bab iii hasil temuan dan pembahasan - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2275/8/013 bab...

41
30 BAB III HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 77 Jakarta meliputi : Perencanaan Pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi Perencanaan Pembelajaran yang sudah direncanakan oleh guru dan evaluasi pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh siswa, untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang sudah disampaikan oleh guru, baik itu materi yang di evaluasi melalui evaluasi formatif maupun evaluasi sumatif dengan bentuk soal lisan ataupun soal tulisan. A. Profil Guru Sejarah Bu Harum lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Negeri Jakarta Jurusan Sejarah tahun 2004. Beliau sudah mulai mengajar sejarah sejak tahun 2004. Pengalaman mengajar sejarah beliau sudah sangat lama, karena beliau sejak lulus kuliah sudah langsung mulai mengajar mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 77 Jakarta. Sikap yang dapat di contoh dari bu Harum adalah disiplin dan tegas. Hal ini bisa dilihat dari ketepatan waktu saat beliau masuk kelas. Beliau tidak pernah memunda-nunda untuk masuk kelas apabila bel sudah berbunyi. Menurut pengakuan salah satu siswa kelas X MIPA 1 yang bernama Siti Sachiroh pada tanggal 14 Maret 2018:

Upload: buitruc

Post on 08-Aug-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

30

BAB III

HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 77 Jakarta meliputi : Perencanaan

Pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi Perencanaan Pembelajaran

yang sudah direncanakan oleh guru dan evaluasi pembelajaran yang harus

dilaksanakan oleh siswa, untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa

terhadap materi yang sudah disampaikan oleh guru, baik itu materi yang di

evaluasi melalui evaluasi formatif maupun evaluasi sumatif dengan bentuk soal

lisan ataupun soal tulisan.

A. Profil Guru Sejarah

Bu Harum lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Negeri Jakarta Jurusan

Sejarah tahun 2004. Beliau sudah mulai mengajar sejarah sejak tahun 2004.

Pengalaman mengajar sejarah beliau sudah sangat lama, karena beliau sejak

lulus kuliah sudah langsung mulai mengajar mata pelajaran sejarah di SMA

Negeri 77 Jakarta.

Sikap yang dapat di contoh dari bu Harum adalah disiplin dan tegas. Hal ini

bisa dilihat dari ketepatan waktu saat beliau masuk kelas. Beliau tidak pernah

memunda-nunda untuk masuk kelas apabila bel sudah berbunyi. Menurut

pengakuan salah satu siswa kelas X MIPA 1 yang bernama Siti Sachiroh pada

tanggal 14 Maret 2018:

31

“Bu Harum selalu masuk kelas tepat waktu, tapi pernah juga beberapa kali

telat masuk, tapi bu Harum selalu memberikan alasan jika telat masuk kelas.

Misalnya karena ada kegiatan lain , atau apapun itu. Seringnya itu bu Harum

masuk kelas tepat setelah bel berbunyi.”1

Ibu Harum telah menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

pelajaran sejarah dan menyiapkan beberapa permainan yang dapat digunakan

dalam pembelajaran di kelas, yang bertujuan agar supaya peserta didik tidak

bosan ketika belajar sejarah. Selain itu beliau menerapkan pembelajaran yang

membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran, baik dalam hal bertanya maupun

menjawab pertanyaan.

Ibu Harum pada tahun 2014 di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Beliau mengajar mata pelajaran sejarah Indonesia di kelas X MIPA dan IIS,

juga kelas XII MIPA dan IIS pada tahun pelajaran 2017/2018. Total jam

mengajar sejarah ibu Harum selama satu minggu sebanyak 24 jam pelajaran,

dengan rincian:

No Kelas Jumlah Jam Mengajar

1. X MIPA 1,2,3 dan X IIS 1,2,3 12 Jam

2. XII MIPA 1,2,3 dan XII IIS 1,2,3 12 Jam

Tabel 1.2 Jam mengajar sejarah ibu Harum

1 Lampiran Wawancara peserta didik kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 Maret 2018 di depan ruang kelas X MIPA 1 . h.108

32

B. Pembelajaran Sejarah

1. Perencanaan Pembelajaran Sejarah

Perencanaan Pembelajaran merupakan proses yang kompleks dan tidak

sederhana. Proses perencanaan pembelajaran memerlukan pemikiran yang

matang dan pengetahuan yang memadai sehingga akan berfungsi sebagai

pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini membuat guru sebagai

pekerjaan professional dituntut untuk mempersiapkan sebelum melakukan

pembelajaran.

a. Program Tahunan dan Program Semester

Seluruh guru di SMA Negeri 77 Jakarta diwajibkan untuk membuat

Program Tahunan (Prota) dan Program Semester (Prosem). Program tahunan

merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang

berisi tentang garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan

dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program tahunan

adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai

(kompetensi inti dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan. Program ini

perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelejaran

dimulai. Karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program

berikutnya., yakni program semester, mingguan, dan harian serta pembuatan

silabus dan sistem penilaian.

Ibu Harum sudah membuat membuat program tahunan mata pelajaran

sejarah, dimana terdapat komponen-komponen yang meliputi: identifikasi

33

(sekolah, kelas, dan mata pelajaran), kompetensi inti, kompetensi dasar, dan

alokasi waktu.2 Program Tahunan (Prota) yang di buat ibu Harum sesuai

dengan apa yang dianjurkan sekolah.

Sedangkan program semester adalah program yang berisikan garis-garis

besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester

tersebut. Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan.

Program semester diarahkan untuk menjawab minggu dan bulan pembelajaran

untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan. Isi dari program semester

yang dibuat oleh ibu Harum adalah tentang : identifikasi (sekolah, kelas, dan

mata pelajaran), kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, minggu dan

bulan yang direncanakan untuk kegiatan pembelajaran.3 Program Tahunan

(Prota) dan Program semester (Prosem) hanya membuat satu, yakni kelas

MIPA dan IIS disamakan tidak ada perbedaannya.

b. Silabus

Silabus adalah rencana pada suatu mata pelajaran yang didalamnya

menyangkut langkah-langkah nyata sebagai pedoman pembelajaran. Ibu

Harum dalam perencanaan pembelajaran juga mengkaji silabus yang

dikeluarkan oleh pemerintah untuk perencanaan proses pembelajaran sejarah,

yang memuat kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan

2 Lampiran Program Tahunan h.116 3 Lampiran Program Semester. h.125

34

pembelajaran.4 Silabus yang digunakan ibu Harum adalah silabus yang

dikeluarkan pemerintah pada tahun 2016.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Proses Perencanaan untuk kegiatan pembelajaran sejarah di kelas, guru

menggunakan Kurikulum 2013 sebagai acuan serta mempersiapkan silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama satu

tahun. Sebelum membuat RPP, guru diperlukan mengkaji Silabus terlebih

dahulu dengan mencermati KI dan KD yang terdapat dalam silabus. Setelah

selesai mengkaji silabus guru menyusun RPP menggunakan buku pegangan

guru, buku pegangan siswa, termasuk dalam menjabarkan langkah-langkah

kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Adapun peneliti bertanya

kepada ibu Harum terkait proses pembuatan RPP:

“Nyusun RPP itu berdasarkan silabus dan KD. KD yang tadi disusun

lagi berdasarkan silabus terus disesuaikan juga dengan situasi lapangan,

kan suka ada perubahan atau kondisi yang menghasruskan guru

merubah metode atau model pembelajaran, itu harus sesuai dengan

karakteristik siswa supaya pembelajarannya berjalan dengan lancar.”5

Ibu Harum menjelaskan ketika menyusun RPP acuan guru adalah melihat

kedalam Silabus pelajaran sejarah yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah.

Selanjutnya guru harus memilih kata kerja operasional yang akan dijadikan

indikator untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut.

4 Lampiran Silabus h.133 5 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) pada tanggal 13 Maret 2018 di SMA Negeri 77 Jakarta bertempat di lorong kelas X IIS 1. h.99

35

Ibu Harum telah membuat RPP untuk satu tahun kedepan, sehingga tidak

setiap hari membuat RPP untuk kelas yang bu Harum ajar. Dalam menyusun

RPP guru harus melihat peraturan pembuatan RPP yang terbaru. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara peneliti dengan ibu Harum:

“Biasanya kan selalu ada perubahan yah, kalo kemaren ada perubahan

dalam kata kerja operasional, terus tujuan yang tadinya di depan jadi di

belakang, terus ada KI. Pokonya ibu selalu ikuti yang terbaru karena itu

juga udah aturan dari sekolah supaya mengikuti peraturan yang

terbaru.”6

Ibu Harum menjelaskan bahwa ketika dalam penyusunan RPP guru harus

melihat peraturan pembuatan RPP yang terbaru, karena pembuatan RPP itu

sering mengalami perubahan dan peraturan sekolah pun meminta untuk guru

selalu update dalam menyusun segala macam perangkat pembelajaran.

Metode Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, dan Model Pembelajaran

yang digunakan saat proses pembelajaran. Guru harus memilih metode yang

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan

diharapkan dapat memenuhi tujuan yang ingin dicapai sebagaimana tercantum

dalam RPP dan meningkatkan motivasi belajar. Hasil pengamatan peneliti

selama melakukan pengamatan ibu Harum lebih sering menggunakan metode

ceramah, tetapi pernah juga menggunakan metode diskusi dan permainan teka

teki silang (TTS).7

6 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) pada tanggal 13 Maret 2018 di SMA Negeri 77 Jakarta bertempat di lorong kelas X IIS 1. h.99 7 Lampiran Catatan Lapangan Kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 Februari 2018 h.87

36

Model pembelajaran yang dilakukan oleh oleh ibu Harum dalam

pembelajaran sejarah di kelas X MIPA dan IIS adalah model project based

learning, problem based lerning, inquiry, dan discovery learning. Ke empat

model tersebut dipilih sesuai tujuan pembelajaran dan disesuaikan dengan

kondisi siswa yang akan mendapatkan pelajaran sejarah. Kelas X IIS lebih

senang belajar sejarah dengan menggunakan model Problem based lerning dan

kelas X MIPA lebih senang menggunakan model project based lerning.8 Media

yang dicantumkan guru dalam RPP antara lain: buku paket sejarah wajib,

papan tulis, dan LCD, dan Internet.9

Dalam penyusunan RPP ibu Harum sedikit mengalami kendala, seperti hasil

wawancara peneliti dengan ibu Harum:

“Biasanya kendalanya itu menentukan metode yang sesuai dengan tujuan

dan karakter siswa, kan di setiap kelas memiliki karakter siswa yang

berbeda-beda pola belajarnya. Jadi kadang misalnya metodenya A kelas ini

gak bisa jadi ya harus disesuaikan di lapangan jadi kadang ada perbedaan

sedikit, sama paling kendalanya itu harus ngetik banyak (sambil sedikit

tertawa)”10

Ibu Harum menjelaskan bahwa tidak ada kendala yang cukup serius dalam

penyusunan RPP, kendala tersebut hanya saja dalam menentukan metode dan

model yang cocok untuk siswa. Di RPP juga ibu Harum menyebutkan bahwa

metode dan media itu kondisional, jika ada kendala atau situasi yang

mengharuskan guru mengubah metode atau model maka akan guru ganti pada

8 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) di SMA Negeri 77 Jakarta pada tanggal 13 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 1. h. 99 9 Lampiran RPP h. 138 10 ibu Harum.op.cit h.99

37

saat pelaksanaan pembelajarannya, misalnya kondisi kelas yang panas atau

berisik atau ada kelas yang mendapatkan jam pelajaran sejarah di akhir jam

pelajaran (jam siang) maka ibu Harum segera mengganti metode sesuai dengan

kondisi siswa pada saat itu, agar supaya pembelajaran berjalan dengan baik.

Dalam menyusun RPP satu tahun pembelajaran tidak ada perbedaan antara

RPP kelas X MIPA dan X IIS. Ibu Harum hanya membuat satu RPP dan

digunakan di kedua kelas tersebut. Hanya saja pada saat pelaksanaan

pembelajaran ibu Harum membedakan model pembelajaran di kelas MIPA dan

IIS. Dimana kelas MIPA bu Harum menggunakan model project based lerning

dan kelas IIS ibu Harum menggunakan model problem based lerning.11

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran sejarah di kelas X MIPA dan IIS dilakukan oleh satu orang

guru yang bernama ibu Harum. Pembelajaran yang terjadi di kelas X MIPA

dan IIS mulai dari menyiapkan kegiatan proses pembelajaran, menentukan

metode pembelajaran, serta pemilihan model pembelajaran yang akan

digunakan di kelas.

Kegiatan pembelajaran sejarah yang diamati peneliti adalah pembelajaran

Sejarah Wajib/Indonesia di kelas X MIPA 1, X MIPA 2, X MIPA 3, X IIS 1,

X IIS 2, dan X IIS 3. Jadwal pelajaran Sejarah Wajib/Indonesia kelas X IIS 2

11 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) di SMA Negeri 77 Jakarta pada tanggal 13 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 1. h. 99

38

dan 3 adalah hari Senin, X IIS 1 hari Selasa, X MIPA 1 hari Rabu, X MIPA 2

dan 3 hari Kamis.

Selama peneliti melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran Ibu Harum

sudah menjalankan semua yang tersusun dalam RPP. Pada kegiatan

pendahuluan guru melakukan interaksi dengan siswa seperti mengucapkan

salam, menanyakan kesiapan siswa, dan mengabsen siswa satu persatu

berdasarkan urutan yang terdapat dalam absen. Tetapi untuk kegiatan motivasi

dan penyampaian tujuan pembelajaran peneliti melihat bahwa guru tidak

setiap pertemuan memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan dari

pembelajaran tersebut. Untuk motivasi peneliti melihat ibu Harum tidak

memberikan karena ibu Harum sering kali terburu-buru oleh waktu, dan untuk

tujuan pembelajaran ibu Harum hanya memberikannya pada saat awal materi

atau awal KD yang akan di pelajari.

a. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan yang terdiri dari penyampaian

tujuan pembelajaran dan motivasi. Pada pelaksanaan bagian pendahuluan yang

dilakukan ibu Harum sebelum memulia pembelajaran selalu mengucapkan

salam, mengabsen siswa dan menanyakan apakah ada yang masih di luar kelas

atau tidak.

Seperti contoh di kelas X MIPA 1 tanggal 14 Februari 2018 materi KD 3.8

jam ke 6-7 (11.30 - 12.15 WIB), pada saat awal pembelajaran ibu Harum

membuka dengan mengucapkan salam, dan melihat kondisi kelas yang cukup

39

berantakan sehingga guru mempersilahkan siswa untuk membereskan mejanya

yang masih berantakan. Selanjutnya guru menanyakan apakah hari ini ada yang

tidak masuk atau tidak dan menanyakan apakah sudah siap belajar sejarah pada

hari ini. Setelah itu ibu Harum menjelaskan materi dengan pengantar.12

Contoh pendahuluan pembelajaran di kelas X MIPA 2 pada tanggal 8 Maret

2018 jam ke 9 - 10 (13.40 - 15.00 WIB) KD 3.7, pada saat masuk kelas ibu

Harum mengucapkan salam, kemudian siswa menjawab salam tersebut.

Selanjutnya, sebelum masuk kedalam penjelasan materi guru kembali

menanyakan kepada siswa apakah materi kerajaan islam sudah di jelaskan

ataukah belum. Beberapa siswa menjawab belum karena minggu lalu adalah

kegiatan ulangan harian. Setelah itu ibu Harum menanyakan kepada siswa

“apakah masih ada yang belum ikut ulangan? Jika belum ada segera kedepan

dan kita laksanakan ulangan susulan”.13 Selain itu, menurut hasil wawancara

peneliti dengan satu orang siswa kelas X MIPA 2 yang bernama Erika ,

“ibu Harum biasanya Masuk kelas, siapin, ngabsen, nanyain tugas

sebelumnya, baru masuk materi”.14

Menurutnya ibu Harum ketika melakukan pembukaan kelas yang pertama

kali dilakukan adalah mengucapkan salam, kemudian menyiapkan kelas dan

siswa agar siap memulai pembelajaran pada hari itu. Setelah itu, kemudian ibu

Harum mananyakan tugas yang diberikan kepada siswa pada minggu

12 Lampiran catatan lapangan kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 februari 2018 h.87 13 Lampiran catatan lapangan kelas X MIPA 2 pada tanggal 8 Maret 2018 h.93 14 Lampiran Wawancara dengan siswa kelas X MIPA 2 pada tanggal 29 Maret 2018 di SMA Negeri 77 Jakarta bertempat di lorong kelas X MIPA 2 h.112

40

sebelumnya. Kemudian setelah selesai menanyakan tugas barulah ibu Harum

mulai masuk menjelaskan materi yang akan di jelaskan pada hari itu.

Ibu Harum melakukan kegiatan pendahuluan yang sama di beberapa kelas,

diantaranya di kelas X MIPA 3 pada tanggal 1 Februari 2018 jam ke 2 - 3

(07.30 - 09.00 WIB), X IIS 2 pada tanggal 8 Maret 2018 jam ke 9 - 10 (13.40

– 15.00). Menurut hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa kelas X

MIPA dan IIS ibu Harum selalu memulai pembelajaran dengan mengucapkan

salam, menanyakan kabar, dan melihat keadaan kelas jika kotor agar segera

dibersihkan.

Berikutnya kegiatan pendahuluan di kelas X IIS 1 pada tanggal 13 Maret

2018 jam ke 5 - 6 (10.00 – 11.30 WIB). Pertama guru mengucapkan salam

yang kemudian dijawab oleh siswa. Kemudian setelah itu guru mulai

memanggil satu persatu nama siswa yang ada di lembar absensi. Setelah itu

guru langsung menanyakan apakah tugas minggu selanjutnya yang diberikan

kepada siswa yaitu membuat TTS dan dikerjakan oleh dua orang (dengan

teman sebangku) sudah dikerjakan atau belum. Kemudian siswa menjawab

dengan berbagai jawaban, ada yang menjawab sudah dan ada yang belum.

Beberapa siswa sudah mengerjakan TTS yang ditugaskan oleh ibu Harum.

Guru segera memberi nilai di lembar tugas siswa yang telah mengerjakan, dan

kertas yang sudah selesai guru berikan kepada siswqa yang sama-sama sudah

41

mengerjakan dan guru meminta untuk segera mengisinya dan akan diberikan

nilai tambahan jika sudah selesai mengisi TTS tersebut.15

Kegiatan pendahuluan di kelas X IIS 2 pada tanggal 5 Februari 2018 jam

ke 9-10 (13.40 – 15.00 WIB), dimulai dengan mengucapkan salam, kemudian

guru mulai mengabsen siswa satu persatu. Setelah selesai mengabsen guru

menanyakan kabar siswa pada hari itu dan siswa menjawabnya dengan baik.

Setelah selesai menanyakan kabar, karena kelas X IIS 2 akan melakukan tes

lisan maka guru menjelaskan teknik pengambilan nilai (tes lisan) yang akan

dilakukan pada hari itu. Teknik yang ibu Harum lakukan pada saat melakukan

tes lisan, ibu Harum memberikan dua soal untuk ujian pada hari ini “jelaskan

teori dan media penyebaran Islam di Nusantara”. Selanjutnya ibu Harum

bertanya kepada siswa “siapa yang sudah siap maju? Yang sudah siap silahkan

maju kedepan dan yang dibelakang jangan ribut” beberapa siswa yang sudah

siap mulai kedepan dan dilaksanakan tes lisan. Siswa yang belum maju tetap

berada di bangku masing-masing dan kembali menghafalkan materi yang akan

disampaikan pada saat tes lisan16

Kegiatan pendahuluan di X IIS 3 pada tanggal 5 Februari 2018 jam 7-8

(11.30 - 12.15, 13.00 – 13.40 WIB), tidak ada perbedaan dengan kegiatan

pendahuluan di kelas X IIS 2 pada tanggal 5 Februari 2018 . Untuk soal dan

teknik ujian lisan yang dilakukan oleh ibu Harum tidak di bedakan Antara kelas

X IIS 2 dan 3, karena menurut beliau tidak perlu ada perbedaan soal. Disini ibu

15 Lampiran catatan lapangan kelas X IIS 1 pada tanggal 13 Maret 2018 h.95 16 Lampiran catatan lapangan kelas X IIS 2 pada tanggal 5 februari 2018 h.85

42

Harum ingin melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang

telah di jelaskan pada minggu-minggu sebelumnya. Dengan diadakannya tes

lisan ini maka ibu Harum akan dapat dengan mudah melihat apakah materi

yang disampaikan sudah dipahami siswa atau belum, dan jawaban yang

diberikan siswa pada saat tes lisan sangat beragam, tergantung penguasaan dan

pemahaman materinya. Selain itu, menurut hasil wawancara peneliti dengan

Fauzan:

“Ibu Harum pasti memberikan salam terlebih dahulu, lalu mengabsen

siswa, baru mulai masuk ke materi, oh iya dan satu lagi bu Harum suka

menanyakan tugas minggu sebelumnya.”17

Sejak dilakukan penelitian, kegiatan pendahuluan dimulai dengan

mengucapkan salam. Kegiatan absensi dilakukan dengan cara memanggil satu

persatu nama siswa berdasarkan urutan absensi. Menurut ibu Harum Kegiatan

absensi penting dilakukan untuk lebih mengenal siswa, untuk mengetahui

siapa saja siswa yang tidak masuk kelas sebagai bentuk penilaian sikap dan

perhatian guru kepada siswanya.

Pada proses menyampaikan tujuan pembelajaran, ibu Harum tidak

menyampaikannya di semua kelas, ada beberapa kelas yang tidak dijelaskan

apa tujuan dari pembelajaran hari ini, hanya di kelas X IIS 2, X IIS 1 dan X

MIPA 1 ibu Harum menyampaikan tujuan pembelajaran.

17 Lampiran Wawancara dengan siswa kelas X IIS 3 pada tanggal 28 Maret 218 bertempat di lorong kelas X IIS 3 h.106

43

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan

pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram. Kegiatan inti akan

menggambarkan penggunaan strategi dan pendekatan belajar yang digunakan

guru dalam proses pembelajaran, karena pada hakekatnya kegiatan inti

pembelajaran merupakan implementasi strategi dan pendekatan belajar.

Kegiatan inti dengan pendekatan Saintifik terdiri dari : (1) mengamati (2)

menanya (3) mengumpulkan informasi (4) mengasosiasikan / mengolah

informasi (5) mengomunikasikan.

Di semua kelas, diantaranya kelas X MIPA 3 (tanggal 1 Februari 2018) X

MIPA 1 (tanggal 14 Februari 2018) X IIS 3 (tanggal 19 Februari 2018) X IIS

2 (tanggal 19 Februari 2018) Ibu Harum memulai kegiatan inti pembelajaran

dengan memberikan penjelasan dengan bahasa / contoh yang umum dan mudah

dipahami siswa seperti contoh pada saat materi Akulturasi Aksara ibu Harum

mengajak siswa untuk menyebutkan huruf Hijaiyyah, Akulturasi Kalender

dengan menyebutkan Kalender Jawa dan Islam, dan juga media penyebaran

islam yang sudah banyak diketahui oleh siswa seperti perdagangan,

pernikahan, pendidikan.

Seperti contoh di kelas X MIPA 1 tanggal 14 Februari 2018 jam ke 6-7

(pukul 10.45 – 12.15 WIB), ibu Harum memberikan penjelasan tentang

Akulturasi Aksara (KD 3.8). Ketika memulai penjelasan ibu Harum

memberikan pemahaman tentang aksara dan contoh huruf Hijaiyyah. Contoh

44

tersebut sangat umum dan di ketahui oleh siswa. Dalam kegiatan inti di kelas

X MIPA 1 ibu Harum mengajak siswa untuk berperan aktif seperti mengajak

siswa untuk maju kedepan mengajari temannya di depan kelas untuk membaca

huruf Hijaiyyah, dalam hal ini siswa bergantian maju kedepan kelas mengajak

temannya untuk membaca huruf Hijaiyyah. Pada kegiatan inti guru juga

menggunakan media papan tulis.18

Contoh di kelas X IIS 2 tanggal 19 Februari 2018 (13.45-15.00 WIB), ibu

Harum mengawali penjelasan materi dengan materi Akulturasi Kalender (KD

3.8 ). Pertama kali ibu Harum jelaskan kepada siswa adalah perbedaan kalender

Jawa dan Kalender Hijriyah. Pada saat menjelaskan materi ibu Harum tidak

terfokus pada materi yang sedang di jelaskan saja, tetapi guru berusaha

mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari agar siswa dapat dengan mudah

memahami materi yang sedang di jelaskan.19 Kemudian kegiatan

mengomunikasikan yang dilakukan oleh ibu Harum juga terlihat di kelas ini:

Selanjutnya ibu Harum juga mengajak siswa untuk bercerita di depan

kelas tentang kegiatan selama malam terakhir bulan ramadhan. “siapa

yang berani kedepan dan mau bercerita tentang apa aja sih kegiatan

kalian di malam terakhir bulan Ramadhan. Ibu mau tiga orang maju

kedepan bebas mau laki-laki atau perempuan, nanti ibu kasih nilai buat

yang berani kedepan”. Selanjutnya Tiga orang siswa mengangkat tangan

dan segera maju ke depan satu persatu. Tiga siswa tersebut bernama

Rakan, Amanda, dan Anya. Satu persatu bergantian menceritakan

pengalaman selama terakhir bulan Ramadhan. Nah ibu sengaja minta

tiga orang untuk maju kedepan dan menceritakan pengalamannya, ini

juga sebagai informasi untuk kita supaya di hari-hari terakhir

Ramadhan kita dapat beribadah semaksimal mungkin. Kemudian ibu

18 Lampiran catatan lapangan di kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 Februari 2018 h.87 19 Lampiran catatan lapangan kelas X IIS 2 pada tanggal 19 Februari 2018 h.91

45

Harum melanjutkan penjelasan materi yang sedang di bahas pada saat

itu.20

Setelah memberikan penjelasan materi secara singkat dan jelas, ibu Harum

juga selalu memberikan tugas kepada siswa, agar supaya siswa paham dengan

materi yang dijelaskan. Jika jam pelajaran masih tersisa biasanya ibu Harum

mempersilahkan kepada siswa agar tugasnya di kerjakan pada hari itu juga,

tetapi jika jam pelajaran sudah habis maka tugas tersebut di kerjakan di rumah

dan dikumpulkan pada saat pertemuan selanjutnya. Seperti contoh di kelas X

MIPA 2 tanggal 8 Maret 2018 (13.40-15.00 WIB) ibu Harum memberikan

kepada siswa tugas untuk membuat teka teki silang (TTS) yang dikerjakan oleh

dua orang (KD 3.7). tugas tersebut dikerjakan oleh dua orang karena ibu Harum

merasa cukup untuk berdiskusi, jika semakin banyak anggota kelompok untuk

membuat TTS itu tidak akan maksimal karena yang siswa yang serius

mengerjakan tuganya pasti hanya satu atau dua orang saja. Ibu Harum

menugaskan untuk siswa membuat TTS dimulai dengan membuat soal sampai

dengan membuat kotak TTS semenarik mungkin. Siswa diberikan kebebasan

untuk mendalami materi dari berbagai sumber, baik dari buku paket siswa,

interner, dan lain-lain. Pada kegiatan ini guru mengajak siswa membuat soal

Higher Order Thinking Skills (HOTS).21 Pada saat penugasan TTS itu ibu

Harum menjelaskan kepada siswa dimana ketika akan membuat soal tidak

boleh membuat soal yang asal, tetapi pembuatan soal itu harus bersifat kritis,

logis, dan juga kreatif.

20 Ibid 21 Lampiran catatan lapangan di kelas X MIPA 2 pada tanggal 8 Maret 2018 h.93

46

Selain tugas kelompok, ibu Harum juga memberikan tugas individu kepada

siswa. Seperti contoh tugas yang diberikan di kelas X IIS 3 tanggal 19 Februari

2018 pukul 11.30-13.40 WIB yang pada saat itu keadaan kelas tidak kondusif

sehingga guru memutuskan untuk memberikan tugas individu:

Kondisi di luar kelas pada saat itu sedang hujan, siswa mulai tidak nyaman

duduk di bangkunya sehingga beberapa siswa berjalan kesana kemari dan

presentasi tidak dilanjutkan. Ibu Harum saat itu mengambil keputusan untuk

memberika siswa tugas agar siswa menganalisis sebab-sebab runtuhnya

kerajaan Hindu-Budha dan munculnya Kerajaan Islam di Nusantara (KD

3.8), tugas ditulis di buku catatan dan dikumpulkan pada hari itu juga.22

Pada saat siswa mengerjakan tugas, ibu Harum berperan sebagai fasilitator,

sesekali ibu Harum memeriksa siswa mengerjakan tugas yang telah diberikan.

Hal ini membuat suasana kelas cukup kondusif karena pada saat ini guru

memantau kelas dengan cara berkeliling dari barisan depan hingga barisan

paling belakang. Ibu Harum juga menegur beberapa siswa (Kevin, Gifari, dan

Samosir) yang tidak serius dalam mengerjakan tugas. Selain itu, ibu Harum

juga memfasilitasi para peserta didik yang ingin bertanya terkait tugas dan

memberikan pengarahan terhadap siswa yang kurang memahami tentang tugas

yang telah diberikan, dan ini terlihat pada saat guru melakukan pembelajaran

di kelas X MIPA 2 dan X IIS 3. Seperti contoh salah satu siswa kelas X MIPA

2 bernama Jonathan bertanya kepada ibu Harum pada tanggal 8 Maret 2018

pukul 13.40 – 15.00 WIB:

“bu ini tugasnya kita membuat soal terlebih dahulu, kemudian baru

membuat kotaknya bu? Untuk soalnya ini bagaimana bu bebas semau

kita atau bias cari di internet? Ibu Harum menjawab “iya Jonathan, jadi

sebelum kamu membuat kotak kotak TTS kamu membuat soal terlebih

22 Lampiran catatan lapangan di kelas X IIS 3 pada tanggal 19 Februari 2018 h.89

47

dahulu, soalnya itu ibu tentukan 15 mendatar dan 15 menurun. Soalnya

itu tidak boleh cari di internet. Soalnya itu kamu yang buat semenarik

dan sesusah mungkin agar supaya teman-teman bias mendapatkan

informasi dari tts kamu ini. Nanti kan kalo udah selesai mengerjakan

TTS kamu dikerjakan sama temen kamu yang lain. Dan untuk membuat

soalnya kamu bias liat materinya dari buku paket¸ buku catatan kamu,

sama dari internet, majalah juga boleh” penjelasan ibu Harum”.23

Kemudian selain kegiatan pemberian tugas, ibu Harum juga selalu

memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. Kegiatan ini guru lakukan

untuk mengajak siswa belajar secara lebih aktif dan mengharapkan siswa lebih

kritis. Seperti pernyatan salah satu siswa kelas X IIS 3 yang bernama Mika

Simon:

“Kalo abis ngejelasin bu Harum pasti bilang “ada yang mau nanya gak?”.

Terus kalo ada pertanyaan ibu Harum biasanya nanya dulu “ada yang bias

jawab gak?” atau “ada yang mau bantu jawab?” kalo gak ada yang bisa

jawab baru nanti bu Harum yang jawab langsung.”24

Menurut penjelasan Mika Simon, ibu Harum selalu memberikan

kesempatan kepada siswanya untuk bertanya. Waktu yang diberikan kepada

siswa adalah ketika guru selesai menjelaskan materi. Setelah ada satu atau dua

orang siswa yang memberikan pertanyaan, guru tidak langsung menjawabnya,

melainkan guru memberikan kesempatan kepada siswa terlebih dahulu untuk

menjawab pertanyaan tersebut. Jika memang tidak ada satupun siswa yang bisa

menjawab pertanyaan, kemudian barulah guru yang akan menjawabnya.

Seperti contoh di kelas X IIS 2 tanggal 19 Februari 2018 pukul 13.45-15.00

WIB, pada saat itu ibu Harum sedang menjelaskan Materi Akulturasi Hindu

23 Lampiran Catatan lapangan kelas X MIPA 2 tanggal 8 Maret 2018 h.93 24 Lampiran Wawancara dengan siswa kelas X IIS 3 pada tanggal 28 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 3 h.103

48

Budha dengan islam (KD 3.8), selesai menjelaskan materi ibu Harum bertanya

kepada siswa:

“apakah ada yang mau bertanya?” kemudian tidak ada satupun siswa yang

mengajukan pertanyaan. Akhirnya bu Harum memberikan pertanyaan

kepada siswa “coba ada berapa bulan dalam Kalender Islam, dan ada

perayaan apa saja di setiap bulannya?25

Pada saat itu semua siswa menjawab secara serentak “12 bulan bu” tetapi

untuk pertanyaan kedua mengenai perayaan apa saja di setiap bulannya siswa

tidak ada yang bisa menjawab. Sehingga bu Harum memutuskan untuk

dijadikan tugas yang di kerjakan di buku catatan masing-masing dan

dikerjakan di rumah dikumpulkan pertemuan selanjutnya.

Selama kegiatan inti berlangsung, ibu Harum memanfaatkan fasilitas yang

ada di dalam kelas untuk kegiatan pembelajaran. Salah seorang siswa kelas X

MIPA 1 yang bernama Zalfy menyebutkan bahwa ketika pembelajaran

berlangsung guru selalu memakai fasilitas yang ada di dalam kelas seperti

papan tulis, spidol, dan LCD (ketika presentasi).26

Ketika kegiatan inti berlangsung, ibu Harum mengelola kelas dengan cukup

baik, dimana peneliti melihat selama kegiatan pengamatan ibu Harum selalu

mengondisikan kelas dengan baik, menegur siswa yang mengobrol dan

memainkan HP, dan mengelola pembelajaran dengan tegas dan tenang tidak

dengan nada tinggi dan penyampaian yang lembut.27penataan kelas yang sudah

25 Lampiran catatan lapangan di kelas X IIS 2 pada tanggal 19 Februari 2018 h.91 26 Lampiran Wawancara dengan siswa kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X MIPA 1 h.110 27 Lampiran catatan lapangan di kelas X MIPA 1,2,3 dan X IIS 1,2,3

49

baik membuat ibu Harum dapat leluasa mengelola kelas dan memperhatikan

tingkah laku siswa dengan baik selama kegiatan pembelajaran. Ibu Harum juga

tidak merubah posisi tempat duduk siswa. Setiap siswa diberikan kebebasan

memilih teman untuk duduk bersama dalam satu meja.

c. Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup ibu Harum selalu memberi tahu kepada siswa untuk

membaca materi yang akan dipelajari pada minggu selanjutnya. Seperti yang

terjadi di kelas X MIPA 3 guru meminta siswa mempelajari materi tentang

Teori masuknya Agama Islam di Nusantara.28

Kegiatan penutup ibu Harum juga kadang-kadang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menyimpulkan pembelajaran pada hari itu. Tetapi tidak di

setiap kelas ibu Harum memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran hari

itu. Contoh di kelas X MIPA 1 tanggal 14 Februari 2018 pukul 10.45-12.15

WIB (KD 3.8), sebelum menutup pembelajaran hari itu guru meminta siswa

untuk menyimpulkan materi yang sudah di bahas pada saat itu, kemudian satu

orang siswa yang bernama Brenden menyimpulkan materi yang telah di bahas:

“Jadi kesimpulan dari pertemuan kita hari ini adalah bahwa ketika islam

pertama datang ke Nusantara islam melakukan akulturasi dengan budaya

yang sebelumnya sudah ada. Islam menyatukannya dengan budaya yang

sudah ada agar mudah diterima oleh masyarakat yang ada di Nusantara.

Seperti contoh aksara mengalami akulturasi, kalender juga mengalami

akulturasi”.29

28 Lampiran catatan lapangan kelas X MIPA 3 pada tanggal 1 Februari 2018 h.80 29 Lampiran Catatan Lapangan kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 Februari 2018 h.87

50

Guru juga dalam menutup pembelajaran kadang-kadang memberikan tugas

kepada siswa untuk di kerjakan di rumah dan dikumpulkan minggu berikutnya.

Seperti contoh di kelas X IIS 3 guru meminta agar siswa mengerjakan tugasnya

dengan baik dan tidak asal-asalan.30

Peneliti mengikuti pembelajaran selama delapan kali pembelajaran, dari

total tersebut ibu Haum hanya memberikan kesimpulan pada akhir

pembelajaran hanya dua kali pembelajaran, dimana pemberian kesimpulan

hanya terjadi di X MIPA 1 tanggal 14 Februari 2018 jam ke 6 – 7 (pukul 10.45

– 12.15 WIB) dan X IIS 1 13 Maret 2018 jam ke 5 – 6 (pukul 10.00 – 11.30

WIB).

3. Penilaian Pembelajaran Sejarah

Penilaian sangatlah penting, baik bagi siswa, guru, maupun sekolah. Bagi

siswa penilaian dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan mengikuti

pembelajaran yang diberikan oleh guru, apakah hasilnya sudah sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang di rancang atau tidak. Bagi guru, penilaian dapat

mengetahui siswa yang sudah dan belum menguasai bahan pembelajaran, tepat

atau tidaknya materi pembelajaran yang disampaikan dan metode yang

digunakan. Sedangkan bagi sekolah, penilaian dapat mengetahui kondisi

belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum

30 Lampiran catatan lapangan kelas X IIS 3 pada tanggal 19 Februari 2018 h.89

51

dan mengetahui yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau

belum.

Menurut hasil wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah SMA

Negeri 77 Jakarta bidang Kurikulum. Ada beberapa penilaian yang harus

dilakukan oleh guru-guru di sekolah ini :

“Yang pertama ulangan harian itu yang paling dominan, terus ada Ujian

Tengah Semester (UTS) walaupun di K-13 sudah tidak ada lagi UTS tapi

tuntutan orang tua yang menginginkan seperti itu. Selain itu ada Ulangan

Akhir Semester, ada Ujian Kenaikan Kelas (UKK), Ujian Akhir Sekolah

Berstandar Nasional (UASBN), ada juga Ujian Nasional Berbasis

Komputer (UNBK) ya kaya gitu yang dimaksud evaluasi. Tapi di 77

dominanya ulangan harian yang menjadi tergetnya, kenapa itu karena setiap

selesai kegiatan materi maka harus ada ulangan.”31

Dari penjelasan di atas dijelaskan bahwa penilaian yang dilakukan di SMA

Negeri 77 Jakarta bermacam-macam, diantaranya: ulangan harian, ulangan

tengah semester (UTS), ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

Tapi untuk penilaian yang lebih dominan dan sering dilakukan di sekolah ini

adalah penilaian ulangan harian (penilaian yang dilakukan pada saat akhir KD).

a. Pelaksanaan Penilaian

Penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan oleh ibu Harum adalah proses

pengumpulan data tentang pencapaian pembelajaran dalam aspek pengetahuan,

keterampilan, dan sikap untuk memantau proses kemajuan belajar, dan

31 Lampiran Wawancara dengan informan kunci (bapak Ibnu Humaedi M.Pd) selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum pada tanggal 28 Maret 2018 di ruang wakil kepala sekolah SMAN 77 Jakarta h.96

52

perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Ibu

Harum menjelaskan kepada peneliti:

“penilaian biasanya macem-macem ya bisa langsung ngasih pertanyaan

misalnya memberikan permainan yang sifatnya memberi pengetahuan dan

berhubungan dengan materi. Atau bisa juga langsung ulangan, uji lisan. Ibu

mengambil nilai dari beberapa penlaian, dari nilai presentasi diambil, terus

lagi nilai individu, terus diadain uji lisan, terus kalo uji lisan udah ada ntar

diadain lagi jawab-jawab soal.di buku paket atau soal dari ibu”32

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa ibu Harum melakukan penilaian

dengan berbagai jenis. Guru melakukan penilaian pembelajaran dengan cara

memberikan soal-soal kepada siswa, memberikan ujian lisan (ujian ini terdapat

di RPP)33, ujian tertulis setelah materi dalam KD selesai, dan ibu Harum juga

memberikan permainan yang sifatnya memberi pengetahuan dan mengajak

siswa aktif ketika pembelajaran berlangsung (kondisionnal saja dan tidak

terdapat di RPP untuk memberikan permainan), contohnya mengajak siswa

membaca huruf hijaiyyah dengan cara bermain dan mengajari temannya yang

pada saat itu berkaitan dengan materi akulturasi aksara.

Peneliti juga melihat ibu Harum mengadakan penilaian pembelajaran.

Contohnya di kelas X IIS 3 pada tanggal 5 Februari 2018 jam ke 7 – 8 (11.30

– 12.15, 13.00 – 13.40 WIB). Ibu Harum menjadwalkan pertemuan pada hari

itu hanya untuk melakukan tes lisan, siswa juga sudah diberi tahu sebelumnya

bahwa minggu ini akan ujian tes lisan. Pada hari itu ibu Harum hanya

mengadakan ujian lisan, tidak ada pemberian materi agar supaya siswa dapat

32 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) di SMA Negeri 77 Jakarta pada tanggal 13 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 1 h.99 33 Lampiran RPP h.138

53

menyelesaikan ujian lisan pada hari itu. Tapi pada kenyatannya ujian lisan

tidak dapat diselesaikan dalam satu kali pertemuan, perlu waktu sampai dua

kali pertemuan.

Pada saat ujian lisan ibu Harum memberikan dua soal kepada semua siswa.

Pertanyaannya adalah “jelaskan teori penyebaran islam di Nusantara dan

jelaskan Media penyebaran yang digunakan pada saat penyebaran islam di

Nusantara”. Salah satu siswa kelas X IIS 3 yang bernama Hana Kamila

menjawab:

Teori penyebaran islam di Nusantara ada teori Gujarat, Teori Persia, Teori

Cina, Teori Mekkah. Media yang digunakan dalam penyebaran islam adalah

media perdagangan, pernikahan, pendidikan, dan dakwah.34

Selain itu ibu Harum juga mengadakan tes lisan di kelas X IIS 2 pada

tanggal 5 Februari 2018 jam ke 9 – 10 (13.40 – 15.00 WiB). Sama seperti kelas

sebelumnya, dimana sebelum tes dilakukan guru telah menberi tahu bahwa

minggu ini akan diadakan tes lisan. Ibu Harum menjelaskan kepada siswa

bahwa tes lisan ini diadakan selain untuk mengambil nilai ibu Harum juga ingin

mengetahui sejauh mana pemahaman tentang materi tersebut. Selanjutnya ibu

harum menyebutkan dua soal yang sudah disiapkan (sama seperti kelas-kelas

sebelumnya, tidak ada perbedaan soal). Ibu Harum mempersilahkan kepada

siswa yang sudah siap agar maju kedepan dan segera menjelaskan kepada

teman-temannya mengenai soal yang sudah disebutkan tadi. Ketika peneliti

melihat proses pengambilan nilai di kelas X IIS 2 peneliti mendapatkan

34 Lampiran catatan lapangan kelas X IIS 3 pada tanggal 5 Februari 2018 h.83

54

pemandangan yang berbeda, dimana di kelas ini pada saat mulai diadakannya

tes lisan kondisi kelas cukup tidak kondusif, banyak siswa yang mengobrol dan

siswa cuek tidak peduli dengan temannya yang sedang tes di depan kelas.

Tetapi pada saat jam pelajaran akan berakhir, keadaan kelas menjadi berubah,

siswa yang awalnya cuek kemudian berubah menjadi berbondong-bondong

untuk segera maju, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk membuat

barisan agar supaya kelihatan siapa yang akan maju selanjutnya.35 Ibu Harum

juga menyebutkan selain di kelas ini, masih ada lagi beberapa kelas yang

antusias ketika akan diadakan tes lisan, sampai akhirnya ibu Harum membuat

nomor antrian agar supaya siswa tidak berebut untuk maju kedepan.

Ketika tes lisan, ibu Harum tidak membedakan soal Antara siswa satu

dengan siswa lainnya. Dari mulai kelas X MIPA 1 sampai dengan X IIS 3 ibu

Harum memberikan soal yang sama. Dalam hal ini ibu Harum memberikan

soal yang sama karena setiap siswa akan memberikan jawaban yang beragaim.

Dalam hal ini ibu Harum ingin melihat seberapa besar pemahaman siswa

mengenai materi yang sudah diberikan (KD 3.7)

b. Pelaksanaan Remedial

SMA Negeri 77 Jakarta menetapkan KKM untuk mata pelajaran sejarah

sebesar 75, siswa dikatakan menuntaskan mata pelajaran sejarah jika telah

35 Lampiran catatan lapangan di kelas X IIS 2 pada tanggal 5 Februari 2018 h.85

55

mencapai nilai 75. Apabila siswa tersebut belum mampu mencapai nilai 75

maka guru akan melakukan remedial.

Hasil wawancara peneliti dengan ibu Harum:

“oh iya itu selalu, kan buat perbaikan mereka juga. Dalam pelaksanaan

remedial ibu kadang kasih soal lagi, kadang juga langsung tes lisan aja atau

rangkum materi, liat situasi sama waktunya aja biar pas.”36

Ketika melakukan remedial ibu Harum menyebutkan bahwa kadang beliau

memberikan lagi soal yang sama seperti soal pada saat ujian. Tetapi kadang

ketika waktu sangat mendesak ibu Harum memberikan ujian lisan yang singkat

seperti contoh “jelaskan teori masuknya islam ke Nusantara”.

C. Pembahasan

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah peneliti lakukan selama

kurang lebih dua bulan yang terhitung sejak 1 Februari – 31 Maret 2018 dengan

memasuki kelas X MIPA 1,2,3 dan X IIS 1,2,3 terlihat tahapan-tahapan dalam

proses pembelajaran di SMA Negeri 77 Jakarta yang dimulai dengan tahap

Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan terakhir Evaluasi

Pembelajaran. Ketiga tahap ini adalah suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Tanpa Perencanaan Pembelajaran proses pembelajaran tidak akan

optimal dan tahap evaluasi memegang peranan penting dalam segala bentuk

pengajaran yang efektif, dengan evaluasi diperoleh balikan atau Feedback yang

dipakai untuk memperbaiki dan merevisi bahan atau metode pengajaran untuk

36 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) di SMA Negeri 77 Jakarta pada tanggal 13 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 1 h.99

56

menyesuaikan bahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, evaluasi

menjadi indikator penilaian berdasarkan KKM.

Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru telah membuat perangkat

perencanaan pembelajaran terlebih dahulu. Sebelum membuat perencanaan

pembelajaran, guru sudah membuat program tahunan (Prota) adalah rencana

penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran mencapai tujuan (Kompetensi inti

dan Kompetensi Dasar) yang telah ditetapkan. Kemudian guru telah membuat

program semester (Prosem) adalah penjabaran dari program tahunan. 37 Guru

dalam membuat program tahunan dan program semester berpegangan atau

menjadikan kalender akademik pada tahun 2017/2018 sebagai acuannya yang

dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Selanjutnya guru juga mengkaji silabus yang dikeluarkan oleh pemerintah,

dimana Silabus tersebut bertujuan untuk mempersiapkan perencanaan

pembelajaran sejarah lebih lanjut untuk pedoman pembuatan RPP. Berdasarkan

hasil penelitian, guru telah menyusun RPP sendiri untuk mempermudah

kegiatan pembelajaran dan sudah mengikuti pedoman pembuatan RPP terbaru

yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini sesuai dengan lampiran

Permendikbud Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Pembelajaran pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menyatakan bahwa tahap pertama

37 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008) hh.52-53

57

dalam pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran yang diwujudkan

dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).38

Selain perencanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, peneliti juga

membahas tentang kegiatan pembelajaran sejarah. Guru telah melaksanakan

langkah-langkah kegiatan pembelajaran seperti pendahuluan, kegiatan inti, dan

penutup meskipun di dalam setiap langkah pembelajaran tersebut masih

terdapat kegiatan yang belum dilaksanakan secara maksimal.

Urutan kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh ibu Harum di hampir di

semua kelas, yaitu mengucapkan salam, lalu beliau menanyakan kabar siswa,

memeriksa keadaan kelas, dan mengabsen siswa satu persatu. Sebelum

memasuki ke materi pembelajaran yang akan disampaikan, ibu Harum selalu

mengajak siswa untuk semangat belajar diantaranya mengajak siswa untuk

belajar tapi dengan suasana santai, dan kemudian ibu Harum mengajukan

beberapa pertanyaan mengenai materi yang telah dibahas minggu lalu. Ibu

Harum juga kadang-kadang memberikan sedikit motivasi agar supaya siswa

menjadi lebih semangat untuk belajar seperti misalnya memberikan kata-kata

“ayo tetap semangat belajarnya, jangan sampai orang tua kalian kecewa

dengan kalian”. Untuk kegiatan penyampaian tujuan pembelajaran ibu Harum

tidak menyampaikannya di setiap pertemuan, ibu Harum hanya menyampaikan

pada saat materi pertama yang akan diberikan kepada siswa. Seharusnya

pembelajaran yang baik itu guru harus memberikan tujuan dari pembelajaran

38 Kemendikbud, Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta: Kemendikbud 2016), h.5

58

yang akan dipelajari karena tujuan belajar untuk memenuhi kebutuhan di

kemudian hari dan siswa di dorong oleh keingin tahuannya untuk memenuhi

kebutuhannya.

Langkah kedua dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan inti. Kegiatan

inti menjadi kegiatan terpenting atau bagian utama dalam kegiatan

pembelajaran karena di dalam kegiatan inti terdapat proses penyampaian

informasi dan pengetahuan yang disampaikan oleh guru kepada siswa.

Pelaksanaan kegiatan inti dalam pembelajaran sejarah di kelas X secara

keseluruhan sudah sesuai dengan apa yang telah tercantum di dalam RPP, hanya

saja masih ada beberapa kegiatan yang tidak sesuai dengan apa yang sudah

tercantum di RPP, diantaranya kegiatan 5 M (mengamati, menanyakan,

mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengomunikasikan secara

penuh) tidak dijalankan semuanya dan kadang jam pertemuan dengan siswa

melebihi batas yang sudah ditentukan di dalam RPP. Misalnya di RPP untuk

materi KD 3.7 hanya dijadwalkan empat kali pertemuan, tetapi pada

kenyataannya bisa sampai 5 kali pertemuan (melebihi batas waktu yang sudah

tercantum di RPP).

Guru telah melakukan pendekatan saintifik yang terdiri dari kegiatan 5 M

(mengamati, menanyakan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan

mengomunikasikan secara penuh), kegiatan literasi, dan HOTS tetapi masih

terdapat kegiatan yang diterapkan oleh guru tidak secara maksimal karena

diakibatkan oleh beberapa hal, misalnya kurang manajemen waktu, atau banyak

waktu yang terpakai di kegiatan pendahuluan sehingga pada saat kegiatan inti

59

waktunya menjadi lebih sedikit sehingga kegiatan selanjutnya terganggu atau

tidak diberikan secara maksimal.

Adapun model yang tercantum dalam RPP, guru menggunakan beberapa

model pembelajaran, yaitu : project based learning, problem based lerning,

inquiry, dan discovery learning.39 Kegiatan inti yang dilakukan oleh guru

selama peneliti amati, guru sudah menggunakan model pembelajaran yang

tercantum di dalam RPP dan juga bervariatif. Guru menjelaskan bahwa antara

kelas MIPA dan IIS guru harus membedakan model pembelajarannya, dimana

guru melihat siswa kelas MIPA lebih cocok dan senang diterapkan model

project based learning dan siswa IPS lebih cocok dan senang dengan model

problem based lerning.

Sebagai salah satu model pembelajaran dalam pendekatan saintifik, model

pembelajaran berbasis project sangatlah sesuai dengan karakteristik kurikulum

2013 dimana proses pembelajaran harus memuat 5 M, yaitu Mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan terakhir

mengomunikasikan. Tetepi, tidak semua siswa bisa melaksanakan kegiatan

tersebut, karena siswa sendiri sebagian aktif mengikuti pembelajaran dan masih

ada sebagian siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Padahal

guru sudah berusaha membuat suasana pembelajaran maupun suasana kelas

yang menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran.

39 Lampiran RPP h.138

60

Sedangkan untuk metode yang dicantumkan guru dalam RPP adalah metode

diskusi, Tanya jawab, dan penugasan. Kegiatan inti yang dilakukan oleh guru

masih banyak kekurangan, dimana pembelajaran masih banyak menggunakan

metode ceramah padahal metode tersebut tidak tercantum dalam RPP. Untuk

diskusi guru sudah menerapkannya hanya saja kegiatan diskusi masih kurang

berjalan dengan baik karena siswa lebih banyak yang diam dibandingkan

diskusi dengan guru maupun teman yang lainnya. Metode penugasan guru

selalu menerapkannya, dimana pada akhir pembelajaran atau sedang

berlangsung pembelajaran guru selalu memberikan tugas kepada siswa agar

supaya siswa mendalami materi yang sedang guru berikan, contohnya di kelas

X IIS 3 tanggal 19 Februari 2018 jam ke 7 – 8 (11.30 – 12.15, 13.00 – 13.40

WIB) guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari sebab-sebab

runtuhnya kerajaan Hindu Budha dan munculnya Kerajaan Islam di Nusantara.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di setiap kelas mempunyai

karakteristik siswa yang berbeda-beda contoh di kelas X IIS 1 dan X MIPA 1

merupakan kelas yang aktif, sedangkan di kelas X MIPA 3 termasuk kedalam

kelas yang siswanya kurang aktif. Guru mengatasi karakteristik siswa disetiap

kelas yang berbeda-beda dengan cara disetiap pertemuan menggunakan metode

pembelajaran yang bervariasi. Guru juga bisa saja mengganti langsung metode

pembelajaran jika dirasa metode yang terdapat pada RPP tidak dapat

dilaksanakan pada hari itu karena guru melihat situasi kondisi yang terjadi

ketika pembelajaran berlangsung. Jadi metode di dalam RPP kadang kala di

61

ganti langsung oleh guru dan tidak dilaksanakan seperti yang tertera di RPP

(sifatnya kondisional).

Sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 77 Jakarta sudah cukup

lengkap seperti di setiap kelas terdapat LCD sehingga mempermudah guru saat

kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Guru tidak hanya sekedar ceramah dan

menulis di papan tulis saja tetapi sesekali guru juga menggunakan LCD untuk

menjelaskan materi sehingga pembelajaran tidak bersifat verbal. Dengan

demikian pembelajaran di kelas tidak membosankan. Seperti contoh di kelas X

IIS 2 tanggal 19 februari 2018 jam ke 9 – 10 (13.40 – 15.00 WIB, guru

menjelaskan materi Akulturasi Aksara di dalam media PPT.

Guru menggunakan sumber belajar berupa buku pegangan guru dan buku

pegangan siswa yang dikeluarkan oleh kemendikbud tahun 2017. Guru juga

memberi kebebasan kepada siswa untuk mencari dan memanfaatkan sumber-

sumber lain seperti mencari bahan materi dari internet, majalah, Koran, dan

lain-lain pada materi KD 3.7 dan 3.8. Dari hasil pengamatan dan wawancara

peneliti melihat bahwa tidak semua siswa di setiap kelas mempunyai buku paket

sejarah.

Dalam melaksanakan kegiatan inti selain guru menjelaskan materi, guru

juga memberikan contoh materi pembelajaran dan memberikan latihan atau

pertanyaan pada siswa. Dalam hal menjelaskan materi guru mengaitkannya

dengan peristiwa yang ada pada saat ini, agar supaya siswa dapat dengan mudah

memahami materi yang sedang di jelaskan. Contohnya ketika pelaksanaan

62

pembelajaran di kelas X MIPA 3 tanggal 1 Februari 2018 jam ke 3 – 4 (08.15

– 09.45 WIB) dalam materi KD 3.7 guru memberikan contoh pernikahan yang

ada pada saat ini. Dalam hal memberikan pujian kepada siswa yang bertanya

atau siswa yang memberikan jawaban guru tidak selalu memberikan pujian,

kadang-kadang guru langsung saja melanjutkan penjelasannya, padahal pujian

sedikit saja sangat penting untuk apresiasi siswa dan meningkatkan keberanian

siswa.

Dalam pendekatan saintifik terdapat kegiatan dimana siswa diharuskan

menayangkan hasil pembelajarannya. Contoh kegiatan menayangkan terjadi di

kelas X IIS 3 tanggal 19 Februari 2018 jam ke 7 – 8 (11.30 – 12.15, 13.00 –

13.40 WIB) KD 3.8 pada saat itu siswa menayangkan hasil kerja kelompoknya

di depan kelas.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga diperlukan keahlian untuk

mengelola kelas, dimana ketika guru dapat mengelola kelas dengan baik maka

pembelajaran akan berjalan dengan baik dan materi yang dijelaskan akan

sampai kepada siswa. Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari dan

bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah.40

Tingkah laku siswa bervariasi. Variasi prilaku siswa merupakan permasalahan

bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas.41

40 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif cetakan ketiga (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 172 41 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit.. h. 173

63

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti guru dalam mengelola

kelas cukup baik, dimana terlihat pada saat pembelajaran kondisi kelas yang

tercipta kondusif, kelas yang tercipta rapih, dan tidak banyak siswa yang

mengobrol. Seperti contoh di kelas X IIS 2, kelas yang mendapat jam pelajaran

sejarah di jam pelajaran terakhir (pukul 13.40-15.00 WIB). Ketika guru

mendapatkan jam mengajar di jam terakhir, ini merupakan tantangan untuk guru

supaya bagaimana caranya guru bisa mengelola kelas dengan baik, siswa tidak

mengantuk, dan materi yang disampaikan sampai kepada siswa. Kelas X IIS 2

termasuk ke dalam kelas yang cukup ramai, tetapi ketika guru menjelaskan

materi siswa mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru. Tetapi, tidak

menutup kemungkinan tidak ada siswa yang mengobrol. Di bagian belakang

siswa laki-laki asik mengobrol, kemudian guru menegurnya dengan nada yang

halus agar supaya siswa tersebut tidak kembali mengobrol. Seperti contoh guru

menegur siswa di bagian belakang yang asik mengobrol dengan cara

mendekatiknya kemudian guru memegang pundaknya dan berkata “ayo

perhatikan nak, jangan asik mengobrol. Kasian temannya terganggu jika kamu

mengobrol”.

Dalam proses penyampaian materi, guru menggunakan Bahasa yang mudah

dimengerti oleh siswa dan juga memberikan contoh yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Ketika menjelaskan materi guru tidak fokus di satu titik,

guru berkeliling atau mendekati siswa agar supaya guru bisa melihat mana

siswa yang sulit memahami pelajaran. Contohnya di kelas X MIPA 1 tanggal

14 Februari 2018 jam ke 6 – 7 (10.45 – 12.15 WIB) guru memberikan contoh

64

Akulturasi Kalender Jawa dengan Islam. Kalender Jawa sudah banyak di

ketahui oleh siswa jadi ketika guru menmberikan contohnya siswa langsung

paham. Guru juga memberi satu contoh hari besar yang ada di bulan Ramadhan

yaitu peristiwa Nuzulul Qur’an

Ketika guru ingin kondisi kelas yang baik dan kondusif, guru juga

memerlukan keterampilan untuk mengatur tempat duduk atau penataan ruang

kelas. Pengaturan tempat duduk di SMA Negeri 77 Jakarta sudah disamakan

disetiap ruang kelas. Dimana posisi duduk siswa berada di posisi berbaris ke

belakang dengan pusat di depan papan tulis dan di samping sebelah kanan siswa

terdapat meja dan kursi guru. Pengaturan tempat duduk ini sudah sesuai dengan

keperluan dan kapasitas siswa, dimana meja dan kursi yang tersedia bentuknya

tidak terlalu besar dan berat sehingga mudah untuk dibentuk formasinya.

Jumlah siswa perkelas di SMA Negeri 77 sebanyak 36 siswa. Dengan demikian

posisi meja di setiap kelasnya dibentuk menjadi empat baris dengan setiap baris

berisi empat atau lima meja.

Selanjutnya juga dibutuhkannya pengaturan siswa. Dalam upaya melayani

kegiatan siswa yang optimal, pengelompokan siswa mempunyai arti yang

sangat penting.42 Dari hasil pengamatan peneliti selama melakukan kegiatan

penelitian pengelompokan siswa yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 77

Jakarta dalam pembelajaran sejarah di kelas X diatur oleh guru. Dimana ketika

itu di kelas X MIPA 2 guru memberikan tugas untuk membuat teka teki silang,

42Syaiful Bahri Djamarah, op.cit. h. 179

65

pada saat itu guru memerintahkan untuk siswa mengerjakannya dengan teman

yang berada di satu meja. Meskipun demikian guru juga pernah

mempersilahkan kepada siswa untuk membuat kelompok sendiri. Guru juga

menjelaskaskan bahwa guru berusaha membuat kelompok belajar agar supaya

ketika ada satu atau dua orang siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat

dibantu oleh temannya. Fasilitas di dalam kelas yang cukup lengkap membuat

pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif.

Dalam melakukan pengelolaan kelas, guru juga tidak selamanya berjalan

lancar, ada beberapa kendala yang ditemukan guru ketika hendak mengelola

kelas. Menurut infroman inti bahwasannya ketika melakukan pembelajaran

ditemukan kendala yang berhubungan dengan pengelolaan kelas. sifat dan

karakter siswa yang beragam sering kali menyulitkan guru untuk mengaturnya,

tetapi sebagian besar siswa masih dapat diatur dan pembelajaran dapat berjalan

dengan kondusif. Fasilitas yang ada di kelas juga akan mengganggu ketika tidak

bisa berfungsi, misalnya AC kelas mati maka kondisi kelas akan panas dan kelas

akan menjadi ramai dan banyak siswa yang izin keluar kelas akibat tidak

berfungsinya fasilitas kelas.43

Kegiatan penutup adalah kegiatan terakhir dari kegiatan pembelajaran

sejarah. Kegiatan penutup terdiri dari penyampaian kesimpulan, pemberian

tugas, menyampaikan materi yang akan dibahas selanjutnya, dan mengucapkan

salam. Langkah menyimpulkan atau kesimpulan dari materi yang dibahas pada

43 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) di SMA Negeri 77 Jakarta pada tanggal 13 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 1 h.99

66

hari itu tidak selalu dilakukan oleh guru, karena waktu pembelajaran yang

cukup singkat 2 x 45 menit membuat guru tidak dapat menyelesaikan materi

dalam satu pertemuan. Kegiatan penutup biasanya guru hanya memberi tugas

dan mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas

selanjutnya.

Sebaiknya disetiap akhir pertemuan guru harus memiliki waktu untuk

memberikan kesimpulan, karena kesimpulan ini penting agar supaya siswa

paham dengan materi yang dijelaskan pada hari itu. Guru juga sebaiknya

memiliki managemen waktu yang baik agar semua komponen yang ada di

dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dan didapatkan oleh siswa.

Sebelum kegiatan pembelajaran di akhiri guru selalu memberikan tes

formatif sebagai bentuk penilaian kemajuan siswa yang diberikan guru, latihan

tersebut juga guru lakukan sebagai evaluasi untuk memberikan penilaian

kepada siswa dalam bentuk penghargaan terhadap hasil belajar siswa. Hampir

di setiap pertemuannya guru memberikan tes formatif, namum tes tersebut

diberikan dalam bentuk tugas rumah maupun tugas kelompok. Seperti contoh

pada pertemuan di kelas X IIS 3 tanggal 19 Februari 2018 jam ke 7 – 8 ( 11.30

– 12.15, 13.00 – 13.40 WIB) siswa diberikan tugas tertulis untuk membuat

pertanyaan 5 W + 1 H tentang sebab-sebab runtuhnya kerajaan Hindu Budha,

di tulis di kertas satu lembar (buku biasa) dan dikumpulkan pertemuan minggu

selanjutnya (KD 3.8). Di kelas X IIS 2 tanggal 19 Februari 2018 jam ke 9 – 10

(13.40 – 15.00 WIB) guru memberikan tugas agar siswa membuat kelompok

dan membuat PPT tentang kerajaan Islam. Di kelas X IIS 3 tanggal 13 Maret

67

2018 jam ke 7 – 8 ( 11.30 – 12.15, 13.00 – 13.40 WIB) KD 3.7 guru memberikan

tugas agar siswa membuat teka teki silang yang kemudian di tulis di kertas

karton semenarik mungkin dan di kerjakan oleh dua orang, sedangkan di kelas

X MIPA 1 tanggal 14 Februari 2018 jam ke 6 – 7 (10.45 – 12.15 WIB) KD 3.7

guru menugaskan siswa untuk mecari hari-hari penting yang ada pada kalender

hijriyyah (karena pada saat itu guru sedang menjelaskan akulturasi kalender).

Dalam kegiatan pembelajaran, penilaian merupakan unsur terpenting untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dan penilaian yang baik akan

meningkatkan motivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar penilaian

wajib dilakukan oleh guru untuk tahu sejauh mana pembelajaran dapat

dipahami oleh siswa.

Dalam Permendikbud No 22 tahun 2016, penilaian hasil pembelajaran

dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran dengan

menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes tulis. Hasil penilaian

akhir diperoleh dari gabungan penilaian proses dan penilaian hasil

pembelajaran.44 Penilaian dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 77

Jakarta, guru melakukan penilaian dengan nilai tugas, nilai harian, ulangan

tengah semester (pekan ulangan), dan ujian semester.

Pekan ulangan dilaksanakan pada saat pertengahan semester. Dalam

kurikulum 2013 sebenarnya pekan ulangan atau ulangan tengah semester ini

44 https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud22-2016SPDikdasmen.pdf Lampiran Lampiran Permendikbud No 22 Tahun 2016 diakses pada Senin 7 Mei 2018 pukul 20.49

68

tidak perlu dilakukan, tetapi karena kebijakan sekolah yang masih

mengharuskan diadakannya pekan ulangan maka setiap guru selalu

memberikan ualangan pada saat tengah semester. Pekan ulangan dilaksanakan

pada awal April 2018, dimana pada saat itu guru memberikan soal-soal tertulis

yang harus dijawab siswa pada saat itu juga. Nilai pekan ulangan akan di

gabungkan dengan nilai ulangan harian dan UAS/UKK dan digabungkan

menjadi nilai pengetahuan.

Kriteria ketuntasan minimal KKM mata pelajaran sejarah di SMA Negeri

77 Jakarta adalah 75. Jika siswa tidak mencapai angka tersebut maka guru akan

mengadakan Remedial.

Penilaian akhir pembelajaran di SMA Negeri 77 Jakarta memeiliki beberapa

jenis penilaian, yang bersifat tugas harian dan ulangan harian (dilaksanakan

setelah akhir materi / akhir KD), UTS (pekan ulangan), serta Ulangan Akhir

Semester atau jika semester genap disebuat dengan Ulangan Kenaikan Kelas

(UKK).

Soal-soal yang dibuat oleh guru untuk ulangan harian berupa soal yang

berbentuk uraian, sedangkan untuk UTS dan UAS/UKK berbentuk soal pilihan

ganda dan uraian (essay). Siswa mengerjakan soal dengan menjawabnya di

kertas yang sudah di sediakan oleh guru. Jika guru memberikan ulangan harian

dengan tes lisan guru memberikan dua atau tiga pertanyaan yang harus di jawab

oleh siswa dengan cara langsung di depan guru pada saat itu juga. Dalam

ulangan tengah semester (pekan ulangan) soal yang digunakan berbeda dengan

69

soal yang diberikan pada saat ulangan harian. Soal yang diberikan pada saat

UTS (pekan ulangan) biasanya berbentuk pilihan ganda dengan soal uraian

(yang memerlukan analisis). Dari hasil wawancara peneliti dengan informan

inti didapatkan bahwa ketika guru membuat soal tidak terlalu sulit dan tidak

terlalu mudah. Soal yang diberikan guru selalu sama dengan penjelasan yang

diberikan guru pada saat penjelasan materi di dalam kelas.

Terkait hasil belajar siswa yang diajarkan oleh ibu Harum, rata-rata telah

mendapatkan nilai yang berada diatas KKM mata pelajaran sejarah yaitu 75.

Kegiatan penilaian siswa, ibu Harum membagi kedalam tiga penilaian, yaitu :

penilaian Pengetahuan, Penilaian Keterampilan, dan Penilaian Sikap. Penilaian

sikap adalah penilaian siswa terhadap sikap spiritual dan sikap sosial selama

pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Selanjutnya penilaian

pengetahusn adalah penilaian kemampuan siswa dalam proses pembelajaran

yang berlangsung. Penilaian pengetahuan di SMA Negeri 77 Jakarta diambil

dari nilai Ulangan Harian dan Ulangan Tengah Semester (pekan ulangan).

Sedangkan penilaian keterampilan adalah penilaian bentuk tugas laporan

tertulis maupun makalah atau presentasi yang dibuat oleh siswa.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru, ibu Harum mendapat

kendala-kendala dalam proses pembelajaran sejarah, yakni: dalam hal keaktifan

siswa, dimana rata-rata siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah

siswa yang rajin dan pintar saja umumnya duduk di bangku bagaian depan.

Siswa yang nilainya mengalami remedial rata-rata tidak memiliki keaktifan

dalam menjawab dan memberikan pertanyaan di kelas. Untuk mengatasinya

70

guru menunjuk atau memanggil siswa secara acak agar semua siswa mau aktif

dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan dalam hal kefokusan

siswa, masih terdapat beberapa siswa yang tidak fokus pada saat kegiatan

pembelajaran. Hal tersebut diatasi dengan cara menegur siswa yang tidak fokus

terhadap pembelajaran, dan untuk supaya semua siswa fokus dan tertarik

dengan pembelajaran guru memberikan metode atau permainan kecil yang

disukai siswa. Contoh guru menegur siswa yang tidak fokus terhadap

pembelajaran “nak ayo jangan mengobrol, perhatikan kedepan” sambil

mendekati siswa yang tidak fokus belajar.

Kendala-kendala tersebut harus diatasi guru dengan cara kreatif agar tidak

menjadi penghalang dalam menjalankan tugasnya sebagai guru dan tercapainya

tujuan pendidikan yaitu untuk mecerdaskan bangsa.