bab iii metode penelitian a. 1. -...
TRANSCRIPT
58 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini SMA Al
Ma’soem di Jl Raya Cileunyi-Rancaekek No. 22 Rancaekek. Alasan di
pilihnya SMA Al Ma’soem sebagai lokasi penelitian adalah sebagai
berikut:
a) SMA Al Ma’soem merupakan sekolah menengah atas di Kabupaten
Sumedang yang mengadakan program manajemen sekolah berbasis
akselerasi, sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh
peneliti.
b) Sebagai salah satu SMA Swasta di Kabupaten Sumedang yang
letaknya cukup strategis karena berada si jalur utama ke arah ibukota
Bandung, maka sekolah ini menjadi pintu gerbang pendidikan di
Kabupaten Sumedang sehingga dituntut memiliki keunggulan dalam
berbagai hal. SMA Al Ma’soem menjadi pelopor penyelenggaran
program akselerasi bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan istimewa di Kabupaten Sumedang.
c) SMA Al Ma’soem merupakan satu-satunya sekolah mengah atas
swasta di Kabupaten Sumedang yang mengadakan program
manajemen sekolah berbasis akselerasi.
2. Sumber Data Penelitian
Suharsimi Arikunto (Naharoh, 2008: 52) mengemukakan bahwa
sumber data dalam suatu penelitian adalah subjek darimana data dapat
diperoleh.
Lofland (dalam Moleong, Lexy J, 2009: 157) mengemukakan bahwa,
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
59
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Maka data yang diperlukan untuk mengetahui bagaimanakah manajemen
sekolah berbasis program akselerasi adalah data yang dikumpulkan
melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi sumber data
adalah subjek dari mana data itu diperoleh.
Berdasarkan jenis data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini,
yang dijadikan partisipan oleh peneliti adalah sekelompok objek yang
dijadikan sumber data dalam penelitian yang bentuknya dapat berupa
manusia, benda-benda, dokumen-dokumen dan sebagainya. Dengan
demikian berdasarkan tujuan serta permasalahan yang ada dalam
penelitian ini, maka yang menjadi populasi yang akan di pilih adalah
Kepala Sekolah, Wakasek Bid. Kurikulum, ketua program akselerasi Guru
yang mengajar di kelas akselerasi, dan siswa kelas akselerasi SMA Al
Ma’soem.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian pada penelitian kualitatif dirancang untuk mendapatkan
pendalaman pemahaman terhadap situasi sosial tertentu pada sumber data
penelitian, hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Nana Syaodih (2007:
99) bahwa penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus
dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan
ingin dipahami secara mendalam dengan mengabaikan fenomena-fenomena
lainnnya.
Berdasarkan pada pendapat di atas tentunya sangat penting untuk
menentukan rancangan penelitian sebagai pedoman atau peta dalam
melakukan penelitian agar benar-benar dapat terfokus pada fenomena atau
situation social yang ingin diteliti, adapun rancangan penelitian itu sendiri
menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan
penelitian menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus
ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan kondisi apa data dikumpulkan
dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.
60
Gambar 3. 1
Desain Penelitian
Sebagaimana telah disampaikan pada bagian kerangka pemikiran, desain
penelitian ini dibuat berdasarkan pada fokus kajian yang ingin diteliti oleh
peneliti. Dalam hal ini, permasalahan penyelenggaraan program pendidikan yaitu
sebagaimana digambarkan di atas bahwa penyelenggaran program akselerasi
membutuhkan manajemen yang efektif dan efisien mulai dari tahap perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan hinga ketahap evaluasi.
Setelah ditentukan fokus penelitian, peneliti melakukan observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi di lapangan dengan berdasar pada hasil kajian teoritis dan
data studi pendahuluan sebelumnya. Setelah diperoleh data, maka data
diklasifikasikan dan dianalisis dengan membandingkan antara teori dengan
Latar Belakang:
Masih sedikit sekolah
khususnya tingkat
pendidikan Sekolah Mengah
Atas (SMA) yang
menyelenggarakan program
akselerasi.
Hal ini disebabkan masih
rendahnya pemahaman orang
tua siswa dan guru terhadap
karakteristik siswa cerdas
istimewa, kurangnya
sosialisasi dari Dinas terkait
tentang penyelenggaraan
program akselerasi, belum
adanya kurikulum
tersosialisasi yang dapat
dijadikan acuan bagi
penyelenggaraan program
akselerasi, serta sekolah
kurang mensosialisaikan
tentang keberadaan program
akselerasi kepada
masyarakat.
Penggalian Data
Perencanaan Program
Akselerasi
Pengorganisasian
Program Akselerasi
Pelaksanaan Program
Akselerasi
Evaluasi Program
Akselerasi
S
E
K
O
L
A
H
- Hasil Temuan
Lapangan
- Kesimpulan
- Saran
Kajian Teoritis
Analisis
Kajian Teoritis
61
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
empirik. Hasil pengolahan data tersebut dijadikan sebagai temuan penelitian,
hingga bisa menghasilkan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait.
C. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat cara atau prosedur yang dipilih
oleh untuk menyelesaikan penelitian yang dilakukan. Sugiyono (2011: 6)
menyebutkan bahwa:
“Metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga
pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”.
Berdasarkan fokus penelitian yang ada yaitu ingin mengetahui
bagaimanakah gambaran manajemen sekolah berbasis program akselerasi
di SMA Al Ma’soem. Maka penelitian yang dilakukan adalah penelitian
deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mengungkapkan
data empiris yang ada di lapangan dengan cara menguraikan dan
menginterpretasikan suatu fenomena dengan apa adanya dan
menghubungkan sebab-akibat terhadap sesuatu yang terjadi pada saat
penelitian, agar diperoleh gambaran realita yang konkret mengenai hal
yang diteliti. Dengan kata lain tujuan penelitian deskriptif adalah untuk
membuat suatu gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fenomena yang diteliti.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Arief Furchan (1999: 22) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah:
“Proses penelitian yang mengahasilkan data deskriptif, ucapan atau
tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri,
menurut pendapat kami pendekatan ini langsung menunjukan setting
62
dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan. Subjek
penyelidikan baik berupa organisasi atau individu tidak mempersempit
menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesa melainkan
dipandang sebagai sebagian dari suatu keseluruhan.”
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan alasan
mengacu pada beberapa alasan sebagai mana yang dikemukakan oleh.
Margono (2000: 37) antara lain:
1) Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang, seperti yang
dialami oleh penelitian kualitatif sehingga intisari konsep yang ada
pada data dapat diungkap.
2) Untuk menaggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan
tujuan membuktikan kebenaran hipotesis akibat dari adanya hipotesis
yang disusun sebelumnya berdasarkan berfikir deduktif seperti dalam
pemikiran kuantitatif.
3) Untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variable yang
sebelumnya, seperti dalam penelitian kuantitatif padahal permasalahan
dan variable dalam masalah sosial sangat kompleks.
4) Untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam
penelitian kuantitatif yang menggunakan pengukuran enumerasi
(perhitungan) empiris, padahal inti sebenarnya berada pada konsep-
konsep yang timbul dari data.
Penelitian kualitatif cenderung melakukan analisis yang bersifat
induktif yang sangat menonjolkan perspektif subjektif dalam memecahkan
suatu permasalahan. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini diharapkan
akan menggambarkan manajemen sekolah berbasis program akselerasi di
tingkat sekolah menengah atas.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Nazir (1988: 152) adalah suatu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti,
atau mempersepsikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.
63
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Panggabean (1991: 10) mengemukakan alasan diperlukannya definisi
operasional adalah :
a) Tuntutan adanya perbedaan setiap situasi.
b) Perlu kriteria untuk pencatatan.
c) Sebuah konsep atau objek dapat memepunyai lebih dari satu pengertian.
d) Mungkin diperlukan pengertian yang khas atau unik.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi dan kesamaan konsep
dalam mengartikan istilah dan memudahkan dalam menganalisis berkaitan
dengan judul Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi di SMA Al
Ma’soem agar terdapat keberagaman landasan berfikir antara peneliti dengan
pembaca maka perlu dirumuskan pula definisi operasional dari penelitian ini
yaitu :
1. Manajemen dalam penelitian ini upaya mengelola siswa yang memiliki
kecerdasan dan bakat istimewa yang terdiri atas tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-
sumber lain untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Manajemen Sekolah adalah proses pendayagunaan sumber-sumber
manusiawi di sekolah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
3. Program Akselerasi merupakan program pendidikan yang diberikan
secara khusus kepada kelompok siswa berbakat intelektual atau cerdas
istimewa dan berbakat istimewa (CI-BI) dengan cara mempercepat
penyelesaian kurikulum.
E. Instrumen Penelitian
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian,
yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
(Sugiyono, 2011: 305)
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan
64
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan dari temuan di lapangan. Peneliti
kualitatif adalah instrumen utama yang semestinya memiliki kapasitas
intelektual yang tinggi terkait dengan kapasitas berfikir reflektif dan rasional
yang digunakan saat perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian.
(Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 69)
Kekuatan Peneliti sebagai instrumen menurut Djam’an Satori dan Aan
Komariah (2011: 67) meliputi empat hal, yaitu: (1) kekuatan kan pemahaman
metodologi kulaitatif dan wawasan bidang profesinya; (2) kekuatan dari sisi
personality; (3) kekuatan dari sisi kemapuan hubungan sosial (human
relation); dan (4) kekuatan dari sisi keterampilan berkomunikasi.
Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Sugiyono (2011:306)
menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada
menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah
bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.
Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian hipotesa yang digunakan,
bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara
pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan
sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas
itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-
satunya yang dapat mencapainya.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian
kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan
melalui observasi dan wawancara. Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai
instrumen peneliti serasi dengan penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian
65
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa
teks atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali
manusia
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul
seketika
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau pelakan
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat
kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar
dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak
dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang
menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang
lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat
kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti
Sesuai dengan fokus penelitian yang lebih mengarah pada manajemen
program berbasis akselerasi di SMA Al Ma’soem maka instrumen yang
disusunpun lebih banyak mengungkap tentang hal tersebut sebagaimana yang
dideskripsikan dalam tabel dibawah ini:
66
66 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN SKRIPSI
MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PROGRAM AKSELERASI
(Studi Pada SMA Al Ma’soem)
No Fokus
Penelitian Sub Fokus Deskripsi Indikator
Teknik
Pengumpulan
Data/Metode
Responden
1. Perencanaan
Program
Akselerasi
a) Perencanaan
Kurikulum
Perencanaan
sekolah mengenai
kurikulum untuk
kelas akselerasi
Kurikulum pendidikan khusus bagi Peserta
Didik Cerdas Istimewa (PDCI) di kembangkan
secara berdiferensiasi, mencakup 5 (lima)
dimensi, yaitu:
1. Dimensi Umum
2. Dimensi Diferensiasi
3. Dimensi Media pembelajaran
4. DimensiSuasana Belajar
5. Dimensi Co-kurikuler
o Wawancara 1) Wakasek
kurikulum
2) Ketua
program
akselerasi
b) Perencanaan
Tenaga
Pendidik
Kualifikasi tenaga
pendidik yang
disiapkan sekolah
untuk mengajar di
kelas akselerasi
Secara operasional guru yang dipilih
memenuhi persyarat-an sebagai berikut:
1. Lulusan perguruan tinggi minimal S-1
yang sesuai dengan bidang ilmu yang
diajarkan, serta berasal dari LPTK atau
perguruan tinggi umum negeri atau
swasta yang terakreditasi “A” atau
setara dan memiliki akta mengajar.
2. Memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
o Wawancara 1) Kepala
sekolah
2) Ketua
program
akselerasi
67
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
3. Memiliki karakteristik umum yang
dipersyaratkan dengan mengacu pada
aspek kepribadian dan kompetensi guru.
4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang karakteristik dan kebutuhan
peserta didik kecerdasan istimewa.
5. Menguasai substansi mata pelajaran yang
diampu.
6. Mampu mengelola proses pembelajaran
peserta didik
7. Mampu mengembangkan materi,
metode, produk dan lingkungan belajar
untuk siswa cerdas istimewa.
8. Memahami psikologi perkembangan dan
psikologi pendidikan.
9. Mampu mengembangkan kreativitas
peserta didik.
10. Mampu berbahasa Inggris aktif dan
menggunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
11. Dapat menggunakan perangkat komputer
dan teknologi informasi lainnya dalam
proses pembelajaran.
12. Memiliki pengalaman mengajar di kelas
regular sekurang-kurangnya tiga tahun.
c) Perencanaan
Sarana dan
Prasarana
Kelengkapan
sarana dan
prasarana untuk
menunjang
kegiatan belajar
mengajar peserta
didik kelas
akselerasi
Sekolah penyelenggara pendidikan khusus
bagi PDCI/ BI harus mampu memenuhi
sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang
relevan dengan kebutuhan peserta didik.
1) Sarana Belajar
(a) Sumber belajar seperti buku paket,
buku pelengkap, buku referensi, buku
bacaan, majalah, Koran, modul,
lembar kerja, kaset video, VCD, dan
sebagainya.
(b) Media pembelajaran seperti radio,
cassette recroder, TV, OHP, Wireless,
Slide projector, LCD/ DVD/ VCD
player, komputer dan sebagainya.
(c) Alat praktik dan alat peraga seperti
peta dinding, globe dan sebagainya.
(d) Adanya sarana TIK berupa jaringan
internet yang dimanfaatkan untuk
proses pembelajaran dan lain-lain.
2) Prasarana Belajar
(a) Ruang kepala sekolah, ruang guru,
ruang BK, ruang TU dan OSIS.
(b) Ruang kelas dengan transformasi
tempat duduk yang mudah dipindah-
pindah sesuai dengan keperluan.
(c) Ruang Lab IPA (Matematika, Fisika,
Kimia, Biologi), Lab IPS, Lab Bahasa,
Lab Komputer, ruang audio visual
o Wawancara
o Observasi
o Dokumentasi
1) Kepala
sekolah
2) Ketua
program
akselerasi
69
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan ruang perpustakaan.
(d) Kantin sekolah, koperasi sekolah,
musholla/ tempat ibadah dan
poliklinik.
(e) Aula pertemuan.
(f) Lapangan olah raga.
(g) Kamar mandi/ WC.
(h) Ruang pengembangan bakat dan
keterampilan.
d) Perencanaan
Pembiayaan
Dana yang
diperlukan program
percepatan belajar
relatif lebih besar
dibandingkan dana
yang diperlukan
dalam program
regular. Sehingga
dibutuhkan
perencanaan
pembiayaan
program akselerasi.
1) Sekolah penyelenggara hendaknya berupaya
menjalin kerjasama yang saling
menguntungkan dan tidak mengikat dengan
berbagai pihak, misalnya pemerintah,
masyarakat, dan lembaga terikat lainnya.
2) Peran aktif orang tua peserta didik
percepatan belajar dalam pengadaan dana
sebagaimana halnya pembinaan kegiatan
penunjang lainnya
o Wawancara 1) Kepala
sekolah
2) Ketua
program
akselerasi
e) Perencanaan
Peserta Didik
Upaya sekolah
untuk memperoleh
siswa yang
diidentifikasikan
sebagai siswa
berbakat intelektual
untuk kemudian
1) Seleksi administrasi, meliputi:
(a) Hasil Ujian Nasional dari sekolah
sebelumnya dengan nilai rata-rata 8,0.
(b) Tes kemampuan akademis, dengan nilai
rata-rata minimal 8,0.
(c) Rapor, nilai rata-rata seluruh mata
pelajaran tidak kurang dari 8,0.
o Wawancara 1) Ketua
program
akselerasi
menempati posisi
sebagai siswa
program akselerasi.
2) Psikologis
(a) Kemampuan intelektual (IQ).
(b) Kreativitas.
(c) Keterikatan dengan tugas (task
commitment).
3) Kesehatan fisik yang ditunjukkan denga
surat keterangan dari dokter.
4) Kesediaan calon peserta didik dan
persetujuan orang tua/ wali.
f) Perencanaan
Humas
Pemberian
informasi program
akselerasi yang
dilakukan pihak
sekolah terhadap
calon peserta didik
1) Waktu sosialisasi program
2) Pihak yang terlibat dalam sosialisasi
program
3) Metode/cara yang di gunakan dalam proses
sosialisasi
o Wawancara 1) Ketua
program
akselerasi
2. Pengorganisa
sian Program
Akselerasi
Proses
mengelompokan
dan mengatur
berbagai aktivitas
yang diperlukan
untuk mencapai
tujuan program
1) Penetapan siapa saja yang dilibatkan dalam
pelaksanaan program akselerasi
2) Pembuatan struktur organisasi program
akselerasi
3) Adanya pembagian tugas, wewenang, dan
tanggung jawab yang jelas
o Wawancara 1) Kepala
sekolah
2) Ketua
program
akselerasi
3. Pelaksanaan
Program
Akselerasi
Implementasi
kurikulum serta
strategi & metode
pembelajaran yang
digunakan dalam
kelas akselerasi
1) Guru dapat meningkatkan aktivitas siswa
melalui pendekatan dan metode yang
sesuai dengan materi pelajaran yang
disajikan guru.
2) Adanya inovasi pembelajaran yang
dilakukan guru dalam KBM
o Wawancara
o Observasi
o Dokumenta
si
1) Guru
2) Siswa
akselerasi
71
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Solusi untuk kendala yang di hadapi guru
saat mengajar
4) Solusi untuk kendala yang di hadapi siswa
saat belajar
4. Evaluasi
Program
Akselerasi
a) Sistem
evaluasi yang
di gunakan
Untuk
mendapatkan
gambaran nyata
atau deskripsi
empirik dan
efektivitas
penyelenggaraan
program akselerasi
1) Penilaian yang digunakan dalam pendidikan
khusus bagi PDCI/ BI adalah penilaian
otentik
2) Sekolah menetukan siapa saja yang
dilibatkan dalam evaluasi program
3) Sekolah menentukan jenis sistem evaluasi
yang di gunakan
4) Sistem pelaporan program akselerasi
o Wawancara 1) Guru
2) Kepala
sekolah
3) Ketua
program
b) Hasil dari
pelaksanaan
program
akselerasi
Sebagai hasil akhir
dari tahap evaluasi
yaitu sejauh mana
tingkat
keberhasilan
program
1) Pengukuran kualitas dan kompetensi lulusan
dengan indikator sebagai berikut: a) Out put atau kelulusan program akselerasi
memiliki rata-rata nilai ujian nasional 7
(tujuh) atau lebih.
b) Memiliki keberhasilan yang tinggi, yaitu
dapat diterima di PerguruanTinggi ternama
(berkualitas).
c) Memiliki keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan YME.
d) Memiliki nasionalisme dan patriotisme
yang tinggi.
e) Memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang
luas.
f) Memiliki motivasi dan komitmen yang
tinggi untuk berprestasi.
g) Memiliki kepedulian sosial dan
kepemimpinan.
h) Memiliki disiplin pribadi yang tinggi.
i) Memiliki tanggung jawab yang tinggi.
j) Memiliki kondisi fisik yang prima.
k) Gemar membaca dan meneliti.
l) Memiki kemampuan berbahasa Inggris
yang baik dan lancar.
2) Adanya Reward and punishment untuk guru
yang mengajar pada kelas akselerasi sebagai
bentuk penghargaan pihak sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru.
73
F. Teknik Pengumpulan Data
Tahapan terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data. Menurut
Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009: 103) pengumpulan data tidak lain
dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan
melalui setting berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik
wawancara, teknik observasi, teknik dokumentasi, dan tiangulasi.
1. Teknik Observasi
Observasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengamatan
atau peninjauan secara cermat. Observasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk melihat/terjun
langsung ke lapangan. Senada dengan Djam’an Satori dan Aan komariah,
(2011: 104) yang mengatakan bahwa:
“Metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data
yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal
yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda,
waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan”.
Observasi memberi peluang pada peneliti untuk menggali data perilaku
subjek secara luas, mampu menangkap berbagai interaksi, dan secara
terbuka mengeksplorasi topik penelitiannya. Dengan pengamatan
langsung, peneliti bisa mengembangkan satu perspektif menyeluruh
mengenai pemahaman satu konteks yang sedang diteliti. Observasi atau
pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama
dalam penelitian kualitatif. Melalui observasi langsung, peneliti dapat
memperoleh data yang diharapkan, tetapi peneliti harus dilatih terlebih
dahulu sebelum melakukan observasi sehingga akan menghasilkan data
yang baik.
Alwasilah C, (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 107)
menjelaskan perlunya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Perilaku responden secara alami sesungguhnya adalah manifestasi
kode atau aturan dalam suatu budaya, bukan sekedar rutinitas kultural.
Ini cenderung dianggap biasa-biasa saja terutama oleh anggota
masyarakatnya sendiri. Mereka baru sadar akan kode dan aturan itu
manakala dihadapkan pada peneliti dari luar budayanya sendiri.
2. Tugas peneliti kualitatif adalah mengeksplisitkan aturan dan kode itu
sesuai dengan konteks keterjadian tingkah laku dalam persepsi
responden.
3. Budaya adalah pengetahuan dan pengalaman kolektif para
anggotanya. Untuk berfungsi maksimal dalam suatu budaya, setiap
anggota masyarakat harus mempraktikan rutinitas budayanya sesuai
dengan aturan-aturan tadi. Misalnya dalam budaya akademik
Amerika, rutinitas itu antara lain empat hal, yaitu: presentasi di depan
kelas, diskusi kelompok, partisipasi kelas, dan berkonsultasi.
Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono, 2010: 310) mengklarifikasikan
observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),
observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan
covert observation), dan observasi yang tidak terstruktur (unstructured
observation).
Selanjutnya Spradley (dalam Sugiyono, 2010:310) membagi observasi
berpartisipasi menjadi empat, yaitu: passive participation, moderate
participation, active participation, dan complete participation. Untuk
memudahkan pemahaman tentang bermacam-macam observasi, maka
dapat digambarkan seperti gambar berikut:
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3. 2
Macam-macam Teknik Observasi (Sugiyono, 2010: 311)
a) Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan
suka dukanya.
Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2010: 311) menyatakan “In
participant observation, the researcher observes what people do,
listen to what they say, and participates in their activities” (dalam
observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas mereka. Beberapa jenis observasi partisipatif adalah:
1) Partisipasi pasif (passive participations) : means the research is
present at the scene of action but does not interact or participate.
Jadi dalam hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang
diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
2) Pertisipasi moderat (moderate participation) : means that the
researcher maintains a balance between being insider and being
Teknik
Observasi
Observasi Moderat
Observasi Lengkap
Observasi Aktif
Observasi Pasif
Observasi
Tidak
Terstruktur
Observasi
Terus Terang
& Tersamar
Observasi
Partisipatif
outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti
menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam
mengumpilkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa
kegiatan, tetapi tidak semuanya.
3) Partisipasi aktif (active participation) : means that the researcher
generally does what other in the setting do, hadir dan melakukan
objek serupa dengan objek penelitiannya. Dalam observasi ini
peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber,
tetapi belum sepenuhnya lengkap.
4) Partisipasi lengkap (complete participation) : means the researcher
is a natural participant. This is the highest level of involvement.
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat
sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi
suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan
penelitian.
b) Observasi Terus Terang atau Tersamar
Suatu etika penelitian ilmiah menginginkan penelitian dilakukan
secara terbuka. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal
sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Pada observasi tertutup,
observer mengadakan pengamatan tanpa diketahui sebjeknya.
Biasanya pengamatan seperti ini dilakukan oleh peneliti pada tempat-
tempat umum seperti bioskop, taman, lapangan olah raga, tempat rapat
umum, atau tempat-tempat umum lainnya. (Djam’an Satori dan Aan
Komariah 2011: 119)
c) Observasi Tak Berstruktur
Besaran teknik pengumpulan data yang sudah ditetapkan dalam
kisi-kisi instrumen penelitian kualitatif memberikan pedoman umum
kepada peneliti untuk melaksanakan teknik penelitian. Observasi
dalam penelitian kualitatif dilakuakan dengan tidak berstruktur, karena
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
fokus penelitian belum pasti. Mungkin saja akan ditentukan observasi-
observasi selanjutnya yang berkembang selama kegiatan observasi
awal berlangsung. (Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 120)
Maksud dari observasi tak berstruktur menurut Djam’an Satori dan
Aan Komariah (2011: 120) adalah bahwa instrumen observasi tidak
dipersiapkan secara sistematis dari awal karena peneliti belum tahu
pasti apa yang akan terjadi, jenis data apa yang akan berkembang dan
dengan cara apa data baru itu paling sesuai untuk dieksplorasi. Dalam
melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang
telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Mengetahui hal-hal aktual dari pelaku-pelaku sebenarnya, dari
pembicaraannya, dari sikap dan perilakunya, hanya bisa dilakukan dengan
observasi. Namun demikian, bukan berarti observasi sempurna tidak ada
kelemahan dari sudut teknik penelitian. Berikut ini beberapa kelebihan dan
kekurangan teknik observasi menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah
(2011: 125), yaitu:
a) Kelebihan observasi
(1) Peneliti mengetahui kejadian sebenarnya sehingga informasinya
diperoleh langsung dan hasilnya akurat.
(2) Peneliti dapat mencatat kebenaran yang sedang terjadi.
(3) Peneliti dapat memahami substansi sehingga ia dapat belajar dari
pengalaman yang sulit dilupakan.
(4) Memudahkan peneliti dalam memahami perilaku yang kompleks.
(5) Bagi informan yang tidak memiliki waktu masih bisa memberikan
kontribusi dengan mengijinkan untuk diobservasi.
(6) Observasi memungkinkan pengumpulan data yang tidak mungkin
dilakukan ileh teknik lain.
b) Kekurangan observasi
(1) Memakan waktu lama.
(2) Tergantung kepada kepiawaian pengamat. Jika pengamatnya
kurang kualified dapat menimbulkan bias dan data bisa terdistorsi.
(3) Observer apalagi yang dikenal dan disegani bisa mempengaruhi
perilaku partisipan sehingga situasinya bisa menjadi di buat-buat
dan kaku.
(4) Observer berperan serta kurang memiliki waktu untuk membuat
catatan hasil pengamatannya.
(5) Mengahsilkan data yang banyak dan kadang tidak sistematis
sehingga menyulitkan peneliti untuk menganalisisnya.
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dan
responden penelitian. Tanya jawab yang dilakukan bertujuan untuk
mengambil keterangan, informasi yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui
proses komunikasi secara langsung dengan sumber-sumber data.
Komunikasi yang dilakukan dalam bentuk dialog secara lisan atau
sering disebut metode tanya jawab dengan sumber data penelitian.
Mohamad Ali (1987: 83) mengemukakan bahwa wawancara adalah
merupakan salah satu cara tanya jawab, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan sumber data.
Sementara itu, Sudjana (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah,
2011: 130) mendefinisikan wawancara sebagai proses pengumpulan data
atau informasi melaui tatap muka antara pihak penanya (interviewer)
dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee).
Esternberg (dalam Sugiyono, 2011: 319) mengemukakan beberapa
macam wawancara, yaitu:
a) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengtahui dengan pasti
tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya.
b) Wawancara Semi Terstruktur (Semistructure Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth
interview, di mana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak
yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
c) Wawancara Tidak Berstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
Suatu wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi
dimana sejumlah variabel memainkan peranan penting karena variabel
tersebut dapat mempengaruhi dan menentukan hasil wawancara.
Adapun variabel tersebut menurut Zuriah Nurul (2005: 179) yaitu: (1)
pewawancara; (2) responden; (3) materi wawancara, dan (4) hubungan
antara pewawancara dengan responden.
Dengan metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data
dengan jalan tatap muka atau wawancara langsung dengan kepala
sekolah, wakasek. Bagian kurikulum, ketua program akselerasi, guru
dan siswa program akselerasi.
a) Wawancara dengan kepala sekolah, wakasek kurikulum dan
ketua program akselerasi mengenai latar belakang
diselenggarakannya program akselerasi di SMA Al Ma’soem
serta proses manajemen pembelajaran program akselerasi secara
global.
b) Wawancara dengan guru pengajar sekaligus sebagai wali kelas
di program akselerasi mengenai implementasi manajemen
pembelajaran secara lebih rinci.
c) Wawancara dengan siswa program akselerasi mengenai
pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Dalam penelitian ini akan melakukan teknik wawancara semi
berstruktur sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Ini didasarkan
pada instrumen dan metode penelitian yang dipakai oleh peneliti
dimana data sangat bergantung pada pemahaman peneliti bukan
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dalam angket dalam menemukan
data.
Seperti halnya teknik observasi, teknik wawancara juga memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Menurut Cholid
Narbuko dan Abu Ahmadi (2007: 97) ada beberapa kekurangan teknik
wawancara, yaitu:
a) Kelebihan Teknik Wawancara
1) Sebagai salah satu teknik yang terbaik untuk menilai
keadaan pribadi.
2) Tanpa mengenal batas umur dan pendidikan subyek, selama
dapat memberikan jawaban.
3) Hampir seluruh penelitian sosial, selalu digunakan sebagai
metode pelengkap.
4) Karena sifat keluwesan, metode wawancara cocok dipakai
sebagai alat verfikisi data yang diperoleh dengan jalan
observasi dan kuesioner.
b) Kekurangan Teknik Wawancara
1) Kurang efisien, memboroskan waktu, tenaga dan biaya.
2) Tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan subyek.
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Jalan dan isi wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan-tekanan
yang mengganggu.
4) Perannya haruslah benar-benar menguasai bahasa subyek.
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan salah satu cara dalam mengumpulkan
data penelitian secara tidak langsung, artinya data didapatkan melalui
dokumen-dokumen pendukung yang berhubungan dengan data yang akan
diteliti.
Menurut Robert C. Bogdan seperti yang dikutip, Sugiyono (2005: 82)
mengemukakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah
berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari
seseorang.
Studi dokumentasi merupakan suatu cara dalam memperoleh data
dengan mengkaji dokumen tertulis, yang dapat berupa data, gambar, tabel,
diagram. Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan cara
pengumpulan gambar-gambar dan dokumen tertulis yang menggambarkan
kondisi faktual tentang manajemen akselerasi. Studi dokumen dalam
penelitian kualitatif menjadi sumber data yang melengkapi pengumpulan
data melalui observasi dan wawancara.
a) Kelebihan Dokumentasi
1) Pilihan alternatif, untuk subyek penelitian tertentu yang sukar atau
tidak mungkin dijangkau, maka studi dokumentasi dapat
memberikan jalan untuk melakukan penelitian (pengumpulan
data).
2) Tidak reaktif, karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara
langsung dengan seorang, maka data yang diperlukan tidak
terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpul data.
3) Untuk penelitian yang menggunakan data yang menjangkau jauh
ke masa lalu, studi dokumentasi memberikan cara yang terbaik.
4) Besar sampel, dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik
memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar dengan
biaya yang relatif kecil.
b) Kekurangan Dokumentasi
1) Bias, biasanya data yang disajikan dalam dokumen bisa
berlebihan atau tidak ada (disembunyikan).
2) Tersedia secara selektif, tidak semua dokumen dipelihara
untuk dibaca ulang oleh orang lain. Tidak komplit, data yang
terdapat dalam dokumen biasanya tidak lengkap.
3) Format tidak baku, format yang ada pada dokumen biasanya
berbeda dengan format yang terdapat pada penelitian, disebabkan
tujuan penulisan dokumen berbeda dengan tujuan penelitian.
4. Triangulasi
Triangulasi, merupakan teknik pengumpulan data yang
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek pada sumber
yang sama dengan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian. (Moleong, 2004: 330).
Menurut Patton (1987: 331) langkah-langkah dalam triangulasi data
adalah sebagai berikut :
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi
c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini data diperoleh melalui teknik wawancara, lalu dicek
dengan observasi dan dikumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Jadi, dalam penelitian ini triangulasi dilakukan
dengan menggunakan sumber lain yaitu membandingkan dan mengecek
kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan data yang berbeda.
Teknik triangulasi dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2. 1
Teknik Triangulasi
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian merupakan salah satu langkah yang penting
dan sangat menentukan. Analisis data adalah rangkaian kegiatan untuk
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan
mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau
masalah yang ingin dijawab. Lexy J Moleong (1989: 88) berpendapat:
“Analisis data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data
dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan
dalam tema dan dapat dirumuskan hipotesis sebagaimana disarankan oleh
data”.
Pada proses analisis data ini terdiri dari pengolahan data yang didapat oleh
peneliti untuk ditarik kesimpulannya. Dari kesimpulan tersebut akan diperoleh
makna yang dipergunakan untuk memecahkan suatu fokus permasalahan.
Tujuan analisis data dalam penelitian kualitatif adalah memperoleh makna,
menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan
hipotesis atau teori baru.
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung sebelum
peneliti terjun ke lapangan, selama di lapangan, dan yang paling utama adalah
analisis setelah peneliti menyelesaikan kegiatan pengumpulan data di
lapangan. Setelah data diperoleh di lapangan, selanjutnya peneliti
menguraikannya kedalam bentuk tertulis dan dirangkum kedalam bentuk
tulisan yang lebih sistematis. Sehingga dari data tersebut dapat dijadikan
landasan untuk melaksanakan proses penelitian selanjutnya. Orientasi adalah
agar peneliti mengetahui makna dan fokus yang diteliti sehingga peneliti
mampu menjawab masalah yang akan dipecahkan dalam fokus penelitian.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif maka
digunakan analisa dan filosofis atau logika yaitu analisa induktif. Metode
induktif adalah metode berfikir dengan mengambil kesimpulan dari data-data
yang bersifat khusus. Seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno (1986: 42)
bahwa:
“Berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-
peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-
peristiwa yang khusus, kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang
mempunyai sifat umum”.
Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk menarik suatu
kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang bisa
digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode
induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan
dengan teori-teori yang ada.
Nasution (1988: 128) mengemukakan bahwa analisis data meliputi
kegiatan atau langkah-langkah yaitu: reduksi data, display data, mengambil
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesimpulan dan verifikasi. Adapun tahapan analisis data selama proses
dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1) Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Menyajikan Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and
Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
c. Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion/Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang
dibuat oleh peneliti apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.
Berdasarkan pengalaman dari para peneliti kualitatif, masalah yang
dihadapi oleh peneliti kualitatif dalam menganalisis data ialah belum adanya
prosedur baku yang dijadikan pedoman dalam menganalisis data. Oleh karena
itu, peneliti diharuskan mencari sendiri metode atau cara yang dianggap sesuai
dengan penelitinya.
Maka dari ketiga tahapan kegiatan analisis data yang dikemukakan diatas,
adalah saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan berlangsung secara
kontinue selama peneliti melakukan penelitian.
H. Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian
adalah valid, reliabel, dan obyektif. Sugiono (2011: 365) menyebutkan bahwa
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi : Uji Credibility
(Validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability
(reliabilitas), dan confirmability (objektivitas).
Hal ini dapat terlihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 3. 3
Uji Keabsahan Data
1. Kredibilitas (Validitas Internal)
Kredibilitas menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 165)
adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan
kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian. Kredibilitas (derajat
kepercayaan) data diperiksa melalui kelengkapan data yang diperoleh dari
berbagai sumber.
Menurut Sugiyono (2011: 364) uji kredibilitas merupakan proses
menguji keabsahan melalui perpanjangan proses pengamatan, peningkatan
keakuratan/ketelitian peneliti, triangulasi, diskusi teman sejawat, analisis
kasus negatif dan member check. Dalam penelitian ini uji kredibilitas
dilakukan menggunakan member check, yang ditujukan untuk menguji
kecocokan antara konsep penelitian dengan responden untuk data
penelitian. Proses member check ini dilakukan dengan merangkum data
Uji
Keabsahan
Data
UJI
CONFIRMABILITY
UJI
TRANSFERABILITY
UJI
DEPENDABILITY
UJI KREDIBILITAS
DATA
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hasil eksplorasi kemudian dilaporkan kembali pada subjek penelitian yang
menjadi sumber informasi. Tujuannya ialah untuk menghilangkan persepsi
yang berbeda-beda atas data-data yang diperoleh dalam proses penelitian.
2. Transferabilitas (Validitas Eksternal)
Uji terhadap ketetapan suatu penelitian kualitatif selain dilakukan pada
internal penelitian juga pada keterpakaiannya oleh pihak eksternal.
Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil
penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana
sampel tersebut diambil atau pada setting sosial yang berbeda dengan
karakteristik yang hampir sama. (Djam’an Satori dan Aan Komariah,
2011: 165).
Cara ini adalah merupakan proses pertanggungjawaban melalui
pengaplikasian atau pengguna hasil penelitian ini dalam konteks sosial,
dan situasi lain. Sugiyono (2011: 367) menyatakan bahwa :
“Uji transferabilitas menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
tidaknya diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel
tersebut diambil. Oleh karena itu, supaya hasil penelitian ini dapat
diterapkan pada konteks dan situasi lain, maka perlu dibuatnya laporan
yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.”
Cara uji transferabilitas ini, bertujuan untuk mengukur sejauh mana
hasil penelitian tentang manajemen sekolah berbasis program akselerasi di
SMA Al Ma’soem. Hal ini dilakukan melalui analisis reflektif terhadap
makna-makna esensial dan temuan-temuan penelitian, yang didalamnya
terdapat komponen pada hasil penelitian tersebut.
3. Dependabilitas (Reliabilitas)
Uji dependabilitas ini dilakukan dengan cara menguji secara
keseluruhan proses penelitian yang dilakukan. Menurut Sugiyono (2011:
377) uji dependabilitas ialah pengujian reliabilitas, suatu penelitian yang
reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses
penelitian tersebut.
Cara ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan terhadap data
penelitian yang diperoleh pada saat tahap eksplorasi yang berkaitan
dengan manajemen sekolah berbasis program akselerasi. Proses ini
dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: memperluas harapan awal
penelitian, memfokuskan penelitian dengan cara melihat sumber data lain,
membuat kutipan ekstensif yang berasal dari catatan lapangan dan hasil
wawancara, menggunakan data penelitian lainnya sebagai sumber
pengecekan, serta melaporkan proses pengumpulan data tersebut selama
penelitian.
Dalam hal reliabilitas, Susan Stainback (dalam Djam’an Satori dan
Aan Komariah, 2011: 166) menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan
dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam
penelitian kualitatif akan menemukan kesulitan untuk merefleksikan pada
situasi yang sama karena setting sosial senantiasa berubah dan berbeda.
4. Konfirmabilitas (Objektivitas)
Konfirmabilitas berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian.
Hasil penelitian dikatakan memiliki derajat objektivitas yang tinggi
apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti dan penelitiannya
dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Uji
konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut telah memenuhi stadar konfirmabilitas. Artinya,
seorang peneliti melaporkan hasil penelitian karena ia telah melakukan
serangkaian kegiatan penelitian di lapangan. (Djam’an Satori dan Aan
Komariah, 2011: 167)
Dalam penelitian, uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependability
sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersama-sama. (Sugiyono,
2011: 377). Uji confirmability artinya menguji hasil penelitian yang telah
dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
yang dilakukan maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
confirmability.