bab ii tinjauan pustakarepository.poltekkesbdg.info/files/original/c19e3cc2059efdc72b6753… ·...
TRANSCRIPT
-
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Dasar Remaja
a. Definisi remaja
Remaja adalah suatu tahap perkembangan pada individu, dimana
remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, dan sosial
ekonomi dengan batasan usia antara 10-19 tahun (World Health
Organization, 2014). .
Remaja adalah seseorang yang berusia usia antara 10 sampai 18
tahun dan belum menikah (Kemenkes, 2014). .
Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-
kanak ke masa dewasa, juga merupakan suatu kematangan fisik,
kognitif, sosial, dan emosional yang cepat, pada anak laki-laki untuk
mempersiapkan menjadi laki-laki dewasa dan pada anak perempuan
untuk mempersiapkan diri menjadi wanita dewasa. Remaja terdiri dari
tiga fase yaitu, remaja awal (11-14 tahun), remaja pertengahan
(15-17 tahun), remaja akhir (18-20 tahun) (Wong, 2009). .
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan
suatu periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan
kematangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional.
-
9
b. Tahap pertumbuhan remaja
Menurut Dian Adriana (2011), menyatakan bahwa pertumbuhan
adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran. Pertumbuhan dapat diukur
secara kuantitatif. Indikator pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat
badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi, berat (gram, pon, kilogram),
ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Selama awal remaja, pertumbuhan berlangsung dengan cepat tetapi
kecepatannya menurun di pertengahan dan akhir masa remaja. Tinggi
badan pada anak laki-laki remaja berkisar dari 132 sampai 176,8 cm. Berat
badan anak laki-laki berkisar dari 35,3 sampai 95,8 kg. Rata-rata, anak
laki-laki akan mendapatkan tambahan 10 sampai 30 cm tinggi badan dan 7
sampai 30 kg berat badan.
Tinggi badan pada anak perempuan berkisar dari 144,8 samapi 173,6
cm, dengan berat badan berkisar dari 27,24 sampai 82,47 kg. Rata-rata,
anak perempuan akan mendapatkan tambahan tinggi badan sebesar 5-20
cm dan 7 sampai 25 kg berat badan selama masa remaja (Kyle & Susan,
2017).
c. Tahap perkembangan remaja
Menurut Kyle dan Carman (2017) menyatakan bahwa Setiap individu
yang memasuki usia remaja akan mengalami berbagai perkembangan
pada dirinya seperti:
-
10
a).Perkembangan biologis
Perubahan biologis pada masa pubertas merupakan hasil
perubahan hormonal yang berada dibawah pengaruh sistem saraf
pusat. Perubahan biologis yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan
fisik serta pada penampakan dan perkembangan karakterisitik seks
sekunder. Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan
berdasarkan dua karakteristik, yaitu: (1) karakteristik seks primer
merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi
reproduksi (misal: ovarium, uterus, payudara, penis); dan (2) karakter
seks sekunder yang merupakan perubahan di seluruh tubuh sebagai
hasil dari perubahan hormonal (misal: perubahan suara, munculnya
rambut pubertas, penumpukan lemak) tetapi tidak berperan langsung
dalam fungsi reproduksi. Kebutuhan sayur dan buah dibutuhkan
remaja untuk pertumbuhan tulang, pertumbuhan berat badan,
regenerasi sel tubuh, dan pertumbuhan organ-organ tubuh. ..
b). Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, selama masa remaja, remaja akan mencapai
sensasi atau rasa identitas. Saat remaja mencoba banyak peran berbeda
terkait dengan hubungannya dengan teman sebaya, keluarga,
komunitas dan masyarakat, ia mengembangkan sensasi individual
dirinya sendiri. Jika remaja tidak berhasil membentuk sensasi dirinya
sendiri, ia akan mengalami sensasi kebingungan atau difusi peran.
-
11
c). Perkembangan kognitif
Menurut Piaget, remaja berkembang dari kerangka kerja berpikir
konkret menjadi kerangka berpikir abstrak. Selama periode ini, remaja
mengembangkan kemampuan untuk berpikir di luar dari saat ini; yaitu,
ia dapat menggambungkan konsep berpikir yang benar-benar ada dan
konsep yang mungkin ada. Pemikiran remaja menjadi logis,
terorganisasi, dan konsisten. Remaja mampu memikirkan sebuah
masalah dari seluruh sudut pandang, mengurutkan kemungkinan solusi
saat menyelesaikan masalah.
Remaja mulai memiliki pemahaman mengenai kebutuhan gizi,
menilai dan memilih makanan yang sehat untuk dikonsumsi,
khususnya sayur dan buah.
d). Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg, remaja mengalami tahap pasca konvensional,
mempertahankan status quo, yaitu perkembangan moral dengan
sebagian besar pilihan mereka berdasarkan emosi sementara mereka
mempertanyakan standar masyarakat dengan mengajukan pertanyaan
yang luas, biasanya pertanyaan yang tidak dapat menjawab mengenai
kehidupan. Saat mereka mengalami kemajuan untuk mengembangakn
serangkaian moral diri mereka sendiri, remaja menyadari bahwa
keputusan moral berdasarkan pada hak, nilai, dan prinsip yang dapat
disepakati oleh suatu masyarakat tertentu. Mereka juga menyadari
bahwa hak, nilai, dan prinsip dapat menyebabkan perbedaan,
-
12
perbedaan ini dapat menyebabkan konflik dan membentuk pertemanan
yang berbeda.
e). Perkembangan Spiritual
Menurut Ford, Remaja dapat juga mulai mempertanyakan praktik
keagamaan formal mereka atau dalam beberapa kasus sangat taat
terhadap praktik keagamaan tersebut. Saat mereka berkembang di
sepanjang masa remaja, remaja menjadi lebih tertarik dalam
spiritualisme agama mereka dibandingkan dalam praktik sebenarnya di
agama mereka.
Pada perkembangan ini remaja memiliki keyakinan untuk
meningkatkan kesehatan dengan asupan gizi seimbang. Remaja mulai
berfikir jika mengonsumsi makanan yang bergizi akan meningkatkan
kesehatanya, apabila tidak mengonsumsi makanan yang bergizi akan
menimbulkan dampak masalah kesehatan.
f). Perkembangan sosial
Perkembangan sosial remaja ditandai dengan kemampuan
bersosialisasi yang kuat, mulai membiasakan diri dari dominasi
keluarga, serta menetapkan identitas yang mandiri dan wewenang
orang tua. Pada perkembangan sosial, remaja dapat bertukar informasi
mengenai kebutuhan gizi khususnya sayur dan buah secara langsung
seperti orang tua dan teman sebaya, maupun secara tidak langsung
seperti internet, media cetak dan lain-lain.
-
13
d. Kebutuhan gizi remaja
Perkembangan remaja terjadi secara cepat, sehingga membutuhkan
asupan gizi yang relatif besar. Perkembangan tersebut jika tidak diimbangi
dengan konsumsi zat gizi seimbang akan mengakibatkan defisiensi,
terutama defisiensi vitamin-vitamin (Arisman, 2002 dalam Mardalena,
2017).
Pada fase remaja, pemberian makanan harus mengandung gizi
seimbang seperti karbohidrat, lauk pauk, susu, sayur dan buah. Gizi
seimbang bagi remaja adalah makanan yang di konsumsi remaja yang
mengandung zat sumber tenaga, zat pembangun,dan zat pengatur serta
beraneka ragam jenisnya (Pedoman Gizi Seimbang, 2014).
Untuk mengetahui kebutuhan gizi pada remaja menurut angka
kecukupan gizi (AKG) (2013), masih mengacu pada kecepatan
pertumbuhan berdasarkan usia kronologis. Untuk energi dan zat gizi
seperti Vit.B1 (thiamin), Vit.B2 (riboflavin), Vit.B3 (Niasin), Vit.B,
mineral dan seng (Zn) Kebutuhannya lebih tinggi remaja laki-laki dari
pada remaja perempuan (Sandra dkk., 2017). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada table 2.1 dibawah ini:
-
14
Tabel 2.1 Kebutuhan zat gizi pada remaja berdasarkan AKG (2013)
Laki-laki Perempuan
10-12
tahun
13-15
tahun
16-18
tahun
10-12
tahun
13-15
tahun
16-18
tahun
Energi (Kal) 2100 2475 2675 2000 2125 2125
Protein (g) 56 72 66 60 69 59
Lemak (g) 70 83 89 67 71 71
Karbohidrat (g) 289 340 368 275 292 292
Serat (g) 30 35 37 28 30 30
Air (Ml) 1800 2000 2200 1800 2000 2100
Vit.A (mcg) 600 600 600 600 600 600
Vit.D (mcg) 15 15 15 15 15 15
Vit.E (mg) 11 12 15 11 15 15
Vit.K (mcg) 35 55 55 35 55 55
Vit.B1 (mg) 1,1 1,2 1,3 1,0 1,1 1,1
Vit.B2 (mg) 1,3 1,5 1,6 1,2 1,3 1,3
Vit.B3 (mg) 12 14 15 11 12 12
Vit.B5 (mg) 4 5 5 4 5 5
Vit.B6 (mg) 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2
Vit.B9 (mg) 400 400 400 400 400 400
Vit.B12 (mg) 1,8 2,4 2,4 1,8 2,4 2,4
Vit.C (mg) 50 75 90 50 65 75
Besi (mg) 13 19 15 20 26 26
Magnesium (mg) 150 200 250 155 200 220
Fosfor (mg) 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200
Natrium (mg) 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500
Seng (mg) 14 18 17 13 16 14
Sumber : Kementrian kesehatan republik Indonesia, 2013
-
15
2. Konsep Dasar Sayur dan Buah .
a. Definisi sayur dan buah
Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral yang
diperlukan oleh tubuh untuk mengatur proses biokimia dalam tubuh.
Kebutuhan vitamin dan mineral relatif kecil, tetapi fungsinya didalam
tubuh tidak dapat diganti oleh zat gizi lain. Defisiensi vitamin dan
mineral dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan dan daya
tahan tubuh (Sukmawati dkk., 2016).
Sayur adalah makanan rendah lemak dan kalori, kaya akan serat dan
memberikan energi ekstra. Buah adalah makanan yang sangat berperan
aktif dalam rangka melawan berbagai penyakit dengan kandungan yang
dibawa masing-masing buah. Kandungan vitamin, mineral dan zat-zat
lain dalam sayur dan buah memberikan asupan nutrisi penting untuk
meningkatkan produksi energi dalam sel-sel otot (Musiatun, 2011).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sayur dan buah adalah
sumber vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh dan sebagai
asupan penting untuk meningkatkan produksi energi dalam sel-sel otot.
b. Jenis, kandungan pada sayur dan buah berdasarkan warnannya
Warna-warni buah dan sayuran merupakan informasi kandungan
nutrisinya. Buah jeruk yang berwarna kuning, semangka hijau, melon,
kedondong, dan sebagainya yang memiliki warna-warna yang berbeda
mengindikasikan kandungan nutrisi yang berbeda-beda pula (Musiatun,
2011).
-
16
1). Warna hijau
Warna hijau yang ada pada buah dan sayuran hijau terbentuk oleh
klorofil. Semakin pekat atau gelap warna hijau yang terdapat pada
buah dan sayuran. Maka kandungan vitamin dan mineralnya semakin
banyak. Buah yang berwarna hijau banyak mengandung asam alegat
yang ampuh menggempur berbagai bibit sel kanker. Asam alegat
membantu menormalkan tekanan darah. Sayuran yang berwarna hijau
banyak mengandung vitamin C dan B kompleks, kandungan zat besi,
kalsium, magnesium fosfor, betakaroten, asam folat, asam oksalat,
dan serat. Sayuran berwarna hijau ini sangat bermanfaat bagi
kesehatan kulit, dan menjaga kesehatan pencernaan. .
Buah-buahan dan sayuran yang termasuk dalam warna hijau ini
adalah alpukat, melon, anggur hijau, bayam, sawi hijau, kangkung,
daun katuk, dan lain-lain.
2). Warna merah
Warna merah yang terdapat pada buah dan sayur dibentuk oleh
antosianin dan likopen. Antosianin adalah antioksidan yang bisa
mencegah infeksi dan kanker kantong kemih. Kandungan likopen
adalah senyawa yang larut dalam minyak yang juga merupakan
antioksidan yang mampu mengurangi resiko kanker dan penyakit
jantung. Buah-buahan dan sayuran yang termasuk ke dalam warna
merah adalah semangka, stroberi, raspberi, tomat, jambu biji merah,
kol merah, bayam merah, dan lain-lain.
-
17
3). Warna biru atau ungu
Warna biru atau ungu yang ada pada sayur dan buah dibentuk oleh
senyawa antosianin, berguna untuk menghambat terbentuknya
gumpalan dalam pembuluh darah, sehingga resiko penyakit jantung
dan stroke berkurang. Buah-buahan dan sayuran yang masuk dalam
jenis warna ini adalah cherry, blackberries, blueberries, plum, anggur
merah, kol ungu, pir merah, dan cabai merah.
4). Warna putih
Sayur dan buah yang berwarna putih mempunyai kandungan serat
dan vitamin C yang tinggi. Buah dan sayur jenis ini baik untuk
menjaga kesehatan sistem pencernaan, dan meningkatkan ketahanan
tubuh. Buah dan sayur yang masuk kedalam warna putih adalah
sirsak, duku, kelengkeng, leci, taoge, kol, sawi putih, rebung, dan
jamur.
5). Warna jingga
Warna jingga yang ada pada buah sayur adalah indikasi dari
kandungan nutrisi dominan beta dan alfa karoten. Kandungan nutrisi
ini bisa berfungsi untuk menghambat proses penuaan sel-sel tubuh,
dan dapat juga membantu meremajakan sel-sel tubuh, memacu sistem
kekebalan sehingga kita tidak mudah terserang penyakit.
Sayur dan buah yang termasuk kedalam warna ini adalah ubi jalar,
-
18
wortel, manga dan melon jingga, labu kuning, papaya, jeruk, dan lain-
lain.
6).Warna kuning
Buah-buahan dan sayuran yang berwarna kuning dianggap bisa
mencegah penyakit stroke. Hal ini karena adanya kandungan kalium
yang dimiliki buah dan sayuran yang berwarna kuning.
Selain kandungan kalium, bahan makanan yang berwarna kuning juga
mengandung pigmen lutein dan zeaxantin. Pigmen ini dapat berperan
mencegah terjadinya kebutaan. Pigmen ini ditemukan pada jagung,
labu, kuning telur, dan beberapa sayur yang berdaun hijau
Buah dan sayuran yang termasuk kedalam warna kuning adalah
nanas, pisang, belimbing buah, dan belimbing sayur. .
c. Manfaat mengonsumsi sayur dan buah .
Menurut Glori (2018) menyatakan bahwa mengonsumsi sayur dan
buah memiliki banyak manfaat seperti (1) menyehatkan sistem
pencernaan karena sayur dan buah memiliki serat alami, (2) membantu
pertumbuhan tulang yang dapat membuat remaja menjadi tinggi, (3)
menurunkan resiko penyakit jantung bagi seluruh usia, (4) menyehatkan
mata, (5) melawan kanker, (6) membantu pertumbuhan sel otak dan
syaraf, (7) membantu metabolisme tubuh.
-
19
d. Dampak kurang mengonsumsi sayur dan buah
Dampak kurangnya konsumsi sayur dan buah dapat memberikan
dampak buruk pada mata, menyebabkan anemia dengan gejala seperti
lemah, letih, lesu, kurang konsentrasi dan malas, remaja dapat
mengalami konstipasi atau sembelit bila kurang mengonsumsi sayur dan
buah (Musiatun, 2011).
Jika remaja kekurangan konsumsi sayur dan buah dalam waktu yang
terus menerus, maka akan berisiko terkena berbagai penyakit degeneratif
(penyakit akibat pola makan yang tidak sehat). Hal ini sesuai dengan
teori WHO (World Health organization) bahwa masyarakat yang kurang
konsumsi sayur dan buah, maka akan menunjukkan risiko terjadinya
perkembangan penyakit degeneratif seperti obesitas, Penyakit Jantung
Koroner (PJK), diabetes, hipertensi, ambeyen, kanker usus besar dan
lain-lain (Nurdianah dkk., 2014).
3. Konsep Dasar Tingkat Konsumsi Sayur dan Buah
a. Definisi tingkat konsumsi
Konsumsi sayur dan buah merupakan susunan makanan berupa
sayur dan buah yang mencakup jenis dan jumlah sayur dan buah rata-
rata per orang per hari, yang umum dimakan penduduk dalam jangka
waktu tertentu. .
Tingkat konsumsi terbagi menjadi dua, yaitu tingkat konsumsi baik
dan tingkat konsumsi tidak baik. Tentunya dari hal tersebut terdapat
-
20
perbedaan nilai dan konsumsi itu sendiri terhadap individu (Survey
Konsumsi Makanan, 2018).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi sayur & buah
Menurut Ramussen (2011) mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi rendahnya konsumsi sayur dan buah pada remaja
dipengaruhi oleh:
1).Faktor umur
Salah satu kelompok usia yang paling rentan jika kurang
konsumsi buah dan sayur yaitu remaja, karena masa remaja
merupakan periode yang penting pada pertumbuhan dan kematangan
manusia
(Ryska dkk., 2014).
2).Preferensi/ pilihan dan kesukaan terhadap sayur dan buah
Hasil penelitian oleh Devi dan listiyani (2016) menyatakan bahwa
siswa kurang mengonsumsi sayur dan buah dari rekomendasi sebesar
80%. Siswa yang tidak menyukai sayur dan buah sebesar 25%,
Siswa yang tidak mengonsumsi sayur sebesar 20%, dan tidak
mengonsumsi buah sebesar 55%.
3).Latar belakang budaya/sosial ekonomi
Hasil penelitian oleh Devi dan listiyani (2016) menyatakan bahwa
Remaja dengan pendapatan keluarga ≥ UMK memiliki jumlah rata-
rata konsumsi sayur dan buah lebih besar dibandingkan dengan
remaja dengan pendapatan keluarga
-
21
4).Uang saku
Hasil penelitian oleh Devi dan listiyani (2016) menyatakan
bahwa remaja dengan uang saku kategori “tinggi” memiliki jumlah
rata-rata konsumsi sayur dan buah lebih besar dibandingkan dengan
remaja dengan uang saku kategori “rendah”. Remaja dengan uang
saku rendah memiliki jumlah rata-rata konsumsi sayur dan buah
“kurang”. Menurut Suci (2011) menyatakan bahwa pengeluaran
uang saku yang lebih banyak tidak menjamin keberagaman pola
makan yang baik, faktor pribadi dan kesukaanlah yang
mempengaruhi jumlah dan jenis yang dikonsumsi.
5).Ketersediaan sayur dan buah
Menurut Pearson (2008) dikutip oleh Devi dan listiyani (2016)
menyatakan bahwa faktor orangtua merupakan faktor yang sangat
penting dalam konsumsi sayur dan buah pada anak, karena anak
sering berada di rumah sehingga ketika makanpun tergantung dengan
apa yang disediakan di rumah.
6).Pengaruh orangtua dan teman sebaya
Kebiasaan orangtua akan menjadi pengaruh konsumsi yang baik
apabila ketersediaan sayur dan buah baik. sedangkan dukungan
orangtua menjadi pengaruh yang penting jika ketersediaan buah dan
sayur rendah (Sandvik dkk., 2005) dikutip oleh Devi dan listiyani
(2016).
-
22
7).Pengetahuan sayur dan buah
Tingkat pengetahuan baik atau kurang, akan mempengaruhi
seseorang dalam mengonsumi sayur dan buah, semakin tinggi
pengetahuan semakin mempengaruhi seseorang dalam mengonsumsi
sayur dan buah, karena mengetahui manfaat dan kandungan dari
sayur dan buah. Jika tingkat pengetahuan yang kurang, akan
mempengaruhi konsumsi sayur dan buah, kurangnya pengetahuan
akan memberikan pengaruh terhadap konsumsi sayur dan buah
(Ramussen, 2011).
8).Penampilan fisik sayur dan buah
Hasil penelitian oleh Ramussen (2011) menyatakan bahwa anak-
anak 10-18 tahun menolak memakan buah yang memiliki kondisi
fisik memar atau tidak sempurna. Selain itu warna dan bau dari sayur
serta buah juga mempengaruhi anak-anak untuk mengonsumsi sayur
dan buah.
c. Metode pengukuran konsumsi sayur dan buah
Menurut Survey konsumsi makanan individu (2016), metode
pengukuran konsumsi terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1). Metode kualitatif .
Merupakan kuesioner yang tidak memberikan porsi konsumsi.
untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut
jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan
makan (food habits) metode Kualitatif terdiri dari: .
-
23
a).Metode frekuensi makanan (food frequency). .
b).Metode dietary history. .
c).Metode telepon. .
d).Metode pendaftaran makanan (food list).
2). Metode kuantitatif .
Dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang
dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau
daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga
(URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM) dan Daftar
Penyerapan Minyak. Metode-metode untuk pengukuran tingkat
konsumsi secara kuantitatif antara lain: .
a).Metode recall 24 jam. .
b).Perkiraan Makanan (estimated food records). .
c).Penimbangan Makanan (food Weigthing). .
d).Metode (food account). .
e).Metode Inventaris (inventory method). .
f).Pencatatan (household food records)
d. Pemilihan metode pengukuran tingkat konsumsi sayur dan buah
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah FFQ (food
frequency questionnaire) yaitu untuk memperoleh data tentang tingkat
konsumsi sayur dan buah selama periode tertentu seperti hari,
-
24
minggu, atau bulan (Survey konsumsi makanan individu, 2016).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2.2 dibawah ini:
Tabel 2.2 Penilaian tingkat konsumsi sayur dan buah
Kategori Skor Keterangan
A 50 >1X/ hari
B 25 1x/ hari
C 15 3-6 x/minggu
D 10 1-2 x/ minggu
E 5 2x/ bulan
F 0 Tidak pernah
Sumber: (Survey Konsumsi Makanan Individu, 2018)
Menghitung skor konsumsi sayur dan buah adalah
menjumlahkan semua skor konsumsi sayur dan buah berdasarkan
jumlah skor kolom konsumsi untuk setiap pangan yang pernah
dikonsumsi (Benítez-Arciniega et al.,2011). Total skor ditulis pada
baris paling bawah (skor konsumsi pangan). Interpretasi skor ini
harus didasarkan pada nilai rerata skor konsumsi sayur atau buah
pada populasi. Jika nilai ini berada diatas median populasi maka
skor konsumsi pangan baik. Jika nilai ini berada dibawah median
populasi maka skor konsumsi pangan tidak baik Hal ini ditujukan
untuk mengukur keragaman konsumsi pangan maka semakin tinggi
skornya akan semakin beragam konsumsi sayur dan buah. (Survey
konsumsi makanan individu, 2016).
-
25
a). Langkah-langkah Metode Frekuensi Makanan:
(1).Membuat daftar bahan makanan, sesuaikan dengan waktu
konsumsi populasi setempat.
(2).Dari daftar makanan tertentu kelompok makanan/kelompok
makanan yang disukai, mintalah responden untuk
mengidentifikasi seberapa sering mereka biasanya
mengonsumsi setiap item makanan.
(3).Lima kategori untuk frekuensi makanan makanan yang
tersedia: sehari-hari (D), mingguan (W), bulanan (M),
tahunan (Y), jarang / tidak pernah (N). Responden memilih
kategori yang paling sesuai untuk frekuensi konsumsi setiap
item makanan yang dipilih, dan mencatat jumlah setiap kali
item makanan yang dikonsumsi dalam kotak yang sesuai.
(4).Dalam konteks sederhana atau non-kuantitatif FFQ pilihan
ukuran porsi tidak diberikan.
b).Kelebihan metode frekuensi makanan
(1).Relatif murah dan sederhana.
(2).Dapat dilakukan sendiri oleh responden.
(3).Tidak membutuhkan latihan khusus.
(4).Dapat membantu menjelaskan antara penyakit dan makanan
-
26
c).Kekurangan metode frekuensi makanan
(1).Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari.
(2).Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data.
(3).Cukup menjemukan bagi pewawancara.
(4).Perlu membuat percobaan pendahuluan bahan makanan.
Tabel 2.3 Food frequency questionnaire (FFQ)
Jenis bahan
makanan
Waktu
>1X/
hari
(50)
1x/
hari
(25)
3-6
x/ming
(15)
1-2
x/ming
(10)
2 x/
bulan
(5)
Tidak
pernah
Sayuran
Bayam
Kangkung
Daun singkong
Sawi
Gambas
Kac. Panjang
Wortel
Nangka muda
Buncis
Toge
Buah
Apel
Pisang
Jambu Biji
Jeruk
Salak
Rambutan
Semangka
Pepaya
Mangga
Buah Pir
Jumlah
Sumber: (Survey Konsumsi Makanan Individu, 2018)
-
27
4. Konsep Dasar Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil „‟tahu‟‟ dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yakni
penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
b. Jenis pengetahuan
Menurut Budiman dan Agus Riyanto (2013) pemahaman masyarakat
mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan sangat beraneka ragam.
Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis pengetahuan
digambarkan sebagai berikut:
1). Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam
dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang
tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.
Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk di transfer ke orang lain
baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit sering kali
berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak disadari.
-
28
Contoh: Seseorang mengetahui tentang bahaya merokok bagi
kesehatan, namun ternyata dia merokok.
2). Pengetahuan Ekspisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah
didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam
wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam
tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Contoh
sederhana: seseorang yang telah mengetahui tentang bahaya merokok
bagi kesehatan dan ternyata dia tidak merokok.
c. Tahapan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), menyatakan pengetahuan yang
dicakup didalam domain kognitif mempunyai ada 6 tahapan yaitu:
1) Tahu (know), ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah dan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (comprehention), diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan
dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya.
4) Analisis (analysis), suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
-
29
didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek.
c. Cara memperoleh pengetahuan pada remaja
Menurut Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa cara yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat
dikelompokkan menjadi dua:
1). Cara memperoleh kebenaran nonilmiah
a). Cara coba salah (trial and error) .
Cara coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan itu tidak berhasil, dicoba kemungikanan yang lain.
Apabila masih gagal akan dicoba kemungkinan ketiga dan
seterusnya samai masalah itu dapat terpecahkahkan.
b). Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena
ketidakasengajaan seseorang yang bersangkutan.
-
30
c). Cara kekuasaan atau otoritas .
Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan,
baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama,
maupun ahli pengetahuan atau ilmuan.
d). Berdasarkan pengalaman pribadi .
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman merupakan suatu cara memperoleh kebenaran
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi pada masa lalu. Tetapi apabila ia gagal
menggunkan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu.
e). Cara akal sehat (common sense) .
Akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori atau
kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan berkembang, para orang tua
zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orangtuannya,
atau agar disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya
berbuat salah, misalnya dicubit. Ternyata cara ini berkembang
sampai sekarang dan menjadi teori atau kebenaran, bahwa
hukuman merupkan metode untuk mendidik anak meskipun bukan
yang paling baik.
-
31
f). Kebenaran melalui wahyu .
Ajaran agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari
Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan
diyakini oleh pengikut-pengkit agama yang bersangkutan,
terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
g). Kebenaran secara intuitif
Kebenaran ini diperoleh sesorang hanya berdasarkan intuisi,
suara hati atau bisikan hati saja.
h). Melalui Jalan Pikir
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia
telah mampu menggunakan penalaranya dalam memperoleh
pengetahuannya.
i). Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan - pernyataan khusus ke pernyataan - pernyataan
umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman - pengalaman
empiris yang ditangkap indera. Kemudian disimpulkan kedalam
suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami
suatu gejala.
-
32
j). Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan -
pernyataan umum ke khusus. Aristoteles mengembangkan cara
berpikir deduksi ini kedalam suatu cara yang disebut
“silogisme”. Silogisme ini merupakan suatu bentuk deduksi
yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai
kesimpulan yang lebih baik.
2). Cara memperoleh kebenaran ilmiah .
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah atau lebih popular disebut dengan metodologi
penelitian (research methodology). Namun mendapatkan pengetahuan
dengan cara ini belum bisa dipastikan bahwa remaja dapat melakukan
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja
Menurut Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan terdiri dari:
1). Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan sesorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan
-
33
dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan
serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
2). Informasi atau media masa
Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengemukakan,
menganailisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memeberikan pengaruh jangka pendek (Immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
-
34
Sumber informasi menurut Tyastuti (2009) dibagi menjadi:
a).Media Cetak (buku, koran, majalah). .
b).Media Elektronik (televisi, radio, dan internet). .
c).Media langsung (Orang tua, teman sebaya). .
d).Tidak pernah
3). Sosial, Budaya, dan ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan sesorang.
4). Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
-
35
5). Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan
professional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifesteasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah
dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6).Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembangan pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
e. Cara pengukuran pengetahuan
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan
kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan (Riyanto dan
Budiman 2013). .
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan
seperangkat alat tes atau kuesioner tentang objek pengetahuan yang
-
36
akan dikur. Selanjutnya dilakukan penilaian dengan menggunakan skala
Guttman, dimana setiap jawaban yang benar dari masing-masing
pertanyaan diberi nilai 1 jika benar dan jika salah diberi nilai 0.
Skema 2.1 Rumus Pengukuran Pengetahuan
(Sumber: Notoatmodjo, 2010)
Keterangan:
N : Nilai perilaku
Sp : Sikap yang didapat
Sm : Skor tertinggi maksimum
Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan dewi (2011)
pengetahuan sesorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
Baik : Hasil presentasi 76% - 100%
Cukup : Hasil presentasi 56% - 75%
Kurang : Hasil presentasi < 56%
Pengukuran pengetahuan juga dapat menggunakan skala
Guttman, skala Guttman adalah skala yang hanya ada dua gradasi
atau dua interval yaitu setuju atau tidak setuju, ya atau tidak, positif
dan negatif (Hasmi, 2016).
𝑁 =Sp
Sm𝑥 100%
-
37
B.Kerangka teori
Skema 2.2 Kerangka teori
Sumber: Notoatmodjo (2012) dan Azwar, (2014)
Sumber: Ramussen (2011)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:
1.Pendidikan
2.Pekerjaan
3.Umur
4.Media massa/Informasi
5.Penghasilan/Ekonomi
6.Lingkungan
Pengetahuan,
tingkat
konsumsi
sayur dan
buah pada
remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi
sayur dan buah:
1. Umur
2. Preferensi/ kesukaan terhadap sayur dan buah
3. Latar belakang budaya/Sosial ekonomi
4. Uang saku
5. Ketersediaan sayur dan buah di rumah
6. Pengaruh orangtua dan teman sebaya
7. Pengetahuan sayur dan buah
8. Penampilan fisik sayur dan buah