pembelajaran berargumentasi tulis bahasa indonesia

45

Upload: truongkiet

Post on 19-Jan-2017

243 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia
Page 2: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

1Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

Prof. Dr. Dawud, M.Pd

PEMBELAJARANBERARGUMENTASI TULIS

BAHASA INDONESIA

Pidato Pengukuhan Guru Besar

dalam Bidang Pembelajaran Bahasa Indonesia

pada Fakultas Sastra

Disampaikan dalam Sidang Terbuka

Senat Universitas Negeri Malang (UM)

Tanggal 30 September 2010

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

SEPTEMBER 2010

Page 3: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

2 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

Page 4: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

3Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

Prof. Dr. Dawud, M.Pd

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang. Segala pujian hanya untuk Allah,

Tuhan Pencipta dan Pemelihara semesta alam. Semoga

Allah selalu melimpahkan salawat dan salam kepada penghulu

para nabi dan utusan-Nya—Nabi Muhammad saw.—beserta

keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Penghormatan yang tinggi saya sampaikan kepada Rektor/

Ketua Senat Universitas Negeri Malang (UM), Bapak Prof. Dr.

Suparno, yang telah memberi kesempatan kepada saya menyam-

paikan pidato pengukuhan ini. Penghormatan yang tulus saya

sampaikan kepada Ketua dan Sekretaris Komisi Guru Besar

Senat UM yang telah menerima saya sebagai anggota komunitas

komisi guru besar. Saya sampaikan penghargaan yang ikhlas

kepada para anggota senat UM, para pejabat struktural dan

fungsional UM, para dosen, para mahasiswa, dan tamu undangan

yang telah berkenan hadir di majelis ini untuk mengikuti sidang

terbuka Senat UM saat ini.

Kepada Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian, saya sampaikan

tradisi salam dan tradisi penghormatan penghuni dan calon-

calon penghuni surga: Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi

Wabarakatuh ‘semoga kesejahteraan, kasih sayang, dan berkah

Allah terlimpah kepada Bapak, Ibu, Saudara sekalian’. Selanjut-

nya, izinkahlah saya menyampaikan pidato berjudul Pembela-

jaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia berikut ini.

Pembelajaran Berargumentasi TulisBahasa Indonesia

3

Page 5: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

4 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

I. PENDAHULUAN

Pada bagian ini dipaparkan kerangka pikir dan landasan

teoretis argumentasi. Bagian ini berisi bahasan (1) hubungan

bahasa dan pikiran, dan (2) kedudukan tindak akal budi,

argumen, dan penalaran.

1.1 Bahasa dan Pikiran

Proses menghasilkan, mengolah, menata, dan mengung-

kapkan realitas dan gagasan melibatkan bahasa dan pikiran.

Pikiran berfungsi melalui bahasa dan di dalam bahasa. Hanya

dengan dibahasakan atau terbahasakan sesuatu dapat ditangkap

dan dimengerti. Bahasa merupakan keterbukaan manusia ter-

hadap realitas. Bahasa dan pikiran merupakan tempat terjadinya

peristiwa realitas. Hubungan bahasa dan pikiran dapat

dipandang dari dua sisi. Pertama, bahasa dipandang sebagai

alat untuk mengungkapkan persepsi, pikiran, dan emosi

(intumentalisme). Kedua, manusia hanya dapat mempersepsi,

berpikir, dan merasakan karena adanya bahasa (determinisme)

(Poespoprodjo, 1999). Pandangan pertama, pikiran

mempengaruhi bahasa. Pandangan kedua, bahasa mempengaruhi

pikiran.

Perwujudan pikiran mempengaruhi bahasa dapat diamati

pada ujaran anak usia lima tahunan. Pada usia itu, mereka

menggunakan ujaran egosentris, yakni ujaran yang ditujukan

untuk dirinya sendiri (egocentric speech, ngunandika). Ujaran

egosentris itu ditandai dengan tetap berlangsungnya kegiatan

berbahasa anak baik pada saat di sekelilingnya ada ataupun

tidak ada mitra bicara, misalnya, saat mereka berbicara dengan

boneka. Dari ujaran egosentris itu diketahui bahwa anak ber-

bicara sesuai dengan apa yang dipikirkan, dipersepsikan, dan

Page 6: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

5Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

dirasakan. Orang dewasa juga bisa kembali mengulang ujaran

egosentris, misalnya, saat mengerjakan ujian yang relatif sulit.

Berpikir dapat “tunduk” dan dapat tidak “tunduk” pada

pesan yang disampaikan dalam suatu bahasa (Vygotsky, 1993;

Finegan dan Besnier, 1993; Ellis, dkk. 1989). Dalam suatu

bahasa, benda dapat diklasifikasi secara rinci dan setiap klasi-

fikasi diungkapkan dengan satu kata yang memiliki nuansa

makna yang sangat jelas dan rinci; sedangkan dalam bahasa

lainnya benda tersebut hanya memiliki “satu kategori besar”,

yang klasifikasinya harus diungkapkan dan dijelaskan dengan

frasa atau kalimat. Dalam bahasa Jawa, misalnya, ada kata

bluluk, cengkir, degan, dan krambil, sedangkan dalam bahasa

Indonesia hanya dikenal dengan sebutan kelapa. Untuk mengacu

klasifikasi benda itu, bahasa Indonesia menggunakan frasa atau

kalimat: bluluk diungkapkan dengan (bakal) kelapa yang masih

sangat muda, belum berisi air, belum bertempurung, dan belum

berdaging; cengkir diungkapkan dengan kelapa muda yang

berair tetapi belum manis, bertempurung lunak, dan belum

berdaging, degan diungkapkan dengan kelapa muda yang sudah

berair yang rasanya manis, bertempurung agak keras, dan sudah

berdaging lunak (Wahab, 1993).

Sapir dan Whorf menyatakan bahwa sistem linguistik

yang melatarbelakangi setiap bahasa tidak semata-mata sebuah

instrumen reproduksi untuk menyuarakan ide-ide, tetapi sistem

linguistik itulah pembentuk ide-ide dan sistem itu merupakan

program dan panduan untuk aktivitas mental seseorang, untuk

analisis kesannya, dan untuk sintesis pertukaran perbendaharaan

isi mentalnya (Whorf, 1956). Pada bidang lain, bahasa yang

dirancang untuk mempengaruhi pikiran (dan juga tindakan)

dapat ditemukan dalam iklan dan “komunikasi bawah sadar”

(sugesti, hypnotherapy, dan motivasi). Pada iklan, bahasa digu-

nakan untuk meyakinkan orang akan keunggulan sesuatu yang

ditawarakan dan (selanjutnya) mempersuasinya untuk mengikuti

Page 7: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

6 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

atau membeli sesuatu yang ditawarkan itu. Pada kegiatan “komu-

nikasi bawah sadar”, dengan bahasa, motivator dan mind navi-

gator membuka “penjara mental”, menyetel ulang mindset, dan

mengubah “keyakinan” mitra bicara untuk menjadi manusia

yang (lebih) percaya diri, menghargai diri, optimistis, produktif,

dan kreatif (bandingkan Gunawan, 2006; Gunawan, 2007; dan

Wongso, 2007).

Finegan dan Besnier (1993) menyebutkan bahwa bahasa

mempengaruhi pikiran dan pikiran pun mempengaruhi bahasa.

Hubungan antara bahasa dan pikiran berlangsung dalam dua

arah, bukan hubungan sebab akibat satu arah.

Dalam komunikasi, penggunaan bahasa (dan pikiran)

sangat ditentukan oleh faktor-faktor penentu komunikasi (antara

lain: latar tutur, partisipan tutur, tujuan tutur, media tutur).

Sebagai contoh, tuturan “Kelas ini bersih sekali” yang dituturkan

oleh wali kelas kepada piket kelas dan kondisi kelas memang

bersih dari kotoran, tuturan itu bermakna proposisional ‘kelas

yang bebas dari kotoran’, berfungsi memuji kerja anggota piket,

dan bertujuan agar anggota kelas mempetahankan kebersihan

itu. Sebaliknya, tuturan “Kelas ini bersih sekali” yang dituturkan

oleh wali kelas kepada piket kelas, padahal kondisi kelas kotor,

tuturan itu bermakna proposisional ‘kelas ini kotor sekali’,

berfungsi menyindir, dan bertujuan agar piket segera

membersihkan kelas itu. Pada contoh tersebut, bentuk/modus

tuturan sama, tetapi memilki makna proposisi, fungsi

komunikasi, dan tujuan yang berbeda.

Sebaliknya, bentuk dan makna proposisi tuturan berbeda

bisa memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Berikut dua dialog

lisan via telepon yang dilakukan oleh SUP dengan DW (Dialog

I) dan ROF dengan DW (Dialog II).

Page 8: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

7Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

Dialog ISUP : “Dik, saya kirim draf Peraturan Rektor. Kalau ada waktu,

dibantu mencermati.”DW : “Iya, Pak, saya kerjakan”.Dialog IIROF: “Mas, proposal kita akan dibahas dengan tim hukum

Jumat ini. Proposal kita belum belum tuntas. Mendesakbegini, piye Mas?”

DW : “Ok. Saya kerjakan”.

Pada Dialog I, tuturan “Kalau ada waktu, dibantu mencer-

mati.” merupakan bentuk/modus tuturan berita dengan kalimat

pilihan terbuka (kondisional); dan pada Dialog II, tuturan

Mendesak begini, piye Mas? merupakan bentuk/modus tuturan

pertanyaan. Walaupun bentuk dan makna proposisi tuturan itu

berbeda, tetapi fungsi dan tujuannya adalah sama, yakni fungsi

instruktif (perintah) dan mitra tutur harus melaksanakan perin-

tah itu. Oleh karena itu, jawaban mitra tutur sama: Iya/Ok,

saya kerjakan. Sangat tidak layak, misalnya, DW menjawab

“Tidak ada waktu Pak”; dan “Ya nggak tahu, terserah Bapak

saja” pada kedua dialog tersebut. Pemahaman makna proposisi,

fungsi komunikasi, dan tujuan tuturan seperti itu didasarkan

pada pemahaman faktor penentu komunikasi yang menyertai

tuturan, yakni faktor kedudukan penutur, yakni atasan (Rektor,

Pembantu Rektor), bawahan (Dekan), teman; topik tutur, yakni

tugas kedinasan; dan situasi tutur, yakni situasi informal.

Pada dasarnya, bertutur berarti melakukan tindakan.

Dalam performansi tuturan, terdapat tiga tindak tutur: (1)

tindak lokusi, yakni bertutur itu berarti menyampaikan makna

proposisi tuturan; (2) tindak ilokusi, yakni bertutur itu memper-

formansikan fungsi bahasa tertentu; dan (3) tindak perlokusi,

yakni bertutur itu mempengaruhi penanggap tutur untuk mela-

kukan sesuatu (Austin, 1962; Searle, 1969).

Page 9: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

8 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

1.2 Tindak Akal Budi, Argumen, dan Penalaran

Hubungan antara bahasa dan pikiran berlangsung dalam

dua arah, yakni pikiran mempengaruhi bahasa dan bahasa

mempengaruhi pikiran. Hasil pikiran yang diperoleh melalui

operasi yang prosedural disebut dengan tindak akal budi.

Tindak akal budi pertama adalah pemahaman sederhana

(simple apprehension), hasilnya berupa konsep atau definisi,

sedangkan ekspresi bahasanya berupa kata atau istilah (terma).

Tindak akal budi yang kedua disebut dengan afirmasi dan

negasi, hasilnya berupa pertimbangan/pemutusan (judgment),

sedangkan ekspresi bahasanya berupa proposisi. Tindak akal

budi yang ketiga disebut dengan penyusunan simpulan, hasilnya

adalah argumen. Argumen dibedakan atas argumen induktif

dengan ekspresi bahasa berupa urutan induktif, dan argumen

deduktif dengan ekspresi bahasa yang berupa silogisme (Sulivan,

1963; Poespoprodjo, 1999).

Pengetahuan manusia bermula saat pikiran menyadari

adanya aspek-aspek sesuatu yang dapat dipahami, yakni makna.

Tindak akal budi ini disebut tindak pemahaman sederhana,

yakni tindak akal budi dalam menangkap makna sesuatu tanpa

menyetujui atau menolaknya. Hasil akhir dari tindak pema-

haman sederhana disebut konsep. Konsep tentang sesuatu berada

pada pikiran manusia. Agar konsep yang dimiliki orang diketahui

dan dipahami, konsep perlu diungkapkan. Pengungkapan konsep

melalui wahana terma atau istilah. Dengan demikian, istilah

dapat diartikan sebagai kata atau kombinasi kata yang secara

konvensional menandai konsep.

Konsep terdiri atas dua unsur, yakni komprehensi (isi)

dan ekstensi (lingkungan). Komprehensi merupakan keseluruhan

pengertian yang tercakup dalam suatu konsep atau terma.

Cakupan yang berupa hal pokok, pengertian dasar, atau unsur

dasar suatu konsep disebut komprehensi dasar; sedangkan

cakupan yang berupa yang nicara mengalir dari pengertian

Page 10: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

9Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

dasar suatu konsep disebut komprehensi komplementer. Sebagai

contoh: “Manusia” adalah ‘makhluk yang berakal budi’ (kom-

prehensi dasar); “Manusia” adalah ‘(komprehensi dasar) bisa

tertawa’, ‘dapat membuat keputusan’ (komprehensi komplemen-

ter). Ekstensi (lingkungan, daerah) suatu konsep mencakup

semua hal yang dapat disebut atau ditunjuk dengan konsep

tersebut. Dengan perkataan lain, ekstensi merpakan keseluruhan

hal yang dapat diterapkan pada suatu konsep atau lingkungan

konsep suatu konsep yang dapat ditunjuk dengan konsep ter-

sebut, misalnya, konsep “hewan” dapat memiliki ekstensi “an-

jing, kuda, kucing, ayam, sapi.”

Penerapan unsur tersebut dalam suatu konsep mengikuti

dua prinsip berikut. Pertama, semakin miskin komprehensi,

semakin luas ekstensi. Sebagai contoh, terma atau konsep

“hewan”. Jika tanpa tanpa keterangan atau spesifikasi lebih

lanjut, terma atau konsep “hewan” tersebut miskin komprehen-

sinya, tetapi mempunyai daerah terapan yang lebih luas, yakni

konsep “hewan” tersebut dapat digunakan untuk mengacu

“kuda”, “anjing”, “kucing”, “ayam”, “ikan”, dan “ikan paus”,

misalnya. Kedua, semakin kaya komprehensi, semakin sempit

ekstensi. Sebagai contoh, konsep “hewan yang menggonggong”.

Konsep tesebut termasuk kaya komprehensi dan sempit ekstensi,

yakni “anjing”-lah yang dapat diacu sebagai “hewan yang meng-

gonggong”.

Tindak akal budi yang kedua berupa pertimbangan (judg-

ment), yakni tindak akal budi menyatukan beberapa konsep

dengan cara menyetujui (affirming) atau menolak (denying).

Pertimbangan atau pemutusan bersifat afirmatif (menyetujui)

jika konsep-konsep itu sesuai dengan kenyataan yang ditandai.

Pertimbangan atau pemutusan itu bersifat negatif jika konsep-

konsep itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ditandai oleh

konsep-konsep itu. Pertimbangan atau pemutusan masih berada

pada pikiran. Agar pertimbangan atau pemutusannya diketahui

Page 11: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

10 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

atau dipahami pihak lain, pertimbangan atau pemutusan

diekspresikan dengan bahasa yang disebut dengan proposisi.

Proposisi diartikan sebagai suatu pernyataan atau kalimat yang

digunakan untuk menyatukan beberapa konsep dan menandai

kebenaran atau kesalahan tentang sesuatu.

Tindak akal budi ketiga disebut penyusunan simpulan,

yakni tindak akal budi yang didasarkan pada kebenaran yang

telah diketahui sebelumnya (lama) untuk memperoleh pengeta-

huan baru. Hasil tindak akal budi yang ditampilkan berupa

argumen, yakni ekspresi (verbal atau mental) yang berupa

pernyataan tentang pengetahuan yang bertitik tolak dari kebe-

naran pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya. Argumen

dapat dibedakan atas argumen deduktif dan argumen induktif.

Tindak akal budi yang dipaparkan tersebut dituangkan dalam

tabel berikut.

Tindak Akal Budi Hasil Ekspresi Bahasa

Pemahaman sederhana Konsep/Definisi Terma/Istilah

Afirmasi/Negasi Pertimbangan Proposisi

Argumen Wacana

• Induktif • Urutan induktif

Penyusunan simpulan

• Deduktif • Silogisme

Tabel Tindak Akal Budi

Argumen merupakan seperangkat pernyataan yang berupa

pendirian dan dukungan terhadapnya. Argumen digunakan

untuk mempengaruhi orang lain agar menyetujuinya. Argu-

mentasi merupakan proses membuat argumen (Warnick dan

Inch, 1994). Dari definisi tersebut, argumen memiliki tiga

unsur. Pertama, pendirian yang diekspresikan atau simpulan

yang diinginkan oleh penutur (pembicara atau penulis) agar

diterima oleh petuturnya (pendengar atau pembaca). Kedua,

bukti yaitu fakta atau kondisi yang secara objektif dapat diamati,

keyakinan atau pernyataan yang secara umum telah diterima

Page 12: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

11Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

kebenarannya, atau simpulan yang dimantapkan sebelumnya.

Pendirian didukung oleh bukti dan penalaranlah yang

menghubungkan keduanya. Ketiga, upaya untuk mempengaruhi

orang lain. Artinya, penutur berupaya untuk meyakinkan petutur

terhadap kebenaran atau kesalahan yang diujarkannya.

Unsur argumen yang pertama adalah pendirian, yakni

gagasan yang diekspresikan atau simpulan yang diinginkan

oleh penutur (pembicara atau penulis) agar diterima oleh

petuturnya (pendengar atau pembaca). Pendirian didukung

bukti-bukti serta berpusat pada isu atau gagasan tunggal. Ekspresi

pendirian dapat dinyatakan dalam sebuah proposisi. Argumen

yang luas dapat terdiri atas beberapa proposisi. Dalam argumen

yang luas dapat ditemukan lebih dari satu persoalan, tetapi

masih terdapat dalam satu argumen. Dalam dialog, pendirian

dapat diungkapkan secara eksplisit dan tidak secara eksplisit.

Dalam komunikasi satu arah (uraian, pidato, dan sejenisnya),

umumnya pendirian dikemukakan di awal atau di akhir

argumen. Dengan perkataan lain, pendirian merupakan gagasan

(opini) atau simpulan yang diinginkan penutur dan pendirian

dapat dinyatakan dalam satu proposisi atau lebih.

Syarat utama rumusan pendirian adalah kontroversial,

jelas, imbang, dan menantang. Pendirian bersifat kontroversial

dalam arti pernyataan yang dikemukakan dapat diperdebatkan

kebenarannya. Pendirian bersifat jelas dalam arti pendirian itu

memfokuskan dan bertumpu pada (seperangkat) persoalan

tertentu. Untuk itu, dalam merumuskan pendirian rumusan

yang menimbulkan ketaksaan harus dihindari, baik karena

penggunaan istilah-istilah yang taksa maupun karena makna

keseluruhan pernyataanya ganda. Karakteristik pendirian

berikutnya adalah imbang, yakni pendirian dirumuskan dengan

bahasa yang objektif, digunakan bahasa yang netral, dan harus

dihindari bias atau prasangka pribadi. Oleh karena tujuan utama

argumen adalah mempengaruhi orang lain, sifat pendirian yang

Page 13: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

12 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

terakhir adalah menantang, yakni rumusan pendirian itu

“berkonfrontasi” dengan nilai, kepercayaan, atau perilaku yang

dimiliki mitra bicaranya.

Berdasarkan rujukannya, pendirian dapat dibedakan atas

pendirian faktual, pendirian nilai, dan pendirian kebijakan.

Pendirian faktual berupa pernyataan simpulan tentang kondisi

atau hubungan masa lalu, kini, dan akan datang. Pendirian

faktual dapat dibedakan lagi atas pendirian hubungan, pendirian

prakiraan, dan pendirian fakta sejarah. Pendirian hubungan

berupaya menyimpulkan hubungan sebab akibat antara suatu

kondisi atau peristiwa dengan kondisi atau peristiwa yang

lainnya. Pendirian prakiraan didasarkan pada asumsi bahwa

ada hubungan antara kondisi masa lalu, kondisi masa kini, dan

kondisi yang akan datang. Pendirian fakta sejarah didasarkan

atas adanya bukti baru tentang fakta-fakta sejarah di masa lalu.

Pendirian nilai berupaya menilai kekurangan atau kelebih-

an suatu gagasan, objek, atau perilaku sesuai dengan patokan

atau kriteria yang dimiliki penutur. Fokus argumen nilai adalah

nilai yang dianut oleh partisipan tutur. Nilai menyangkut sikap

dasar terhadap keberadaan sesuatu baik positif maupun negatif.

Pendirian kebijakan menyangkut serangkaian tindakan

tertentu dan memusatkan pada terjadi atau tidaknya perubahan

tindakan. Pendirian kebijakan umumnya berkaitan dengan baik

persoalan skala besar—misalnya sosial, politik, ekonomi yang

sangat rumit—maupun tindakan dalam skala yang lebih kecil.

Unsur argumen yang kedua adalah bukti, yakni fakta

atau kondisi yang secara objektif dapat diamati, keyakinan atau

premis yang secara umum telah diterima sebagai kebenaran,

atau simpulan yang telah mantap. Bukti berfungsi sebagai

pendukung pendirian agar pendirian yang dirumuskan dapat

diterima oleh penutur (Warnick dan Inch, 1994).

Bukti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni

(1) fakta dan (2) opini terhadap fakta. Fakta dapat diperoleh

Page 14: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

13Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

melalui dua cara. Pertama, memverifikasi fakta melalui penga-

matan atau pengalamannya, misalnya, mendengar, melihat,

menyentuh, mencium, atau merasakannya. Kedua, orang mem-

percayai fakta berdasarkan pengalaman umum yang dapat

bersumber dari laporan atau deskripsi naratif tentang objek

atau kejadian, statistik yang dikumpulkan dan disusun secara

sistematis sehingga informatif, dan benda-benda buatan atau

bukti-bukti fisik yang memperkuat argumen. Fakta yang berupa

opini terhadap fakta adalah interpretasi seseorang terhadap

makna bukti-bukti faktual. Kalau fakta didasarkan pada penga-

laman langsung atau tak langsung, opini didasarkan pada

pertimbangan tentang bagaimana suatu peristiwa atau pernya-

taan terhadap suatu persoalan dipahami, dievaluasi, dan disikapi.

Fakta atau opini yang digunakan sebagai bukti pendukung

pendirian haruslah memenuhi persyaratan keterpercayaan, keah-

lian, objektif, ajeg, mutakhir, sesuai, berasal dari tangan pertama,

dan jika berasal dari kutipan haruslah akurat.

Unsur argumen yang ketiga adalah penalaran, yakni tindak

menghubungkan bukti dan pendirian (Warnick dan Inch, 1994).

Penalaran adalah tindak menghubungkan sesuatu yang sudah

diketahui dan diterima kebenarannya (bukti) dengan sesuatu

yang belum diketahui atau kontroversial (pendirian). Tujuan

menghubungkan pendirian dan bukti adalah untuk memperoleh

simpulan. Penalaran dapat diekspresikan dalam pernyataan

inferensi. Pernyataan penalaran atau inferensi dapat dilakukan

dengan dua cara. Pertama, penalaran dinyatakan secara eksplisit,

misalnya, Jangan bermain-main di jalan, sebab kamu bisa

tertabrak mobil. Kedua, penalaran dinyatakan secara implisit

yang berarti penutur mengharapkan supaya petutur menghu-

bungkan sendiri bukti dengan pendirian yang dikemukakannya,

misalnya, Jangan bermain-main di jalan, kamu bisa luka. Dalam

contoh kedua tersebut, penalaran sebab kamu bisa tertabrak

mobil tidak dinyatakan (Warnick dan Inch, 1994:108). Studi

Page 15: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

14 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

penalaran banyak memanfaatkan salah satu bentuk penalaran

berdasarkan kaidah logika formal, yakni silogisme. Silogisme

terdiri atas tiga pernyataan, yakni premis mayor, premis minor,

dan simpulan (konklusi).

II. ISU POKOK

Pada bagian kedua ini dibahas isu pokok pembelajaran

berargumentasi tulis bahasa Indonesia bermedia bantu teknologi

informasi dan komunikasi. Isu pokok yang dipaparkan berupa

masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi, diperhatikan,

dan ditindaklanjuti penyelesaiannya. Isu pokok yang dibahas

mencakup penyusunan konsep, penyusunan simpulan, pengor-

ganisasian argumen, dan pemanfaatan media bantu teknologi

informasi dan komunikasi dalam pembelajaran berargumentasi

tulis bahasa Indonesia.

2.1 Penyusunan Konsep

Kejelasan konsep tentang objek, perihal, tema, atau topik

suatu bahasan sangat menentukan kualitas argumentasi sese-

orang. Sosok, “susun-bangun”, atau konstruk atas sesuatu yang

dibahas menentukan arah, keakuratan, dan kualitas suatu bahas-

an. Kejelasan konsep sangat bergantung pada kemampuan akal

budi manusia dalam “menangkap” makna, hakikat, atau esensi

sesuatu, pada satu sisi, dan kemampuan mengekspresikannya,

pada sisi lain.

Kemampuan menyusun konsep yang akurat dan jelas

merupakan kompetensi dasar dalam berargumentasi. Kompe-

tensi mengenali, memahami, dan menerapkan unsur kompre-

hensi (isi) dan ekstensi (lingkungan) merupakan kemampuan

dibinakan dalam pembelajaran berargumentasi tulis. Pengasahan

Page 16: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

15Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

kemampuan komprehensi perlu memperhatikan cara menang-

kap dan hakikat suatu konsep.

Berdasarkan cara menangkapnya dan menurut hakikatnya,

konsep dapat dibedakan atas konsep sederhana dan konsep

kompleks. Berikut ini dicontohkan sejumlah terma dengan

kedua kategori tersebut:

• manusia, mobil, uang (sederhana cara tangkap dan haki-

katnya)

• hewan berakal, kendaraan bermesin, alat tukar perda-

gangan (kompleks cara tangkapnya, tetapi sederhana

hakikatnya);

• guru besar ilmu hukum, negara kesatuan, kebudayaan

lokal (sederhana cara tangkapnya, tetapi kompleks haki-

katnya;

• kecintaan kepada tanah air, kemanusiaan yang beradab,

adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan

(kompelks cara tangkapnya dan hakikatnya)

Berdasarkan ekstensinya (lingkungannya, daerahnya),

penyusun konsep perlu memperhatikan semua hal yang dapat

disebut atau diacu dengan konsep tersebut. Ekstensi suatu

konsep mencakup sebutan atau acuan singular, partikular,

distributif, dan kolektif.

• Ekstensi singular individual yang hanya dapat diacukan

pada individu (misalnya, kawanku artis kreatif; Ebiet G.

Ade) dan ekstensi singular kolektif yang hanya dapat

diacukan pada kelompok (misalnya, badan eksekutif

mahasiswa, Universitas Negeri Malang).

• Ekstensi partikular individual yang dapat diacukan pada

(berbagai) individu yang tidak tentu (misalnya, seorang

mahasiswa, kebanyakan manusia); dan ekstensi partikular

kolektif yang dapat diacukan pada (berbagai) kumpulan

Page 17: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

16 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

yang tidak tentu (misalnya, banyak universitas, beberapa

pasangan).

• Ekstensi distibutif yang ekstensinya universisal, tidak

mengesampingkan susuatu pun (misalnya, ada, realitas,

sempurna, indah) dan ekstensi distributif yang ekstensinya

melebihi suatu golongan, tetapi tidak mencakup semua

golongan (misalnya, merdeka, ruh, manusia Indonesia,

buku).

• Ekstensi kolektif, yang dapat diacukan pada semua secara

bersama-sama, tetapi tidak dapat dikatakan tentang

masing-masing satu per satu (misalnya, “semua warga

negara Indonesia adalah bangsa Indonesia”; tidak bisa

dikatakan “Luna Maya adalah bangsa Indonesia”).

Pada umumnya, dalam pembelajaran berargumentasi, ken-

dala yang dihadapi peserta didik dalam penyusunan konsep

yang akurat dan jelas adalah pemenuhan (1) kecukupan kompre-

hensi dan atau ekstensi dan (2) kebenaran hubungan kompre-

hensi dan ekstensi. Hasil pengamatan atas tulisan siswa sekolah

dasar sampai menengah dan pengalaman membimbing skripsi,

tesis, dan disertasi, kedua kendala itu yang paling awal dan

paling sering penulis temui. Sebagai contoh, model penjelasan

konsep berikut sering dijumpai:

(1) Tema adalah topik

(2) Gagasan utama dalah gagasan pokok

(3) Bahasa adalah alat komunikasi.

Ketidakcukupan komprehensi/ekstensi berakibat ketidak-

tetapan dan ketidakjelasan ketiga konsep tersebut. Konsep

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang

digunakan anggota kelompok masyarakat untuk bekerja sama,

berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri merupakan konsep

yang dapat dikategorikan memenuhi kecukupan komprehensi

tersebut. Kecukupan itu dapat dibuktikan dari kekayaan

Page 18: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

17Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

komprehensinya, yakni ide bahasa telah diberi keterangan sistem

lambang bunyi (substansi), yang arbitrer (sifat), yang digunakan

anggota kelompok masyarakat untuk bekerja sama,

berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri fungsi.

Kesalahan hubungan komprehensi dan ekstensi sering

dijumpai dalam berargumentasi. Tulisan ringan berikut menun-

jukkan kesalahan hubungan komprehensi dan ekstensi tentang

konsep toleransi.

Merokok dan Toleransi. Seorang pejabat—bukan pero-

kok—mendatangi suatu ruang tempat berkumpul para stafnya

yang perokok berat. Ruang kecil itu penuh asap hasil hembusan

asap rokok sekitar 5—6 perokok. Sang pejabat hanya terdiam

dan termangu di pintu ruang. Seorang perokok berkata kepada

pejabat itu (yang sekaligus juga sahabatnya), “Mas, masuk saja

ke ruang ini. Lihat dan rasakanlah, betapa kami, para perokok,

penuh toleransi. Sekalipun panjenengan bukan perokok dan

saat ini tidak merokok, tetap kami perbolehkan masuk ke

ruang kami yang penuh asap ini. Bandingkan dengan sikap

panjenengan, kami ‘kan tidak boleh masuk ruang panjenengan

sambil merokok. Kami, para perokok, betul-betul manusia yang

penuh toleransi”.

2.2 Penyusunan Simpulan

Dalam argumentasi, penyimpulan dilakukan melalui pena-

laran, yakni tindak (akal budi) menghubungkan bukti (sesuatu

yang sudah diketahui dan diterima kebenarannya) dengan pen-

dirian (sesuatu yang belum diketahui) untuk memperoleh penge-

tahuan baru (Warnick dan Inch, 1994). Dalam penyusunan

simpulan, prinsip-prinsip argumentasi harus dipenuhi, baik

prinsip material maupun prinsip formal.

Prinsip-prinsip material mencakup kejelasan dan kepastian

terma-terma atau proposisi-proposisi (premis-premisnya). Mi-

Page 19: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

18 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

salnya, terma S, paling sedikit harus diketahui definisi nomi-

nalnya dan harus diketahui ada; serta terma P dan terminus

medius harus diketahui definisi rielnya. Demikian juga, premis-

premisnya harus diketahui kepastiannya atau paling sedikit

mungkin.

Prinsip-prinsip formal mencakup kebenaran-kebenaran

yang menjamin terlaksananya proses penalaran yang benar.

Prinsip formal harus, paling sedikit, diketahui secara implisit

dan pasti. Misalnya, prinsip formal yang mendasari silogisme

kategoris adalah prinsip identitas; dan prinsip formal yang

mendasari silogisme kondisional, induksi, dan argumen kumu-

latif adalah prinsip alasan yang mencukupi.

Proses penyusunan pengetahuan dilalui dengan momen

asensif dan momen desensif (Poespoprodjo, 1999). Momen

asensif (meningkat) merupakan proses perolehan pengetahuan

dari taraf indera ke taraf akal budi. Momen desensif (menurun)

merupakan proses perolehan pengetahuan dengan menyusun

dan menghubungkan kembali pengetahuan dalam akal budi

dengan realitas konkret dan kenyataan. Dengan demikian,

penyusunan dan perolehan pengetahuan itu berasal dari abstraksi

langsung dari data pengalaman, refleksi, perbandingan, analisis,

sintesis, keputusan, atau pemikiran. Perolehan pengetahuan

dapat ditangkap dari realitas dan konsep atau ide.

Secara umum, dapat ditemukan tiga taraf abstraksi, yakni

abstraksi fisik, abstraksi matematis, dan abstraksi metafisis.

Abstraksi fisik dilakukan dengan “menangkap benda” yang

dialami seseorang dan hasil tangkapan itu disodorkan pada

pengetahuan inderanya. Pengetahuan yang diperoleh berupa

kualitas material benda itu dengan menyingkirkan ciri-ciri indi-

vidual dan konkret. Pengetahuan itu berupa pengertian yang

masih mencakup kejasmanian materialitas benda yang ditunjuk,

misalnya, pengertian tentang ayam, jambu, merah.

Page 20: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

19Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

Abstraksi matematis dilakukan dengan menangkap

“kuantitas” sejauh dapat diukur dengan menyingkirkan ciri-ciri

inderawi yang bersifat individual, konkret, dan kualitas.

Pengetahuan yang diperoleh berupa konsep matematis yang

masih dapat dibayangkan bentuk konkretnya dan yang berda-

sarkan kosep tersebut dapat dibentuk konsep yang realitasnya

hanya dapat ditemukan dalam kesadaran, misalnya, konsep ¼,

5, diagonal, segitiga, lingkaran.

Abstraksi metafisis dilakukan dengan menangkap penger-

tian substantif yang bersih dari kejasmanian dengan menying-

kirkan ciri-ciri inderawi yang bersifat individual, konkret,

kualitas, dan kuantitas, meskipun isi dan asalnya tetap bergan-

tung pada indera. Pengetahuan yang dihasilkan berupa konsep

metafisika, misalnya hakikat, eksistensi, kebenaran, keadilan,

paham, dan kausalitas.

Meskipun tidak memiliki kesejajaran yang benar-benar

setara, hasil abstraksi fisik dapat dinyatakan dengan rangkuman

atau ikhtisar; hasil abstraksi matematis dapat dinyatakan dengan

rumus, kaidah, prinsip; dan hasil abstraksi metafisik dapat

dinyatakan dengan konstruk teoretis, thesis statement, atau

paradigma. Pada bidang tertentu, hasil abstraksi dan ekspresi

bahasanya tersebut tidak selamanya dapat dipisahkan secara

jelas, ada bagian yang tumpang-tindih.

Berikut dikemukakan sejumlah contoh simpulan hasil

abstraksi dan (analisis) hasil ekpresi bahasanya. Analisis ini

hanya didasarkan pada (kemungkinan) rekonstruksi penerapan

prinsip material dan formal karena secara eksplisit terma,

proposisi, dan premis-premisnya tidak tidak tersedia.

• (Rangkuman) Memegang gelas kopi mengandung makna

filosofi yang dalam. Memegang gelas kopi dengan men-

cengkeramnya, yakni ujung kelima jari menempel di

gelas berarti gelisah, tetapi tak berbuat yang disangkakan.

Memegang gelas kopi dan melepaskannya berulang kali

Page 21: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

20 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

itu dilakukan untuk mengalirkan panas kopi dari telapak

tangannya ke dalam hatinya yang dingin karena merasa

bersalah. Pegangan tangan di bawah gelas kopi menun-

jukkan kematangan pendirian dan kebijakan bersikap.

Jermari yang dilingkarkan di bagian bawah gelas kopi

menunjukkan ketenangan, pembela kawan, namun ada-

kalanya korban konspirasi kantor, korban salah tangkap,

atau korban kesemena-menaan istri yang pencemburu

buta. Mereka yang memegang gelas kopi dengan ujung

jempol dan ujung jari tengah saja, di bagian tengah gelas,

pertanda menderita karena cinta yang bertepuk sebelah

tangan (Hirata, 2010:70—71).

• (Kaidah) Al-ijtihaadu laa yunqadhu bi al-ijtihaadi ‘ijtihad

tidak bisa dinegasikan dengan ijtihad lain’ (kaidah ushul

fiqh tersebut untuk menghormati perbedaan pandangan,

ijtihad, dan penalaran, pada satu sisi; dan untuk pening-

katan khasanah intelektual keilmuan Islam dalam berbagai

bidang, termasuk dalam bidang agama maupun dalam

bidang politik, pada sisi lain).

• (Rangkuman) Dalam novel Sang Pemimpi, Andrea Herata

(pengarang) melalui tokoh Ikal menyatakan pentingnya

kreativitas, perlunya usaha keras, dan signifikannya meng-

ambil peluang sekecil apa pun secara tepat, cermat, dan

hati-hati dalam menjalani alur kehidupan. (Kaidah) Dalam

hidup, dia memegang prinsip ada kemungkinan dalam

ketidakmungkinan, dan ketidakmungkinan dalam ke-

mungkinan

• (Rangkuman) Penelitian Dulay dan Burt menunjukkan

bahwa (1) 85% kesalahan berbahasa merupakan

kesalahan perkembangan, (2) urutan pemerolehan tiga

kelompok sampel adalah sama, sekalipun ada perbedaan

dengan urutan pemerolehan B1-nya atas penelitian peme-

rolehan 8 morfem gramatikal. (Tesis) Dalam pemerolehan

Page 22: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

21Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

bahasa kedua, pemerolehan morfem gramatikal mengikuti

urutan alamiah (Ellis, 1995).

Gejala umum penyimpulan pada argumentasi tulis adalah

penyimpulan berupa abstraksi fisik dengan ekspresi bahasa

berupa rangkuman. Di samping itu, kelemahan umum argumen-

tasi tulis disebabkan penerapan prinsip material dan prinsip

formal yang belum maksimal. Tulisan ringan berikut menunjuk-

kan argumentasi yang tidak mempunyai kekuatan sama sekali.

Merokok dan Kematian. Dalam sebuah tulisan penyu-

luhan kesehatan dinyatakan bahwa merokok satu pak sehari

berarti mengurangi umur perokok itu sekian menit. Sementara

untuk menjaga kesehatan dan “umur panjang”, seseorang perlu

berolahraga. Seorang perokok berat menimpali bacaan itu,

“Ah, salah tulisan ini. Perhatikan, kalau orang sedang merokok

kan orang itu hidup! Sebaliknya, banyak ‘kan orang meninggal

saat sedang berolahraga, tenis lapangan, misalnya? Ingin tahu

buktinya? Pak A meninggal saat tenis di lapangan tenis Jln.

Surabaya; Pak B dan Pak C meninggal di lapangan tenis Jln.

Gombong!”

2.3 Penyusunan Struktur Argumen

Toulmin (1990) dan Toulmin, Rieke, dan Janik (1979)

menyebutkan ada enam unsur pembangun argumen, yakni data

atau dasar (data atau grounds), pendirian (claim), dasar kebe-

naran (warrant), dukungan (backing), modalitas (modal quali-

fiers), dan sanggahan (rebuttal. Tiga unsur yang pertama (yakni

pendirian, data/dasar, dan dasar kebenaran) merupakan unsur

utama argumen, sedangkan tiga unsur yang kedua (dukungan,

modalitas, dan sanggahan) merupakan unsur pelengkap.

Data berfungsi sebagai dasar untuk membentuk pendirian.

Data atau dasar sama dengan bukti, yakni fakta atau kondisi

Page 23: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

22 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

yang secara faktual dapat diamati secara objektif, keyakinan

atau premis yang telah diterima kebenarannya, atau simpulan

yang telah dimantapkan sebelumnya. Pendirian diartikan sebagai

opini atau simpulan yang dinyatakan oleh penutur agar diterima

mitra tuturnya.

Dasar kebenaran berupa kaidah, prinsip, atau kesepakatan

dalam bidang-bidang tertentu. Dasar kebenaran merupakan

komponen penalaran yang digunakan untuk menghubungkan

data dengan pendirian. Cara kerja dasar kebenaran dapat

dilakukan dengan quasi-logika, analogi, generalisasi, kausal,

koeksistensial, dissosiatif, atau jenis-jenis hubungan yang lain

(Warnick dan Inch, 1994:180).

Dukungan merupakan fakta atau simpulan berikutnya

yang digunakan untuk mendukung atau mengesahkan prinsip-

prinsip yang dikemukakan dalam dasar kebenaran. Modalitas

berupa frasa yang menunjukkan jenis dan tingkat kekuatan

dasar kebenaran. Modalitas berfungsi menguatkan dan menun-

jukkan kesahihan kondisi. Modalitas dapat dibedakan atas (1)

penanda kepastian, misalnya, penggunaan kata atau frasa: perlu,

pasti, tentu saja, jadi; dan (2) penanda kemungkinan, misalnya,

penggunaan kata atau frasa: agaknya, kiranya, kemungkinannya,

mungkin. Terakhir adalah sanggahan (rebuttal), yakni keadaan

yang luar biasa atau perkecualian yang dapat merusak dasar

kebenaran dan mementahkan pendirian. Dengan

dikemukakannya sanggahan, pendirian yang digunakan menjadi

lebih spesifik dan penalarannya menjadi lebih kuat. Pemarkah

yang dapat digunakan untuk menandai unsur sanggahan antara

lain: kecuali, jika ... maka; jika....

Kekuatan argumentasi sangat bergantung pada ketepatan

struktur unsur-unsur pembangun argumen tersebut, yakni pen-

dirian (PD), data/dasar (DD), dasar kebenaran (DK), dukungan

(DU), modalitas (MD), dan sanggahan (SG). Penyusunan struk-

tur argumen meliputi lima langkah berikut. Pertama, menggam-

Page 24: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

23Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

barkan makna tulisan atau tuturan. Kedua, menentukan pen-

dirian atau proposisi dalam argumen. Ketiga, mengidentifikasi

pendirian atau proposisi utama. Keempat, meletakkan kedu-

dukan unsur argumen dan menata hubungan antarunsur

argumen dengan tepat. Kelima, menilai argumen tentang

kebenaran bukti dan kesahihan penarikan simpulannya.

Kebenaran bukti dapat diukur dari segi kesesuaian dan

keajegannya. Kesahihan penarikan simpulan dapat diukur dari

segi kualitas, kuantitas, dan oposisinya.

Secara garis besar, struktur argumen dapat dibedakan

atas argumen sederhana dan argumen kompleks. Kesederhanaan

atau kompleksitas struktur argumen didasarkan pada jumlah,

kedudukan, dan hubungan unsur-unsur pembangun argumen.

Sebagai contoh, struktur argumen sederhana tampak pada lirik

puitis argumentatif berbentuk soneta hasil cipta kreatif Rhoma

Irama, sedangkan struktur argumen kompleks tampak pada

kutipan argumentatif Quraish Shihab tentang pengurutan ayat

dan surah dalam Al-Quran.

JUDI

Judi menjanjikan kemenangan, judi menjanjikan kekayaanBohong, kalaupun kau menang, itu awal dari kekalahanBohong, kalaupun kau kaya, itu awal dari kemiskinan

Judi meracuni kehidupan, judi meracuni keimananPasti, karena perjudian orang malas dibuai harapanPasti, karena perjudian perdukunan ramai menyesatkan

Yang beriman bisa jadi murtad, apalagi yang awamYang menang bisa menjadi jahat, apalagi yang kalahYang kaya bisa jadi melarat, apalagi yang miskinYang senang bisa jadi sengsara, apalagi yang susah

Uang judi najis tiada berkah

Page 25: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

24 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

Uang yang pas-pasan karuan buat makan, itu cara sehat ‘tuk bisabertahanUang yang pas-pasan karuan ditabungkan, itu cara sehat ‘tuk jadihartawanApa pun nama dan bentuk judi, semuanya perbuatan kejiApa pun nama dan bentuk judi, jangan dilakukan dan jauhi

Bait pertama soneta tersebut merupakan PD yakni kebo-

hongan janji kemenangan dan kekayaan judi serta kepastian

judi sebagai racun kehidupan dan racun keimanan. Bait kedua

merupakan DD sebagai bukti atas pendirian tersebut, yakni

kemurtadan, kejahatan, kemelaratan, dan kesengsaraan akibat

judi. Baris berikutnya merupakan DK, yakni uang judi najis,

tiada berkah yang diturunkan dari ajaran ayat Al-Qur’an “sesung-

guhnya minuman keras, judi … adalah najis yang merupakan

bagian dari perbuatan syetan”. Bait terakhir merupakan DU

atas kesahihan DK, yakni yang sah, yang benar, yang tidak

najis, yang halal: uang itu sebagai alat tukar makan (‘pemenuhan

kebutuhan pokok’) dan sebagai tabungan, bukan untuk judi

yang jelas-julas keji dan harus dijauhi.

Struktur argumen dalam soneta tersebut dapat digam-

barkan sebagai berikut.

Struktur argumen yang kompleks tampak pada kutipan

wacana argumentatif tulisan Shihab (2005:xviii—xx). Komplek-

sitas struktur argumen dalam wacana berikut ditandai oleh

banyaknya unsur argumen yang digunakan dan kedudukan

serta hubungan antarunsur argmen. Suatu unsur argumen dapat

Page 26: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

25Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

terdiri terdiri atas sejumlah unsur argumen yang membentuk

subargumen. Kutipan wacana argumentatif dan struktur argu-

men wacana tersebut dipaparkan berikut ini.Setiap kali ayat turun, sambil memerintahkan para sahabat

menulisnya, Nabi saw. memberi tahu juga tempat ayat-ayat itudari segi sistematika urutannya dengan ayat-ayat atau surah-surah yang lain. Semua ulama sepakat bahwa sistematika urutanayat-ayat al-Qur’an adalah tauqifi, dalam anti berdasar petunjukAllah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada NabiMuhammad saw., dan bahwa urutan tersebut bukan atas dasarurutan masa turunnya. Seandainya berdasar hal itu, tentulahlima ayat pertama surah Iqra’ (al-Alaq) yang merupakan wahyupertama yang diterima Nabi Muhammad saw. akan menempatilembaran pertama mushhaf al-Qur’an, disusul dengan awalsurah al-Qalam, dan al-Muddatstsir, yang menurut sekianriwayat merupakan wahyu kedua atau ketiga yang beliau terima.

Penyusunan urutan surah-surah al-Qur’an yang berjumlah114 surah itu juga demikian dalam pandangan mayoritas ulama.

Sementara orientalis mengkritik tajam sistematika urutanayat dan surah-surah al-Qur’an, sambil melemparkan kesalahankepada para penulis wahyu. Dalam buku ‘Bells Introduction tothe Qur’an” oleh W. Montgomery Watt, yang telah diterjemah-kan ke dalam bahasa Indonesia oleh Lilian D. Tedjasudhanadengan judul ‘Richard Bell, Pengantar Qur’an”, dikemukakanapa yang dia namai bukti adanya revisi dan perubahan dalampengumpulan atau peletakan bersama satu-satuan kecil bentukasli wahyu yang disampaikan. Dia menulis: “Ada alasan untukmenduga bahwa proses ini dimulai oleh Nabi Muhammadsendiri, yaitu bahwa ini berlangsung terusmenerus bersamapenerimaan wahyunya.”

Bahkan lebih jauh dari itu, dikemukakannya pula bahwabacaan-bacaan tidak saja ditempatkan bersama untuk mem-bentuk surah, tetapi juga bahwa ketika ini sudah selesai terjadibeberapa penyesuaian. Salah satu buktinya, tulis Bell, adalahmunculnya rima-rima yang tersembunyi. Tampaknya, terkadangketika sebuah bacaan dengan asonansi ditambahkan pada surahberasonansi lain, frase-frase ditambahkan untuk memberikan

Page 27: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

26 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

asonansi yang belakangan. Contoh yang dikemukakan adalahQS. al†Mu’minun [23]: 12-16.

Orientalis ini juga berpendapat bahwa ada bagian-bagianal-Qur’an yang ditulis pada masa awal karier Nabi Muhammadsaw., tetapi ada lagi sesudah itu yang ditulis di samping atau dibelakang “kertas” yang telah bertuliskan ayat-ayat kata “kertas”yang dimaksud adalah segala jenis bahan yang digunakan untukmenuliskan ayat-ayat al-Qur’an.

Contoh bukti yang dikemukakannya antara lain adalahQS. alGhasyiyah. Di sana digambarkan mengenai hari Kiamatdan nasib orangorang durhaka, kemudian dilanjutkan dengangambaran orang-orang yang taat.

10) Di sebuah surga yang tinggi (aliyah), 11) di sana tidakengkau dengar omong kosong (laghiyah), 12) ada mata air yangmengalir (jariyah), 13) ada dipan yang ditinggikan (marfu’aah),14) ada gelas minuman yang disediakan (maudhu’ah), 15) danbantal berjajar (mashfufayah), 16) dan permadani tergelar(mabtsutsah), 17) Apakah mereka tidak melihat kepada untabagaimana heman itu diciptakan (khuliqat), 18) kepada langitbagaimana ditinggikan (ruil’at), 19) kepada gunung-gunungbagaimana ditegakkan (nushibat), 20) kepada bumi bagaimanadihamparkan (suthihat), 21) Maka berilah peringatan, kamubanyalah seorangpemberi peringatan (mudzakkir).

Ayat 17-20 menurutnya tidak mempunyai kaitan pikiran,baik dengan apa yang disebutkan sebelumnya maupun sesudah-nya, dan hal ini ditandai dengan rimanya. Jika diasumsikanbahwa susunan ayat-ayat itu diletakkan oleh para pengumpul,kita masih bisa bertanya – tulis Bell – apakah seorang pengumpulyang mempunyai tanggung jawab tidak bisa menemukan tempatyang lebih cocok untuk itu? Bell kemudian mengemukakanhipotesanya bahwa ayat 17-20 ditempatkan di sana karenaayat-ayat itu ditemukan tertulis di bagian belakang ayat-ayat13-16. Selanjutnya dia berpendapat, dalam kasus khusus inibahwa ayat 13-16 yang ditandai dengan rima dari ayat-ayatsebelumnya, adalah tambahan dari ayat-ayat itu, dan kebetulanditulis pada sisi belakang potongan kertas yang sudah berisiayat 17-20.

Page 28: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

27Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

Pendapat ini tidak dapat diterima, karena seperti dikemu-kakan di atas, riwayat-riwayat membuktikan bahwa bukansahabat Nabi saw., bahkan bukan pula Nabi Muhammad saw.atau malaikat Jibril as. yang menyusun sistematika perurutanayat dan surah, tetapi yang menyusunnya adalah Allah swt.sendiri. Khusus untuk kasus QS. al-Ghasyiyah, bagaimanamungkin penempatannya dilakukan oleh para penulis al-Qur’an,sedangkan surah itu turun di Mekkah, jauh sebelum pengum-pulan al-Qur’an pada masa Abu Bakr dan ‘Utsman ra.Bagaimana mungkin mereka yang menyusunnya, padahal surahini amat sering dibaca oleh Nabi saw. Bukankah beliaumembacanya setiap malam dalam shalat witir, sebagaimanadiriwayatkan oleh sekian banyak ulama hadits dan melaluisekian banyak sahabat Nabi saw.? Dan tentu ini diikuti olehsahabat-sahabat beliau, bahkan hingga kini oleh umatnya. Nabisaw. juga membacanya pada shalat ‘Idul Fithri yang tentudidengar sesuai dengan susunan itu oleh ribuan – kalau enggan

berkata puluhan ribu – umat Islam?

Dalam wacana tersebut, usur PD adalah sistematika urutan

ayat A-Qur’an adalah tauqifi (berdasar petunjuk Allah yang

disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad

saw.). PD itu didukung oleh DD, yakni setiap ayat turun, Nabi

memerintahkan untuk menulisnya dan menunjukkan sistematika

urutan ayat atau surahnya. PD dan DD tersebut didasarkan

pada DK yang berupa hadis Nabi yang menyebutkan bahwa

yang menyusun sistematika perurutan ayat dan surat adalah

Allah sendiri, bukan sahabat Nabi saw., bahkan bukan pula

Nabi Muhammad saw. atau malaikat Jibril a.s.

PD tersebut mendapat SG dari orientalis dengan (1)

menyatakan pendirian (pd) bahwa penulis Al-Quran merevisi

ayat dan sistematika urutannya, dan (2) memberikan data (a)

penambahan frasa untuk penyesuaian rima pada surat Al-

Mukminun ayat 12—16, dan (b) menyelakan ayat hasil dari

penggalan “kertas” catatan wahyu pada surat Al-Ghasyiyah

Page 29: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

28 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

ayat 17—20. SG ini disanggah oleh penulis dengan (1) menya-

takan pendirian (pd) kritik orientalis tersebut salah besar, (2)

mengemukakan data (dd) dengan cotoh surat Al-Ghasyiyah

yang (a) merupakan surat Makiyah, yakni ayat/surat yang turun

di Mekkah, padahal penulisan Al-Quran seutuhnya baru

dilaksanakan di Madinah setelah Nabi wafat, dan (b) surat Al-

Ghasyiyah selalu dibaca Nabi saat salat witir tidap malam dan

saat salat id yang didengar oleh ribuan orang. Sanggahan penulis

ini sekaligus menjadi DU atas DK yang telah dikemukakan

untuk memperkuat PD yang telah dirumuskan. Unsur argumen

berupa SG dan DU tersebut masing-masing merupakan argumen

yang memiliki struktur tersendiri.

Argumen tesebut sangat kuat karena ada sanggahan dan

sanggahan tersebut disanggah dengan pemberian data dasar

dan pembuktian yang meyakinkan. Argumen tersebut terdiri

atas lima unsur dan dua unsur di antaranya memiliki struktur

sendiri. Untuk itu, argumen tersebut termasuk berstruktur

kompleks. Struktur argumen tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut.

Page 30: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

29Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

Kendala utama pembinaan kompetensi berargumentasi

tulis adalah (1) kekurangan khazanah isi informasi yang memadai

sebagai bahan menyusun (unsur) argumen, dan (2) kesulitan

menyusun kedudukan dan hubungan antarunsur argumen

dengan sistem klasifikasi yang benar. Fenomena itu tampak

pada kemampuan peserta didik dalam menyusun “peta konsep”

atau “peta pikiran” rancangan tulisan, misalnya, saat menyusun

proposal penelitian.

Untuk membantu mengatasi kendala tersebut, petunjuk

praktis Spradley (1980) tentang penyusunan analisis domain,

penyusunan analisis taksonomi, dan penyusunan analisis kompo-

nensial sangat bermanfaat untuk penstrukturan atau pengorga-

nisasian argumen. Pengkategorian domain argumen disusun

berdasarkan tiga unsur domain, yakni terma pencakup, terma

tercakup, dan hubungan semantiknya. Pengklasifikasian (takso-

nomi) unsur argumen didasarkan pada seperangkat kategori

yang diorganisasikan berdasarkan satuan hubungan semantik.

Pengelompokan komponen unsur argumen didasarkan pada

atribut yang sama atau unit makna yang melekat pada komponen

unsur argumen.

2.4 Pembinaan Kompetensi Berargumentasi Bermedia Bantu

Web

Media web merupakan media penyedia informasi tulis

dan media interaksi komunikasi tulis yang sangat efektif untuk

pembinaan dan peningkatan kompetensi berargumentasi tulis

peserta didik. Di dalam media web, khazanah dan model

informasi tersedia sangat melimpah. Melalui media web, inter-

aksi komunikasi, termasuk berargumentasi, dapat dilakukan

“melampaui” batas waktu dan tempat.

Pencarian dan pengumpulan khazanah dan model

informasi sangat mudah diperoleh dengan mesin pencari

Page 31: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

30 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

informasi. Peningkatan pemahaman sederhana untuk

menghasilkan konsep atau definisi, misalnya, dapat dilakukan

dengan mencari model-model definisi atas suatu terma atau

istilah dengan media bantu mesin pencari informasi google atau

yahoo.

Kompetensi berargumentasi tulis dapat ditingkatkan de-

ngan melatih sesering mungkin peserta didik untuk “adu”

argumentasi tulis. Saat ini, media web, blog, dan mikroblog

dapat digunakan sebagai “gelanggang” atau “medan” adu argu-

mentasi tersebut. Sebagai contoh, per 14 Juli 2010, tulisan saya

yang dimuat di um.ac.id berjudul Kisah Unik tentang Merokok

(5-12-2009) mendapatkan tanggapan balik 19 komentar; Pro-

gram Pendidikan Profesi Guru: Selayang Pandang (18-10-2009)

mendapatkan tanggapan balik 97 komentar; dan KRS-an via

Internet, Mengapa Tidak (29-9/2009) mendapatkan tanggapan

balik 20 komentar.

Saat ini, kendala pokok penggunaan media web sebagai

media bantu pembelajaran berargumentasi adalah kesenjangan

“kebiasaan” penggunaan web antara peserta didik dan para

pendidik. Dewasa ini, peserta didik berada pada lingkungan

digital sejak kanak-kanak (digital native), sedangkan para

pendidik mengenal dan menggunakan web saat dewasa (digital

immigrant), bahkan sebagian dari mereka masih ada yang belum

mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

(technology illiterate) terutama dalam pembelajaran.

III. PENUTUP

Pada bagian penutup ini dikemukakan rangkuman dan

catatan rekomendasi sebagai berikut.

(1) Isu pokok dalam pembelajaran berargumentasi tulis meliputi

pembinaan dan peningkatan kompetensi menyusun konsep,

Page 32: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

31Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

kompetensi menyusun simpulan, dan kompetensi menyusun

organisasi argumen. Ketiga kompetensi tersebut memiliki

kedudukan penting, baik sebagai isi maupun wadah pembe-

lajaran menulis bahasa Indonesia, yakni sebagai substansi

yang dibinakan dalam pembelajaran menulis dan sebagai

wahana untuk mengemas dan mengorganisasikan pengeta-

huan, gagasan, dan pengalaman tentang realitas dunia peserta

didik.

(2) Pembelajaran berargumentasi memiliki peran penting dalam

menyumbang kemartabatan dan keberadaban suatu komu-

nitas atau bangsa. Keberadaan, keberagaman, keberterimaan,

dan kekondusifan iklim berargumentasi dalam tatanan

kehidupan bermasyarakat merupakan salah satu penanda

bangsa yang bermartabat dan beradab. “Kata dilawan dengan

kata” (pers), “data diverifikasi dengan data” (ilmu

pengetahuan), “buku putih dibalas dengan buku putih”

(politik) merupakan “slogan” contoh penanda iklim yang

kondusif untuk perkembangan dan perolehan “kebenaran”

yang elegan. Peran pembelajaran berargumentasi sangat besar

untuk menciptakan iklim yang kondusif tersebut.

♠♠♠

Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian yang mulia

Pada bagian akhir pidato pengukuhan ini, izinkanlah saya

mengungkapkan persaaan, curahan hati, dan doa sebagai tanda

rasa terima kasih atas jasa semua kawan, guru, dan dosen saya

dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi;

pemimpin dan karyawan FS, PPs, dan UM; mahasiswa saya;

dan keluarga saya. Tanpa bermaksud mengecilkan arti jasa

mereka semua—mohon maaf—sebagian kecil saja di antara

Page 33: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

32 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

mereka yang dapat saya sebut dalam akhir pidato pengukuhan

ini.

Kegemaran saya membaca terbentuk atas jasa sahabat

remaja-awal saya, Yik Muhammad, remaja kecil yang harus

menjadi kepala keluarga karena ayahnya wafat saat dia masih

belajar di sekolah dasar. Saya mendapatkan kesempatan mem-

baca ratusan judul bacaan, antara lain, Lima Sekawan, Kho Ping

Hoo, Api di Bukit Menoreh, Nick Carter, Intisari, Detektif dan

Romantik, dan Tempo di bedak kecil persewaan buku dan pita

kaset tahun 1973—1979 di Jln. Jaksa Agung Suprapto

Tulungagung sebagai balas jasa membantu merapikan sampul

buku dan melayani penyewa. Bacaan-bacaan itu sangat mewah

menurut ukuran kantong saya saat itu.

Capaian jabatan fungsional akademik tertinggi saat ini

dan kepangkatan kepegawaian tertinggi yang saya capai (tiga

atau empat tahun lagi) difasilitasi oleh Rektor, Pembantu Rektor,

Kepala BAAKPSI, Kepala BAUK beserta para stafnya. Di samping

juga memfasilitasi capaian jabatan dan kepangkatan saya, para

Pembantu Dekan FS UM (Dr. Nurul Murtadho, Dr. Suharmanto,

Drs. Eko Budi Winarno); para Ketua, Sekretaris Jurusan, Kepala

Laboratorium FS UM (Dr. Maryaeni, Drs. Bustanul Arifin,

S.H., M.Hum—JS Indonesia; Prof. Utami Widiati, M.A., Ph.D.,

Dr. Yazid Basthomi—JS Inggris; Drs. M. Khasairi, M.Pd, Ali

Maksum, M.A.—JS Arab; Drs. Herri A. Bukhori, M.A., M.Hum

dan Drs. Eddy Hidayat, M.Hum—JS Jerman; Drs. Iriaji, M.Pd

dan Rudi Irawan, M.Sn—Jurusan Seni dan Desain; Prof.

Bambang Yudi Cahyono, M.Pd; M.A.; PhD; Sumarwahyuid,

M.Sn; dan Indra Suherjanto, M.Sn—Kepala Laboratorium);

Kabag TU FS UM (Drs. Kusmain) dan para Kasubbag FS (Dyah

Istinawati Iskandar, S.H., Khoiriyah, S.H., Suparman, S.Sos,

dan Bekti Setyasih, S.H.); serta semua karyawan FS UM telah

mendampingi, membantu, dan “membimbing” saya dalam

memimpin penyelenggaraan FS UM dengan melaksanakan tugas

Page 34: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

33Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

secara distributif, proporsional, rasional, dan fungsional.

Pengedepanan peran dan komunikasi partisipatif, koordinatif,

dan konsultatif—serta hanya pada kondisi khusus saja dengan

instruktif—telah menciptakan hubungan kolegialitas dan

kebersamaan dalam mencapai tujuan kedinasaan dan kelem-

bagaan FS UM selama ini. Terima kasih yang tulus saya

sampaikan.

Saya berterima kasih kepada sahabat saya sejak di jenjang

S1 tahun 1980, Prof. Dr. Ah. Rofi’uddin dan Prof. Dr. Maryaeni.

Soliditas kerja kelompok di “Café Bentoel” dan “Auditorium”

untuk menghemat biaya dengan tukar buku, tukar ringkasan,

dan tukar catatan kuliah menjadi “pemudah “ dan “pemantul”

dalam pelaksanaan tugas akademik dan tugas struktural saya

selama ini. Kami bertiga harus memiliki rasa permakluman

yang tinggi karena di antara kami ada yang berperangai “lupa”

mengembalikan buku pinjaman, yang mungkin terinspirasi hu-

mor Gus Dur dalam Mati Ketawa Cara Rusia “orang

meminjamkan buku adalah orang bodoh, tetapi mengembalikan

buku pinjaman adalah orang gila.”

Dua kolega saya dalam tim penulis buku Pelajaran Bahasa

Indonesia SMP dan Pelajaran Bahasa Indonesia SMA, Dr. Nuhadi

dan Dr. Yuni Pratiwi luar biasa besar jasanya atas karir akademik

dan tambahan rizki keluarga saya. Dr. Nurhadi menjadi mitra

berargumentasi yang tangguh dan tajam, sedangkan Dr. Yuni

Pratiwi menjadi pemberi solusi, penengah, dan bahkan penda-

mai, terutama saat berargumentasi berubah menjadi debat kusir.

Yunior saya, Dr. Kusubakti Andajani berperan besar dalam

membantu karya penelitian saya, terutama 6 tahun terakhir ini.

Jasa Anda tak terkira nilainya.

Guru saya di tiga jenjang pendidikan tinggi, Prof. Dr.

Suparno sangat besar jasanya dalam menuntun saya belajar

bernalar dan berargumentasi. Sering berulang peran yang saya

mainkan, yakni diawali sebagai mahasiswa, selanjutnya sebagai

Page 35: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

34 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

asisten matakuliah yang Beliau ampu, kemudian mandiri, baik

di jenjang sarjana maupun pascasarjana. Guru saya dalam belajar

menulis dan menjalani kehidupan berumah tangga, Prof. Dr.

Imam Syafi’ie berjasa besar telah menuntun saya beretorika

dalam menulis, pada sisi akademik; dan telah memberi teladan

mulia dengan “penyebutan” Beliau kepada isteri saya—Hj.

Winihasih—dengan panggilan “anak sulung”, pada sisi

pendidikan keluarga saya. Amal jariah Bapak, tak akan putus

pahalanya, insya-Allah.

Sebagian besar keberhasilan karir akademik dan non-

akademik saya ini tercapai berkat pengertian dan dukungan

keluarga. Adik kandung saya dan keluarganya: Dra. Hj. Anjar

Mukhayaroh, M.Pd—Ir. H. Kunaryanto beserta putera-puteri-

nya (H. Arya, H. Aditya, dan Hj. Maya); Juwariyah, S.Pd—

Dadang beserta anak-anaknya (Fahrul dan Iin); adik ipar saya

Yudi Prayoga dan Puja Sasmita—Nana beserta anaknya Nurin

telah menciptakan soliditas keluarga besar untuk mencapai

keberhasilan kehidupan keluarga saya. Ibunda mertua, Ibu

Rupi’ah, teladan dan do’a Beliau membawa keluarga saya

mencapai hasil manis dan indah ini. Anak saya semata wayang,

Ferril Irham Muzaki, menjadi sumber kekuatan dalam menjalani

dan melanjutkan kehidupan, terutama atas ketaatannya kepada

ayah-budanya dan kekuatan iman dalam menjalani dan

menghadapi takdir Allah. Masih terngiang bisikan Ananda,

“Pa, tanpa tangisan, tanpa air mata bercucuran. Alunan detak

jantung setiap insan akan berhenti pada waktunya. Takdir ini

merupakan jalan kebebasan, kemerdekaan, dan kebahagiaan

Mama menuju ke haribaan-Nya. Rencana manusia tidaklah

salah, tetapi Allah menambah dan mengurangi di beberapa

bagian serta menyempurnakannya. Kesempurnaan manusia ada

pada kodratnya sebagai makhluk yang tidak sempurna” di

lorong Paviliun Dahlia RSSA Malang pada tanggal 12 April

2010 pukul 16.00 sesaat setelah hembusan nafas terakhir

Page 36: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

35Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

Mamanya—Allahummarhamha. Semoga Allah melimpahkan

imbalan dan ganjaran kepada mereka semua.

Saya sangat beruntung telah dididik oleh dan dijadikan

asisten orang-orang yang berbudi mulia dan berpandangan

futuristik. Saat saya masih CPNS, Bapak Drs. Sujanto—

Allahummarhamhu—mengharapkan saya telah bergelar akade-

mik doktor saat usia sekitar 35-tahunan, padahal tahun itu

tawaran dan kesempatan mencari nafkah di lembaga lain sangat

menggiurkan. Mendiang Bapak Drs. I Gusti Ngurah Oka adalah

“guru besar” sejati dalam bidang Logika dan Filsafat. Sebagai

dosen senior, dengan cara yang sangat demokratis dan egaliter,

Beliau telah mendidik mahasiswanya agar bernalar dengan benar,

berpikir ilmiah bebas, dan bertindak profesional, serta

menanamkan sikap agar saya jauh dari sikap dan tindak pri-

mordial, sektarian, dan terkotak oleh suku, ras, agama, dan

golongan; meski saya merasa belum bisa memenuhi harapannya

sampai saat ini. Prof. Nuril Huda, Ph.D—Allahummarhamhu—

guru saya dunia-akhirat telah mendidik, membimbing, dan

mengkader saya sebagai pembina akademik pascasarjana dan

memberi teladan untuk berinvestasi akademik demi kemasla-

hatan umat di masa depan. Sebagian kecil di antaranya adalah

perhatian luar biasa Beliau untuk menerbitkan dan membina

jurnal ilmiah di UM, yang saat itu belum banyak orang memi-

kirkan manfaatnya untuk kemudahan karir akademik para dosen

dan gaungnya bagi institusi ini.

Terakhir, ayah mertua saya, Bapak Jeni Hadiwiyoto, dan

ayah kandung saya, Bapak H.R. Supangat—Allahummar-

hamhuma—telah memberi teladan agar pantang menyerah

dalam menjalani hidup dan menghadapi kesulitan kehidupan.

Ibu kandung saya, Ibu Hj. Musonah—Allahummarhamha—

telah menanamkan prinsip agar selalu berpegang pada nilai

kebenaran, keadilan, dan kejujuran dalam menggapai keselamat-

an dan kebahagiaan dunia akhirat. Isteri saya, Dra. Hj. Winiha-

Page 37: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

36 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

sih, M.Pd—Allahummarhamha—wanita salihah yang telah 25

tahun mendampingi saya dalam berumah tangga dan dalam

berkarir akademik sejak lara lapa sampai mapan sekarang ini.

Dalam beramal, dia selalu berniat dan berlandasarkan ibadah,

baik ibadah ilahiyah maupun ibadah insaniah. Almanak 5 Mei

2009 sampai dengan 12 April 2010 sangat bersejarah bagi

kehidupan keluarga saya: luar biasa ketabahannya saat dia

mengetahui sejak awal bahwa kanker ovarium yang dideritanya

berstadium final dan sangat mengagumkan kekuatan imannya

dalam menerima takdi-Nya dengan tetap berikhtiar maksimal

sekalipun secara medis sangat kecil peluang mendapatkan

kesembuhan dan sangat pendek usia harapan hidupnya. Dia

memberi pelajaran moral yang luar biasa tingi nilainya “hidup

adalah ikhtiar berpindah dari takdir Allah yang satu

menyongsong takdir Allah yang lain dan ikhtiar adalah upaya

keras menggapai dan ikhlas menerima apa pun, kapan pun, dan

di mana pun karunia takdir-Nya.”

Terima kasih. Mohon maaf atas kekurangan dan

kekhilafan saya saat menyampaikan pidato pengukuhan ini.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hormat saya,

Dawud

Page 38: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

37Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

DAFTAR RUJUKAN

Austin, J. 1962. How To Do Things With Words. Oxford: ClarendonPress.

Ellis, R. 1995. The Study of Second Language Acquisition. Oxford:Oxford University Press.

Ellis, R., Pennau, J., Standal, T., Rummel, M.K. 1989. ElementaryLanguage Arts Instruction. Englewood Cliffs, New Jersey:Prentice Hall.

Finegan, E. dan Besnier, N. 1993. The Relationship between Languageand Thought. Dalam Cleary, L.M. dan Linn, M.D. 1993. Lin-guistics for Teachers (hlm. 99—102). New York: McGraw-Hill,Inc.

Gunawan, A.W. 2006. Hypnotherapy: The Art of Subsconcious Restruc-turing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunawan, A.W. 2007. The Secret of Mindset. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.

Hirata, Andrea. 2010. Cinta di Dalam Gelas. Yogyakarta: PenerbitBentang.

Poespoprodjo, W. 1999. Logika Scientifika: Pengantar Dialektika danIlmu. Bandung: Pustaka Grafika.

Searle, J. 1969. Speech Act. Speech Acts. Cambridge: Cambridge Uni-versity Press.

Shihab, M.Q. 2005. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan KeserasianAl-Qur’an (Volume I). Jakarta: Lentera Hati.

Spradley, J.P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehartand Winston.

Sullivan, D.J. 1963. Fundamentals of Logic. London: McGraw-HillBook Company.

Toulmin, S., Rieke, R., dan Janik, A. 1979. An Introduction to Reason-ing. New York: Macmillan Publishing Company.

Toulmin, S., Rieke, R., dan Janik, A. 1979. An Introduction to Reason-ing. New York: Macmillan Publishing Company.

Toulmin, S.E. 1990. The Uses of Argument. Cambridge: CambridgeUniversity Press.

Vigostsky, L.S. 1993. Thought and Word. Dalam Cleary, L.M. danLinn, M.D. 1993. Linguistics for Teachers (hlm. 71—78). NewYork: McGraw-Hill, Inc.

Page 39: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

38 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

Wahab, A. 1993. Isu Linguistik: Bahasa dan Pengajarannya. Surabaya:Airlangga University Press.

Warnick, B. dan Inch, E.S. 1994. Critical Thinking and Comunication.New York: Macmillan Publishing Company.

Whorf, B. 1956. Science and linguistics. Dalam Caroll, J. (ed.). 1956.Language, thought, and reality: Selected writing of BenjaminLee Whorf. Cambridge, MA: Massachusetts Institute of Tech-nology Press.

Wongso, L. 2007. Andrie Wongso: Sang Pembelajar. Jakarta: Action &Wisdom Publishing.

Page 40: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

39Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Prof. Dr. Dawud, M.Pd lahir di Desa Sukowiyono,

Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung yang secara

formal tercatat pada tanggal 10 Juni 1959. Dia adalah putera

sulung (alm.) Bapak H. Supangat dan (alm.) Ibu Hj. Musonah.

Pernikahannya dengan (alm.) Hj. Winihasih, M.Pd—puteri

sulung (alm.) Bapak Jeni Hadiwiyoto dan Ibu Hj. Rupi’ah—

dikarunia seorang putera bernama Ferril Irham Muzaki.

Pendidikan sekolah dasar ditempuh di Sekolah Dasar

Negeri Sukorejo, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulung-

agung, lulus tahun 1973. Pendidikan sekolah lanjutan tingkat

pertama ditempuh di Pendidikan Guru Agama Negeri 4 Tahun

Tulungagung, lulus 1977 dan pendidikan sekolah lanjutan tingkat

atas ditempuh di Pendidikan Guru Agama 6 Tahun Tulungagung,

lulus 1989. Pendidikan tinggi ditempuh di IKIP MALANG,

yakni S1 Pendidikan Bahasa Indonesia FPBS IKIP Malang,

1984; S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS IKIP MALANG,

1990; dan S3 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS IKIP MALANG,

1998.

Sejak 1 Maret 1985, dia diagkat sebagai dosen FPBS IKIP

MALANG—sekarang Fakultas Sastra Universitas Negeri Ma-

lang. Dia mendapat amanat untuk mengemban tugas sebagai

Pembantu Dekan II Fakultas Sastra UM (2000—2006) dan

Dekan FS UM (2006—sekarang).

Prof. Dr. Dawud, M.Pd telah menghasilkan sejumlah

karya penelitian, buku pelajaran Bahasa Indonesia sekolah

menengah pertama dan sekolah menengah atas, buku referensi

perguruan tinggi, artikel ilmiah, dan artikel populer.. Karya

penelitian, buku, artikel ilmiah, dan artikel populer yang telah

dihasilkan dituangkan dalam tabel berikut ini.

39

Page 41: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

40 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

1. Penelitian

No Judul Penelitian Tahun Sumber Dana

1. Kajian Kekritisan Penalaran pada Tuturan Anak Usia Sekolah Dasar dalam Upaya Penigkatan Kemampuan Bernalar Anak: Analisis Karakteristik Cerita, Dialog, dan Lingkungan yang Meningkatkan Kekritisan Anak

2009 DP3M DIKTI

2. Kajian Kekritisan Penalaran pada Tuturan Anak Usia Sekolah Dasar dalam Upaya Penigkatan Kemampuan Bernalar Anak: Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Peningkatan Kekritisan Anak

2008 D3M DIKTI

3. Kesantunan dalam Tindak Tutur Impositif (Memerintah) Anak Usia Sekolah Dasar

2007 DP3M DIKTI

4. Kesantunan dalam Tindak Tutur Impositif (Mengkritik) Anak Usia Sekolah Dasar

2006 DP3M DIKTI

5. Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Resmi Melalui Strategi Koperatif-Kolaboratif Siswa Kelas III SMA Negeri Batu

2005 Lemlit UM

6. Campur Kode dalam Bahasa Ludruk 2000 Proyek Pembinaan Bahasa Jawa Timur

7. Metode dan Permasalahan dalam Pengajaran Membaca di SD se Kabupaten Malang

1997 Lemlit IKIP Malang

8. Bahasa Pengantar Perkuliahan Dosen Pembina Non-Matakuliah Bahasa Indonesia pada Program PGSD IKIP Malang

1994 Lemlit IKIP Malang

9. Pengarus Proses Belajar-Mengajar dengan Pendekatan Step terhadap Keberhasilan Pengajaran Kemampuan Menulis SD

1994 Lemlit IKIP Malang

10. Penguasaan Kosakata Siswa SD di Lingkungan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan se Kabupaten Malang

1993 Lemlit IKIP Malang

11. Telaah Kohesi dan Koherensi Wacana Prosa Fiksi

1993 Lemlit IKIP Malang

12. Pengembangan Tes Menulis dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

1993 Lemlit IKIP Malang

13. Ragam Kalimat Dasar dan Kalimat Transformasi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua siswa Sekolah Dasar

1992 Lemlit IKIP Malang

14. Strategi Pemahan Teks Siswa Kelas V SD di Kodya Malang

1992 Lemlit IKIP Malang

15. Penggunaan Pertanyaan dalam Kegiatan Belajar-Mengajar di SD

1992 Lemlit IKIP Malang

16. Wacana Percakapan Bahasa Indonesia Anak Pra Taman Kanak-Kanak

1992 Lemlit IKIP Malang

17. Tatabahasa Acuan Bahasa Madura 1989 Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jawa Timur

Page 42: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

41Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

2. Buku Pelajaran Sekolah

No Judul Buku Tahun Penerbit Sasaran

1. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VII (KTSP 2006)

2007 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

2. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII (KTSP 2006)

2007 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

3. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas IX (KTSP 2006)

2007 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

4. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII

2005 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

5. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII

2005 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

6. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX

2005 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

7. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP Kelas VII (Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi)

2004 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

8. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP Kelas VIII (Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi)

2004 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

9. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP Kelas IX (Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi)

2004 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

10. Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas I (Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999)

2003 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

11. Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II (Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999)

2003 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

12. Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas III (Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999)

2003 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

13. Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas I (Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999)

2000 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

14. Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II (Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999)

2000 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

15. Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas III (Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999)

2000 PT Erlangga Jakarta Siswa /Guru SMP

16. Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas I (Berdasarkan Kurikulum 1994)

1997 PT Tropodo Surabaya Siswa /Guru SMP

17. Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II (Berdasarkan Kurikulum 1994)

1997 PT Tropodo Surabaya Siswa /Guru SMP

18. Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas III (Berdasarkan Kurikulum 1994)

1997 PT Tropodo Surabaya Siswa /Guru SMP

19. Petunjuk Guru Pelajaran Bahasa 1997 PT Tropodo Surabaya Guru SLTP

Page 43: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

42 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

19. Petunjuk Guru Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas I Berdasarkan GBPP Kurikulum 1994

1997 PT Tropodo Surabaya Guru SLTP

20. Petunjuk Guru Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II Berdasarkan GBPP Kurikulum 1994

1997 PT Tropodo Surabaya Guru SLTP

21. Petunjuk Guru Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas III Berdasarkan GBPP Kurikulum 1994

1997 PT Tropodo Surabaya Guru SLTP

22. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X (Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi

2004 PT Erlangga Jakarta Siswa/Guru SMA

23. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas XI (Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi

2004 PT Erlangga Jakarta Siswa/Guru SMA

24. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas XII (Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi

2004 PT Erlangga Jakarta Siswa/Guru SMA

25. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMU Kelas I (Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi)

2002 PT Erlangga Jakarta Siswa/Guru SMA

26. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMU Kelas II (Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi)

2002 PT Erlangga Jakarta Siswa/Guru SMA

27. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMU Kelas III (Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi)

2002 PT Erlangga Jakarta Siswa/Guru SMA

3. Buku Perguruan Tinggi

No Judul Buku Tahun Penerbit

1. Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia 2008 UM Press 2. Struktur dan Kosakata Bahasa Indonesia serta

Pengajarannya 1997 IKIP Malang & Kanwil

Depdikbud Jawa Timur 3. Pengajaran Membaca dan Menulis di SD

(Diktat) 1995 FPBS IKIP Malang

4. Pendekatan dan Pengembangan Model Evaluasi Pengajaran Bahasa (Diktat)

1995 FPBS IKIP Malang

5. Lingkup Kajian dan Aspek Metodologi Penelitian Pemerolehan Bahasa (Diktat)

1995 FPBS IKIP Malang

6. Faktor Lingkunga, Faktor Diri, dan Proses Pemerolehan Bahasa Kedua (Diktat)

1995 FPBS IKIP Malang

7. Bahasa, Pikiran, dan Komunikasi 1995 Mitra Alam Sejati Malang 8. Pengajaran Membaca Intensif (Diktat) 1994 FPBS IKIP Malang 9. Bahasa Indonesia Keilmuan 1994 Seksi Kajian Bahasa dan

Seni FPBS IKIP Malang 10. Linguistik Umum (Penunjang Perkuliahan) 1991 OPF IKIP Malang

Page 44: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

43Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

No. Judul Artikel Nama Jurnal Tahun Hlm dr artikel

Nas/Internasional

1. Prosedur Analisis Kesalahan Bahasa

Diksi 2008 9 Nasional

2. Penalaran dalam Karya Tulis Populer Argumentatif

Bahasa dan Seni

2008 9 Nasional

3. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia SD Berbasis Strategi Belajar Bahasa

Sekolah Dasar 2007 9 Nasional

4. Pembelajaran Mmembaca Pemahaman untuk Apresiasi Cerita di Sekolah Dasar

Sekolah Dasar 2005 115--127 Nasional

5. Strategi Belajar dan Keberhasilan Belajar Bahasa Siswa Sekolah Dasar

Sekolah Dasar 2003 122--129 Nasional

6. Pelajaran Bahasa Jawa: Mengapa Menakutkan?

Sekolah Dasar 2001 142--147 Nasional

7. Tindak Pemahaman Sederhana dan Pemetaan Makna Kata Bahasa Indonesia Siswa Sekolah Dasar

Vokal: Telaah Bahasa dan Sastra

2001 12--28 Nasional

8. Penyesuaian Bahasa Pengasuh, Bahasa Penutur Asing, dan Bahasa Guru Berdasarkan Perkembangan Bahasa dan Pikiran Anak

Sekolah Dasar 2000 13--22 Nasional

9. Penalaran dalam Tuturan BI Sekolah Dasar

Forum Penelitian Kependidikan

1999 159--176 Nasional

10. Perkembangan Pikiran dan Bahasa Anak

Sekolah Dasar 1998 59--67 Nasional

11. Pola Asosiasi Kata dalam Pemerolehan Kalimat

Sekolah Dasar 1997 102--108 Nasional

12. Membaca Intensif dan Program Pengajarannya

Sekolah Dasar 1996 100--109 Nasional

13. Bahasa, Pikiran, dan Model-Model Penalaran

Bahasa dan Sastra Indonesia

1995 1--17 Nasional

14. Kemampuan Bernalar sebagai Salah Satu Aspek Binaan dalam Pengajaran BI di SD

Sekolah Dasar 1995 82--99 Nasional

15. Keautentikan Bahan dalam Tes Bahasa

Bahasa dan Sastra Indonesia

1995 40--47 Nasional

16. Makna dan Kebenaran Inovasi 1994 8--17 Nasional 17. Bahasa: Mediator Visi Dunia Pendidikan

Humaniora dan Sains

1994 38--52 Nasional

18. Pengajaran Bahasa Indonesia Terpadu di Sekolah Dasar

Sekolah Dasar 1994 175--185 Nasional

19. Pengemb. Bahan Pengajaran Kreatif 1993 1--10 Nasional

4. Artikel dalam Jurnal

Page 45: Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia

44 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

19. Pengemb. Bahan Pengajaran Pragmatik BI di SD

Kreatif 1993 1--10 Nasional

20. Problema Morfofonemis Bahasa Indonesia

Warta Scientia 1990 56--59 Nasional

21. Perkembangan Pemerolehan Bahasa

Warta Scientia 1988 43--52 Nasional

5. Artikel di Website

No Judul Website Waktu

1. Umar Bin Abdul Aziz dan Fasilitas Dinas www.sastra.um.ac.id 10-2-2009

2. Karna, Balas Budi, dan Kepemimpinan www.sastra.um.ac.id 10-2-2009

3. “KRS-an” via Internet, Mengapa Tidak www.um.ac.id 29/09/2009

4. Bukan Hanya Perguruan Tinggi, SD pun Harus BHP

www.um.ac.id 12-10-2009

5. Program Pendidikan Profesi Guru: Selayang Pandang

www.um.ac.id 18-10-2009

6. Kisah Unik Tentang Merokok www.um.ac.id 05-12-2009

7. Kembali Fitrah www.um.ac.id 15-9-2010

8. Renungan: Perintah Membaca, juga Perintah Menulis?

www.um.ac.id 17-9-2010