bab iii analisis kasus
DESCRIPTION
educationTRANSCRIPT
BAB III
ANALISA KASUS
Penderita bernama mardianto, laki-laki, usia 32 tahun datang ke UGD
RSMH dengan keluhan sesak dan nyeri pada leher dan dada setelah
kecelakaan kerja. Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan, penderita
tetimpa kayu balok berdiameter sekitar 7,5 jam berdiameter ±20 cm panjang
±3 meter saat sedang berjalan. Balok jatuh dari ketinggian 5-6 meter dalam
posisi horizontal dan mengenai leher dan dada kanan. Penderita sempat tidak
sadar sebentar, Nyeri (+), sesak (+), sesak semakin bertambah (+), batuk darah
(-), mual (-), muntah (-). Dari anamnesis dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami trauma yang butuh penangan cepat karena sesak yang diderita
pasien bertambah berat.
Pada pasien trauma, dilakukan survey primer terlebih dahulu untuk
menilai airway, breathing, dan sirkulasi yang apabilah terganggu dapat
mengancam jiwa. Dari survey primer dadapatkan pasien dalam keadaan
kompos mentis, airway baik, pernapasan cepat 40 x/menit, sirkulasi (tekanan
darah 120/80 mmHg dan nadi 108 x/menit), dan skala nyeri 6. Dari anamnesis
dan survey primer menagalami gangguan breathing (pernapasan) dan
pernapasan semakin cepat sehingga penanganan awal yang diberikan adalah
oksigen sungkup untuk mencukupi kebutuhan oksigen penderita sehingga
metabolisme di dalam tubuh diharapkan tidak mengalami gangguan yang
lebih parah dan injeksi ketorolac untuk meringankan rasa nyeri.
Kemudian dilakukan survey sekunder dan didapatkan jejas dan krepitasi
empisema subkutis pada leher, pada regio thorax didapatkan jejas, dada kanan
tertinggal (+), nyeri tekan (+), krepitasi (+), empisema subkutis (+),
hipersonor pada hemithorax dextra, dan suara vesikuler melemah pada
hemithorax dextra. Dari survey sekunder didaptkan bahwa pasien mngalami
trauma rumpul thorax dextra dan pneumotorax dextra akibat akumulasi udara
pada cavum pleura. Pada pasien ini juga didapatkan empisema subkutis akibat
tekanan tinggi pada rongga pleura sehingga udara ditekan masuk ke jaringan
lunak melalui luka dan naik ke leher penderita. Hasil pemeriksaan radiologi
yaitu rongten thorax AP dan rongten leher menunjukkan terdapat
pneumothorax, empisema subkutis dan fraktur clavikula 1/3 tengah trasvers
displaced tertutup.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan radiologi kegawatan yang
mengancam pasien ini dan harus ditangani segera adalah pneumothorax.
Penanngan yang tepat dapat mencegah pasien pada kondisi yang lebih buruk,
yaitu tension pneumothorax. Untuk mencegah tension pneumothorax
dilakukan pemasangan chest tube/water sealed drainage (WSD). selain untuk
mencegah tension pneumothorax WSD dipasang untuk mendiagnosa apakah
pada pasien ini terdapat hematotorax. Setelah dipasang WSD didapatkan insial
blood (-) dan produksi (-) yang menujukkan tidak terdapat perdarahan atau
perdarahan minimal, undulasi (-) yang menandakan selang WSD terletak pada
rongga pleura, air buble (+) dan ekspiratori buble (+) menunjukkan terdapat
akumulasi udara pada rongga pleura (pneumothorax).
Pada pasien ini juga dilakukan pemasangan figure 8 of bandage untuk
memfiksasi sementara fraktur klavikula dan mengurangi rasa nyeri akibat
pergerakan fraktur dan direncanakan pemasangan ORIF apabilah keadaan
pasien sudah stabil.