bab iii metode penelitian - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/107233/4/bab_iii.pdf · 3.3...
TRANSCRIPT
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini mendeskripsikan mengenai bagaimana penelitian dilaksankan. Maka
dalam bab ini akan dijabarkan mengenai jenis dan sumber data, populasi dan sampel,
variabel penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Jenis dan
sumber data adalah darimana data tersebut diperoleh. Populasi dan sampel
menjelaskan bagaimana pemilihan populasi dan bagaimana sampel diperoleh. Dalam
penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel dependen, variabel
independen, dan variabel kontrol. Sedangkan untuk metode analisis data
menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.
3.1 Jenis dan Sumber Data
Seperti penelitian sebelumnya, data yang digunakan oleh penelitian adalah data
sekunder. Penggunaan data sekunder didasarkan karena perusahaan yang diteliti
adalah perusahaan go public yang listing (terdaftar) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pemilihan perusahaan go public karena perusahaan go public pada umumnya
mempunyai kewajiban untuk mengeluarkan laporan tahunan untuk kebutuhan pihak
luar perusahaan, sehingga data dapat diperoleh oleh peneliti.
Penggunaan data sekunder ini digunakan dengan alasan: 1) data lebih mudah
didapatkan daripada data primer, 2) biaya relatif murah, 3) sudah dilakukan penelitian
46
sebelumnya sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Data yang
digunakan adalah data laporan tahunan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2010 dan 2011.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan public yang terdaftar di BEI
pada tahun 2010 dan 2011. Alasan yang mendasari pemilihan tahun 2010 dan 2011
adalah penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2013, sehingga masih sulit dalam
pencarian data pada tahun 2012. Penentuan sampel dilakukan secara nonrandom
(nonprobability sampling) dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu
pemelihan sampel yang tidak acak yang mempunyai kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria-kriteria yang ditetapkan untuk memilih perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan (annual report) secara
konsisten di website BEI dari tahun 2010 sampai 2011.
2. Perusahaan yang memiliki laba positif, karena perusahaan yang laba
cenderung mempunyai prospek yang baik dan banyak diminati oleh investor,
sehingga perusahaan akan lebih kompleks dalam melakukan pengungkapan
laporan keuangannya.
3. Perusahaan menyajikan seluruh informasi dengan data yang diperlukan dalam
pengukuran variabel yang digunakan pada laporan tahunan.
4. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah.
47
5. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada
31 Desember.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal
dari laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010 dan 2011. Laporan
tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI diperoleh dari website BEI (www.idx.com)
dan Pojok BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, jalan MT
Haryono No. 165, Malang. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode dokumentasi, metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan,
mencatat dan mempelajari literatur yang memiliki keterkaitan dengan penyusunan
penelitian yang diperlukan.
3.4 Definisi dan Pengukuran Variabel
Menurut Sekaran (2006:115) variabel adalah apapun yang dapat membedakan
atau membawa variasi nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau
orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda.
Dalam penelitian ini akan digunakan tiga variabel yaitu variabel dependen, variabel
independen, dan variabel kontrol.
48
Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat pengungkapan sukarela,
variabel indepennya adalah struktur kepemilikan dan karakteristik dewan komisaris.
Struktur kepemilikan terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilakan blockholder
dan kepemilikan pemerintah. Karakteristik dewan komisaris terdiri dari dewan
komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keahlian dewan komisaris.
Sedangkan untuk variabel kontrol adalah leverage, firm size, dan profitabilitas.
3.4.1 Variabel Dedependen
Variabel dependen adalah variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku
dalam investigasi (Sekaran, 2006:116). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
tingkat pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan yang diterbitkan perusahaan.
Untuk tingkat pengungkapan, penulis menggunakan content analysis atas laporan
tahunan perusahaan sampel dengan membentuk Indeks Pengungkapan Sukarela tanpa
pembobotan, yaitu dengan melihat item informasi ada tidaknya dalam pengungkapan.
Setiap item informasi yang diungkapkan diberi angka 1 (satu), dan setiap item
informasi yang tidak diungkapkan diberi angka 0 (nol). Adhariani (2005)
menyebutkan beberapa pertimbangan yang mendasari perhitungan indeks
pengungkapan sukarela tanpa pembobotan yaitu:
1. Laporan tahunan disampaikan untuk tujuan umum pemakai, sehingga
informasi yang diberikan tidak dapat dilihat dari kepentingan tertentu. Suatu
jenis informasi tidak dapat dianggap lebih penting daripada yang lain, karena
49
jenis informasi yang dipandang penting oleh satu pihak mungkin dipandang
kurang penting oleh pihak lain dann sebaliknya.
2. Pembobotan bisa mengandung subyektifitas karena tergantung segmentasi
dan penilaian masing-masing peneliti.
Pembuatan daftar item pengungkapan didasarkan Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keungan (BAPEPAM) Nomor: KEP-
134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau
Perusahaan Publik. Laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting,
laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan
manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan,
dan laporan keuangan yang telah diaudit. Dari hasil yang diperoleh maka skor
pengungkapan maksimum adalah 76, Checklist pengungkapan sukarela tersebut dapat
dilihat pada lampiran 3.
Penentuan indeks-indeks pengungkapan dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Membuat daftar checklist pengungkapan sukarela
2. Menentukan indeks pengungkapan sukarela untuk setiap perusahaan sampel
berdasarkan checklist yang telah dibuat dengan cara sebagai berikut:
a. Memberi skor untuk setiap item pengungkapan, dimana jika satu item
diungkapkan maka diberi angka 1 (satu), dan jika tidak maka diberi angka
0 (nol).
50
b. Skor yang diperoleh dari setiap perusahaan dijumlahkan untuk mengetahui
skor total.
c. Menghitung indeks pengungkapan sukarela dengan membagi total skor
yang diperoleh dengan total skor maksimum yang diharapkan dapat
diperoleh oleh perusahaan.
Keterangan:
IPS = Indeks Pengungkapan Sukarela
STP = Skor Total Pengungkan Sukarela Perusahaan
SPM = Skor Pengungkapan Sukarela Maksimum
Semakin banyak item/butir pengungkapan sukarela yang diungkapkan oleh
perusahaan semakin banyak pula indeks yang diperoleh oleh perusahaan tersebut.
Perusahaan dengan angka indeks kelengkapan yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut melakukan praktek pengungkapan dengan lebih komprehensif
dari perusahaan lain.
3.4.2 Variabel Independen
Variabel Independen menurut Sekaran (2006:117) merupakan variabel yang
memengaruhi variabel terikat, entah secara positif atau secara negatif. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan dan karakteristik dewan
komisaris. Struktur kepemilikan terbagi menjadi tiga yaitu kepemilikan manjerial,
51
kepemilikan blockholder dan kepemilikan pemerintah. Sedangkan untuk karakteritik
dewan komisaris terbagi menjadi tiga yaitu dewan komisaris independen, ukuran
dewan komisaris dan keahlian dewan komisaris. Maka variabel independen dalam
penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut:
1. Kepemilikan Manajerial (KM)
Kepemilikan manajerial ditunjukkan dengan presentase saham yang dimiliki
oleh manajerial perusahaan (kepemilikan komisaris dan direktur) yang
dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah saham yang dimiliki
oleh manajerial dengan total saham perusahaan yang beredar (Eng dan Mak,
2003). Kepemilikan manajerial dapat dihitung dengan rumus sebagai barikut:
2. Kepemilikan Blockholder (KB)
Kepemilkan blockholder ditunjukkan dengan presentase saham yang dimiliki
oleh pihak selain manajemen (komisaris dan direktur) dan pemerintah yang
memiliki proporsi kepemilikan saham lebih dari 5%. Dalam penelitian ini
mengambil kepemilikan saham tertinggi. Variabel ini dihitung dengan cara
membandingkan antara jumlah saham yang dimiliki oleh blockholder dengan
total saham yang beredar (Eng dan Mak, 2003 serta Xiao dan Yuan, 2007).
Kepemilikan blockholder dapat dihitung dengan rumus sebagai barikut:
52
3. Kepemilikan Pemerintah (KP)
Kepemilikan pemerintah ditunjukkan dengan presentase saham yang dimiliki
oleh pemerintah, yang dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah
saham yang dimiliki oleh pemerintah dengan total saham perusahaan yang
beredar (Xiao dan Yuan, 2003). Kepemilikan pemerintah dapat dihitung
dengan rumus sebagai barikut:
4. Dewan Komisaris Independen (KDI)
Dewan komisaris independen dihitung dengan cara membandingkan antara
jumlah dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau dewan
komisaris independen dengan total dewan komisaris (Nuryaman et al, 2010
dan Xiao dan Yuan, 2007). Dewan komisaris independen dapat ditunjukkan
dengan rumus berikut:
5. Ukuran Dewan Komisaris (UDK)
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah total anggota dewan komisaris
(Nuryaman et al, 2010 dan Sheu et al, 2007).
53
6. Keahlian Dewan Komisaris (KDK)
Keahlian dewan komisaris dihitung dengan cara membandingkan antara
jumlah dewan komisaris yang memiliki keahlian dibidang akuntansi dan
keuangan dengan total dewan komisaris (Nuryaman et al, 2010). Keahlian
dewan komisaaris dapat ditunjukkan dengan rumus berikut:
3.4.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah leverage, firm size, dan profitabilitas.
Variabel kontrol adalah variabel yang digunakan untuk mendukung penelitian tapi
tidak dihipotesiskan. Fungsi dari variabel kontrol adalah untuk menambah tingkat
keakuratan penelitian yang dilakukan.
1. Leverage
Rasio leverage penting untuk menilai kemampuan perusahaan melunasi
semua hutang-hutangnya. Perusahaan yang mempunyai proporsi utang lebih
banyak dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya keagenan yang
lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai leverage tinggi
mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi
krediturnya (Suripto, 1999 dalam Pramunia 2010). Pemberian informasi yang
lebih banyak ini bertujuan untuk memudahkan perolehan tambahan dana
dengan biaya murah baik dari perolehan hutang maupun dari penerbitan
54
saham, untuk program pendanaan berikutnya. Rasio leverage dapat
dirumuskan sebagai berikut (Otaviana,2010):
2. Firm Size
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Perusahaan
besar biasanya lebih banyak dalam hal penerbitan laporan sukarela. Dalam
penelitian ini, ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total asset
perusahaan menggambarkan kekayaan perusahaan. Total asset perusahaan
kemudian diubah dalam bentuk logaritma natural agar data yang didapat tidak
terlalu besar, dan digit tidak terlalu panjang (Puspitaningrum, 2012).
3. Profitabilitas
Profitabilitas bertujuan untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Untuk mengukur
profitabilitas perusahaan, peneliti menggunakan ROA (return on total asset).
Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin
baik pula, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. “Nilai ini
mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aset yang diberikan
pada perusahaan” (Subramanyam dan Wild, 2013:47). Dalam analisis laporan
keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan
55
keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. Menurut Wahyuni (2012)
keuntungan menggunakan ROA dibandingkan rasio profitabilitas lain sebagai
berikut:
1. ROA mudah dihitung dan dipahami
2. Meruapakan alat pengukuran keberhasilan manajemen yang lebih sensitif
terhadap setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan.
3. Mendurung pencapaian tujuan perusahaan beruapa laba yang maksimal.
4. Sebagai tolak ukur manajemen dalam memanfaatkan aset untuk
memperoleh laba.
Bila ditinjau dari signaling theory, rasio profitabilitas dapat
dipertimbangkan sebagai indikator dari kulitas investasi. Apabila perusahaan
dapat mencapai rasio profitabilitas yang tinggi, maka akan memicu pihak
manajemen untuk mengungkapkan informasi sehingga mengurangi resiko
adanya pandangan yang negatif dari pasar. Perusahaan yang mencapai
profitabilitas tinggi menggunakan informasi untuk menghindari penurunan
harga saham (Wicaksono, 2011). Menurut Ross et al (2009:97) ROA dihitung
dengan cara membandingkan laba bersih dengan total aset, dimana rumus dan
formula perhitungannya adalah:
56
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode kuantitatif dengan perhitungan statistik. Aplikasi yang
digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel
2007 dan SPSS Versi 16. Metode analisis data terdiri dari Statistik Deskriptif, Uji
Asumsi Klasik, dan Analisis Regresi Berganda.
3.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum, (Ghozali,
19:2011).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian regresi berganda, dalam penelitian ini terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolonieritas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji normalitas. Berikut ini penjelasan uji
asumsi klasik yang digunakan.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011;116). Model
regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut
Ghozali (2011:116) ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
57
normal atau tidak, yaitu analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik merupaka cara
termudah untuk melihat normalitas residual yaitu dengan melihat grafik histogram
yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Selain itu, pengujian analisis juga dapat dilakukan dengan uji statistik
sederhana dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Uji statistik lain
yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Model regresi terbebas dari uji normalitas
apabila nialai signifikansi K-S lebih dari 0,05.
3.5.2.2 Uji Multikolonieritas
Menurut Ghozali (2011:105) Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini
tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol. Multikolonieritas dapat dilihat
dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika tolerance < 0,10 atau
sama dengan nilai VIF > 10 maka terdapat multikolonieritas yang tidak dapat di
58
toleransi dan variabel tersebut harus dikeluarkan dari model regresi agar hasil yang
diperoleh tidak bias.
3.5.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dilakukan
pada data time series/ runtun waktu. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat
permasalahan autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain (Ghozali, 2011:110).
Salah satu cara yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi
adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tabel pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi
positif
Tolak 0 < d <dl
Tidak ada autokorelasi
positif
No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No dicision 4 – du ≤ d ≤ 4 -dl
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negative
Tidak ditolak du < d < 4-du
59
3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
(Ghozali, 2011:139). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
Menurut Ghozali (2011:139) salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas adalah melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat
(dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-
studentized.
Dasar analisis yang digunakan sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik yang menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Selain menggunakan grafik Scatter Plot, uji heteroskedastisitas juga dapat
menggunakan uji Glejser dengan cara meregresi nilai absolute residual terhadap
60
variabel independen (Ghozali, 2011:142). Dasar pengambilan keputusan jika
variabel-variabel independen memiliki nilai probabilitas atau signifikansi > 0,05;
maka model tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.3 Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih
variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:96). Analisis regresi
berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan blockholder, kepemilikan
pemerintah, dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keahlian
dewan komisaris, dan variabel kontrol yaitu leverage, firm size, dan profitabiltas
terhadap variabel dependen pengungkapan sukarela perusahaan. Model regresi yang
dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini adalah:
Keteragan:
IPS = Indeks Pengungkapan Sukarela Perusahaan
intercept
koefisien
= Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Blockholder
Kepemilikan Pemerintah
61
= Dewan Komisaris Independen
Ukuran Dewan Komisaris
Keahlian Dewan Komisaris
= Leverage
Firm Size
= Profitabilitas
= Error
3.5.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis terdiri dari koefisien determinan, uji signifikansi simultan (Uji
statistik F), dan uji signifikansi parameter individual (Uji Statistik t). Uji koefisien
regresi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel bebas dapat
menjelaskan variabel terikat. Uji signifikansi simultan (Uji statistik F) digunakan
untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat.
Uji signifikansi parameter individual (Uji Statistik t) digunakan untuk mengetahui
pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
3.5.4.1 Koefisien Determinasi ( )
Koefisien Determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97). Nilai
koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
62
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2011:97).
3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Penentuan penerimaan atau
penolakan hipotesis sebagai berikut:
1. Apabila probabilitas > 0,05, maka semua variabel independen secara bersama-
sama tidak mempengaruhi variabel dependen.
2. Apabila probabilitas < 0,05, maka semua variabel independen secara bersama-
sama mempengaruhi variabel dependen.
3.5.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2011:98). Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance
level 0,05 (α = 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
63
2. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mampunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.