bab ii tinjauan teori dan studi pustaka a. tinjauan...

18
8 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sulistyoningsih (2014) menyimpulkan kontribusi pajak reklame terhadap PAD kota Surabaya pada periode 2008-2012 dalam kriteria sangat kurang yang disebabkan kurangnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam meningkatkan pajak reklame. Santhya (2015) menyimpulkan kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2011 hingga 2013 mengalami kenaikan dan penurunan yang disebabkan proporsi pendapatan asli daerah Kabupaten Sidoarjo kurangnya peminat konsumen untuk memasang pajak reklame. Ridwan (2013) menyimpulkan kontribusi pajak reklame dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nunukan mengalami penurunan dan peningkatan, hal ini menunjukan bahwa pajak reklame relatif kecil dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Nunukan yang disebabkan karena kelalaian pengguna jasa reklame dalam memenuhi kewajibannya. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang yaitu objek yang akan diteliti yaitu pemerintah Kabupaten Blitar di Jawa Timur. Sedangkan persamaannnya adalah menggunakan analisis kontribusi untuk

Upload: lamtuong

Post on 19-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

8

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sulistyoningsih (2014) menyimpulkan kontribusi pajak reklame

terhadap PAD kota Surabaya pada periode 2008-2012 dalam kriteria sangat

kurang yang disebabkan kurangnya kesadaran dan peran serta masyarakat

dalam meningkatkan pajak reklame.

Santhya (2015) menyimpulkan kontribusi pajak reklame terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2011 hingga 2013

mengalami kenaikan dan penurunan yang disebabkan proporsi pendapatan

asli daerah Kabupaten Sidoarjo kurangnya peminat konsumen untuk

memasang pajak reklame.

Ridwan (2013) menyimpulkan kontribusi pajak reklame dalam

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nunukan mengalami

penurunan dan peningkatan, hal ini menunjukan bahwa pajak reklame relatif

kecil dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kabupaten Nunukan yang disebabkan karena kelalaian

pengguna jasa reklame dalam memenuhi kewajibannya.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang yaitu

objek yang akan diteliti yaitu pemerintah Kabupaten Blitar di Jawa Timur.

Sedangkan persamaannnya adalah menggunakan analisis kontribusi untuk

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

9

memgetahui tingkat kontribusi pajak daerah di Kabupaten Blitar dalam

pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

B. Landasan Teori

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a. Definisi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah, definisi dari pendapatan asli daerah adalah

pendapatan yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah yang

selanjutnya disingkat (PAD) merupakan salah satu komponen

penerimaan yang terbesar dalam sisi penerimaan daerah, sehingga

sumber penerimaan ini harus terus ditingkatkan agar dapat menanggung

pengeluaran-pengeluaran yang diperlukan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan daerah

akan dapat terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan sumber-

sumber penerimaan daerah yang cukup memadai. Penerimaan daerah

merupakan wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal yang terdiri atas

pendapatan dan pembiayaan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, dijelaskan bahwa

sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana

perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sumber

pendapatan asli daerah sendiri terdiri dari :

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

10

1) Hasil Pajak Daerah.

2) Hasil Retribusi Daerah.

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

4) Lain-lain PAD yang sah.

2. Pajak

a. Pengertian Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:1) pajak merupakan iuran rakyat

kepada negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan

dengan tiada mendapat jasa timbal kontra prestasi yang langsung dapat

ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Yang

dimaksud Mardiamo disini pajak merupakan pungutan yang diberikan

rakyat kepada negara yang gunanya untuk pembangunan.

Menurut Resmi (2014:1) pajak sebagai suatu kewajiban

menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan

suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan

tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang

ditetapkan pemerintah serta dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal

balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan

secara umum.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

pajak ialah iuran wajib kepada negara yang bersifat memaksa sesuai

dengan undang-undang yang berlaku tanpa adanya timbal balik yang

dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan.

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

11

b. Fungsi Pajak

Dalam Mardiasmo (2011: 2) dijelaskan bahwa pajak memiliki dua

fungsi, yaitu :

1. Fungsi Budgeter, artinya bahwa pajak sebagai sumber dana bagi

pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Pajak

memberikan kontribusi yang sangat besar bagi APBN dalam rangka

membiayai pengeluaran pemerintah baik pusat maupun daerah.

2. Fungsi Pengaturan, artinya bahwa pajak adalah sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam

bidang sosial dan ekonomi. Dalam hal ini pemerintah berwenang

untuk mengatur kegiatan-kegiatan produsen dan konsumen

mencapai tujuan masing-masing.

c. Pengelempokan Pajak

Dalam Mardiasmo (2011:3) dijelaskan bahwa pajak

dikelompokkan menjadi tiga :

1. Menurut Golongan

a. Pajak langsung, contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, contoh : Pajak Pertambahan Nilai

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif, contoh : PPN dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

12

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, contoh : PPh, PPN, dan PPNBM dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran

3. Pajak Daerah

a. Pengertian Pajak Daerah

Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dimaksud dengan pajak daerah

adalah kontribusi wajib kepada daerah adalah kontribusi wajib kepada

daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Jenis-jenis Pajak Daerah

Sedangkan jenis-jenis pajak daerah menurut Undang-undang

Nomor 28 Tahun 2009 dikelompokkan menjadi :

1) Pajak Pajak Hotel

2) Pajak Restoran

3) Pajak Hiburan

4) Pajak Reklame

5) Pajak Penerangan jalan

6) Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan

7) Pajak Parkir

8) Pajak Air Tanah

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

13

9) Pajak Sarang Burung Walet

10) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

a) Pajak Hotel

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak hotel adalah pajak atas

pelayanan yang disediakan oleh hotel. Yang menjadi subjek pajak

hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran

kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Wajib

pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan

hotel. Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh

hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai

kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan

kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Dasar

pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang

seharusnya dibayar kepada hotel. Tarif pajak hotel ditetapkan paling

tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif pajak hotel ditetapkan

dengan peraturan daerah. Besaran pokok pajak hotel yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dengan dasar

pengenaan pajak.

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

14

b) Pajak Restoran

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak restoran adalah pajak atas

pelayanan yang disediakan restoran. Yang menjadi subjek pajak

restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan

atau minuman dari restoran. Wajib pajak restoran adalah orang

pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Objek pajak

restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran. Dasar

pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima

atau yang seharusnya diterima restoran. Tarif pajak restoran

ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif pajak

restoran ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran pokok pajak

restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

dengan dasar pengenaan pajak.

c) Pajak Hiburan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak hiburan adalah pajak atas

penyelenggaraan hiburan. Subjek pajak hiburan adalah orang

pribadi atau badan yang menikmati hiburan. Wajib pajak hiburan

adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.

Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan

dipungut bayaran. Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah

uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

15

penyelenggara hiburan. Tarif pajak hiburan ditetapkan paling tinggi

sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Tarif pajak hiburan

ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran pokok pajak hiburan

yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar

pengenaan pajak.

d) Pajak Reklame

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak reklame adalah pajak atas

penyelenggaraan reklame. Yang menjadi subjek pajak reklame

adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame. Wajib

pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan reklame. Objek pajak reklame adalah semua

penyelenggaraan reklame. Dasar pengenaan pajak reklame adalah

nilai sewa reklame. Tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi

sebesar 25% (dua puluh lima persen). Tarif pajak reklame

ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran pokok pajak reklame

yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar

pengenaan pajak.

e) Pajak Penerangan Jalan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak penerangan jalan adalah

pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri

maupun diperoleh dari sumber lain. Yang menjadi subjek pajak

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

16

penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat

menggunakan tenaga listrik. Wajib pajak penerangan jalan adalah

orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Objek

pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang

dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Dasar

pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga listrik.

Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%

(sepuluh persen). Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan dengan

peraturan daerah. Besaran pokok pajak penerangan jalan yang

terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar

pengenaan pajak.

f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber

alam di dalam atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Yang

menjadi subjek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah orang

pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan

batuan. Wajib pajak mineral bukan logam dan batuan adalah orang

pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan

batuan. Objek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah

kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Dasar

pengenaan pajak mineral bukan logam dan batuan adalah nilai jual

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

17

hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Tarif pajak

mineral bukan logam dan batuan ditetapkan paling tinggi sebesar

25% (dua puluh lima persen). Tarif pajak mineral bukan logam dan

batuan ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran pokok pajak

mineral bukan logam dan batuan yang terutang dihitung dengan

cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak.

g) Pajak Parkir

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak parkir adalah pajak atas

penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang

disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan

sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan

kendaraan bermotor. Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau

badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Wajib pajak

parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan

tempat parkir. Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat

parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan

pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,

termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Dasar

pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang

seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir. Dasar

pengenaan pajak parkir ditetapkan dengan peraturan daerah. Tarif

pajak parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

18

persen). Tarif pajak parkir ditetapkan dengan peraturan daerah.

Besaran pokok pajak parkir yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

h) Pajak Air Tanah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak air tanah adalah pajak

atas pengambilan atau pemanfaatan air tanah. Subjek pajak air tanah

adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan

pemanfaatan air tanah. Wajib pajak air tanah adalah orang pribadi

atau badan yang melakukan pengambilan dan pemanfaatan air

tanah. Objek pajak air tanah adalah pengambilan atau pemanfaatan

air tanah. Dasar pengenaan pajak air tanah adalah nilai perolehan air

tanah. Tarif pajak air tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%

(dua puluh persen). Tarif pajak air tanah ditetapkan dengan

peraturan daerah. Besaran pokok pajak air tanah yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar pengenaan pajak.

i) Pajak Sarang Burung Walet

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak sarang burung walet

adalah pajak atas kegiatan pengambilan atau pengusahaan sarang

burung walet. Subjek pajak sarang burung walet adalah orang

pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan

mengusahakan sarang burung walet. Wajib pajak sarang burung

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

19

walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

pengambilan dan mengusahakan sarang burung walet. Objek pajak

sarang burung walet adalah pengambilan atau pengusahaan sarang

burung walet. Dasar pengenaan pajak sarang burung walet adalah

nilai jual sarang burung walet. Tarif pajak sarang burung walet

ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif pajak

sarang burung walet ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran

pokok pajak sarang burung walet yang terutang dihitung dengan

cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

j) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak bumi dan bangunan

pedesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi atau bangunan yang

dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,

kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan. Subjek pajak bumi dan bangunan

perdesaan dan perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang

secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh

manfaat atas bumi, memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat

atas bangunan. Wajib pajak bumi dan bangunan perdesaan dan

perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh manfaat atas

bumi, memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat atas

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

20

bangunan. Objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan

perkotaan adalah bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang

digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan. Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan

perdesaan dan perkotaan adalah NJOP. Tarif pajak bumi dan

bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar

0,3% (nol koma tiga persen). Tarif pajak bumi dan bangunan

perdesaan dan perkotaan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Besaran pokok pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan

yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar

pengenaan pajak.

k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, bea perolehan hak atas tanah

dan bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah atau

bangunan. Subjek pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah

dan bangunan. Wajib pajak bea perolehan hak atas tanah dan

bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak

atas tanah dan bangunan. Objek pajak bea perolehan hak atas tanah

dan bangunan adalah perolehan hak atas tanah atau bangunan. Dasar

pengenaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah nilai

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

21

perolehan objek pajak. Tarif bea perolehan hak atas tanah dan

bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen). Tarif

bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan dengan

peraturan daerah. Besaran pokok bea perolehan hak atas tanah dan

bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

dengan dasar pengenaan pajak.

4. Pajak Reklame

a. Pengertian Pajak Reklame

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, definisi pajak reklame adalah pajak atas

penyelenggaraan reklame. Sedangkan, definisi dari reklame

merupakan benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak

ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,

menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum

terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,

didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum. Dalam rangka

pengelolaan pajak reklame, pemerintah harus memiliki dasar hukum

yang kuat dalam pemungutannya, sehingga dalam prosesnya tidak

mengalami hambatan dan penolakan dari masyarakat daerah setempat.

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

22

b. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame

Dasar hukum pemungutan pajak reklame pada Kabupaten atau

Kota sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437) Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844).

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 nomor 130), Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5049).

3. Peraturan Pemerintahan Nomor 91 Tahun 2009 tentang Jenis

Pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah

atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5179).

4. Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 tahun 2012 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

23

c. Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame

Menurut Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 tentang

Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame adalah

sebagai berikut :

1. Dasar Pengenaan Pajak Reklame

Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa

reklame. Nilai sewa reklame dihitung sebagai berikut :

a. Dalam hal diselenggarakan oleh orang pribadi atau badan

yang memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, Nilai

Sewa Reklame dihitung berdasarkan jenis reklame, bahan

yang digunakan, lokasi penempatan, jangka waktu

penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame.

b. Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai

Sewa Reklame ditentukan berdasarkan jumlah pembayaran

untuk suatu masa pajak/ masa penyelenggaraan reklame

dengan memperhatikan faktor-faktor perhitungan nilai sewa

reklame.

2. Cara Penghitungan Pajak Reklame

a. Nilai Sewa Reklame didasarkan atas NJOR dan NSPR,

dengan rumus :

NSR = NJOR + NSPR

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

24

b. NJOR dihitung berdasarkan ukuran reklame, harga dasar

ukuran reklame, ketinggian dan harga dasar ketinggian

reklame dengan rumus :

NJOR = (Ukuran Reklame x Harga Dasar Ukuran Reklame)

+ (Ketinggian Reklame x Harga Dasar Ketinggian Reklame).

c. Nilai Strategis Penyelenggaraan Reklame dihitung

berdasarkan Nilai Fungsi Ruang (NFR), Lokasi Pemasangan,

Nilai Sudut Pandang (NSP) dan Nilai Fungsi Jalan (NFJ),

dengan rumus :

NSPR = (NFR + NSP + NFJ) x Harga Dasar NSPR

d. Nilai Strategis Pemasangan Reklame diklasifikasikan menjadi

4 (empat) kategori yaitu :

1) Klasifikasi Utama.

Reklame yang dapat dilihat dari 2 (dua) arah atau

lebih yang terpasang pada persimpangan jalan (pertigaan,

perempatan, perlimaan) antara jalan provinsi dan jalan

kabupaten dengan radius 200 meter, dan terpasang pada

area perdagangan dan pusat-pusat perbelanjaan.

2) Klasifikasi A.

Reklame yang terpasang pada persimpangan jalan

kabupaten (pertigaan, perempatan, perlimaan) dengan

radius 200 meter, dan terpasang pada jalan

Kabupaten/Provinsi.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/34993/3/jiptummpp-gdl-noviaayule-46995-3-babii.pdf · dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan

25

3) Klasifikasi B.

Reklame yang terpasang dalam gedung dan atau

lokasi kepadatan kegiatan yang hanya terlihat dari dalam

gedung tempat usaha (Supermarket, Minimarket,

Pertokoan, Pasar, Terminal ataupun bentuk usaha lainnya)

dan area kegiatan sekitarnya.

4) Klasifikasi C.

Reklame yang terpasang pada jalan selain klasifikasi

A dan klasifikasi B. Dasar dan rumusan perhitungan Nilai

Sewa Reklame.

3. Tarif Pajak Reklame

Tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh

lima persen) dihitung dari perhitungan Nilai Sewa Reklame.

Sebagaimana pada ayat (1) tersebut, Nilai Pajak Reklame dihitung

dengan rumus :

25 % x (NJOPR +NSPR)