bab ii tinjauan teori dan studi pustaka a. tinjauan...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sulistyoningsih (2014) menyimpulkan kontribusi pajak reklame
terhadap PAD kota Surabaya pada periode 2008-2012 dalam kriteria sangat
kurang yang disebabkan kurangnya kesadaran dan peran serta masyarakat
dalam meningkatkan pajak reklame.
Santhya (2015) menyimpulkan kontribusi pajak reklame terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2011 hingga 2013
mengalami kenaikan dan penurunan yang disebabkan proporsi pendapatan
asli daerah Kabupaten Sidoarjo kurangnya peminat konsumen untuk
memasang pajak reklame.
Ridwan (2013) menyimpulkan kontribusi pajak reklame dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nunukan mengalami
penurunan dan peningkatan, hal ini menunjukan bahwa pajak reklame relatif
kecil dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Nunukan yang disebabkan karena kelalaian
pengguna jasa reklame dalam memenuhi kewajibannya.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang yaitu
objek yang akan diteliti yaitu pemerintah Kabupaten Blitar di Jawa Timur.
Sedangkan persamaannnya adalah menggunakan analisis kontribusi untuk
9
memgetahui tingkat kontribusi pajak daerah di Kabupaten Blitar dalam
pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
B. Landasan Teori
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Definisi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah, definisi dari pendapatan asli daerah adalah
pendapatan yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah yang
selanjutnya disingkat (PAD) merupakan salah satu komponen
penerimaan yang terbesar dalam sisi penerimaan daerah, sehingga
sumber penerimaan ini harus terus ditingkatkan agar dapat menanggung
pengeluaran-pengeluaran yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan daerah
akan dapat terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan sumber-
sumber penerimaan daerah yang cukup memadai. Penerimaan daerah
merupakan wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal yang terdiri atas
pendapatan dan pembiayaan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, dijelaskan bahwa
sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sumber
pendapatan asli daerah sendiri terdiri dari :
10
1) Hasil Pajak Daerah.
2) Hasil Retribusi Daerah.
3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
4) Lain-lain PAD yang sah.
2. Pajak
a. Pengertian Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:1) pajak merupakan iuran rakyat
kepada negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan
dengan tiada mendapat jasa timbal kontra prestasi yang langsung dapat
ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Yang
dimaksud Mardiamo disini pajak merupakan pungutan yang diberikan
rakyat kepada negara yang gunanya untuk pembangunan.
Menurut Resmi (2014:1) pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan
suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan
secara umum.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
pajak ialah iuran wajib kepada negara yang bersifat memaksa sesuai
dengan undang-undang yang berlaku tanpa adanya timbal balik yang
dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum dan pembangunan.
11
b. Fungsi Pajak
Dalam Mardiasmo (2011: 2) dijelaskan bahwa pajak memiliki dua
fungsi, yaitu :
1. Fungsi Budgeter, artinya bahwa pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Pajak
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi APBN dalam rangka
membiayai pengeluaran pemerintah baik pusat maupun daerah.
2. Fungsi Pengaturan, artinya bahwa pajak adalah sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi. Dalam hal ini pemerintah berwenang
untuk mengatur kegiatan-kegiatan produsen dan konsumen
mencapai tujuan masing-masing.
c. Pengelempokan Pajak
Dalam Mardiasmo (2011:3) dijelaskan bahwa pajak
dikelompokkan menjadi tiga :
1. Menurut Golongan
a. Pajak langsung, contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, contoh : Pajak Pertambahan Nilai
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif, contoh : Pajak Penghasilan
b. Pajak Objektif, contoh : PPN dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
12
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat, contoh : PPh, PPN, dan PPNBM dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran
3. Pajak Daerah
a. Pengertian Pajak Daerah
Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dimaksud dengan pajak daerah
adalah kontribusi wajib kepada daerah adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
b. Jenis-jenis Pajak Daerah
Sedangkan jenis-jenis pajak daerah menurut Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2009 dikelompokkan menjadi :
1) Pajak Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan jalan
6) Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Tanah
13
9) Pajak Sarang Burung Walet
10) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
a) Pajak Hotel
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak hotel adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh hotel. Yang menjadi subjek pajak
hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran
kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Wajib
pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan
hotel. Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh
hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai
kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Dasar
pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada hotel. Tarif pajak hotel ditetapkan paling
tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif pajak hotel ditetapkan
dengan peraturan daerah. Besaran pokok pajak hotel yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dengan dasar
pengenaan pajak.
14
b) Pajak Restoran
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak restoran adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan restoran. Yang menjadi subjek pajak
restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan
atau minuman dari restoran. Wajib pajak restoran adalah orang
pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Objek pajak
restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran. Dasar
pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima
atau yang seharusnya diterima restoran. Tarif pajak restoran
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif pajak
restoran ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran pokok pajak
restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
dengan dasar pengenaan pajak.
c) Pajak Hiburan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak hiburan adalah pajak atas
penyelenggaraan hiburan. Subjek pajak hiburan adalah orang
pribadi atau badan yang menikmati hiburan. Wajib pajak hiburan
adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan
dipungut bayaran. Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah
uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh
15
penyelenggara hiburan. Tarif pajak hiburan ditetapkan paling tinggi
sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Tarif pajak hiburan
ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran pokok pajak hiburan
yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar
pengenaan pajak.
d) Pajak Reklame
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak reklame adalah pajak atas
penyelenggaraan reklame. Yang menjadi subjek pajak reklame
adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame. Wajib
pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan reklame. Objek pajak reklame adalah semua
penyelenggaraan reklame. Dasar pengenaan pajak reklame adalah
nilai sewa reklame. Tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi
sebesar 25% (dua puluh lima persen). Tarif pajak reklame
ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran pokok pajak reklame
yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar
pengenaan pajak.
e) Pajak Penerangan Jalan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak penerangan jalan adalah
pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain. Yang menjadi subjek pajak
16
penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat
menggunakan tenaga listrik. Wajib pajak penerangan jalan adalah
orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Objek
pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Dasar
pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga listrik.
Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
(sepuluh persen). Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan dengan
peraturan daerah. Besaran pokok pajak penerangan jalan yang
terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar
pengenaan pajak.
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber
alam di dalam atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Yang
menjadi subjek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah orang
pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan
batuan. Wajib pajak mineral bukan logam dan batuan adalah orang
pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan
batuan. Objek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Dasar
pengenaan pajak mineral bukan logam dan batuan adalah nilai jual
17
hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Tarif pajak
mineral bukan logam dan batuan ditetapkan paling tinggi sebesar
25% (dua puluh lima persen). Tarif pajak mineral bukan logam dan
batuan ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran pokok pajak
mineral bukan logam dan batuan yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak.
g) Pajak Parkir
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak parkir adalah pajak atas
penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor. Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Wajib pajak
parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
tempat parkir. Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat
parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan
pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Dasar
pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir. Dasar
pengenaan pajak parkir ditetapkan dengan peraturan daerah. Tarif
pajak parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh
18
persen). Tarif pajak parkir ditetapkan dengan peraturan daerah.
Besaran pokok pajak parkir yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.
h) Pajak Air Tanah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak air tanah adalah pajak
atas pengambilan atau pemanfaatan air tanah. Subjek pajak air tanah
adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan
pemanfaatan air tanah. Wajib pajak air tanah adalah orang pribadi
atau badan yang melakukan pengambilan dan pemanfaatan air
tanah. Objek pajak air tanah adalah pengambilan atau pemanfaatan
air tanah. Dasar pengenaan pajak air tanah adalah nilai perolehan air
tanah. Tarif pajak air tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%
(dua puluh persen). Tarif pajak air tanah ditetapkan dengan
peraturan daerah. Besaran pokok pajak air tanah yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar pengenaan pajak.
i) Pajak Sarang Burung Walet
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak sarang burung walet
adalah pajak atas kegiatan pengambilan atau pengusahaan sarang
burung walet. Subjek pajak sarang burung walet adalah orang
pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan
mengusahakan sarang burung walet. Wajib pajak sarang burung
19
walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pengambilan dan mengusahakan sarang burung walet. Objek pajak
sarang burung walet adalah pengambilan atau pengusahaan sarang
burung walet. Dasar pengenaan pajak sarang burung walet adalah
nilai jual sarang burung walet. Tarif pajak sarang burung walet
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif pajak
sarang burung walet ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran
pokok pajak sarang burung walet yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.
j) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak bumi dan bangunan
pedesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi atau bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan. Subjek pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang
secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh
manfaat atas bumi, memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat
atas bangunan. Wajib pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh manfaat atas
bumi, memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat atas
20
bangunan. Objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan adalah bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan. Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan adalah NJOP. Tarif pajak bumi dan
bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar
0,3% (nol koma tiga persen). Tarif pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Besaran pokok pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar
pengenaan pajak.
k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah atau
bangunan. Subjek pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah
dan bangunan. Wajib pajak bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
atas tanah dan bangunan. Objek pajak bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan adalah perolehan hak atas tanah atau bangunan. Dasar
pengenaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah nilai
21
perolehan objek pajak. Tarif bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen). Tarif
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan dengan
peraturan daerah. Besaran pokok bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
dengan dasar pengenaan pajak.
4. Pajak Reklame
a. Pengertian Pajak Reklame
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, definisi pajak reklame adalah pajak atas
penyelenggaraan reklame. Sedangkan, definisi dari reklame
merupakan benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak
ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,
menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum
terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum. Dalam rangka
pengelolaan pajak reklame, pemerintah harus memiliki dasar hukum
yang kuat dalam pemungutannya, sehingga dalam prosesnya tidak
mengalami hambatan dan penolakan dari masyarakat daerah setempat.
22
b. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame
Dasar hukum pemungutan pajak reklame pada Kabupaten atau
Kota sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844).
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 nomor 130), Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049).
3. Peraturan Pemerintahan Nomor 91 Tahun 2009 tentang Jenis
Pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah
atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5179).
4. Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 tahun 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame.
23
c. Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame
Menurut Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame adalah
sebagai berikut :
1. Dasar Pengenaan Pajak Reklame
Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa
reklame. Nilai sewa reklame dihitung sebagai berikut :
a. Dalam hal diselenggarakan oleh orang pribadi atau badan
yang memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, Nilai
Sewa Reklame dihitung berdasarkan jenis reklame, bahan
yang digunakan, lokasi penempatan, jangka waktu
penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame.
b. Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai
Sewa Reklame ditentukan berdasarkan jumlah pembayaran
untuk suatu masa pajak/ masa penyelenggaraan reklame
dengan memperhatikan faktor-faktor perhitungan nilai sewa
reklame.
2. Cara Penghitungan Pajak Reklame
a. Nilai Sewa Reklame didasarkan atas NJOR dan NSPR,
dengan rumus :
NSR = NJOR + NSPR
24
b. NJOR dihitung berdasarkan ukuran reklame, harga dasar
ukuran reklame, ketinggian dan harga dasar ketinggian
reklame dengan rumus :
NJOR = (Ukuran Reklame x Harga Dasar Ukuran Reklame)
+ (Ketinggian Reklame x Harga Dasar Ketinggian Reklame).
c. Nilai Strategis Penyelenggaraan Reklame dihitung
berdasarkan Nilai Fungsi Ruang (NFR), Lokasi Pemasangan,
Nilai Sudut Pandang (NSP) dan Nilai Fungsi Jalan (NFJ),
dengan rumus :
NSPR = (NFR + NSP + NFJ) x Harga Dasar NSPR
d. Nilai Strategis Pemasangan Reklame diklasifikasikan menjadi
4 (empat) kategori yaitu :
1) Klasifikasi Utama.
Reklame yang dapat dilihat dari 2 (dua) arah atau
lebih yang terpasang pada persimpangan jalan (pertigaan,
perempatan, perlimaan) antara jalan provinsi dan jalan
kabupaten dengan radius 200 meter, dan terpasang pada
area perdagangan dan pusat-pusat perbelanjaan.
2) Klasifikasi A.
Reklame yang terpasang pada persimpangan jalan
kabupaten (pertigaan, perempatan, perlimaan) dengan
radius 200 meter, dan terpasang pada jalan
Kabupaten/Provinsi.
25
3) Klasifikasi B.
Reklame yang terpasang dalam gedung dan atau
lokasi kepadatan kegiatan yang hanya terlihat dari dalam
gedung tempat usaha (Supermarket, Minimarket,
Pertokoan, Pasar, Terminal ataupun bentuk usaha lainnya)
dan area kegiatan sekitarnya.
4) Klasifikasi C.
Reklame yang terpasang pada jalan selain klasifikasi
A dan klasifikasi B. Dasar dan rumusan perhitungan Nilai
Sewa Reklame.
3. Tarif Pajak Reklame
Tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh
lima persen) dihitung dari perhitungan Nilai Sewa Reklame.
Sebagaimana pada ayat (1) tersebut, Nilai Pajak Reklame dihitung
dengan rumus :
25 % x (NJOPR +NSPR)