original research articles

12

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES
Page 2: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

PEMBERDAYAAN KELOMPOK LANJUT USIA MELALUI PENGENALAN TEKNOLOGI PEMBUATAN

PUPUK ORGANIK CAIR (POC) SEBAGAI UPAYA BENTUK KEPEDULIAN TERHADAP LINGKUNGAN

90-99

I Gde Antha Kasmawan, Gusti Ngurah Sutapa, I Made Yuliara

MODEL PENANGGULANGAN SEDIMENTASI DANAU BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU BALI

100-117

I Made Nada, Ida Bagus Suryatmaja, I Gusti Ngurah Alit Wiswasta

FUNGSI BUAH DAN DAUN TANAMAN DALAM BUDAYA BALI SEBUAH KAJIAN TERHADAP

TANAMAN UPACARA 118-125

I Nyoman Adiputra

STUDI KUALITAS AIR IRIGASI DUMOGA DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI

SULAWESI UTARA 126-131

Sofia Wantasen, Joudie. N. Luntungan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG SUMBER DAYA AIR DAN SIKAP TERHADAP

PENGGUNAAN AIR DENGAN PERILAKU DALAM MEMANFAATKAN AIR (Studi Pada Masyarakat

di Desa Linggasirna Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya) 132-140

Gugum Gumilar, Yoni Hermawan

Page 3: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

90

Pemberdayaan Kelompok Lanjut Usia melalui PengenalanTeknologi Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) sebagai Upaya

Bentuk Kepedulian terhadap Lingkungan

I Gde Antha Kasmawan1)*, Gusti Ngurah Sutapa2)*, I Made Yuliara3)*

1, 2, 3) Jurusan Fisika F.MIPA Universitas Udayana*email: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Agar terhindar dari post power syndrome, para lansia yang memiliki hobi bertani/berkebundapat diberdayakan melalui pengenalan teknologi pembuatan pupuk organik cair (POC) danpenerapannya. Tujuannya adalah agar kelompok lansia memahami teknologi pembuatan pupukorganik yang bersifat ringan, bermanfaat dan menghibur serta agar mereka merasa ikut andildalam menjaga lingkungan. Metode pelatihan yang diterapkan adalah perpaduan antara metodeceramah interaktif dan praktek. Berdasarkan metode tersebut, telah berhasil menumbuhkankreativitas mereka dalam pembuatan POC dan merasa terhibur atas hasil yang diperoleh.Produk POC yang telah berhasil dibuat memiliki kandungan nitrogen, phosphor, dan kalium(NPK) masing-masing sebesar 146,701 mg/L, 0,741 mg/L, dan 0,035 mg/L serta kandunganmagnesium (Mg) dan kalsium (Ca) masing-masing sebesar 86,332 mg/L dan 1,970 mg/L.Penerapan produk POC tersebut telah dilakukan pada tanaman anggrek bulan (Phalaenopsisamabilis) dengan hasil yang memuaskan.Dengan demikian, penguasaan teknologi pembuatanPOC dan penerapannya akan mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk kimia danmenggantinya dengan pupuk organik buatan sendiri sehingga dapat memberikan andil dalammenjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan.

Kata kunci: Lansia, Pupuk Organik Cair, Kandungan NPK, Kelestarian lingkungan

Abstract

In order to avoid post power syndrome, the elderly who have a hobby of farming /gardening can be empowered through the introduction of LOF (liquid organic fertilizer) makingtechnology and its application. The aim is for the elderly to understand the technology ofmaking organic fertilizers that are lightweight, useful and entertaining as well as for them tofeel contribute in maintaining the environment. The training method applied is a combinationof interactive lecture and practice methods. Based on these methods, have succeeded ingrowing their creativity in making LOF and feel comforted on the results obtained. SuccessfulLOF products contained nitrogen, phosphorus and potassium (NPK) of 146,701 mg / L, 0.741mg / L, and 0.035 mg / L, respectively, and magnesium (Mg) and calcium (Ca) of 86.332 mg / Land 1.970 mg / L. The application of LOF products has been done on the orchid plants(Phalaenopsis amabilis) with satisfactory results. Thus, the mastery of LOF makingtechnology and its application will reduce the dependence of chemical fertilizer use andreplace it with homemade organic fertilizer so it can contribute in maintaining health andenvironmental sustainability.

Keywords: Elderly, Liquid Organic Fertilizer, NPK content, Environmental Sustainability

I Gde Antha Kasmawan, dkk. : Pemberdayaan Kelompok Lanjut Usia melalui Pengenalan.....

1

Page 4: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

91

1. PendahuluanSetelah memasuki masa pensiun, baik pegawai

formal (PNS/swasta) maupun non formal (pekerja/tukang), banyak yang mengalami suatu gejalapenyakit yang sering disebut post-power syndrome.Orang akan mengalami post-power syndrome bilaorang tersebut hidup dalam bayang-bayangkebesaran masa lalunya khususnya dalam hal karir.Hal tersebut dapat mengakibatkan adanya gangguanfisik, sosial, dan spiritual pada lanjut usia yangakhirnya dapat berdampak buruk pada kesehatannya.Umumnya orang tersebut diliputi rasa kecewa,bingung, kesepian, ragu-ragu, khawatir, takut, putusasa, ketergantungan, dan kerinduan, Selain merasaharga dirinya menurun, mereka juga merasa tidak lagidihormati dan terpisah dari kelompoknya. Untuk itu,saat orang mau memasuki masa pensiun, peran sertakeluarga sangat dibutuhkan agar mereka dapatterhindar dari keadan tersebut (Santoso, dkk, 2008).

Berdasarkan beberapa pendapat yangdihimpun dari kalangan lanjut usia (lansia), untukmenghindari post power syndrome saat masa pensiunadalah dengan mengalihkan perhatian padakesibukan lain yang tentunya bermanfaat danmenghibur. Apapun bentuknya, kegiatan tesebuthendaknya bersifat ringan, misalnya jalan santai,senam ringan atau bisa juga dengan kegiatanberkebun di halaman rumah bagi yang memiliki hobiberkebun/bercocok tanam.

Terkait dengan usaha bertani/berkebun disawah/ladang, salah satu kebutuhan yang harusdipenuhi adalah penyediaan pupuk untuk tanaman.Bagi para lansia, yang tenaga fisiknya sudah mulaimenurun, penyediaan pupuk tersebut dapatdilakukan, khususnya pupuk organik cair (POC). Haltersebut karena dalam pembuatan POC tenaga yangdiperlukan relatif ringan, mudah dilakukan dandengan biaya yang murah. Di samping pembuatanPOC, kegiatan yang relatif ringan terkait denganpertanian/perkebunan adalah usaha pembibitan.Dalam usaha tersebut, POC juga dapat diterapkan.

Menurut Hadisuwito (2007), POC adalah larutandari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Jikadibandingkan dengan pupuk anorganik cair, peng-gunaan POC umumnya tidak berdampak buruk padatanah dan tanaman meskipun pupuk tersebut sangatsering digunakan sehingga POC aman bagilingkungan.

Bahan pokok POC berupa bahan-bahan organikseperti limbah tanaman (hijauan) dan limbah(kotoran) ternak atau manusia. Untuk mempercepatproses pengomposan bahan organik tersebut,biasanya diberikan larutan bakteri, misalnya EM4.Bagaimanapun, waktu dan lama pengomposan(dekomposisi) bahan organik sangat dipengaruhioleh jenis mikroorganisme pengurai yang digunakan(Setawan, 2009). Bahan tambahan lainnya untukkeperluan nutrisi biasanya diberikan dalam bentukcair seperti larutan terasi dan gula. Semua bahantersebut dilarutkan dalam air dalam sebuah wadahplastik tertutup yang sering disebut komposter.Dalam kondisi normal, POC sudah dapat dipanensetelah dua belas hari proses pengomposan. Produkpupuk yang sudah jadi dapat disimpan dalam botolplastik. Salah satu ciri pupuk yang sudah jadi adalahterciumnya bau seperti tape masak (Rahmah dkk.,2014).

Unsur hara pupuk organik dapat ditingkatkandengan melakukan variasi campuran bahan organik.Peningkatan unsur nitrogen pupuk dapat dilakukandengan cara menambahkan urine/kotoran, darahternak, atau mikroba penambat nitrogen. Peningkatanfosfor dilakukan dengan penambahan pupuk guanoatau batuan fosfat. Penambahan kalium dapatdilakukan dengan penambahan arang/abu dari sisapembakaran bahan organik. Penambahan batuanfosfat dan abu sisa pembakaran akan menghasilkanpupuk organik dengan kualitas bagus, yaitu kisaranrasio C/N sekitar 12-17 (Sentana, 2010).

Bagi kelompok lansia yang ingin menyalurkanhobinya untuk bertani atau berkebun denganberaktivitas ringan dan bermanfaat secara finansial,terhibur, dan peduli lingkungan, dapat diberdayakandengan pengenalan teknologi pembuatan POCmelalui program Iptek bagi Masyarakat (IbM).Tujuannya adalah agar kelompok lansia memahamiteknologi pembuatan dan penerapan POC yangbersifat ringan, bermanfaat dan menghibur, tujuanlainnya adalah agar kelompok lansia merasa ikut andildalam menjaga lingkungan di mana ketergantunganakan pupuk kimia dapat dikurangi denganmenggunakan pupuk buatan sendiri. Tujuan jangkapanjang yang ingin dicapai adalah para lansia dapatmemberikan pencerahan kepada warga di sekitarnyatentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan,khususnya melalui pembuatan dan penggunaan POC

Jurnal Bumi Lestari, Volume 17 No. 2, Agustus 2017, hlm. 90-99

Page 5: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

92

untuk tanaman, yang dapat dimulai dari lingkungankeluarga.

2. MetodologiPemberdayaan kelompok lanjut usia melalui

pengenalan teknologi pembuatan POC sebagai upayabentuk kepedulian terhadap lingkungan dimulaidengan kegiatan sosialisasi program. Kegiatansosialisasi diadakan di Balai Serba Guna Desa Jegu,Penebel, Tabanan, Jumat, tanggal 30 Juni 2017 padapukul 13.00 Wita. Kelompok lansia yang dipilihumumnya adalah pensiunan PNS dari desa tersebut.Agenda sosialisasi meliputi pengisian angket, yangdilanjutkan dengan penyampaian materi tentangpupuk organik dan teknologi pembuatannya,demonstrasi penggunaan dan pembuatan komposter,dan pengenalan produk jadi POC.

Pelaksanaan praktek pembuatan POCdilaksanakan lima belas hari setelah sosialisasipengenalan teknologi pembuatan POC yangmelibatkan seluruh peserta. Kegiatan berikutnyaadalah kegiatan praktek mandiri dilakukan oleh salahsatu kelompok lansia. Hasil praktek kemudiandiperiksa di laboratorim untuk diuji kandungan mikrodan makro pupuk tersebut.

Untuk pembuatan pupuk organik cair, bahan-bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut(Rahmah dkk., 2014):1. Bahan baku berupa sampah sayuran (sawi, sayur

hijau, dan lain-lain) sebanyak 5 kg, dicincanghalus dan kemudian dimasukkan ke dalamkomposter.

2. Kotoran ternak yang sudah lama didiamkan (bauseperti tanah) sebanyak 1 kg untukditambahkan ke dalam campuran bahan dalamkomposter tersebut.

3. Larutan terasi sebanyak 100 g, larutan gulamerah sebanyak 200 g dan larutan bakteri (EM4)sebanyak 200 mL ke dalam komposter.

4. Air dimasukkan ke dalam komposter sebanyak4 L atau antara bahan campuran dan airdiperoleh perbandingan 2:1.

5. Komposter ditutup rapat dan disimpan ditempat teduh. Setelah dua hari, pengadukan

dilakukan 5-10 menit setiap hari agar terjadipertukaran oksigen dalam campuran pupuktersebut.

6. Setelah 12 hari pupuk organik cair dapatdipanen. Pupuk organik yang baik dicirikandengan bahu harum seperti bau tape yangsedang masak.

Penerapan pupuk organik cair pada tanamandilakukan dengan penyemprotan ke daun pada pukul08.00-09.00 pagi, dilakukan seminggu sekali. Dosispupuk dapat bervariasi dan sebaiknya tidak terlalutinggi, yaitu sekitar 5 mL/L dengan volumepenyemprotan sekitar 100 mL/tanaman.

Dalam teknologi pembuatan POC, semua bahanorganik dan bakteri stater dimasukkan ke dalamtempat pengomposan yang biasa disebut komposter.Komposter diutamakan terbuat dari bahan plastik,dapat berupa tong/drum, galon, ember yang adatutupnya. Ukuran volume komposter disesuaikandengan bahan organik yang akan dikomposkan.Penggunaan drum berbahan logam dihindari untukmenghindari reaksi logam dengan bahan-bahanorganik saat pengomposan berlangsung. Komposteryang ditawarkan untuk digunakan menggunakan duamodel, yaitu model 1 dan 2. Pada komposter model 1,tutup wadah dibiarkan tertutup selama prosesfermentasi (pengomposan dalam suasana anaerob).Sebuah selang digunakan sebagai penghubungantara wadah pengomposan dengan botol yang diisiair sebanyak 2/3 bagian. Sistem selang luar tersebutberfungsi sebagai penyalur gas buangan hasil prosesfermentasi di samping untuk pengendali suhupengomposan. Setelah dua sampai tiga hari, bahanorganik yang telah dimasukkan ke dalam komposterdapat dilakukan pengadukan atau dapat pula denganmenggoyang-goyangkan komposter selama sekitarlima menit setiap hari. Pemanenan POC dapatdilakukan setelah dua minggu pengomposan dengancara penyaringan. Hasil saringan, yang sudah berupaproduk hasil saringan (POC), kemudian disimpandalam botol kemasan plastik. Komposter model 1,disain dan wujudnya dari galon 25 L, disajikan dalamGambar 1 (Priyowidodo, 2017).

I Gde Antha Kasmawan, dkk. : Pemberdayaan Kelompok Lanjut Usia melalui Pengenalan.....

Page 6: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

93

Pembuatan komposter model 2 diadaptasi darikomposter dalam ruangan (Hadisuwito, 2007). Tutupkomposter sewaktu-waktu dapat dibuka untukpengisian atau pengadukan bahan organik(pengomposan dalam suasana aerob). Sistem pipaberlubang pada bagian dalam komposterdimaksudkan untuk sirkulasi udara. Disain dan wujud

komposter model 2 dari bahan tong/drum 40 Lditunjukkan oleh Gambar 2. Bahan organik mulaidapat ditambahkan setelah 14 hari pengomposandengan penyemprotan bakteri. Pemanenan POCdapat dilakukan lewat kran plastik di sisi bawahkomposter setelah 14 hari pengomposan.

Gambar 1. Komposter Model 1 (a) Disain komposter dan (b) Wujud komposter kapasitas 25 L dengan selangpenghubung luar.

a b

Gambar 2. Komposter model 2 (a) Disain dan (b) Wujud komposter dari tong kapasitas 40 L dengan keranplastik pada sisi bawah (Foto insert)

a b

Jurnal Bumi Lestari, Volume 17 No. 2, Agustus 2017, hlm. 90-99

Page 7: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

94

3. Hasil dan PembahasanKegiatan sosialisasi pengenalan teknologi

pembuatan POC diikuti kelompok lansia yangberjumlah sebanyak 15 orang, 75% orang diantaranya pensiunan PNS dan sisanya swasta.Materi presentasi disajikan dalam bentuk slidePowerPoint yang diikuti dengan tanya jawab. Pesertanampak begitu antusias mengikuti setiap tahapansosialisasi dalam suasana akrab, seperti yangditunjukkan oleh Gambar 3.

Bahan/materi presentasi tentang manfaatpenggunaan pupuk organik yang dikutip dari Sentana(2010) dan Roidah (2013), secara garis besar adalahsebagai berikut:1. Meningkatkan kesuburan tanah: Kandungan

unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg,Fe, Mn, Bo, S, Zn dan Co) pada pupuk organikdapat memperbaiki struktur dan porositas tanah.Pemakaian pupuk organik pada tanah liat dapatmengurangi kelengketan sehingga memu-dahkan dalam pengolahannya dan pada tanahberpasir dapat meningkatkan kemampuan dayaikat tanah terhadap air dan udara. Bahan-bahanorganik dapat bereaksi dengan ion logammembentuk senyawa kompleks sehingga ion-ion logam yamg bersifat racun terhadaptanaman dapat berkurang.

2. Memperbaiki kondisi kimia, fisika dan biologitanah: Kehadiran pupuk organik dalam tanahakan mendukung pertumbuhan tanaman karenaterjadinya sistem pengikatan dan pelepasan ion

dalam tanah. Respirasi dan pertumbuhan akartanaman dapat diperbaiki karena kemampuanpupuk organik dalam mengikat air dapatmeningkatkan porositas tanah. Kehadiranpupuk organik juga merangsang pertumbuhanmikroorganisme tanah yang menguntungkan,misal rhizobium, mikoriza dan bakteri.

3. Aman bagi manusia dan lingkungan:Penggunaan pupuk organik tidak menimbulkanresidu pada hasil panen sehingga tidak akanmembahayakan manusia dan lingkungan.

4. Meningkatkan produksi pertanian: Pupukorganik telah terbukti dapat meningkatkanproduksi padi, jagung, mentimun, kobis, wortel,cabe, semangka, jeruk, tomat, kacang tanah,dan sawi. Efisiensi pupuk NPK meningkatdengan adanya penambahan pupuk organikyang ditunjukkan oleh peningkatan tinggitanaman caisim sebesar 2-10%, jumlah daun 1-2%, dan produksi 16-36% (Widowati, 2009).

5. Mengendalikan penyakit-penyakit tertentu:Penggunaan pupuk organik dengan dosistertentu dapat mengurangi penyakit busuk akarpada tanaman bunga yang disebabkan olehPhytophthora sp, mengurangi penyakitFusarium sp., dan menghambat pertumbuhanjamur patogenik.

Pelaksanaan praktek pembuatan POCsepenuhnya dilakukan oleh para peserta denganarahan dari pelaksana program. Untuk memudahkan

Gambar 3. Sosialisasi pengenalan teknologi pembuatan pupuk organik (POC) untuk kalangan kelompoklanjut usia (Lansia) di Desa Jegu, Penebel, Tabanan (a) Presentasi materi dan (b) Penggunaankomposter serta penjelasan tentang produk jadi POC, meliputi cara pengemasan, warna, dan bau.

a b

I Gde Antha Kasmawan, dkk. : Pemberdayaan Kelompok Lanjut Usia melalui Pengenalan.....

Page 8: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

95

praktek, kepada para peserta sebelumnya jugadiberikan berkas kecil berupa ringkasan carapembuatan POC dan jenis komposter yangdigunakan adalah komposter Model 1 dengankapasitas 5 L. Secara ringkas tahapan praktekpembuatan POC dimulai dari cincangan hijauan (daungamal) sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalamkomposter 5L yang kemudian dilanjutkan denganmemasukkan kotoran ternak/sapi sebanyak 250 gr.Selanjutnya, dilakukan penambahan larutanbioaktivator (EM4) sebanyak 50 ml dan bahantambahan (nutrisi) lainnya (gula 50 gr dan terasiudang 25 gr) serta penambahan air sedemikian rupa

sehingga diperoleh perbandingan bahan dan airsebesar 2:1 atau mencapai ketinggian 2/3 komposter.Pada bagian akhir praktek, pelaksana programmenjelaskan cara pemasangan selang penghubungluar komposter dengan botol kemasan air mineralyang sebelumnya telah diisi air sebanyak 2/3 bagian.Rangkaian kegiatan praktek pembuatan POCdiperlihatkan dalam Gambar 4.

Pelaksanaan praktek pembuatan POC secaramandiri oleh peserta, atas nama I Wayan Suarta (78tahun), seorang pensiunan guru, dilakukan dihalaman rumah yang bersangkutan. Peserta tersebutmenggunakan komposter Model 1 yang lebih besar,

Gambar 4. Praktek pembuatan POC, (a) Penjelasan awal sebelum mulai, (b) Hijauan (daun gamal) yang telahdisiapkan kemudian dicincang yang kemudian dimasukkan ke dalam komposter, (c) PencampuranEM4, nutrisi lainnya dan air ke dalam komposter hingga tingginya mencapai 2/3 bagian, (d) Tahapakhir pembuatan POC dengan pemasangan selang penghubung komposter dan mencelupkannyake air dalam botol bekas air mineral.

(a) (b)

(c) (d)

Jurnal Bumi Lestari, Volume 17 No. 2, Agustus 2017, hlm. 90-99

Page 9: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

96

yaitu berkapasitas 25 L, sehingga perlu memerlukanpendampingan saat praktek.

Komposisi bahan yang digunakan meliputi:1. Campuran bahan yang didominasi daun bayam

yang telah dicincang sebanyak 5 kg.2. Tanah bekas kotoran babi 1 kg.3. Terasi sebanyak 100 g.4. Gula merah sebanyak 200 g.5. EM4 sebanyak 200 mL.6. Air sebanyak 20 L.

Untuk lebih meyakinkan kandungan produkPOC yang akan dihasilkan, nutrisi bakteri berupaterasi dan gula merah dimasak terlebih dahulu dalamair mendidih. Setelah dingin, barulah larutan tersebutdicampurkan bersamaan dengan EM4 dan bahan-bahan organik lainnya ke dalam komposter.Penggunaan larutan yang masih panas dihindarikarena akan dapat membunuh bakteri pengurai(bioaktivator).

Setelah dilakukan pengujian di LaboratoriumAnalitik Universitas Udayana, ternyata kandunganNitrogen, Phospor, dan Kalium ( NPK) masing-masing adalah unsur P (146,701 mg/L), K (0,741 mg/L), dan N (0,035 mg/L). Unsur-unsur makro lainnyaseperti magnesium (Mg) dan kalsium (Ca) masing-masing sebesar 86,332 mg/L dan 1,970 mg/L. Hasiluji lab POC selengkapnya ditunjukkan oleh Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1, kandungan NPK untukproduk POC khususnya untuk phosfor sudah cukupnamun untuk nitrogen dan kalium pupuk perluditingkatkan melalui variasi campuran bahan organik.Untuk meningkatkan unsur nitrogen, perlu diberipenambahan bahan organik berupa pupuk kandangdan tanaman legum (kacang-kacangan), sedangkan

untuk kalium ditambahkan campuran bahan organikberupa batang pisang, kulit kentang, atau rumputlaut. Sementara, kandungan logam tertinggi adalahmagnesium. Hasil uji lab tersebut sudahdisosialisasikan kepada para peserta program.

Penerapan POC secara mandiri oleh peserta,atas nama I Wayan Suarta (78 tahun) pada tanamananggrek bulan telah dilakukan dan ternyata produkPOC yang dihasilkannya sesuai dengan harapan.Menurut keterangan pemilik, tanaman anggrektersebut berbunga lebih banyak melebihi daribiasanya bila dibandingkan sebelum diberikanpemupukan dengan POC tersebut. Penerapan POCtersebut pada tanaman anggrek bulan (Phalaenopsisamabilis) ditunjukkan dalam Gambar 5.

Dalam pelatihan pembuatan POC, penggunaankomposter model 1 (Galon dengan selangpenghubung luar untuk pengomposan anaerob) lebihdiminati peserta sedangkan komposeter model 2(tong dengan keran untuk pengomposan aerob)belum diminati peserta. Alasan kurangnya minatpeserta menggunakan komposter model 2 selaindisebabkan oleh kapasitasnya terlalu besar (40 L),agak rumit karena setiap pemberian bahan organikke dalam komposter didahului dengan penyemprotanlarutan EM4, dan juga hasil yang diperoleh tidakkonsisten akibat sangat bervariasinya bahan organikyang digunakan.

Berdasarkan hasil kuisioner yang diisi pesertasebelum dan setelah pelatihan teknologi pembuatanPOC, mereka menyatakan puas dengan adanyapelatihan. Penggunaan limbah dapur, misalnya aircucian beras, sebagai bahan pupuk organik sebelumpelatihan sebanyak 93% peserta menyatakan tidak

Tabel 1. Hasil Uji Laboratorium Produk POC

I Gde Antha Kasmawan, dkk. : Pemberdayaan Kelompok Lanjut Usia melalui Pengenalan.....

Page 10: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

97

Gambar 5. Penerapan POC pada tanaman anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis)

Tabel 2. Hasil kuisioner sebelum dan setelah program pelatihan

Jurnal Bumi Lestari, Volume 17 No. 2, Agustus 2017, hlm. 90-99

Page 11: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

98

pernah menggunakannya, namun setelah pelatihansebanyak 80% menyatakan menggunakannya.Penggunaan kompos pada tanaman sebelumpelatihan sebanyak 80% menyatakan tidak pernahmenggunakannya dan setelah pelatihan sebanyak67% menggunakannya. Hal tersebut karenabeberapa dari mereka masih dalam tahap pembuatanPOC sampai akhir pelatihan. Untuk pengalamanmereka dalam pembuatan POC/kompos cair danpenggunaan bioaktivator (bakteri EM4), sebelumpelatihan mereka menjawab tidak pernah masing-masing sebanyak 87% dan 100%, namun setelahpelatihan mereka menjawab pernah sebanyak 80%.Hal tersebut dikarenakan sebanyak 20% (3 orang)dari mereka sama sekali belum sempat membuat POCakibat adanya kesibukan keluarga dan di sawahmengingat saat itu tanaman padi menjelang panendan tanaman tersebut belum/tidak lagi memerlukanpupuk. Yang paling penting adalah pemahamanmereka tentang pengetahuan akan manfaat produkorganik (misalnya sayuran atau buah organik) bagikesehatan dan lingkungan dan keyakinan merekapenggunaan pupuk organik dapat menjagakelestarian lingkungan, sebelum pelatihan masing-masing mereka menjawab ‘Ya’ sebanyak 67% dan60%, namun setelah pelatihan, mereka mejawab ‘Ya’sebanyak 100%, yang artinya bahwa denganmembuat dan menggunakan POC untuk tanamanberarti mereka ikut peduli dengan kesehatan dankelestarian lingkungan. Hasil kuisioner seleng-kapnya disajikan dalam Tabel 2.

4. Simpulan dan Saran

4.1 SimpulanDari uraian sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa kelompok lanjut usia yang memiliki hobibertani/berkebun dapat diberdayakan melaluipengenalan teknologi pembuatan pupuk organik cair(POC) melalui metode pelatihan yang merupakanperpaduan antara metode ceramah interaktif danpraktek langsung. Kegiatan dengan metode tersebuttelah berhasil menumbuhkan kreativitas mereka dalampembuatan POC dan merasa terhibur atas hasil yangdiperoleh. Produk POC yang telah berhasil dibuatpeserta memiliki kandungan NPK dari tertinggihingga terendah masing-masing adalah phosfor(146,701 mg/L), kalium (0,741 mg/L, dan nitrogen(0,035 mg/L. Unsur-unsur makro lainnya seperti

magnesium (Mg) dan kalsium (Ca) masing-masingsebesar 86,332 mg/L dan 1,970 mg/L. Kandungannitrogen dan kalium pupuk masih bisa ditingkatkanmelalui variasi campuran bahan organik. Penerapanproduk POC tersebut telah dilakukan pada tanamananggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) dengan hasilyang memuaskan. Dengan kata lain, melalui kegiatanpraktek pembuatan dan penerapan POC, para lansiamenjadi lebih mengerti dan memahami teknologipembuatan POC dan manfaatnya bagi tanaman.Penguasaan teknologi pembuatan POC danpenerapannya akan mengurangi ketergantunganpenggunaan pupuk kimia dan menggantinya denganpupuk organik buatan sendiri sehingga dapatmemberikan andil dalam menjaga kesehatan dankelestarian lingkungan mulai dari lingkungankeluarga.

4.2 SaranUntuk meningkatkan unsur nitrogen pupuk,

perlu diberi penambahan bahan organik berupapupuk kandang dan tanaman legum (kacang-kacangan), sedangkan untuk kalium ditambahkancampuran bahan organik berupa batang pisang, kulitkentang, atau rumput laut. Setiap produk POC yangdihasilkan perlu diuji melalui uji laboratorium danlapangan untuk memperoleh produk POC terbaik.

Ucapan TerimakasihKami mengucapkan terima kasih kepada

Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat,Direktorat Jendral Penguatan Riset danPengembangan, Kemeterian Riset, Teknologi, danPendidikan Tinggi serta Lembaga Penelitian danPengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UniversitasUdayana yang telah membantu berupa dukunganpendanaan Hibah Pengabdian: Iptek bagiMasyarakat (IbM) Tahun 2017. Terimakasih jugakepada Kepala Desa Jegu, semua pihak khususnyakelompok lansia yang telah berpartisipasi dalamkegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair.Redaksi AgroMedia Pustaka. Jakarta. ISSBN979-006116-1

Priyowidodo, T. 2017. Cara Membuat PupukOrganik Cair. http://alamtani.com/pupuk-

I Gde Antha Kasmawan, dkk. : Pemberdayaan Kelompok Lanjut Usia melalui Pengenalan.....

Page 12: ORIGINAL RESEARCH ARTICLES

99

organik-cair.html. diakses tanggal 18 Februari2017.

Rahmah, A.; Izzati, M., Parman, S. 2014. PengaruhPupuk Organik Cair Berbahan Dasar LimbahSawi Putih (Brassica chinensis l.) terhadapPertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zeamays l. Var. Saccharata). Buletin Anatomi danFisiologi Volume XXII, No.1.

Roidah, I. A. 2013. Manfaat Penggunaan PupukOrganik untuk Kesuburan Tanah. JurnalUniversitas Tulungagung Bonorowo Vol. 1.No.1

Santoso, A. Lestari, N. B..2008. Peran SertaKeluarga pada Lansia yang Mengalami PostPower Syndrome. Media Ners, Volume 2, Nomor1. hlm 1 – 44

Sentana, S. 2010. Pupuk Organik, Peluang danKendalanya Prosiding Seminar Nasional TeknikKimia “Kejuangan” Pengembangan TeknologiKimia untuk Pengolahan Sumber Daya AlamIndonesia Yogyakarta. ISSN 1693–4393

Setawan, E. 2009. Pengaruh Empat Macam PupukOrganik terhadap Pertumbuhan Sawi. EmbryoVol. 6 No.1. ISSN 0216-0188.

Widowati, L. R. 2009. Peranan Pupuk Organikterhadap Efisiensi Pemupukan dan TingkatKebutuhannya untuk Tanaman Sayuran padaTanah Inseptisols Ciherang, Bogor. J. TanahTrop., Vol. 14, No. 3: 221-228. ISSN 0852-257X

Jurnal Bumi Lestari, Volume 17 No. 2, Agustus 2017, hlm. 90-99