bab ii ventilasi

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diagnosis dan Intervensi Komunitas Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi) (Duarsa, 2012.) 2.2. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian 35

Upload: davidmontana

Post on 14-Jul-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nfhfmhf

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Ventilasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diagnosis dan Intervensi Komunitas

Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan

adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara

pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan

permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu

prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan

kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi

sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan

diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat

(epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi

kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi) (Duarsa,

2012.)

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo,

2007.)

Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif,

maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku

tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung

lama (Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling

35

Page 2: BAB II Ventilasi

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan.

(Notoatmodjo, 2007)

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapatmenginterpretasikan benar tentang objek

yang diketahui, dan dapatmenginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan

menyebutkan cotoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus datang ke Posyandu

(Notoatmodjo, 2003.)

3. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan (Notoatmodjo, 2007).

4. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip

(Notoatmodjo, 2007)

5. Sintesis (Synthesis).

Sintesis menunujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada (Notoatmodjo,

2007).

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu

36

Page 3: BAB II Ventilasi

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo,

2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007)

adalah:

1. Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalampenelitian-penelitian

epidemiologi yang merupakan salah satu halyang mempengaruhi pengetahuan.

Umur adalah lamanya hidupseseorang dalam tahun yang dihitung sejak

dilahirkan. Semakintinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu

ataupengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperolehdari

pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan

perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu

dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses

belajar. Tingkatpendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhipersepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide

danteknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukankualitas

manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akanmemperoleh pengetahuan

implikasinya. Semakin tinggipendidikan, hidup manusia akan semakin

berkualitas karenapendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang

baikyang menjadikan hidup yang berkualitas.

3. Paparan media massa

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik makaberbagai ini

berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat,sehingga seseorang yang

lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak

dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki.

4. Sosial ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun skunder keluarga, status ekonomi

yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding orang dengan status ekonomi

rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang semakin mudah dalam

mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas.

5. Hubungan sosial

37

Page 4: BAB II Ventilasi

Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan

untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Apabila hubungan

sosial seseorang dengan individu baik, maka pengetahuan yang dimiliki juga

akan bertambah.

6. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa yang lalu. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya

diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan misalnya sering

mengikuti organisasi.

Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari

berbagai macam sumber, misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk,

petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengalaman

dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli

agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.(Notoatmodjo, 2003).

2.3 Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti

keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti

kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu

tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik

karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini 

merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri¬bakteri penyebab

penyakit) (http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001).

Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan

dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara

yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi

lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban (

humidity) yang optimum (http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF,

2001).

38

Page 5: BAB II Ventilasi

Terdapat 2 macam ventilasi, yakni: 

a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi

secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan

sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga

merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu

harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari ganguan-ganguan tersebut.

usahamendapatkan ventilasi alamiah bisa diperoleh

(http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001).

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk

mengalirkan udara tersebut, misalnya mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak

cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem

pembuatan ventilasi harus dijaga  agar udara tidak berhenti atau membalik lagi,

intinya harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan

keluarnya udara (http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001).

Ada beberapa indikator yang dapat menentukan satu rumah sudah memiliki tata

udara yang cukup bagus atau belum.Salah satunya dengan memperhatikan temperatur

ruang yang dirasakan penghuni.Aman biasanya memiliki temperatur udara berkisar

22–30 derajat Celsius.Selain itu, kecepatan dan volume angin yang masuk ke dalam

rumah juga turut menentukan.Cara perhitungannya adalah dengan menganalisis

besaran inlet atau banyaknya ventilasi udara masuk, serta outlet yakni ventilasi

bukaan udara keluar.Indikator kedua yaitu lokasi rumah dan lingkungan.Dua indikator

tersebut merupakan faktor penentu untuk mengetahui letak ventilasi yang tepat pada

sebuah rumah (http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001).

Lalu, untuk perhitungan tata udara secara buatan dilakukan dengan perhitungan

volume ruang dan konversi terhadap jenis kegiatan dalam ruangan tersebut.Tiap ruang

memiliki karakter dan kebutuhan masing-masing terhadap udara.Namun, yang paling

penting diperhatikan dan menjadi faktor utama adalah manusia atau penghuni itu

sendiri.Statistik bisa menentukan standardisasi kenyaman thermal dan kebutuhan

intensitas cahaya dalam ruang.Namun, pengalaman ruang yang dirasakan dan yang

diinginkan penghuni adalah hal yang paling utama

(http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001).

Prinsip membuat ventilasi rumah sehat adalah bagaimana membuat lebih mudah

bergerak dari luar ke dalam maupun sebaliknya.Oleh karenanya peletakan bukaan

39

Page 6: BAB II Ventilasi

ventilasi menjadi faktor penting.Agar angin yang masuk bisa mengalir dengan lancar

maka penempatan bukaan ventilasi dilakukan secara berhadapan (cross

ventilation).Kondisi ini mempermudah aliran udara untuk saling bertukar, satu bagian

menjadi tempat masuknya udara bagian yang berhadapan menjadi tempat

pengeluarannya begitu pula sebaliknya. Namun yang perlu diingat agar aliran udara

bisa mengalir melintang di seluruh ruang maka ketinggian lubang ventilasi yang

saling berhadapan sebaiknya dibuat tidak sama

(http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001).

Selain bergerak secara horizontal, aliran udara di dalam rumah juga bergerak

secara vertikal.Hal ini sesuai dengan prinsip dasar bahwa udara mengalir dari area

bertekanan tinggi (dingin) ke area bertekanan rendah (panas).Bagian atas rumah

cenderung lebih panas dari bagian bawah hal ini disebabkan karena adanya

pemanasan bangunan oleh sinar matahari (pada bagian atap bangunan).Kondisi ini

menyebabkan udara bergerak dari area bawah ke atas.Agar udara panas ini dapat

keluar, dan terjadi aliran maka perlu ditempatkan lubang angin di bagian atas

rumah.Dengan demikian, udara panas bisa terbuang digantikan udara yang lebih

dingin dari bagian bawah rumah

(http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001).

Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, di

antaranya: Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan.

Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum

5%.Jumlah keduanya menjadi 10% dikali luas lantai ruangan.Ukuran luas ini diatur

sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu

sedikit.  Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah

atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.  Aliran udara diusahakan

ventilasi silang dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding

ruangan.Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya

almari, dinding sekat dan lain-lain

(http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001).

Sistem ventilasi rumah yang ideal/sehat menurut Standar Nasional Indonesia

(SNI) minimal 20 % dari luas lantai ruangan.Proporsi volume udara yang dibutuhkan

dari masing-masing ruang memiliki nilai yang berbeda-beda.Hal ini disesuaikan

dengan fungsi ruang tersebut.Kamar mandi yang memiliki kelembaban tinggi, maka

40

Page 7: BAB II Ventilasi

membutuhkan pergantian udara sebanyak enam kali volume ruangnya (volume

dihitung dari luas ruang x tinggi ruang). Misal kamar mandi berukuran 3×3 m dengan

tinggi 3 m, membutuhkan pergantian udara sebanyak (3x3x3)x6 = 162 m2/jam.

Sedangkan kamar tidur membutuhkan pergantian udara sebesar 2/3 volume ruang tiap

jamnya (http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001).

Untuk ruangan yang berada di tengah-tengah dan tidak terdapat area bukaan

untuk mengalirkan udara, perlu dilakukan pendekatan yang berbeda. Kita bisa

menggunakan alat untuk membantu sirkulasi udara, misal exhaust fan atau ventilating

fan (penyedot udara). Di pasaran ada berbagai jenis exhaust fan, diantaranya wall

mount (dipasang di dinding), ceiling mount (dipasang di plafond/langit-langit) serta

window mount (dipasang di jendela). Prinsip peletakan exhaust fan adalah bersilangan

dengan bukaan depan. Hal ini bertujuan agar perputaran udara dapat berjalan secara

maksimal (http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001).

Perencanaan sistem ventilasi yang baik banyak member keuntungan.Di tengah

maraknya isu penghematan energi, sebuah rumah yang didesain dengan sistem

ventilasi yang baik, turut pula mendukung program ini. Pengaturan sistem

penghawaan yang baik akan menghemat penggunaan pengkondisi ruang (AC). Di sisi

lain, bukaan ventilasi berfungsi pula memasukkan terang langit sekaligus mendukung

sistem pencahayaan alami di dalam rumah. Sehingga pada waktu siang hari,

penggunaan lampu bisa diminimalkan sekaligus menghemat penggunaan listrik

(http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001).

Ventilasi memiliki fungsi sebagai saluran masuknya udara segar ke dalam

ruangan dan pengeluaran udara kotor dari dimana bila pada suatu rungan air ganti

tidak tersedia ventilasi yang baik akan dapat membahayakan kesehatan dan kehidupan

di dalam ruangan tersebut karena terjadinya kontaminasi oleh bakteri maupun zat

kimia. Selain itu bila pertukaran udara tidak berlangsung dengan baik akibat ventilasi

yang kurang baik dapat mengakibatkan rumah menjadi lembab dan merupakan tempat

yang subur bagi perkembangan mikroorganisme pathogen yang menimbulkan

beberapapenyakit seperti ISPA.gfhfytytfyghgyutuytytytgyfyffyryryfytytytytytytytry.

(http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_VENTI.PDF, 2001)

2.4. Pencahayaan

41

Page 8: BAB II Ventilasi

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak

terlalu banyak.Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama

cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang

baikuntuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak

cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusakkan

mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:

a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat

membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya baksil TBC.Oleh karena

itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya

jalan masuk cahaya luasnya sekurang¬kurangnya 15 % sampai 20% dari luas lantai

yang terdapat di dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela

diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak

terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini, di samping sebagai ventilasi, juga

sebagai jalan masuk cahaya.Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan

diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari

dinding).Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding

(tembok).Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.

Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng

biasa waktu pembuatannya,kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.

memperhitungkan besar cahaya yang masuk melalui bukaan atau jendela dapat

dilakukan dengan dua metode, yakni cara direktorat penyelidikan masalah bangunan

(DPMB) dan building coverage ratio (BCR).Rumah yang sehat memerlukan cahaya

yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak.Kurangnya cahaya yang masuk ke

dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga

merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit

penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan panas

dan silau akhirnya dapat merusakkan mata (Notoatmodjo, 2003).

b. Cahaya buatan yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti

lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya. Kualitas dari cahaya buatan

tergantung dari terangnya sumber cahaya (brightness of the source). Pencahayaan

buatan bisa terjadi dengan 3 cara, yaitu direct, indirect, semi direct atau general

diffusing(Notoatmodjo, 2003).

42

Page 9: BAB II Ventilasi

Secara umum pengukuran pencahayaan terhadap sinar matahari adalah dengan

menggunakan lux meter, yang diukur ditengah-tengah ruangan, pada tempat setinggi

< 84 cm dari lantai, dengan ketentuan tidak memenuhi syarat kesehatan bila < 50

luxatau > 300 lux, dan memenuhi syarat kesehatan bila pencahayaan rumah antara 50-

300   lux. Menurut Lubis dan Notoatmodjo (2003), cahaya matahari mempunyai sifat

membunuh bakteri, terutama kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut Depkes RI

(2002), kuman tuberkulosis hanya dapat mati oleh sinar matahari langsung. Oleh

sebab itu, rumah dengan standar pencahayaan yang buruk sangat berpengaruh

terhadap kejadian tuberkulosis. Menurut Atmosukarto dan Soeswati (2000), kuman

tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab dan gelap tanpa

sinar matahari sampai bertahun-tahun lamannya, dan mati bila terkena sinar matahari,

sabun, lisol, karbol dan panas api.

Kentungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari ventilasi danpencahayaan

yang baik adalah  efisiensi terhadap penggunaan listrik, lingkungan akan menjadi

sehat karena dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik dapat membunuh kuman

yang berbahaya bagi kesehatan dan juga dapat memaksimalkan potensi alam

(Notoatmodjo, 2003).

2.5. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori Pengetahuan

PENGETAHUANUMURPENDIDIKANPAPARAN MEDIA MASSASOSIAL EKONOMIHUBUNGAN SOSIALPENGALAMAN43

Page 10: BAB II Ventilasi

2.6. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep Pengetahuan

44

Page 11: BAB II Ventilasi

2.7. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala1 Pengetahuan

tentang ventilasi yang baik

Pengetahuan tentang ventilasi adalah pengetahuan tentang ventilasi ideal menurut SNI yaitu luas ventilasi minimal ≥ 20% luas ruangan,terdapat di setiap ruangan fungsinya sebagai pencahayaan yang masuk ke dalam ruangan dan pertukaran udara, serta perawatan berupa membersihkan ventilasi setiap hari, membuka ventilasi pagi hari.Dampak ventilasi yang buruk dapat menyebabkan ISPA dan TBC.

KuesionerLembar observasi

Wawancara terpimpin Observasi

-Baik >6 -Cukup 5-6-Buruk < 4

Ordinal

2 Pendidikan Pendidikan formal yang diselesaikan dan mendapat ijazah.

Kuesioner Wawancara terpimpin

-Rendah = SDdanSederajatatauTidakSekolah-Menengah = SMP danSederajat-Tinggi = S

Ordinal

45

Page 12: BAB II Ventilasi

MA/Sederajat dan perguruan tinggi

3 Paparan media masa

Paparan media masa tentang ventilasi adalah Informasi tentang ventilasi yang baik dari media elektronik yaitu TV dan radio, dan media cetak.

Kuesioner Wawancara terpimpin

Terpapar = mendapat informasi dari media elektronik atau media cetakTidak terpapar = tidap pernah mendapat informasi dari salah satu media sama sekali.

Nominal

4 Hubungan sosial

Hubungan sosial adalah adanya diskusi di rukun tetangga tentang ventilasi yang baik

Kuesioner Wawancara terpimpin

AdaTidak ada

Nominal

5 Ekonomi Pendapatan perbulan keluarga binaan

Kuesioner Wawancara terpimpin

Ya = ≥ UMRTidak = <

UMR

(UMR =

Rp.2.200.0

00,00.)

Nominal

46

Page 13: BAB II Ventilasi

47