bab iii copy 2

Upload: devinamuljono

Post on 06-Jan-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

h

TRANSCRIPT

BAB IIIANALISIS PENOKOHAN, PERWATAKAN,TEMA, DAN PESAN MORALPADA NOVELMIDAH SIMANIS BERGIGI EMAS

Midah Simanis Bergigi Emas adalah salah satu novel karya Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan Indonesia yang ditulis pada warsa 50-an. Novel ini adalah novel ringan dengan setting tempat Djakarta. Novel ini seperti nafas novel-novel lainnya menjadikan perempuan sebagai tokoh utamanya yaitu Midah. Cerita ini menggambarkan bagaimana ketegangan antara jiwa seorang humanis dan moralis. Di satu sisi Pram ingin menegaskan kekuatan seorang perempuan berjiwa dan berpribadi kuat melawan ganasnya kehidupan. Pram juga menggambarkan kehidupan Midah yang dahulu tinggal di keluarga berkecukupan kemudian harus terseret dalam kerasnya kehidupan kota Jakarta. Di zaman yang sudah serba modern ini, novel-novel sastra sudah banyak dilupakan. Namun dengan jalan ceritanya yang sarat akan makna membuat novel ini sangat menarik untuk dibaca. Cerita ini menggambarkan bagaimana kehidupan kota Jakarta zaman dahulu yang mempunyai banyak relevansi dengan kehidupan nyata zaman sekarang. Selain itu, kepiawaian Pramoedya Ananta Toer dalam dalam merangkai kata juga menjadikan dirinya sebagai sastrawan yang tidak diragukan lagi kemampuannya dalam menulis.Novel Midah Simanis Bergigi Emas adalah sebuah novel yang berkisah tentang perempuan berparas cantik, Midah namanya. Midah dilahirkan di tengah keluarga yang taat beragama. Sampai ketika usia 9 tahun kehidupan Midah sangat enak. Situasi berubah ketika Midah mempunyai adik yang mulai membanyak. Hingga pada akhirnya ia mencari sendiri kebahagiaan diluar rumah. Kesenangannya akan musik juga berubah jalur, dimana semenjak kecil ayahnya selalu memperdengarkan lagu-lagu Umi Kalsum, Midahpun mulai menyukai lagu-lagu keroncong yang lebih mengena dihatinya. Sang ayah yang merasa tidak sesuai dengan selera musik Midah, merusak koleksi piringan hitam lagu-lagu keroncong Midah dan hal itu menorehkan luka di hati Midah. Sampailah suatu hari ketika ayahnya ingin menikahkan Midah dengan laki-laki pilihan ayahnya. Setelah tiga bulan perkawinan, Midah lari dari suaminya, dengan membawa beban hamil karena tau Haji Terbus memiliki banyak istri. Ia terseret di tengah rimba jalanan kota Jakarta tahun 50-an. Dalam fase pelarian ini Pramoedya menggambarkan perempuan muda ini begitu kuatnya untuk bertahan hidup. Ia hanya menjadi penyanyi dengan panggilan simanis bergigi emas dalam kelompok pengamen keliling dari satu resto ke resto lainnya, bahkan dari pintu ke pintu rumah warga. Dengan kandungan yang makin membesar dari hari ke hari, Midah memang tampak kelelahan. Tapi manusia tidak boleh menyerah pada kelelahan. Kita tahu Midah memang kalah secara moral dalam pertarungan hidup itu dengan menjadi penyanyi sekaligus pelacur. Novel ini menceritakan sisi kehidupan seorang wanita yang begitu dekat dengan keseharian kita. Buku yang ditulis beliau tahun 1954, berlatar belakang keadaan pada masa itu dan apa yang terjadi pada Midah, yang sepertinya tidak mengenal jaman. Hingga saat ini pun mungkin masih banyak di luar sana Midah-Midah yang lain. Ketegaran hidupnya, yang berani meninggalkan segala kenyamanannya dan memilih menempuh jalan hidupnya sendiri yang sekalipun penuh resiko tidak dikeluhkannya sama sekali. Ketegaran Midah menyikapi hidup sungguh patut dijadikan contoh. Novel ini sarat akan makna hidup yang sungguh menyentuh dan menjadi pelajaran yang begitu berharga bagi kita.Pada bab III ini, penulis akan menganalisis beberapa unsur intrinsik dalam novel Midah Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer, yaitu penokohan dan perwatakan, tema, aspek kepribadian tokoh utama, dan pesan moral yang terkandung dalam novel ini.3.1 Penokohan dan PerwatakanDalam novel Midah Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer terdapa berbagai ragam tokoh, Ada tokoh yang baik, ada pula tokoh yang jahat dan terdapat juga tokoh yang sangat berperan atau pun hanya sekedar disebut di dalam cerita. Masing-masing karakter tokoh pun memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Selain itu, setiap tokoh yang ditampilkan di dalam cerita memiliki suatu nilai yang dapat penulis ambil sebagai pelajaran hidup hidup yang sangat bermanfaat. Berikut ini merupakan analisis penokohan dan perwatakan dari novel Midah Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer yang penulis buat berdasarkan berbagai teori yang ada.

3.1.1 MidahMidah adalah tokoh sentral yang namanya diangkat oleh Pramoedya Ananta Toer sebagai judul serta kover dari novel karyanya. Hal tersebut dapat menunjukan kepada pembaca bahwa Midah bukanlah sekedar tokoh yang ditampilkan dalam novel melainkan merupakan tokoh utama dalam novel Midah Simanis Bergigi Emas. Hal ini terlihat dari keseringan pemunculan tokoh Midah dan banyaknya peranan Midah dalam membangun cerita tersebut. Bila dilihat dari fungsi penampilannya, tokoh Midah termasuk protagonis yang memiliki paras yang cantik dan manis. Midah juga tinggal di keluarga yang berkecukupan. Ayahnya adalah Haji Abdul, seorang haji yang taat beragama, rajin berzikir, dan mempunyai beberapa toko di Jakarta.

Itupun belum seluruhnya. Midah begitu manis dan montok dan tujuh atau delapan tahun lagi dia akan menguasai seluruh hati-muda di seluas daerah Cibatok. Dan ia tinggal pilih siapa pemuda yang bakalnya bias jadi haji, bias mengaji begiu mengharukan sepetti Syeh Ali Mubarak, yang dikenalnya di Kairo.

Midah juga adalah perempuan yang penuh perasaan. Sejak kelahiran adik-adiknya Midah rindu dengan kasih sayang kedua orang tuanya yang dahulu ia dapatkan. Midah mencoba untuk mendapat perhatian dari ibu dan bapaknya, namun tidak berhasil. Kini Midah tidak lagi mendapatkan semua itu. Midah juga mempunyai tekad yang kuat dalam melawan kerasnya pertarungan hidup.

Kelahiran siadik bukan saja menggoncangkan iman bapak! Juga hati Midah goncang karenanya. Tak cukup kata-kata padanya untuk mengucapkan itu. Hanya dalam hatinya timbul perasaan yang tidak enak. Sejak kelahiran siadik, ia tidak mendapat perhatian dari bapak. Juga tidak dari emak. Berbagai lagak dan lagu, ia perlihatkan tapi semua luput.Seminggu kemudian ia demam. Bapak hanya datang sebentar membawakan kue. Dan emak masih tebujur saja di ranjang di dekat siadik. Midah harus memulai yang baru--memulai tanpa dimanjaka, tanpa duduk di pangkuan Bapak mendengarkan Umi Kalsum. Tanpa segala-galanya. Ia terlepas seorang diri. Ia hendak kembali ke suasana manis yang bertahun-tahun dihirupnya. Tapi suasana itu bukan miliknya lagimilik adiknya (Pram,1954:15)

Tokoh Midah juga digambarkan sebagai perempuan yang tangguh dan memegang prinsip hidupnya. Latar belakang kehidupan Midah yang menyedihkan, membuat Midah takmau lagi kehidupannya dicampuri orang lain. Ia senang memutuskan sesuatu yang menurutnya benar walaupun keputusannya itu memunculkan banyakpenentang. Ia merasa apa yang telah menjadi keputusannya itu menimbulkan kebahagiaan dan ketenangan di dirinya yang selama ini ia dambakan. Karena itu apapun pendapat orang tentang dirinya, ia tetap pada keputusannya danmenghadapi segala resikonya. Pengarang menggambarkan Midah sebagai sosok yang terpancang kuat di atas pendiriannya. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut ini.

Mempunyai pendirian sendiri adalah berhadapan dengan pendapatumum. Bertambah kuat pendirian seseorang, bertambah banyak iamemanggil penentang.Dan Midah terpancang kuat di atas bumi pendiriannya (MSBE, hlm.121).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Midah adalah sosok yang tetapberdiri dengan segala pendiriannya meskipun orang lain menentangnya. Ia hanyatahu bahwa apa yang telah dipilihnya adalah benar.Midah menjadi sosok yang teguh pada prinsip telah berhasil hidup dibawah keinginannya sendiri dengan segala keyakinan yang ada dalam dirinya.Setelah keluar dari rumah orang tuanya, Midah menjadi seorang penyanyi yangkehidupannya sangat bebas dengan para lelaki. Kesenangannya menyanyi,kekecewaannya terhadap cinta, dan rasa rindunya terhadap Djali membuat Midah memutuskan untuk menjalani hidupnya seperti itu

Midah juga adalah perempuan yang taat beragama. Midah percaya dan yakin bahwa dengan berdoa ia akan selamat karena ia merasa lebih dekat dengan Tuhan. Dengan keyakinan seperti itu, Midah lebih berani dan lebih optimis akan keputusan yang diambilnya nanti. Seperti dalam kutipan di bawah ini :

Midah terus-menerus memohon kepada Tuhannya agar selaluselamat, agar anak yang dikandungnya tidak diganggu oleh siapapun juga.Dan waktu tengah malam telah lama lewat dan kepala rombongan itu jatuhtertidur sambil merangkulnya ia masih tetap mendoa, dan terus mendoasehingga akhirnya pun jatuh tertidur pula (MSBE, hlm. 43).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Midah terus menerus berdoa agar iadiberi keselamatan oleh Tuhan. Dengan berdoa, Midah menjadi lebih tenang danakhirnya tertidur.Selain itu, Midah juga sangat mencintai Ahmad, seorang polisi yang pernah membelanya dan mengajarkan Midah menyanyi. Kehidupan Midah yang keras dan jalan hidupnya yang penuh liku dapat dilunakkan dengan rasa cintanya pada Ahmad. Meski ia gagal dalam pernikahan dan kabur dari Haji Terbus, suaminya yang ternyata mempunyai banyak istri. Midah merasa nyaman disamping Ahmad.Hampir setiap hari Ahmad datang untuk mengajar menyanyi. Dan wanita ini merasa aman di dekat pemuda itu. Cinta yang terpendam dalam dadanya memperlunak kekerasan kehidupannya selama itu. Kadang-kadang ia telah merubah dirinya sekaligus, dalam berbagai hal. Tiap hari ia mengharapkansekalipun harapan kosong, suami-istri penyanyi, pemusik. (Pram,2003:89)

Kutipan ini menunjukkan bahwa Midah yang begitu keras hatinya dapat dilunakkan oleh cintanya pada Ahmad. Midah juga berharap bahwa dirinya dapat menjadi istri Ahmad. Bahkan karena cintanya kepada Ahmad, Midah rela menyerahkan dirinya pada Ahmad. Yang ternyata pada saat itu Ahmad hanya terbawa oleh hawa nafsu. Midah mempunyai harapan yang besar pada Ahmad, sedangkan Ahmad juga mencintai Midah akan tetapi ia seorang pengecut yang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya pada Midah. Justru ia menuduh Midah tidur dengan laki-laki lain. Walau bagaimanapun juga, Ahmad, engkau harus dengarkan aku sekali ini. Aku minta waktumu sebentar saja. Katakan. Katakan. Aku begini cape sekarang.Ada mahluk aku simpan dibawah jantungku sekarang. Dan mahluk ini adalah anakmu.Anakku?Ahmad! Mengapa engkau terkejut? Bukankah ini akibat sewajarnya dari perbuatanmu ata diriku?Lelaki itu tidak berkata apa-apa lagi. Nyata sekali ia terkejut. Ia menjadi bapak?Meskipun demikian Midah berusaha meminta pertanggungjawaban kepada Ahmad atas perbuatannya pada dirinya. Namun Ahmad justru menunjukkan sikap egoisnya dan membairkan Midah menanggung bebannya sendiri.Midah juga mempunyai sifat keras hati. Hal ini tampak ketika ibunya masih meminta Midah untuk menangguhkan niatnya untuk pergi dari rumah untuk kedua kalinya dan meninggalkan anak pertamanya bersama neneknya. Pengarang juga menggunakan teknik dramatik melalui teknik percakapan. Hal ini tercermin dalam dialog antara Midah dengan ibunya berikut ini.

Djali, Midah berbisik, ibu mau pergi. Engkau tinggal di sini dengannenek. Anak itu tertawa. Barangkali ibu datang lagi menengok engkau. Barang kali juga tidak, Djali. Midah, tak bisakah engkau menangguhkan niatmu? Semua sudah kupikirkan baik-baik, ibu. (MSBE, hlm. 128).

Kutipan di atas menunjukkan ibu Midah masih mempertanyakan apakah kemauan Midah untuk pergi dan meninggalkan anaknya masih bisa ditangguhkan. Tetapi Midah menjawab bahwa keputusannya tersebut sudah ia pikirkan baik-baikyang artinya Midah tetap dengan keputusan yang diambilnya yaitu pergi meninggalkan rumah dan anak pertamanya, Djali agar ia dirawat neneknya secara baik-baik.

Midah merasa masalahnya itu hanya dirinya sendiri yang mengalamisehingga hanya ia yang dapat menyelesaikannya. Ia tak mau melibatkan orang lain dalam menyelesaikan masalahnya dan untuk mampu mempertahankan hidupnya. Misalnya ketika ia memutuskan bergabung dengan rombongan keroncong dan ikut mengamen. Ia butuh pekerjaan agar ia bisa bertahan hidup dan tidak merepotkan Riah lagi. Hal ini ditunjukkan pengarang melalui perkataan Midah kepada Riah seperti dalam kutipan berikut ini.

Riah, jangan engkau kuatir aku tidak akan memberatkantanggunganmu. Untuk beberapa hari ini biarlah aku coba-coba mencaripekerjaan.Kalau ketemu orangtuamu?Emak tidak pernah keluar rumah kalau tidak pergi ke peralatan. Danbapak selalu ada di tokonya.Matamu bersinar-sinar. Engkau punya jalan sendiri nampaknya.Dan Midah terkenang pada rombongan kroncong. Kini tarikan untukmemasuki kehidupan tanpa kesulitan itu makin terasa. Kehidupan yanghanya mengabdi kepada kenikmatan, kegirangan, dan keriaan ditingkahkroncong (MSBE, hlm.25).

Kutipan di atas menggambarkan Midah mempunyai rencana untukmempertahankan hidupnya yakni dengan menjadi pengamen musik keroncong.Sifat Midah yang tidak mau melibatkan orang lain dalam hidupnya karenaia merasa mampu mencukupi dirinya juga terlihat ketika Midah bertemu Riah dijalan. Riah mengajak Midah untuk pulang saja karena Riah tidak tahan melihatMidah hidup di jalanan menjadi pengamen dengan anak dalam gendongan. TetapiMidah tidak mau. Ia merasa mampu melindungi anaknya tersebut. Hal ini terlihatdalam dialog antara Midah dengan Riah di bawah ini.

Anakku! Anakku! Di mana engkau tinggal sekarang?Midah menutup dadanya dan berdiri.Dimana saja aku tinggal, Riah. Engkau mau ke pasar?Dan anakmu itu! Alangkah sehat. Engkau bawa-bawa ke mana-manajuga dia?Ya.Mari pulang. Mari aku antarkan pulang ke rumah orang-tuamu.Biarlah aku hidup begini.Kalau begitu pulanglah ke rumahku.Biarlah.Mau ke mana lagi engkau ini?Meneruskan perjalanan.Riah memegangi lengan bajunya.Jangan halangi aku. Biarlah aku pergi.Setidak-tidaknya ia merasa aman dalam gendongan emaknya(MSBE, hlm. 62-63).

Percakapan di atas menunjukkan sifat Midah yang tetap tidak mau melibatkan orang lain meskipun ia dalam kesusahan. Ia mencoba hidup menurut caranya sendiri. Midah juga bertekad untuk membawa sendiri hidupnya, ia tak mau pulang ke rumahnya. Ia tak mau orang tuanya ikut mencampuri kehidupannya lagi. Ia merasa mampu membawa hidupnya sendiri. Hal ini ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik yaitu teknikpercakapan. Seperti dalam dialog antara Midah dengan Riah dalam kutipan di bawah ini.Mau engkau aku antarkan pulang?Midah menggeleng. Kemudian:Biarlah aku bawa hidupku sendiri.Engkau akan menyesal.Biarlah kucoba dahulu (MSBE, hlm. 42)

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Midah adalah wanitayang tidak mau menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Ia ingin hidupmenurut caranya sendiri. Ia tak mau melibatkan orang lain.Midah juga menunjukkan sikap bijaksananya ketika ia hidup di tengah-tengahrombongan keroncong. Ia berpikir bahwa seorang dikatakan miskin hanyaditentukan oleh kebutuhan. Dan ia merasa tidak miskin lagi ketika meninggalkansuaminya dan segala kekayaannya. Sebab ketika ia masih bersama suaminya iamiskin kebebasan dan keceriaan yang sekarang justru diperolehnya ketika iabersama rombongan keroncong dan hidup di jalanan. Hal ini diungkapkanlangsung oleh pengarang seperti dalam kutipan di bawah ini :

Sekarang ia berpikir, adakah dirinya kini miskin atau kaya. Tiba-tibatergelimang senyum pada bibirnya yang menggairahkan lelaki itu.Sesungguhnya pengertian miskin itu telah hilang lenyap setelah iameninggalkan suaminya. Kemiskinan baru ada setelah ada perbandingandengan keliling, kemiskinan hanya ditentukan oleh kebutuhan. Dananakku ini, anak yang tidak akan kunodai dengan kesalahan susila ini, diatidak akan miskin, karena ia tidak lari pada kebutuhan, tetapi kebutuhanyang lari kepadanya. Dia tidak akan kaya, karena kekayaan dilahirkan olehkemiskinan keliling, dan dia tidak akan memiskinkan kelilingnya. Diaakan jadi sebagai aku, jadi penyanyi yang mengajak semua orang ikutgirang, ikut merasakan apa yang dirasakan juga oleh orang lain perasaanmurni (MSBE, hlm. 38).

Dari kutipan di atas dapat dilhat sikap Midah yang bijaksana dalammenilai kemiskinan. Bahwa kemiskinan hanya ditentukan oleh kebutuhan dan iatidak merasa miskin setelah meninggalkan suaminya yang kaya itu tetapi justru iakini merasa kaya secara jiwa.

Midah mempunyai sifat yang suka memendam perasaan, hal ini nampak ketika ia takberani mengungkapkan perasaan cintanya kepada Ahmad. Hal ini digambarkanpengarang lewat pikiran dan perasaan Midah pada kutipan berikut ini.

Biarlah hatiku goncang sendirian. Dan biarlah gunung dalam hatinyatetap agung tidak terganggu oleh apapun juga. Dan dengan demikianmulailah Midah berkenalan dengan perasaan cinta. Perasaan sakit danpahit. Tapi walau bagaimanapun jua kesakitan dn kepahitan itu ia kasihidan ia berjanji akan tetap menyimpannya untuk selama-lamanya: sakit danpahit untuk selama-lamanya (Pram, 2003:83)

Midah sadar akan keadaan dirinya yang telah bersuami dan mempunyai anak. Untuk itu ia berpikir ia tak pantas bersanding dengan Ahmad. Ia hanya menyimpan rasa cintanya kepada Ahmad di dalam hati. Dan ia akan menyimpannya rasa sakit dan pahit itu selama-lamanya

Midah merupakan seorang yang mengerti akan perasaan orang lain. Karena itu ia lebih cenderung mengerti dan mengalah untuk menghindari adanya pertentangan dengan orang lain. Misalnya ketika ia mengalah dengan keputusan Ahmad yang tidak mau bertanggung jawab atas bayinya. Ia lebih memilih semua itu ditanggungnya sendiri daripada harus memaksa Ahmad untukbertanggung jawab karena ia tidak mau Ahmad dan keluarganya mendapat aib dan dimusuhi keluarganya. Hal ini ditunjukkan pengarang melalui teknikpercakapan yaitu perkataan Midah kepada Ahmad dalam kutipan berikut ini.

Aku tidak keberatan apabila engkau tak mau mengakui anakmusendiri. aku pun tidak keberatan kau tuduh bercampur dengan lelaki-lelakilain. Baiklah semua ini aku ambil untuk diriku sendiri. dan engkau, kak,engkau boleh terpandang sebagai orang baik-baik untuk selama-lamanya.Biarlah segala yang kotor aku ambil sebagai tanggung jawabku sendiri(MSBE, hlm. 110).

Kutipan di atas menunjukkan Midah tidak mau memaksakan kehendaknyakepada Ahmad. Ia memilih untuk mengalah dan biarlah yang jelek ia yangtanggung agar Ahmad masih terpandang di mata orang sebagai pria baik-baik. Sifat Midah yang mengerti perasaan orang lain juga tercermin ketika iarela meninggalkan rumah orang tuanya untuk kedua kalinya agar orang tuanyatidak ikut menanggung aib yang dibawanya dan tidak mendapat jelek darimasyarakat. Hal ini dapat disimak melalui teknik pikiran dan perasaan Midahberikut ini.

Hormat keliling kepada bapaknya, membuat Midah tak tertahankanlagi mengingat kandungannya. Ah, cucunya yang kedua ini akanmerusakkan segala-galanya. Dan itu tidak boleh. Bapak juga punya hak untuk memiliki kedamaian hati bukan aku saja. Juga ibu berhakmemilikinya. Alangkah daif dan sekakarku kalau semua hendak kurampasuntuk diriku dan kandunganku belaka (MSBE, hlm. 123).

Kutipan di atas menunjukkan Midah mengalah dan mengerti perasaan ibu dan bapaknya, karena dengan dirinya bapaknya menjadi tidak mempunyai kedamaian jiwa. Ia berpikir bahwa bukan ia saja yang membutuhkan kedamaian jiwa, tapi juga bapaknya. Ia berpikir betapa egois dirinya jika hanya mementingkan dirinya dan bayinya.Watak Midah juga digambarkan sebagai seorang gampang tersinggung dan tidak cekatan. Hal ini digambarkan oleh pengarang secara dramatik. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini :Jadi babu aku bisa, akhirnya dengan suara renda ia menjawab.Itu tidak baik bagi dirimu. Engkau cantik, lagipula tidak bias diperintah orang. Engkau gampang tersinggung dan tidak cekatan.

Hal ini menunjukkan bahwa Midah adalah orang adalah seorang yang penuh perasaan dan gampang tersinggung.

3.1.2 Haji AbdulHadji Abdul di dalam novel Midah Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer adalah ayah Midah. Haji Abdul bukanlah tokoh utama, melainkan seorang tokoh pembantu yang juga tokoh protagonis. Ia memiliki beberapa usaha yang cukup berkembang dan maju, mempunyai rumah dan kerja di Jakarta. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini:

Kalau mereka kelak pulang ke Cibatok, semua kawan-kawannya yang dahulu begitu penakut tak berani merantau ke Jakarta. Pasti akan datang berjejal di rumah dan mengagumi mereka. Apalagi! Kerja di Jakarta. Kumpul-kumpul uang, dan akhirnya terbeli juga rumah di Cibatok. Bukan rumah bamboo seperti kawan-kawannya punya. Kayu, setengah tembok! Itu belum lagi. Cita-citanya yang terbesar sudah terkabul pula, dan sekarang kawan-kawannya akan menyebutnya Haji Abdul. Ah, hidup ini alangkah manis kalau cita demi cita terampas di tangan kiri dan kebesaran demi kebesaran dikuasai di tangan kanan (Pram,1954:9)

Haji Abdul juga mempunyai beberapa toko-toko kulit di Jakarta, dia adalah orang yang sangat taat beragama dan peduli dengan nasib manusia lainnya. Hal ini tampak dalam kutipan berikut ini:

Dan Haji Abdul tidaklah merugi tiap hari mengucapkan syukur kepada Tuhannya yang telah begitu murah terhadapnya memberikan segala kesenangan dan kenikmatan yang sejak kecil didambakannya. Dan ia yakin, apabila seluruh umat seibadah dirinya, tidak lama lagidan dunia benar-benar akan berubah menjadi sorga.Tiap hari ia bawa tubuhnya yang mulai menggemuk itu pergi ke toko kulitnya. Dan di sepnjang jalan ia pandangi lalulintas yang begitu gelisah, begitu pontang-panting dalam keterbanan nasib manusia--ia menggeleng-gelengkan kepala sambil berjalan kaki, mendoa dengan sejujur hatinya. (Pram,1954:10)

Di satu sisi Haji Abdul juga menunjukkan sifatnya yang peduli terhadap anak perempuannya yaitu Midah tetapi dengan cara yang salah. Karena terbawa emosi Haji Abdul melepaskan amarahnya yang sudah tidak tertahan dengan memukul Midah dan amarah Haji Abdul ini melukai hati Midah. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut ini:Sedang ia asyik bernyanyi mengikuti gramapun, tiba-tiba bapak pulang dari toko. Mendengar Moresko melayang-layang di rumahnya, jauh-jauh bapak sudah berteriak dengan suara kejam:Haram!Haram! Siapa memutar lagu itu di rumah?Dan waktu dilihatnya Midah masih asyik mengiringi lagu itu, Ia tampar gadis itu pada pipinya. Midah terjatuh di lantai. Kekagetan lebih terasa padanya daripada kesakitan. Ia pandangi bapaknya yang bermata merah di depannya, kemudian dengan ketakutan ia bangun. Ia menangis pelahan. Dan waktu dilihat mata bapaknya masih mendeliknya, ia menjerit ketakutan (Pram, 1954:18)

Sewaktu Midah kecil Haji Abdul memanja dan sangat menyayangi Midah. Haji Abdul mengajarkan Midah sejak kecil untuk menyukai Umi Kalsum, lagu-lagu dari Mesir. Namun beranjak dewasa Midah mulai menyukai lagu-lagu Keroncong. Mendengar Midah memutar piringan-piringan lagu keroncong, amarah Haji Abdul tak tertahan. Midah mendapat tamparan di pipinya dan hal ini menggoncangkan anggapan Midah selama ini terhadap ayahnya.Haji Abdul juga adalah berperan dalam menjodohkan Midah dengan seorang haji dari Cibatok yang bernama Haji Terbus. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini:

Sekarang haji yang diharapkan itu datang melamar pada bapakmu. Ia punya sawah banyak, kerbau berpuluh-puluh, ibadatnya kuat. Ah, engkau akan mendapat suami yang baik, yang takut pada Tuhan.Demikian pada suatu hari yang mendung, Midah dikawinkan dengan Haji Terbus dari Cibatokseorang yang berperawakan gagah, tegap, berkumis lebat, dan bermata tajam. Perutnya yang menonjol ke depan dan langkahnya yang tidak pernah berisi kebimbangan, menandakan ia seorang lelaki yang mahir dalam memerintah, dan biasa hidup dalam kekayaan.

Midah yang telah lama meninggalkan rumah, menimbulkan kerinduan bagi bapak dan ibunya. Haji Abdul juga berusaha mencari Midah dari kampung ke kampung. Ia berusaha mencari anaknya di restoran-restoran dan mendapat hasil. Namun semua ini terlampau berat untuk jantung Haji Abdul, sehingga ia jatuh sakit. Hal ini terlihat dair kutipan berikut ini:Dan pagi-pagi benar ia telah turun jenjang memulai pekerjaan barunya: mencari anaknya sendiri, anak yang dianggapnya tersasar.Segala orang yang layak ditanyainya, diminta keterangannnya. Terutama di restoran-restoran. Semua itu telah melampaui batas, terlampau berat untuk jantung Haji Abdul yang dihembalang kegagalan dari kiri dari kanan. Ia terjatuh di meja dan tidak bergerak-gerak. Dan apabila ia bangun kembali ia telah terbujur di ranjang rumahsakit. (Pram,1954:68-69)

Haji Abdul juga adalah orang yang mau menerima kenyataan. Dan mau berusaha mencari anaknya yang selama ini dianggapnya telah tersasar. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini :

Walau bagaimana juga, akhir-akhirinya dia anakku sendiri. Walau doger walau lebih buruk dari itu, dia harus kubawa pulang dan kuperbaiki.Dan pagi-pagi benar ia telah turun jenjang memulai pekerjaan barunya: mencari anaknya sendiri, anak yang dianggapnya tersasar.(Pram,2003:68)

Setelah dirawat di rumah sakit kurang lebih selama satu bulan, Haji Abdul menunjukkan sikapnya yang pasrah baik dalam pencarian anak perempuannya Midah maupun kelanjutan perusahaan kulitnya. Kini Haji Abdul hanya percaya dengan tenaga mistik-mistik yang ia percayai. Ia kembali putus harapan.Ia pun tak mengharapkan lagi adakah anaknya akan kembali kepadanya atau tidak. Perusahaan kulitnya diteruskannya dengan sikap fatal. Kekuasaannya membualkan segala kebesarannya lenyap. Buruhnya yang tinggal seorang itu bekerja sendiri, sedang tokonya ia hanya duduk dan melayani pembeli atau pemesan. Nafsu untuk mengerjakan segala usaha untuk memperbesar perusahannya ini telah lenyap. Hanya tenaga damai yang kemistik-mistikan ada dalam dadanya. Dan itu sudah cukup untuknya.

Sebagai seorang ayah, Haji Abdul juga menunjukkan sikap yang cukup tenang, hal ini terlihat ketika ia mendengar bahwa Midah hamil di luar nikah lagi walau dari seorang laki-laki yang ia cintai. Haji Abdul mau memaafkan Midah. Haji Abdul adalah seorang yang taat beragama, tapi di dalam situasi seperti ini Haji Abdul menunjukkan sikapnya yang bijaksana, ia menerima kenyataan dan siap menerima segalanya. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini:

Tapi Haji Abdul tak mau pergi, berkata: Dengan menyerahkan segala-galanya kepada Tuhan, aku cukup kuat untuk menghadapi apapun juga.Ah, pak. Biarlah aku bicara sendirian dengan anakmu. Tidak! Haji menggeleng. Dahulu aku takut penyakit karena itu aku jatuh jadi kurbannya. Sekarang tidak. Aku ti-dak-ta-ta-kut peyakit. Aku hanya takut pada Tuhan yang mahabesar. Katakan anakku, katakan semuanya pada bapakmu. (Pram,2003:118-119)

4.1.3 AhmadAhmad adalah tokoh utama walaupun ia muncul baru dipertengahan cerita. Ahmad diceritakan sebagai pemuda yang cukup sering disebut oleh Pramoedya Ananta Toer di dalam novel Midah Simanis Bergigi Emas, di novel tersebut ia diceritakan sebagai seorang polisi yang gagah yang membantu Midah dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.Ahmad pertama kali muncul sebagai seorang polisi lalu-lintas di saat Midah sedang mempunyai konflik dengan seorang dari anggota rombongan keroncong yang bernama Nini. Karena menimbulkan keributan Ahmad sebagai polisi meminta penjelasan kepada kepala rombongan atas keributan yang ditimbulkan. Menedengar cerita kepala rombongan Ahmad mulai memeperhatikan Midah dan tertarik padanya. Ahmad kemudian membela Midah agar Midah mendapat tempat untuk bernyanyi di rombongan itu kembali.

Dengan susah payah saja polisi lalulintas itu dapat mengusir mereka. Pintu depan penginapan terpaksa dikunci. Dan akhirnya ia meminta penjelasan. Kepala rombonganlah yang membrikan penjelasan.Akhirnya polisi itu memandangi Simanis yang tersedan-sedan dan menunduk dalam tangisnya. Mengusulkan:Biarlah dia ikut menyanyi sambil menggendong anaknya, katanya. Baik ada yang menyanyi atau tidak, atau teriak anak kecil, orang-orang itu toh tidak mendengar kalian Mereka tak menghargai musik kalian sama sekali (Pram,2003:59)

Setelah itu Ahmad pergi dari tempat itu untuk kembali menjalankan tugasnya berdinas. Atas usul dari Ahmad, akhirnya Midah kembali menyanyi di dalam rombongan keroncong itu. Ahmad adalah seorang yang ramah hal ini diungkapkan pengarang melalui cara analitik, Ahmad begitu baik pada Midah, ia juga senang memuji suara Midah dan tidak malu makan bersama Midah.

Polisi itu tidak menghiraukan pandangan orang-orang lain. Tidakkah malu makan di dekatku?Malu? Mengapa malu?Keramahannya itu melenyapkan kemalu-maluan Midah terhadapnya. Juga terhadap orang-orang lain yang menonton mereka makan.Kopi? Mau kopi? Taoke, kasih kopi dua gelas.Tadinya kami masih punya harapan dilatih dan kemudia dibawa ke radio. Tapi yang ditunggu tak pernah muncul. Haha. Kroncong jalanan itu tidak berharga apa-apa. Cuma meributi kuping.Kan suaruk bagus?Suaramu memang bagus, penuh penyerahan pada seni suara. (Pram,2003:78)

Ahmad membuat Midah merasa aman di dekatnya, Ahmad juga mengajari Midah tiap hari bernyanyi, perbuatan Ahmad yang begitu baik kepada Midah telah meluluhkan hati Midah.

Hampir tiap hari Ahmad datang untuk mengajar menyanyi. Dan wanita ini merasa aman di dekat pemuda itu. Cinta yang terpendam dalam dadanya memperlunak kekerasan kehidupannya selama intu. Kadang-kadang ia telah merubah dirinya sekaligus, dalam berbagai hal. Tiap hari ia mengharapkansekalipun harapan kosong, tapi harapan itu adasuatu kali ia menjadi isteri Ahmad: suami-isteri penyanyi, pemusik. (Pram,2003:89)

Di dalam hati Ahmad timbul perasaan cinta terhadap Midah, dan Ahmad berterus terang namun Ahmad terlalu terbawa nafsu duniawi. Ia meminta Midah untuk menyerahkan dirinya.

Janganlah banyak bicara, Midah. Biarlah kitaKalau aku kembali keapda orangtuakuSebuah ciuman yang mesra menghalangi ucapannya. Kemudia:Biarlah aku masuh suci sebagaimana aku pergi.Tapi Ahmad tak dapat menahan berangsang hawa nafsunya lagi. Midah menangis. Apalagi yang dapat diperbuatnya selain menangis!(Pram,2003:94)

Ahmad mempunyai sifat pengecut, egois, dan tidak bertanggung jawab atas perbuatannya pada Midah. Bahkan ia menuduh Midah seorang penipu dan tidur dengan laki-laki lain. Padahal Ahmad pernah menyatakan bahwa ia mencintai midah tetapi ia tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Aku tidak punya anak! Tidak!Cahaya dimana ada mahluk tergolek menjadi terang. Midah dengar makhluk itu menjerit-jerit memanggilnya. Ia ingin segera pergi. Tapi ia harus selesaikan urusannya dulu. Sebelum anak ini lahir, bapaknya sudah tidak mengakui.Apakah jadinya anak ini kelak?Jangan kau coba agar aku mengakui ini lagi.Anak siapa ini?Anak siapa? Bukankah ada banyak lelaki lain di ranjangmu?Ya Tuhan! Midah menyebut. Kemudian ia tak bias meneruskan. Dadanya sesak. Cengkeramannya pada baju lelaki itu dilepaskannya. (Pram,2003:109)

Ahmad tidak mau menerima kenyataan atas perbuatannya pada Midah. Ia terkejut mendengar Midah mengandung anaknya. Midah terus berkata agar Ahmad mengakui anaknya, namun Ahmad dengan sikap egois dan tidak bertanggungjawab atas perbuatannya menuduh Midah menjebaknya agar Midah diperistri. Ahmad bahkan menuduh Midah tidur dengan banyak laki-laki lain sehingga ia tidak mau mengakui anak yang dikandung Midah sebagai anaknya. Setelah hari itu Midah kembali ke rumah orangtuanya sementara Ahmad tak pernah menemui Midah lagi dan Ahmad membiarkan Midah menanggung perbuatannya seorang diri.

4.4 Nyonya Haji AbdulNyonya Haji Abdul di dalam novel Midah Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer adalah ibu Midah. Nyonya Haji Abdul bukanlah tokoh utama, melainkan seorang tokoh pembantu yang juga tokoh protagonis. Ia adalah seorang wanita yang sabar, baik hati dan sangat mencerminkan perannya sebagai ibu Midah. Karena banyaknya saudara Midah, perhatian Ibu Midah tidak sepenuhnya diberikan pada Midah lagi. Ibu Midah menjadi kurang memperhatikan Midah dan membiarkan Midah pergi dan pulang malam hari, ternyata hal ini telah membuat Midah tumbuh menjadi anak yang jauh dari kedua orangtuanya. Nyonya Haji Abdul juga memperbolehkan Midah untuk mendengarkan lagu kroncong yang Midah sukai, yang ternyata sangat ditentang oleh Haji Abdul ayah Midah. Dengan perginya Midah dari rumah, sifatnya yang biasa yang tidak pernah ikut campur dalam segala perkara hilang. Kini Nyonya Haji Abdul menjadi cemas dan khawatir akan keselamatan suaminya dan keberadaan anaknya. Nyonya Haji Abdul juga menunjukkan tekad bahwa ia akan menunggu Midah, ia terus berusaha mencari Midah melalui berbagai cara seperti meminta bantuan polisi, dan menanyakannya dari tempat ke tempat.Aku mesti tunggu dia.Nyonya tidak akan kuat menunggu.Aku mesti tunggu dia.Nyonya tidak kuat menunggunya sampai seminggu.Seminggu?Barangkali sebulan.Kalau begitu kubawa pulang dia.Dia tak boleh bergerak.Dia suamiku.Kalau ada terjadi apa-apa, nyonya akan lebih susah lagi. Di sini dia akan diurus sebaik-baik mungkin. Lebih baik nyonya pergi ke kantor polisi.Untuk apa?Untuk apa? Minta mencarikan anak nyonya. Setidak-tidaknya ada kemungkinan nyonya dapat menyelamatkan kedua-duanya bukan sebaliknya :kehilangan kedua-duanya. (Pram,2003:72)

Nyonya Haji Abdul adalah seorang wanita yang taat dan percaya kepada Tuhan. Dia selalu mendoakan keslamatan suaminya dan Midah, walaupun dalam keadaan kurang makan dan kurang tidur.Dalam keadaan seperti ini tidak ada satu orang pun yang bisa menolongnya. Yang kuasa menolong hanya satu kekuatan gaib. Dan kekuatan gaib itu adalah rahmat dari Tuhannya Dalam keadaan kurang makan dan kurang tidur wanita it uterus berdoa dan tiap sampai waktunya ia bersembahyang. Bukan untuk dirinya! Tapi untuk keselamatan suami dan Midah, dan semua anak-anaknya.

Sebaliknya suaminya, Nyonya Haji Abdul berubah menjadi wanita yang giat menolong keluarga dalam masa kehancuran kian lama kian menghampirinya. Tak bosan ia datang ke kantor polisi untuk menanyakan bagaimana hasil mereka dalam mencari Midah. Walaupun belum ditemukan, hal ini tidak mematahkan harapannya.Nyonya Haji Abdul mendengar suara Midah di radio, ia diberi tahu oleh tetangganya. Namun ia bimbang untuk pergi mencari anaknya atau tidak. Akhirnya ditemani anak tetangganya, Nyonya Haji Abdul pergi mencari Midah. Hal ini menunjukkan bahwa Nyonya Haji Abdul memiliki sifat peduli dan bertekad untuk bertemu dengan anaknya, hal ini terlihat dari kutipan berikut ini:

Seharusnya aku pergi sendirian, pikirnya. Anak ini akan menjadi saksi pertemuan kami. Ah, moga-moga anakku selamat. Moga-moga ia tidak bernoda. Tuhan, kembalikan anakku padaku dalam keadaan seperti waktu ia meninggalkan rumah kami. Suci dan manis, cantik, dan baik budi.Ibu menggigil, kata anak itu. Dingin, nak.Anak itu menutupkan pada tubuhnya selendangnya sendiri. Dan ia menolak.Baru jam setengah enam sekarang, bu. Ibu sakit?Malaria.Aku juga pernah malaria. Pulang saja kita?Biar-biar. Kita pergi terus.Bukankah ibu harus menelan pil dahulu?Nanti saja. Nanti saja. Nanti. Ya, nanti.Nyonya Abdul tak ingin berbicara. Ia terlampau sibuk dengan angan-angannya sendiri.(Pram,2003:99)

Haji Abdul yang mengunjungi rumah Midah sangat senang bertemu dengan cucunya Djali, namun ia tidak menemui Midah disana karena saat itu Midah belum pulang dari pekerjaan menyanyinya. Lalu dengan tekad kuat, Nyonya Haji Abdul segera membawa pulang Djali, cucunya karena dengan jalan ini ia dapat bertemu Midah. Nyonya Haji Abdul menunjukkan sikap peduli terhadap kehidupan anaknya, Midah dan segala usaha ia tempuh demi bertemu anaknya.

Nyonyarumah mengeluarkan seorang anak kecil yang kurus dan Nampak tak terpelihara. Masya Allah! Inikah cucuku? Alangkah kurus.Ya, nyonya, Midah terusmenerus sibuk dengan musiknya. Tapi anak ini tidak sakit. Dia sehat, nyonya.Sehat? Ah, cucuku. Begini kurus engkau! Dan diciuminya anak kecil itu. Djali menjerit-jerit.Alangkah amis baumu. Alangkah amis. Barangkali tidak pernah dimandikan.Nyonyarumah tak menyatakan pendapatnya.Aku bawa pulang anak ini.Nyonya akan bawa pulang? Apakataku nanti terhadap dia?Bilang neneknya yang ambilJangan, nyonya. Jangan.Aku berhak mengambilnya. Aku kawinkan dia dengan Haji Terbus. Ini anank Haji Terbus dan dia. Aku berhak mengambilnya. Apa kataku kalau ditanyainya?Suruh dia datang ke rumah orangtuanya. Di sana akan dia dapati anaknya. (Pram,2003:102-103)

Kini perhatian Nyonya Abdul hanya tertuju pada pekerjaannya sendiri dan cucunya. Nyonya Abdul bertemu dengan Midah dan saat itu juga Midah mengatakan bahwa ia mengandung anak diluar perkawinan. Nyonya Abdul tidak dapat berbuat apa-apa, bagaimanapun Midah adalah anak mereka dan Nyonya dan Haji Abdul telah mengampuni segala kesalahan Midah. Nyonya Abdul juga mencegat Midah sewaktu Midah berniat untuk pergi dari rumah, karena Midah tidak mau memberikan beban malu kepada kedua orangtuanya. Nyonya Abdul hanya dapat merawat Rodjali dan lambat laun ia mulai mengerti maksud Midah pergi dari rumahnya. Ia meminta Midah menangguhkan naitnya kembali, namun keputusan midah sudah bulat. Dari hal ini kita dapat melihat watak Nyonya Haji Abdul adalah peduli dan mengetahui apa yang terbaik untuk anaknya dan pengertian terhadap situasi Midah.

4.1.3 RiahRiah di dalam novel Midah Simanis Bergigi Emas karya Prameodya Ananta Toer berperan sebagai pembantu dalam keluarga Midah. Riah adalah tokoh pembantu dan merupakan tokoh protagonis. Walaupun hanya berperan sebagai tokoh pembantu, Riah mempunyai peran yang besar dalam hidup Midah. Karakter Riah adalah baik, agamis, penolong, dan simpatik terhadap kondisi serta nasib Midah. Riah adalah orang yang baik, bijaksana, dan ia memberi perlindungan pada Midah sewaktu ia dimarahi oleh bapaknya. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini :

Tapi bapak belum reda lagi amarahnya. Ia buru Midah. Tapi babu memberi perlindungan anak itu satu perlindungan yang kuat.Kau yang mengajari? Teriaknya pada babu.Tidak bang Haji. Dia sendiri.Haram! Haram! Pasti ada yang mengajari.Tidak ada orang yang bisa menjawab tuduhan bang Haji. Dan karena amarahnya tidak dapat ditahannya lagi, semua orang yang bekerja di dapur diusirnya hari itu juga. (Pram,2003:19)

Dari kutipan diatas terbukti bahwa Riah adalah tokoh protagonist. Riah dalam novel Midah Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer juga merupakan tokoh kepercayaan tokoh utama. Riah yang memberi perlindungan terhadap Midah juga mempunyai rasa kasih yang besar pada Midah, ia juga yang menyarankan Midah agar kembali ke rumah orang tuanya sewaktu Midah kabur dari Haji Terbus, suami Midah yang dijodohkan oleh orangtuanya dan ternyata mempunyai banyak isteri.

Mula-mula sekali ditujunya adalah rumah babu yang pernah memberinya perlindungan terhadap pukulan bapaknya.Mengapa engkau tak langsung pulang ke rumah orangtuamu? Riahbekas babunya itubertanya.Takut. Ia menjawab.Riah sejak dahulu kasih kepadanya. Dipandanginya Midah lama-lama dengan rasa kasihan memancar-mancar pada matanya.Seganas-ganas macan, dia takkan memakan anaknya sendiri. Mari aku antarkan.Aku takut. (Pram,2003:21)

Dari kutipan ini kita dapat melihat bahwa Riah adalah tokoh yang bijaksana dan walaupun hanya berperan sebagai seorang pembantu, tetapi ia juga mempunyai peran yang besar dalam kehidupan Midah. Riah juga yang menyediakan rumahnya untuk Midah sewaktu Midah kabur ke Jakarta dari suaminya, Haji Terbus. Ia yang pergi ke rumah orangtua Midah yang menyatakan