unud 348 229302131 thesis desak prabayanthi

Upload: christopher-massey

Post on 17-Oct-2015

157 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    1/136

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangSalah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

    verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya

    dengan menggunakan bahasa verbal/lisan, baik dalam menyatakan maupun

    menerima informasi yang tidak bisa dilakukan oleh binatang. Kata-kata yang

    berdiri sendiri tidak akan membuat suatu bahasa karena dalam suatu bahasa kita

    perlu merangkaikan kata-kata tersebut dengan baik sehingga terbentuk makna

    yang baik pula.

    Kosakata mempunyai peran penting karena muncul dalam setiap

    keterampilan bahasa. Pemahaman kosakata sangatlah penting dalam setiap belajar

    bahasa. Menguasai kosakata sangat penting terutama untuk siswa yang belajar

    bahasa asing seperti yang dikutip dari Internasional Collier- Macmillan: Sekali

    seorang siswa dapat menguasai bentuk tatabahasa dari sebuah bahasa, tugas dia

    selanjutnya adalah menguasai kosakata yang dia butuhkan. Tidak ada

    seorangpun yang mempelajari semua kata dalam suatu bahasa. Kita mengetahui

    dan menggunakan kata-kata yang cocok pada tujuan kita dan terus mempelajari

    kata-kata baru selama kita hidup.

    Sebagaimana diketahui bahwa bahasa adalah suatu sistem yang sistematis

    dan merupakan seperangkat lambang-lambang atau simbol-simbol arbiter

    (Tarigan, 1989:4). Dalam berkomunikasi terdapat beragam tujuan yang bervariasi

    1

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    2/136

    2

    di dalamnya, seperti untuk mendapatkan informasi, untuk menjalin kekerabatan,

    atau untuk melakukan transaksi perdagangan, seperti halnya di era sekarang ini.

    Salah satu bahasa yang disepakati untuk menjadi bahasa internasional

    adalah bahasa Inggris. Dengan demikian, perlu adanya pemahaman dan mampu

    berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tersebut. Seperti yang telah

    dikatakan sebelumnya, salah satu hal dasar yang penting untuk dikuasai dalam

    mempelajari bahasa Inggris adalah tentang pengetahuan

    kosakata/pembendaharaan kata. Semakin banyak kosakata dalam bahasa Inggris

    yang dikuasai, maka akan semakin mudah pula dipelajari dan dipahami bahasa

    asing tersebut. Dalam hal ini, bahasa Inggris mempunyai kedudukan sebagai

    bahasa kedua, yang mana bahasa pertamanya adalah bahasa Indonesia.

    Pada umumnya, siswa-siswa yang baru memulai untuk belajar bahasa

    Inggris sangat membutuhkan pengetahuan mengenai kosakata karena dengan

    adanya pengetahuan kosakata yang baik dan memadai, maka siswa akan mampu

    untuk mengerti maksud dari bahasa Inggris tersebut. Kosakata seseorang

    didefinisikan sebagai himpunan semua kata yang dimengerti oleh orang tersebut

    atau semua kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk

    menyusunkalimatbaru (Wikipedia, 2010)Banyak cara dan upaya yang dilakukan untuk dapat menguasai bahasa

    Inggris, dari pendidikan formal, nonformal atau institusi yang menawarkan jasa

    pembelajaran dan pembelajaran dengan fasilitas yang memadai dengan

    menggunakan metode pembelajaran bahasa yang berbeda-beda.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimathttp://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat
  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    3/136

    3

    Salah satu metode pembelajaran bahasa yang digunakan, yaitu metode

    audiolingual. Metode audiolingual adalah hasil perpaduan antara linguistik

    struktural dengan psikologi behavioris yang memandang proses pembelajaran dari

    sudut conditioning (Ardi, 2010) Behaviorisme dalam psikologi merupakan suatu

    aliran empiris. Pandangan mereka pun merupakan pandangan empiris. Pandangan

    empiris berpendapat bahwa semua keterampilan manusia diperoleh dengan proses

    belajar. Manusia sejak lahir telah mengalami proses belajar. Hal ini menandakan

    bahwa bahasa harus dipelajari. Kemampuan berbahasa adalah satu kemampuan

    hasil belajar dan bukan diwariskan.

    Seperti yang telah dikatakan di atas, metode audiolingual didasarkan atas

    teori linguistik struktural yang menekankan pada fakta bahwa semua bahasa di

    dunia ini berbeda. Dalam teori linguistik struktural, juga dikatakan bahwa bahasa

    dapat dianalisis dan dijabarkan secara ilmiah serta pemerolehannya didasarkan

    pada kebiasaan. Oleh karena itu, pemerolehan tata bahasa difokuskan pada

    latihan-latihan tata bahasa dengan cara berulang-ulang hingga pembelajar sampai

    pada tahap menggunakan tata bahasa tersebut di luar kesadaran. Tujuan metode

    ini adalah agar pembelajar dapat bertutur dengan bahasa sasaran melalui latihan

    tata bahasa dan latihan memorize dan mimicry.

    Metode audiolingual pertama kali dicetuskan oleh seorang professor dari

    Amerika. Metode audiolingual pada tahun 1958 berkembang pesat berkat

    dukungan dari cara pembelajaran badan ketahanan nasional. Di Jepang pun

    metode ini berkembang pesat di seluruh sekolah pada akhir tahun 1970an.

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    4/136

    4

    Salah satu institusi atau tempat kursus bahasa Inggris yang menggunakan

    metode audiolingual ini adalah Kumon EFL (English as Foreign Language).

    Kumon adalah tempat kursus yang berasal dari Jepang yang salah satunya

    mengajarkan tentang bahasa Inggris. Sistem pembelajarannya menggunakan CD

    yang harus didengarkan oleh para siswa setiap harinya secara rutin dan tekun.

    Secara tidak langsung, siswa diharapkan dapat belajar bahasa Inggris dari CD

    tersebut. Speaker-nya adalah penutur asli dari Amerika. Program belajar ini

    menekankan kepada aspek pembelajaran menyimak (listening) terlebih dulu,

    kemudian dilanjutkan dengan aspek pembelajaran yang lainnya, yaitu berbicara

    (speaking), membaca (reading) lalu menulis (writing).

    Dari tempat kursus bahasa kebanyakan lainnya, Kumon memiliki program

    belajar yang unik dan menarik, antara lain membiasakan siswa untuk belajar dari

    CD (mendengarkan dan mengulangi perkataan yang didengar) setiap harinya

    dengan mandiri, memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar sesuai

    dengan kemampuannya sendiri tanpa harus menunggu atau mengejar batas

    kemampuan teman sekelasnya. Terlebih pula, Kumon menekankan pada kerja

    sama antara pembimbing Kumon, orangtua, dan anak. Singkatnya, pembelajaran

    Kumon yang menerapkan metode audiolingual menekankan kebiasaan yang terus

    dilakukan setiap harinya agar membuat siswa terbiasa dengan bahasa sasaran

    (dalam hal ini adalah bahasa Inggris). Kumon EFL memiliki beragam tingkatan

    level pembelajaran, dan semuanya terdapat CD yang harus didengarkan dan

    diucapkan kembali oleh siswa untuk membiasakan siswa melatih keterampilan

    mendengar dan keterampilan berbicara-nya. Belajar melalui CD juga akan

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    5/136

    5

    menambah kosakatanya dalam bahasa Inggris. Selain itu, karena Kumon

    menerapkan pengulangan dalam proses pembelajarannya, siswa akan lebih cepat

    untuk mengingat dan menghafalkan kosakata yang ada. Di Bali, banyak terdapat

    lembaga kursus Kumon, namun hanya beberapa diantaranya yang menyediakan

    pembelajaran bahasa Inggris (EFL). Dari kenyataan tersebut, muncul suatu

    keinginan untuk mencari tahu tentang penggunaan metode audiolingual dalam

    pembelajaran bahasa Inggris terutama dalam meningkatkan penguasaan kosakata

    pada siswa.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin menjadikan Kumon

    sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini dibahas mengenai metode

    pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode audiolingual pada tempat

    kursus Kumon EFL dalam meningkatkan penguasaan kosakata siswa, yang

    difokuskan untuk meneliti siswa pada titik pangkal tingkat dasar 7A di Kumon

    EFL. Pengetahuan tentang metode audiolingual diatas yang menyebutkan bahwa

    latihan mendengar dan mengulangi apa yang didengar dapat membuat siswa

    paham mengenai kosakata bahasa Inggris, memberikan suatu pertanyaan dan

    tantangan tersendiri untuk meneliti metode tersebut. Seberapa jauh peningkatan

    yang terjadi pada anak setelah belajar menggunakan metode audiolingual, dan

    faktor-faktor apa yang menyebabkan metode audiolingual tersebut dapat membuat

    pengetahuan siswa meningkat terutama dalam penuasaan kosakatanya.

    Penulis memutuskan untuk meneliti penguasaan kosakata siswa pada titik

    pangkal tingkat dasar 7A karena siswa tersebut memiliki kemampuan yang kurang

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    6/136

    6

    dalam penguasaan kosakata, dengan demikian nantinya peningkatan penguasaan

    kosakata yang terjadi dapat terlihat secara lebih jelas.

    1.2Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah

    seperti berikut:

    1. Bagaimanakah penguasaan kosakata siswa pada tingkat dasar 7Asebelum belajar dengan menggunakan metode audiolingual?

    2. Sejauh manakah peningkatan penguasaan kosakata siswa pada tingkatdasar 7A setelah belajar dengan menggunakan metode audiolingual?

    3. Faktor-faktor apakah yang memengaruhi terjadinya peningkatanpenguasaan kosakata dalam penerapan metode audiolingual tersebut?

    1.3Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum

    Secara umum, tujuan penelitian ini adalah pencarian informasi lebih lanjut

    mengenai penguasaan kosakata melalui penerapan metode pembelajaran bahasa

    audiolingual pada tempat kursus Kumon EFL agar diketahui secara pasti sejauh

    mana metode audiolingual itu mampu memberikan peningkatan dalam

    penguasaan kosakata siswa.

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    7/136

    7

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Adapun tujuan khusus penelitian ini, seperti berikut:

    1. Untuk mendeskripsikan kosakata yang diketahui oleh siswa padatingkat dasar 7A sebelum belajar dengan menggunakan metode

    audiolingual.

    2. Untuk menganalisis sejauh mana peningkatan penguasaan kosakatasiswa pada tingkat dasar 7A melalui penerapan metode audiolingual.

    3. Untuk menganalisis faktor-faktor apakah yang memengaruhiterjadinya peningkatan penguasaan kosakata melalui penerapan

    metode audiolingual tersebut.

    1.4Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini dapat dilihat, baik dari segi manfaat teoretis maupun

    dari segi manfaat praktis seperti berikut ini:

    1.4.1 Manfaat Teoretis

    Secara teoretis diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi

    pada penerapan teori linguistik, terutama dalam pembelajaran bahasa Inggris

    sebagai bahasa asing untuk siswa berkebangsaan Indonesia. Dengan adanya

    penelitian ini, dapat dikatakan bahwa teori linguistik semakin memberikan

    maanfaat pada kemajuan bahasa terutama dalam hal dunia pendidikan.

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    8/136

    8

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Secara praktisnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    keuntungan pada siswa, guru dan peneliti lainnya yang membahas hal serupa.

    Keuntungan tersebut seperti berikut:

    a. Untuk siswa: penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam

    mempelajari kosakata dengan cara yang baik dan menyenangkan lewat

    metode audiolingual.

    b. Untuk guru: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    pemahaman yang lebih mengenai keunggulan pembelajaran kosakata

    dengan menggunakan metode audiolingual.

    c. Untuk peneliti lainnya: penelitian ini diharapkan dapat digunakan

    sebagai referensi dalam mengadakan beberapa penelitian untuk

    mendapatkan nilai yang lebih baik.

    1.5Batasan MasalahDalam pembelajaran dan pembelajaran bahasa terdapat beberapa metode

    yang diterapkan, seperti metode pembelajaran bahasa secara tradisional, metode

    pembelajaran bahasa dengan audiolingual, metode pembelajaran bahasa secara

    kognitif, dan metode pembelajaran bahasa komunikatif. Namun, dalam

    pembahasan kali ini, untuk membuatnya menjadi lebih spesifik, pembahasannya

    akan dibatasi seperti berikut.

    Mendeskripsikan tentang bagaimana penguasaan kosakata siswa pada titik

    pangkat tingkat dasar 7A sebelum belajar menggunakan metode audiolingual. Di

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    9/136

    9

    sini siswa di tes tahap awal untuk mengetahui sampai sejauh mana penguasaan

    mereka mengenai kosakata bahasa Inggris.

    Selanjutnya, menganalisis sejauh manakah peningkatan penguasaan

    kosakata siswa pada titik pangkal tingkat dasar 7A melalui penerapan metode

    audiolingual.

    Terakhir, batasan masalah yang ada adalah untuk menganalisis tentang

    faktor-faktor apakah yang memengaruhi terjadinya peningkatan penguasaan

    kosakata melalui penerapan metode audiolingual tersebut. Peningkatan

    penguasaan yang dimaksud ditinjau dari adanya peningkatan yang nyata dari tes

    awal masuk pada siswa-siswa Kumon EFL yang dibandingkan dengan tes ulang

    yang diberikan pada siswa-siswa tersebut setelah belajar di Kumon EFL selama 3

    bulan. Apabila hasil tes tersebut meningkat, dapat dikatakan bahwa siswa yang

    belajar dengan menggunakan metode audiolingual di Kumon EFL dikatakan telah

    mengalami peningkatan penguasaan kosakata dalam bahasa Inggris.

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    10/136

    10

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KONSEP,

    LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

    2.1 Kajian Pustaka

    Pembahasan tentang pembelajaran dengan menggunakan metode

    Audiolingual telah pernah dibahas oleh beberapa penulis. Berikut ini akan

    dipaparkan tentang penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran metode

    audiolingual. Terdapat beberapa penulis yang membahas pembelajaran kosakata

    dan metode audiolingual, seperti berikut.

    Wiyanjani (2009), dalam judul Teaching Vocabulary Through

    Cooperative Learning with Puzzle Technique to the Eight Grade Students of SMP

    N 2 Sidemen Academic Year 2008/2009.Dalam tulisannya ini dia menjelaskan

    tentang proses pembelajaran kosakata melalui pembelajaran kooperatif dengan

    menggunakan teknik puzzle yang mendorong dan menyemangati siswa untuk

    menemukan sebanyak mungkin kata-kata secara diagonal, vertikal atau horizontal.

    Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMPN 2 Sidemen. Dia menggunakan

    teknik belajar dengan puzzle ini untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa

    dalam meningkatkan kosakata.

    Ramiani (2010) dengan judul penelitian Assessing Vocabulary Mastery

    Through Pictures and Sentences Matching of The Seventh Grade Students of SMP

    Widya Sakti Penatih in Academic Year 2009-2010. Dalam penelitiannya ini dia

    mengatakan bahwa penggunaan gambar dan kalimat yang cocok adalah sebuah

    10

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    11/136

    11

    teknik untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai kosakata. Metode

    yang digunakan dalam penelitiannya ini adalah metode observasi dengan

    mengambil data hanya dalam satu pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah

    siswa kelas 7 yang terdiri atas 50 siswa.

    Dhewi (2000) dalam judul penelitiannya Penggunaan Metode

    Audiolingual dalam Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Peningkatan

    Pronounciation Siswa Kelas IV MI Sunan Kalijogo Malang. Dalam

    penelitiannya tersebut, Dhewi meneliti tentang proses perencanaan, pelaksanaan

    pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran pronounciation dengan menggunakan

    metode audiolingual pada siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo. Dalam

    penelitiannya ini, Dhewi menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan

    jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang menetapkan

    empat tahap penelitian, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

    Paminangkerti (2009) tentang tulisannya yang berjudul Pemilihan

    Metode Ceramah dan Pemanfaatan Audiolingual dalam Proses Pembelajaran

    Bahasa Mandarin di SMA Negeri 6 Surakarta. Dalam tulisannya dibahas tentang

    cara menggunakan metode ceramah dan metode audiolingual serta kendala-

    kendala yang dihadapi dalam penerapan metode tersebut, tetapi tidak diterangkan

    secara lebih mendetail dalam hal apa yang dibahas, apakah tuturan ataukah

    penguasaan kosakatanya. Sukmantarlina menggunakan metode deskriptif

    kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi dan

    studi pustaka. Dalam tulisannya dijelaskan mengenai tahapan-tahapan proses

    pembelajaran bahasa Mandarin dengan metode ceramah dan pemanfaatan

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    12/136

    12

    audiolingual, di antaranya yaitu guru memimpin dengan melafalkan satu kata

    kemudian siswa meniru satu kata tersebut, selanjutnya siswa maju kedepan untuk

    mengulanginya.

    Ardi (2010) tentang tulisannya yang berjudul Pengaruh Aliran Linguistik

    dalam Pembelajaran Bahasa memaparkan secara lengkap mengenai macam-

    macam metode pembelajaran bahasa, yaitu metode pembelajaran bahasa secara

    tradisional, metode pembelajaran bahasa dengan audiolingual, metode

    pembelajaran bahasa secara kognitif, dan metode pembelajaran bahasa

    komunikatif. Selain itu, Ardi juga memaparkan lebih lanjut mengenai hakikat dan

    prinsip-prinsip metode audiolingual, ciri-ciri metode audiolingual, contoh metode

    audiolingual dalam pembelajaran bahasa, kelebihan dan kekurangan metode

    audiolingual, begitu pula dengan metode-metode lainnya.

    Azmara (2009) yang membahas mengenai Teaching Learning

    Strategies. Dalam tulisan ini dipaparkan tentang apa saja jenis-jenis pendekatan

    yang dapat dilakukan oleh seorang pengajar bahasa, memaparkan tentang macam-

    macam metode pembelajaran yang ada dan menjelaskan tentang models of

    teaching. Selanjutnya, Azmara membahas lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip

    yang diterapkan sesuai dengan metode audiolingual dari Amerika Serikat, yang

    diikuti dengan pembahasan tentang langkah-langkah penyajian materi menurut

    metode audiolingual.

    Tulisan berikutnya yang juga memaparkan tentang pembelajaran

    Audiolingual adalah Rorong (2009) dalam judul Metode Pembelajaran Berbasis

    Teori Linguistik Struktural Seputar Metode Audiolingual. Dalam tulisannya

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    13/136

    13

    tersebut dipaparkan mengenai latar belakang metode audiolingual, pembelajaran

    dengan metode audiolingual, penyebaran dan keterbatasan audiolingual serta

    dibahas singkat tentang perbedaannya dengan ASTP.

    Selanjutnya, dari mahasiswa Fakultas Tarbiyah yang membahas tentang

    Analisis Behaviorisme Terhadap Lima Prinsip Metode Audiolingual (2010)

    Dalam tulisannya ini, membahas mengenai sejarah munculnya metode

    audiolingual, yang memberikan penjelasan tentang behaviorisme dalam psikologi

    yang diikuti dengan pembahasan sejarah munculnya metode audiolingual, dan

    prinsip-prinsip metode audiolingual.

    Selanjutnya, terdapat tulisan dari Darningsih (2005) yang berjudul

    Peningkatan Penguasaan Kosakata untuk Memahami Wacana Bahasa Inggris

    Melalui Penggunaan Media Permainan Scrabblepada Siswa Kelas 1 SMP Negeri

    2 Ampel, Boyolali. Dalam tulisannya Darningsih ingin mengetahui seberapa

    jauhkah keefektifan media scrabble dalam meningkatkan pembelajaran

    penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa. Tulisan ini bersifat PTK yang

    memiliki tahapan-tahapan penelitian yang terbagi menjadi empat, perencanaan,

    tindakan, observasi dan refleksi.

    Terakhir, tulisan Rahayu (2002) yang membahas tentang variasi metode

    dan penggunaan media dalam pembelajaran dalam judul penelitian : Penerapan

    Variasi Metode Dan Penggunaan Media Pembelajaran Sebagai Upaya

    Peningkatan Hasil Belajar Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas II B Cawu III Pada

    Mata Pelajaran Sejarah Di SLTP Negeri 2 Sukawati. Dalam penelitian ini Puji

    Rahayu meneliti mengenai peningkatan hasil belajar siswa dan peningkatan

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    14/136

    14

    motivasi belajar siswa setelah diterapkannya variasi metode dan penggunaan

    media pembelajaran.

    Keunggulan tulisan-tulisan yang telah dibuat di atas adalah mampu

    menjelaskan tentang strategi penguasaan kosakata dan prinsip-prinsip metode

    audiolingual yang bervariasi. Namun, tulisan-tulisan tersebut belum membahas

    tentang penerapan nyata yang dilakukan pada sebuah institusi atau organisasi

    kursus dan mengukur peningkatan penguasaan kosakata dengan menggunakan

    metode audiolingual. Dari kajian pustaka yang telah dipaparkan diatas, terdapat

    beberapa kemiripan cara atau proses meneliti dari penelitian Wiyanjani, Ramiani,

    Dhewi, Darningsih dengan penelitian yang dilakukan penulis. Kemiripan tersebut

    terletak pada penggunaan metode maupun teknik untuk mengetahui peningkatan

    pembelajaran, baik pembelajaran kosakata maupun pronunciation. Dari kajian

    pustaka yang telah disebutkan, penulis juga menggunakan teori yang dipaparkan

    oleh Ardi (2010) dalam menjelaskan tentang cirri-ciri metode audiolingual.

    Dalam penulisan yang akan dilakukan kali ini, dicermati keunggulan

    tulisan-tulisan sebelumnya. Tulisan ini akan meneliti tentang bagaimana

    penerapan pembelajaran metode audiolingual pada suatu lembaga kursus bahasa

    Inggris dalam upaya untuk meningkatkan penguasaan kosakata. Untuk kasus ini

    yang terpilih adalah lembaga kursus Kumon EFL.

    2.2 Konsep

    Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri

    umum sekelompok objek, peristiwa, atau fenomena lainnya. Dalam penelitian ini,

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    15/136

    15

    dicermati beberapa konsep penting yang dijadikan dasar acuan dalam penelitian

    yang akan dilakukan. Konsep tersebut meliputi konsep pembelajaran dan

    pembelajaran, konsep metode audiolingual, konsep kosakata, konsep pemerolehan

    bahasa kedua, konsep linguistik struktural, dan konsep Kumon EFL.

    2.2.1 Peningkatan dan Penguasaan

    Peningkatan adalah suatu proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha,

    kegiatan, dsb) (KBBI3) Peningkatan dalam hal ini adalah suatu proses

    meningkatkan pengetahuan tentang kosakata bagi siswa.

    Penguasaan adalah proses, cara, perbuatan menguasai atau mengusahakan.

    Penguasaan dapat juga berarti pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan

    (pengetahuan, kepandaian, dsb) (kbbi3) Menurut kamus umum bahasa Indonesia,

    penguasaan berarti perbuatan (hal dsb) menguasai atau menguasakan.

    2.2.2 Kosakata

    Kosakata adalah perbendaharaan kata (Tim Penyusun Kamus Pusat

    Bahasa 1995:527) Kosakata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa,

    kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis, kata yang

    dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Daftar kata yang disusun seperti

    kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.

    Kosakata (Inggris:vocabulary) adalahhimpunankata yang diketahui oleh

    seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatubahasa tertentu.

    Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Himpunanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Katahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasahttp://id.wikipedia.org/wiki/Katahttp://id.wikipedia.org/wiki/Himpunanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggris
  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    16/136

    16

    dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan

    digunakan oleh orang tersebut untuk menyusunkalimatbaru. Kekayaan kosakata

    seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dariintelejensia atau

    tingkatpendidikannya (Wikipedia.com).

    Menurut Kridalaksana (1993), kosakata adalah komponen bahasa yang

    memberikan informasi tentang arti dan kata-kata yang digunakan dalam bahasa

    sedangkan dalam Websters Ninth College Dictionary, kosakata dirumuskan

    seperti berikut.

    a. Sebuah daftar atau kumpulan kata dan frasa yang biasanya tersusun secara baik

    dan dijelaskan atau diberi definisi.

    b. Jumlah atau persediaan kata-kata yang dimiliki oleh suatu bahasa dalam suatu

    bidang pengetahuan.

    c. Sebuah daftar atau kumpulan dari istilah atau kode yang tersedia untuk

    digunakan.

    Hatch dan Brown menyatakan bahwa kosakata adalah suatu daftar atau

    rangkaian kata untuk suatu bahasa tertentu yang mungkin digunakan oleh

    pembicara perseorangan. Kamus Webster juga menyatakan bahwa kosakata

    adalah sebuah daftar atau kumpulan dari kata yang tersusun secara alphabet dan

    dijelaskan, persediaan kata yang digunakan dalam suatu bahasa bagi kelas,

    individu dan lain sebagainya.

    Menurut Roget (1980), kosakata dijelaskan, seperti berikut.

    a. sebuah daftar kata yang sering diberi pengertian atau diterjemahkan yang

    termasuk didalamnya berupa ungkapan dan dua kata kerja;

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Intelejensia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Intelejensia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat
  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    17/136

    17

    b. semua kata dari suatu bahasa;

    c. ekspresi asli dari bidang tertentu, subjek, perdagangan atau kebudayaan.

    Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah komponen

    suatu bahasa dan jumlah kata yang dimiliki oleh seseorang, profesi dan

    sebagainya, dalam suatu komunikasi dan segala aspek dari kehidupan seperti

    perdagangan, pendidikan, bisnis, sosial, politik, dan sebagainya.

    2.2.3 Metode

    Dalam pembelajaran dan pembelajaran bahasa, terdapat beberapa metode

    yang dapat digunakan. Pengertian metode serta pengertian pendekatan dan teknik

    pembelajaran dijelaskan dalam pembahasan ini. Pendekatan dan teknik

    diikutsertakan karena terdapat pengertian yang tumpang tindih mengenai metode

    dengan pendekatan dan teknik. Ketiga istilah tersebut mempunyai ikatan yang

    sangat erat dan saling menentukan. Maka dari itu, akan dijelaskan pula pengertian

    pendekatan dan teknik dalam konteks pembelajaran.

    Metode adalah cara yang digunakan untuk memahami sebuah objek

    bahasan sebagai bahan ilmu yang bersangkutan. Menurut Bisno (1969), metode

    adalah cara yang digeneralisasikan dengan baik agar dapat diterima atau

    digunakan secara sama dalam satu disiplin, praktik atau bidang disiplin praktik.

    (googlechrome.com)

    Pada hakikatnya, metode adalah suatu prosedur untuk mencapai suatu

    tujuan yang telah ditetapkan yang meliputi pemilihan bahan, urutan bahan,

    penyajian bahan, dan pengulangan bahan. (Solchan dkk, 1997)

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    18/136

    18

    Menurut Iskandarwassid & Suhendar (2009), metode adalah sebuah

    prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun sifat dari sebuah

    metode adalah prosedural.

    Menurut Agung (1991:1), metode berasal dari kata metha dan hodos.

    Metha artinya dilalui dan hodos artinya jalan atau cara. Jadi, pengertian dari

    metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

    Menurut Surakhmad (1991:96), metode adalah cara yang di dalamnya

    merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Jadi, bila dikaitkan dengan

    pembelajaran, metode memiliki arti cara-cara yang digunakan dalam

    pembelajaran suatu bidang tertentu. Depdikbud (1992/1993:13)

    Sumber lain mengatakan bahwa metode adalah rencana keseluruhan

    suguhan materi bahasa yang baik yang tidak ada yang menyangkal dan

    kesemuanya itu berdasarkan pendekatan yang dipilih. Pendekatan bersifat

    aksiomatik dan metode bersifat prosedural. Dari satu pendekatan, ada banyak

    metode yang bisa digunakan (Allen and Campbell, 1985). Pendekatan adalah

    sikap atau pandangan tentang sesuatu yang biasanya berupa asumsi atau

    seperangkat asumsi yang saling berhubungan dengan sesuatu. Oleh sebab itu,

    pendekatan bersifat aksiomatis. Artinya, tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya.

    Di dalam pembelajaran bahasa, pendekatan merupakan pandangan, filsafat, atau

    kepercayaan tentang hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa yang diyakini oleh

    guru bahasa. (Solchan dkk, 1997)

    Dikatakan pula bahwa pendekatan merupakan sikap atau pandangan

    tentang sesuatu yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    19/136

    19

    berkaitan. Dalam pembelajaran atau pembelajaran bahasa, pendekatan merupakan

    pandangan, filsafat, atau kepercayaan tentang hakikat bahasa dan hakikat

    pembelajaran atau pembelajaran bahasa yang diyakini dan tidak perlu dibuktikan

    lagi kebenarannya. (Iskandarwassid, 2009)

    Pendekatan berisi tentang pandangan, filosofi, suatu artikel

    kebenaran_sesuatu yang dipercaya tapi tidak wajib untuk dibuktikan (Allen,

    1985), sedangkan teknik adalah cara-cara dan alat-alat yang digunakan guru

    dalam kelas. Dengan demikian, teknik adalah daya upaya, usaha-usaha, atau cara-

    cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan

    pembelajaran di kelas pada saat itu. Sumber lain mengatakan bahwa teknik adalah

    sebuah cara khas yang operasional, yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan

    yang telah ditetapkan, berpegang pada proses sistematis yang terdapat dalam

    metode. Oleh karena itu, teknik lebih bersifat tindakan nyata berupa usaha atau

    upaya yang dgunakan untuk mencapai tujuan (Iskandarwassid, 2009) Teknik

    harus konsisten dengan metode dan tentu selaras dengan pendekatan yang

    digunakan. Teknik tergantung pada guru, seni mengajarnya dan menurut

    komposisi kelas. (Allen and Campbell, 1985)

    2.2.4 Pembelajaran

    Berdasarkan Cambridge International Dictionary of English,

    pembelajaran berarti memberikan (seseorang) pengetahuan untuk mengajarkan

    atau melatih (seseorang), sedangkan dalam Longman Dictionary of Contempory

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    20/136

    20

    English menyatakan bahwa pembelajaran adalah untuk menunjukkan seseorang

    bagaimana melakukan sesuatu atau untuk mengganti ide seseorang.

    Pembelajaran dapat pula diartikan dengan kegiatan pendidikan dimana

    telah terjadinya interaksi belajar mengajar antara komponen-komponen

    pembelajaran, khususnya antara guru dan siswa dengan komponen-komponen

    pembelajaran lainnya. Pembelajaran erat hubungannya dengan pembelajar dan

    pembelajaran. Pembelajar sama artinya dengan siswa sedangkan pembelajaran

    adalah setiap perubahanperilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai

    hasilpengalaman. Pembelajaran bahasa memiliki dua sisi untuk itu, yaitu

    mengetahui dan melakukan (competence and performance), yang pertama

    berasosiasi dengan media dan yang kedua dengan mediasi perspektif pada arti

    (mediation perspective on meaning) (Widdowson, 1990).

    Menurut Darsono (2000: 71) pembelajaran harus mampu membina

    kemahiran pada peserta didik secara kreatif sehingga dapat menghadapi situasi

    sejenis atau bahkan situasi yang baru sama sekali dengan cara yang memuaskan.

    2.2.5 Audiolingual

    Audiolingual adalah sesuatu yang berkaitan dengan latihan mendengar dan

    berbicara (dalam pembelajaran bahasa) (http:www.artikata.com). Dengan

    demikian, dapat disimpulkan bahwa definisi metode Audiolingual, yaitu sebuah

    metode pembelajaran bahasa yang lebih banyak menekankan keterampilan

    menyimak dan mengembangkan keterampilan berbicara. Prinsip metode ini

    http://id.wikipedia.org/wiki/Perilakuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengalamanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengalamanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku
  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    21/136

    21

    adalah seseorang yang ingin belajar suatu bahasa harus sering mendengarkan

    tuturan-tuturan bahasa tersebut.

    Metode audiolingual adalah hasil perpaduan antara linguistik struktural

    dengan psikologi behavioris yang memandang proses pembelajaran dari sudut

    Conditioning. Metode ini berkembang sekitar tahun empat-puluhan. Metode

    Audiolingual pertama kali dicetuskan oleh Fries, seorang professor dari

    universitas Michigan Amerika. Metode ini bersandar pada teori-teori dari

    linguistik struktural. Metode ini memiliki beberapa sebutan, antara lain Fries

    Method danMichigan Method. (Rorong, 2009)

    Menurut Iskandarwassid (2009), metode audiolingual adalah metode yang

    mengutamakan pengulangan. Cara itu dilakukan untuk efisiensi waktu dalam

    belajar bahasa. Dalam metode ini pembelajaran bahasa difokuskan pada pelafalan

    kata, pelatihan pola-pola kalimat yang berulang-ulang secara intensif.

    Pendapat lain mengatakan bahwa Metode Audiolingual adalah mengenai

    bentuk tanpa fungsi (forms without functions). Metode Audiolingual tersebut

    dikatakan sebagai kunci baru yang menggantikan kunci lama (metode grammar-

    translation dan metode membaca) yang mana metode audiolingual ini merupakan

    metode ilmiah (scientific method) yang berdasarkan pada analisis stuktural dari

    bahasa lisan. Metode ini juga memperkenalkan konsep tentang fonem, alofon,

    morfem, dan alomorf (Savignon, 1983)

    Metode Audiolingual modern menekankan pada urutan listening-speaking-

    reading-writingpada intruksi bahasa asing. Pentingnya latihan pada pendengaran

    yang mengembangkan kemampuan untuk berbicara akan menghasilkan banyak

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    22/136

    22

    penekanan pada keterangan-keterangan mengenai bahasa asing tersebut. Latihan-

    latihan yang ada di kelas kebanyakan adalah latihan berbicara. Siswa harus

    mendengarkan rangsangan dari audio dan mengikutinya dengan cepat atau

    membuat suatu respon lainnya (Allen and Campbell, 1985).

    2.2.6 Kumon EFL (English as a Foreign L anguage)

    Kumon adalah suatu sistem pendidikan rumah yang bertujuan untuk

    mengembangkan kemampuan akademis anak-anak agar mereka dapat menjadi

    orang yang berguna bagi masyarakat, dan untuk meningkatkan kemampuan

    belajar mandiri sehingga mereka menjadi anak-anak yang mandiri.

    Kumon bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada sebanyak

    mungkin kepada anak agar dapat belajar dengan bahan pelajaran Kumon. Kumon

    selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan menggali potensi

    mereka secara berkesinambungan. (Kumon: 2009)

    Kumon adalah sistem perseorangan yang cocok untuk segala usia. Dengan

    menempatkan pentingnya kemampuan setiap siswa, Kumon berkeinginan untuk

    membentuk dan menumbuhkan potensi sifat dan kemampuan belajar setiap

    individu. Kelas Kumon di luar Jepang yang pertama dibuka di New York pada

    1974. Sejak itu Kumon telah tersebar di 46 negara dan region yang berbeda

    walaupun terdapat perbedaan dalam gaya hidup, sistem pendidikan, dan

    kebudayaan.

    Kumon menyuguhkan sistem belajar yang menitikberatkan pada latihan /

    drill yang dilakukan dengan memberikan PR setiap harinya untuk menumbuhkan

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    23/136

    23

    kebiasaan dan kedisiplinan dalam diri anak tersebut. Latihan mendengarkan CD

    dari penutur asli Amerika dan menirukan kembali cara pengucapan bahasa Inggris

    tersebut akan memberikan efek yang baik nantinya untuk penguasaan

    kosakatanya. Selain mendapatkan CD dan buku pegangan dengan banyak gambar,

    kumon juga memberikan lembar kerja siswa setiap harinya yang harus dikerjakan

    melalui mendengar CD terlebih dulu. Baik pada buku pegangan maupun lembar

    kerja siswa, terdapat banyak gambar, dari tingkatan dasar hingga tingkat tinggi.

    Gambar dibubuhkan dengan maksud mempermudah dan menarik siswa untuk

    belajar bahasa Inggris. Dengan latihan setiap hari dan melakukan pengulangan-

    pengulangan belajar diharapkan siswa dapat terbiasa untuk mendengar dan

    berbicara dalam bahasa Inggris. Aspek pertama yang ingin dicari adalah

    keterampilan dalam bidang mendengarkan terlebih dahulu, kemudian berbicara,

    lalu membaca dan akhirnya menulis. Dari tiap tingkatannya, Kumon EFL

    memiliki tujuan pencapaian masing-masing. Tingkat awal atau tahap 1 (7A, 6A,

    5A) memiliki tujuan pencapaian dalam hal menghubungkan suara dan gambar,

    tingkat selanjutnya atau tahap 2 (4A, 3A, 2A) memiliki tujuan pencapain dalam

    hal menghubungkan suara dan gambar serta menulis, tingkat di atasnya atau tahap

    3 (A, B, C) memiliki tujuan pencapaian seperti sebelumnya dalam hal percakapan.

    Tahap 4 (D, E, F) memiliki tujuan pencapaian dalam hal tata bahasa awal yang

    juga meliputi tujuan pencapaian dari tahap sebelumnya. Tahap 5 (G, H, I)

    memiliki tujuan pencapaian lebih lanjut, yaitu memantapkan kosakata dari tahap

    sebelumnya. Terakhir, tahap 6 (J, K, L) memiliki tujuan pencapaian tingkat lanjut

    yang mana sudah harus mengerti segala yang dipelajari di tahapan sebelumnya

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    24/136

    24

    dan mampu mengerti tentang isi bacaan yang diberikan di Kumon EFL (reading

    comprehension).

    Kumon EFL merupakan salah satu jenis kursus belajar dari beberapa

    pilihan kursus di Kumon seperti kursus belajar matematika, EE, dll. EFL itu

    sendiri singkatan dari English as a Foreign Language. Dalam EFL program

    terdapat buku teks EFL, dan tape / CD playerdengan lembar kerja yang sudah

    disesuaikan (Gebhard, 1996). Materi pelajaran Kumon EFL telah dibuat

    sedemikian rupa dari level awal hingga level terakhir beserta dengan tujuan yang

    ingin dicapai dari tiap levelnya, namun bukan berbentuk silabus pada umumnya.

    Pada penelitian ini penulis membuat suatu silabus yang terdiri atas kompetensi

    dasar, materi, kegiatan pembelajaran, indikator, teknik, instrumen, waktu dan

    sumber. Selain silabus, terdapat pula RPP atau lesson planyang berisi kegiatan

    awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

    2.3 Landasan Teori

    Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua teori

    inti, yaitu teori mengenai kosakata dan teori yang mendasari pokok-pokok

    pembahasan audiolingual. Teori kosakata terdiri atas teori strategi pembelajaran

    kosakata menurut Singleton (2008), teori tentang aspek-aspek kosakata menurut

    Redman (2001) dan teori kelas kata menurut George Stern (2003) dan Margono

    (2006) Teori yang mendasari pokok-pokok pembahasan audiolingual yaitu teori

    Skinner mengenai verbal behavior (1957), teori Lado (dalam Tarigan, 1988)

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    25/136

    25

    mengenai landasan hukum empiris audiolingual dan teori Chastain (1976)

    mengenai ciri-ciri utama audiolingual.

    2.3.1 Strategi Pembelajaran Kosakata

    Pembelajaran kosakata dapat dikembangkan secara umum berdasarkan

    kelas kata yang ada. Dari satu kata dapat dikembangkan dengan luas dan

    mendapatkan kelas kata yang lainnya dengan menghubungkan kata-kata tersebut.

    Misalnya, kata book buku yang masuk dalam kelas kata benda (noun) dapat

    dikembangkan dengan pertanyaan: apa yang dapat anda lakukan dengan kata

    ini? jawabnya adalah: membaca (read), menulis (write), digunakan (used), dll.

    Berdasarkan jawaban yang ada, muncul kelas kata baru yaitu kelas kata kerja

    (verb). Bila terdapat pertanyaan tentang: bagaimanakah buku itu? maka

    jawaban yang muncul adalah: tebal (thick), tipis (thin), berat (heavy), ringan

    (light), menarik (interesting), jelek (bad), dll yang memunculkan kelas kata baru,

    yaitu kelas kata sifat (adjective). Lain halnya bila menggunakan kalimat

    pertanyaan bagaimanakah pada umumnya orang membaca buku? maka jawaban

    yang ada adalah: dengan membaca pelan (read slowly), membaca cepat (read

    fast), dll. Jawaban tersebut memunculkan kelas kata keterangan (adverb) yang

    lebih menekankan pada cara. Bila ingin lebih mengembangkan penguasaan

    kosakata tersebut dengan mencari kelas kata depan (preposition) maka dapat

    dilakukan dengan pertanyaan dimanakah pada umumnya orang membaca buku?

    maka jawabanya adalah: di perpustakaan (at the library), di kamar (in the room),

    di kelas (at the classroom), di bawah pohon (under the tree), dll.

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    26/136

    26

    Menurut Singleton (2008), pembelajar bahasa pada umumnya penerima

    yang pasif, walaupun dalam beberapa prosedur pembelajaran, pembelajar tersebut

    dapat ikut berpartisipasi. Pengajar memberikan makna dan bentuk dari suatu

    leksikal. Arti leksikal tersebut dapat disajikan, baik secara lisan maupun tertulis.

    Cara yang pada umumnya digunakan dalam mengajarkan kosakata adalah sebagai

    berikut.

    a. Menghubungkan antara bahasa kedua (bahasa Inggris) dengan bahasa pertama

    (bahasa Indonesia).

    Strategi pembelajaran bahasa ini biasanya digunakan pada saat memeriksa

    pemahaman siswa tetapi dapat pula digunakan saat mencari persamaan dan

    perbedaan antara bahasa 2 dengan bahasa 1, terutama saat hal yang sedang

    dipelajari ini dirasa akan menimbulkan banyak kesalahan.

    b. Mendefinisikan arti.

    Definisi dapat berbentuk sebagai: sinonim, antonim, definisi analitik (X is

    a Y which), definisi taksonomi (Autumn is a season), memberikan contoh atau

    lawan kata, memberikan superordinat dari suatu bentuk kata (rose is a flower),

    menjelaskan fungsi, definisi gramatikal (worse, comparison of bad), definisi

    melalui penghubungan (danger, lives have not been protected), definisi dengan

    pengklasifikasian (family, a group of people), dan definisi penuh.

    c. Presentasi dengan menghubungkan kata-kata

    Pengajar menciptakan suatu situasi (skenario) yang mendekati dengan

    konteks apa yang ingin diajarkan. Konteks dapat diberikan dalam satu kalimat

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    27/136

    27

    saja, tetapi pengajar juga dapat memberikan beberapa kalimat dimana kata yang

    dimaksud juga muncul. Siswa lalu menebak arti dari kalimat-kalimat tersebut.

    d. Menghubungkan secara langsung antara arti kata dengan benda atau peristiwa.

    Strategi ini sering digunakan untuk siswa yang pemula atau masih kecil.

    Prosedurnya meliputi demonstrasi dan bantuan gambar (secara visual) yang juga

    dapat digunakan sebagai isyarat untuk dapat mengingat suatu kata.

    e. Keterlibatan aktif dari siswa dalam suatu presentasi

    Disini pengajar memberikan dorongan kepada siswa untuk menemukan

    arti kata dari bagian-bagiannya atau dengan memberikan bantuan, seperti pengajar

    menunjukkan sebuah gambar dan mengundang siswa untuk memberikan

    penjelasan atau pengajar dapat memberikan suatu kata dan membiarkan siswa

    mencari definisi atau sinonimnya.

    Dalam rangka untuk menghasilkan hubungan antara arti kata dengan

    bentuknya, siswa perlu untuk distimulasi atau dirangsang untuk memahami

    pelafalan dari suatu kata tersebut. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat

    dilakukan.

    a. Latihan Oral (oral drill)

    Pengajar melafalkan kata beberapa kali dan siswa mendengarkan,

    kemudian siswa mengulanginya dengan suara lantang (berkelompok atau

    perseorangan), selanjutnya siswa melafalkan kata-kata tersebut kepada diri

    mereka sendiri (dengan suara yang pelan).

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    28/136

    28

    b. Tulisan fonetik dan grafik presentasi

    Tulisan fonetik dan grafik presentasi di sini dimaksudkan agar siswa lebih

    mudah mempelajari pelafalan bunyi dari suatu kata seperti bunyi yang panjang

    dituliskan dengan tanda di atas atau di sekitarnya.

    c. Menjelaskan dengan bentuk grafik

    Cara ini dapat digunakan dengan menulis di papan tulis, menggarisbawahi

    kata yang dipelajari atau menebalkannya untuk memudahkan melihat.

    d. Mendorong siswa untuk mencoba dan melafalkan.

    2.3.2 Aspek-Aspek Kosakata

    Menurut Redman (2001), terdapat beberapa aspek penting dalam kosakata

    yang perlu diperhatikan dalam mengajar kosakata, yaitu:

    a. Batasan antara arti konseptual

    Tidak hanya mengetahui apa maksud dari suatu kata yang dimaksud, tetapi

    juga mampu mengetahui di mana batasan tersebut dibedakan dari suatu kata yang

    mempunyai makna yang mirip (contohnya: cup, mug)

    b. Polisemi

    Polisemi membedakan antara beragam makna dari satu kata yang memiliki

    makna serupa (head: of a person, of a pin, of an organization).

    c. Homonim

    Homonim membedakan antara banyak makna dari sebuah bentuk kata

    yang memiliki beberapa makna yang masih berhubungan (e.g. a file: used to put

    papers in or a tool).

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    29/136

    29

    d. Homofon

    Homofon merupakan pemahaman suatu kata yang memiliki pelafalan

    sama tetapi cara pengucapan dan makna yang berbeda (e.g. mints, mince, muscle,

    mussel).

    e. Sinonim

    Sinonim memberikan pengertian dari suatu kata yang berbeda dengan

    makna kata yang sama (e.g. extend, increase, expand).

    f. Arti Afektif

    Arti afektif membedakan makna denotasi dan konotasi yang tergantung

    dari sikap pembicara atau situasi. Asosiasi kebudayaan sosial adalah salah satu

    faktor penting lainnya.

    g. Style, register, dialek

    Style, register, dialek Mampu membedakan tingkatan yang berbeda dari

    suatu bahasa resmi, akibat dari konteks dan topik yang berbeda sama halnya

    dengan perbedaan dalam variasi geografik.

    h. Terjemahan

    Kesadaran antara perbedaan tertentu dan persamaan antara bahasa asli

    dengan bahasa asing.

    i. Potongan bahasa / chunks of language

    Beragam kata kerja, idiom, kata sanding yang kuat maupun yang lemah,

    frasa leksikal.

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    30/136

    30

    j. Tatabahasa dari Kosakata

    Mempelajari peraturan yang ada yang memberikan siswa kesempatan

    untuk membuat bentuk lain dari suatu kata atau bahkan membuat kata yang

    berbeda dari satu kata (e.g.sleep, slept, sleeping, able, enable, disability).

    k. Pelafalan

    Memiliki kemampuan untuk menyadari dan mengatakan suatu kata dalam

    percakapan atau pidato.

    2.3.3 Kelas Kata

    Belajar alphabet adalah langkah awal untuk dapat membaca dan menulis.

    Dengan belajar tentang bagian dari berbicara dan menulis, kita mulai untuk

    mengerti kegunaan dan fungsi dari suatu kata dan bagaimana kata kata dapat

    tergabung dan menyatu membuat sebuah komunikasi yang bermakna.

    Kebanyakan siswa tidak mampu berkomunikasi dan menulis secara gramatikal

    yang benar karena mereka tidak memiliki kegunaan dan fungsi dari tiap tiap

    bagian dari berbicara dan menulis tersebut. Bagian bagian tersebut akan dijelaskan

    sebagai berikut.

    1)Noun(Kata Benda)

    Noun(kata benda)sering ditujukan untuk menamai seseorang, tempat atau

    benda. Berikut adalah contoh dari noun: lake, sea, girl, friend, square, day,

    library, India, Indonesia, idea, truth, uncle, holyday, eye, Susilo Bambang

    Yudhoyono, class, dll. Susilo Bambang Yudhoyono adalah noun karena nama

    dari seseorang, India adalah noun karena nama tempat.

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    31/136

    31

    Noun (kata benda) dapat dibedakan menjadi dua sub kelas. Satu

    diantaranya memiliki dua bagian.

    a.Proper Nouns

    Proper Nounsadalah nama orang-orang, tempat, dan sesuatu yang

    biasanya diawali dengan huruf kapital pada bagian awal penulisan.

    Contoh: Debbie Mars

    Australia Sydney Opera House[Proper Noun Group]

    b. Common Nouns

    Common Nouns biasanya tidak diawali dengan huruf kapital

    pada awal penulisan katanya, kecuali saat kata tersebut terletak pada

    awal kalimat. Common Nouns dapat dibedakan menjadi dua bagian:

    Count Nouns cup loaf stalk

    coin plank sheet

    Count nouns merupakan kata benda yang dapat dihitung

    dan memiliki bentuk tunggal dan bentuk jamak.

    Noncount Nouns money bread hay

    milk wood paper

    Noncount Nouns merupakan kata benda yang tidak dapat

    dihitung dan dalam bentuk tunggalnya tidak dapat ditambahkan

    kata a atau an didepan kata tersebut.

    Dalam mempelajari kosakata, salah satu cara yang dapat dilakukan agar

    pengetahuan mengenai kosakata tersebut meningkat salah satunya adalah dengan

    menambahkan keterangan (modifier) pada awal atau akhir kata benda

    (membentuk frasa benda). Frasa benda baik panjang maupun keruwetannya tidak

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    32/136

    32

    dapat dibatasi (kecuali oleh daya pikir kita sendiri) karena unsur dalam frasa itu

    dapat diperluas strukturnya (Margono, 2006:1) Perhatikan contoh dibawah ini.

    The breathtakingly beautiful tall girl standing in the corner of the room

    who became very angry because you knocked over her glass of wine when you

    were hastily and unattentively entering the room with your new wife is Maria.

    Dalam frasa benda diatas unsur girl merupakan head (inti) yang diberi

    keterangan (modifier) di depannya dan dibelakangnya. Terutama unsur leksikal

    (kata benda, kata sifat, kata kerja) dalam frasa benda dapat diberi keterangan

    bersusun. Modifier yang berwujud nounbiasanya mempunyai hubungan yang erat

    dengan headnya sehingga terbentuk struktur yang menyerupai kata majemuk,

    misalnya patung kayu Bali. Berikut contoh struktur seperti itu (office furniture)

    yang dapat diperluas dengan menambahkan kata lain di depannya sebagai

    modifier. Berikut contoh meluaskan kata benda dengan menambahkan modifier di

    depan head. Perhatikan bahwa kita menerjemahkannya masih mengikuti aturan

    umum, dari kanan ke kiri.

    Bahasa Inggris Bahasa Indonesia

    office furniture mebel kantortax office furniture mebel kantor pajak

    income tax office furniture mebel kantor pajak pendapatan

    overseas income tax office furniture mebel kantor pajak pendapatan luar

    negeri

    middle east overseas income tax office

    furniture

    mebel kantor pendapatan luar negeri

    Timur Tengah

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    33/136

    33

    Dari tabel perluasan kata benda diatas, dapat dilihat bahwa dari satu kata

    inti/head:furniture/mebel, dapat meluas menjadi 6 kosakata yaitu kata office, tax,

    income, overseas, middle, dan east.

    Akhiran Pembentuk Kata benda

    Berikut ini akan dijelaskan beberapa akhiran yang dapat membentuk suatu

    kata menjadi kata benda.

    a) Pembentuk agen atau objek

    -er : driver, employer, examiner, writer

    -or : actor, collector, director, educator, elevator, protector, sailor,

    visitor

    -ar :beggar, liar

    -ant :accountant, assistant, attendant, combatant, pollutant, servant

    -ist :biologist, chemist, economist, dentist, scientist

    -ee :employee, examinee, refugee, referee, invitee, presentee

    b) Pembentuk kata benda dari kata kerja (verb)

    -age : breakage, coverage, leakage (kebocoran), drainage, marriage

    -al : approval, arrival, refusal

    -ance : acceptance, appearance, performance

    -ery : delivery, discovery, recovery

    -ment : agreement, arrangement, employment, management

    -sion :collision, decision, division, confusion

    -ation : education, attention, solution

    -ure :departure, failure, closure

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    34/136

    34

    c) Pembentuk kata benda abstrak dari kata sifat (adjective)

    -ance/-ence : imporatance, absence, presence, diligence

    -ity : ability, activity, divinity, equality

    -ness : darkness, happiness, kindness

    -th : length, strength, truth, width

    Berikut akan dijelaskan mengenai bentuk kata benda yang sama dengan kata kerja

    dan kata sifat.

    Bentuk Kata Benda dan Kata Kerja yang Sama

    aim fall move smile

    answer guess note stop

    cause hope order talk

    change influence plan trouble

    demand interest play walk

    doubt joke quarrel water

    dream laugh rest work

    end lock result

    Bentuk Kata Benda dan Kata Sifat yang Sama

    alternative ideal

    bilingual, monolingual, multilingual manual

    essential native

    individual potential

    Catatan

    (1) Kata sifat dapat difungsikan sebagai kata benda untuk membuat acuan umum,

    the poor (orang-orang miskin), the rich (orang-orang kaya), the strong

    (orang-orang kuat).

    (2) Untuk nama bangsa dan bahasa, bentuk kata benda dan kata sifat sama, an

    Indonesia (orang Indonesia), he speaks Indonesian.

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    35/136

    35

    Kata Benda Kongret dan Abstrak

    Secara semantik ada kata benda kongkret seperti pig,kata benda abstrak

    seperti difficulty. Kata benda abstrak dapat tergolong count (remark/remarks)

    maupun uncount (warmth/warmths). Jika kata benda itu mengacu kepada konsep,

    kata benda itu tergolong uncountable,jika mengacu kepada peristiwa, kata benda

    itu biasanya tergolong countable.

    Contoh kata benda abstrak countable:

    meetingmeetings

    arrivalarrivals

    discoverydiscoveries

    Contoh kata benda abstrak uncountable:

    Employment, happiness, honesty, literature, sleep

    NOUN CommonNoun Count Noun Concrete book, toyAbstract difficulty, beauty

    Uncount Noun Conctrete gold, iron, butter

    Abstrack music, homework

    Proper Noun Joni, Sarah, London

    Contoh kata benda yang dapat berfungsi sebagai count dan uncount

    (dis)agreement difficulty noise success

    abuse dislike pain thoughtbeer fear pleasure fruit

    protest war space stone

    cake shampoo rain water

    chicken improvement snow coffee

    language sound conversation land

    toothpaste detergent business life

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    36/136

    36

    2)Verb (Kata Kerja)

    Verb (kata kerja)sering ditujukan sebagai sebuah kata yang menunjukkan

    aksi atau tindakan. Verb adalah inti dari suatu kalimat, jadi setiap kalimat harus

    memiliki verb. Memperhatikan verb adalah langkah yang paling penting untuk

    mengerti maksud dari sebuah kalimat. Dalam kalimat The dog bit a man, bit

    adalah verb yang menunjukkan aksi/kegiatan dari kalimat. Dalam kalimat The

    man is sitting on a chair, walaupun aksi/kegiatannya tidak menunjukkan banyak

    aktivitas, sitting adalah verb dari kalimat tersebut. Perbedaan dari verbs

    menunjukkan perbedaan makna yang berkaitan dengan maksud-maksud tertentu

    seperti tensis (past, present, future), orang (orang I, orang ke II, orang ke III),

    nomber (singular, plural) dan bentuk kalimat (aktif, pasif).

    Verb (kata kerja) dapat membentuk sebuah kelas kata, adapun bagian-

    bagiannya adalah:

    a. Melakukan suatu pekerjaan:

    take, went, jumping, talks, ran

    b. Dapat membuat suatu bentuking, atau infinitive (bentuk to-):

    toswim/swimming toread/reading

    tobe/being totake/taking

    c. Dapat dikombinasikan dengan kata benda, determiners, dan kata ganti,

    untuk memberitahu kita siapa (atau apa) yang dilakukan, untuk apa, dan

    untuk siapa.

    We slept soundly.

    They played hockey.

    Adam gave Tia a present.

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    37/136

    37

    d. Dapat muncul baik dalam bentuk sendiri (single verns)maupun dalam

    bentuk kelompok (verbs groups) - yaitu suatu untaian kata yang

    berkombinasi membentuk satu arti.

    Single Verbs

    know learns discover understood

    Verbs Groups

    have known is learning will discover may have understood

    Kata kerja mempunyai dua bagian sub kelas:

    a. lexical verbs (dapat dikatakan dictionary verbs) adalah kata kerja yang

    mempunyai arti.Run, jump, sit, stand;

    b. auxiliary verbs/kata kerja bantu(dapat dikatakan helping verbs) adalah kata

    kerja yang biasanya digunakan untuk tujuan gramatikal daripada untuk arti;

    They haveall gone

    They will not return

    They didnot see the snow

    Kata kerja yang ditebalkan diatas tidak memiliki arti, mereka adalah auxiliary

    (kata kerja bantu). Tanpa mereka kalimat tetap memiliki arti tetapi tidak

    gramatikal.

    They all gone

    They not returnThey not see the show

    3)Adjective(Kata Sifat)

    Adjective (kata sifat) sering ditujukan sebagai sebuah kata yang

    menjelaskan atau memberikan informasi lebih tentang noun atau pronoun.

    Adjective menjelaskan nounsdalam bentuk sebagai keterangan ukuran, warna, dan

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    38/136

    38

    nomber. Dalam kalimat The lazy cat sat on the rug, kata lazyadalah adjective

    yang memberikan informasi lebih mengenai noun (cat). Banyak kata sifat yang

    muncul memang berfungsi sebagai kata sifat, seperti: long, short, blue, red tetapi

    banyak pula kata sifat yang terbentuk dari bentuk dari kelas kata lainnya

    (termasuk kata sifat) dengan adanya penambahan akhiran.

    Noun (kata benda) Adjective (kata sifat)

    memory memorable

    person personalfame famous

    Verb (kata kerja) Adjective(kata sifat)

    depend dependent

    cease ceaseless

    forget forgetful

    Adjective (kata sifat) Adjective (kata sifat)

    green greenish

    intense intensive

    optic optical

    Adjectives memiliki tiga sub kelas sebagai berikut.

    a.Descriptive Adjective

    Descriptive adjective adalah tipe adjective yang paling umum. Beberapa

    dari tipe ini terbentuk dari anggota kelas kata lain yang diikuti oleh akhiran.

    (reason reasonable, wonder wonderful). Jenis adjective yang

    kedua, descriptive adjective sangat berbeda dengan adjective jenis determiners,

    seperti diungkapkan oleh Frank (1972: 110), " Descri ptive adjectives usuall y

    indicate an inherent qual i ty (beauti fu l, intell igent), or a physical state such as

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    39/136

    39

    age, size, color. I nf lectional and derivational endings can be added only to this

    type of adjective."

    Artinya, semua kata sifat (adjective) yang menyatakan kualitas, kondisi

    fisik sepeti usia/umur, ukuran dan warna disebut descriptive adjective. Berbeda

    dengandeterminer yang bentuknya paten tidak bisa ditambahkan

    akhiran, descriptive adjectivemalah sangat mungkin diimbuhi akhiran karena

    jenis adjectiveini saja yang bisa diperbolehkan.

    Contoh:

    Jenis adjectiveyang tidak bisa ditambahkan akhiran (determiner)

    The sexy girl went for a walk.

    (determiner the tidak bisa ditambahkan akhiran apapun karena bentuknya tidak

    bisa diganggu gugat).

    The sexiestgirl went for a walk.

    (descriptive adjectivesexybisa diberi imbuhan -est menjadi sexiest).

    Beberapa contoh descri ptive adjectiveyang menyatakan kualitas:

    beautiful

    smart

    ugly

    pretty

    stupidclever

    patient

    honest

    http://hallurmala.blogspot.com/2011/06/jenis-jenis-adjective-1-determiners.htmlhttp://hallurmala.blogspot.com/2011/06/jenis-jenis-adjective-1-determiners.html
  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    40/136

    40

    b.Proper Adjectives

    Adjective (adjectives of origin) tipe ini biasanya dibentuk dengan

    akhiran dari proper nouns. Layaknya seperti proper nouns, proper adjectives

    biasanya dimulai dengan huruf kapital.

    Proper Noun Proper Adjective

    Australia Australian

    China Chinese

    Shakespeare Shakesperian

    Hobart Hobartian

    c. Verbal Adjectives

    Kata sifat verbal adalah kata kerja yang berfungsi sebagai kata sifat.

    1) Bentuking (present participle):

    Shaking taking noting

    2) Bentuken (past participle), biasanya dengan akhiranenataued.

    Shaken taken noted

    Dari penjelasan diatas, kita dapat merangkum akhiran kata yang dimiliki

    oleh kata sifat yang diderivasi dari kelas kata lain, seperti yang dijelaskan oleh

    Margono (2006:1).

    -able : [rawan terhadap, cenderung untuk, dapat di-] fit for, tending to,

    given to]comfortable, drinkable, eatable, lovable, notable, regrettable,

    reliable, workable; [dapat menyebabkan]: agreeable, changeable,

    knowledgeable, peaceable, perishable

    -al : [bercirikan] cultural, directional, fictional, hormonal, medical,

    organizational, spectral, tidal, musical

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    41/136

    41

    -an : [termasuk, tergolong]: American, Wesleyan, Slavian, urban,

    suburban

    -ant : [dalam keadaan, atau bertindak sebagai]: ascendant, elegant,

    expectorant, pretendant propellant, somnambulant; catatan sebagai

    suffiks pembentuk kata benda pelaku atau alat: tenant, defendant,

    applicant, contestant, propellant, lubricant, deodorant

    -ar : [termasuk, bersifat, seperti] linear, molecular, nuclear, polar,

    spectacular, triangular, anmular, oracular, angular, muscular, titular,

    angular, circular, linear, muscular, nuclear, polar, titular

    -en : [terbuat dari]: earthen, golden, wooden, woolen; catatan: [tidak

    produktif karena ada kecenderungan besar menggunakan kata benda

    sebagai modifier seperti pada:gold cup, wheat cake]

    -ent : [berbuat atau berada dengan cara tertentu]: apparent, dependent,

    reverent, subsequent

    -ial : [lihatal; terkait dengan]: martial, manorial

    -ible : [variasi dari able, akhiran untuk kata-kata dari bahasa Latin]:

    credible, horrible, legible, sensible, visible

    -ic : 1[bersifat atau berbentuk]: panoramic; 2[terkait dengan atau

    berisi]: alcoholic, boric, cinammic, oleic; 3[seperti atau bercirikan]:

    Byronic, quixotic, Puritanic; 4[terkait dengan, menggunakan,

    menunjukkan]: Vedic, electronic, atomic; 5[bercirikan atau

    menunjukkan]: nostalgic, affected with, allergic, paraplegic,

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    42/136

    42

    6[disebabkan oleh]: amoebic; 7[cenderung menghasilkan]:

    analgesic

    -ious : mengandung, mempunyai]: atrocious, hilarious, clamorous,

    glamourous, pretentious

    -ish : [bersifat, seperti, cenderung seperti]: amateurish, childish, foolish,

    selfish, bookish, boyish, girlish, freakish; [agak, mendekati, kurang

    lebih]: brownish, reddish, whitish, fiftyish, sevenish, [termasuk]:

    British; Danish; English; Spanish

    -ive : [berhubungan dengan]: attractive, coordinative, expensive,

    productive, corrective, destructive, detective, passive, sportive

    -ful : [penuh denganm mempunyai, bersifat]: eventful, joyful, painful,

    shameful, beautiful, careful, thoughtful, useful, peaceful, boastful,

    [cenderung untuk]: wakeful, harmful, [menyerupai]: masterful;

    [dapat]: mournful, bashful

    -less : [tanpa]: careless, childless, helpless, useless

    -ous : [berisikan]: dangerous, courageous, gaseous (dari gas),piteous (dari

    pity),poisonous, spacious (darispace), vigorous (dari vigour)

    -y : [mengandung]: dirty, dusty, sleepy, funny, muddy, woolly (dari wool)

    Akhiran kata sifat yang utama:

    -able: comfortable -ish: greyish

    -ful: playful -less: useless

    -al: physical -ous: dangerous

    -ic: scientific -y: dirty

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    43/136

    43

    Banyak kata sifat yang tidak mempunyai akhiran, misalnya good, hot,

    little, young, fat. Kita juga tidak dapat mengidentifikasi kata sebagai kata sifat

    hanya karena dapat diinfleksi (dalam perbandingan) walaupun benar bahwa

    banyak kata sifat dapat diinfleksikan untuk komparatif dan superlatif (eg. Short-

    shorter-shortest).

    Empat Kriteria Kata Sifat

    a) Dapat berfungsi sebagai atributif (yang terletak di antara determiner dan kata

    benda, misalnya an ugly painting.

    b) Dapat berfungsi sebagai predikatif (sebagai komplemen subjek), atau sebagai

    komplemen objek.

    The painting is ugly

    I thought the painting ugly

    c) Dapat diberi premodifier very.

    They are very happy

    The very happy children

    d) Dapat mengambil bentuk komparatif dan superlatif baik secara infleksi

    [=dengan akhiran er dan est] maupun secara perifrastik [= dengan

    menggunakan more dan most].

    Happy-happier-happiest [secara infleksi]Intelligent-more intelligent-most intelligent [secara perifrastik]

    4)Adverb(Kata Keterangan)

    Adverb (kata keterangan) biasanya dimaksudkan sebagai kata yang

    memberikan informasi lebih tentang verb, adjectiveatau adverblainnya.Adverbs

    menjelaskan verbs, adjectives, and adverbs dalam hal keterangan waktu,

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    44/136

    44

    frekuensi, dan tingkah laku. Dalam kalimat Roy runs very fast verymenjelaskan

    adverb (fast) dan memberikan informasi mengenai seberapa cepat Roy berlari.

    Banyak adverbs muncul sebagai adverbs: here, there, now, then, tetapi

    banyak pula adverbsyang terbentuk dari adjectivedengan penambahan akhiran

    ly.

    Adjective Adverb

    slow slowly

    steady steadilybright brightly

    whole wholly

    Tidak semua kata yang diakhiri dengan akhiran ly adalah adverb.

    Beberapa adjectives juga diakhiri dengan akhiran ly. Kita dapat melihat bahwa

    itu adalah adjectivedari kenyataan bahwa mereka memodifikasi nouns.

    They had a kindly manner

    adjective noun

    It was a friendly thing to do

    adjective noun

    Klasifikasi Bentuk

    Secara morfologi adverb (kata keterangan) dapat dikelompokkan sebagai

    berikut.

    a)Adverbsederhana, misalnya: just, only, well. Banyak adverb sederhana terkait

    dengan makna posisi dan tempat: back, down, near, out, under.

    b)Adverb majemuk, misalnya:somehow, somewhere, therefore, dan yang formal:

    whereupon, herewith, whereto.

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    45/136

    45

    c) Adverb derivasional. Banyak dari adverb yang diderivasi dari adjective (kata

    sifat) dengan diberi akhiranly:

    oddly, interestingly, warmly, quckly

    Contoh adverb tipe lain dengan afiks derivasional lain:

    Clockwise, sideways, cowboystyle, schoolboy-fashion, northward(s)

    Membedakan Adverbdari Kelas Kata Lain

    No Contoh dalam kalimat Ulasan

    1 -You write well

    -Im not (feeling) well. [Saya merasa tidak

    sehat]

    Well = Adverb

    Well = Adjective

    2. - An early riser gets up early

    - An ambitioud man has high aims. He aims

    high.

    - He gave a low bow. He bow low.

    - Run in a straight line. Run straight to the tape.

    Sejumlah adjective (kata

    sifat) berbentuk sama

    dengan adverb (kata

    keterangan)

    3. I cant see the road clearly. Wipe the

    windscreen clear.

    Clearly = adverb

    Clear = adjective

    4. -This is hard work. We have to work hard. -Hard work = pekerjaan

    berat (hard = adjective).

    -work hard = bekerja

    berat (hard= adverb)

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    46/136

    46

    Pembentukan Adverbdari Adjective dengan Akhiranly

    a)Adjectiveberakhiranlediubah menjadi adverbial dengan akhiranly.

    simple-simply

    whole-wholly

    b)Adjectiveberakhiran konsonan +y, diubah menjadi adverbberakhiranily.

    happy-happily

    Dalam beberapa hal akhiran y pada adjectivetidak diubah

    dry-dryly/drily

    shy-slily/slyly

    c)Adjectiveberakhiranic danical diubah menjadiically.

    economic, economical-economically

    tragic, tragical-tragically

    Kekecualian:

    public-publicly, *publically

    d) Participle berakhiraned diubah menjadiedly dengan ucapan [idli].

    assured-assuredly

    learned-learnedly

    marked-markedly

    e)Adjectiveberakhiranary diubah menjadiarily

    secondary-secondarily

    primary-primarily

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    47/136

    47

    5)Pronoun(Kata Ganti)

    Pronoun (kata ganti) sering dimaksudkan sebagai sebuah kata yang bisa

    digunakan sebagai sebuah noun. Contohnya, John is a student, pronoun he

    dapat digunakan menggantikan tempat noun (John) dan kalimatnya menjadi He

    is a student.Pronouns dapatsering digunakan jadi tidak perlu untuk mengulang

    nounberkali-kali.

    Pronoundapat dibedakan menjadi empat sub kelas:

    a.Personal Pronoun

    Personal pronoun mengacu pada kamu, aku dan kepada orang lain. Daftar

    dibawah ini menunjukkan bentuk yang berbeda daripersonal pronouns.

    Subjective Objective Possessive [Possessive Emphatic

    Pronouns Pronouns Pronouns Determiners] Refl exive

    Pronouns

    I me mine [my] myself

    You you yours [your] yourself

    He him his [his] himself

    She her hers [her] herself

    It it its [its] itself

    We us ours [our] ourselves

    You you yours [your] yourselves

    They them theirs [their] themselves

    b. Indefinite Pronouns

    Indefinite Pronouns adalah some-, any-, no-, every- yang dikombinasikan

    denganbody, -one, -thing:

    somebody anybody nobody everybody

    someone anyone no one everyone

    something anything nothing everything

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    48/136

    48

    c. Interogative Pronouns

    Interogative Pronouns adalah pronouns yang digunakan dalam bentuk

    Tanya. Terdapat lima interrogative pronouns:

    who? whom? whose? what? which

    d. Relative Pronouns

    Relative Pronouns terletak pada bagian depan dari adjective clauses

    (disebut juga dengan relative clauses) yang memodifikasi sebuah noun atau

    sebuahpronoun.Relative Pronounsyang paling umum adalah:

    who whom whose which

    that when where

    6)Preposition(kata depan/preposisi)

    Preposition(kata depan) adalah sebuah kata yang menunjukkan hubungan

    dengan kata-kata lainnya dalam suatu kalimat. Hubungan tersebut antara lain;

    arah, tempat, waktu, sebab, cara, dan jumlah. Dalam kalimat He went to the

    store, to adalah sebuah preposition yang menunnjukkan arah. Dalam kalimat

    They came by bus, by adalah sebuah preposition yang menunjukkan cara.

    Dalam kalimat They will be here at threeoclock,at adalahprepositionyang

    menunjukkan waktu dan dalam kalimat It is under the table, under adalah

    prepositionyang menunjukkan tempat.

    Prepositiondapat diidentifikasi berdasarkan fungsinya yang menunjukkan

    hubungan antara sesuatu. Berikut adalah daftar dari lima puluh Preposition(kata

    depan) yang paling umum.

    aboard behind in over

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    49/136

    49

    about below inside past

    above beneath into plus

    across beside like round

    after between minus through

    against beyond near to

    along by next towards

    amid despite of under

    among down off unlike

    around during on up

    at except onto with

    atop for opposite

    before from out

    Makna dasar preposition (kata depan/preposisi) berkaitan dengan ruang

    dan waktu, tetapi biasanyapreposition digunakan secara idiomatik, sehingga kita

    perlu memerhatikan cara penggunaan dan maknanya yang khusus dalam kalimat.

    Dalam garis besarnya makna preposition berkaitan dengan perihal berikut:

    a) ruang (in, on, outside)

    b) waktu (in, at, on, during, since, for)

    c) arah atau gerak (into, up, down)

    d) sebab (because of, due to, thank to, owing to, on account of)

    e) hal (about, on, concerning, instead of)

    f) alat, cara, dan lain-lain (with a hammer in amazement, in blue dress)

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    50/136

    50

    Preposisi yang sama mempunyai arti yang berbeda-beda sesuai dengan

    tautannya. Sering artinya tidak dapat dipisahkan dari frasanya, seperti dalam of

    course, because of, despite of, an account of (Margono, 2006:5)

    7)Conjunction(Kata Penghubung)

    Conjunction(kata penghubung) adalah sebuah kata yang menghubungkan

    kata-kata atau kelompok kata lainnya. Dalam kalimat Bill and Betty are friends,

    conjunction and menghubungkan dua noun. Dalam kalimat, It is early but we

    can go, conjunctionbut menghubungkan dua kelompok kata.

    Conjunction(kata penghubung) dapat dibedakan menjadi dua bagian:

    a. Coordinating Conjuctions

    And, but, either.or, neither.nor

    b. Subordinating Conjuctions

    Kata benda whoever, whichever, that

    Adjectival who, whom, which, that

    Adverbial if, unless, when, because

    8)I nterj ections(Kata Seru)

    Interjection adalah sebuah kata seperti ughh!, gosh!, wow!, yang

    menunjukkan ungkapan emosi atau seperti senang, kaget, terkejut, dan jijik, tapi

    tidak menunjuk pada arti lain.Interjectionsjarang digunakan dalam berbicara atau

    menulis.

    Berdasarkan kegunaannya interjectionsdapat dibedakan menjadi:

    a. Sosial Calls and Greetings

    bless you good day hello please

    bye-bye good morning how do you do sorry

    congratulations good night hi thanks

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    51/136

    51

    b. Emotional Outbursts and Commands

    boo hallelujah ouch whew

    bravo hooray rack off wow

    cool hush shoo yummy

    c. Work and Sport Calls

    check goal timber

    checkmate play objection

    fore on overruled

    fault off on a point of order

    d. Animal Sounds

    woof miaow quack-quack moo

    bow-bow purr oink-oink grr

    e. Blasphemies and Obsenities

    jeez (dari jesus) gosh (dari God)

    bloody oath crap

    f. Assent and Dissent

    yes OK (atau okay) no

    sure thing uh-uh yeah

    nah nope

    2.3.4 Verbal Behavior

    Teoritikus terpenting dari pembahasan mengenai audiolingual adalah

    Skinner terutama dalam tulisannya Verbal Behavior(1997). Uraian panjang lebar

    mengenai percobaan-percobaan dengan binatang yang merupakan dasar dari

    teorinya dapat ditemukan dalam uraian Lamerand (dalam Wojowasito, 1972:105)

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    52/136

    52

    Geprogrammeerde instructive en het talenpracticum. Nantinya, teorinya tersebut

    menjabarkan secara luas tentang pokok-pokok pembahasan audiolingual. Selain

    itu, penelitian ini akan didukung oleh teori yang dipaparkan oleh Lado (dalam

    Tarigan) mengenai lima hukum empiris yang mendasari audiolingual, dan

    Chaistain menjelaskan ciri-ciri utama audiolingual.

    Adapun pokok-pokok pembahasan audiolingual menurut Skinner, 1957 adalah

    sebagai berikut

    a. Belajar bahasa asing itu adalah proses mekanis pembentukan kebiasaan,jadi merupakan pemupukan deretan kebiasaan (North East Conference,

    1961:44)

    b. Cara paling baik untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan adalah: beberapabulan yang menggunakan pola latihan serius dan mekanik stimulus-

    respons (Politzer, 1965:17)

    c. Kebiasaan-kebiasaan itu diperkuat oleh reinforcement dan oleh karenaitu sangat penting bahwa siswa berbicara dalam bahasa asing sesering

    mungkin daripada hanya mendengarkannya (Rivers, 1968 : 53)

    d. Kebiasaan bahasa asing yang dapat dipupuk secara paling efisien denganmemberikan jawaban-jawaban yang tepat dan tidak membuat kesalahan-

    kesalahan. Oleh karena itu pada tiap latihan harus diikuti jawaban yang

    benar sebagai koreksi, sebagaifeed back.

    e. Bahasa asing itu merupakan bagian tingkah laku manusia, dan itu menjadikemutlakan bahwa mahasiswa harus dibuat begitu rupa hingga ia mampu

    berperilaku, artinya menggunakan bahasa dalam situasi yang sungguh-

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    53/136

    53

    sungguh karena metode audiolingual menjadikan bahasa dalam bentuk

    dialog (Brooks, 1964:106) Dialog yang disajikan harus berkali-kali

    diulang oleh siswa, dihafal sampai tak terhitung jumlahnya sehingga

    pertanyaan dan jawaban tersebut menjadi sesuatu yang otomatis dan

    sesudah itu jawaban-jawaban tersebut digunakan dalam situasi lain (yang

    diganti atau diubah).

    f. Dari apa yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa bahasa lisan harusdidahulukan terhadap bentuk bahasa yang bagaimanapun dan mulai

    dengan kursus murni audio-oral. Tahap pertama dalam metode

    audiolingual adalah melatih kemampuan mendengar/menyimak dan

    kemampuan berbicara tanpa menggunakan bahasa tulis terlebih dahulu

    (North East Conference, 1960:20).

    g. Mahasiswa belajar pola-pola kalimat dan kenyataan-kenyataan / peristiwa-peristiwa gramatikal dengan analogi menurut model-model yang

    diberikan. Bila latihan-latihan telah berhasil dilakukan berulangkali,

    analogi berfikir akan membimbing siswa pada jalan linguistik yang benar

    sama seperti yang terjadi pada siswa penutur asli dalam mempelajari

    bahasa mereka sendiri (Brooks, 1964:139)

    h. Belajar bahasa bukanlah kesibukan intelektual, karena analisis intelektualakan menyebabkan keraguan dalam memilih bahasa yang digunakan,

    sedangkan pembicara suatu bahasa yang lancar menghasilkan bahasa

    dengan rangkaian yang benar tanpa perlu menganalisis apa yang telah

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    54/136

    54

    dikatakannya dan dapat berkonsentrasi pada pesan yang ingin

    disampaikan. (Rivers, 1968:76)

    Sejumlah hal baru datang dari pendapat-pendapat tersebut di atas. Melalui

    audiolingual inilah banyak negara menemukan jalannya untuk menjadikan bahan

    pelajaran secara lisan, yaitu pemakaian dialog-dialog sebagai bahan pelajaran,

    memberikan drill dari pola-pola kalimat secara intensif.

    2.3.5 Landasan Hukum Empiris Audiolingual

    Menurut Lado (dalam Tarigan, 1988:234) ada lima hukum empiris

    yang mendasari audiolingual. Kelima hukum tersebut dibicarakan dalam uraian

    berikut.

    1) Hukum dasar hubungan yang meyatakan bahwa apabila dua pengalaman terjadi

    bersama-sama, kemunculan yang satu akan mengingatkan kembali pada yang

    satu lagi.

    2) Hukum latihan yang mengemukakan dengan tegas bahwa semakin sering

    sesuatu responsi dipraktikkan, semakin baik pula hal itu dipelajari dan

    semakin lama diingat.

    3) Hukum intensitas yang menyatakan bahwa semakin intensif sesuatu responsi

    dipraktikkan, semakin mantap hal itu dipelajari dan semakin lama pula akan

    diingat.

    4) Hukum asimilasi yang menyatakan bahwa setiap kondisi yang baru terangsang

    justru cenderung menimbulkan responsi yang sama dengan yang telah

    ditimbulkan oleh kondisi-kondisi yang sama pada masa lalu.

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    55/136

    55

    5) Hukum pengaruh yang menyatakan bahwa apabila suatu responsi disertai atau

    diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang memuaskan, responsi itu semakin

    diperkuat, semakin terterima. Apabila suatu responsi diikuti oleh peristiwa

    yang menjengkelkan, responsi itu justru dihindarkan, tidak terterima.

    2.3.6 Ciri-Ciri Utama Audiolingual

    Hukum-hukum behavioris yang mendasari kelima dasar Audiolingual di

    atas, juga terdaftar dalam karya Chastain (1976) dan dirangkum sebagai berikut

    1. Tujuan pembelajaran B2 adalah mengembangkan diri para siswakemampuan-kemampuan yang sama dengan yang dimiliki oleh para

    pembicara aslinya.

    2. Bahasa pertama hendaklah dilarang di dalam kelas3. Para siswa harus belajar berbicara tanpa memperhatikan bagaimana

    bahasa itu disusun.

    4. Latihan dan praktik yang sungguh-sungguh haruslah mendahuluisetiap penjelasan, dan diskusi mengenai tata bahasa harus dalam waktu

    yang sangat singkat.

    5. Dalam mengembangkan ke empat ketrampilan (menyimak, membaca,berbicara, menulis), urutan alamiah yang dijalankan dalam belajar

    bahasa haruslah dipelihara dan dipegang terus.

    Selain ciri-ciri yang diungkapkan di atas, audiolingual juga memiliki ciri

    khas dari materi yang terdapat di dalam buku-buku teks yang disusun. Ciri-ciri

    khas yang terdapat dalam materi yang berdasarkan audiolingual tersebut, pada

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    56/136

    56

    umumnya terdiri atas tiga unit atau bagian, yaitu dialog, latihan-latihan pola serta

    kegiatan penerapannya. teksteks yang yang terdapat dalam buku tersebut

    disesuaikan dengan urutan pembelajaran bahasa yang sebenarnya. Oleh sebab itu,

    kegiatan membaca biasanya ditangguhkan sampai pembelajar telah memiliki

    kemampuan lisan atas bahan yang dipelajarinya. Kemudian, mereka disuruh

    berlatih menggunakan struktur dan kosakata yang terdapat dalam pelajaran yang

    sama melalui latihan-latihan tulis.

    2.4 Model Penelitian

    Penelitian ini menggunakan praktik tinjauan kelas untuk meneliti

    penerapan metode audiolingual yang ada di Kumon EFL dan melihat seberapa

    jauh peningkatan penguasaan kosakata pada siswa setelah belajar menggunakan

    metode audiolingual tersebut.

    Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, secara garis

    besarnya dapat digambarkan seperti diagram berikut.

    KOSAKATA

    Metode Audiolingual (MAL)(Linguistik Struktural (+) Psikologi Behavioris)

    Tempat Kursus Kumon EFL

    Tingkat Hasil Belajar Siswa

    Gambar 2.4.1 Model Penelitian

    Siklus I Siklus II

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    57/136

    57

    Dalam penelitian ini terdapat dua siklus yang nantinya akan dilakukan.

    Siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi

    dan refleksi. Adapun bagan penelitiannya akan terlihat seperti berikut:

    Siklus I Siklus II

    Gambar 2.4.2 Desain PTK

    Sumber: Kurt Lewin (1999: 15)

    Perencanaan Perencanaan

    Refleksi Pelaksanaan Refleksi Pelaksanaan

    Observasi Observasi

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    58/136

    58

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Metode penelitian sangatlah penting dalam suatu penelitian, karena dengan

    adanya metode penelitian, akan ditunjukkan bagaimana penelitian tersebut

    terlaksana. Bab ini akan membahas pendekatan penelitian yang digunakan, lokasi

    penelitian, jenis dan sumber data, Instrumen penelitian, metode dan teknik

    pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, dan yang terakhir, yaitu

    metode dan teknik penyajian data.

    3.1 Pendekatan Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan

    kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjabarkan

    karakteristik data-data yang ada, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan

    untuk mengukur suatu nilai dari data yang ada. Pendekatan kualitatif yang

    dilakukan nanti didasarkan pada penjabaran mengenai penguasaan kosakata siswa

    yang belum belajar dengan menggunakan metode audiolingual di Kumon EFL

    yang didapat melalui observasi dan pencatatan. Pendekatan kuantitatif dilakukan

    dengan pencarian data hasil tes siswa, baik yang merupakan data hasil tes awal

    maupun data hasil tes akhir.

    58

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    59/136

    59

    3.2 Lokasi Penelitian

    Adapun lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah tempat

    kursus bahasa Inggris, yaitu Kumon EFL yang bertempat di Jl. Gatot Subroto

    Barat, Denpasar, Bali yang meneliti siswa perseorangan. Dari beberapa tempat

    kursus yang ada maupun Kumon EFL yang lainnya, tempat ini dipilih karena

    merupakan tempat kursus yang paling strategis dengan jumlah siswa yang banyak,

    sehingga memberikan lebih banyak pilihan dalam menentukan sumber data.

    3.3 Jenis dan Sumber Data

    3.3.1 Jenis Data

    Jenis data dapat berupa kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif (data yang

    berupa kata-kata yang diuraikan dalam bentuk penjelasan) diperoleh dari catatan

    peneliti selama penelitian berlangsung, sedangkan data kuantitatifnya (data yang

    berupa angka dan nilai-nilai) diperoleh dari nilai hasil tes awal, nilai hasil tes

    akhir dan kuesioner.

    3.3.2 Sumber Data

    Sumber data penelitian ini adalah siswa Kumon EFL Gatot Subroto Barat,

    yang berlokasi di Jl. Gatot Subroto Barat no 188 B Denpasar Barat. Dari enam

    tahapan di Kumon (Tahap I: Level 7A, 6A, 5A, Tahap II: Level 4A, 3A, 2A,

    Tahap III: Level A, B, C, Tahap IV: Level D, E, F, Tahap V: Level G, H, I dan

    Tahap VI: Level J, K, L), tahap I lah yang terpilih untuk diteliti, khususnya

    tingkat dasar 7A yang jumlah siswanya adalah 20 siswa. Usianya berkisar antara 6

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    60/136

    60

    sampai 9 tahun. Siswa tingkat dasar 7A dipilih karena siswa tersebut memiliki

    kemampuan yang kurang dalam penguasaan kosakata, dengan demikian nantinya

    peningkatan penguasaan kosakata yang terjadi dapat terlihat secara lebih jelas.

    3.4 Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner

    sederhana, tes, dan catatan peneliti.

    3.4.1 Kuesioner sederhana

    Kuesioner sederhana nantinya diisi oleh pembimbing siswa sebagai alat

    pemeriksaan atas faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan

    penguasaan kosakata siswa dengan menggunakan metode audiolingual tersebut,

    selain dengan wawancara (kepada pembimbing). Kuesioner tersebut

    menggunakan bahasa Indonesia.

    3.4.2 Tes

    Selain kuesioner, penelitian ini juga mempergunakan beberapa tes yang

    ada di tempat kursus yang diteliti (dalam hal ini adalah Kumon EFL) baik sebagai

    tes awal maupun tes akhir. Tes awal digunakan untuk mengetahui mengenai

    kemampuan siswa dalam penguasaan kosakata sebelum dilakukannya treatment

    atau sebelum siswa belajar dengan menggunakan metode audiolingual, sedangkan

    tes akhir digunakan sebagai alat ukur tingkat kemampuan dan tingkat

    perkembangan penguasaan kosakata yang dicapai oleh anak yang belajar di

  • 5/27/2018 Unud 348 229302131 Thesis Desak Prabayanthi

    61/136

    61

    Kumon EFL, sejauh mana metode audiolingual tersebut berhasil meningkatkan

    penguasaan siswa dalam kosakata. Bentuk tes tulis tersebut akan dilampirkan di

    halaman lampiran.

    3.4.3 Catatan peneliti

    Catatan peneliti mencatat semua situasi kondisi dari proses pembelajaran

    yang menggunakan metode audiolingual yang tersusun dari lembaran observasi

    yang nantinya digunakan untuk mencari tahu hasil dari pengaplikasian metode

    audiolingual. Peneliti akan mencatat beberapa laporan penting yang dianggap

    perlu.

    3.5 Prosedur Penelitian

    Penelitian ini akan menggunakan peneli