bab iii metode penelitian - repository.upi.edurepository.upi.edu/26829/6/s_fis_1002272_chapter...
TRANSCRIPT
52
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitan ini membahas mengenai proses pengolahan dan intepretasi data
pengukuran geolistrik resistivitas untuk menentukan kedalaman lapisan batuan
yang mengandung air tanah (aquifer). Data hasil pengukuran berupa nilai
apparent resistivity diolah dengan teknik intepretasi secara manual dan software.
Penelitian ini disusun menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis
dilakukan menggunakan metode deskriptif, yaitu mengintepretasikan lokasi
penyebaran jenis dan kedalaman batuan yang membawa air tanah (aquifer)
berdasarkan hasil penampang resistivitas yang dikorelasikan dengan data lain
berupa peta geologi untuk memastikan letak dan kedalaman aquifer. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan mengetahui nilai resistivitas bawah permukaan yang
mengindikasikan suatu jenis batuan dengan nilai resistivitas tertentu.
3.1. Lokasi dan Desain Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan data hasil pengukuran
geolistrik resistivitas tim peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Air (PUSAIR) yang dilakukan di daerah Tonga, Kabupaten Padang Lawas,
Provinsi Sumatera Utara. Pengukuran geolistrik resistivitas yang dilakukan di
daerah penelitian, yaitu:
1. VES (Vertical Electrical Sounding)
Dilakukan untuk menduga jenis dan ketebalan batuan di satu titik pengukuran
secara tegak sesuai dengan kedalaman yang diperlukan. Jadi pengukuran
geolistrik resistivitas dengan cara VES ini dilakukan untuk menentukan
variasi litologi di bawah titik pengukuran secara vertikal.
2. Tomografi (Imaging)
Dilakukan untuk memetakaan litologi bawah permukaan lintasan pengukuran
secara lateral dan vertikal. Pada pengukuran geolistrik tomografi dihasilkan
suatu penampang bawah permukaan dalam bentuk 2D yang mencerminkan
litologi bawah permukaan lintasan daerah pengukuran berdasarkan distribusi
nilai resistivitas bawah permukaan.
53
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Susunan elektroda yang dilaksanakan di lapangan untuk pengambilan data
geolistrik VES menggunakan susunan elektroda konfigurasi wenner. Pengukuran
VES dilakukan bertahap secara manual, memindahkan 4 elektroda bersamaan
untuk setiap kedalaman sebanyak 24 kali pengukuran. Sedangkan pengambilan
data tomografi dilakukan secara otomatis menggunakan peralatan SYSCAL Junior
Switch IRIS buatan Perancis. Susunan elektroda yang digunakan adalah wenner-
schlumberger dengan jarak antar elektroda atau spasi elektroda 10 m dan total
panjang lintasan adalah 480 m dengan 48 eletroda.
Lokasi kegiatan pengukuran geolistrik resistivitas ini memiliki luas area
sekitar kurang lebih 4 ha di aera sekitar Gudang Logistik yang termasuk daerah
Tonga yaitu Desa Pangikiran Dolok, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten
Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. Pengukuran geolistrik VES dan
tomografi dilakukan di beberapa titik dan lintasan sekitar gudang logistik. Dan
jumlah data pengukuran geolistrik resistivitas yang diolah oleh penulis dalam
penelitian kali ini yaitu lima titik VES dan dua lintasan tomografi di sekitar area
gudang logistik. Secara lengkap lokasi pengukuran ditunjukkan pada gambar
(3.1). Pengukuran geolistrik di lapangan dilakukan setelah pemetaan dan
pengecekan kondisi geologi permukaan untuk mengetahui penyebaran jenis
batuan di sekitar lokasi pengukuran berdasarkan peta geologi regional yang ada,
seperti yang ditunjukkan oleh gambar (3.2).
Berdasarkan informasi pemetaan geologi permukaan yang diperoleh dari
tim survey PU serta studi literatur dengan dasar peta geologi regional lembar
Padang Sidempuan dan Sibolga (Kartawa dkk dalam Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, 1982, lembar. 0617-0717) dengan skala 1 : 250.000,
diketahui bahwa batuan penyusun di sekitar daerah penelitian berumur Miosen
sampai Pliosen. Batuan tersebut terdiri dari konglomerat, batupasir, batulanau,
batugamping, serpih dan alluvium. Singkapan batupasir yang termasuk Formasi
Petani dijumpai di lokasi penelitian sekitar hutan Akasia. Penyebaran Formasi
Petani cukup luas di area penelitian geolistrik sekitar Gudang Logistik, dimana
formasi ini tersusun atas litologi serpih, batupasir, batulanau, dan batupasir
kapuran. Adapun urutan-urutan umur batuan paling tua sampai muda di daerah
penelitian adalah:
54
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Formasi Sihapas
Batuan yang termasuk dalam Formasi Sihapas (Tms) berumur Miosen bawah
termasuk kelompok Kampar, terdiri dari konglomerat, breksi, batupasir,
batulanau dan lapisan serpih yang tipis-tipis. Ketebalan formasi Sihapas antara
100-250 m yang diendapkan di lingkungan transisi antara darat sampai pantai
laut dangkal.
2. Formasi Telisa
Batuan yang termasuk dalam Formasi Telisa (Tmt) berumur Miosen Tengah,
terdiri dari serpih banyak mengandung berfosil laut dengan lapisan tipis
glaukonit, batupasir berbutir halus, batulanau dan lapisan tipis batugamping
yang berselingan dengan serpih. Ketebalan Formasi Telisa sekitar 250 m yang
diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai dalam.
3. Formasi Petani
Formasi Petani (Tup) berumur Miosen Atas - Pliosen, terdiri dari batuan
berupa serpih berwarna abu-abu kehijauan dengan selang-seling batupasir dan
batulanau serta lapisan tipis batubara, batupasir karbonat yang kadang-kadang
mempunyai struktur jejak binatang (bioturbasi), batulumpur berwarna kuning,
batupasir dan batulanau. Ketebalan Formasi Petani berkisar antara 300-1000
m yang diendapkan di lingkungan laut dangkal.
4. Alluvium
Alluvium (Qh) adalah hasil rombakan dari semua batuan yang telah ada,
berupa bongkah batu, kerakal, kerikil, pasir dan lempung, rawa bakau,
fluviatil, endapan asal laut dan lakustrin. Umumnya menempati bagian daerah
di pinggir sungai dan pantai.
55
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Lokasi Pengukuran Geolistrik Resistivitas.
Gambar 3.2 Penampang Geologi daerah penelitian yang dimodifikasi oleh tim
balitbang PU (Kartawa dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1982,
lembar. 0617-0717).
56
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.2. Diagram Alir Pengolahan Data
Sebelum melakukan pemetaan bawah permukaan dengan penyelidikan
geolistrik resistivitas, terlebih dahulu dilakukan pemetaan geologi permukaan oleh
tim survey PU dengan dasar peta geologi regional daerah penelitian. Data hasil
pemetaan geologi permukaan diintepretasi secara langsung dengan menganalisis
data hasil pemetaan dan pengukuran lapangan baik morfologi maupun stratigrafi
batuan. Hasil analisis pemetaan geologi permukaan ini bertujuan untuk
memberikan gambaran penyebaran litologi permukaan di daerah penelitian.
Karena dengan mengetahui gambaran penyebaran litologi permukaan, akan
mempermudah intepretasi hasil pengukuran geolistrik untuk memastikan potensi
yang ada, termasuk potensi air tanah akibat dari pengaruh formasi geologi daerah
penelitian.
Dalam penelititan kali ini, data hasil pengukuran geolistrik resistivitas
diolah dengan menggunakan dua teknik intepretasi yaitu, teknik intepretasi secara
manual dengan menggunakan teknik kurva matching, metode lapisan Barnes dan
Kumulatif Moore. Dan teknik intepretasi dengan menggunakan software yaitu,
Ipi2win untuk data sounding dan Res2divn untuk data tomografi. Secara umum
tahapan-tahapan pengolahan data geolistrik resistivitas dengan teknik intepretasi
manual dan software yaitu:
1. Teknik Intepretasi Manual
Dalam teknik intepretasi manual, data pengukuran geolistrik yang diolah yaitu
data geolistrik resistivitas VES. Secara umum pengolahan data geolistrik VES
ini dilakukan dengan teknik curve matching (pencocokkan kurva), yaitu
mencocokan data lapangan dengan kurva standar (baku) yang telah ada untuk
mengetahui susunan litologi bawah permukaan secara vertikal. Tidak semua
titik duga menghasilkan lengkung (kurva) yang dapat diintepretasikan, maka
disamping pembuatan lengkung duga juga dilakukan perhitungan resistivitas
murni dengan metode lapisan Barnes untuk setiap kedalaman 10 m. Hasilnya
menggambarkan perubahan litologi bardasarkan resistivitasnya. Selain itu
dilakukan perhitungan dengan menggunakan Kumulatif Moore, untuk
memperoleh gambaran batas lapisan litologi.
57
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jadi pada teknik intepretasi manual, dilakukan mapping secara vertikal untuk
menentukan litologi bawah permukaan secara vertikal dan mapping secara
lateral untuk melihat penyebaran litologi bawah permukaan secara lateral
sesuai kedalaman yang dibutuhkan. Hasil mapping dengan teknik intepretasi
ini berupa penampang 1D dan 2D, dimana penampang 2D dibuat dari hasil
korelasi titik VES satu dengan titik VES lainnya sesuai kebutuhan. Hasil ini
mencerminkan litologi bawah permukaan titik ukur. Hasil penampang tersebut
dianalisis untuk kemudian ditentukan lapisan yang kira-kira bentindak sebagai
akuifer.
2. Teknik Intepretasi dengan Software
Dalam teknik intepretasi ini data pengukuran geolistrik yang diolah yaitu, data
geolistrik resistivitas VES dan tomografi. Data diolah menggunakan bantuan
perangkat lunak (software) yaitu, software Ipi2win untuk data VES dan
software Res2divn untuk data tomografi. Prinsip pengolahan data VES dengan
sama dengan kurva matching, yaitu dengan mencocokkan kurva plot data
lapangan dengan kurva model (kurva standar). Namun yang membedakannya
pada software Ipi2win, hasil pencocokkan kurva ditentukan oleh proses
inversi yang bekerja dengan algoritma tertentu. Dari hasil kurva resistivitas
1D ini kemudian dibuat penampang resistivitas 2D.
Penampang 2D pada software Ipi2win dibuat dengan mengkorelasikan antara
titik VES satu dengan titik VES lainnya yang dibuat dalam bentuk pseudo
cross section. Hasil model struktur bawah permukaan bumi digambarkan
dalam citra perlapisan berwarna. Setiap warna mewakili suatu nilai resistivitas
tertentu. Untuk mengintepretasi struktur litologi bawah permukaan dibawah
titik pengukuran, dilakukan dengan melihat citra perlapisan berwarna ini
sebagai fungsi kedalaman. Dari hasil analisis ini, dapat diketahui gambaran
litologi bawah permukaan dibawah titik pengukuran dan dapat diduga lapisan
yang bertindak sebagai sebagai akuifer.
Sedangkan pengolahan data tomografi dengan menggunakan software
Res2divn bertujuan untuk membuat suatu model penampang bawah
permukaan secara lateral dan vertikal sekaligus, baik dalam bentuk 2D atau
3D, dimana model penampang tersebut mencerminkan distribusi nilai
58
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
resistivitas sebenarnya dibawah permukaan bumi (dibawah titik pengukuran)
dan kedalaman lapisan. Hasil penampang pada Res2divn diperoleh dari hasil
inversi nilai apparent resistivity ( ).
Tahap akhir dari penelitian ini adalah untuk menduga kedalaman air tanah
di daerah penelitian berdasarkan hasil intepretasi data pengukuran geolistrik
resistivitas yang diolah dengan teknik intepretasi secara manual dan software.
Secara umum, diagram alur penelitian kali ini ditunjukkan oleh gambar (3.3).
59
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitiaan.
60
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3. Pengolahan Data Resistivitas
Sebelum melakukan pengukuran geolistrik untuk menentukan kedalaman
air tanah, maka perlu dilakukan penyelidikan awal berupa pemetaan geologi
permukaan. Pemetaan geologi permukaan dilakukan untuk mendapatkan
gambaran geologi permukaan di daerah penelitian. Pemetaan ini dilakukan dengan
pemetaan dan pengukuran lapangan, baik morfologi struktur maupun stratigrafi
batuan. Pemetaan geologi permukaan di daerah Tonga dilakukan berdasarkan peta
geologi regional lembar Padang Sidempuan dan Sibolga (Kartawa dkk dalam
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1982, lembar. 0617-0717) dengan
skala 1:250.000. Kemudian data informasi hasil survei dievaluasi dan diintepretasi
untuk mengetahui gambaran penyebaran litologi permukaan.
Setelah melakukan pemetaan geologi permukaan, kemudian dilakukan
penyelidikan lanjutan berupa pengukuran geolistrik resistivitas. Untuk mengetahui
hasil intepretasi data pengukuran geolistrik resistivitas dengan baik, maka data
hasil pengukuran diolah dengan menggunakan dua teknik inteprtasi yaitu teknik
intepretasi manual dan software untuk kemudian hasilnya dapat dikolaborasikan
dan dibandingkan satu-sama lain. Adapun langkah-langkah pengolahan data
geolistrik resistivitas menggunakan teknik intepretasi ini yaitu:
3.3.1. Teknik Pencocokkan Kurva (curve matching)
Data hasil pengukuran geolistrik resistivitas VES diplot kedalam suatu
grafik log-log 62,5 mm atau 83,3 mm dan digambarkan lengkung duganya dengan
arah sumbu horizontal adalah kedalaman ( ) dan sumbu nilai resistivitas
semu ( ), menjadi lengkung lapangan untuk kasus dua lapis, tiga lapis dan
seterusnya seperti yang ditunjukkan pada gambar (3.4).
Pengeplotan nilai apparent resistivity ini bergantung dari jenis konfigurasi
yang digunakan. Untuk konfigurasi wenner lengkung lapangan dibentuk oleh plot
antara apparent resistivity ( ) terhadap kedalaman ( ). Lengkung lapangan yang
diperoleh disesuaikan dengan lengkung baku (curve matching). Kemudian
diintepretasi ketebalan dan jenis litologi berdasarkan nilai resistivitasnya.
61
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.4 Contoh hasil penyesuaian kurva dengan lengkung baku.
Tahapan pengolahan data resistivitas kurva matching wenner untuk kasus
dua lapis (lengkung baku dan lengkung bantu) yaitu:
1. Membuat grafik hubungan nilai resistivitas semu ( ) terhadap kedalaman
pada kertas log-log transparan yang ukurannya sama dengan lengkung baku
(62,5 mm atau 83,3 mm), seperti hasil yang ditunjukkan pada gambar (3.4).
Hasilnya gambar berupa lengkung lapangan.
2. Menyesuaikan lengkung lapangan dengan lengkung baku hingga didapat
perbandingan dengan dan plot titik pusat lengkung baku pada gambar
lengkung lapangan.
3. Menggambarkan atau membuat titik pusat lengkung baku lengkung lapangan
dan sesuaikan dengan lengkung bantu, kemudian tarik garis bantu
perbandingan dengan sebagai tempat kedudukan titik pusat lengkung
baku untuk penyesuaian berikutnya. Gambar lengkung bantu ditunjukkan oleh
gambar (3.5).
4. Menyesuaikan lengkung lapangan untuk memperoleh nilai perbandingan
berikutnya antara dengan dengan titik pusat lengkung baku yang terletak
pada garis bantu.
62
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Mengulangi kegiatan serupa sampai penyesuaian lengkung lapangan habis.
6. Menentukan nilai resistivitas dari hasil penyesuaian dengan lengkung baku
dan lengkung bantu.
7. Titik perpotongan setiap lengkung bantu adalah menunjukkan kedalaman dan
ketebalan lapisan yang langsung dibaca ke arah absis.
8. Kemudian membuat data hasil pencocokkan kurva kedalam tabel untuk
mempermudah membaca hasil intepretasi, seperti yang ditunjukkan oleh
gambar (3.6).
Gambar 3.5 Kurva bantu untuk konfigurasi wenner.
(Barker, 1978 dalam Soewaeli, 2008, hlm. 57).
63
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.6 Tabel hasil intepretasi pencocokkan kurva data geolistrik VES.
3.3.2. Metode Lapisan Barnes
Tidak semua titik duga sounding menghasilkan lengkung duga yang dapat
diintepretasi, maka selain pembuatan lengkung duga juga dilakukan perhitungan
perhitungan resistivitas murni cara Barnes perkedalaman tertentu yang diterapkan
pada pengukuran geolistrik untuk konfigurasi wenner. Resistivitas murni ini
menunjukkan nilai resistivitas sebenarnya dari tiap lapisan yang ditinjau.
Umumnya untuk keperluan hidrologi khususnya pencarian potensi, menentuan
kedalaman dan karakteristik litologi yang bertindak sebagai akuifer air tanah,
maka dilakukan perhitungan resistivitas murni cara Barnes perkedalaman 10 m,
seperti yang ditunjukkan gambar (3.7). Hasil perhitungan ini menggambarkan
perubahan litologi berdasarkan nilai resistivitasnya.
Dengan:
= Kedalaman (meter),
K = Faktor Geometri,
R = Hambatan (Ω),
= Resistivitas Semu ( ),
= Resistivitas murni Barnes ( ).
64
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.7 Contoh hasil perhitungan resistivitas murni cara Barnes.
Tahapan-tahapan perhitungan resistivitas murni cara Barnes pada data
geolistrik VES, yaitu:
1. Mengisi kolom dan pada excel dari hasil data pengukuran lapangan.
Kolom K (Faktor Geometri) sesuai dengan konfigurasi yang digunakan, pada
contoh pada gambar 3.6, nilai K diperoleh dengan memasukkan rumus
perintah, yaitu: . Kemudian sorot kebawah untuk mendapatkan nilai
K untuk setiap nilai .
2. Menentukan nilai , nilai merupakan nilai hambatan tiap-tiap lapisan,
diperoleh dari persamaan , sehingga nilai , yaitu : = ⁄ .
3. Menentukan nilai ⁄ , nilai ⁄ (Mhos) diperoleh dari, = ⁄ .
4. Menentukan nilai , nilai merupakah hambatan murni Barnes
dimana nilai ini merupakam selisih nilai hambatan lapisan yang lebih bawah
dikurangi hambatan lapisan diatasnya seperti pada persamaan (2.44). Atau
pada excel nilai ini diperoleh dari rumus perintah, yaitu : untuk lapisan
pertama tetap, untuk lapisan kedua, = , untuk lapisan 3, = ,
dan begitu seterusnya sampai lapisan ke-n.
5. Menentukan nilai , nilai merupakan nilai resistivitas murni Barnes yang
diperoleh sesuai dengan persamaan (2.45). Atau pada excel diperoleh dari
rumus perintah, yaitu : =(2*(3,14)*(B5-B4))/G4 untuk lapisan kedua sampai
lapisan ke-n, karena untuk lapisan pertama nilai B4 tetap.
65
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah diperoleh nilai resistivitas murni Barnes untuk tiap-tiap
kedalaman, maka dibuat kedalam sebuat grafik plot terhadap kedalaman ,
seperti yang ditunjukkan oleh gambar (3.8).
Gambar 3.8 Contoh hasil kurva resistivitas murni Barnes yang dibuat
menggunakan Microsoft Excel.
3.3.3. Perhitungan Kumulatif Moore
Setelah diperoleh nilai resistivitas murni dengan cara Barnes untuk tiap-
tiap kedalaman. Kemudian dilakukan perhitungan dan penjumlahan resistivitas
murni untuk setiap kedalaman 10 m dengan menggunakan metode kumulatif
Moore, seperti ditunjukkan gambar (3.9). Hasil perhitungan ini menggambarkan
batas lapisan litologi dibawah permukaan titik pengukuran, seperti ditunjukkan
plot data Kumulatif Moore terhadap kedalaman pada gambar (3.10).
Adapun tahapan-tahapan perhitungan penjumlahan resistivitas murni
perkedalaman 10 m m menggunakan Kumulatif Moore pada data VES, yaitu:
1. Menjumlahkan nilai resistivitas untuk tiap-tiap kedalaman.
2. Untuk lapisan pertama, nilai resistivitas kumulatifnya yaitu sama dengan nilai
pada (lapisan pertama).
3. Untuk lapisan kedua, nilai resistivitas kumulatifnya yaitu merupakan
penjumalahn nilai resistivitas murni untuk ditambah dengan nilai
resistivitas murni atau pada excel, nilai tersebut diperoleh dengan
memasukkan rumus perintah, yaitu : =I3+H4.
66
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Untuk lapisan ketiga, nilai resistivitas kumulatifnya yaitu merupakan
penjumlahan nilai resistivitas murni ditambah nilai resistivitas murni
atau pada excel, nilai tersebut diperoleh dengan memasukkan rumus perintah,
yaitu : =I4+H5, dan begitu seterusnya hingga mencapai kedalaman ke-n ( ).
Gambar 3.9 Hasil pengolahan Kumulatif Moore.
Gambar 3.10 Hasil kurva Kumulatif Moore yang dibuat menggunakan Microsoft
Excel.
3.3.4. Penampang 2D Hasil Korelasi Titik VES
Data VES masing-masing titik sounding dapat dikorelasikan satu-sama
lainnya untuk menghasilkan suatu penampang resistivitas 2D. Penampang 2D
tersebut memberikan informasi mengenai penyebaran litologi baik secara vertikal
maupun lateral berdasarkan distribusi nilai resistivitas dibawah titik-titik sounding
yang dikorelasikan. Pada penampang resistivitas 2D ini, informasi mengenai
penyebaran litologi dibawah titik-titik sounding yang dikorelasikan diintepretasi
67
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berdasarkan perubahan nilai resistivitas perkedalaman tertentu yang diperoleh dari
perhitungan resistivitas cara Barnes dan perhitungan kumulatif Moore untuk
menentukan batas antar lapisan pada penampang yang dihasilkan. Hasil
intepretasi kurva matching (curve matching) berupa batas litologi perkedalaman
yang diperoleh digunakan sebagai pembanding dengan hasil yang diperoleh dari
hasil perhitungan resistivitas cara Barnes dan Kumulatif Moore. Adapun tahapan-
tahapan pembuatan penampang resistivitas ini yaitu:
1. Menentukan dua atau lebih titik sounding yang ingin dikorelasikan (misal:
titik sounding 3 dan 2).
2. Menghitung nilai resistivitas murni Barnes dan Kumulatif Moore yang
dikorelasikan, seperti ditunjukkan gambar (3.11) dan (3.12).
Gambar 3.11 Hasil perhitungan resistivitas murni Barnes dan Kumulatif Moore
titik sounding 3.
Gambar 3.12 Hasil perhitungan resistivitas murni Barnes dan Kumulatif Moore
titik sounding 2.
3. Membuat plot nilai resistivitas murni Barnes dan nilai Kumulatif Moore
terhadap nilai (kedalaman) masing-masing titik sounding yang dikorelasikan
68
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada millimeter blok. Pengeplotan nilai resistivitas murni Barnes dilakukan
dengan menggunakan skala logaritma seperti pada kurva matching dan
Kumulatif Moore menggunakan skala linier seperti ditunjukkan gambar
(3.13).
Gambar 3.13 Hasil plot nilai resistivitas murni cara Barnes dan Kumulatif
Moore.
4. Menggabungkan hasil plot data masing-masing titik sounding yang
dikorelasikan, kemudian membuat garis kontur yang menghubungkan nilai
resistivitas yang sama pada masing-masing kurva Barnes yang dihasilkan.
Kontur-kontur ini menunjukkan perubahan litologi dibawah titik-titik
sounding yang dikorelasikan berdasarkan distribusi nilai resistivitasnya dan
nilai Kumulatif Moore masing-masing titik menujukkan batas antar lapisan,
seperti ditunjukkan gambar (3.14);
69
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.14 Contoh hasil penampang resistivitas korelasi titik sounding 3 dan 2.
5. Memvisualisasikan penampang secara digital untuk mempermudah tahap
pengeditan dan pengintepretasian litologi. Software yang digunakan penulis
untuk visualisasi penampang manual dalam penelitian kali ini yaitu AutoCad
2010. Dimana tahapannya masih melanjutkan proses diawal yaitu:
6. Membuat penampang harus dalam bentuk format data JPEG agar bisa
dimasukkan kedalam software AutoCad. Perubahan itu dilakukan dengan
proses scanning penampang, sehingga diperoleh citra penampang dalam
format JPEG.
7. Memasukkan atau import penampang yang telah dibuat kedalam format JPEG
pada AutoCAd. Setelah itu membuat penampang dengan AutoCad dengan
cara meniru bentuk garis penampang yang telah dimasukkan sebelumnya,
seperti ditunjukkan gambar (3.15).
Gambar 3.15 Hasil penampang yang dibuat dengan software AutoCad 2010.
70
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8. Melakukan pengeditan penampang dengan cara menghilangkan kontur yang
tidak perlu. Membagi penampang menjadi beberapa lapisan litologi sesuai
distribusi nilai resistivitasnya, memberi simbol litologi dan batas lapisan agar
mempermudah proses intrepetasi, seperti ditunjukkan gambar (3.16). Yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan penampang ini adalah, elevasi titik data
sounding dan skala yang digunakan harus sesuai dengan peta denah lokasi
pengukuran yang digunakan.
Gambar 3.16 Hasil penampang korelasi titik sounding 3 dan 2 dengan
menggunakan AutoCAd 2010.
9. Penampang yang telah selesai divisualisasikan dengan software AutoCad
memberikan informasi penyebaran litologi, baik secara vertikal maupun
lateral bawah permukaan titik-titik sounding yang dikorelasikan, seperti
ditunjukkan gambar (3.17).
Setelah mendapatkan penyebaran litolologi bawah permukaan berdasarkan
distribusi nilai resistivitas titik-titik sounding yang dikorelasikan, kemudian dapat
ditentukan lapisan akuifer dan menentukan kedalaman air tanah.
71
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.17 Contoh hasil penampang korelasi titik sounding 3 dan 2 yang
mencerminkan litologi dibawah titik pengukuran.
3.3.5. Software Ipi2win
Software Ipi2win yang diguanakan dalam penelitian ini adalah software
Ipi2win version 3.0.1.a7.01.03. Software ini digunakan untuk menampilkan model
struktur bawah permukaan hasil pengolahan data geolistrik VES suatu titik dalam
bentuk kurva satu dimensi seperti pada gambar (3.18). Kurva satu dimensi ini
dibuat sebagai input untuk membuat penampang dua dimensi dengan cara
mengkorelasikan dua atau lebih hasil kurva satu dimensi titik VES. Dalam
mengolah data tersebut, software Ipi2win diatur dengan setting default, dimana
untuk memperoleh hasil dengan nilai error terkecil dengan membuat model
inversi dengan tiga sampai lima layer;
Pada software Ipi2win, hasil penampang dua dimensi ini ditampilkan
dalam citra perlapisan berwarna berupa pseudo cross section, seperti ditunjukkan
gambar (3.19). Adapun tahapan-tahapan pengolahan data geolistrik VES pada
software Ipi2win untuk membuat kurva 1D dan pseudo cross section secara rinci
terdapat pada lampiran A.
72
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.18 Kurva 1D hasil pencocokkan software Ipi2win.
Gambar 3.19 Penampang 2D dalam bentuk pseudo cross section hasil korelasi
titik VES.
3.3.6. Software Res2divn
Software Res2divn yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Res2divn
version 3.51L. Software Res2divn merupakan suatu software yang secara otomatis
akan menghasilkan model resistivitas 2D atau 3D bawah permukaan dari
pengolahan data hasil pengukuran geolistrik tomografi (Griffiths and Barker,
1993 dalam Geotomo, 2006, hlm. 1). Model resistivitas yang dihasilkan Res2divn
merupakan model hasil inversi data hasil pengukuran lapangan berupa nilai
(apparent resistivity) untuk diperoleh nilai sebenarnya dalam bentuk suatu
penampang bawah permukaan dibawah lintasan pengukuran.
73
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.20 Pseudosection 2D lintasan pengukuran tomografi hasil inversi
software Res2divn.
Sebelum terbentuk suatu model resistivitas bawah permukaan suatu
lintasan pengukuran, maka dilakukan beberapa proses pengolahan data pada
Resdivn, dimana software Res2divn diatur dengan setting default serta model
hasil inversi (pseudosection) dibuat dengan lima kali proses iterasi. Dalam
penelitian kali ini, penulis hanya membuat model 2D dalam bentuk pseudosection
dari data tomografi yang diolah dengan Res2divn, seperti ditunjukkan gambar
(3.20). Adapun tahapan-tahapan pengolahan data geolistrik tomografi pada
Res2divn untuk membuat pseudosection dari data tomografi secara rinci terdapat
pada lampiran A.
3.4. Intepretasi
Pada teknik intepretasi manual interpetasi dilakukan dengan menggunakan
teknik curve matching (pencocokkan kurva) untuk menghasilkan kurva 1D untuk
menggambarkan litologi diabawah titik ukur secara vertikal, perhitungan
resistivitas cara Barnes untuk mengetahui gambaran litologi dibawah titik ukur
perkedalaman tertentu dan perhitungan Kumulatif Moore untuk menentukan batas
antar lapisan. Dan untuk penampang 2D yang dihasilkan dari korelasi titik-titik
VES, litologi bawah permukaan diintepretasi berdasarkan distribusi nilai
resistivitas dibawah titik-titik pengukuran. Pada intepretasi menggunakan
software, intepretasi dilakukan dengan melihat penampang resistivitas bawah
permukaan hasil inversi software, yaitu software Ipi2win untuk pengolahan data
74
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
VES yang berupa penampang 2D hasil korelasi titik-titik VES dan software
Res2divn pengolahan data tomografi yang berupa penampang 2D.
Pada software Ipi2win penampang hasil inversi data ditampilkan dalam
suatu kurva 1D dan penampang 2D. Untuk kurva 1D, menampilkan penyesuaian
plot data apparent resistivity ( ) terhadap kedalaman ( ) dengan kurva standar.
Kurva tersebut menunjukkan persebaran titik data hasil pengukuran berdasarkan
nilai resistivitasnya yang kemudian dijadikan sebagai input untk membuat
penampang resistivitas 2D. Penampang 2D merupakan hasil korelasi titik-titik
VES yang dibuat dalam bentuk pseudo cross section berupa citra perlapisan
berwarna. Hasil korelasi tersebut menunjukkan gambaran lilotogi bawah
permukaan dibawah titik-titik pengukuran yang diintepretasi berdasarkan
distribusi nilai resistivitas bawah permukaan dalam bentuk citra perlapisan warna.
Pada software Res2divn, penampang hasil inversi data tomografi
digambarkan dalam bentuk pseudosection 2D yang berupa distribusi nilai
resistivitas terhadap kedalaman yang dipetakan dengan indikasi warna. Setiap
bagian kontur warna hasil pemetaan berasosiasi dengan suatu nilai resistivitas
tertentu di bawah permukaan. Kemudian nilai resistivitas bawah permukaan yang
terukur, dikorelasikan dengan peta geologi daerah setempat dan diintepretasikan
jenis litologi dan kandungan yang terdapat di bawah permukaan daerah penelitian.
Teknik intepretasi secara manual pada dasarnya sama dengan teknik
intepretasi menggunakan software Ipi2win. Karena Ipi2win merupakan kurve
matching yang dihasilkan dari proses inversi berdasarkan suatu persamaan
algoritma dan matematis tertentu, dimana pengeplotan data dilakukan secara
otomatis oleh komputer. Pada teknik kurve matching baik untuk konfigurasi
wenner atau schlumberger, intepretasi dilakukan dengan melihat hasil
penyesuaian lengkung lapangan dengan lengkung baku yang kemudian dengan
menggunakan lengkung bantu untuk memperoleh nilai resistivitas bawah bawah
permukaan. Dengan demikian data dapat diintepretasi untuk menentukan jenis dan
ketebalan batuan bawah permukaan pada daerah titik pengukuran. Karena tidak
semua titik duga menghasilkan lengkung yang dapat diintepretasi, maka
disamping pembuatan lengkung duga juga dilakukan perhitungan resistivitas cara
Barnes untuk setiap kedalaman 10 m. Hasilnya menggambarkan perubahan
75
Fadil Ilham, 2016 Pendugaan Kedalaman Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Daerah Tonga Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
litologi berdasarkan resistivitasnya. Selain itu dilakukan perhitungan dan
penjumlahan resistivitas untuk setiap kedalaman 10 m dengan menggunakan
Kumulatif Moore untuk memperoleh gambaran batas lapisan batuan. Kemudian
dengan mengkorelasikan titik-titik VES, dibuat suatu penampang 2D yang
memuat distribusi resistivitas perkedalaman tertentu dan batas antar lapisan
masing-masing titik VES yang dikorelasikan, sehingga dihasilkan suatu model
penampang bawah permukaan berdasarkan distribusi nilai resistivitas dibawah
masing-masing titik ukur. Hasil distribusi resistivitas ini mencerminkan litologi
dibawah titik ukur untuk kemudian dapat ditentukan lapisan yang bertindak
sebagai akuifer.
3.5. Analisis
Setelah data hasil pengukuran diolah dan diintepretasi, maka hasil tersebut
perlu dianalisis lebih lanjut. Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran
lebih baik mengenai hasil intepretasi data geolistrik resistivitas yang diolah
dengan teknik intepretasi secara manual dan software. Analisis dilakukan dengan
mengolaborasikan hasil masing-masing teknik intepretasi agar diperoleh suatu
hasil intepretsasi yang semakin baik. Hasil intepretasi baik berupa penampang
resistivitas 1D maupun 2D untuk memberikan gambaran litologi bawah
permukaan secara lebih mendalam di daerah penelitian. Setelah diperoleh
gambaran ini, barulah dapat ditentukan suatu formasi geologi yang merupakan
akuifer dan ditentukan kedalaman air tanahnya berdasarkan distribusi nilai
resistivitasnya.
Dalam menganalisis hasil intepretasi penampang resistivitas bawah
permukaan yang dihasilkan dari data yang diolah dengan menggunakan software
dan teknik manual, diperlukan suatu acuan sebagai standar patokan dalam
mengintepretasi dan menganalisis. Acuan disini berfungsi sebagai patokan dan
referensi dalam mengklasifikasikan nilai resistivitas yang diperoleh dari hasil
pengolahan data sehingga dapat ditentukan susunan geologi bawah permukaan
terkait dengan nilai resistivitas yang dihasilkan. Adapun acuan yang digunakan
sebagai yaitu berupa peta geologi daerah penelitian dan tabel resistivitas batuan
dan fluida yang dibuat oleh para ahli geologi (terlampir pada BAB II).