jurnal desak made eva.docx
DESCRIPTION
12TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA KESIAPAN WANITA MENGHADAPI MASA MENOPAUSE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DI RW 18
KELURAHAN BACIRO KECAMATAN GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Universitas Respati Yogyakarta
Diajukan Oleh :DESAK MADE EVA TRISNA DEWI
08130530
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA2012
2
ASSOCIATION BETWEEN PREPAREDNESS OF WOMEN FACING MENOPAUSE AND ANXIETY AT NEIGHBORHOOD
CLUSTER (RW) 18 BACIRO SUBDISTRICT OF GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA
Desak Made Eva Trisna Dewi1, Maria H. Bakri2, Sri Rahayu3
ABSTRACT
Background: The incidence of menstruation cessation can cause psychological distress in women. Hormonal changes during menopause rarely become a major cause of emotional distress. However, the meaning of menopause for women and their partners, also for other people that mean to them, and stress at the middle age affect their reaction. Response of women to menopause differs; it is influenced by many factors such ac cultural, psychic, social economic, environmental, and religious factors. Preparedness of women facing menopause is also influenced by education, knowledge, family support, and activities (Siskhairun, 2006).Objective: To identify association between preparedness of women facing menopause and anxiety.Method: The study was descriptive analytic non experimental with cross sectional design.Result: Knowledge, culture, religion, and activities of mothers on menopause were mostly good in 24 people (62.2%), family support also belonged to good category (25 people or 65.8%), and anxiety belonged to light and moderate category (15 people or 39.5% each). Conclusion: There was significant association between knowledge, culture, religion, and family support and anxiety of mothers facing menopause at RW 18 Baciro Subdistrict of Gondokusuman Yogyakarta. There was no significant association between activities and anxiety of mothers facing menopause at RW 18 Baciro Subdistrict of Gondokusuman Yogyakarta.Suggestion: The study was expected to give input to nurses at Gondokusuman I Health Center in planning and managing efforts to help mothers prepare menopause.
Keywords: menopause, preparedness, anxiety
1. Student of Nursing Study Program at Respati University of Yogyakarta2. Health Polytechnic Yogyakarta3. Dr. Sardjito Yogyakarta
HUBUNGAN ANTARA KESIAPAN WANITA MENGHADAPI MASA MENOPAUSE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DI
3
RW 18 KELURAHAN BACIRO KECAMATAN GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA
Desak Made Eva Trisna Dewi1, Maria H. Bakri2, Sri Rahayu3
INTI SARI
Latar belakang : Peristiwa berhentinya menstruasi dapat menyebabkan disstres psikologi pada wanita saat ini. Perubahan hormon pada masa menopause jarang merupakan alasan utama disstres emosi. Namun, bagaimana makna menopause bagi wanita itu dan pasangannya juga orang–orang yang berarti baginya, serta stres di usia pertengahan mempengaruhi reaksinya. Respon wanita terhadap menopause berbeda–beda dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya faktor budaya, faktor psikis, faktor sosial ekonomi, faktor lingkungan, dan faktor religi, selain itu kesiapan wanita menghadapi menopause juga di pengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan, dukungan keluarga, ada aktifitas dari wanita itu sendiri (Siskhairun, 2006).Tujuan penelitian : Mengetahui hubungan antara kesiapan wanita menghadapi masa menopause terhadap tingkat kecemasan.Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif non eksperimental. Desain studi yang digunakan adalah desain studi cross sectional.Hasil penelitian : Sebagaian besar pengetahuan, budaya, religi, dan aktivitas ibu tentang menopause termasuk dalam kategori baik sebanyak 24 orang (62,2%), sebagian besar dukungan keluarga ibu tentang menopause yang juga termasuk dalam kategori baik sebanyak 25 orang (65,8%), serta tingkat kecemasan ibu tentang menopause yang termasuk dalam kategori ringan dan sedang masing-masing sebanyak 15 orang (39,5%).Kesimpulan : Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, budaya, religi, dan dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan di RW 18 kelurahan Baciro, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta. Sedangkan tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas terhadap tingkat kecemasan di RW 18 kelurahan Baciro, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta.Saran : Diharapkan dapat memberi masukan bagi perawat di puskesmas Gondokusuman I dalam perencanaan dan penatalaksanaan upaya kesehatan ibu-ibu (lansia) khususnya mempersiapkan menopause, sehingga dapat meningkatkan kesiapan wanita dalam menghadapi masa menopause.
Kata Kunci : Menopouse, tingkat kecemasan.
1 Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta2 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta3 Dr. Sardjito Yogyakarta
PENDAHULUAN
Setiap warga negara di harapkan secara mandiri dapat menjalankan paradigma sehat
seoptimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan fisik maupun psikis dirinya sendiri serta
masyarakat di sekitarnya. Khususnya pada wanita memasuki yang akan fase klimakterium
4
pada usia setengah baya. Pada masa tersebut perubahan secara fisik akan terjadi, tetapi tidak
berarti wanita menjadi sakit-sakitan, rapuh, lemah secara fisik, penurunan kemampuan
hubungan sosial emosional maupun psikisnya.
Menurut data hasil sensus penduduk tahun 2001 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah
penduduk perempuan di Indonesia 19.596.262 juta jiwa dengan usia harapan hidup rata–rata
66 tahun. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup tersebut
diperkirakan akan banyak jumlah wanita yang mengalami menopause. Angka harapan hidup
usia lanjut di kota Yogyakarta merupakan angka harapan hidup tertinggi di Indonesia (Hartini
& Urip Tugiyarti, 2007). Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dan usia
harapan hidup mempengaruhi jumlah wanita yang akan mengalami menopause.
Menopause adalah peristiwa alami yang tidak bisa dihindari, oleh karena itu ada
baiknya jika seorang wanita sudah mempersiapkan diri menghadapi menopause dengan
pengetahuan yang memadai sebelum datangnya menopause. Menopause kadang–kadang juga
dinyatakan sebagai masa berhentinya haid sama sekali. Berbicara tentang masalah sosial,
budaya, agama, dan khususnya dalam peranannya sebagai seorang ibu, setiap wanita memang
sudah ditakdirkan mengalami suatu masa menopause dalam kehidupannya, tetapi yang penting
sebetulnya adalah bagaimana mereka menyikapi menopause yang di alami dan persiapan
mereka sendiri sebelum serta sesudah menopause. Mengingat menopause merupakan masalah
fisiologis, tetapi dapat menyebabkan penerimaan yang berbeda–beda, maka alangkah baiknya
jika masalah menopause diketahui secara jelas oleh setiap wanita (Juminarsih, 2008).
Menurut Priest (1991 dalam Lestariningsih, 2008 mengemukakan bahwa kecemasan
lebih banyak dikemukakan oleh kaum wanita daripada kaum pria, dengan perbandingan 2:1.
Menurut Miguel (2002-2003) masalah sindroma kecemasan pada wanita yang akan mengalami
menopause mencapai 50%. Kecemasan merupakan faktor fisiologis pada wanita menopause
yang paling sering terjadi, terutama kecemasan yang menyertai perubahan-perubahan kondisi
fisiknya. Kecemasan akan semakin menjadi-jadi ketika wanita menopause mengembangkan
perasaan negatif tentang masalah-masalah menopause yang ada.
Dari uraian tersebut, penulis ingin mengetahui lebih lanjut faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi kesiapan wanita menghadapi masa menopause terhadap tingkat kecemasan
khususnya di RW (rukun warga) 18 Kelurahan Baciro, Kecamatan Gondokusuman,
Yogyakarta. RW 18 merupakan salah satu RW yang berada di daerah kelurahan Baciro,
Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta. RW tersebut berada pada wilayah kerja Puskesmas
Gondokusuman I. Menurut data yang di peroleh dari hasil wawancara kepada ketua RW 18
5
pada wilayah tersebut terdiri dari 7 RT (rukun tetangga) dengan jumlah wanita yang berusia
40-55 tahun yang belum mengalami menopause sebanyak 38 orang.
Sebagai alasan penulis memilih tempat tersebut adalah bahwa dari hasil studi
pendahuluan yang telah di lakukan pada bulan November 2011, yaitu melakukan wawancara
pada 5 orang wanita yang tinggal di daerah tersebut ditemukan persepsi yang salah tentang
menopause seperti mengalami menopause berarti memasuki masa tua, merasa tidak berarti dan
tidak berguna lagi, serta muncul mitos masa menopause adalah masa hilangnya kemampuan
seks, maka tidak mengherankan apabila sebagian wanita merasa cemas dan was–was dalam
menghadapi masa menopause.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, dimana deskriptif adalah suatu
metode penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang bertujuan untuk melihat
gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu dan analitik adalah penelitian
yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian
melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena. Jenis penelitian ini adalah deskriptif non
eksperimental yaitu penelitian tanpa menggunakan intervensi terhadap subjek penelitian
(Notoatmodjo,2010). Desain studi yang digunakan adalah desain studi cross sectional atau potong
lintang yaitu variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian
diukur dan dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan) dengan pendekatan
kuantitatif.
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini, adalah seluruh wanita yang berusia 40-55 tahun
yang belum mengalami menopause yang tinggal di RW 18 Kelurahan Baciro, Kecamatan
Gondokusuman, Yogyakarta yang berjumlah 38 orang. Tempat penelitian adalah di RW 18
Kelurahan Baciro, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta, sedangkan waktu penelitian pada
Bulan Maret sampai Mei 2012. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling.
Adapun kriteria inklusi adalah :
a. Wanita yang berusia 40-55 tahun yang belum mengalami menopause
b. Bertempat tinggal di RW 18 Kelurahan Baciro, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta
c. Wanita yang tinggal dengan keluarganya
d. Wanita yang sudah menikah dan mempunyai suami
e. Bisa membaca, menulis dan mendengar dengan baik
6
f. Bersedia menjadi responden
Kriteria ekslusi adalah :
a. Wanita berusia 40-55 tahun yang memiliki penyakit penyerta (gangguan reproduksi)
Variabel dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran ordinal untuk variabel
bebas dan skala pengukuran nomimal untuk variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari :
a. Variabel bebas
Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab
timbulnya variabel terikat (Sugiono, 2007). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kesiapan
wanita menghadapi masa menopause. baik jika menjawab >50% dengan benar, kurang baik
jika menjawab <50% dengan benar
b. Variabel terikat (dependen) yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
variabel bebas (Hidayat, 2008). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat
kecemasan yang dihadapi oleh wanita dalam menghadapi masa menopause. 1-7 =
kecemasan ringan, 8-14 = kecemasan sedang, 15-21 = kecemasan berat
Cara pengumpulan data untuk memperoleh data mengenai kesiapan wanita menghadapi
masa menopause diperoleh dengan menggunakan kuesioner berupa pertanyaan tertutup
sebanyak 30 pernyataan. Data tentang tingkat kecemasan diperoleh dengan menggunakan
kuisioner sebanyak 21 pertanyaan tertutup.
Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan editing, coding, tabulating, dan entry data.
Kemudian dilanjutkan dengan analisa univariat dan bivariat yang menggunakan rumus chi
square.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari penelitian hubungan antara kesiapn wanita menghadapi masa
menopause terhadap tingkat kecemasan di RW 18 kelurahan Baciro, kecamatan Gondokusuman,
Yogyakarta adalah sebagai berikut
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kesiapan wanita dalam menghadapi menopause di RW 18 kelurahan Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta
No KategoriPengetahuan Budaya Religi Aktivitas
Dukungan Keluarga
f % f % f % f % f %1 Baik 24 62,2 24 62,2 24 62,2 24 62,2 25 65,82 Kurang baik 14 36,8 14 36,8 14 36,8 14 36,8 13 34,2
Jumlah 38 100 38 100 38 100 38 100 38 100Sumber: Data primer 2012
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kecemasan wanita dalam menghadapi menopause di RW 18 kelurahan Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta
No KategoriKecemasan
f %1 Ringan 15 39,52 Sedang 15 39,53 Berat 8 21,1Jumlah 38 100
Sumber: Data primer 2012
Tabel 3 Tabulasi Silang antara Kesiapan terhadap tingkat kecemasan Ibu di RW 18 kelurahan Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta
No Faktor KategoriTingkat Kecemasan
Totalp-
valueRingan Sedang Beratn % n % n % n %
0.0321 Pengetahuan
Baik 12 50,0 10 41,7 2 8,3 24 100Kurang Baik 3 21,4 5 35,7 6 42,9 14 100Jumlah 15 71,4 15 77,4 8 51,2 38 100
2 BudayaBaik 14 58,3 8 33,3 2 8,3 24 100
0.003Kurang baik 1 7,1 7 50,0 6 42,9 14 100Jumlah 15 65,4 15 83,3 8 51,2 38 100
3 ReligiBaik 13 54,2 9 37,5 2 8,3 24 100
0.013Kurang baik 2 14,3 6 42,9 6 42,9 14 100Jumlah 15 68,5 15 80,4 8 51,2 38 100
4 AktivitasBaik 12 50,0 9 37,5 3 12,5 24 100
0.125Kurang baik 3 21,4 6 42,9 5 35,7 14 100Jumlah 15 71,4 15 80,4 8 48,2 38 100
5Dukungan Keluarga
Baik 12 48,0 11 44,0 2 8,0 25 1000.022Kurang baik 3 23,1 4 30,8 6 46,2 13 100
Jumlah 15 71,4 15 74,8 8 54,2 38 100Sumber: Data primer 2012
8
Sebagaian besar pengetahuan, budaya, religi, dan aktivitas ibu tentang menopause
termasuk dalam kategori baik sebanyak 24 orang (62,2%), sebagian besar dukungan keluarga ibu
tentang menopause yang juga termasuk dalam kategori baik sebanyak 25 orang (65,8%), serta
tingkat kecemasan ibu tentang menopause yang termasuk dalam kategori ringan dan sedang
masing-masing sebanyak 15 orang (39,5%).
1. Pengetahuan wanita menopause terhadap tingkat kecemasan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas
yang berbeda–beda (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tentang pengetahuan wanita menopause
terhadap tingkat kecemasan di RW 18 kelurahan Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta
diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 24 orang (63,1%)
dan memiliki tingkat kecemasan ringan dan sedang sebanyak 15 orang (39,5%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jumiati, 2010 yang
meneliti tentang “ Hubungan pengetahuan tentang menopause dengan tingkat kecemasan ibu
dalam menghadapi menopause di desa Karangsalam Mudal Boyolali ”. Hasil penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang
menopause dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di desa
Karangsalam Mudal Boyolali.
Pengetahuan ibu tentang gejala menopause akan mengurangi kecemasan ibu dalam
menghadapi masa menopause seperti merasa tegang, tidak tenang, gelisah, gangguan pola
tidur dan keluhan-keluhan lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
adanya hubungan antara pengetahuan wanita menopause terhadap tingkat kecemasan.
Semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh wanita menopause maka semakin ringan pula
kecemasan yang dialami.
2. Faktor budaya wanita menopause terhadap tingkat kecemasan
Pandangan budaya mempengaruhi respon wanita terhadap menopause. Dalam
budaya yang menghargai kemudaan dan kapasitas reproduksi, hal itu dapat berperan pada
gejala depresi. Sebaliknya pada budaya tertentu, wanita justru mendapat dukungan dalam
menjalani masa menopause (Siskhairun, 2006).
9
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tentang faktor budaya wanita menopause
terhadap tingkat kecemasan di RW 18 kelurahan Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta
diketahui bahwa mayoritas responden memiliki faktor budaya sebanyak 24 orang (63,1%) dan
memiliki tingkat kecemasan ringan dan sedang sebanyak 15 orang (39,5%).
Persepsi bahwa menopause adalah suatu ancaman hanya berdasarkan pada budaya.
Pada beberapa masyarakat dan budaya lain, wanita menyambut dengan gembira menopause
karena mereka tidak lagi mengandung dan mempunyai kebebasan lebih besar (Lliewellyn,
2001).
Budaya berhubungan dengan kecemasan karena budaya dapat mempengaruhi nilai-
nilai yang dianggap paling penting. Kecemasan ini adalah elemen yang menakutkan namun
seseorang dapat tumbuh dari pengalamannya dalam menghadapi dan mengatasi kecemasan
(Stuart, 2006).
Individu dapat mengatsi stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping di
lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa modal ekonomi, kemampuan penyelesaian
masalah, dukungan social dan keyakinan budaya dapat membantu indivu mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadop strategi koping yang berhasil (Stuart,
2006)
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
adanya hubungan antara faktor budaya wanita menopause terhadap tingkat kecemasan.
Semakin baik budaya yang dimiliki oleh wanita menopause maka semakin ringan pula
kecemasan yang dialami.
3. Faktor religi wanita menopause terhadap tingkat kecemasan
Segala sesuatu yang terjadi harus dikembalikan kepada Tuhan dengan cara ini,
apapun yang terjadi dapat diterima dengan lapang hati, baik sesuatu yang menyenangkan atau
tidak, karena hal itu harus diupayakan tubuh tetap sehat, bugar, dan pikiran tenang dengan
kepercayaan bahwa semua dilakukan untuk menunjang kesehatan, dengan demikian masa
menopause akan lebih nikmat apabila secara fisik, sehat secara psikis, puas dan batin tenang
(Kasdu, 2002).
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tentang faktor religi wanita menopause
terhadap tingkat kecemasan di RW 18 kelurahan baciro, Gondokusuman, Yogyakarta
diketahui bahwa mayoritas responden memiliki faktor religi sebanyak 24 orang (63,1%) dan
memiliki tingkat kecemasan ringan dan sedang sebanyak 15 orang (39,5%).
10
Hawari (2002) menyatakan dalam agama (Islam) bagi mereka yang sakit dianjurkan
untuk berobat kepada ahlinya (memperoleh terapi medis) disertai dengan berdoa dan berzikir.
Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, doa dan zikir mengandung unsur psikoterapeutik yang
mendalam, karena ia mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang membangkitkan
rasa percaya diri dan rasa optimisme yang amat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit
disamping obat dan tindakan medis
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
adanya hubungan antara faktor religi wanita menopause terhadap tingkat kecemasan. Semakin
baik religi yang dimiliki oleh wanita menopause maka semakin ringan pula kecemasan yang
dialami.
4. Faktor aktivitas wanita menopause terhadap tingkat kecemasan
Respon wanita aktif terhadap menopause pada satu orang dengan orang yang lain
berbeda–beda. Pada sebagian wanita aktif yang melalui masa menopause tanpa merasa apa–
apa dan tanpa keluhan dan untuk sebagian wanita aktif yang bekerja dalam bidang sosial
budaya masa premenopause akan sangat terasa, namun bagaimanapun besarnya penderitaan
yang dirasakan secara fisik, sebagai seorang wanita aktif dengan semangat tinggi sadar akan
kewajibannya terhadap masyarakat, penderitaan ini dapat diatasi.
Sebagian ibu memiliki aktivitas sendiri di luar rumah sebagai wanita karir walaupun
ada sebagian lagi yang tidak bekerja atau hanya menjadi ibu rumah tangga, namun ibu-ibu
tersebut juga memiliki aktivitas lain seperti mengikuti kegiatan ibu-ibu PKK (pembinaan
kesejahteraan keluarga) misalnya posyandu balita, posyandu lansia dan penyuluhan tentang
cara menjaga kesehatan keluarga serta membuat lingkungan sehat (membuat apotek hidup).
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tentang faktor aktivitas wanita menopause
terhadap tingkat kecemasan di RW 18 kelurahan Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta
diketahui bahwa mayoritas responden memiliki faktor aktivitas baik sebanyak 24 orang
(63,1%) dan memiliki tingkat kecemasan ringan dan sedang sebanyak 15 orang (39,5%).
Selama ribuan tahun, tubuh manusia beradaptasi untuk berfungsi dalam bidang
gravitasi. Aktivitas antigravitasi mempengaruhi fungsi biokimia dan biomekanis, memainkan
peran mengurangi perkembangan gejala yang berkaitan dengan penuaan dan menopause.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas dan usia menopause (Varney, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
tidak adanya hubungan antara faktor aktivitas wanita menopause terhadap tingkat kecemasan.
Semakin baik aktivitas yang dimiliki oleh wanita menopause maka belum tentu semakin
ringan kecemasan yang dialami.
11
5. Faktor dukungan keluarga wanita menopause terhadap tingkat kecemasan
Dukungan sosial dari pasangan keluarga merupakan suatu system yang didalamnya
terdapat unsur hubungan saling ketergantungan setiap anggota keluarga memiliki peran
spesifik yang dimainkan dalam sistem tersebut daan setiap anggota keluarga bergantung pada
anggota yang lain agar dapat memaninkan perannya. Pasangan dan keluarga adalah sumber
dukungan sosial yang penting dalam proses penyesuaian diri (Andayani, 2011).
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tentang faktor dukungan keluarga wanita
menopause terhadap tingkat kecemasan di RW 18 kelurahan Baciro, Gondokusuman,
Yogyakarta diketahui bahwa mayoritas responden memiliki faktor dukungan keluarga
sebanyak 24 orang (63,1%) dan memiliki tingkat kecemasan ringan dan sedang sebanyak 15
orang (39,5%).
Untuk menghindari perubahan dan gejolak jiwa menghadapi masa menopause
berdasarkan atas keharmonisan keluarga dan saling pengertian. Di tengah keluarga yang
harmonis kesiapan menerima proses menopause semakin besar tanpa menghadapi gejala
klinis yang berarti (Manuaba, 2002).
Gottlieb (1983) dalam Nursalam dan Dian (2007) mengungkapkan bahwa dukungan
sosial yang paling banyak adalah dari keluarga seperti : bapak, ibu, adik-adik, paman, bibi,
dan keluarga lainny ,memberi bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban
sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek
perilaku bagi pihak penerima.
Stuart (2006) menyatakan bahwa salah satu sumber koping yaitu dukungan sosial
membantu individu dalam memecahkan masalah melalui pemberian dukungan. Dukungan
sosial membantu pasien dapat berinteraksi dan bertukar pikiran tentang penyakit yang sedang
dihadapinya tentunya hal ini merupakan salah satu sumber koping yang dapat digunakan
dalam menghadapi masalah penyakit.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
adanya hubungan antara faktor dukungan keluarga wanita menopause terhadap tingkat
kecemasan. Semakin baik dukungan keluarga yang dimiliki oleh wanita menopause maka
semakin ringan pula kecemasan yang dialami.
12
KESIMPULAN
1. Pengetahuan wanita dalam menghadapi masa menopause termasuk dalam kategori baik.
2. Dukungan keluarga wanita dalam menghadapi masa menopause termasuk dalam kategori
baik.
3. Budaya wanita dalam menghadapi masa menopause termasuk dalam kategori baik.
4. Religi wanita dalam menghadapi masa menopause termasuk dalam kategori baik.
5. Aktivitas wanita dalam menghadapi masa menopause termasuk dalam kategori baik.
6. Tingkat kecemasan wanita dalam menghadapi masa menopause termasuk dalam kategori
ringan dan sedang.
7. Ada hubungan antaran kesiapan wanita menghadapi masa menopause terhapat tingkat
kecemasan kecuali dari faktor aktivitas karena dari hasil uji statistik dengan menggunakan
chi-square diperoleh nilai signifikansi atau p-value adalah sebesar 0.125 yang mana nilai p-
value tersebut lebih besar dari 0.05.
DAFTAR PUSTAKA
Hartini & Urip Tugiyarti. (2007). Tingkat Kecemasan Wanita Menopause di Dusun Jaranan Argomulyo Cangkringan Sleman. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Juminarsih. (2008). Tingkat Pengetahuan Ibu–ibu Usia 40-45 Tahun Tentang Menopause Di Rw 02 Dusun Nologaten Catur Tunggal Depok Sleman. Karya tulisi lmiah. Yogyakarta : Stikes Respati
Lestariningsih. (2008). Gejala-Gejala Klimaktrerium hubungannya dengan Kecemasan yang dialami oleh Wanita Usia Klimaktrerium. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.Hidayat, A.A.A. (2008). Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba medika.Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.J akarta : PT Rineka Cipta.Siskhairun, O. (2006). Faktor–faktor yang berhubungan dengan kesiapan wanita menghadapi
menopause di Dusun Pogung Kidul Yogyakarta. Skripsi : Universitas Gajah Mada.Lliewellyn, Derek. (2001). Dasar–Dasar Obstetrik dan Ginekologi. Edisi 6. Jakarta : Hipokrates.
13
Stuart, G.W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.Kasdu. (2002). Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta : Puspa SwaraHawari, D. (2002). Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri Dan Psikologi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUIVarney, H. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.Manuaba. (2002). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : ArcanNursalam & Dian N. D. K. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta:
Salemba Medika
14