional.

HA : penerapan PPFS-BKB secara signifikan dapat lebih meningkatkan

kemampuan berargumentasi dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional.

Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan

pemahaman konsep penerapan PPFS-BKB dan pembelajaran

konvensional.

HA : penerapan PPFS-BKB secara signifikan dapat lebih meningkatkan

103

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemahaman konsep dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional.

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima Ho

berdasarkan P-value (Uyanto, 2009), yaitu: Jika P-value < α, maka Ho

ditolak; Jika P-value ≥ α, maka Ho diterima.

4. Melakukan uji statistik berupa uji korelasi antara peningkatan pemahaman

konsep dan peningkatan kemampuan berargumentasi sebagai impak

penerapan PPFS-BKB pada kelas eksperimen. Korelasi adalah ukuran

hubungan antara dua variabel, terutama untuk variabel kuantitatif

(Uyanto, 2009). Uji korelasi dilakukan menggunakan koefisien korelasi

Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 16. Kategori

untuk menginterpretasi koefisien korelasi disajikan pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17

Kategori Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi (r) Kategori

0,81 r 1 Sangat kuat

0,61 r ≤ 0,80 Kuat

0,41 r ≤ 0,60 Sedang

0,21 ≤ r 0,40 Rendah

0 ≤ r ≤ 0,20 Sangat rendah

(Matlock & Hetzel, 1997)