bab iii metode penelitian a. 1. -...

31
58 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini SMA Al Ma’soem di Jl Raya Cileunyi-Rancaekek No. 22 Rancaekek. Alasan di pilihnya SMA Al Ma’soem sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut: a) SMA Al Ma’soem merupakan sekolah menengah atas di Kabupaten Sumedang yang mengadakan program manajemen sekolah berbasis akselerasi, sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti. b) Sebagai salah satu SMA Swasta di Kabupaten Sumedang yang letaknya cukup strategis karena berada si jalur utama ke arah ibukota Bandung, maka sekolah ini menjadi pintu gerbang pendidikan di Kabupaten Sumedang sehingga dituntut memiliki keunggulan dalam berbagai hal. SMA Al Ma’soem menjadi pelopor penyelenggaran program akselerasi bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa di Kabupaten Sumedang. c) SMA Al Masoem merupakan satu-satunya sekolah mengah atas swasta di Kabupaten Sumedang yang mengadakan program manajemen sekolah berbasis akselerasi. 2. Sumber Data Penelitian Suharsimi Arikunto (Naharoh, 2008: 52) mengemukakan bahwa sumber data dalam suatu penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Lofland (dalam Moleong, Lexy J, 2009: 157) mengemukakan bahwa, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Upload: dinhhanh

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

58 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini SMA Al

Ma’soem di Jl Raya Cileunyi-Rancaekek No. 22 Rancaekek. Alasan di

pilihnya SMA Al Ma’soem sebagai lokasi penelitian adalah sebagai

berikut:

a) SMA Al Ma’soem merupakan sekolah menengah atas di Kabupaten

Sumedang yang mengadakan program manajemen sekolah berbasis

akselerasi, sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh

peneliti.

b) Sebagai salah satu SMA Swasta di Kabupaten Sumedang yang

letaknya cukup strategis karena berada si jalur utama ke arah ibukota

Bandung, maka sekolah ini menjadi pintu gerbang pendidikan di

Kabupaten Sumedang sehingga dituntut memiliki keunggulan dalam

berbagai hal. SMA Al Ma’soem menjadi pelopor penyelenggaran

program akselerasi bagi peserta didik yang memiliki potensi

kecerdasan istimewa di Kabupaten Sumedang.

c) SMA Al Ma’soem merupakan satu-satunya sekolah mengah atas

swasta di Kabupaten Sumedang yang mengadakan program

manajemen sekolah berbasis akselerasi.

2. Sumber Data Penelitian

Suharsimi Arikunto (Naharoh, 2008: 52) mengemukakan bahwa

sumber data dalam suatu penelitian adalah subjek darimana data dapat

diperoleh.

Lofland (dalam Moleong, Lexy J, 2009: 157) mengemukakan bahwa,

sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

59

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maka data yang diperlukan untuk mengetahui bagaimanakah manajemen

sekolah berbasis program akselerasi adalah data yang dikumpulkan

melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi sumber data

adalah subjek dari mana data itu diperoleh.

Berdasarkan jenis data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini,

yang dijadikan partisipan oleh peneliti adalah sekelompok objek yang

dijadikan sumber data dalam penelitian yang bentuknya dapat berupa

manusia, benda-benda, dokumen-dokumen dan sebagainya. Dengan

demikian berdasarkan tujuan serta permasalahan yang ada dalam

penelitian ini, maka yang menjadi populasi yang akan di pilih adalah

Kepala Sekolah, Wakasek Bid. Kurikulum, ketua program akselerasi Guru

yang mengajar di kelas akselerasi, dan siswa kelas akselerasi SMA Al

Ma’soem.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian kualitatif dirancang untuk mendapatkan

pendalaman pemahaman terhadap situasi sosial tertentu pada sumber data

penelitian, hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Nana Syaodih (2007:

99) bahwa penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus

dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan

ingin dipahami secara mendalam dengan mengabaikan fenomena-fenomena

lainnnya.

Berdasarkan pada pendapat di atas tentunya sangat penting untuk

menentukan rancangan penelitian sebagai pedoman atau peta dalam

melakukan penelitian agar benar-benar dapat terfokus pada fenomena atau

situation social yang ingin diteliti, adapun rancangan penelitian itu sendiri

menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan

penelitian menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus

ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan kondisi apa data dikumpulkan

dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

60

Gambar 3. 1

Desain Penelitian

Sebagaimana telah disampaikan pada bagian kerangka pemikiran, desain

penelitian ini dibuat berdasarkan pada fokus kajian yang ingin diteliti oleh

peneliti. Dalam hal ini, permasalahan penyelenggaraan program pendidikan yaitu

sebagaimana digambarkan di atas bahwa penyelenggaran program akselerasi

membutuhkan manajemen yang efektif dan efisien mulai dari tahap perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan hinga ketahap evaluasi.

Setelah ditentukan fokus penelitian, peneliti melakukan observasi, wawancara,

dan studi dokumentasi di lapangan dengan berdasar pada hasil kajian teoritis dan

data studi pendahuluan sebelumnya. Setelah diperoleh data, maka data

diklasifikasikan dan dianalisis dengan membandingkan antara teori dengan

Latar Belakang:

Masih sedikit sekolah

khususnya tingkat

pendidikan Sekolah Mengah

Atas (SMA) yang

menyelenggarakan program

akselerasi.

Hal ini disebabkan masih

rendahnya pemahaman orang

tua siswa dan guru terhadap

karakteristik siswa cerdas

istimewa, kurangnya

sosialisasi dari Dinas terkait

tentang penyelenggaraan

program akselerasi, belum

adanya kurikulum

tersosialisasi yang dapat

dijadikan acuan bagi

penyelenggaraan program

akselerasi, serta sekolah

kurang mensosialisaikan

tentang keberadaan program

akselerasi kepada

masyarakat.

Penggalian Data

Perencanaan Program

Akselerasi

Pengorganisasian

Program Akselerasi

Pelaksanaan Program

Akselerasi

Evaluasi Program

Akselerasi

S

E

K

O

L

A

H

- Hasil Temuan

Lapangan

- Kesimpulan

- Saran

Kajian Teoritis

Analisis

Kajian Teoritis

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

61

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

empirik. Hasil pengolahan data tersebut dijadikan sebagai temuan penelitian,

hingga bisa menghasilkan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait.

C. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat cara atau prosedur yang dipilih

oleh untuk menyelesaikan penelitian yang dilakukan. Sugiyono (2011: 6)

menyebutkan bahwa:

“Metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga

pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan

mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”.

Berdasarkan fokus penelitian yang ada yaitu ingin mengetahui

bagaimanakah gambaran manajemen sekolah berbasis program akselerasi

di SMA Al Ma’soem. Maka penelitian yang dilakukan adalah penelitian

deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mengungkapkan

data empiris yang ada di lapangan dengan cara menguraikan dan

menginterpretasikan suatu fenomena dengan apa adanya dan

menghubungkan sebab-akibat terhadap sesuatu yang terjadi pada saat

penelitian, agar diperoleh gambaran realita yang konkret mengenai hal

yang diteliti. Dengan kata lain tujuan penelitian deskriptif adalah untuk

membuat suatu gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat mengenai

fenomena yang diteliti.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Menurut Arief Furchan (1999: 22) menyatakan bahwa penelitian

kualitatif adalah:

“Proses penelitian yang mengahasilkan data deskriptif, ucapan atau

tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri,

menurut pendapat kami pendekatan ini langsung menunjukan setting

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

62

dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan. Subjek

penyelidikan baik berupa organisasi atau individu tidak mempersempit

menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesa melainkan

dipandang sebagai sebagian dari suatu keseluruhan.”

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan alasan

mengacu pada beberapa alasan sebagai mana yang dikemukakan oleh.

Margono (2000: 37) antara lain:

1) Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang, seperti yang

dialami oleh penelitian kualitatif sehingga intisari konsep yang ada

pada data dapat diungkap.

2) Untuk menaggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan

tujuan membuktikan kebenaran hipotesis akibat dari adanya hipotesis

yang disusun sebelumnya berdasarkan berfikir deduktif seperti dalam

pemikiran kuantitatif.

3) Untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variable yang

sebelumnya, seperti dalam penelitian kuantitatif padahal permasalahan

dan variable dalam masalah sosial sangat kompleks.

4) Untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam

penelitian kuantitatif yang menggunakan pengukuran enumerasi

(perhitungan) empiris, padahal inti sebenarnya berada pada konsep-

konsep yang timbul dari data.

Penelitian kualitatif cenderung melakukan analisis yang bersifat

induktif yang sangat menonjolkan perspektif subjektif dalam memecahkan

suatu permasalahan. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini diharapkan

akan menggambarkan manajemen sekolah berbasis program akselerasi di

tingkat sekolah menengah atas.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Nazir (1988: 152) adalah suatu definisi yang

diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti,

atau mempersepsikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

63

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Panggabean (1991: 10) mengemukakan alasan diperlukannya definisi

operasional adalah :

a) Tuntutan adanya perbedaan setiap situasi.

b) Perlu kriteria untuk pencatatan.

c) Sebuah konsep atau objek dapat memepunyai lebih dari satu pengertian.

d) Mungkin diperlukan pengertian yang khas atau unik.

Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi dan kesamaan konsep

dalam mengartikan istilah dan memudahkan dalam menganalisis berkaitan

dengan judul Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi di SMA Al

Ma’soem agar terdapat keberagaman landasan berfikir antara peneliti dengan

pembaca maka perlu dirumuskan pula definisi operasional dari penelitian ini

yaitu :

1. Manajemen dalam penelitian ini upaya mengelola siswa yang memiliki

kecerdasan dan bakat istimewa yang terdiri atas tindakan-tindakan

perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-

sumber lain untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Manajemen Sekolah adalah proses pendayagunaan sumber-sumber

manusiawi di sekolah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

3. Program Akselerasi merupakan program pendidikan yang diberikan

secara khusus kepada kelompok siswa berbakat intelektual atau cerdas

istimewa dan berbakat istimewa (CI-BI) dengan cara mempercepat

penyelesaian kurikulum.

E. Instrumen Penelitian

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian,

yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.

(Sugiyono, 2011: 305)

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah

peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

64

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, analisis data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulan dari temuan di lapangan. Peneliti

kualitatif adalah instrumen utama yang semestinya memiliki kapasitas

intelektual yang tinggi terkait dengan kapasitas berfikir reflektif dan rasional

yang digunakan saat perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian.

(Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 69)

Kekuatan Peneliti sebagai instrumen menurut Djam’an Satori dan Aan

Komariah (2011: 67) meliputi empat hal, yaitu: (1) kekuatan kan pemahaman

metodologi kulaitatif dan wawasan bidang profesinya; (2) kekuatan dari sisi

personality; (3) kekuatan dari sisi kemapuan hubungan sosial (human

relation); dan (4) kekuatan dari sisi keterampilan berkomunikasi.

Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Sugiyono (2011:306)

menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada

menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah

bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.

Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian hipotesa yang digunakan,

bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara

pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan

sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas

itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-

satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian

kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya

dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat

melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan

melalui observasi dan wawancara. Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai

instrumen peneliti serasi dengan penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi

penelitian

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

65

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa

teks atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali

manusia

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering

merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk

menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul

seketika

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan

segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,

perbaikan atau pelakan

7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat

kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar

dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak

dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang

menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang

lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat

kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti

Sesuai dengan fokus penelitian yang lebih mengarah pada manajemen

program berbasis akselerasi di SMA Al Ma’soem maka instrumen yang

disusunpun lebih banyak mengungkap tentang hal tersebut sebagaimana yang

dideskripsikan dalam tabel dibawah ini:

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

66

66 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN SKRIPSI

MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PROGRAM AKSELERASI

(Studi Pada SMA Al Ma’soem)

No Fokus

Penelitian Sub Fokus Deskripsi Indikator

Teknik

Pengumpulan

Data/Metode

Responden

1. Perencanaan

Program

Akselerasi

a) Perencanaan

Kurikulum

Perencanaan

sekolah mengenai

kurikulum untuk

kelas akselerasi

Kurikulum pendidikan khusus bagi Peserta

Didik Cerdas Istimewa (PDCI) di kembangkan

secara berdiferensiasi, mencakup 5 (lima)

dimensi, yaitu:

1. Dimensi Umum

2. Dimensi Diferensiasi

3. Dimensi Media pembelajaran

4. DimensiSuasana Belajar

5. Dimensi Co-kurikuler

o Wawancara 1) Wakasek

kurikulum

2) Ketua

program

akselerasi

b) Perencanaan

Tenaga

Pendidik

Kualifikasi tenaga

pendidik yang

disiapkan sekolah

untuk mengajar di

kelas akselerasi

Secara operasional guru yang dipilih

memenuhi persyarat-an sebagai berikut:

1. Lulusan perguruan tinggi minimal S-1

yang sesuai dengan bidang ilmu yang

diajarkan, serta berasal dari LPTK atau

perguruan tinggi umum negeri atau

swasta yang terakreditasi “A” atau

setara dan memiliki akta mengajar.

2. Memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

o Wawancara 1) Kepala

sekolah

2) Ketua

program

akselerasi

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

67

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.

3. Memiliki karakteristik umum yang

dipersyaratkan dengan mengacu pada

aspek kepribadian dan kompetensi guru.

4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman

tentang karakteristik dan kebutuhan

peserta didik kecerdasan istimewa.

5. Menguasai substansi mata pelajaran yang

diampu.

6. Mampu mengelola proses pembelajaran

peserta didik

7. Mampu mengembangkan materi,

metode, produk dan lingkungan belajar

untuk siswa cerdas istimewa.

8. Memahami psikologi perkembangan dan

psikologi pendidikan.

9. Mampu mengembangkan kreativitas

peserta didik.

10. Mampu berbahasa Inggris aktif dan

menggunakan dalam kegiatan

pembelajaran.

11. Dapat menggunakan perangkat komputer

dan teknologi informasi lainnya dalam

proses pembelajaran.

12. Memiliki pengalaman mengajar di kelas

regular sekurang-kurangnya tiga tahun.

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

c) Perencanaan

Sarana dan

Prasarana

Kelengkapan

sarana dan

prasarana untuk

menunjang

kegiatan belajar

mengajar peserta

didik kelas

akselerasi

Sekolah penyelenggara pendidikan khusus

bagi PDCI/ BI harus mampu memenuhi

sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang

relevan dengan kebutuhan peserta didik.

1) Sarana Belajar

(a) Sumber belajar seperti buku paket,

buku pelengkap, buku referensi, buku

bacaan, majalah, Koran, modul,

lembar kerja, kaset video, VCD, dan

sebagainya.

(b) Media pembelajaran seperti radio,

cassette recroder, TV, OHP, Wireless,

Slide projector, LCD/ DVD/ VCD

player, komputer dan sebagainya.

(c) Alat praktik dan alat peraga seperti

peta dinding, globe dan sebagainya.

(d) Adanya sarana TIK berupa jaringan

internet yang dimanfaatkan untuk

proses pembelajaran dan lain-lain.

2) Prasarana Belajar

(a) Ruang kepala sekolah, ruang guru,

ruang BK, ruang TU dan OSIS.

(b) Ruang kelas dengan transformasi

tempat duduk yang mudah dipindah-

pindah sesuai dengan keperluan.

(c) Ruang Lab IPA (Matematika, Fisika,

Kimia, Biologi), Lab IPS, Lab Bahasa,

Lab Komputer, ruang audio visual

o Wawancara

o Observasi

o Dokumentasi

1) Kepala

sekolah

2) Ketua

program

akselerasi

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

69

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan ruang perpustakaan.

(d) Kantin sekolah, koperasi sekolah,

musholla/ tempat ibadah dan

poliklinik.

(e) Aula pertemuan.

(f) Lapangan olah raga.

(g) Kamar mandi/ WC.

(h) Ruang pengembangan bakat dan

keterampilan.

d) Perencanaan

Pembiayaan

Dana yang

diperlukan program

percepatan belajar

relatif lebih besar

dibandingkan dana

yang diperlukan

dalam program

regular. Sehingga

dibutuhkan

perencanaan

pembiayaan

program akselerasi.

1) Sekolah penyelenggara hendaknya berupaya

menjalin kerjasama yang saling

menguntungkan dan tidak mengikat dengan

berbagai pihak, misalnya pemerintah,

masyarakat, dan lembaga terikat lainnya.

2) Peran aktif orang tua peserta didik

percepatan belajar dalam pengadaan dana

sebagaimana halnya pembinaan kegiatan

penunjang lainnya

o Wawancara 1) Kepala

sekolah

2) Ketua

program

akselerasi

e) Perencanaan

Peserta Didik

Upaya sekolah

untuk memperoleh

siswa yang

diidentifikasikan

sebagai siswa

berbakat intelektual

untuk kemudian

1) Seleksi administrasi, meliputi:

(a) Hasil Ujian Nasional dari sekolah

sebelumnya dengan nilai rata-rata 8,0.

(b) Tes kemampuan akademis, dengan nilai

rata-rata minimal 8,0.

(c) Rapor, nilai rata-rata seluruh mata

pelajaran tidak kurang dari 8,0.

o Wawancara 1) Ketua

program

akselerasi

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

menempati posisi

sebagai siswa

program akselerasi.

2) Psikologis

(a) Kemampuan intelektual (IQ).

(b) Kreativitas.

(c) Keterikatan dengan tugas (task

commitment).

3) Kesehatan fisik yang ditunjukkan denga

surat keterangan dari dokter.

4) Kesediaan calon peserta didik dan

persetujuan orang tua/ wali.

f) Perencanaan

Humas

Pemberian

informasi program

akselerasi yang

dilakukan pihak

sekolah terhadap

calon peserta didik

1) Waktu sosialisasi program

2) Pihak yang terlibat dalam sosialisasi

program

3) Metode/cara yang di gunakan dalam proses

sosialisasi

o Wawancara 1) Ketua

program

akselerasi

2. Pengorganisa

sian Program

Akselerasi

Proses

mengelompokan

dan mengatur

berbagai aktivitas

yang diperlukan

untuk mencapai

tujuan program

1) Penetapan siapa saja yang dilibatkan dalam

pelaksanaan program akselerasi

2) Pembuatan struktur organisasi program

akselerasi

3) Adanya pembagian tugas, wewenang, dan

tanggung jawab yang jelas

o Wawancara 1) Kepala

sekolah

2) Ketua

program

akselerasi

3. Pelaksanaan

Program

Akselerasi

Implementasi

kurikulum serta

strategi & metode

pembelajaran yang

digunakan dalam

kelas akselerasi

1) Guru dapat meningkatkan aktivitas siswa

melalui pendekatan dan metode yang

sesuai dengan materi pelajaran yang

disajikan guru.

2) Adanya inovasi pembelajaran yang

dilakukan guru dalam KBM

o Wawancara

o Observasi

o Dokumenta

si

1) Guru

2) Siswa

akselerasi

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

71

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Solusi untuk kendala yang di hadapi guru

saat mengajar

4) Solusi untuk kendala yang di hadapi siswa

saat belajar

4. Evaluasi

Program

Akselerasi

a) Sistem

evaluasi yang

di gunakan

Untuk

mendapatkan

gambaran nyata

atau deskripsi

empirik dan

efektivitas

penyelenggaraan

program akselerasi

1) Penilaian yang digunakan dalam pendidikan

khusus bagi PDCI/ BI adalah penilaian

otentik

2) Sekolah menetukan siapa saja yang

dilibatkan dalam evaluasi program

3) Sekolah menentukan jenis sistem evaluasi

yang di gunakan

4) Sistem pelaporan program akselerasi

o Wawancara 1) Guru

2) Kepala

sekolah

3) Ketua

program

b) Hasil dari

pelaksanaan

program

akselerasi

Sebagai hasil akhir

dari tahap evaluasi

yaitu sejauh mana

tingkat

keberhasilan

program

1) Pengukuran kualitas dan kompetensi lulusan

dengan indikator sebagai berikut: a) Out put atau kelulusan program akselerasi

memiliki rata-rata nilai ujian nasional 7

(tujuh) atau lebih.

b) Memiliki keberhasilan yang tinggi, yaitu

dapat diterima di PerguruanTinggi ternama

(berkualitas).

c) Memiliki keimanan dan ketaqwaan

terhadap Tuhan YME.

d) Memiliki nasionalisme dan patriotisme

yang tinggi.

e) Memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang

luas.

f) Memiliki motivasi dan komitmen yang

tinggi untuk berprestasi.

g) Memiliki kepedulian sosial dan

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

kepemimpinan.

h) Memiliki disiplin pribadi yang tinggi.

i) Memiliki tanggung jawab yang tinggi.

j) Memiliki kondisi fisik yang prima.

k) Gemar membaca dan meneliti.

l) Memiki kemampuan berbahasa Inggris

yang baik dan lancar.

2) Adanya Reward and punishment untuk guru

yang mengajar pada kelas akselerasi sebagai

bentuk penghargaan pihak sekolah untuk

meningkatkan kinerja guru.

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

73

F. Teknik Pengumpulan Data

Tahapan terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data. Menurut

Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009: 103) pengumpulan data tidak lain

dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan

melalui setting berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik

wawancara, teknik observasi, teknik dokumentasi, dan tiangulasi.

1. Teknik Observasi

Observasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengamatan

atau peninjauan secara cermat. Observasi merupakan salah satu teknik

pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk melihat/terjun

langsung ke lapangan. Senada dengan Djam’an Satori dan Aan komariah,

(2011: 104) yang mengatakan bahwa:

“Metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data

yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal

yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda,

waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan”.

Observasi memberi peluang pada peneliti untuk menggali data perilaku

subjek secara luas, mampu menangkap berbagai interaksi, dan secara

terbuka mengeksplorasi topik penelitiannya. Dengan pengamatan

langsung, peneliti bisa mengembangkan satu perspektif menyeluruh

mengenai pemahaman satu konteks yang sedang diteliti. Observasi atau

pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama

dalam penelitian kualitatif. Melalui observasi langsung, peneliti dapat

memperoleh data yang diharapkan, tetapi peneliti harus dilatih terlebih

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

dahulu sebelum melakukan observasi sehingga akan menghasilkan data

yang baik.

Alwasilah C, (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 107)

menjelaskan perlunya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Perilaku responden secara alami sesungguhnya adalah manifestasi

kode atau aturan dalam suatu budaya, bukan sekedar rutinitas kultural.

Ini cenderung dianggap biasa-biasa saja terutama oleh anggota

masyarakatnya sendiri. Mereka baru sadar akan kode dan aturan itu

manakala dihadapkan pada peneliti dari luar budayanya sendiri.

2. Tugas peneliti kualitatif adalah mengeksplisitkan aturan dan kode itu

sesuai dengan konteks keterjadian tingkah laku dalam persepsi

responden.

3. Budaya adalah pengetahuan dan pengalaman kolektif para

anggotanya. Untuk berfungsi maksimal dalam suatu budaya, setiap

anggota masyarakat harus mempraktikan rutinitas budayanya sesuai

dengan aturan-aturan tadi. Misalnya dalam budaya akademik

Amerika, rutinitas itu antara lain empat hal, yaitu: presentasi di depan

kelas, diskusi kelompok, partisipasi kelas, dan berkonsultasi.

Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono, 2010: 310) mengklarifikasikan

observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),

observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan

covert observation), dan observasi yang tidak terstruktur (unstructured

observation).

Selanjutnya Spradley (dalam Sugiyono, 2010:310) membagi observasi

berpartisipasi menjadi empat, yaitu: passive participation, moderate

participation, active participation, dan complete participation. Untuk

memudahkan pemahaman tentang bermacam-macam observasi, maka

dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3. 2

Macam-macam Teknik Observasi (Sugiyono, 2010: 311)

a) Observasi partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan

suka dukanya.

Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2010: 311) menyatakan “In

participant observation, the researcher observes what people do,

listen to what they say, and participates in their activities” (dalam

observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,

mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka. Beberapa jenis observasi partisipatif adalah:

1) Partisipasi pasif (passive participations) : means the research is

present at the scene of action but does not interact or participate.

Jadi dalam hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang

diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

2) Pertisipasi moderat (moderate participation) : means that the

researcher maintains a balance between being insider and being

Teknik

Observasi

Observasi Moderat

Observasi Lengkap

Observasi Aktif

Observasi Pasif

Observasi

Tidak

Terstruktur

Observasi

Terus Terang

& Tersamar

Observasi

Partisipatif

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti

menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam

mengumpilkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa

kegiatan, tetapi tidak semuanya.

3) Partisipasi aktif (active participation) : means that the researcher

generally does what other in the setting do, hadir dan melakukan

objek serupa dengan objek penelitiannya. Dalam observasi ini

peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber,

tetapi belum sepenuhnya lengkap.

4) Partisipasi lengkap (complete participation) : means the researcher

is a natural participant. This is the highest level of involvement.

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat

sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi

suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan

penelitian.

b) Observasi Terus Terang atau Tersamar

Suatu etika penelitian ilmiah menginginkan penelitian dilakukan

secara terbuka. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang

melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal

sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Pada observasi tertutup,

observer mengadakan pengamatan tanpa diketahui sebjeknya.

Biasanya pengamatan seperti ini dilakukan oleh peneliti pada tempat-

tempat umum seperti bioskop, taman, lapangan olah raga, tempat rapat

umum, atau tempat-tempat umum lainnya. (Djam’an Satori dan Aan

Komariah 2011: 119)

c) Observasi Tak Berstruktur

Besaran teknik pengumpulan data yang sudah ditetapkan dalam

kisi-kisi instrumen penelitian kualitatif memberikan pedoman umum

kepada peneliti untuk melaksanakan teknik penelitian. Observasi

dalam penelitian kualitatif dilakuakan dengan tidak berstruktur, karena

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fokus penelitian belum pasti. Mungkin saja akan ditentukan observasi-

observasi selanjutnya yang berkembang selama kegiatan observasi

awal berlangsung. (Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 120)

Maksud dari observasi tak berstruktur menurut Djam’an Satori dan

Aan Komariah (2011: 120) adalah bahwa instrumen observasi tidak

dipersiapkan secara sistematis dari awal karena peneliti belum tahu

pasti apa yang akan terjadi, jenis data apa yang akan berkembang dan

dengan cara apa data baru itu paling sesuai untuk dieksplorasi. Dalam

melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang

telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Mengetahui hal-hal aktual dari pelaku-pelaku sebenarnya, dari

pembicaraannya, dari sikap dan perilakunya, hanya bisa dilakukan dengan

observasi. Namun demikian, bukan berarti observasi sempurna tidak ada

kelemahan dari sudut teknik penelitian. Berikut ini beberapa kelebihan dan

kekurangan teknik observasi menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah

(2011: 125), yaitu:

a) Kelebihan observasi

(1) Peneliti mengetahui kejadian sebenarnya sehingga informasinya

diperoleh langsung dan hasilnya akurat.

(2) Peneliti dapat mencatat kebenaran yang sedang terjadi.

(3) Peneliti dapat memahami substansi sehingga ia dapat belajar dari

pengalaman yang sulit dilupakan.

(4) Memudahkan peneliti dalam memahami perilaku yang kompleks.

(5) Bagi informan yang tidak memiliki waktu masih bisa memberikan

kontribusi dengan mengijinkan untuk diobservasi.

(6) Observasi memungkinkan pengumpulan data yang tidak mungkin

dilakukan ileh teknik lain.

b) Kekurangan observasi

(1) Memakan waktu lama.

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

(2) Tergantung kepada kepiawaian pengamat. Jika pengamatnya

kurang kualified dapat menimbulkan bias dan data bisa terdistorsi.

(3) Observer apalagi yang dikenal dan disegani bisa mempengaruhi

perilaku partisipan sehingga situasinya bisa menjadi di buat-buat

dan kaku.

(4) Observer berperan serta kurang memiliki waktu untuk membuat

catatan hasil pengamatannya.

(5) Mengahsilkan data yang banyak dan kadang tidak sistematis

sehingga menyulitkan peneliti untuk menganalisisnya.

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dan

responden penelitian. Tanya jawab yang dilakukan bertujuan untuk

mengambil keterangan, informasi yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui

proses komunikasi secara langsung dengan sumber-sumber data.

Komunikasi yang dilakukan dalam bentuk dialog secara lisan atau

sering disebut metode tanya jawab dengan sumber data penelitian.

Mohamad Ali (1987: 83) mengemukakan bahwa wawancara adalah

merupakan salah satu cara tanya jawab, baik secara langsung maupun

tidak langsung dengan sumber data.

Sementara itu, Sudjana (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah,

2011: 130) mendefinisikan wawancara sebagai proses pengumpulan data

atau informasi melaui tatap muka antara pihak penanya (interviewer)

dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee).

Esternberg (dalam Sugiyono, 2011: 319) mengemukakan beberapa

macam wawancara, yaitu:

a) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan

data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengtahui dengan pasti

tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap

responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data

mencatatnya.

b) Wawancara Semi Terstruktur (Semistructure Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth

interview, di mana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan

dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak

yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

c) Wawancara Tidak Berstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.

Suatu wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi

dimana sejumlah variabel memainkan peranan penting karena variabel

tersebut dapat mempengaruhi dan menentukan hasil wawancara.

Adapun variabel tersebut menurut Zuriah Nurul (2005: 179) yaitu: (1)

pewawancara; (2) responden; (3) materi wawancara, dan (4) hubungan

antara pewawancara dengan responden.

Dengan metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data

dengan jalan tatap muka atau wawancara langsung dengan kepala

sekolah, wakasek. Bagian kurikulum, ketua program akselerasi, guru

dan siswa program akselerasi.

a) Wawancara dengan kepala sekolah, wakasek kurikulum dan

ketua program akselerasi mengenai latar belakang

diselenggarakannya program akselerasi di SMA Al Ma’soem

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

serta proses manajemen pembelajaran program akselerasi secara

global.

b) Wawancara dengan guru pengajar sekaligus sebagai wali kelas

di program akselerasi mengenai implementasi manajemen

pembelajaran secara lebih rinci.

c) Wawancara dengan siswa program akselerasi mengenai

pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Dalam penelitian ini akan melakukan teknik wawancara semi

berstruktur sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Ini didasarkan

pada instrumen dan metode penelitian yang dipakai oleh peneliti

dimana data sangat bergantung pada pemahaman peneliti bukan

berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dalam angket dalam menemukan

data.

Seperti halnya teknik observasi, teknik wawancara juga memiliki

kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Menurut Cholid

Narbuko dan Abu Ahmadi (2007: 97) ada beberapa kekurangan teknik

wawancara, yaitu:

a) Kelebihan Teknik Wawancara

1) Sebagai salah satu teknik yang terbaik untuk menilai

keadaan pribadi.

2) Tanpa mengenal batas umur dan pendidikan subyek, selama

dapat memberikan jawaban.

3) Hampir seluruh penelitian sosial, selalu digunakan sebagai

metode pelengkap.

4) Karena sifat keluwesan, metode wawancara cocok dipakai

sebagai alat verfikisi data yang diperoleh dengan jalan

observasi dan kuesioner.

b) Kekurangan Teknik Wawancara

1) Kurang efisien, memboroskan waktu, tenaga dan biaya.

2) Tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan subyek.

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Jalan dan isi wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh

keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan-tekanan

yang mengganggu.

4) Perannya haruslah benar-benar menguasai bahasa subyek.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan salah satu cara dalam mengumpulkan

data penelitian secara tidak langsung, artinya data didapatkan melalui

dokumen-dokumen pendukung yang berhubungan dengan data yang akan

diteliti.

Menurut Robert C. Bogdan seperti yang dikutip, Sugiyono (2005: 82)

mengemukakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah

berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari

seseorang.

Studi dokumentasi merupakan suatu cara dalam memperoleh data

dengan mengkaji dokumen tertulis, yang dapat berupa data, gambar, tabel,

diagram. Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan cara

pengumpulan gambar-gambar dan dokumen tertulis yang menggambarkan

kondisi faktual tentang manajemen akselerasi. Studi dokumen dalam

penelitian kualitatif menjadi sumber data yang melengkapi pengumpulan

data melalui observasi dan wawancara.

a) Kelebihan Dokumentasi

1) Pilihan alternatif, untuk subyek penelitian tertentu yang sukar atau

tidak mungkin dijangkau, maka studi dokumentasi dapat

memberikan jalan untuk melakukan penelitian (pengumpulan

data).

2) Tidak reaktif, karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara

langsung dengan seorang, maka data yang diperlukan tidak

terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpul data.

3) Untuk penelitian yang menggunakan data yang menjangkau jauh

ke masa lalu, studi dokumentasi memberikan cara yang terbaik.

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

4) Besar sampel, dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik

memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar dengan

biaya yang relatif kecil.

b) Kekurangan Dokumentasi

1) Bias, biasanya data yang disajikan dalam dokumen bisa

berlebihan atau tidak ada (disembunyikan).

2) Tersedia secara selektif, tidak semua dokumen dipelihara

untuk dibaca ulang oleh orang lain. Tidak komplit, data yang

terdapat dalam dokumen biasanya tidak lengkap.

3) Format tidak baku, format yang ada pada dokumen biasanya

berbeda dengan format yang terdapat pada penelitian, disebabkan

tujuan penulisan dokumen berbeda dengan tujuan penelitian.

4. Triangulasi

Triangulasi, merupakan teknik pengumpulan data yang

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek pada sumber

yang sama dengan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara

terhadap objek penelitian. (Moleong, 2004: 330).

Menurut Patton (1987: 331) langkah-langkah dalam triangulasi data

adalah sebagai berikut :

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Page 26: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini data diperoleh melalui teknik wawancara, lalu dicek

dengan observasi dan dikumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti. Jadi, dalam penelitian ini triangulasi dilakukan

dengan menggunakan sumber lain yaitu membandingkan dan mengecek

kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan data yang berbeda.

Teknik triangulasi dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2. 1

Teknik Triangulasi

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian merupakan salah satu langkah yang penting

dan sangat menentukan. Analisis data adalah rangkaian kegiatan untuk

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan

mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau

masalah yang ingin dijawab. Lexy J Moleong (1989: 88) berpendapat:

“Analisis data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data

dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan

dalam tema dan dapat dirumuskan hipotesis sebagaimana disarankan oleh

data”.

Page 27: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

Pada proses analisis data ini terdiri dari pengolahan data yang didapat oleh

peneliti untuk ditarik kesimpulannya. Dari kesimpulan tersebut akan diperoleh

makna yang dipergunakan untuk memecahkan suatu fokus permasalahan.

Tujuan analisis data dalam penelitian kualitatif adalah memperoleh makna,

menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan

hipotesis atau teori baru.

Proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung sebelum

peneliti terjun ke lapangan, selama di lapangan, dan yang paling utama adalah

analisis setelah peneliti menyelesaikan kegiatan pengumpulan data di

lapangan. Setelah data diperoleh di lapangan, selanjutnya peneliti

menguraikannya kedalam bentuk tertulis dan dirangkum kedalam bentuk

tulisan yang lebih sistematis. Sehingga dari data tersebut dapat dijadikan

landasan untuk melaksanakan proses penelitian selanjutnya. Orientasi adalah

agar peneliti mengetahui makna dan fokus yang diteliti sehingga peneliti

mampu menjawab masalah yang akan dipecahkan dalam fokus penelitian.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif maka

digunakan analisa dan filosofis atau logika yaitu analisa induktif. Metode

induktif adalah metode berfikir dengan mengambil kesimpulan dari data-data

yang bersifat khusus. Seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno (1986: 42)

bahwa:

“Berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-

peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-

peristiwa yang khusus, kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang

mempunyai sifat umum”.

Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk menarik suatu

kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah

dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang bisa

digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode

induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan

dengan teori-teori yang ada.

Nasution (1988: 128) mengemukakan bahwa analisis data meliputi

kegiatan atau langkah-langkah yaitu: reduksi data, display data, mengambil

Page 28: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesimpulan dan verifikasi. Adapun tahapan analisis data selama proses

dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1) Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Menyajikan Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif,

penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and

Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif.

c. Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion/Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang

dibuat oleh peneliti apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel.

Berdasarkan pengalaman dari para peneliti kualitatif, masalah yang

dihadapi oleh peneliti kualitatif dalam menganalisis data ialah belum adanya

prosedur baku yang dijadikan pedoman dalam menganalisis data. Oleh karena

itu, peneliti diharuskan mencari sendiri metode atau cara yang dianggap sesuai

dengan penelitinya.

Maka dari ketiga tahapan kegiatan analisis data yang dikemukakan diatas,

adalah saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan berlangsung secara

kontinue selama peneliti melakukan penelitian.

Page 29: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

H. Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian

adalah valid, reliabel, dan obyektif. Sugiono (2011: 365) menyebutkan bahwa

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi : Uji Credibility

(Validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability

(reliabilitas), dan confirmability (objektivitas).

Hal ini dapat terlihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 3. 3

Uji Keabsahan Data

1. Kredibilitas (Validitas Internal)

Kredibilitas menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 165)

adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan

kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian. Kredibilitas (derajat

kepercayaan) data diperiksa melalui kelengkapan data yang diperoleh dari

berbagai sumber.

Menurut Sugiyono (2011: 364) uji kredibilitas merupakan proses

menguji keabsahan melalui perpanjangan proses pengamatan, peningkatan

keakuratan/ketelitian peneliti, triangulasi, diskusi teman sejawat, analisis

kasus negatif dan member check. Dalam penelitian ini uji kredibilitas

dilakukan menggunakan member check, yang ditujukan untuk menguji

kecocokan antara konsep penelitian dengan responden untuk data

penelitian. Proses member check ini dilakukan dengan merangkum data

Uji

Keabsahan

Data

UJI

CONFIRMABILITY

UJI

TRANSFERABILITY

UJI

DEPENDABILITY

UJI KREDIBILITAS

DATA

Page 30: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil eksplorasi kemudian dilaporkan kembali pada subjek penelitian yang

menjadi sumber informasi. Tujuannya ialah untuk menghilangkan persepsi

yang berbeda-beda atas data-data yang diperoleh dalam proses penelitian.

2. Transferabilitas (Validitas Eksternal)

Uji terhadap ketetapan suatu penelitian kualitatif selain dilakukan pada

internal penelitian juga pada keterpakaiannya oleh pihak eksternal.

Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil

penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana

sampel tersebut diambil atau pada setting sosial yang berbeda dengan

karakteristik yang hampir sama. (Djam’an Satori dan Aan Komariah,

2011: 165).

Cara ini adalah merupakan proses pertanggungjawaban melalui

pengaplikasian atau pengguna hasil penelitian ini dalam konteks sosial,

dan situasi lain. Sugiyono (2011: 367) menyatakan bahwa :

“Uji transferabilitas menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

tidaknya diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel

tersebut diambil. Oleh karena itu, supaya hasil penelitian ini dapat

diterapkan pada konteks dan situasi lain, maka perlu dibuatnya laporan

yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.”

Cara uji transferabilitas ini, bertujuan untuk mengukur sejauh mana

hasil penelitian tentang manajemen sekolah berbasis program akselerasi di

SMA Al Ma’soem. Hal ini dilakukan melalui analisis reflektif terhadap

makna-makna esensial dan temuan-temuan penelitian, yang didalamnya

terdapat komponen pada hasil penelitian tersebut.

3. Dependabilitas (Reliabilitas)

Uji dependabilitas ini dilakukan dengan cara menguji secara

keseluruhan proses penelitian yang dilakukan. Menurut Sugiyono (2011:

377) uji dependabilitas ialah pengujian reliabilitas, suatu penelitian yang

reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses

penelitian tersebut.

Page 31: BAB III METODE PENELITIAN A. 1. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3029/6/S_ADP_0907152_CHAPTER3.pdf · menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian

Cara ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan terhadap data

penelitian yang diperoleh pada saat tahap eksplorasi yang berkaitan

dengan manajemen sekolah berbasis program akselerasi. Proses ini

dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: memperluas harapan awal

penelitian, memfokuskan penelitian dengan cara melihat sumber data lain,

membuat kutipan ekstensif yang berasal dari catatan lapangan dan hasil

wawancara, menggunakan data penelitian lainnya sebagai sumber

pengecekan, serta melaporkan proses pengumpulan data tersebut selama

penelitian.

Dalam hal reliabilitas, Susan Stainback (dalam Djam’an Satori dan

Aan Komariah, 2011: 166) menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan

dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam

penelitian kualitatif akan menemukan kesulitan untuk merefleksikan pada

situasi yang sama karena setting sosial senantiasa berubah dan berbeda.

4. Konfirmabilitas (Objektivitas)

Konfirmabilitas berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian.

Hasil penelitian dikatakan memiliki derajat objektivitas yang tinggi

apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti dan penelitiannya

dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Uji

konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian yang dilakukan, maka

penelitian tersebut telah memenuhi stadar konfirmabilitas. Artinya,

seorang peneliti melaporkan hasil penelitian karena ia telah melakukan

serangkaian kegiatan penelitian di lapangan. (Djam’an Satori dan Aan

Komariah, 2011: 167)

Dalam penelitian, uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependability

sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersama-sama. (Sugiyono,

2011: 377). Uji confirmability artinya menguji hasil penelitian yang telah

dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian

yang dilakukan maka penelitian tersebut telah memenuhi standar

confirmability.