bab iii biografi singkat desak nyoman suarti...
TRANSCRIPT
BAB III
BIOGRAFI SINGKAT DESAK NYOMAN SUARTI
DAN RUNI PALAR BESERTA PERUSAHAAN PERHIASANNYA 3.1 Biografi Desak Nyoman Suarti dan Perusahaan Perhiasan Peraknya
3.1.1 Latar Belakang Desak Nyoman Suarti
Kelahiran Desak Nyoman Suarti bertepatan dengan dirayakannya upacara memperingati
hari kelahiran Dewi Saraswati. Nama Suarti sendiri merupakan adaptasi dari nama dewi
kesenian dan ilmu pengetahuan di ranah kepercayaan Hindu Dharma ini. Suarti yang lahir
di desa Pengosekan, Ubud, Gianyar pada tanggal 25 Mei 1958 merupakan anak ketiga
dari delapan bersaudara dari pasangan Dewa Putu Sugi dan Jero Gambir.1 Dewa Putu
Sugi menguasai pelbagai macam bidang kesenian, mulai dari mendalang, menari,
merancang bangunan hingga melukis, sedangkan ibunya sangat fasih membawakan tarian
tradisional seperti tari Arja dan tari Condong.
Selain kedua orang tuanya, Jero Nesa neneknya juga berperan penting dalam
mengarahkan bakat seni luar biasa yang mengalir ditubuhnya. Pada usianya yang ke
tujuh, Suarti diajarkan menari olehnya. Melihat bakatnya yang besar dalam menari, pada
usianya yang ke sembilan Suarti mulai belajar secara lebih profesional di bawah asuhan
seorang maestro tari, Anak Agung Mandra. Menginjak usianya yang ke dua belas, Suarti
lantas memperdalam kembali kemampuan tarinya selama 6 bulan di kampung Sebatu.
Pada tahun yang sama Suarti didaulat sebagai wakil kabupaten Gianyar dalam lomba tari
pertama yang diorganisir Kokar di Sisingamaraja. Peristiwa inilah yang membawanya
sebagai wakil budaya Indonesia dalam pertukaran budaya di Australia atas persetujuan
Presiden Soekarno dan Ratu Belanda, Juliana dalam usianya yang ke 15 tahun.
1 Dikutip dari Tabloid mingguan Suar Bali edisi 22 tahun 2006, terbit hari Rabu, 20-26 Desember 2006 halaman 37
103
Gambar III.1. Potret diri Desak Nyoman Suarti
Sumber: www.bisnisbali.com (7 Februari 2007)
Menari hanyalah salah satu pembuka gerbangnya dalam bersentuhan dengan dunia seni.
Selain menari, dia juga tertarik dalam bidang seni lukis. Kemampuan melukis ini
diperolehnya dari sang ayah, Dewa Putu Sugi. Meskipun Bali merupakan wilayah yang
tumbuh sebagai tanah patriarkis yang memarginalkan perempuan, Suarti tetap semangat
dan tekun melukis. Dalam brosur berbahasa Inggris yang berjudul “Reflecting the
Balinese Culture to All Around the World”, Suarti menuturkan proses mempelajari seni
lukis sebagai berikut :
“My father was a well-known, talented artist,” she recalled in a recent interview in New York. “I would sit with him and watch him paint. One day I took a canvas, went up on the roof, and did my very first painting – a rice paddy. It was all in secret because women weren’t really allowed to paint. But by the time I had about six paintings, my father saw them and he was proud!”
“Ayah saya adalah seniman berbakat yang terkenal,” katanya ketika wawancara di New York baru-baru ini. “Dahulu seperti biasa saya akan duduk disampingnya ketika dia melukis. Suatu ketika saya mengambil kanvas, lari ke atap dan membuat lukisan saya untuk pertama kali –ladang padi. Semua itu merupakan rahasia saya karena perempuan tidak diizinkan melukis (di Bali). Seiring berjalannya waktu lukisan saya telah berjumlah enam buah, dan ketika ayah saya melihatnya, dia merasa sangat bangga!”
Kutipan di atas menunjukkan dukungan yang diberikan ayahnya secara khusus dan
keluarganya secara umum dalam kiprah Suarti di dunia kesenian. Disamping itu selain
berguru pada ayahnya, Suarti juga berusaha meningkatkan kemampuannya melukis
104
dibawah bimbingan Rudolf Bennet2, seorang tokoh penting dalam sejarah perkembangan
seni lukis di Bali.
Meskipun Bali merupakan wilayah yang tumbuh sebagai tanah patriarkis yang
memarginalkan perempuan, Suarti tetap melukis secara tekun dan konsisten. Ketika itu
perempuan yang melukis umumnya menjual karyanya dengan nama anggota keluarga
lelakinya agar lukisan tersebut memperoleh harga yang layak. Ketekunan, kegigihan dan
keberaniannya ini mengantarkan Suarti berpameran tunggal di Hotel Grand Hyatt, salah
satu hotel bintang lima di Bali. Pameran tunggal pertamanya yang berlangsung pada
tahun 1973 ini sekaligus mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pelukis perempuan
Bali pertama yang berani menunjukkan dirinya.
Setelah menikah dengan Peter Luce, seorang lelaki berkebangsaan Australia yang
sebelumnya merupakan kolektor karya-karya lukisannya, Suarti bersama suami pindah ke
Singapura pada tahun 1978. Pada pernikahan kedua inilah Suarti dianugrahi dua orang
anak, yaitu Dewa Sri Luce dan Komang Wisnu Luce yang kemudian membantunya
menggulirkan laju roda perusahaan. Di Singapura Suarti bekerja sebagai pengajar tari dan
budaya di Wisma Indonesia dan sekolah Indonesia. Ditengah aktivitasnya sebagai
pengajar, Suarti masih menyempatkan dirinya untuk melukis. Karya-karya inilah yang
dipamerkannya di hotel Grand Hyatt, Singapura pada tahun 1978.
Tahun 1979, Suarti dan suaminya pindah ke Amerika. Di Amerika dia menggabungkan
dirinya dalam Asia Society yang bertujuan untuk mengenalkan budaya Asia di Amerika.
Bersamaan dengan itu, Suarti juga mulai merintis perusahaan aksesoris kecil dengan
nama Balinesia Suarti collection. Bisnis pertamanya ini menemui kegagalan. Kegagalan
tersebut tidak lantas membuatnya menyerah, bahkan lebih lanjut dia semakin gigih untuk
melakukan riset dan analisa pasar perihal perhiasan apa yang diminati masyarakat
Amerika ketika itu. Hasil dari serangkaian analisanya tersebut membuahkan kesimpulan
bahwa produk yang sedang diminati pasar adalah produk yang memiliki ciri kerajinan,
2 Rudolf Bonnet adalah seorang pelukis Belanda yang terpesona dengan keindahan Pulau Dewata sehingga ia memutuskan untuk menetap di Ubud, Bali sejak tahun 1928 hingga 1950. dia adalah salah seorang pendiri kelompok Pita Maha pada tahun 1935. kelompok Pita Maha ini awalnya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dasar-dasar seni lukis moderen. Seniman berkebangsaan Jerman ini merupakan salah seorang tokoh berpengaruh dalam sejarah seni lukis moderen di Bali (sumber: Perjalanan seni Lukis Indonesia halaman 205)
105
termasuk dalam hal perhiasan. Berbekal pada pemahaman ini Suarti lantas menempuh
pendidikan desain perak dan emas di New York University.
Gambar III.2. Perhiasan karya Su ng mem ang Bulan Gerhana. Perhiasan ini bertahtakan batu kristal stalaktit kuarsa. Dalam alam kepercayaan Hindu Dharma, Ular Kobra merepresentasikan dunia bawah dengan unsur-unsur seperti yoni, perempuan dan basah yang melingkupinya. Pemotongan batu stalaktit kuarsa yang direduksi seminim mungkin merupakan usahanya untuk membiarkan bentuk alami batu. Sumber : Reflecting the Balinese Cultu
arti berbentuk ular kobra yang seda eg
re to all Around The World page 1
elesai menempuh pendidikan di New York University, Suarti kembali memulai usahanya
“ I remember in the late 70s and early 80s, when we appeared at trade
Saya ingat pada akhir periode 70-an dan awal 80-an, ketika kami (Suarti
memperoleh reputasi yang baik di Amerika”
S
di bidang perhiasan perak dengan label Suarti collection. Perpaduan kemampuannya
dalam membuat perhiasan perak, pemahaman dan kemampuan seninya yang kental serta
strategi managemen pasar yang tepat mendatangkan kesuksesan dalam usahanya kali ini.
Masih bersumber pada brosur yang berjudul “Reflecting the Balinese Culture to all
around The World”, kesuksesannya ketika itu dituturkan sebagai berikut :
shows around US, showing our Jewelry, we were only the only ones with Balinese Jewelry. But the buyers were very suprised and excited to see something completely new. I am proud to say that we set a high standard for quality and value, and as result, Jewelry from Bali enjoys an excellent reputation in US” “collection) tampil pertama kali pada pameran perdagangan di Amerika serikat dan memamerkan perhiasan kami, kamilah satu-satunya yang menawarkan perhiasan bergaya Bali. Ketika itu pembeli sangat terkejut dan tertarik melihat sesuatu yang benar-benar baru. Saya bangga mengatakan bahwa kami memiliki standar yang tinggi dalam hal kualitas dan nilai barang, sehingga sebagai hasilnya perhiasan dari Bali
106
Berdas uari
itik baliknya terlihat saat dia mendapatkan kesempatan untuk berpameran bersama
.1.2 Anak-anak Perusahaan CV. Suarti
alam usahanya untuk memperkenalkan perak Indonesia yang diterima dunia, Suarti
.1.2.1 Suarti Collection
uarti collection pertama kali di Soho, sebuah pusat perbelanjaan mode terkemuka di
arkan wawancara dengan salah satu desainer Suarti, Febry pada tanggal 17 Jan
2007, selain aktif mengikuti pelbagai pameran di luar negeri dan bekerja sama dengan
jaringan media setempat, strategi pemasaran produk Suarti collection yang sangat ampuh
hingga kini adalah branding image dengan cara menonjolkan identitas dan karakter Suarti
sebagai seorang perempuan Bali yang fasih menari tradisonal dan sangat paham akan
budaya dari tanah kelahirannya namun tetap selaras dengan perkembangan zaman.
T
Henri Bene. Pameran bersama tersebut membukakan peluang-peluang lain, salah satu
antaranyanya adalah tawaran kerjasama dengan perusahaan aksesori Amerika, Tropic
Gallery. Setelah cukup mapan dalam bidang perhiasan perak, Suarti dan suaminya
memutuskan untuk kembali ke Bali pada tahun 1986 untuk selanjutnya mengembangkan
usahanya di tanah airnya.
3
D
membagi beberapa bagian perusahaannya untuk segmen pasar, fungsi dan tujuan yang
berbeda-beda. Suarti collection, Suarti “Ritual of Fire”, Sri Home, Luh Luwih dan
Koperasi Visnu adalah beberapa anak perusahaannya yang masih akan terus bertambah.
3
S
New York, Amerika. Setelah mapan di Amerika, pada tahun 1990 Suarti kembali ke
kampung halamannya dan mendirikan perusahaannya di Jl. Poppies II, Kuta yang
bergerak dibidang perancangan busana dan perhiasan. Pada perkembangan selanjutnya
Suarti memilih untuk lebih memusatkan perhatiannya di bidang perhiasan. Ruang pamer
Suarti pun berpindah ke desa Celuk, tepatnya di 100X Jl. Celuk Raya, Desa Celuk
Kabupaten Gianyar, Bali. Pemilihan desa Celuk ini dilatarbelakangi karena daerah ini
telah sejak dahulu terkenal sebagai sentra pengrajin perhiasan perak di Bali selain desa
Kamasan.
107
Suarti collection bergerak dalam sistem penjualan partai besar (wholesale) dan satuan
(retail) dengan sasaran konsumen utamanya adalah turis, baik lokal maupun
internasional. Suarti collection mengkhususkan dirinya dalam perhiasan perak dengan
teknologi tradisional meskipun dewasa ini Suarti mulai menggabungkan penggunaan
mesin dengan sentuhan manual. Awalnya Suarti collection menampilkan karya-karya
pengrajin Bali yang ditawarkannya di luar negeri, namun sejak awal tahun 1990an, Suarti
mulai mendesain karya-karya perhiasannya sendiri dan diluncurkan dengan label Suarti
collection.
Gambar III.3. Logo Suarti collection
Sumber: www.suarti.com (22 september 2007)
alam kurun waktu sepuluh tahun, Suarti collection mengalami perkembangan yang
ondisi meningkatnya nilai tawar dollar ini menyebabkan membesarnya keuntungan
yang diperoleh CV.Suarti jika dihitung dalam mata uang rupiah. Menyikapi kesempatan
D
cukup signifikan. Tercatat pada tahun 1996, Suarti berhasil mengukuhkan dirinya dalam
jaringan pasar Internasional dengan membuka jaringan belanja Cable Value Vision
Network (CVN)3 dan QVC4 yang keduanya berpusat di Amerika. Homeshopping network
yang mempermudah pemasaran produk-produknya. Menurut penuturan Febry, salah
seorang desainer perhiasan Suarti dalam wawancara yang dilakukan di Celuk, Bali,
perkembangan pesat Suarti terjadi malah ketika masa krisis moneter di Indonesia.
Kenyataan ini dilatarbelakangi naiknya nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga
mencapai 10.000 rupiah perdollarnya.
K
3 Cable Value Vision Network (CVN) adalah perusahaan home shopping Amerika yang berdiri pada tahun 1989. perusahaaan ini lebih besar dua kali lipat dibandingkan QVC yang lahir pada tahun 1986. (sumber : www.wikipedia.org ) 4 QVC (Quality, Value and Convinience) adalah sebuah perusahaan multinasional yang didirikan oleh Joseph Segel pada tahun 1986 dengan spesialisasi program home shopping. Pada tahun 1993, QVC bekerjasama dengan British Sky Boarding (BskyB) untuk menciptakan QVC di Inggris dan beberapa negara lainnya seperti Jerman dan Jepang. pada tahun 1996 QVC mengeluarkan sistem perbelanjaan melalui internet. Pada tahun 2001, QVC meluaskan jaringannya dengan mendirikan gerai di Mall of America, Minnesota. (Sumber : www.wikipedia.org )
108
tersebut, dia mulai memperluas jaringan dan memperbesar pemasarannya. Salah satu
contohnya tampak dari diadakannya kerjasama dengan seorang perancang busana
ternama Indonesia, Adjie Notonegoro di Bali pada tahun 2003. Sayangnya kerjasama ini
tidak dilanjutkan secara berkelanjutan sehingga hingga kini sedikit sekali ruang pamer
Suarti collection yang berdomisili di Indonesia. Meski begitu keadaan ini dapat pula
dilihat sebagai salah satu strategi pasar, dimana Suarti hanya memfokuskan diri pada
pasar internasional secara umum dan Amerika dan Inggris secara khusus. Di sisi lain,
telah diketahui secara umum bahwa masyarakat Indonesia kurang menghargai perhal hal
cipta dan orisinalitas, sehingga mungkin pula ada ketakutan bila perhiasan Suarti
dipasarkan secara lokal akan menghasilkan banyak tiruan dari karya-karya perhiasannya.
3.1.2.2 Suarti “Ritual of Fire”
Api merupakan salah satu elemen penting dalam kepercayaan Hindu Dharma di Bali.
ewa Aghni yang dikenal sebagai dewa Api merupakan salah satu tokoh mitologi penting D
dalam proses penciptaan dunia. Istilah Ritual of Fire merujuk pada konsep ritual dan
siklus api yang berulang. Lebih jauh siklus api yang berulang tersebut merepresentasikan
perputaran energi yang memusat sehingga menghasilkan sebuah daya yang besar. Dengan
latar belakang filosofi itulah Suarti “Ritual of Fire” berdiri.
Gambar III.4. Logo Ritual of Fire
Sumber: www.suarti.com (22 september 2007)
Suarti “Ritual of Fire alah
orang desainer perhiasan Suarti, tujuan berdirinya anak perusahaan ini adalah sebagai
” pertama kali didirikan pada tahun 2001. Menurut Febry, s
se
bentuk idealisasi Suarti sebagai seniman. Tujuan tersebut praktis mengantarkan Suarti
“Ritual of Fire” pada fine Jewelry dengan sasaran konsumen para kolektor baik pribadi
maupun museum dan pecinta seni.
109
3.1.2.3 Sri Home
, Suarti juga membuka Sri Home yang menampilkan produk-
akan, rumah tangga dan interior di lokasi yang sama. Visi dari
Non Profit
ampu
embangkitkan kembali laju perekonomian pengrajin perhiasan di daerah Celuk yang
non profit lainnya adalah
puan Bali yang bernama Luh Luwih. Luh dalam bahasa Bali memiliki
endatangi
ah anggota sanggarnya lantas menjelaskan pentingnya mendidik perempuan
Selain Suarti colllection
produk peralatan m
didirikannya Sri Home sendiri adalah untuk menfasilitasi hasil kerajinan Indonesia agar
dapat meraih pasar dalam skala internasional, tidak hanya pasar lokal yang berusaha
memenuhi kebutuhan pariwisata. Untuk mencapai misinya tersebut Suarti bekerja sama
dengan para pengrajin lokal dalam upaya menghasilkan produk kerajinan yang unik serta
memenuhi standar pasar internasional.
3.1.2.4 Anak Perusahaan Lainnya yang Bersifat
Untuk memenuhi sisi sosialnya, Suarti membuka Koperasi Visnu dengan harapan m
m
menurun drastis paska bom Bali yang terjadi pada tahun 1998. Didirikannya koperasi ini
merupakan hasil dari penglihatan yang jeli, mengingat keberadaan Asosiasi Pengrajin
Perhiasan di Celuk, Bali ini masih berupa paguyuban yang bersifat kekeluargaan sehingga
kurang efisien dalam meningkatkan laju perkembangan para pengrajin perhiasan di Bali.
Melalui koperasi ini, CV Suarti berusaha menyediakan bahan mentah perak dengan harga
standar, yaitu Rp. 4.000 per gram kepada para anggotanya. Selain itu, Suarti juga
mewadahi hasil kerajinan mereka untuk ditawarkan pada pasar internasional melalui
pameran-pameran yang berskala internasional.
Selain Koperasi Visnu, anak perusahaan Suarti yang bersifat
sanggar seni perem
makna “Perempuan” dan Luwih memiliki pengertian “Pintar dan cantik” . Sanggar yang
didirikannya pada tahun 1995 ini didirikan, didanai dan dipimpin langsung oleh Suarti.
Pada awal berdirinya sanggar ini para suami melarang istri ikut bergabung karena sesuai
hukum adat perempuan tidak boleh memainkan alat musik seperti gamelan.
Menyikapi keadaan tersebut, Suarti melakukan pendekatan personal dengan m
setiap rum
Bali untuk menjadi pintar dalam rangka bersaing di era moderen ini. Para suami akhirnya
mengerti dan mengizinkan isteri mereka untuk meneruskan pendidikannya di sanggar seni
110
Luh Luwih. Tercatat hingga kini para anggota Luh Luwih telah melakukan tur keliling
pertunjukan ke pelbagai penjuru dunia. Dedikasinya yang tinggi dalam sosial, seni dan
budaya ini mengantarkannya sebagai peraih penghargaan Kartini Award tingkat I ke-13
dengan kategori perempuan Indonesia yang mampu mengembangkan Indonesia namun di
sisi lain tidak meninggalkan perannya sebagai perempuan.5
3.1.2.5 Teknik Pembuatan Perhiasan Perak di Suarti Collection dan Suarti “Ritual of
Fire”
Material yang digunakan dalam pembuatan perhiasan di perusahaan Suarti sebagian besar
dalah perak dengan kadar 9.25 % atau umum dikenal dengan istilah sterling silver.
a
Seluruh karya perhiasan perak Suarti yang dipasarkan di Amerika melalui tivimedia QVC
sebelumnya telah melalui serangkaian proses uji coba kemurnian perak untuk selanjutnya
dibubuhi hallmark dari pemerintahan setempat. Sedangkan batu mulia, semi mulia dan
mutiara yang diaplikasikan pada perhiasan karya Suarti sebagian besar berasal dari
Amerika Selatan, sedangkan batu opal berasal dari Australia, batu pirus dari Meksiko
Utara dan amber dari daerah laut Baltik.
Gambar III.5. Peralatan-peralatan yang ada di salah satu pabrik CV. Suarti
Sumber : Dokumentasi Diansuri
, yaitu
knik granulasi berupa lingkaran-lingkaran kecil perak, filigree yang berupa benang
Teknik pembuatan perhiasan perak Suarti secara umum dikerjakan dengan tiga cara
te
perak dan oksidasi yang berfungsi memberikan efek warna kehitaman. Teknik terakhir
yang disebutkan di atas merupakan karakteristik dari perhiasan tradisional yang
5 www.suaramerdeka.co.id dari artikel yang berjudul “Desak Nyoman Suarti Raih kartini Award” terbit pada tanggal 21 April 2007 (diambil pada tanggal 22 September 2007)
111
dihasilkan di Kotagede, Yogyakarta dengan sebutan “perak bakar”. Selain teknik yang
bersifat tradisional tersebut, Suarti sejak awal tahun 2007 juga mulai mengelaborasikan
teknik casting yang dikerjakan dengan mesin moderen untuk selanjutnya diberi sentuhan
filigree, granulasi atau oksidasi.
Gambar III.6. Peralatan cetak masinal beserta contohnya
Kiri: Salah satu alat yang digunakan dalam proses casting (kiri) Kanan: Contoh proses pembuatan sampel dengan teknik casting
3.1.2.6 Market
ang baik tidaklah cukup untuk tumbuh
erkembangnya suatu industri. Produknya yang menggunakan kualitas perak tinggi (9,25
Sumber: Dokumentasi Diansuri
Review dan Strategi Pasar
Suarti sadar bahwa kualitas produk y
b
% perak) tidak akan mencapai penjualan yang baik jika tidak didukung dengan strategi
marketing yang mumpuni. Salah satu strategi marketing yang dilakukannya adalah
bekerja sama dengan salah satu stasiun televisi internasional yang memiliki jaringan
homeshopping di beberapa Negara di dunia seperti QVC dan Value Vision America dalam
upayanya menembus pasar Amerika dan Inggris yang dikenal sebagai salah satu pusat
tren perhiasan dunia. Selain kedua tivimedia tersebut, Suarti juga bekerja sama dengan
tivimedia lain seperti Thai-Gem, TVSN, dan TSV. Tivimedia dalam hal ini juga berfungsi
sebagai distributor utama dalam penyebaran produk pada masing-masing negara.
112
Bagan III.1 Alur Pemasaran Suarti collection
Sumber : Penulis
Selain jaringan pemasaran yang bersifat permanen tersebut, Suarti juga aktif
mengikutsertakan perhiasan-perhiasannya dalam pameran-pameran internasional yang
salah satunya melalui pusat-pusat kebudayaan Indonesia yang menyebar di seluruh dunia.
Suarti kerap mendaftarkan perusahaannya di setiap KBRI (Kedutaan Besar Republik
Indonesia) di seluruh dunia, sehingga produk-produknya akan selalu menjadi salah satu
wakil dari Indonesia di setiap pameran yang diadakan KBRI.
Gambar III.7. Foto dokumentasi suarti ketika berada di studio tivimedia QVC, London Sumber : Reflecting the Balinese Culture to All Around The World
3.1.2.7 Struktur Organisasi Sebagai sebuah perusahaan keluarga kecil menengah dengan orientasi pasar berskala
internasional, struktur perusahaan Suarti dituturkan dalam bagan dibawah sebagai berikut:
113
Bagan III.2. Struktur Manajerial Suarti Collection Sumber : Dokumentasi Kajian Lapangan Periode Januari 2007
PRESIDEN
KOMISARIS Peter Luce
PRESIDEN DIREKTUR
Desak Nyoman Suarti
DIREKTUR
OPERASIONAL Dewa Made Adi Putra
DIREKTUR
Dewa Sri Luce
KABAG MARKETING
KABAG PRODUKSI
KABAG HRD/SUPPORT
KABAG ACCOUNTING
STOCKROOM
Dewa Sri Luce
Jero Pt. Suleni
Dw Pt. Darma Putra
A.A. Widiaji
Sriwati Desak
MARKETING PRODUKSI HRD/SUPPORT ACCOUNTING STOCKROOM
30 Orang
74 Orang 19 Orang 6 Orang
10 Orang
Divisi Jml Divisi Jml Divisi Jml Divisi Jml
Divisi Jml
Desain Reorder
3 Asisten Kabag 1 Personalia 2 Finance supervisor
1 Permata 3
Desain New Item
2 Pricing/Bill of Material
1 E D P 2 Book Keeping
1 Komponen/ Barang Jadi
6
Fotografer 1 Production Receipt
2 Security 9 Kasir 2
Order Packing
1 Production Order
4 Purchasing /General
1
Shipping 5 Quality Control on Process • Koordinator • Asisten
Production • Pekerja
1 1 5
Maintenance • Engineer • Cleaning Service • Supir • Tukang Kayu
1 2 1 2
Affair 2
Quality Control Product Product Prepare and Service : • Service • Polish • Sample
3 7 10
Carding 19
Manufacture (Guwang)
25
114
Tabel struktur organisasi di atas menunjukkan bahwa Suarti memiliki lima orang desainer
yang berada dibawah Suarti Design Centre(SDC), dengan pembagian tiga orang desainer
untuk reorder dan dua orang untuk new items. Pembagian tersebut, meskipun dalam
pratiknya menyesuaikan dengan kondisi lapangan menunjukkan bahwa CV. Suarti lebih
banyak memproduksi perhiasan yang sifatnya reorder dibandingkan dengan
menghasilkan desain baru. Keputusan ini erat kaitannya dengan kerjasama antara Suarti
dan tivimedia di beberapa negara di dunia yang sebagian besar melakukan transaksi
dengan sistem wholesale sehingga praktis menyesuaikan dengan selera masyarakat di
negara setempat yang umumnya hanya sedikit mengalami perubahan dari waktu ke
waktu.
Suarti Design Centre (SDC) sendiri pada praktiknya mempekerjakan tiga hingga empat
desainer tetap yaitu I Nyoman Rauh, Agung Anom P, Febri yang pada bulan Maret 2007
mengundurkan diri, dan pak Made. Kurangnya kesadaran hak paten seorang desainer
yang terlibat dalam sebuah perusahaan di CV. Suarti menyebabkan sulitnya mendapatkan
data perihal karakteristik dari tiap desainer yang bekerja dibawah bendera CV. Suarti.
3.1.2.8 Karakteristik Perhiasan Perak Desak Nyoman Suarti secara Umum
Perhiasan CV. Suarti secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Suarti
collection yang lebih mengarah pada fashion Jewelry dan Suarti “Ritual of Fire” yang
berbasis fine Jewelry. Meskipun terdapat dua anak perusahaan yang bergerak dalam dua
segmentasi pasar yang berbeda, kualitas material baik itu perak sebagai logam mulia
utama yang digunakan maupun batuan mulia dan semi mulia diawasi dengan sistem
pengontrolan kualitas yang sama.
Bebatuan mulia, semi mulia dan mutiara didatangkan dari pelbagai penjuru dunia yang
menawarkan kualitas terbaik, mulai dari Amerika Selatan, Australia (batu opal), Meksiko
Utara (batu pirus) dan daerah laut Baltik (amber). Keputusan tersebut didasari karena
tambang batu mulia dan semi mulia di Indonesia hingga kini masih menghasilkan
bebatuan yang berwarna kurang cerah dengan cutting yang tidak sebaik daerah-daerah
yang telah disebutkan sebelumnya.
115
Berdasarkan website utama Suarti collection, Desak Nyoman Suarti menyatakan beberapa
karakteristik umum yang hadir dalam desain desain perhiasannya. Karakteristik tersebut
dituturkan sebagai berikut :
1. Terdapat jiwa dalam setiap perhiasan (Taksu)
2. Berbeda dalam desain dan kualitas
3. Semua perhiasan yang ditawarkan oleh Suarti collection berasal dari desain
orisinal
4. semua perhiasan yang ditawarkan memiliki nilai estetis yang tinggi
5. Seluruh perhiasan kami menggunakan perak berkualitas tinggi dengan kadar 92,5
% perak
6. Suarti collection dilengkapi dengan tim pengontrolan kualitas yang baik6
Seperti masyarakat Bali yang menganut ajaran Hindu Dharma pada umumnya, Suarti
sangat menjunjung tinggi taksu hampir disetiap sendi kehidupannya. Taksu inilah yang
berusaha dia masukkan dalam setiap perhiasannya.7 Taksu sendiri dalam konsep Hindu
dharma merupakan sebuah pemahaman bahwa segala sesuatu memiliki energi dan jiwa.
Upaya menghidupkan taksu dalam setiap perhiasan salah satunya dilakukan dengan
mempertahankan proses pembuatan perhiasan secara manual dengan sistem vendor-
vendor (roda berjalan) sehingga terjadi pemasukan emosi dari pengrajin dengan perhiasan
itu sendiri.
Berdasarkan kutipan dari leaflet Suarti: Reflecting the Balinese Culture to All the World,
Desak Nyoman Suarti menyatakan bahwa beberapa karakteristik yang menonjol pada
desain perhiasannya sebagai berikut :
“My designs are definitely influenced by dance.” She said. “They have fluidity and a great deal of movement” “ Desain (pehiasan) saya benar-benar mendapat pengaruh dari tarian.” Katanya. “desain-desain tersebut memiliki kelenturan dan gerak”
Suarti yang pertama kali berinteraksi dengan dunia seni melalui tarian tradisional Bali.
Hal tersebut menyebabkan banyak unsur-unsur tarian tradisional Bali seperti gerak,
6 www.suarti.com ( 10 Juli 2007) 7 www.suarti.com/home (22 September 2007)
116
pengulangan, kesan dinamis, hidup, transenden, tegas dan ekspresif baik secara sadar
maupun tidak sadar termanifestasi dalam desain perhiasan Suarti. Teknik-teknik
pembuatan perhiasan Suarti yang sebagian besar dikerjakan secara konvensional juga
kerap menghadirkan ragam hias-ragam hias Bali seperti bun dan jawan yang dipertegas
dengan aplikasi pewarnaan oksidasi untuk menambah bobot visual perhiasan.8
Pola lain yang kerap diaplikasikan Suarti pada perhiasannya adalah pola anyaman. Bagian
ujung setiap helai perak tersebut terjalin dengan sangat lentur dan desain yang ergonomis
sehingga ramah dengan gerak tubuh. Inilah perpaduan sempurna antara kecintaannya
pada perhiasan, budaya dan tarian. Pola yang sebelumnya digunakan untuk membuat
pelbagai peralatan rumah tangga dengan material daun pelepah pisang atau rotan ini oleh
Desak Nyoman Suarti diterjemahkan dalam material perak. Hasilnya adalah perhiasan
yang menghadirkan kesan kokoh dan tegas namun memiliki kelenturan dan fleksibilitas
yang tinggi. Sifat material dan karakteristik yang dihasilkan pola anyaman ini dapat hadir
dengan maksimal ketika diaplikasikan pada gelang, sehingga Suarti banyak memproduksi
gelang dengan pola anyaman.9
Gambar III.8. Beberapa karya perhiasan suarti berupa tulang naga kotak (square snake
chain), Borobudur (byzantine chain) dan penggayaan Anyaman. Sumber : Reflecting the Balinese Culture to All Around The World
Untuk penggayaan rantai kalung, jenis rantai kalung yang selama ini menarik perhatian
besar Suarti adalah tulang naga. Jenis rantai yang dalam dunia internasional umum
dikenal dengan istilah snake chain ini dalam mitologi Hindu Dharma merupakan tulang
dari ular berkepala naga, sebuah simbol dari kekuatan supernatural yang bersifat
8 Berdasarkan wawancara dengan Febry, salah seorang desainer perhiasan Suarti collection. Febry adalah lulusan dari Institut Teknologi Bandung dengan mata kuliah mayor Seni Lukis. 9 Berdasarkan wawancara nonformal dengan Desak Nyoman Suarti pada bulan Januari 2007
117
transenden.10 Naga sebagai lambang kekuatan dunia atas selanjutnya melahirkan
kepercayaan pada masyarakat pramoderen Bali bahwa ketika mengenakan rantai kalung
ini, berarti si pemakai memperoleh kekuatan dari dunia atas.
Gambar III.9. Pelbagai penggayaan anyaman
1. Pengaplikasian anyaman sebagai ornamen pada bagian tengah pendant kalung
2. Pengaplikasian teknik anyaman pada anting tusuk secara keseluruhan dengan penggayaan pilin
3. Gelang tangan (bracelet) yang memanfaatkan sifat elastis yang dihasilkan dari teknik anyaman
4. Gelang tangan besar (bangle) yangmencekung pada bagian tengahnya sehingga menampilkan kesan feminin dan melembut untuk mengimbangi kesan tegas, masif dan kokoh yang lahir dari pengaplikasian teknik anyaman pada seluruh permukaan gelang
5. Pengaplikasian teknik anyaman pada material benang berwarna hitam. Material benang menghadirkan kesan lemtur dan lembut namun dipertegas dengan pemilihan warna dengan intensitas tinggi. Material perak diaplikasikan pada bagian pinggir gelang dengan fokus utama pada bagian pinggir gelang
Sumber: Penulis dari pelbagai sumber
10 Berdasarkan kutipan dari leaflet Suarti: Reflecting the Balinese Culture to All the World halaman 4
118
Pada tahun 2007, teknik anyaman tersebut tidak hanya diaplikasikan pada material perak
yang secara keseluruhan visual menampilkan kesan kokoh namun lentur, namun juga
diterapkan pada material benang yang dianyam dengan pilihan warna berintensitas tinggi
seperti hitam dan merah. Anyaman benang tersebut diaplikasikan pada sebagian
permukaan gelang dengan ornamen perak dipinggirannya sehingga menghasilkan
kesatuan antara kelembutan yang lahir dari pengaplikasian anyaman benang dan
ketegasan yang lahir dari kemasifan material perak dipinggirannya.
Suarti dalam menghasilkan rancangan perhiasannya secara khusus dan menjalankan
bisnis perusahaannya secara umum lebih menempatkan diri sebagai seorang seniman.11
Keputusan penempatan diri sebagai seniman ini mempengaruhi seluruh konstruksi yang
terbangun dalam tubuh Suarti collection. Proses kreasinya lebih banyak didorong oleh
pengalaman personal yang impulsif dan spontan dibandingkan perencanaan rancangan
secara terstruktur dan komprehensif.
3.2 Biografi Runi Palar dan Perusahaan Perhiasan Peraknya
3.2.1 Latar Belakang Runi Palar
Setjowaruni Kumala atau umum dikenal dengan nama Runi Palar lahir di Pujokusuman,
Yogyakarta pada tanggal 26 Mei 1946. Ia merupakan putri dari pasangan R.S.
Tjokrosoeroso (almarhum) kelahiran Yogyakarta dan istri keduanya, Raden Ngt.
Sumiyati Soenandar kelahiran Surabaya.12 Ayahnya adalah seorang kriawan perak
keraton Yogyakarta pertama yang melakukan workshop keahlian perak bakar yang
merupakan karakteristik dari perhiasan Kotagede, Yogyakarta di San Fransisco, Amerika
Serikat selama 14 bulan yaitu pada tahun 1948-1949.13 Meskipun Runi berasal dari
keluarga kriawan perak, kecintaannya terhadap perhiasan dan perak tidak langsung dapat
tersalurkan. Hal tersebut berkaitan dengan norma dan tradisi masyarakat Jawa yang
beranggapan bahwa perempuan berunsur dingin dan lembut sedangkan logam bersifat
panas sehingga berazaskan lelaki.14
11 Berdasarkan wawancara dengan Desak Nyoman Suarti pada bulan Januari 2007 di gerai Suarti collection, Celuk, Bali 12 http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/r/runi-palar/index.shtml tanggal 16 September 2007 13 ibid 14 Masyarakat tradisional Yogyakarta, Jawa Tengah yang dekat dengan pemerintahan keraton adalah masyarakat yang menganut pola lima dan berkembang menjadi pola sembilan. Seperti yang telah dituturkan
119
Bakat seni dalam diri Runi telah terasah sejak dia masih kecil melalui seni tari Jawa
Klasik yang dibimbing langsung oleh Kanjeng Gusti Pangeran Hario Tedjokusumo saat
Runi masih berusia sembilan tahun. Ketika Pangeran Tedjokusumo mendapat
penghargaan Wijayakusuma untuk penciptaan seni tinggi dari Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Pangeran Tedjokusumo berinisiatif untuk membuat drama tari
Wijayakusuma dengan Runi sebagai tokoh utamanya.15 Perjalanan karir Runi Palar
sebagai penari Jawa klasik berlanjut hingga taraf internasional sebagai perwakilan
Indonesia dalam upaya memperkenalkan kekayaan budaya lokal pada dunia. Salah satu
tempat yang dikunjunginya adalah New York pada tahun 1964. Disanalah Runi bertemu
Adrian Palar, seorang desainer Interior FSRD ITB lulusan tahun 1966 yang sedang
berpameran di World Trade Expo tempat Runi menari. Dikemudian hari Runi menikah
dengan lelaki yang lahir di Minahasa pada tanggal 14 November 1936 ini dan mendirikan
perusahaan perhiasan perak dan tekstil dibawah bendera CV. RUNA.
Gambar III.10. Potret diri Runi Palar
Sumber: http://www.tokohindonesia.com (22 September 2007)
Meskipun bakat seninya telah tersalurkan melalui seni tari, kecintaan Runi terhadap perak
tidak kunjung padam. Minatnya pada pembuatan perak tersalurkan saat dia memasuki
Sekolah Teknologi Menengah Atas (SMTA) Yogyakarta. Selanjutnya pada tahun 1964
Runi mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Tekstil (ITT) Bandung program studi
Kriya Tekstil, namun hanya selama dua tahun karena terbentur dengan aktivitasnya yang
pada bab sebelumnya bahwa masyarakat pola lima dan sembilan adalah pengembangan dari pola 3. Pola tiga menyadari bahwa dunia ini terdiri dari dua entitas yang saling bertentangan yang melahirkan entitas ketiga dari harmonisasi antara keduanya. Pemahaman bahwa proses pengolahan logam berunsur panas melahirkan pemahaman bahwa logam berazaskan lelaki sehingga seorang perempuan tabu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Seorang perempuan yang berunsur lembut dan dingin biasanya bertugas untuk membatik, menenun, membuat gerabah dan sesajen dalam masyarakat tradisional pola lima. Dikemudian hari karena tangan perempuan sangat terampil dalam mengerjakan hiasan detail, perempuan juga turut andil dalam pengerjaan perhiasan logam. 15 www.kompas.com dalam artikel yang berjudul menari di atas perak (16 september 2007)
120
padat sebagai penari tradisional berskala internasional. Meski hanya sempat mengenyam
pendidikan formal kuliah selama dua tahun, melalui institusi inilah pemahaman akan
konstruksi seni rupa moderen mulai terbangun dalam diri Runi.
3.2.2 CV. RUNA
CV. Runa memiliki dua buah anak perusahaan yang bergerak dibidang perhiasan dan
tekstil. RUNA Jewelry lebih mengkhususkan dirinya dibidang perhiasan sedangkan Kirta
Kaloka lebih memfokuskan diri dalam menghasilkan tekstil, terutama batik yang
diaplikasikan pada material sutera. Di bawah ini akan dipaparkan perihal dua anak
perusahaan tersebut.
3.2.2.1 Kirta Kaloka
Kirta Kaloka adalah anak perusahaan yang berdiri pada tahun 1996 oleh kedua orang
anaknya yaitu Alvin Daniel Dipodi dan Xenia Tadjiati Palar. Anak perusahaan CV.
RUNA yang bergerak dibidang tekstil Indonesia ini disamping mendesain dan membuat
busana batik eksklusif dan tekstil rumah tangga dengan logo “KIRITA Batik”, Kirta
Kaloka juga membuat perhiasan yang terbuat dari material non logam mulia seperti kayu,
manik, kulit, keramik, dan kuningan sebagai beberapa contohnya. Sekarang ini Kirta
Kaloka memiliki dua gerai di Nusa Dua dan Sanur, namun karena padatnya aktifitas di
RUNA Jewelry menyebabkan tertundanya pengembangan lebih lanjut anak perusahaan
ini.
3.2.2.2 RUNA Jewelry
Setahun setelah menikah dengan Adriaan Palar pada tanggal 29 Oktober 1967, Runi
memulai bisnis perhiasannya disamping bisnis perancangan busana dan batik. Berawal
dari kegemaran merancang busana dan menciptakan perhiasan logam yang
disosialisasikan dengan mengikuti pelbagai peragaan busana serta pameran kerajinan
tangan dan perhiasan, Runi Palar dan Adriaan Palar akhirnya memutuskan untuk
berkonsentrasi pada bisnis tersebut dengan mendirikan CV. RUNA di Bandung dan
RUNA Jewelry sebagai anak perusahaan yang khusus bergerak di bidang perhiasan pada
121
tanggal 26 Mei 1976. Istilah RUNA berasal dari penggabungan kedua nama mereka, yaitu
Setjowaruni Kumala dan Adriaan Palar.
Gambar III.11. Logo RUNA Jewelry
Sumber: www.runa-Jewelry.com (16 September 2007)
RUNA Jewelry adalah anak perusahaan yang bergerak dibidang Jewelry and metalware
dengan standar internasional, yaitu 9.25% perak murni atau umum dikenal dengan istilah
Sterling Silver dan kadar 18-22 karat untuk emas. Jenis Jewelry and Metalware yang
dihasilkan oleh RUNA Jewelry adalah perhiasan untuk lelaki dan perempuan berupa
cincin, kalung, anting, bros, penjepit dasi, gelang, sabuk, hiasan kepala yang seringkali
dihiasi dengan batu-batu mulia dan mutiara; hadiah seperti piala, miniatur benda kuno,
patung ataupun logo perusahaan serta kelengkapan peralatan makan (tableware) seperti
cangkir, sendok perak, garpu, piring perak ataupun kelengkapan untuk minum teh.16
Sebelum mendirikan CV. RUNA bersama suaminya pada tahun 1976, Runi dalam upaya
mempromosikan perhiasannya kerap mengikuti pelbagai pameran dalam kancah nasional
dan internasional. Tercatat pameran pertamanya pada tahun 1975 di gedung Merdeka,
Bandung yang dilanjutkan dengan pameran “Permata dan Perhiasan Indonesia” di Taman
Ismail Marzuki, Jakarta pada tahun yang sama. Di bawah ini akan dipaparkan pelbagai
pameran, baik dalam skala nasional dan internasional periode 1975 hingga kini dalam
bentuk tabel
16 http://www.99venus.net/indonesia/RUNA/collection.php yang diambil pada tanggal 16 september 2007
122
Tabel III.1. Pelbagai pameran yang telah diikuti RUNA Jewelry di taraf Nasional maupun Internasional Periode 1975-2003
Tahun Nasional Internasional
Gedung Merdeka, Bandung. 1975 “Permata & Perhiasan Indonesia”, Taman
Ismail Marzuki, Jakarta.
1977 “Salon de Vacances”, Bruxelles – Belgium “Comptoir Suiss” Lausanne, Switzerland 1979 “Selling Mission” to 6(six) West European Countries (Belgium; Holland; Italy; England; France; Germany), sponsored by ECC
1981 “Harz und Heidi Braunsweig”, Germany. 1982 “Galerie Fur Kunst Aus Sudost Asien”, Hamburg -
Germany. “Indonesische Sieraden” Tropen Musem, Amsterdam – Holland
1983 Istana Negara (State Palace), Jakarta.
“Utrecht Spring Fair” Beatrix Hall, Utrecht – Holland 1984 Istana Negara (State Palace), Jakarta. 1985 “The Second International Jewelry
Exhibition”, Flores Room, Hotel Borobudur, Jakarta.
Horten Department Store, Braunchweig – Germany (Pameran Tunggal RUNA di Department Store Horten)
World Craft Council Congress, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta
Istana Negara (State Palace), Jakarta. “Pameran Produksi Indonesia (P.P.I)”,
Jakarta Fair, Jakarta.
“Toronto Gift Fall Show”, Toronto - Canada 1986 “Vancouver Expo’86” Indonesian Pavillion, Vancouver – Canada.
Bali Room, Hotel Indonesia, Jakarta. “Paris Pret-a-Porter Feminine ‘87” Paris – France. Department of Small Industry, Jakarta.
1987
The Merchantile Club, BCA Bulding, Jakarta. Indonesian Pavillion, New York – USA.
Istana Negara (State Palace), Jakarta. “Utrecht Spring Fair ‘ 88” Utrecht – Holland. Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. “Paris Pret-a-Porter Feminine ‘88”Paris, France.
1988
Department of Small Industry, Jakarta “New York Pret ‘88, New York- USA “Inhorgenta Exhibition’89”, Muenchen – Germany “Asean Trade Fair ‘89”, Yokohama – Jepang
1989 “Pameran Produksi Ekspor (P.P.E.)”, Jakarta Fair, Jakarta.
“Trade & Industry Fair ‘ 89”, World Trade Center – Singapore.
“Craft & Interior III”, Jakarta “International Gift Fair ‘90”, Tokyo – Jepang. “Indonesian Craft Council III, Jakarta Oklahoma State Fair”, Oklahoma – USA “Shopper Delight, 19th Annual Convention – Indonesian Petroleum Association”, Sahid Jaya Hotel, Jakarta.
Hullen Mall and Hyatt Regency Hotel, Forthworth – USA
Istana Negara (State Palace), Jakarta “World Trade Center”, Dallas – USA.
1990
The Merchantile Club, BCA Building, Jakarta “Private Exhibition”, New York – USA. Istana Negara (State Palace), Jakarta. “Indonesian Festival” Metro Paragon – Singapore “Jakarta Festival’91”, Hotel Borobudur, Jakarta
“Indonesian Product Exhibition ‘93” Los Angeles – USA.
“Smart Consumer ‘93” Tokyo - Jepang
1991
“Twentieth Annual Convention, Indonesian Petroleum Association, Sahid Jaya Hotel, Jakarta
“Hongkong International Jewelry Fair ‘93”, Hongkong.
Le Meridian Hotel, Jakarta “Twenty-first Annual Convention, Indonesian Petroleum Association, Sahid Jaya Hotel, Jakarta. German Embassy, Jakarta.
1992
“Jadec’92” (Jakarta Design Center ’92), Jakarta.
“Tokyo International Gift Show ‘94” Tokyo – Jepang 1994 Sister City “Bandung – Braunchweig”, Braunchweig – Germany.
1996 “World Fashion Trade Fair ‘96”, Osaka – Jepang
123
Tabel III.1. Pelbagai pameran yang telah diikuti RUNA Jewelry di taraf Nasional maupun Internasional Periode 1975-2003 (lanjutan)
Tahun Nasional Internasional
Women’s International Club Bazaar Christmas Bazaar German Embassy, Jakarta“KIDI Exhibition”, Jakarta.
“Paris, Java, Bali Exhibition” Le Bon Marche Department Store, Paris – France (1997)
“Tokyo International Gift Show ‘97”,Tokyo – Jepang (1997)
1992- 1998
“Dynamic Asia 1998”, Osaka - Jepang DEPERINDAG, Jakarta “Tokyo International Gift Fair ‘99”, Tokyo – Jepang German Embassy, Jakarta “Osaka International Gift Fair”, Osaka – Jepang. W.I.C Bazaar, Jakarta “Shimizu Exhibition”, Jepang.
“Fukuoka Gift Show”, Fukuoka - Jepang
1999
“Indonesian Handicraft”, Kobe – Jepang
DEPERINDAG, Jakarta “Asian Ladies Exhibition 2000”, Hotel ANA, Tokyo-Jepang (Pembukaan Pameran dilakukan oleh keluarga kekaisaran Jepang : The Excellency Princess Hitachi Nomiya)
2000
“Art Fair ITB”, Bandung “Asian Fair 2000” Fujisaki Department Store, Sendai City – Jepang
German Embassy, Jakarta “Asian Fair 2000” Isetan Department Store, Matsudo - Jepang.
“Bali Fashion Week”, Nusa Dua, Bali “Fascinating Jewelry 2000” Bunkamura Gallery, Tokyu Department Store, Tokyo – Jepang
“International Jewelry Exhibition”, Surabaya.
“Sister City’s Program & the 3rd Conference of INAP International Network of Affiliated Ports, Kochi – Jepang Charity Event “International Ikebana Exhibition 2000”, Prince Hotel, Tokyo–Jepang (Pembukaan Pameran dilakukan oleh The Excellency Princess Mikasa Nomiya) “Asian Fair 2000” Fujisaki Department Store, Sendai City – Jepang
“Asian Fair 2000” Okinawa Ryubo Department Store, Okinawa – Jepang. “Asian Fair 2001” Fujisaki Department Store, Miyagi, Sendai City – Jepang “Asian Fair 2001” Tokyu Department Store, Shibuya, Tokyo – Jepang “Asian Fair 2001” Fukuya Department Store, Hiroshima – Jepang “Asian Fair 2001” Isetan Department Store Matsudo, Chiba – Jepang. “Fascinating Jewelry 2001”Bunkamaru Gallery, Tokyu Department Store, Tokyo – Jepang
2001 “Bali Fashion Week”, Grand Bali Beach Hotel, Sanur, Bali
“World O-Cha (Tea) Festival 2001”,Shizuoka Jepang tanggal October 5 – 8, 2001 26 Maret – 1 April , 2002,“Asian Fair 2002” Iyotetsu Takashimaya Department Store, Matsuyama – Jepang 19 – 24, April 2002 “Asian Fair 2002” Fujisaki Department Store Miyagi, Sendai City – Jepang 24 April , 2002, “Asian Ladies Charity Exhibition” Hotel ANA, Tokyo – Jepang (Pembukaan Pameran dilakukan oleh keluarga kekaisaran Jepang: The Excellency Princess Hitachi Nomiya) 29 Mei – 5 Juni, 2002, “Asian Fair 2002” Tokyu Department Store Shibuya, Tokyo – Jepang 28 Juni – 3 Juli, 2002“Asian Fair 2002” Fukuya Department Store, Hiroshima – Jepang
2002
27 Juni – 2 Juli, 2002 “Solo Exhibition 2002 - RUNA Jewelry & KIRITA Batik”1st Floor Fukuya Department Store, Hiroshima – Jepang.
124
Tabel III.1. Pelbagai pameran yang telah diikuti RUNA Jewelry di taraf Nasional maupun Internasional Periode 1975-2003 (lanjutan)
Tahun Nasional Internasional
24 – 30 Juli , 2002 “Asian Fair 2002” Isetan Department Store Matsudo, Chiba – Jepang 15 – 20, 2002 “Fascinating Jewelry” Bunkamura Gallery, Tokyu Department Store Shibuya, Tokyo
2002
22 – 27 Agustus, 2002 “Asian Fair 2002” Daimaru Department Store Kochi – Jepang 17-25 Desember 2003 “Christmas Sale Exhibition” lantai I, main store, Mitsukoshi Nihonbashi, Tokyo – Jepang March 15 - 18, " Asian Fair 2003" Saikaya Departement Store, Kanagawa - Jepang. April 2 - 9, " Asian Fair 2003" Iyotetsu Takashimaya, Matsuyama - Jepang. April 18 - 23, " Asian Fair 2003" Fujisaki Departemen Store, Sendai - Jepang. May 1 - 7, " Asian Fair 2003" Shibuya Departement Store, Tokyo - Jepang. May 8 - 13, " Asian Fair 2003" Isetan DepartementStore, Fuchu - Jepang May 15 - 27, RUNA & Indonesian craft Exhibition, Isetan Departement Store Shinjuku - Jepang. June 6 - 13, " Asian Fair 2003" Keio Departement Store, Tokyo - Jepang June 19 - 24, " Asian Fair 2003" Fukuya Departement Store, Hiroshima - Jepang. June 26 - July 2, RUNA solo Exhibition, Fukuya Departement Store, Hiroshima - Jepang. July 23 - 29, " Asian Fair 2003" Fujisawa, Kanagawa - Jepang. July 31 - August 5, " Asian Fair 2003" Isetan Departement Store, Matsudo - Jepang. August 6 - 12, " Asian Fair 2003" Isetan Departement Store, Fuchu - Jepang August 14 - 20, RUNA solo exhibition, Bunkamura gallery - Jepang. August 14 - 19, " Asian Fair 2003" Daimaru Departement Store, Kochi - Jepang. August 21 - 26, " Asian Fair 2003" Isetan Departement Store, Kichioji - Jepang.
2003
Sept. 1 - 5, " Asian Fair 2003" Maruzen, Akasaka - Jepang Jan. 19 - 27 “Asian Fair” Isetan Departement Store, Tachikawa - Jepang. Feb. 16 - 29 “RUNA solo Exhibition” KEI Gallery, Atsugi - Jepang. April 12 - 13 “Indonesian Product Exhibition” Kedutaan Besar R.I., Tokyo - Jepang. April 16 - 17 “Indonesian Product Exhibition” Konsulat Jendral R.I., Osaka - Jepang. April 16 - 21 “Asian Fair” Fujisaki Departement Store,Sendai - Jepang.
2004
April 12 - 16 “Asian Fair” Isetan Departement Store, Fuchu - Jepang.
125
Tabel III.1. Pelbagai pameran yang telah diikuti RUNA Jewelry di taraf Nasional maupun Internasional Periode 1975-2003 (lanjutan)
Tahun Nasional Internasional
May 6 - 11 “RUNA solo Exhibition” Keio Dept Store, Shinjuku, Tokyo - Jepang. May 9 - June 1 “RUNA solo Exhibition” Isetan Dept. Store Shinjuku, Tokyo - Jepang.
June 3 - 8 “Asian Fair” Isetan Departement Store Shizuoka - Jepang. June 3 - 9 “World Accessory Fair” Keio Dept Store Shinjuku, Tokyo - Jepang. June 8 - 14 “RUNA solo Exhibition” PrinTemp Dept Store, Ginza, Tokyo - Jepang. June 17 - 22 “Asian Fair” Fukuya Departement Store Hiroshima - Jepang. June 24 - 30 “RUNA solo Exhibition” Fukuya Dept Store Hiroshima - Jepang. July 12 - 16 “RUNA solo Exhibition” Maruzen Akasaka, Tokyo - Jepang. July 12 - 20 “RUNA solo Exhibition” Isetan Dept Store Tachikawa, Tokyo - Jepang. July 21 - 27 “Asian Fair” Fujisawa Departement Store, Saikaya - Jepang. July 28 - Aug. 3 Hankyu Departement Store, Takarazuka - Jepang. August 5 - 11 “Fascinating Jewelry” Bunkamura Gallery, Shibuya, Tokyo - Jepang August 11 - 16 “Asian Fair” Isetan Departement Store Shinjuku, Tokyo - Jepang. Sept. 13 - 19 “RUNA Exhibition” Hotel La Foret, Shinagawa - Jepang. Sept. 28 - 3 “Indonesian Night” at Indonesian Embassy, Washington DC,U.S.A. Oct. 13 - 26 “RUNA solo Exhibition” Isetan Dept Store Shinjuku, Tokyo - Jepang. Nov. 3 - 7 “World Ocha Events” Shizuoka - Jepang Nov. 19 - 25 “RUNA solo Exhibition” Mitsukoshi Dept Store Ebisu - Jepang. Nov. 25 - Dec. 1 “RUNA solo Exhibition” Keio Dept. Store Shinjuku, Tokyo - Jepang. Dec. 9 - 18 “RUNA solo Exhibition” KEI Gallery. Dec. 6 - 12 “RUNA solo Exhibition” KURO Gallery, Osaka - Jepang
2004
Dec. 8 - 14 “Asian Fair” Saikaya Departement Store, Jepang.Jan. 19 - 25 “RUNA Solo Exhibition” Isetan Tachikawa - Jepang. Feb. 3 - 4 “Indonesian Festival” Nagoya Int. Center, Nagoya - Jepang. March 4 - 9 “Asian Fair” Fujisaki Dept. Store, Sendai - Jepang. - March 11 - 26 “Yogya Silver - New Javanese Art”, Tropen Museum, Amsterdam - Holland (Will be display until January 8, 2006). March 15 - 21 Gallery Mitsukoshi Nihonbashi, Tokyo - Jepang. March 23 - 25 Store Promotion Matsuzakaya, Nagoya - Jepang. April 13 - 18 1st floor Tokyu Dept. Store Kohoku, Tokyo - Jepang.
2005
April 16 - 27 “RUNA solo Exhibition” Washington DC & New York - U.S.A.
126
Tabel III.1. Pelbagai pameran yang telah diikuti RUNA Jewelry di taraf Nasional maupun Internasional Periode 1975-2003 (lanjutan)
Tahun Nasional Internasional
April 26 “Indonesian Festival” ANA Hotel, Tokyo - Jepang. May 19 - 31 “RUNA Solo Exhibition”, Isetan Dept. Store Shinjuku, Tokyo - Jepang. June 3 - 5 “Indonesian Handicraft” Quest Hall, Harajuku - Jepang. June 1 - 6 “Asian Fair “ Meitetsu Department Store, Nagoya - Jepang. June 9 - 16 “Asian Fair” Fukuya Department Store, Hiroshima - Jepang. July 12 - 19 “Runa Solo Exhibition, Isetan Tachikawa - Jepang. July 20 - 25 “Asian Exhibition” Takashimaya Dept. Store, Yokohama -Jepang. July 27 - Aug. 1 Takashimaya Dept. Store, Nihonbashi, Tokyo - Jepang. July 28 - Aug. 2 “Asian Fair” Saikaya Department Store, Fujisawa - Jepang. Aug. 4 - 10 “Fascinating Jewelry”, Tokyu Bunkamura, Shibuya, Tokyo - Jepang. Aug. 19 - 23 WEDEX, Seoul, Korea Aug. 25 Hyatt Regency, Seoul, Korea Sept. 8 - 19 Kei Gallery, Atsugi, Jepang Sept. 12 - 17 Tokyu Dept. Store, Kichijoji - Jepang Oct 12 - 25 “RUNA solo Exhibition” Isetan Dept Store Shinjuku, Tokyo - Jepang. Nov. 22 - 20 Nishinjin, Kyoto - Jepang Nov. 16 - 23 “RUNA solo Exhibition” Keio Dept Store Shinjuku, Tokyo - Jepang.
2005
Nov. 18 - 25 Mitsukoshi Ebisu, Tokyo - JepangDec. 7 - 13 Saikaya Dept. Store, Fujisawa, Jepang Jan. 17 - 24 “RUNA Solo Exhibition” Isetan Dept. Store Tachikawa - Jepang. Jan. 17 - 24 “RUNA Solo Exhibition” Isetan Dept. Store Tachikawa - Jepang. Feb. 1 - 8 “RUNA Exhibition” KEI Gallery Hon Atsugi - Jepang. March 7 - 14 “RUNA Solo Exhibition” Isetan Dept. Store Sagamihara - Jepang. Entrance Floor. *April 26 Represent Indonesian Embassy’s booth at “Asia Pasific Ladies Meeting”, ANA Hotel, Tokyo - Jepang. April 26 - 1 May “Asia Fair” Kounandai Takashimaya 1st Floor.** May 3 - 8 “Asian Fair” Daimaru Dept. Store, Kochi - Jepang. May 3 - 8 “Asia Fair” Entetsu Dept. Store, Hamamatsu - Jepang. May 10 - 11 “Absolutely Fabulous” Raffles Hall - Singapore. May 24 - June 6 “RUNA solo Exhibition” Isetan Dept Store Shinjuku, Tokyo - Jepang June 9 - 14 “Asian Fair” Fujisaki Dept Store, Sendai - Jepang June 14 - 20 “Runa Solo Exhibition” Isetan Tachikawa - Jepang. June 22 - 27 “Asian Fair” Fukuya Dept Store, Hiroshima - Jepang. June 29 - July 2 “International Jewelry & Watch Fair” Seoul - South Korea July 12 - 17 “Asian Handicrat Fair” Takashimaya Dept. Store, Yokohama - Jepang. 8th Floor. July 19 - 25 “Runa Solo Exhibition” Takashimaya Dept. Store, Yokohama - Jepang. 1st Floor July 26 - Aug. 1 “Asian Fair” Saikaya Department Store, Fujisawa - Jepang. Aug. 2 - 7 “Runa Exhibition” Takashimaya Dept. Store, Nihonbashi- Jepang
2006 Feb. 15 - March 15 “Yogya Silver - New Javanese Art” Erasmus Huis, Holland Embassy, Jakarta - Indonesia
Sept. 6 - 7 “Absolutely Fabulous” Raffles Hall - Singapore.
127
Panjangnya daftar pameran yang telah diikuti oleh Runi Palar setidaknya
mengindikasikan beberapa hal. Pertama adalah konsistensi dan produktivitasnya yang
tinggi dalam berkarya dan memperkenalkan produknya pada sasaran konsumennya.
Langkah pemasaran awal dilakukan dengan terlebih dahulu mengenalkan produknya di
dalam negeri melalui pameran di Gedung Merdeka, Bandung dan TMII pada tahun 1975.
Agaknya Runi memahami bahwa konsumen Indonesia pada periode 1970-an lebih
tertarik dengan barang-barang impor dan peminat desain perhiasannya lebih banyak di
luar negeri, sehingga Runi juga mengimbanginya dengan pengenalan produk melalui
pelbagai pameran Internasional di negara-negara Eropa untuk mendapatkan pengakuan
dunia. Usaha mendapat pengakuan di negara-negara Eropa ini juga dilatarbelakangi
karena selama ini negara-negara Eropa seperti Itali, Prancis dan negara-negara Eropa
lainnya telah dikenal sebagai pusat seni, mode, desain dan perhiasan.
Kesadaran tersebut juga termanifestasi pada karya Runi periode 1970an yang kental
dengan garis-garis formalis, konstruktif dan abstraksi yang kala itu memang mulai
memiliki pasar tersendiri di Indonesia dan telah umum di dunia Internasional sebagai
dampak dari berkembangnya seni moderen. Barulah pada tahun 1983 Runi berpameran di
Istana Negara Indonesia dan selanjutnya dikenal sebagai desainer perhiasan Negara pada
masa Orde Baru. Disamping itu, melalui serangkaian pameran tersebut tampak pula
kesadaran Runi bahwa diperlukan pengenalan secara berkelanjutan di setiap negara yang
pernah memamerkan karya-karyanya agar membekas dibenak konsumen.
Sejak awal berkarir dibidang perhiasan, Runi memiliki keinginan untuk menembus pasar
Jepang yang terkenal sangat sulit untuk ditembus.17 Upaya tersebut telah dirintisnya sejak
tahun 1972 dengan mengirimkan karya perhiasannya ke Jepang. Pameran pertamanya di
Jepang adalah “Asean Trade Fair’89” di Yokohama. Selanjutnya pada periode 1989-
1997, Runi secara berkesinambungan berpameran di Jepang sekali dalam setiap tahunnya.
Sejak tahun 1999 Runi mulai berkonsentrasi untuk pasar Jepang. Tercatat pada tahun
1999 Runi melakukan pameran di Jepang sebanyak 5 kali, tahun 2000 sebanyak 8 kali,
dan meningkat menjadi 10 hingga 17 kali setiap tahunnya pada tahun-tahun berikutnya.
Pada Pameran Asia Pasific Ladies Meeting di Tokyo pertengahan Mei 2001, hasil karya
17 http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/19/persona/2517603.htm (dalam artikel yang berjudul “ Runi Palar Menari di atas Perak” yang terbit pada tanggal 19 Maret 2006 dan diambil pada tanggal 16 september 2007. Data Penulis artikel tidak dicantumkan)
128
Runi dibeli oleh Putri Hanako Hitachi, salah seorang anggota keluarga kekaisaran Jepang
yang sekaligus pembuka pameran tersebut secara resmi. Kenyataan ini menegaskan
mapannya posisi RUNA Jewelry di pasar Jepang dengan sasaran konsumen masyarakat
kelas menengah ke atas.18 Dalam wawancaranya yang diterbitkan di surat kabar harian
kompas, ketika ditanyakan perihal kiat sukses membuka pasar di Jepang, Runi
menuturkan sebagai berikut :
“Perlu relasi jangka panjang. Mereka memang berjenjang dalam mengambil keputusan, karenanya jangan terlalu memaksakan. Kita mesti berteman, tetapi tetap konsisten dan fokus pada produk kita. Perlahan-lahan mereka akan percaya dan kalau sudah percaya tidak mau lepas lagi lalu membuka tawaran untuk ini-itu. Kadang-kadang malah saya yang minta pelan-pelan karena ingin fokus.“19
Padatnya pameran baik di dalam maupun diluar negeri tidak lantas membuatnya merasa
puas dan berhenti belajar. Tercatat dalam http://www.officepromosi.com/RUNA/cv.htm
yang diambil pada tanggal 27 September 2007, sedikitnya Runi mengikuti 8 kali studi
Banding20 dan dua kali mengikuti praktek kerja di luar negeri21. Hal tersebut menandakan
bahwa Runi selalu menjaga kualitas perhiasan baik dari segi mutu dan teknis pengerjaan
maupun dari segi pengembangan desain secara terus-menerus.
Selain aktif turut serta dalam pelbagai pameran, studi banding dan kerja praktek, Runi
juga ikut serta dalam organisasi sosial seperti Women’s International Club (WIC) dan
organisasi-organisasi profesi, baik sebagai anggota biasa maupun sebagai pengurus.22
Melalui organisasi-organisasi ini, selain Runi berusaha mengukuhkan perusahaannya di
18 ibid 19 ibid 20 Tahun 1998 Runi mengikuti studi banding di Kuala Lumpur, Malaysia, Bangkok (Thailand), Tokyo (Jepang), Hongkong, Taipei (Taiwan), Arezzo & Vicenza (Italia) dan Paris (Perancis). Selanjutnya pada bulan Juni tahun 2001 Runi kembali melakukan studi banding di Vicenza-Oro, Italia atas undangan World Gold Council International (Pameran dan Seminar tentang Perhiasan Emas) 21 Praktek kerja pertama pada bulan September 1982 di London dan Scotlandia, Inggris dengan materi teknik desain dan Casting. Selain itu Runi pada bulan Maret 1996 melngikuti kursus Teknik Kerajinan yang Eksklusif di Kyoto, Jepang (sumber : http://www.officepromosi.com/runa/cv.htm yang diambil tanggal 16 September 2006) 22 Ibid. Runi terdaftar sebagai anggota biasa di Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional/Indonesian Craft Council), Bandung; Kadin (Kamar Dagang Indonesia/Indonesian Chambers of Commerce), Bandung; HIMPI (Indonesian Craft Association for Small Scale Industry); ASEPHI (Indonesian Craft Exporter Association), American Craft Council, New York dan WIPI (Wanita Insan Pariwisata Indonesia), Jawa Barat serta menjadi pengurus di MBI (Indonesian Society of Gemstone), Bandung; Dewan Penyantun Yayasan Fashion Indonesia, Jakarta dan IPAPI (Indonesian Jewelry Designer Association), Jakarta selaku Ketua
129
pasar Nasional dan Internasional, dia juga menghimpun kekuatan dan menyediakan
wadah serta komunitas bersama bagi perusahaan perhiasan Indonesia agar mampu
bersaing dengan perusahaan perhiasan lain di luar negeri.
Kerja keras, dedikasi dan konsistensinya selam lebih dari 25 tahun melahirkan pelbagai
macam penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Penghargaan pertama yang
diperolehnya adalah The American Gold Star Award kategori kualitas perhiasan terbaik
dari Amerika yang diterimanya pada tahun 1986. Beberapa tahun kemudian penghargaan-
penghargaan lainnya berdatangan baik dari nasional maupun Internasional. Dibawah ini
dipaparkan pelbagai penghargaan yang telah diperoleh Runi dalam bentuk tabel :
Tabel III.2. Pelbagai penghargaan yang telah diterima Runi Palar dan RUNA Jewelry periode tahun 1986-2006
Tahun Penghargaan 1986 The American Gold Star Award kategori kualitas terbaik dari USA.1990 UPAKARTI dari Presiden Republik Indonesia1991 Penghargaan kewiraswastaan dari Club Internasional Rotary 1992 28 orang pebisnis terbaik dalam mengembangkan Indonesia dari Natakarsa1994 Penghargaan jasa dari WIPI (Indonesian Women in Travel) dibidang pengembangan kria
Indonesia untuk pariwisata
Penghargaan untuk Runi Palar sebagai desainer aksesoris busana terbaik diberikan oleh
Fashion Television (FTV) yang merupakan sebuah industri pertelevisian busana Paris.
FTV sebagai stasiun televisi mode yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan
tren dunia menegaskan kemapanan posisi RUNA Jewelry sebagai pelopor perhiasan
Indonesia dan pengakuan secara baik oleh dunia. Ketika itu, FTV menyelenggarakan
acara internasional berupa Bali Fashion Week in Bali pada bulan Mei 2001. Selain Runi
terdapat desainer-desainer lokal lain yang turut berpartisipasi dalam pameran ini.
Beberapa diantara desainer tersebut adalah Desak Nyoman Suarti yang juga merupakan
desainer perhiasan dan seorang perancang busana Adjie Notonegoro.
130
Gambar III.12. Karya-karya perhiasan perak RUNA Jewelry yang dipamerkan
pada Bali Fashion Week bulan Mei 2001 yang dikenakan oleh peraga. Sumber: www.balidiscovery.com/misc/ritz/page/runipalar (17 September 2007)
3.2.2.3 Teknik Pembuatan Perhiasan Perak di RUNA Jewelry
Produksi perhiasan RUNA Jewelry dilaksanakan di tiga tempat yaitu di bengkel-bengkel
di Bali, Bandung dan Yogyakarta sesuai dengan tersedianya pengrajin–pengrajin yang
menguasai teknik pengerjaan perhiasan yang khas di daerahnya. Berikut daerah
pengerjaan beserta spesifikasi teknik pembuatannya :
Tabel III.3. Bengkel Produksi RUNA Jewelry
Teknik Daerah
Granulasi Filigree (trap-trapan)
Pure Form (casting)
Stamping dan repousse
Pilin Benang Perak
Bali V Yogyakarta V V V
Bandung V V V
Teknik produksi RUNA dikerjakan di bengkel sendiri maupun dengan pengrajin
perhiasan yang dikerjakan di bengkelnya masing-masing, terutama dalam pembuatan
komponen-komponen perhiasan. Untuk tahap akhir berupa finishing dan pengontrolan
kualitas akhir dilakukan di bengkel RUNA yang terdapat di Bandung dan Bali.
Bebatuan mulia dan semi mulia didatangkan dari Hongkong (ametyst atau batu
kecubung), Cina dan India dengan alasan kerapihan dan kepresisian teknik pemotongan
batu sedangkan mutiara air budidaya dari perairan Indonesia dan Akoya.
131
3.2.3 Managemen RUNA Jewelry
RUNA Jewelry seperti sebagian besar perusahaan perhiasan logam mulia lainnya di
Indonesia juga merupakan perusahaan keluarga. CV RUNA yang berdiri pada tahun 1976
ini dipimpin sendiri oleh Runi Palar dengan suaminya Adriaan Palar sebagai komisaris.
Sejak sekitar tahun 1996 dua dari tiga anak mereka yaitu Alvin Daniel Dipodi Palar dan
Xenia Dani Tajiati Palar turut serta dalam usaha menggulirkan laju roda perusahaan,
sedangkan putri sulungnya yang bernama Miranda Risang Ayu Palar lebih tertarik
menggeluti bidang hukum dan jurnalistik23.
Pengambilan keputusan untuk mempekerjakan anggota keluarga sendiri dalam tubuh
perusahaan RUNA selain dilandasi pemikiran lebih eratnya perasaan memiliki juga
karena lebih besarnya keberanian dalam mengambil resiko dengan pemahaman bahwa
kunci sukses sebuah perusahaan adalah keberanian mengambil resiko bisnis setelah
sebelumnya menyusun langkah dan strategi yang matang. Menurutnya kondisi tersebut
lebih mungkin tercipta dengan mempekerjakan anggota keluarga sendiri dibanding
mempekerjakan manajer profesional yang umumnya bertindak terlalu hati-hati dan terlalu
banyak pertimbangan. Keunggulan lain dengan mempekerjakan anggota keluarga lainnya
adalah jaminan kerahasiaan perusahaan yang lebih terjaga. Berangkat dari kesadaran
tersebut, Runi berusaha mengelaborasikan sistem perusahaan keluarga dan
profesionalisme kerja. Untungnya, anak-anaknya yang sedari kecil telah bersentuhan
dengan seni dan budaya memiliki minat yang besar pada perhiasan dan tekstil.
23 Berdasarkan data yang diperoleh dari situs pribadi Miranda Risang Ayu Palar www.pojok kanayakan.com (22 September 2007), dia kini menjadi dosen fakultas hukum strata 1 Universitas Padjajaran, Bandung dan aktif menulis di beberapa surat kabar Indonesia seperti Pikiran Rakyat dan Republika. Selain itu putri sulung pasangan Runi dan Adriaan ini telah menerbitkan sedikitnya tiga buku yang bernuansa Islami. Denga latar belakang pendidikannya sebagai ahli hukum, Miranda membantu perusahaan RUNA dari segi hukum dan hak cipta.
132
Gambar III.13. Runi Palar beserta keluarga. Dari kiri ke kanan; Adriaan Palar,
Runi Palar, Alvin Palar, Miranda Palar dan Xenia Palar Sumber : www.runa-jewelry.com (22 September 2007)
Usaha mengelaborasikan profesionalisme dan sistem perusahaan keluarga salah satunya
tampak dari latar pendidikan formal Alvin Daniel Dipodi Palar dan Xenia Dani Tadjiati
Palar. Alvin Palar adalah sarjana seni lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan
dilanjutkan dengan mengikuti program S2 bidang magister managemen di Universitas
Padjajaran, Bandung, sedangkan adiknya Xenia Palar merupakan lulusan Fakultas Seni
Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB), jurusan Kriya Tekstil.
3.2.3.1 Pemasaran dan Managemen RUNA Jewelry
RUNA Jewelry dalam memasarkan karya-karyanya berusaha membidik sasaran
konsumen menengah ke atas. Dalam upayanya tersebut, RUNA Jewelry melakukan
penjualan dengan dua cara, yaitu penjualan satuan (retailer) dan penjualan dalam partai
besar (whole sale). Penjualan secara satuan dilakukan dengan membuka beberapa outlet
yang menyebar di beberapa hotel berbintang di Jakarta, Yogya dan Bali. Terdapat 8 toko
retail RUNA Jewelry di Bali24, satu di Hotel Shop Hyatt Regency dan satu toko retail di
Oktroi Plaza, Kemang Jakarta yang dijalankan dengan sistem profit sharing. Akhir bulan
Oktober 2007 lalu RUNA Jewelry mulai membuka gerainya di kawasan perbelanjaan
baru dengan sasaran konsumen masyarakat ekonomi atas yaitu Seibu, Grand Indonesia. 24 Beberapa toko retail tersebut adalah Grand Hyatt Bali, Nusa Dua Bali, SOGO Bali Collection Nusa Dua – Bali, Conrad Hotel & Spa, Tanjung Benoa, Bali, Village Art Space dan Griya Santrian di Sanur – Bali. Dikemudian hari, peristiwa bom Bali yang terjadi sekitar tahun 1998 dan pengeboman hotel JW Marriot, Jakarta menyebabkan pihak RUNA Jewelry secara perlahan-lahan menarik karya-karyanya di hotel-hotel terkemuka Indonesia.
133
Pemesanan perhiasan dalam partai besar dilakukan melalui dua cara, yaitu pemesanan
melalui email atau pemesanan langsung di kedua kantor CV. RUNA yang berdomisili di
Geger Kalong, Bandung dan Ubud, Bali.
3.2.3.2 Musem RUNA House of Design
RUNA House of Design berdiri pada tanggal 26 Mei 2001, bertepatan dengan umur
RUNA Jewelry yang ke 25 dan ulang tahun Runi Palar yang ke 55. Di atas tanah seluas
2.600 meter ini Runi mengabadikan karya-karyanya selama 25 tahun. Museum yang
berdomisili di Lot Tunduh, Ubud ini sekaligus merupakan tempat tinggal pasangan Runi
dan Adriaan palar selama di Indonesia.
Gambar III.14. Tampak depan museum yang akan menyimpan hasil karya Runi
yang bersejarah. Di bagian kanan museum terdapat bale bengong yaitu tempat untuk duduk melepas lelah. Sumber: www.kompas.com (22 September 2007) yang terbit pada tanggal 25 November 2001 oleh Isworo Laksmi
Gambar III.15. Interior RUNA House of Design, Ubud, Bali
Sumber: www.runa-jewelry.com (22 september 2007)
134
3.2.3.3 Struktur Organisasi dalam tubuh RUNA Jewelry
RUNA Jewelry seperti sebagian besar perusahaan perhiasan kecil menengah di Indonesia
merupakan perusahaan yang berbasis perusahaan keluarga. Bagan manajerial di bawah ini
menunjukkan posisi tertinggi dalam tubuh RUNA Jewelry tetap dipegang oleh Adriaan
Palar yang merupakan kepala rumah tangga. Ciri-ciri ini merupakan ciri yang umum
ditemui pada perusahaan keluarga. Selanjutnya Runi Palar menduduki posisi direktur
sedangkan anak lelakinya yaitu Alvin Palar menjabat sebagai manajer direksi.
Secara praktik lapangan, Adriaan palar lebih cenderung sebagai pengeksekusi keputusan
yang berhubungan dengan manajemen dan strategi pemasaran, sedangkan Runi Palar
lebih banyak mengambil keputusan dalam konteks regulasi desain dan tema desain dalam
kurun waktu tertentu. Xenia Tadjiati Palar yang dalam susunan bagan di bawah ini
menjabat sebagai kepala desain dalam praktiknya pun juga bertugas mengontrol jalannya
produksi bersama dengan Tantan Sutanto selaku kepala produksi.
Bagan III.3. Struktur Manajerial Runa Jewelry Sumber : Manajemen RUNA Jewelry
RUNA Jewelry memiliki lima orang desainer yaitu Adriaan Palar, Runi Palar, Xenia
Tadjiati Palar dan Alvin Daniel Dipodi Palar dan Iwan Gusniawan, yang juga merangkap
135
sebagai seorang drafter dan pengembang desain awal. Keempat desainer dengan empat
karakteristik yang berbeda menghasilkan desain perhiasan yang berbeda pula. Karakter
perhiasan rancangan Runi Palar akan dibahas secara lebih mendetail setelah sebelumnya
menganalisa karakteristik rancangan desainer perhiasan lainnya di CV. RUNA
Berdasarkan penuturan Xenia Tadjiati Palar, Adriaan palar yang memiliki latar belakang
pendidikan formal desain interior menampilkan garis-garis tegas dan konstruktif dalam
karya-karya perhiasannya yang dapat dilihat dari perkembangan desain pendant
kalungnya dengan tema dewi Sri. Pada periode 1970an karya pendant kalung perak dewi
Sri-nya menampilkan komposisi garis konstruktif yang tegas dengan permukaan perak
yang berkilau. Masih menurut Xenia Tadjiati Palar, positifnya tanggapan pasar dan
kecintaan Adriaan Palar pada tema ini menyebabkan tema dewi Sri ini didesain kembali
dengan pelbagai penggayaan yang berbeda. Dua Pendant bertema dewi Sri pada periode
selanjutnya secara struktur visual serupa hanya dengan sedikit penggayaan yang berbeda.
Dua karya pada periode selanjutnya ini menampilkan garis-garis yang lebih lentur
dibandingkan dengan karya sebelumnya. Pendant kalung bertemakan dewi Sri pada
periode selanjutnya menampilkan dominasi garis-garis organis dengan struktur yang
mengingatkan pada pohon hayat yang tumbuh subur dalam konsep kepercayaan Jawa dan
Bali.
136
Gambar III.16. Pelbagai penggayaan tema dewi Sri pada masyarakat pramoderen Indonesia (1-4) dan perkembangan karya Adriaan Palar dengan tema dewi Sri (5-8) 1-2 : Simbolisasi dewi Sri dalam bentuk janur sebagai bagian dari
perlengkapan ritual 3 : Dewi Sri dalam wayang kulit 4 :Loro Blonyo, dua buah patung lelaki (dewa Sadana atau Wisnu)
dan perempuan (dewi Sri atau Laksmi) yang duduk bersila yang umum diletakkan didepan tempat tidur pengantin
5 : Kalung pendant bertemakan dewi Sri pada periode awal 1970-an 6-7 : Kalung pendant bertemakan dewi Sri pada periode selanjutnya 8 : Kalung pendant bertemakan dewi Sri periode terakhir. Struktur
umum kalung ini mengingatkan pada pohon hayat yang merupakan pohon kehidupan dalam budaya Hindu-Jawa. Dewi sri sebagai dewi padi dan pohon hayat sebagai pohon kehidupan dalam konsep kepercayaan masyarakat bermata pencaharian utama bersawah dan berladang ini memungkinkan tampilnya kedua hal tersebut sebagai dua unsur yang sangat penting dan saling terkait satu sama lain.
Sumber: Penulis dari pelbagai sumber
Desainer RUNA Jewelry selanjutnya adalah Xenia Tadjiati Palar yang berlatar belakang
pendidikan tekstil di Institut Teknologi Bandung. Selain mendesain perhiasan, Xenia juga
aktif mendesain tekstil batik dengan material sutra di Kirta Kaloka dan bersama suaminya
memproduksi pelbagai macam aksesori yang dipasarkan melalui beberapa gerai indie
label di Bandung seperti 347 sebagai salah satu contohnya. Semangat zaman yang
berbeda dengan kedua orang tuanya melahirkan karya perhiasan yang lebih eksploratif
dalam hal material, tidak hanya sebatas bebatuan mulia, semi mulia dan mutiara. Salah
satu contohnya dapat dilihat dari pendant kalungnya yang mengaplikasikan material kayu
pada perak. Karya Xenia lainnya adalah kalung perak yang dibuatnya pada tahun 2007.
137
Gambar III.17. Kalung perak karya Xenia Tadjiati Palar (kalung) yang dikerjakan
dengan teknik repoussé dan Runi Palar (Pendant kalung emas) Sumber: www.IJT show management.com (22 September 2007)
Kalung yang rencananya akan dipasarkan pertama kali di pameran perhiasan Jepang
tahun 2008 ini tersusun dari sebuah motif yang dirangkai berulang sehingga
menghasilkan sebuah pola. Motif yang ditampilkan pada kalung perak ini terinspirasi dari
pendaran gelombang air memusat yang terjadi ketika setitik air jatuh di danau.
Pengulangan motif dengan ukuran yang sama secara kontinu pada kalung yang
diproduksi dengan teknik repoussé tersebut melahirkan sebuah penekanan disana.
Gambar III.18. Kalung perak karya Alvin Dipodi Palar
Sumber : www.venus99.net/runi/necklace (22 September 2007)
Desainer perhiasan lainnya adalah Alvin Dipodi Palar. Menurut Xenia Tadjiati Palar,
desain perhiasan Alvin Dipodi Palar cenderung sederhana, baik dalam bentuk,
penggunaan ornamen maupun aplikasi tekstur pada permukaan perhiasan logam. Contoh
karya perhiasan Alvin Dipodi Palar di bawah ini menampilkan garis-garis streamline
dengan pengayaan yang sederhana baik dari bentuk dasar yang digunakan, volume kalung
maupun permukaan tekstur perhiasan yang cenderung polos dan berkilau.
138
3.2.4 Karakteristik perhiasan Runi Palar
Perjalanan panjang Runi Palar dalam bidang desain perhiasan menunjukkan
perkembangan yang signifikan, baik dalam hal desain secara visual maupun kualitas
teknik pembuatan. Pada periode awal yaitu era 1970-an, perhiasan Runi menunjukkan
kecenderungan kearah moderen, seperti munculnya garis-garis streamline , penggayaan
abstrak, komposisi asimetris serta kesan ringan, simple dan elegan. Karakteristik ini dapat
dikatakan belum pernah muncul dari desainer perhiasan Indonesia yang ketika itu
didominasi oleh perhiasan yang penuh ornamen.25
Berdasarkan penuturan Xenia Tadjiati Palar dari wawancara yang dilakukan pada tanggal
1 November 2007, Runi Palar saat ini sedang sangat menyukai mutiara sebagai material
tambahan pada perhiasan peraknya. Mutiara yang sering dianggap sebagai representasi
dari kesehatan, kemurnian, kemakmuran, kebahagiaan dan keabadian ini merupakan
batuan organis dengan kilau pelbagai macam warna sesuai struktur lapisannya. Mutiara
yang sebelumnya sangat mahal dan jarang ini kini memenuhi pasar berkat hadirnya
teknologi pembuatan mutiara budidaya beberapa waktu silam.
Selain dari segi warna, masih menurut Xenia Tadjiati Palar ketertarikan Runi Palar pada
mutiara dikarenakan bentuknya yang alami,unik serta kilaunya yang lembut. Mutiara air
laut cenderung berbentuk bulat penuh dimana semakin besar ukurannya dan semakin
bulat sempurna bentuknya maka semakin mahal pula harga setiap satuannya. Disisi lain
mutiara air tawar memiliki bentuk lebih oval dan kurang beraturan sehingga bila
dikomposisikan akan menghasilkan perhiasan perak yang sangat unik secara keseluruhan.
Meskipun perhiasan perak lebih cenderung berada dalam konteks fine Jewelry, terdapat
beberapa acuan dasar yang diperoleh berdasarkan riset pasar dan pengalaman Runi Palar
di dunia perhiasan perak selama lebih dari 20 tahun. Berdasarkan penuturan Xenia
Tadjiati Palar, acuan dasar yang mempengaruhi proses Runi Palar dalam mendesain
sebuah perhiasan terkait dengan perubahan musim, tingkat umur serta jenis pekerjaan
yang digelutinya.
25 Yanni Rosalin Rachman. Perhiasan Indonesia Masa Kini. Skripsi sarjana strata I FSRD ITB, Bandung. 1977 halaman 30-35
139
Gambar III.19. Brosur karya RUNA Jewelry pada pameran perhiasan di ISETAN
Shinjyuku tanggal 24 Oktober hingga 9 November 2007. Periode ketika pameran ini berlangsung di Jepang sedang mengalami musim dingin. Sumber: Manajemen RUNA Jewelry
Contohnya ketika musim panas konsumen RUNA Jewelry di Jepang lebih cenderung
membeli perhiasan dengan desain sederhana serta memilih batu berwarna cerah seperti
hijau cemerlang yang dihasilkan oleh batu peridot karena dianggap merepresentasikan
keceriaan musim panas. Sebaliknya pada musim hujan para konsumen di Jepang lebih
menggemari perhiasan berukuran besar dengan pelbagai macam penggayaan desain yang
unik dan mewah karena pada musim tersebut mereka bisa menyembunyikan perhiasannya
di balik mantel tebal dan menunjukkannya pada saat-saat yang mereka kehendaki.
Xenia Tadjiati Palar juga bertutur bahwa usia dan jenis pekerjaan konsumen juga menjadi
pertimbangan. Perempuan berusia 35 tahun masih banyak yang menggemari anting
panjang serta dengan pilihan desain kalung yang lebih berani baik dari segi warna dan
desain. Namun perempuan dengan usia kurang lebih 50 tahun biasanya lebih cenderung
memilih anting tusuk berbentuk giwang dengan ukuran sedang hingga kecil serta desain
kalung yang lebih konvensional dengan aplikasi batu permata atau bebatuan alam
berukuran besar.
140
Dari segi jenis pekerjaan, perempuan pada usia produktif (25-45 tahun) lebih cenderung
menggemari perhiasan dengan desain sederhana, klasik dan multifungsi sehingga dapat
digunakan sebagai pelengkap penampilan dalam bekerja untuk menunjang
profesionalisme. Kesadaran akan hal yang telah disebutkan terakhir menjadi
latarbelakang Runi Palar menghasilkan perhiasan dengan jenis brooche-pendant.
Brooche-pendant ini adalah perhiasan yang memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu dapat
digunakan sebagai bros serta dapat pula digunakan sebagai pendant kalung.
Yanni Rosalin Rachman dalam skripsinya yang berjudul Perhiasan Indonesia Masa Kini
tahun 1977 membahas tiga penggubah perhiasan Indonesia yang salah satunya adalah
Runi Palar. Karya-karya perhiasan Runi yang ditampilkan dalam skripsi tersebut
menampilkan garis-garis struktural dan streamline yang dielaborasikan dengan kekayaan
budaya Nusantara. Penggubahan perhiasan dengan kecenderungan gaya seperti itu belum
umum diterapkan pada perhiasan perak Indonesia masa itu. Berikut akan ditampilkan
karya-karya perhiasan Runi Palar secara khusus dan RUNA Jewelry secara umum pada
periode 1970an.
Tabel III.5. Beberapa contoh karya perhiasan perak Runi Palar periode 1970-1976
Tahun Pembuatan
Contoh Karya Keterangan
1972
Bros perak yang tampak jelas pengaruh formalisme. Bros ini menekankan pada bentuk dan sifat dasar dari material perak yang berkilau dan berkesan ringa
1973
Timang Perak. Timang ini menunjukkan pengaruh konstruktivisme pada garis-garisnya, penggayaan yang sederhana serta penonjolan sifat logam dengan kilaunya yang cemerlang
1974
Kalung dan anting dengan sistem jepit. Karya ini menampilkan kesadaran akan sistem kuncian pada perhiasan Runi tanpa melupakan prinsip ergonomi dan wearability yang merupakan bahan pertimbangan seorang desainer.
141
Tabel III.5. Beberapa contoh karya perhiasan perak Runi Palar periode 1970-1976 (lanjutan)
Tahun
Pembuatan Contoh Karya Keterangan
1975
Pendant kalung berbentuk bulan sabit susun tiga secara vertikal yang mengingatkan pada kalung sari bulan yang umum dikenakan oleh pengantin Jawa.
1975
Kalung emas putih dengan dua buah pendant berbentuk dasar persegi panjang dengan rantai kalung berbentuk Omega.
1976
Kalung perak dengan batu giok yang disusun bertingkat. Kalung ini memiliki struktur yang sama dengan desain Pendant kalung di atas.
Karya-karya desain perhiasan awal Runi Palar ditabel atas menampilkan pengaruh
formalisme, abstrak dan paham seni rupa moderen Barat lainnya tanpa meninggalkan
jejak tradisional perhiasan Indonesia.
Masih berdasarkan data literatur dari skripsi yang disusun oleh Yanni Rosalin Rachman,
karya Runi jika dibandingkan dengan dua desainer lain yang dianalisa olehnya
menampilkan karakteristik yang khas dengan desainer perhiasan sezamannya. Desain
perhiasan Partini Djajadiningrat lebih cenderung berpijak pada penggayaan perhiasan
tradisi dengan sedikit perubahan. Keputusan Partini dalam pengeksekusian perhiasannya
dilandasi pertimbangan selera sasaran konsumennya yang paruh baya. Hal tersebut
diungkapkan dalam kutipan berukit ini :
142
“... Dalam menggubah perhiasannya Partini Djayadiningrat berbeda dengan Runi Palar. Ia lebih banyak menggunakan ornamen dan hampir tidak ada bidang yang tidak diisi ornamen”26
“ ... Kecenderungan (desain perhiasan Partini) ini timbul karena dia beranggapan bahwa bentuk-bentuk itulah yang disukai oleh para konsumen yang menurut hematnya terdiri dari pada orang-orang setengah baya dan mempunyai kemampuan yang cukup dalam arti ekonomi”27
Kutipan pertama menunjukkan kecenderungan desain perhiasan Partini mengulang apa
yang telah ada dengan sedikit modifikasi. Telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa
karakteristik perhiasan pramoderen Indonesia cenderung dipenuhi ornamen yang dalam
kacamata para orientalis dianggap sebagai manifestasi dari horror vacui28. Di sisi lain
karya Runi Palar menampilkan kesadaran akan komposisi ruang, bentuk dan warna yang
terangkum menjadi sebuah kesatuan dalam perhiasan.
Keberanian Runi dalam menawarkan garis-garis baru ini dilandasi analisanya yang cerdas
perihal perkembangan perempuan Indonesia ketika itu. Seperti yang telah kita ketahui
bahwa Indonesia pada periode 1970-an sedang mengalami pembangunan besar-besaran di
segala bidang sebagai bagian dari REPELITA yang dicanangkan secara
berkesinambungan semasa rezim orde baru. Program REPELITA yang dicanangkan
pemerintah tersebut mengarah pada pembangunan disegala bidang, baik itu dalam hal
sains, teknologi, sosial, politik dan budaya. Program pembangunan tersebut
mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia mengarah pada universalitas dimana
mode dan selanjutnya perhiasan banyak mendapat pengaruh dari perkembangan yang
tengah terjadi di Barat.
26 Yanni Rosalin Rachman. Perhiasan Wanita Indonesia. Skripsi Sarjana strata I ITB, Bandung. 1977halaman 16 27 ibid, halaman 17 28 Horror vacui adalah ketakutan akan ruang kosong karena dipercaya ruang kosong tersebut memungkinkan untuk ditempati oleh hal-hal buruk.
143
Gambar III.20. Beberapa desain perhiasan karya Partini Djajadiningrat Sumber: Yanni Rosalin Rachman. Perhiasan Wanita Indonesia. Skripsi Sarjana strata I ITB, Bandung. 1977 halaman 43 dan 44
Pernyataan tersebut diperkuat dengan data literatur yang diperoleh dari www.runa-
jewelry.com yang diambil pada tanggal 22 September 2007, karya-karya perhiasan Runi
pada awalnya dituturkan sebagai berikut :
” In 1968 she began designing jewels made of silver and gold, and decorated with precious and semi-precious stone. Breaking with the Yogya silver tradition that prevailed in Kotagede and Yogyakarta , she applied herself to designing modern necklaces, rings and breacelets in simple, almost abstract, shapes.” “ Pada tahun 1968 dia mulai mendesain perhiasan dengan menggunakan material perak dan emas yang dihiasi dengan batu mulia dan semi-mulia. Runi menembus pakem tradisi perhiasan perak Yogya yang berpengaruh kuat pada perhiasan-perhiasan di Kotagede dan Yogyakarta. Dia menerapkan desain moderen yang sederhana bahkan hampir dapat dikatakan abstrak pada kalung, cincin dan gelangnya.”
Secara umum Xenia Tadjiati Palar menyatakan bahwa perhiasan perak Runi Palar
cenderung menghadirkan komposisi yang harmoni baik dalam penggayaan yang simetris
maupun asimetris, sederhana dan elegan agar dapat digunakan secara berkesinambungan
dalam pelbagai kesempatan yang lebih luas.
144