bab ii bank dan manajemen risiko pada bank a....

52
BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. Bank dan Perbankan 1. Pengertian Bank Apabila menelusuri sejarah dan terminologi “bank” maka ditemukan bahwa bank berasal dari bahasa Italia, “banca” yang berarti bence yaitu suatu susunan bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku halaman pasar. 55 Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi bank. Istilah ini sangat berbeda dengan pengertian bank yang dinyatakan dalam Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya 55 A. Abdurrachman, 1991, hal. 80 dalam Munir Fuady, Op. Cit., hal. 13. Universitas Sumatera Utara

Upload: tranque

Post on 04-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK

A. Bank dan Perbankan

1. Pengertian Bank

Apabila menelusuri sejarah dan terminologi “bank” maka ditemukan

bahwa bank berasal dari bahasa Italia, “banca” yang berarti bence yaitu suatu

susunan bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir

Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan

duduk di bangku-bangku halaman pasar. 55

Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undang-Undang

No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan. Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.

Bangku inilah yang dipergunakan oleh

bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah

bangku secara resmi dan popular menjadi bank.

Istilah ini sangat berbeda dengan pengertian bank yang dinyatakan dalam

Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa

yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

55 A. Abdurrachman, 1991, hal. 80 dalam Munir Fuady, Op. Cit., hal. 13.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang. Perbedaan tersebut terletak pada kedudukan bank sebagai

lembaga keuangan diganti dengan badan usaha. Perubahan istilah lembaga

keuangan menjadi badan usaha, dimaksudkan agar badan usaha lebih professional

dalam mengelola usaha perputaran uang dari dan ke masyarakat.56

Dari pengertian yang dimaksud Pada Pasal 1 angka (2) Undang-Undang

No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary

dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta

memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Dua fungsi tersebut

tidak dapat dipisahkan, sebagai badan usaha bank akan selalu berusaha

mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya.

Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk

menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan

kesempatan kerja.

57

Dari pengertian di atas terlihat usaha bank lebih terarah tidak semata-mata

memutar uang untuk mencari keuntungan perusahaan, tetapi undang-undang

mengehendaki agar taraf hidup rakyat banyak ditingkatkan. Hal ini merupakan

salah satu tanggung jawab bank dalam rangka mewujudkan cita-cita negara untuk

mencapai masyarakat adil dan makmur.

58

56 Gatot Supramono, 1995, Perbankan dan Masalah Kredit, Djambatan, Jakarta, hal. 2.

57 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 59. 58 Gatot Supramono, Loc. Cit.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Selain pengertian otentik yang telah dirumuskan di dalam Undang-Undang

Perbankan, terdapat pengertian bank yang dikemukakan oleh para sarjana, antara

lain:

1. Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai

macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang,

pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan

benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain.59

2. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan oleh pihak ketiga maupun dengan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.

60

3. Prof. G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.

61

4. Bank sebagai suatu institusi yang mempunyai peran yang besar dalam dunia komersil yang mempunyai wewenang untuk menerima deposito, memberikan pinjaman dan menerbitkan promissory notes yang sering disebut dengan bank bills atau bank notes. Namun demikian, fungsi bank yang orisinil adalah hanya menerima deposito berupa uang logam, plate, emas dan lain-lain.

62

2. Pengertian Perbankan

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika, dan Amerika dibawa oleh Bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia Afrika maupun benua Amerika.63

Jika ditelusuri sejarahnya, kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran

uang. Namun jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan

59 A. Abdurrachman, Loc. Cit. 60 O. P. Simorangkir, 1979, hal. 18 dalam Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 1. 61 Hermansyah, Op. Cit., hal. 8. 62 Black, Henry Campbell, 1968, hal. 184 dalam Munir Fuady, Op. Cit., hal. 14. 63 Kasmir, 1998, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Rajagrafindo Persada,

Jakarta, hal. 29.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan

masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka peranan

dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang

berada di negara maju maupun negara berkembang.

Kata perbankan dalam bahasa Inggris disebut banking. Dalam Black’s Law

Dictionary dirumuskan bahwa banking adalah

the business of banking, as defined by law and customs, consist in the issue of notes payable on demand intended to circulate as money, when the banks are banks issue, in receiving deposits payable on demamnd, in discounting commercial paper, selling bills of exchange, negotiating, loans, and dealing in negotiable securities issued by the government, state and national, and municipal and other corporation.64

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.

65 Berdasarkan pengertian tersebut bahwa sistem

perbankan adalah suatu sistem yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses melaksanakan kegiatan

usahanya secara keseluruhan.66

3. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan

Asas, fungsi dan tujuan Perbankan Indonesia sesungguhnya telah dimuat

di dalam Pasal 2, 3, dan 4 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

namun untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

a. Asas Perbankan

64 Hermansyah, Op. Cit., hal.18. 65 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 66 Hermansyah, Loc. Cit.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Satjipto Rahardjo menyatakan, bahwa barangkali tidak berlebihan apabila

dikatakan asas hukum merupakan “jantungnya” peraturan hukum.67 Karena asas

hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan

hukum. Hal ini berarti, bahwa peraturan hukum pada akhirnya bisa dikembalikan

kepada asas-asas hukum tersebut. Asas hukum merupakan suatu sarana yang

membuat hukum itu hidup, tumbuh, dan berkembang dan menunjukkan bahwa

hukum itu bukan sekedar kumpulan peraturan belaka. Hal ini disebabkan asas

hukum itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis, yang merupakan

jembatan antara peraturan-peraturan hukum dan cita-cita sosial dan pandangan

etis masyarakatnya. Dengan demikian, asas hukum merupakan dasar atau ratio

legis bagi dibentuknya suatu norma hukum, demikian pula sebaliknya.68

Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi

ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

69 Ini berarti, fungsi dan

usaha perbankan diarahkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung

dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Tahun 1945.70 Dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tersebut harus dihindarkan hal-hal sebagai

berikut:71

1. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah

67 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 13. 68 Ibid. 69 Pasal 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 70 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 14. Bandingkan dengan Zainal Asikin, 2000, Pokok

Hukum Perbankan di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 5-7. Bandingkan dengan Hermansyah, Op. Cit., hal. 18-19. Bandingkan dengan Gatot Supramono, Op. Cit., hal. 2-3.

71 Ibid., hal. 15.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktur ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.

2. Sistem etatisme, dalam arti bahwa bahwa negara beserta aparatur negara bersifat dominan, mendesak, dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.

3. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.

Pada Penjelasan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian padahal

kejelasan mengenai prinsip kehati-hatian sangat penting untuk mengetahui

sejauhmana batas kehati-hatian perbankan yang tegas. Namun dalam bukunya

yang berjudul, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Rachmadi Usman

menjelaskan prinsip kehati-hatian ini bertujuan agar bank menjalankan usahanya

dengan benar dengan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum

yang berlaku dalam dunia perbankan, agar bank yang bersangkutan selalu dalam

keadaan sehat sehingga masyarakat semakin mempercayainya, yang pada

gilirannya akan mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan efisien, dalam arti

sempit dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang

secara wajar dan bermanfaat bagi perkembangan ekonomi nasional.72

b. Fungsi dan Tujuan Perbankan

Pada Pasal 3 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

dinyatakan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun

dan penyalur dana masyarakat. Sedangkan mengenai tujuan perbankan Indonesia

tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

72 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

yang menyatakan bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan

ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.

Dari kedua Pasal tersebut dapat dijabarkan lebih luas mengenai fungsi dan

tujuan perbankan nasional dalam kehidupan ekonomi nasional Bangsa Indonesia

yaitu:73

1. Bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan kegiatan usaha

pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan

dana masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang

dari penabung kepada peminjam. Hal ini berarti kehadiran bank sebagai

badan usaha tidak semata-mata bertujuan bisnis, namun ada misi lain yakni

peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

74

2. Penghimpun dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan

menunjang sebagian tugas penyelenggara negara yaitu:

a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah;

bukan melaksanakan misi pembangunan suatu golongan apalagi

perseorangan, jadi pembangunan di Indonesia diarahkan menjadi agen

pembangunan (agent of development).

b. Dalam rangka mewujudkan trilogi pembangunan nasional.

c. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia harus

mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat

73 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 61. 74 Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 8.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

kepadanya (Penjelasan umum angka (3)) dengan menerapkan prinsip

kehati-hatian, dengan cara:

1) Efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang

semakin mengglobal atau mendunia.

2) Menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang

produktif, bukan konsumtif;

d. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada

bank selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan

ketentuan persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk

mencegah terjadinya praktek-praktek yang merugikan kepentingan

masyarakat luas.

Dengan demikian, fungsi perbankan tidak hanya sekedar sebagai wadah penghimpun dan penyalur dana masyarakat atau perantara penabung dari investor, tetapi fungsinya akan diarahkan kepada peningkatan taraf hidup rakyat banyak, agar masyarakat menjadi lebih baik dan sejahtera daripada sebelumnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan fungsinya, Perbankan Indonesia seyogianya selalu mengacu pada tujuan Perbankan Indonesia tersebut.75

Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak

semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang

non ekonmis seperti masalah yangmenyangkut stabilitas nasional yang menakup

antara lain stabilitas politik dan stabilitas nasional.

76

Dalam perkembangan selanjutnya bahwa fungsi bank telah berkembang

menjadi empat yaitu:

77

1. Penghimpun dana dan penyalur dana

75 Ibid., hal. 62. 76 Hermansyah, Op. Cit., hal. 20. 77 Insukindro, 1995, Ekonomi, Uang & Bank, BPFE, Yogyakarta, hal. 26.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

2. Memberi informasi dan pengetahuan

3. Pemberi jaminan

4. Pencipta dan pemberi likuiditas

Fungsi bank dalam hal memberi informasi dan penyalur dana maksudnya

adalah kemampuan bank untuk melaksanakan tugas sebagai ahli analisis kredit

dan ekonomi untuk kepentingan nasabah. Hal ini sangat diperlukan untuk

kepentingan nasabah tatkala saat nasabah ingin memperluas usaha yang

memerlukan kredit dari bank. Sedangkan fungsi pemberi jaminan mensyaratkan

agar bank secara moral dan yuridis dapat menjamin keamanan dana yang

dipercayakan kepada bank. Adapun fungsi likuiditas mengandung arti bahwa bank

mengembalikan dana nasabahnya pada saat diperlukan atau tatkala jatuh tempo.

Dengan demikian nasabah tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank yang

bersangkutan. 78

4. Jenis-Jenis dan Usaha Bank

a. Jenis Bank

Melihat praktek operasional perbankan yang ada, dapat dibedakan jenis-

jenis bank. Jenis bank secara teoritis ditentukan dari:79

1) Segi fungsinya

2) Segi kepemilikannya

3) Segi penciptaan uang giral

78 Ibid. 79 Muhammad DJumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, hal. 83.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Dari segi fungsinya serta tujuan usahanya, dikenal ada empat jenis bentuk

bank, yaitu:80

a. Bank sentral (Central Bank), adalah bank yang dapat bertindak sebagai bankers, bank pimpinan, pengusaha moneter, mendorong dan mengarahkan semua jenis bank yang ada.

b. Bank umum (Commercial Bank) yaitu bank baik milik negara, swasta, maupun koperasi, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya terutama dalam memberikan kredit jangka pendek. Dikatakan sebagai bank umum karena bank tersebut mendapatkan keuntungannya dari selisih bunga yang diterima dari peminjam dengan yang dibayarkan oleh bank kepada depositor (disebut spread).

c. Bank tabungan (Saving Bank) yaitu bank milik negara, swasta maupun koperasi,, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan sedangkan usahanya terutama membungakan dananya dalam kertas berharga.

d. Bank Pembangunan (Development Bank), yaitu bank baik milik negara, swasta, maupun koperasi, baik pusat ataupun daerah, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam deposito, dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah, dan panjang, sedangkan usahanya terutama memberikan kredit jangka panjang dan menengah di bidang pembangunan.

Dari segi kepemilikannya dikenal ada empat jenis bank, yaitu:81

a. Bank milik negara

b. Bank milik pemerintah daerah

c. Bank milik swasta baik dalam negeri maupun asing

d. Bank koperasi

Sedangkan dari segi penciptaan uang giral ada dua jenis bank, yaitu:82

a. Bank primer, yaitu bank yang dapat menciptakan uang melalui simpanan masyarakat yang ada padanya yaitu simpanan likuid dalam bentuk giro. Yang dapat bertindak sebagai bank primer ini adalah bank umum.

80 Ibid., hal. 84. 81 Ibid. 82 Ibid., hal. 85.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

b. Bank sekunder, yaitu bank-bank yang tidak menciptakan uang melalui simpanan masyarakat yang ada padanya, bank ini hanya bertugas sebagai perantara dalam menyalurkan kredit. Umumnya bank yang bergerak pada bank sekunder, adalah bank tabungan, bank pembangunan, bank hipotik, yang sekarang ada di Indonesia adalah berupa Bank Perkreditan Rakyat, yang kesemua bank tersebut tidak menciptakan uang giral.

Sedangkan, Johannes Ibrahim dalam bukunya, Bank Sebagai Lembaga

Intermediasi dalam Hukum Positif, menyatakan bahwa jenis-jenis bank dapat

ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain:83

1) Jenis bank menurut bentuk badan usaha

2) Jenis bank menurut kepemilikan

3) Jenis bank menurut status

4) Jenis bank menurut cara menentukan harga

5) Jenis bank menurut target pasar

Ad.1 Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha84

Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dan/atau

menyalurkan dana dari masyarakat harus memperoleh izin usaha terlebih dahulu

sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan rakyat dari Bank Indonesia.

Untuk memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan

Rakyat, suatu lembaga keuangan wajib memenuhi persyaratan mengenai:

a. Susunan organisasi dan permodalan

b. Permodalan

c. Kepemilikan

d. Keahlian di bidang perbankan

83 Johannes Ibrahim, 2004, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Hukum Positif, CV Utomo, Bandung, hal. 38.

84 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

e. Kelayakan rencana kerja

Ad.2 Jenis Bank Menurut Kepemilikan85

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah personil atau lembaga

yang memiliki bank. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan

penguasaan yang dimiliki bank yang bersangkutan.

a. Bank Milik Pemerintah

Dalam akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah,

sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki pula oleh pemerintah. Contoh bank

milik pemerintah, antara lain: Bank Negara Indonesia 46, Bank Mandiri, Bank

Rakyat Indonesia. Sedangkan bank milik pemerintah daerah (pemda) terdapat di

daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi, contoh: BPD DKI Jakarta,

BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur dan sebagainya.

b. Bank Milik Swasta Nasional

Kategori bank jenis ini, seluruh atau sebagian sahamnya dimiliki oleh

swasta nasional serta akta pendiriannya didirikan oleh swasta pula. Contoh bank

milik swasta nasional, antara lain: Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank

Lippo, Bank Niaga, bank Bali dan sebagainya.

c. Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank untuk kategori ini dimiliki oleh

perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh: Bank Umum

Koperasi Indonesia.

85 Ibid., hal. 39.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

d. Bank Milik Asing

Kategori bank jenis ini, merupakan cabang dari bank yang ada di luar

negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Dengan demikian, jelas

bahwa kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Contoh bank asing,

antara lain: ABN AMRO bank, Deutsche Bank, American Express Bank, Bank of

America, dan sebagainya.

e. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak

swasta nasional. Kepemilikan sahamnya tergantung dari posisi tawar dari para

pihak yang mendirikan bank tersebut, bisa pihak asing atau swasta nasional.

Contoh bank milik campuran, antara lain: Sumitomo Niaga Bank, Bank

Merincorp., Sanwa Indonesia Bank, Mistsubishi Buana Bank.

Ad.3 Jenis Bank menurut Status 86

Kedudukan atau status menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam

melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas

pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan

penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Status bank yang dimaksud adalah:

a. Bank Devisa

Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar

negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

86 Ibid., hal. 40.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Misalnya, transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan dan

pembayaran letter of credit atau L/C dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk

menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

b. Bank Non Devisa

Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk

melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa

merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan

masih dalam batas-batas negara.

Ad.4 Jenis Bank Menurut Cara Menentukan Harga 87

Kategori jenis bank ini dilihat dari segi atau caranya menentukan harga,

terbagi atas dua kelompok, yaitu:

a. Bank berdasarkan prinsip konvensional

Sebagian besar bank di Indonesia merupakan jenis bank yang konvensional. Metode yang digunakan adalah menetapkan bunga tertentu untuk simpanan maupun kredit. Penentuan ini dikenal dengan spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari pinjaman, dikenal dengan istilah negative spread. Selain itu untuk jasa-jasa tertentu, menetapkan biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b. Bank berdasarkan prinsip syariah

Bank sejenis ini belum lama beroperasi di Indonesia sedangkan untuk negara-negara di Timur Tengah telah dikenal secara lama. Bank dengan prinsip syariah ini aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam penentuan harga bagi bank dengan prinsip syariah dikenal dengan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil, prinsip penyertaan modal, jual beli barang dengan memperoleh keuntungan, pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan dan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.

Ad.5 Jenis Bank Menurut Target Pasar 88

87 Ibid., hal. 41.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Sebagian bank memfokuskan pelayanan dan transaksinya pada jenis-jenis

nasabah tertentu. Dengan spesialisasi ini diharapkan bank dapat lebih menguasai

karakteristik dari nasabahnya sehingga kegiatan usahanya dapat dilaksanakan

dengan lebih efisien dan menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.

Bank berdasarkan target pasar dapat digolongkan menjadi:

a. Retail bank

Bank yang menfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah

retail. Yang dimaksud dengan retail adalah nasabah-nasabah individual,

perusahaan dan lembaga lain yang berskala kecil.

b. Corporate bank

Bank yang menfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah

yang berskala besar. Umumnya nasabah besar berbentuk korporasi, maka disebut

corporate bank. Walaupun namanya corporate bukan berarti hanya perusahaan

tetapi juga perorangan. Pelayanan dan jasa-jasa juga diberikan secara terkait

dengan direksi, karyawan secara individual.

c. Retail-corporate bank

Selain yang disebutkan di atas, terdapat pula bank yang tidak menfokuskan

pada skala tertentu saja, tetapi memberikan pelayanan baik kepada nasabah retail

dan juga corporate. Bank jenis ini tidak menspesifikasikan pada skala tertentu

88 Ibid., hal. 42.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

tetapi melihat peluang bank diantara kedua skala tersebut dapat dimasuki oleh

bank jenis ini.

Sedangkan Sentosa Sembiring dalam bukunya, Hukum Perbankan

menyatakan bahwa jenis-jenis bank dapat dilihat:89

1. Dilihat dari bidang usahanya

2. Dilihat dari kepemilikannya

3. Dilihat dari segi operasionalnya

Ad.1 Dilihat dari Bidang Usahanya

Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, bank menurut jenisnya dibagi dua yakni:90

a. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegitan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prnisip syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jadi letak perbedaan Bank

Perkreditan Rakyat dengan Bank Umum bahwa Bank Perkreditan Rakyat tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Ad.2 Dilihat dari Kepemilikannya

89 Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 3. 90 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Dilihat dari kepemilikannya bank dapat dibagi dalam dua golongan

yakni:91

a. Bank Milik Pemerintah (Negara) artinya modal bank yang bersangkutan

berasal dari pemerintah.

b. Bank Milik Swasta:

1) Swasta Nasional, artinya modal bank ini dimiliki oleh orang atau pun

badan hukum Indonesia.

2) Swasta Asing, artinya modal bank tersebut dimiliki oleh Warga Negara

Asing dan Badan hukum Asing. Dalam hal ini ada kemungkinan bank ini

merupakan kantor cabang dari negara asal bank yang bersangkutan.

3) Di samping kedua jenis bank ini, dalam dunia perbankan pun dikenal pula

apa yang disebut dengan Bank Campuran. Bank Campuran adalah bank

umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang

berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh Warga Negara Indonesia

dan/atau Badan Hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga

Negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank berkedudukan di luar

negeri.

Ad.3 Dilihat dari Segi Operasionalnya

Dilihat dari ruang lingkup operasional bidang usahanya, maka bank dapat

dibagi dalam dua golongan, yakni:92

a. Bank Devisa

91 Ibid., hal. 6. 92 Ibid., hal. 7.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Bank Devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukkan dari Bank

Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing.

b. Bank Non Devisa

Bank non devisa artinya bank yang tidak dapat melakukan usaha di bidang

transaksi valuta asing.

Jenis-jenis bank ditetapkan dengan maksud agar bank-bank tersebut dapat

melaksanakan fungsinya secara spesifik dan terkonsentrasi pada bidang-bidang

tertentu.93

Maka dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jenis

bank dibagi menjadi dua jenis yaitu:

Akan tetapi dalam pelaksanaanya prinsip itu tidak terlaksana, artinya

masing-masing melaksanakan secara umum (terkesan serabutan) sehingga

pembagian jenis bank sesuai dengan aktivitas kegiatannya tersebut dipandang

tidak relevan dengan aktivitas kegiatannya yang akan datang.

94

1. Bank Umum yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran;

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan hanya

dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

Pembagian ini hanya mendasarkan pada segi fungsi bank, juga untuk memperjelas

ruang lingkup, dan batas kegiatan yang dapat diselenggarakannya.95

93 Zainal Asikin, Op. Cit., 10.

94 Ibid., hal. 11. 95 Muhammad DJumhana, Op. Cit., hal. 75.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Dari pembagian di atas jelas bahwa Bank Sentral tidak termasuk ke dalam

jenis bank karena fungsi, tugas dan peranan bank sentral adalah sebagai otoritas

moneter yang bertugas menjaga kestabilan moneter, serta melakukan pengawasan

dan pembinaan bank. Oleh sebab itu bank sentral bukan merupakan jenis bank

yang diatur dalam undang-undang perbankan ini. Tetapi justru merupakan

lembaga negara yang ikut bertanggung jawab atas dilaksanakannya undang-

undang ini.96

b. Usaha Bank

Ketentuan perbankan Indonesia menentukan usaha bank, harus sesuai

dengan jenis banknya, yaitu bahwa jenis bank menentukan kegiatan usaha yang

dapat dilakukannya maka kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum

akan banyak berbeda dengan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan

Rakyat.97

1. Penghimpunan dana dari masyarakat

Jasa perbankan yang dapat dilakukan oleh Bank Umum seperti yang

diatur dalam Uundang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam Pasal 6 dan 7 adalah

sebagai berikut:

Penghimpunan dana dari masyarakat merupakan pelayanan jasa perbankan

yang utama dari semua kegiatan lembaga keuangan bank, baik Bank Umum

manupun Bank Perkreditan Rakyat. Jasa berupa penghimpunan dana dari

masyarakat dapat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka,

sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya. Idealnya, dana dari

96 Zainal Asikin, Op. Cit., hal. 11. 97 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

masyarakat ini merupakan suatu tulang punggung (basic) dari dana yang

dikelola oleh bank untuk memperoleh keuntungan.98

2. Pemberian kredit

Menurut ketentuan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam Pasal 1

angka (11), yang dimaksud dengan

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meninjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

3. Menerbitkan surat pengakuan utang

Bank dapat memberikan surat pengakuan utang baik yang berjangka pendek

maupun yang berjangka panjang. Surat pengakuan utang yang berjangka

pendek adalah sebagaimana dimaksud Pasal 100 sampai dengan Pasal 299

KUH Dagang, yang dalam pasar uang dikenal sebagai Surat Berharga Pasar

Uang (SPBU), yaitu promes dan wessel maupun jenis lain. Sedangkan

pengakuan utang yang berjangka panjang dapat berupa obligasi atau sekuritas

kredit.

4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk

kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

a. surat-surat wessel termasuk wessel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

b. surat pengakuan utang dan kertas dagang yang masa berlakunya tidak lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.

c. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;

98 Ibid., hal. 291.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ; e. obligasi; f. surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; g. instrumen surat berharga lainnya yang berjangka waktu sampai dengan 1

(satu) tahun.

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah

Pemindahan uang atau pengiriman uang (transfer atau remittance) maksudnya

bank melakukan pengiriman sejumlah uang baik dalam rupiah maupun dalam

valuta asing yang ditujukan kepada pihak tertentu di tempat yang berbeda.

Pengiriman uang tidak terbatas dalam satu negara, pengiriman juga bisa

dilakukan ke luar negeri. Pengiriman uang ke luar negeri (outward transfer),

dalam hal ini bank menerima perintah dari nasabah dalam negeri untuk

mengirimkan uang ke luar negeri. Sedangkan kiriman uang masuk (inward

transfer) adalah bank menerima perintah dari pihak luar negeri untuk

membayarkan sejumlah uang kepada pihak dalam negeri.99

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada

bank lain baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun

dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya

Peminjaman model ini merupakan sarana yang paling gampang dilakukan oleh

bank yang memerlukan tambahan dana baik dalam keadaan darurat maupun

dalam keadaan biasa dalam arti sekedar memerlukan tambahan dana untuk

dapat diputar kembali.100

99 Muhammad Djumhana, Op. Cit., hal. 313.

100 Ibid., hal. 315.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

7. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan

dengan atau antar pihak ketiga

Kegiatan menerima pembayaran atas surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan atau pihak ketiga mencakup antara lain inkaso

(collection), dan kliring. Inkaso adalah pemberian kuasa kepada bank oleh

perusahaan atau perseorangan untuk menagih, atau memintakan persetujuan

pembayaran (akseptasi), atau menyerahkan begitu saja kepada pihak yang

bersangkutan (tertarik) di tempat lain (dalam atau luar negeri) atau surat-surat

berharga dalam rupiah, atau valuta asing seperti, wesel, cek, kuitansi, surat

aksep (promissory notesi), dan lain-lain. Sedangkan kliring berarti

membersihkan hutang piutang antarbank yang terjadi pada hari itu.

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga

Bank dalam usahanya menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan

surat berharga dalam bentuk safe deposit box. Bank menyewakan box dengan

ukuran dan jangka waktu tertentu kepada nasabah untuk digunakan sebagai

sarana penyimpan barang-barang miliknya, tanpa diketahui mutasi dan isinya

oleh bank. Pendapatan bank atas kegiatan usaha penyediaan dan penyewaan

safe deposit box, yaitu berupa imbalan (fee) atas jasa yang disediakannya.

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu

kontrak

Berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1

angka (13) yang dimaksudkan dengan Usaha penitipan (trust) adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

penyimpanan harta berdasarkan kontrak antara Bank Umum dengan penitip

yang di dalamnya ditentukan bahwa Bank Umum yang bersangkutan

melakukan penyimpanan harta tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta

tersebut. Bentuk usaha penitipan (trust) adalah pengelolaan harta kekayaan

nasabah yang didasarkan kepada hubungan fiduciary dalam arti aset nasabah

tidak muncul sebagai bagian dari aset bank.101

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam

bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek

Bank dalam menjalankan penempatan dana dalam bentuk surat berharga ini

hanya berperan sebagai penghubung antara nasabah yang membutuhkan dana

dengan nasabah yang memiliki dana. Dengan demikian bank bertindak sebagai

makelar seperti yang dimaksudkan dalam KUH Dagang yang melakukan

usaha di bidang pembelian, atau penjualan surat berharga untuk kepentingan

orang lain dengan memperoleh imbalan. Penempatan dana ini pun hanya pada

surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek, seperti Sertifikat Bank

Indonesia (SBI).

11. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal

debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan

yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya

Kewajiban bank dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk melakukan pencairan

secepatnya atas agunan yang dibeli dengan lelang agar dana hasil pencairan

dan penjualan agunan tersebut dapat segera dimanfaatkan oleh bank. Dalam

101 Muhammad Djumhana, Op. Cit., hal. 320.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

hal terdapat sisa dari hasil pelelangan setelah diperhitungkan dengan

kewajiban nasabah kepada bank dimanfaatkan oleh nasabah.

12.Usaha anjak piutang, kartu kredit, dan kegiatan wali amanat

Bank sebagai badan usaha dapat melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk

pembiayaan dan bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan

piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dan transaksi

perdagangan dalam atau luar negeri. Selain itu, bank juga dapat melakukan

usaha kartu kredit dan usaha menjalankan usaha jasa berupa wali amanat

berupa mewaliki kepentingan pemegang efek baik itu perusahaan ataupun

perorangan untuk mengadministrasikan, mendaftarkan, dan mengalihkan

surat-surat berharga yang dimilikinya.

13. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah

Bank umum dalam prinsip syariah adalah bank yang kegiatan usahanya

didasarkan kepada prinsip syariah, yaitu bank yang kegiatannya didasarkan

pada aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain

untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan

berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan

penyertaan modal (musharakah), pembiayaan barang modal berdasarkan

prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

pemindahan kepemilikan atau barang yang disewakan dari pihak bank oleh

pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).102

14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing

Melakukan kegiatan dalam valuta asing (valas) maksudnya adalah melakukan

kegiatan usaha bank dalam bentuk valuta asing. Bank Umum yang

menjalankan kegiatan transaksi valuta asing, dapat meliputi kegiatan usaha

penghimpunan dana valuta asing, transaksi valuta asing di pasar uang,

pembiayaan transaksi ekspor impor dan transaksi derivatisi valuta asing.

15. Melakukan Kegiatan Penyertaan Modal

Penyertaan modal pada bank dapat dilakukan antara perusahaan lain di bidang

keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi,

serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, juga penyertaan modal

sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit, dengan syarat menarik

kembali penyertaannya. Selain penyertaan seperti itu, berdasarkan Pasal 10

huruf (a) maka untuk penyertaan modal lainnya merupakan kegiatan yang

terlarang yang dilakukan oleh Bank Umum.

16. Pengurusan dan pendirian dana pensiun

Bank menerima amanat untuk mengelola program pensiun yang dilaksanakan

oleh suatu perusahaan untuk kepentingan pegawainya. Dalam hal ini bank

dapat menerima kepercayaan untuk mengelola administrasi kepesertaan

102 Pasal 1 angka (13) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

program pensiun, pengelolaan dana, penerimaan pensiun, dan atau

pembayaran uang pensiun bagi yang berhak.

17. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh Bank

a. Bank Garansi

Bank garansi adalah jaminan yang diberikan oleh bank, maksudnya bank

menyatakan suatu pengakuan tertulis yang isinya menyetujui mengikat diri

kepada penerima jaminan dalam jangka waktu tertentu, dan syarat-syarat

tertentu apabila di kemudian hari ternyata si terjamin tidak memenuhi

kewajibannya kepada piihak penerima jaminan.

b. Bank persepsi

Bank persepsi bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima

setoran penerimaan bukan dalam rangka impor, yang meliputi penerimaan

pajak, cukai dalam negeri, dan penerimaan negara bukan pajak.

Selain usaha yang dizinkan, terdapat usaha yang dilarang bagi bank umum

seperti yang diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang Perbankan yaitu:

a. Melakukan penyertaan modal kecuali sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dan huruf c;

b. Melakukan usaha perasuransian Usaha Perasuransian yang dimaksud adalah bank dilarang menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti, atau terhadap hidup, atau meninggalnya seseorang.

c. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7.

Berbeda halnya dengan Bank Umum yang bisa melakukan berbagai

kegiatan usaha sebagaimana yang dikemukakan diatas, maka Bank Perkreditan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Rakyat kegiatan usaha yang dapat dilakukannya terbatas. Usaha bank Perkreditan

rakyat hanya meliputi:103

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

2. Memberikan kredit; 3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip bagi

hasil; 4. Penempatan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito

berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain.

Sedangkan usaha-usaha yang dilarang bagi Bank Perkreditan Rakyat

meliputi:

1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran; 2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali melakukan

transaksi/jual beli uang kertas asing (money charger); 3. Melakukan penyertaan modal; 4. Melakukan usaha perasuransian; 5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas.

Dari apa yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa usaha bank Umum

lebih luas daripada Bank Perkreditan rakyat. Namun demikian tidak dapat

disimpulkan bahwa Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank khusus di bidang

perkreditan, karena bank Umum juga mempunyai usaha perkreditan, Dalam

undang-undang tidak ada sifat-sifat khusus yang dimiliki Bank Perkreditan

Rakyat, yang tampak hanya yang lebih sempit dibanding Bank Umum.104

5. Pengaturan tentang Bank

a. Perizinan Pendirian Bank

103 Hermansyah, Op. Cit., hal. 24. Bandingkan dengan Zainal Asikin, Op. Cit., hal. 19-20.

Bandingkan dengan Gatot Supramono, Op. Cit., hal. 10-11. 104 Gatot Supramono, Op. Cit., hal. 11.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Bank sebagai suatu badan usaha yang mempunyai kegiatan usaha

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada

masyarakat dalam berbagai bentuknya sesudah tentu membutuhkan persyaratan

dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Ini sangat penting untuk melindungi

kepentingan masyarakat, terutama terhadap nasabah penyimpan dan

simpanannya.105

Perizinan pendirian bank diatur di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun

1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, Pasal 16 sampai dengan pasal 20. Pada Pasal 16 ayat (1), dinyatakan

bahwa

Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud dengan undang-undang tersendiri. Kewajiban untuk memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank

Perkreditan Rakyat adalah karena kegiatan menghimpun dana dari masyarakat,

oleh siapa pun pada dasarnya merupakan kegiatan yang perlu diawasi mengingat

dalam kegiatan tersebut terkait kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya

di bank tersebut.106

105 Hermansyah, Op. Cit., hal. 24.

Namun, di masyarakat terdapat pula jenis lembaga lainnya

yang juga melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan atau semacam simpanan, misalnya yang dilakukan oleh kantor pos, oleh

dana pensiun, atau oleh perusahaan asuransi. Kegiatan-kegiatan itu tidak dicakup

106 Rachmadi Usman, Op. Cit., 69.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

sebagai kegiatan usaha perbankan. Kegiatan-kegiatan yang demikian diatur

dengan undang-undang tersendiri.

Pada Pasal 16 ayat (2), dinyatakan bahwa Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang: a. susunan organisasi dan kepengurusan b. permodalan c. kepemilikan d. keahlian di bidang perbankan e. kelayakan rencana kerja Dalam hal memberikan izin usaha sebagai Bank Umum dan Bank

Perkreditan Rakyat, Bank Indonesia selain memerhatikan pemenuhan persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, juga wajib memerhatikan tingkat

persaingan yang sehat antarbank, tingkat kejenuhan jumlah bank dalam suatu

wilayah tertentu dan pemerataan pembanguan ekonomi nasional.

Khusus bagi Bank Perkreditan Rakyat, untuk mendapatkan izin usaha, di

samping syarat-syarat sebagaimana dimaksud di atas, wajib pula memenuhi

persyaratan tentang tempat kedudukan kantor pusat Bank Perkreditan Rakyat di

kecamatan, yakni kecamatan di luar kota, kabupaten/kotamadya, ibukota provinsi,

atau ibukota negara. Persyaratan ini dimaksud agar Bank Perkreditan Rakyat tetap

dapat berfungsi sebagai penunjang pembangunan dan modernisasi di daerah

pedesaan.107

107 Ibid., hal. 70.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Selain itu, terdapat pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia berhubungan dengan perizinan usaha Bank Umum atau Bank

Perkreditan Rakyat, antara lain:108

a. Persyaratan untuk menjadi pengurus bank antara lain menyangkut keahlian di bidang perbankan dan konduite yang baik.

b. Larangan adanya hubungan keluarga di antara pengurus bank. c. Modal disetor minimum untuk pendirian Bank Umum dan Bank Perkreditan

Rakyat. d. Batas maksimum kepemilikan dan kepengurusan. e. Kelayakan rencana kerja. f. Batas waktu pemberian izin pendirian bank.

b. Bentuk-Bentuk Hukum Bank

Bentuk hukum badan usaha harus jelas, sehingga diperoleh ketegasan

tentang kekayaan yang terpisah, pengesahan pendiriannya, dan pengurus yang

berwenang mewakili bank.109

1. Bentuk hukum suatu Bank Umum dapat berupa salah satu dari:

Undang-Undang Perbankan membedakan secara

tegas bentuk hukum untuk Bank Umum, bentuk hukum untuk Bank Perkreditan

Rakyat, dan bentuk hukum dari kantor cabang bank yang berkedudukan di luar

negeri. Berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dinyatakan

bahwa:

a. Perseroan terbatas; b. Koperasi; c. Perusahaan Daerah; 2. Bentuk hukum suatu Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa salah satu dari: a. Perusahaan Daerah; b. Koperasi; c. Perseroan Terbatas; d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah;

108 Hermansyah, Op. Cit., hal. 26. 109 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal 74.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

3. Bentuk hukum dari kantor perwakilan dan kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri mengikuti bentuk hukum kantor pusatnya.

Berdasarkan ketentuan ini, bentuk hukum untuk Bank Perkreditan rakyat

lebih banyak daripada bentuk hukum untuk Bank Umum. Perbedaan yang

substansial adalah adanya peluang untuk mendirikan Bank Perkreditan rakyat

dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (2). Dalam penjelasan

Pasal 21 ayat (2) huruf (d) dikatakan bahwa ketentuan ini dimaksudkan untuk

memberikan wadah bagi penyelenggaran lembaga perbankan yang lebih kecil dari

Bank Perkreditan Rakyat, seperti bank desa, lumbung desa, badan kredit desa, dan

lembaga-lembaga lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 58.

Pasal 58 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

menentukan bahwa,

Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Kreditan Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BPKD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Undang-undang ini dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Perusahaan Daerah dapat mendirikan Bank Umum dan Bank Perkreditan

rakyat. Perusahaan daerah merupakan suatu badan usaha yang dibentuk oleh

daerah otonom untuk mengembangkan perekonomian daerah otonom dan untuk

menambah penghasilan daerah.110

Kegiatan usaha bank, dapat juga dijalankan oleh badan usaha berbentuk

koperasi, baik usaha Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat. Pendirian

Pendiriannya dilakukan dengan peraturan

daerah atas kuasa Undang-Undang No. 13 Tahun 1962.

110 Ibid., hal. 75.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

bank yang berbentuk koperasi tersebut, selain harus memenuhi ketentuan-

ketentuan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, juga harus memerhatikan

ketentuan-ketentuan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Koperasi merupakan badan usaha yang berstatus badan hukum koperasi. Jadi bank

yang berbentuk hukum koperasi dimiliki oleh anggota koperasi yang kegiatan

usahanya ditujukan untuk menyejahterakan para anggota koperasi yang

bersangkutan selain masyarakat pada umumnya.111

Perusahaan perseroan terbatas dapat pula menjalankan kegiatan usaha

Bank Umum dan Bank Perkreditan rakyat. Perusahaan perseroan terbatas ini

merupakan persekutuan yang berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan

perjanjian. Hal ini dikemukakan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1995

tentang Perseroan Terbatas, bahwa Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar

yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Sebagai badan hukum,

perusahaan perseroan terbatas mempunyai legal personality yang terbatas pada

nilai nominal saham yang dimilikinya.

c. Kepemilikan Bank

Kepemilikan bank diatur di dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 28

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.

111 Ibid., hal. 76.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat (1)

Undang-Undang Perbankan, bahwa Bank Umum hanya dapat didirikan oleh:

a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia. Badan hukum Indonesia tersebut antara lain negara Republik Indonesia, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, dan badan usaha milik swasta; atau

b. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga negara dan/atau badan hukum asing secara kemitraan (joint venture).

Jika salah satu pihak yang mendirikan Bank Umum tersebut adalah badan

hukum asing, maka yang bersangkutan terlebih dahulu harus memperoleh

rekomendasi dari otoritas moneter negara asal. Rekomendasi itu sekurang-

kurangnya memuat keterangan bahwa badan hukum asing yang bersangkutan

mempunyai reputasi baik dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela di bidang

perbankan.

Ketentuan mengenai pendirian bank di atas tidak berlaku bagi pendirian

Bank Perkreditan Rakyat. Untuk pendirian Bank Pekreditan Rakyat berlaku

ketentuan yang sedikit berbeda dengan pendirian Bank Umum. Menurut Pasal 23

Undang-Undang Perbankan, bahwa Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat

didirikan dan dimiliki oleh:

a. warga negara Indonesia; b. badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia; c. pemerintah daerah atau dapat d. dimiliki bersama di antara warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia

dan/atau pemerintah daerah.

Dari ketentuan di atas, pendirian Bank Perkreditan Rakyat tidak memberi

peluang kepada warga negara asing dan badan hukum asing, baik sendiri-sendiri

maupun dengan Warga Negara Indonesai dan/atau badan hukum Indonesia.

Dengan perkataan lain, dalam hal Bank Perkreditan Rakyat dimiliki badan hukum

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Indonesia, maka badan hukum Indonesia dimaksud seluruh warga negara

Indonesia. Jadi hanya warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia yang

sama sekali tidak mengandung unsur asing (foreign element).112

Undang-Undang Perbankan membedakan kepemilikan bank sesuai dengan

bentuk hukum dari bank tersebut, untuk Bank Umum dan Bank Perkreditan

Rakyat yang berbentuk koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan

dalam Undang-Undang tentang Koperasi sebagaimana yang ditentukan dalam

Pasal 24. Undang-Undang tentang Perkoperasian yang berlaku saat ini adalah

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Pada Pasal 17 dan

Pasal 18 dari undang-undang tersebut menetapkan bahwa keanggotaan koperasi

adalah setiap warga negara Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum

atau koperasi yang memenuhi persyaratan, Anggota koperasi adalah pemilik dan

sekaligus pengguna jasa koperasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kepemilikan bank yang berbentuk hukum koperasi adalah seluruh anggota

koperasi yang bersangkutan dan yang sekaligus sebagai pengguna jasa dari bank

yang bersangkutan atau badan-badan hukum koperasi.

Selanjutnya, menurut Pasal 25 dinyatakan bahwa khusus bagi Bank Umum

dan Bank Perkreditan Rakyat yang berbentuk perseroan terbatas, sahamnya hanya

diterbitkan dalam bentuk saham atas-nama. Saham bank dalam bentuk saham atas

nama ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan kepemilikan saham bank. Ini

berarti bahwa saham dalam bentuk saham atas tunjuk tidak diperbolehkan, sebab

dalam saham atas tunjuk tidak dicantumkan nama pemegang atau pemiliknya,

112 Hermansyah, Op. Cit., hal. 28.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

siapa yang mengujukkan saham itu dianggap sebagai pemegang atau pemiliknya,

sehingga menimbulkan kesulitan mengetahui kepemilikan saham yang

bersangkutan.113

Dalam ketentuan Pasal 26 ayat (1), (2) dan (3) ditentukan hal-hal yang

berkaitan dengan kepemilikan bank. Pada Pasal 26 ayat (1) dinyatakan bahwa

Bank Umum dapat melakukan emisi saham melalui bursa efek. Dalam

penjelasannya dikemukakan bahwa ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk

memperkuat struktur permodalan, penyebaran kepemilikan, dan meningkatkan

kinerja bank tersebut. Sedangkan pada Pasal 26 ayat (2) dinyatakan bahwa warga

negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia, dan/atau badan

hukum asing dapat membeli saham Bank Umum, secara langsung, dan/atau

melalui bursa efek. Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa ketentuan ini adalah

untuk membuka kesempatan yang lebih luas kepada berbagai pihak, baik

Indonesia maupun asing untuk turut serta memiliki Bank Umum. Pada Pasal 26

ayat (3) dinyatakan bahwa Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah yang dalam

penjelasannya, dinyatakan bahwa pokok-pokok ketentuan yang diatur lebih lanjut

dengan peraturan pemerintah memuat, antara lain:

a. persyaratan kepemilikan saham termasuk kondisi keuangan calon pemilik

bank;

b. persyaratan dokumen yang harus dipenuhi.

113 Ibid., hal. 29.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Berdasarkan Pasal 27, setiap perubahan kepemilikan bank selain wajib

memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3), Pasal

22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25 dan Pasal 26 yang berhubungan dengan perizinan

dan kepemilikan usaha bank, wajib pula melaporkannya kepada Bank Indonesia.

Rencana pengalihan kepemilikan bank yang dilakukan secara langsung harus

dilaporkan terlebih dahulu kepada Bank Indonesia. Pelaporan tersebut bermaksud

untuk memastikan agar peralihan kepemilikan dilakukan kepada pihak-pihak yang

memenuhi persyaratan sebagai pemilik bank. Peralihan kepemilikan saham bank

yang dilakukan melalui bursa efek dilaporkan kepada Bank Indonesia apabila

kepemilikan suatu pihak melalui bursa efek tersebut telah mencapai jumlah

tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya pengelolaan bank sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.114

d. Kepengurusan Bank

Perihal kepengurusan bank ini, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

menetapkan dalam pasalnya mengenai tiga unsur penting, yaitu (1) susunan

organisasi dan kepengurusan bank, (2) kepemilikan, dan (3) keahlian di bidang

perbankan. Ketiga unsur ini sangat menentukan hidup matinya bank karena

perbankan adalah organisasi usaha, kepemilikan yang kuat, terpercaya dan tidak

tercela, serta keahlian karena produknya yang selalu meningkat maju dan

menggunakan teknologi canggih.115

114 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 84.

115 Gunarto Suhardi, Op. Cit., hal. 32.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Undang-Undang Perbankan memasukkan kepengurusan bank, yakni

anggota Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sebagai pihak yang terafiliasi pada

bank, yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Pihak Terafiliasi adalah:116

a. Anggota Dewan Komisaris, pengawas, Direksi atau kuasanya, pejabat, atau karyawan;

b. Anggota pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya, pejabat, atau karyawan bank, khusus bagi bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Pihak yang memberikan jasa kepada bank, antara lain akuntan public, penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya;

d. Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas, keluarga Direksi, keluarga pengurus.

Untuk menjadi anggota dewan komisaris dan direksi bank seseorang harus

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan setiap perubahannya wajib dilaporkan

kepada Bank Indonesia.

Penggunaan tenaga asing oleh bank dimungkinkan asalkan hal itu

dilakukan sesuai dengan kebutuhan bank yang bersangkutan.117

1. Dalam hal Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Umum, penggunaan tenaga asing dimaksud:

Pasal 39

menetapkan bahwa dalam menjalankan kegiatannya, bank dapat menggunakan

tenaga asing sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dengan peraturan

pemerintah. Dalam penjelasan Pasal 39 disebutkan syarat-syarat penggunaan

tenaga asing pada bank, yaitu:

a. bersifat sementara, untuk jangka waktu tertentu; b. terbatas pada tenaga ahli, penasihat, dan konsultan; c. sesuai dengan kebutuhan bank yang bersangkutan;

116 Pasal 1 angka (22) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 117 Rachmadi Usman, Op. Cit., 112.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

2. Dalam hal bank campuran dan cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, disesuaikan dengan:

a. sifat kepemilikan oleh asing; b. program indonesianisasi.

Dengan demikian penggunaan tenaga asing bagi Bank Umum, Bank

Perkreditan Rakyat serta bank campuran diperbolehkan namun penggunaan

tenaga asing tersebut harus disesuaikan dengan jenis bank tersebut.

B. Manajemen Risiko pada Bank

1. Pengertian Manajemen Risiko

Michel Crouhy, dkk., benar ketika pada halaman pertama bukunya

menyebutkan bahwa, “The future cannot be predicted”.118 Karena masa depan

diselimuti ketidakpastian (uncertainty) yang padat misteri. Masa depan itu

merupakan hak prerogatif Tuhan Yang Maha Esa yang menentukannya. Tidak

seorang pun yang dengan penuh kepastian dan konsisten mampu memprediksi apa

yang akan terjadi mengenai credit, operational serta systemic events yang dapat

memberi pengaruh utama terhadap aspek keuangan (financial).119

Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat

dilepaskan dari aktivitas mengelola risiko. Demikian pula bank sebagai badan

usaha yang memiliki fungsi financial intermediation tidak dapat dilepaskan dari

aktivitas mengelola risiko yang dihadapinya. Operasi suatu badan usaha atau

perusahaan biasanya berhadapan dengan risiko usaha dan risiko non usaha. Risiko

usaha adalah semua risiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk

118 Michel Crouhy, Dan Galai dan Robert Mark dalam Masyhud Ali, Op. Cit., hal. 313. 119 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham.

Sedangkan risiko non usaha adalah risiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan

oleh perusahaan.120

Keberadaan manajemen risiko sangatlah penting dalam dunia perbankan.

Terdapat kegagalan-kegagalan yang terjadi pada dunia perbankan di Indonesia

akibat kegagalan dalam melakukan manajemen risiko, misalnya saja risiko yang

pernah dialami oleh lebih dari separuh perbankan di Indonesia ketika terjadi krisis

moneter tahun 1997. Inilah risiko insolvensi

121 yang bersumber dari terjadinya

penurunan drastis nilai aset bank yang menyebabkan turunnya permodalan bank

yang tidak mampu meng-offset-nya.122 Oleh karena itu diperlukan keseriusan dan

kekonsistenan dalam melakukan manajemen risiko bagi perbankan di Indonesia.

Keseriusan terhadap hal tersebutlah yang mendasari Bank Indonesia sebagai

otoritas moneter yang memiliki tugas mengatur dan mengawasi bank menetapkan

produk-produk hukum berkaitan dengan manajemen risiko.123

Bank Indonesia meminta perbankan yang berada di Indonesia agar

mengatur risiko-risiko dalam suatu struktur manajemen yang terintegrasi, serta

membangun sistem dan struktur manajemen yang dibutuhkan dalam

mencapainya.

124

120 Imam Ghozali, 2007, hal. 3 dalam Kasidi, Op. Cit., hal. 3.

121 Insolvensi adalah ketidakmampuan bank dalam membayar kewajibannya yang dapat menghancurkan tidak saja pemegang saham bank tersebut tetapi juga menghancurkan pihak ketiga dan pihak kedua yang menempatkan dana pada bank tersebut.

122 Masyhud Ali, Op. Cit., hal. XXVIII. 123 Ferry N. Idroes, Op. Cit., hal. 52-53. 124 Kasidi, Op. Cit., hal. 53.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Pengertian manajemen risiko telah dirumuskan di dalam Pasal 1 angka (5)

Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan

Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi

Bank Umum, yang menyatakan bahwa Manajemen Risiko adalah serangkaian

metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh usaha Bank.

Rumusan lain mengenai pengertian manajemen risiko juga dapat

ditemukan menurut pendapat para sarjana, antara lain:

a. Williams A. Numan

Risk management is a rational attempt to reduce or avoid the

consequences of loss or injury (manajemen risiko adalah suatu usaha

secara rasional untuk menghindari atau mengurangi kerugian atau

cidera).125

b. Ferry N. Idroes

Manajemen risiko didefinisikan sebagai metode logis dan sistematik

dalam indentifikasi, kualifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi,

serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada

setiap aktivitas atau proses.126

c. Herman Darmawi

Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisa

serta mengendalikan risiko dalam setiap perusahaan dengan tujuan

125 William A. Numans, 1943, hal.3 dalam Kasidi, Op. Cit., hal. 4. 126 Ferry N. Idroes, Op. Cit., hal. 5.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Maka dari itu perlu

diketahui makna cakupan yang lebih tinggi untuk memahami proses

manajemen risiko.127

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko adalah

usaha yang secara rasional ditujukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

kerugian dari risiko yang dihadapi.

128

Risiko tidak cukup dihindari tapi harus dihadapi dengan cara-cara yang

dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Risiko dapat datang

setiap saat, agar risiko tidak menghalangi kegiatan, maka risiko harus dikelola

dengan baik.

129 Diperlukan pemahaman mengenai konsep risiko untuk dapat

memahami konsep dan teknik manajemen risiko sehingga dapat mengelola risiko

tersebut dengan baik. Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui konsep risiko agar

dapat menangani suatu risiko. Terkait dengan konsep risiko, Vaughan (1978)

memberikan definisi tentang risiko, yakni:130

1. Risk is the chance of the loss (Risiko adalah kans kerugian)

Chance of the loss adalah menggambarkan suatu keadaan dimana terdapat

suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau kemungkinan

terjadinya kerugian. Sebaliknya jika kata chance dalam ilmu statistik maka

chance merupakan suatu keadaan yang tingkat probabilitas akan

munculnya situasi tertentu.

127 Herman Darmawi, 2004, Manajemen Risiko, Bumi Aksara, Jakarta , hal. 17. 128 Kasidi, Op. Cit., hal. 4. 129 Ibid. 130 Herman Darmawi, Op. Cit., hal. 19.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian)

Istilah possibility adalah kemungkinan suatu keadaan berada antara nol

dan satu. Pengertian risiko di sini adalah hampir sama dengan pengertian

risiko dalam sehari-hari.

3. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)

Risiko menurut definisi ini merupakan adanya ketidakpastian. Adanya

ketidakpastian yang diambil dalam pembuat keputusan yang menimbulkan

kerugian.

4. Risk is dispension of actual from expected result (Risiko adalah

penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan)

Definisi sebagai penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan

sesungguhnya merupakan versi lain dari risk uncertainty dimana

penyimpangan relatif merupakan suatu pernyataan uncertainty secara

statistik.

5. Risk is the probability of any outcome (Risiko adalah probability suatu

outcome berbeda dari outcome yang diharapkan)

Risiko meripakan probability objektif bahwa outcome yang aktual dari

suatu kejadian yang berbeda dan outcome yang diharapkan. Probability

yang objektif dimaksudkan sebagai frekuensi relatif yang didasarkan atas

kepentingan yang didasarkan atas kepentingan yang ilmiah. Inti dari

definisi ini adalah bahwa risiko bukan probability dari suatu kejadian

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

tunggal tetapi probabilitas dari suatu outcome yang berbeda dari yang

diharapkan.

2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko

Hubungan antara risiko dan hasil secara alami berkorelasi secara linier

negatif. Semakin tinggi hasil yang diharapkan, dibutuhkan risiko yang semakin

besar untuk dihadapi.131 Oleh karena itu diperlukan upaya yang serius dan

konsisten agar hal tersebut dapat diatasi bahkan hubungan tersebut menjadi

kebalikannya, yaitu aktivitas yang meningkatkan hasil pada saat risiko menurun.

Untuk mencapai hal tersebut diperlukan manajemen risiko yang merupakan desain

prosedur serta implementasi prosedur untuk mengelola suatu risiko usaha.132

Manajemen risiko memiliki fungsi, antara lain:

133

a. Menemukan risiko potensial

b. Mengevaluasi risiko potensial

c. Memilih teknik/cara yang tepat atau menentukan suatu kombinasi dari teknik-

teknik yang tepat guna menanggulangi kerugian

Dengan demikian manajemen risiko berfungsi dalam menemukan risiko potensial,

mengevaluasi risiko potensial, dan menanggulangi kerugian yang ditimbulkan

oleh produk usaha atau aktivitas yang dilakukan perusahaan atau badan usaha.

Manajemen risiko pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk

mengetahui, menganalisa serta mengendalikan risiko dalam setiap perusahaan

131 Ferry N. Idroes, Op. Cit., hal. 5. 132 Kasidi, Op. Cit., hal. 3.

133 http://www.scribd.com/doc/19281426/Kuliah-2-Fungsi-Manajemen-Risiko, diakses tanggal 12 Februari 2011.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

dengan tujuan memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.134

Di sisi lain, manajemen risiko yang meliputi peningkatan fungsi

identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko dimaksudkan agar

aktivitas usaha yang dilakukan oleh bank tidak menimbulkan kerugian yang

melebihi kemampuan bank atau yang dapat mengganggu kelangsungan usaha

bank.

Dengan

memperoleh dan efisiensi yang tinggi tentu akan mendukung pencapaian tujuan

bank yang bersangkutan dan pada gilirannya akan meningkatkan outcome yang

diharapkan.

135 Sebagai dampak terjadinya risiko kerugian keuangan langsung, kerugian

akibat risiko (risk loss) pada suatu bank dapat berdampak pada pemangku

kepentingan (stakeholders) bank, yaitu pemegang saham, karyawan, dan nasabah,

serta berdampak juga kepada perekonomian secara umum.136

Pengaruh risk loss pada pemegang saham dan karyawan adalah langsung,

sementara pengaruh terhadap nasabah dan perekonomian tidak langsung. Dampak

potensi terhadap stakeholders dan ekonomi, diuraikan sebagai berikut:

137

a. Dampak terhadap Pemegang Saham

Pengaruh risk loss terhadap pemegang saham antara lain:

1) penurunan nilai investasi, yang akan memberikan pengaruh terhadap

penurunan harga dan/atau penurunan keuntungan; turunnya harga saham

menurunkan nilai perusahaan yang berarti turunnya kesejahteraan

pemegang saham;

134 Herman Darmawi, Op. Cit., hal. 17. 135 Dasar pertimbangan dibentuknya Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 Tentang

Penerapan Manajemen Risko Bagi Bank Umum. 136 Ferry N. Idroes, Op. Cit., hal 23. 137 Ibid., 24.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

2) hilangnya peluang memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai

akibat dari turunnya keuntungan perusahaan;

3) kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga yang paling parah adalah

kebangkrutan perusahaan yangmelenyapkan nilai semua modal disetor.

b. Dampak terhadap Karyawan

Karyawan suatu bank dapat terpengaruh oleh peristiwa risiko risk events) yang

menimbulkan risk loss terkait dengan keterlibatan mereka. Pengaruh tersebut

dapat berupa:

1) dikenakan sanksi indispliner karena kelalaian yang menimbulkan

kerugian;

2) pengurangan pendapatan seperti pengurangan bonus atau pemotongan gaji;

3) pemutusan hubungan kerja.

c. Dampak terhadap Nasabah

Konsekuensi risk loss yang berdampak terhadap nasabah bank, adalah:

1) merosotnya tingkat pelayanan;

2) berkurangnya jenis dan kualitas produk yang ditawarkan;

3) krisis likuiditas sehingga menyulitkan dalam pencairan dana;

4) perubahan peraturan.

d. Dampak terhadap Perekonomian

Risk loss yang terjadi pada suatu bank akan menimbulkan dampak tidak hanya

terhadap bank yang bersangkutan, tetapi juga akan berdampak terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 46: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. Dampak yang ditimbulkan

tersebut dinamakan risiko sistemik (systemic risk)138

Tujuan yang hendak dicapai dengan manajemen risiko ialah mengelola

perusahaan supaya mencegah perusahaan dari kegagalan, mengurangi

pengeluaran, menaikkan keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi, dan

sebagainya.

.

139

Ferry N. Idroes dalam bukunya Manajemen Risiko Perbankan,

menjelaskan manajemen risiko diperlukan untuk:

140

a. mendukung pencapaian tujuan;

b. memungkinkan untuk melakukan aktivitas yang memberikan peluang yang jauh lebih tinggi dengan mengambil risiko yang lebih tinggi; risiko yang lebih tinggi diambil dengan dukungan sikap dan solusi yang sesuai terhadap risiko;

c. mengurangi kemungkinan kesalahan fatal; d. menyadari bahwa risiko dapat terjadi pada setiap aktivitas dan tingkatan

dalam organisisasi sehingga setiap individu harus mengambil dan mengelola risiko masing-masing sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

3. Jenis-Jenis Risiko yang Dihadapi Bank

Banyak teori yang ada untuk mendefinisikan jenis-jenis risiko dalam

menjalankan bisnis perbankan. Namun, pada dasarnya jenis-jenis risiko yang

dihadapi dapat dibagi dua kelompok besar, yaitu:141

a. Risiko finansial

Risiko finansial terkait dengan kerugian langsung berupa hilangnya sejumlah uang akibat risiko yang terjadi. Risiko kredit, pasar, operasional, risiko konsentrasi kredit, risiko suku bunga pada buku bank, termasuk ke dalam risiko finansial.

138 Risiko sistemik (systemic risk) adalah risiko di mana kegagalan yang dialami oleh

sebuah bank dapat menimbulkan kerusakan terhadap perekonomian secara menyeluruh. Masyhud Ali, Op. Cit., hal. 9.

139 H. Abbas Salim, 1998, Manajemen Risiko, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 201. 140 Ibid., hal. 6. 141 Ibid., hal. 21.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

b. Risiko non finansial

Risiko non finansial terkait kepada kerugian yang tidak dapat dikalkulasikan secara jelas jumlah uang yang hilang. Dampak finansial dari risiko non finansial tidak langsung dapat dirasakan. Kasus seperti ketika kehilangan nasabah dan kehilangan bisnis akibat risiko yang terjadi tidak dapat terjadi tidak langsung membuat bank menjadi rugi. Namun pada gilirannya, risiko non finansial berpotensi untuk menimbulkan kerugian finansial. Risiko bisnis, risiko strateijk, serta risiko reputasional termasuk ke dalam non finansial.

Menurut Bank Indonesia risiko-risiko perbankan yang harus dikelola

antara lain:142

a. Risiko Kredit;

b. Risiko Pasar; c. Risiko Likuiditas; d. Risiko Operasional; e. Risiko Hukum; f. Risiko Reputasi; g. Risiko Stratejik; dan h. Risiko Kepatuhan; Bank Umum Konvensional wajib menerapkan Manajemen Risiko untuk

seluruh Risiko sebagaimana dimaksud di atas sedangkan Bank Umum Syariah

wajib menerapkan Manajemen Risiko paling kurang untuk 4 (empat) jenis risiko

sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d.

Adapun yang dimaksudkan dengan risiko-risiko tersebut, yaitu:

a. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam

memenuhi kewajiban kepada bank.143

142 Pasal 4 Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

Risiko kredit merupakan risiko kerugian

Universitas Sumatera Utara

Page 48: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

yang diderita bank, terkait dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo,

counterparty-nya gagal dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada

bank.144 Risiko dapat timbul karena beberapa hal, antara lain:145

1) adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi (surat utang) yang dibeli oleh bank tidak dibayar;

2) tidak dipenuhinya kewajiban, dimana bank yang terlibat di dalamnya dapat memenuhi pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivatif;

3) penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga dan produk derivatif.

b. Risiko Pasar;

Berdasarkan Pasal 1 angka (7), risiko pasar adalah risiko pada posisi

neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan

secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option.

Risiko ini muncul akibat harga pasar bergerak ke arah yang merugikan. Risiko ini

merupakan risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga,

perubahan nilai tukar serta hal lain yang mempengaruhi harga pasar saham,

ekuitas maupun komoditas. Bank terkena dampak faktor pembentuk harga di

pasar modal seperti suku bunga karena melakukan hal sebagai berikut:146

1) Traded market risk (jika bank aktif dalam perdagangan instrumen pasar

seperti obligasi yang nilainya terkait dengan market rate).

143 Pasal 1 angka (6) Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

144 Masyhud Ali, Op. Cit., hal. 199. Bandingkan dengan Kasidi, Op. Cit., hal. 58. Bandingkan dengan Ferry N. Idroes, Op. Cit., hal. 54.

145 Imam Gozali, 2007, hal. 12, dalam Kasidi, Op. Cit., hal. 58. 146 Kasidi, Op. Cit., hal. 66.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

2) Risiko suku bunga dalam pembukuan bank (bank terkena dampak dari

pasar modal akibat stuktur bisnisnya, seperti pemberian pinjaman dan

penerimaan tabungan).

Dua jenis risiko pasar (market risk) adalah147

a) Specific market risk

Adalah risiko terjadinya pengaruh buruk bagi bank sebagai akibat dari

perubahan harga atas sekuritas tertentu. Perubahan harga itu secara

spesifik dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu atau oleh peristiwa

yang menimpa issuer-nya sendiri.

b) General market risk

Adalah risiko terjadinya pengaruh buruk bagi bank, sebagai akibat dari

perubahan harga suatu instrumen moneter tertentu, sehingga secara

umum berpengaruh terhadap harga pasar sejumlah instrumen sekuritas.

Sebagai contoh, naik turunnya tingkat suku bunga bank resmi atau

official (BI rate atau SBI), tentu akan berpengaruh pada tingkat suku

bunga perbankan lainnya.

c. Risiko Likuiditas;

Berdasarkan Pasal 1 angka (8), risiko likuiditas adalah risiko akibat

ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber

pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat

diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko

147 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

likuiditas terbagi menjadi dua macam, yaitu risiko likuiditas aset dan risiko

likuiditas pendanaan. Risiko likuiditas aset timbul karena suatu transaksi tidak

dapat dilaksanakan pada harga pasar yang terjadi akibat besarnya nilai transaksi

relatif terhadap besarnya pasar. Sedangkan risiko likuiditas pendanaan yaitu risiko

ketidakmampuan memenuhi kewajiiban jatuh tempo sehingga mengakibatkan

likuidasi.148

d. Risiko Operasional;

Berdasarkan Pasal 1 angka (9) risiko operasional adalah risiko akibat

ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,

kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang

mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional juga dapat menyebabkan

terjadinya risiko pasar dan risiko kredit.149

Misalnya, adanya masalah operasional

pada transaksi bisnis seperti, kegagalan settlement akan menciptakan risiko pasar

dan risiko kredit, karena kerugian dari masalah operasional ini besarnya

tergantung dari pergerakan harga pasar.

e. Risiko Kepatuhan;

Sebagaimana diatur pada Pasal 1 angka (10) risiko kepatuhan adalah risiko

akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-

undangan dan ketentuan yang berlaku. Dalam praktiknya, risiko kepatuhan

melekat pada risiko bank yang terkait pada peraturan perundang-undangan dan

148 Ibid., hal. 67. 149 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

ketentuan lain yang berlaku. Misalnya, risiko kredit terkait dengan ketentuan

kewajiban pemenuhan modal minimum (KPMM), kualitas aktiva produktif,

pembentukan penyisihan aktiva produktif (PPAP), batas maksimum pemberian

kredit (BMPK), risiko pasar terkait dengan ketentuan posisi devisa netto (PDN),

risiko strategik terkait dengan ketentuan rencana kerja anggaran tahunan (RKAT)

bank.150

f. Risiko Hukum;

Sebagaimana diatur pada Pasal 1 angka (11) dinyatakan bahwa risiko

hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.

Risiko hukum timbul sebagai akibat bank kurang memperhatikan persyaratan-

persyaratan hukum yang memadai dalam rangka melindungi bank.

g. Risiko Reputasi;

Sebagaimana diatur pada Pasal 1 angka (12) dinyatakan bahwa, risiko

reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang

bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Risiko ini muncul akibat opini

negatif publik terhadap operasional bank, sehingga mengakibatkan menurunnya

jumlah nasabah bank tersebut atau menimbulkan biaya besar karena gugatan

pengadilan atau merosotnya pendapatan bank. Persepsi publik tentang pasar

merupakan penyebab yang cukup signifikan dalam risiko reputasi.151

h. Risiko Stratejik;

150 Ibid., hal. 70. 151 Ibid., hal. 68.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK A. …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26829/3/Chapter II.pdf · mencapai masyarakat adil dan makmur. 58 ... PT RajaGrafindo Persada,

Berdasarkan Pasal 1 angka (13), pengertian risiko stratejik adalah risiko

akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan

stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Universitas Sumatera Utara