pengaruh pemahaman pajak terhadap kepatuhan membayar pajak

102
PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB PAJAK USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: MUHAMMAD DIMAS ADI NIM: 11140150000019 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

i

PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP

KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB PAJAK

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

MUHAMMAD DIMAS ADI

NIM: 11140150000019

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

i

Page 3: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN

MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB PAJAK USAHA MIKRO, KECIL

DAN MENENGAH (UMKM)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S. Pd) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial

Disusun oleh:

MUHAMMAD DIMAS ADI

NIM. 11140150000019

Di bawah bimbingan:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. H. Nurochim, M. M Cut Dhien Nourwahida, M. A

NIP. 19590715 198403 1 003 NIP. 19791221 200801 2 016

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018

Page 4: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan

Membayar Pajak Pada Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang

disusun oleh Muhammad Dimas Adi, Nim: 11140150000019, Jurusan Pendidikan

IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya

ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang

ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 17 Desember 2018

Yang mengesahkan,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. H. Nurochim, M. M Cut Dhien Nourwahida, M. A

NIP. 19590715 198403 1 003 NIP. 19791221 200801 2 016

Page 5: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK
Page 6: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Pada

Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah” yang disusun oleh Muhammad

Dimas Adi, Nim: 11140150000019, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah

diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 17 Desember

2018.

Jakarta, 17 Desember 2018

Mengesahkan

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. H. Nurochim, M. M Cut Dhien Nourwahida, M. A

NIP. 19590715 198403 1 003 NIP. 19791221 200801 2 016

Page 7: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

i

ABSTRAK

MUHAMMAD DIMAS ADI. Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pengaruh Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar

Pajak Pada Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh

yang signifikan secara parsial antara pemahaman pajak terhadap kepatuhan

membayar pajak pada wajib pajak UMKM di Kecamatan Duren Sawit. Populasi

dalam penelitian ini adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Kecamatan

Duren Sawit yang berjumlah 2506. Sampel diambil dengan metode random

sampling dengan jumlah sampel 97 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan

kuesioner dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan

analisis data berupa regresi linier sederhana, uji secara parsial (uji t), serta koefisien

determinasi dan data diolah menggunakan program SPSS 22. Hasil penelitian

menunjukan bahwa secara parsial, variabel pemahaman pajak berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak. Hal ini dibuktikan pada variabel

pemahaman pajak mempunyai nilai t hitung (6,215) > t tabel (1,980), nilai signifikansi

(0,000) < (0,05) dan nilai R2 sebesar 28,2%.

Kata Kunci : Pemahaman Pajak, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,

Kepatuhan Membayar Pajak

Page 8: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

ii

ABSTRACT

MUHAMMAD DIMAS ADI. Department of Social Science Education, Faculty

of Tarbiyah and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic

University Jakarta. The effect of understanding tax on compliance with paying

taxes on tax payers of Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM).

The purpose of this research is to find out whether there is a partially

significant influence between the understanding of taxes on compliance with paying

taxes on micro, small and medium business taxpayers in Duren Sawit District. The

population in this study were micro, small and medium enterprises in Duren Sawit

District, which amounted to 2506. Samples were taken by random sampling method

with a sample of 97 people. The technique of collecting data using a questionnaire

and documentation. This study uses a quantitative method with data analysis in the

form of simple linear regression, partial test (t test), and coefficient of determination

and data processed using the SPSS 22 program. The results of the study show that

partially, the variable understanding of taxes has a significant effect on compliance

with paying taxes. This is evidenced in the tax understanding variable has a value

of t arithmetic (6,215) > t table (1,980), significance value (0,000) < (0,05) and R2

value of 28,2%.

Keywords: Understanding of Taxes, Micro, Small and Medium Enterprises,

Compliance with Tax Payments

Page 9: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh

Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Pada Wajib Pajak

UMKM”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam

rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata satu (S1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap semoga skripsi ini

bisa bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa

dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berterima kasih

kepada semua pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam penulisan

skripsi ini, yaitu:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Dr. Iwan Purwanto, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS sekaligus

Dosen Pembimbing Akademik.

3. Drs. Syaripulloh, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS.

4. Dr. H. Nurochim, M.M dan Cut Dhien Nourwahida, M.A, selaku dosen

pembimbing yang banyak meluangkan banyak waktunya untuk

memberikan ilmu, pengarahan serta kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan dapat

bermanfaat untuk penulis.

6. Kedua orang tua, Andrini Puspita dan Dedy Rachman yang selalu

mendukung apapun yang dilakukan anaknya. Kedua orang tua yang selalu

memberikan kasih sayang dan senantiasa memberikan doa serta dukungan

baik secara moril maupun materil.

7. Kapala Walikota Jakarta Timur, juga kepada para pelaku usaha usaha

mikro, kecil dan menengah yang dengan membantu dalam proses penelitian

ini.

Page 10: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

iv

8. Teman-teman Pendidikan IPS angkatan 2014 yang telah memberikan

semangat dan dukungan dalam bentuk apapun kepada penulis.

9. Seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan mohon maaf dan terimakasih

banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Jakarta, 17 Desember 2018

Penulis,

Muhammad Dimas Adi

Page 11: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

DAFTAR DIAGRAM ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6

C. Batasan Masalah ......................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................. 6

F. Tinjauan Kajian Terdahulu ......................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

............................................................................................................ 10

A. Kajian Pustaka ............................................................................ 10

1. Kajian Tentang Pajak ............................................................. 10

a. Definisi Pajak .................................................................. 10

b. Fungsi Pajak .................................................................... 12

c. Sistem Perpajakan ........................................................... 13

d. Pajak Penghasilan ............................................................ 14

Page 12: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

vi

e. Pemahaman Pajak ........................................................... 19

f. Kepatuhan Pajak .............................................................. 20

2. Kajian Tentang UMKM ......................................................... 24

a. Definisi UMKM .............................................................. 24

b. Kriteria UMKM .............................................................. 25

c. Peran dan Kontribusi UMKM ......................................... 27

3. Pajak UMKM ......................................................................... 30

a. Dasar Hukum dan Aturan Pelaksanaan ........................... 30

b. Wajib Pajak dengan Kategori Peredaran Bruto Tertentu dan

Wajib Pajak yang Tidak Termasuk dalam Kategori

Peredaran Bruto Tertentu ................................................ 31

c. Tarif PPh Final atas Penghasilan Kategori Peredaran Bruto

Tertentu dan Implementasinya ....................................... 33

B. Kerangka Berpikir ....................................................................... 34

C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 36

A. Populasi dan Sampel ................................................................... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 38

C. Sumber Data ............................................................................... 38

D. Instrumen Penelitian ................................................................... 38

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 41

F. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 41

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 46

A. Temuan Hasil Penelitian ............................................................. 46

1. Deskripsi Daerah Penelitian .................................................. 46

2. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 47

3. Uji Kualitas Data ................................................................... 50

a. Uji Validitas ..................................................................... 50

b. Uji Reliabilitas ................................................................. 52

4. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 53

a. Uji Normalitas ................................................................. 53

Page 13: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

vii

b. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 54

c. Uji Homogenitas ............................................................. 55

5. Uji Hipotesis ......................................................................... 55

a. Uji Regresi Linier Sederhana .......................................... 55

b. Uji Secara Parsial (UJI T) ............................................... 56

c. Uji Koefisien Determinasi ............................................... 58

B. Pembahasan ................................................................................ 59

1. Pengaruh Pemahaman Pajak (X) Terhadap Kepatuhan

Membayar Pajak (Y) ........................................................ 59

2. Keterbatasan Penelitian .................................................... 60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 61

A. Kesimpulan ................................................................................. 61

B. Saran ........................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62

Page 14: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kontribusi UMKM Tahun 2014 .......................................................... 2

Tabel 2.1 Kriteria UMKM ................................................................................... 27

Tabel 2.2 Penyerapan Tenaga Kerja .................................................................... 29

Tabel 2.3 Penyerapan PDB Nasional ................................................................... 29

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................. 37

Tabel 3.2 Alternatif Jawaban Menurut Skala Likert ............................................ 39

Tabel 3.3 Operasional Variabel ............................................................................ 40

Tabel 4.1 Luas Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit ........................................ 46

Tabel 4.2 Hasil Penyebaran Kuesioner ................................................................ 47

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas ................................................................................ 50

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................ 53

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 53

Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 54

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas ......................................................................... 55

Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ..................................................... 56

Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial ................................................................................... 57

Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................ 58

Page 15: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................... 34

Page 16: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

x

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Pendidikan Terakhir Responden ...................................................... 48

Diagram 4.2 Memiliki NPWP Badan ................................................................... 49

Diagram 4.3 Kategori Usaha ................................................................................ 49

Page 17: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto Penelitian

Lampiran 2 : Angket Penelitian

Lampiran 3 : Hasil SPSS

Lampiran 4 : Surat-surat

Lampiran 5 : Uji Refrensi

Page 18: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan jantung dari penerimaan negara. Pajak menjadi

kebutuhan yang sangat vital bagi suatu negara yang sumber utama

penerimaan berasal dari pajak. Fungsi dari pajak sangat luas bagi

keberlangsungan aktivitas kepemerintahan dan pembiayaan suatu negara

agar bisa terciptanya keadilan, kedamaian, dan kemakmuran.

Menurut Undang-Undang No. 16 tahun 2009 perubahan ke empat

dari Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat. Sedangkan S. I Djajadiningrat berpendapat bahwa pajak sebagai

suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang

disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan

kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang

ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal

balik dari negara secara langsung, untuk memelihara negara secara umum.1

Berdasarkan aturan yang berlaku dan pendapat di atas yaitu pajak

diwajibkan kepada setiap individu ataupun perusahaan yang bersifat

memaksa namun tidak mendapatkan imbal balik secara langsung. Individu

atau perusahaan yang menetap ataupun tidak menetap di Indonesia yang

didasarkan atas sebab keadaan, kejadian ataupun perbuatan yang

memberikan kedudukan tertentu akan dikenakan pajak.

1 Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono, Amin Dara, Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh,

dan Studi Kasus, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), h 2.

Page 19: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Berbicara tentang pajak juga akan menyinggung terkait sumber

pajak. Pendapatan dari sumber pajak meliputi dari berbagai sektor

perpajakan salah satunya diperoleh dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM). Perekonomian di Indonesia banyak didominasi oleh kegiatan

usaha yang berbasis pada UMKM. Jumlah unit UMKM pada tahun 2014

mencapai 59,3 juta unit atau 99,99% unit usaha.2 Kekuatan dan kontribusi

UMKM dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa UMKM

begitu dominan dalam perekonomian di Indonesia. Berikut kontribusi

UMKM yang disajikan dalam tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Kontribusi UMKM Tahun 2014

Kontribusi Persentase

Penyerapan tenaga kerja 96,7%

Pembentukan produk domestik bruto 57,6%

Kontribusi Eskpor 15,7%

Kontribusi Investasi 56,2%

Sumber : Bappenas

Berdasarkan tabel di atas penyerapan tenaga kerja dari UMKM

adalah sebesar 96,7% angka yang sangat besar. Selanjutnya dalam

pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), UMKM juga mampu

mendapatkan angka 57,6% setengah lebih dari total PDB Nasional. Ekspor

dan investasi memiliki persentase 15,7% dan 56,2%.3

Dari data tersebut membuktikan bahwa memang UMKM memiliki

kontribusi yang penting dan fundamental dalam perekonomian nasional,

yang terlihat dari perkembangan beberapa indikator seperti jumlah unit

pelaku UMKM, tenaga kerja yang diserap, kontribusi terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB), dan kontribusi UMKM terhadap total ekspor non

2 Leonardo A.A.T Sambodo, dkk, https://www.bappenas.go.id/index.php/download

file/view/22661/832/, diakses pada tanggal 21 Juni 2018. 3 Ibid, h. 4

Page 20: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

migas dan juga investasi. Hal ini merupakan potensi luar biasa yang bisa

dikembangkan atau dimanfaatkan keberadaan eksistensi UMKM di

Indonesia.

Dari perkiraan besarnya kontribusi yang berasal dari sektor UMKM,

maka sudah seharusnya akan berpotensi besar penerimaan pajak dari sektor

tersebut. Pada tahun 2017, jumlah unit usaha UMKM tercatat sebanyak

98.8% dari total unit usaha.4 Artinya jumlah UMKM yang relatif besar dari

tahun ke tahun, memberikan peluang kepada pemerintah untuk membidik

sektor tersebut dalam upaya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam

membayarkan kewajiban perpajakannya.

Meskipun kontribusi dan jumlah unit UMKM yang sangat besar,

namun penyerapan penerimaan pajak dari sektor UMKM masih terbilang

rendah. Menurut Sri Mulyani penerimaan pajak UMKM masih rendah, total

penerimaan Rp 3 hingga 4 triliun.5 Dari gambaran angka tersebut dapat

diduga masih banyak UMKM yang belum membayarkan pajaknya atau

dengan kata lain belum patuh akan pajak.

Meningkatkan kepatuhan pajak tidak mudah karena dimungkinkan

adanya berbagai persoalan dan penafsiran dari Wajib Pajak UMKM dalam

hal perpajakannya. Hingga tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar

dalam sistem administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai

30.044.103 Wajib Pajak (WP), yang terdiri atas 2.472.632 Wajib Pajak

badan, 5.239.385 Wajib Pajak orang pribadi non karyawan, dan 22.332.086

Wajib Pajak orang pribadi karyawan. Hal ini cukup memprihatinkan

mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2015,

jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang.

Artinya baru sekitar 32,05% dari total jumlah orang pribadi pekerja dan

4 Dian Anggraeni, http://www.pajak.go.id/article/pajak-tuntas-umkm-naik-kelas?lang=en,

diakses pada tanggal 21 Juni 2018. 5 Penerimaan Pajak UMKM masih rendah, https://kumparan.com/@kumparanbisnis/sri-

mulyani-penerimaan-pajak-umkm-masih-rendah-27431110790545565, diakses pada tanggal 17

Juli 2018

Page 21: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai

Wajib Pajak (WP).6

Dari data di atas diketahui bahwa Wajib Pajak yang mempunyai

penghasilan dan telah menyadari akan kewajiban pajaknya masih sangat

sedikit. Dapat dilihat bahwa Wajib Pajak badan hanya sebagian kecil atau

sekitar 2 jutaan yang telah mendaftarkan diri dan mempunyai Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP). Masih banyak sekali masyarakat yang belum

mendaftarkan dirinya untuk memenuhi kewajiban pajaknya.

Kesadaran pajak pada pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di

Indonesia masih dikatakan kategori cukup rendah karena dari jumlah Usaha

Kecil Menengah (UKM) sebanyak 500 juta, baru 23 juta Usaha Kecil

Menengah (UKM) yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).7

Selain persoalan di atas, sistem pemungutan pajak yang berlaku di

Indonesia adalah self assessment system dengan arti bahwa Wajib Pajak

mempunyai kuasa untuk menghitung, melaporkan, dan membayar sendiri

pajak terutang setiap tahun. Dalam menjalankan sistem tersebut tentu sangat

diperlukan partisipasi dan keaktifan dari Wajib Pajak itu sendiri. Seperti

halnya membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), mengisi Surat

Pemberitahuan Tahunan (SPT) dengan benar dan jujur. Namun dalam hal

ini banyak dari Wajib Pajak tidak paham atau tidak mau mengerti serta

minim pengetahuan akan hal tersebut. Artinya bahwa pemahaman akan

pajak diperlukan guna mensukseskan potensi pemungutan pajak pada sektor

UMKM ini. Pemahaman akan pajak sangat penting dalam membantu Wajib

Pajak melaksanakan kewajiban pajaknya.

Mengatasi persoalan-persoalan yang ada, pemerintah terus membuat

kebijakan-kebijakan baru yang bisa meningkatkan kesadaran Wajib Pajak

agar patuh untuk membayar pajak demi kepentingan bersama. Dalam hal ini

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sudah memiliki berbagai cara atau strategi

untuk meningkatkan kepatuhan akan kewajiban membayar pajak. Berbagai

6 Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, http://www.pajak.go.id/

content/article/refleksi-tingkat-kepatuhan-wajib-pajak, diakses pada tanggal 17 Juli 2018. 7 Rajabuddin Nasution, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Kewajiban

Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah Di Kota Medan Timur, (Medan: Universitas

Sumatera Utara, 2015), h. 2

Page 22: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

cara atau strategi untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, mulai dari

(i) membuat sistem pemungutan pajak yang sederhana, jelas, mudah dan

waktu yang cepat, (ii) sosialisasi, (iii) pendekatan persuasif, (iv) jemput

bola, (v) pelayanan yang lebih baik, (vi) penegakan hukum, hingga

(vii) mengajak tokoh-tokoh bangsa dan masyarakat untuk menjadi panutan

atau pelopor dalam melaporan SPT Tahunan pajak.8

Namun pada kenyataan atau fakta dilapangan hasilnya masih jauh

dari yang diharapkan. Jumlah sumber daya manusia dari Direktorat Jenderal

Pajak (DJP) jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak

yang ada menyebabkan informasi dan sosialisasi akan perpajakan tidak

menjangkau semua lapisan masyarakat. Artinya semua itu akan berdampak

pada ketidaktahuan Wajib Pajak terhadap perpajakan.

Menurut Muslim, semakin tinggi tingkat pengetahuan dan

pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin kecil

kemungkinan wajib pajak untuk melanggar peraturan tersebut sehingga

meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak.9

Dari penjelasan di atas sangatlah relevan menempatkan kepatuhan

membayar pajak menjadi sorotan utama. Berhasil atau tidaknya

pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Direktorat

Jenderal Pajak (DJP) dalam memungut pajak dari sektor UMKM masih

bergantung pada pemahaman ataupun kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri.

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil

judul “PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP

KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB PAJAK USAHA

MIKRO, KECIL DAN MENENENGAH (UMKM).”

8 Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, http://www.pajak.go.id/content/strategi-

meningkatkan-kepatuhan-wajib-pajak, diakses pada tanggal 17 Juli 2018 9 Apriani Purnamasari, dkk, Pengaruh Pemahaman Pajak, Sanksi Perpajakan, Tingkat

Kepercayaan Pada Pemerintah dan Hukum Serta Nasionalisme Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Membayar Pajak PBB, (Banjar: Universitas Jenderal Soedirman, 2012) h. 25

Page 23: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

B. Identifikasi Masalah

1. Penyerapan Wajib Pajak dari sektor UMKM belum mampu

dimaksimalkan seiring dengan jumlah UMKM yang relatif besar setiap

tahunnya.

2. Pelaku UMKM belum atau tidak memenuhi kewajiban pajaknya.

3. Kesadaran pelaku UMKM terhadap pajak masih rendah

C. Batasan Masalah

Batasan masalah ini diharapkan dapat mempersempit ruang lingkup

pembahasan serta membuat pembahasan menjadi fokus, mendalam, dan

terarah dengan baik. Dalam penelitian ini hanya membatasi pengaruh

pemahaman pajak terhadap kepatuhan membayar pajak.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

Adakah pengaruh pemahaman pajak terhadap kepatuhan membayar pajak

pada Wajib Pajak UMKM?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hal berikut :

Mengetahui pengaruh pemahaman pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak

UMKM

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini diharapkan

memberikan banyak manfaat secara teoritis dan juga secara praktis, yaitu

sebagai berikut :

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat untuk pengembangan

ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, khususnya dalam hal kegiatan

usaha. Diharapkan juga dapat menjadi refrensi untuk penelitian lanjutan

yang serupa.

Page 24: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

2. Praktis

a. Peneliti

Menambah wawasan pengetahuan terkait pajak dan tingkat

kepatuhan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang ada

di Indonesia. Menambah refrensi untuk dilakukannya penelitian

lanjutan yang relevan.

b. Pelaku UMKM

Mengetahui aturan yang berlaku terkait perpajakan serta

diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan kepatuhan para

pelaku UMKM untuk melaporkan kewajiban pajaknya.

c. Pemerintah

Sebagai masukan kepada regulator agar dapat meningkatkan

jumlah Wajib Pajak UMKM yang mempunyai potensi besar dalam

penerimaan pajak. Dan sebagai bahan data untuk regulator

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib

Pajak UMKM dalam melaporkan kewajiban pajaknya.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Penelitian mengenai tentang perpajakan telah banyak dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan

banyak memberikan kontribusi dalam berbagai hal dan memberikan

masukan tambahan untuk penelitian selanjutnya. Berikut beberapa

penelitian relevan:

1. Penelitian Skripsi Afifatun Nisa’ dari Fakultas Ekonomi dengan judul

penelitian adalah mengenai pengaruh pengetahuan perpajakan,

kesadaran wajib pajak, dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib

pajak usaha mikro, kecil dan menengah. Permasalahan yang diangkat

adalah mengenai sektor pajak di daerah Sumenep. Menurutnya jumlah

usaha mikro, kecil dan menengah dari tahun ke tahun dan apakah itu

juga meningkatkan pendapatan pada sektor pajak. Metode yang

dilakukan adalah dengan cara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan

bahwa secara simultan mempunyai pengaruh dan secara parsial terdapat

dua variabel yang berpengaruh yaitu pengetahuan perpajakan dan

Page 25: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

sanksi perpajakan. Sedangakan variabel kesadaran wajib pajak tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.10

2. Penelitian Ayu Ningtyas Wulansari dari Fakultas Ekonomi dengan

judul penelitian adalah mengenai analisis tingkat kesadaran pajak pada

usaha mikro, kecil dan menengah. Permasalahan yang diangkat adalah

pemerintah telah membuat draf peraturan pemerintah dan apakah

mampu menjaring dan memperluas potensi lebih luas wajib pajak lagi.

Metode yang dilakukan adalah dengan cara kuantitatif deskriptif. Hasil

penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dan pemahaman para

UMKM masih tergolong minim.11

3. Penelitian Ellen Silvia Priyanti dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

dengan judul penelitian adalah mengenai analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kamauan pemilik usaha kecil menengah untuk

membayar pajak penghasilan. Permasalahan yang diangkat adalah

mengenai kesadaran pajak, pemahaman terhadap peraturan perpajakan,

persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan tingkat

pendidikan wajib pajak merupakan faktor-faktor penentu wajib pajak

dalam membayar pajaknya. Metode yang dilakukan adalah dengan cara

kuantitatif. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa secara parsial

variabel kesadaran pajak, pemahaman terhadap peraturan perpajakan

dan tingkat pendidikan wajib pajak berpengaruh terhadap kemauan

membayar pajak. Sedangkan persepsi yang baik atas efektifitas sistem

perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

Secara simultan bersama-sama berpengaruh terhadap kemauan

membayar pajak.12

4. Penelitian Rajabuddin Nasution dari Fakultas Ekonomi dengan judul

penelitian adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.

Permasalahan yang diangkat adalah mengenai pengetahuan wajib

10 Afifatun Nisa, Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Dan Sanksi

Perepajakan Terhadap Kepattuhan wajib Pajak UMKM, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,

2016) 11 Ayuningtyas Wulansari, Analisis Tingkat Kesadaran Pajak UMKM, (Jakarta: UI, 2012) 12 Ellen Silvia Priyanti, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Pemilik

Usaha Kecil Menengah Untuk Membayar Pajak Penghasilan Pada Kota Bangkinang, (Riau:

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2013)

Page 26: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

pajak, pemahaman system self assessment dan tingkat pendapatan wajib

pajak merupakan faktor-faktor dari kesadaran wajib pajak. Metode

yang dilakukan adalah dengan cara kuantitatif. Hasil dari penelitian

menunjukan secara parsial variabel pengetahuan wajib pajak, tingkat

pendapatan tidak berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban

perpajakan. Sedangkan variabel system self assessment berpengaruh

terhadap kesadaran kewajiban perpajakan. Secara simultan bersama-

sama berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan.13

5. Penelitian Banyu Ageng Wahyu Utomo dari Fakultas Ekonomi dan

Bisnis dengan judul penelitian adalah mengenai pengaruh sikap,

kesadaran wajib pajak, dan pengetahuan perpajakan terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

Permasalahan yang diangkat mengenai variabel yang ada berpengaruh

terhadap kepatuhan membayar pajak. Metode yang dilakukan adalah

dengan cara kuantitatif. Hasil dari penelitian menunjukan secara parsial

sikap wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Sedangakan variabel kesadaran wajib pajak dan pengetahuan

perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Secara

simultan bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.14

13 Rajabuddin Nasution, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Kewajiban

Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah Di Kota Medan Timur, (Medan: Universitas

Sumatera Utara, 2015) 14 Banyu Agung Wahyu Utomo, Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak, Dan

Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan

Bangunan Di Kecamatan Pamulang Kota Tanggerang Selatan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,

2011)

Page 27: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Kajian Tentang Pajak

a. Definisi Pajak

Berbagai pengertian mengenai pajak sangat banyak baik dari

para ahli maupun dari Undang-Undang. Definisi pajak diperlukan

agar dapat memahami arti daripada pajak itu sendiri. Menurut Pasal

1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 perubahan ke empat dari

Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan. “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.1 Dari pengertian di atas

diketahui bahwa pajak merupakan kewajiban setiap individu yang

tinggal di Indonesia.

Hal yang senada disampaikan oleh P.J.A Andriani, pajak

adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)

yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi

kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas

negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.2 Dari pengertian di

atas diketahui bahwa pajak adalah iuran artinya masyarakat

bersama-sama membayar pajaknya sesuai dengan ketetapan yang

berlaku.

1 J. Eko Lesmana, Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2017, (Jakarta: Mitra Wacana

Media, 2017), h. 2 2 Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia: edisi 4, (Jakarta: PT Indeks, 2015), h. 3

Page 28: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Begitu juga dengan Rochmat Soemitro mengartikan “pajak

adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra

prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk

membayar keperluan umum”. Definisi tersebut kemudian di

koreksinya yang berbunyi sebagai berikut: pajak sebagai peralihan

kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai

pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving

yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Dari pengertian di atas pajak adalah pemindah kekayaan atau

kepemilikan dari hak pribadi menjadi kewajiban umum dengan

memberikan kekayaan atau kepemilikan tersebut kepada

pemerintah.

Hal serupa dinyatakan oleh S. I. Djajadiningrat yaitu pajak

sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke

kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan

yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai

hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat

dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.3 Dari pengertian di atas pajak adalah

menyerahkan sebagian harta kepada pemerintah atas suatu keadaan,

kejadian, atau perbuatan dari individu itu sendiri.

Berdasarkan dari beberapa definisi di atas yang berkaitan

dengan pajak, dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri pajak

sebagai berikut:

1. Pajak adalah hak Negara, dan pajak adalah kewajiban rakyat.

2. Pajak bersifat memaksa, artinya peralihan kekayaan yang

dimiliki oleh rakyat kemudian menjadi kekayaan milik negara

sesuai undang-undang.

3 Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono, Amin Dara, Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh,

dan Studi Kasus, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), h 2.

Page 29: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

3. Wajib pajak tidak mendapatkan timbal balik dari pajak yang

dibayarkan

4. Pemungutan pajak digunakan atau dimanfaatkan sebesar-

besarnya untuk pembiayaan umum (Negara) dan rakyat. Pajak

yang mulanya dari rakyat akan kembali kepada rakyat secara

tidak langsung akan dirasakan oleh rakyat.

b. Fungsi Pajak

Fungsi pajak menurut Thomas Sumarsan, adalah sebagai

berikut:

1. Fungsi Penerima (Budgetair)

Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat

bagi kas Negara, yang diperuntukan bagi pembiayaan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Untuk menjalankan

tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,

negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari

penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk

pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,

pemeliharaan, dan lain sebagainya. untuk pembiayaan

pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,

yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.

Tabungan pemerintah ini darai tahun ke tahun harus

ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang

semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor

pajak.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur struktur

pendapatan di tengah masyarakat dan struktur kekayaan antara

para pelaku ekonomi. Fungsi mengarut ini sering menjadi tujuan

pokok dari sistem pajak, paling tidak dalam sistem perpajakan

yang benar tidak terjadi pertentangan dengan kebijaksanaan

Negara dalam bidang ekonomi dan sosial. Sebagai alat untuk

mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan, terutama

banyak ditujukan terhadap sektor swasta. Contohnya dalam

Page 30: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri

maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas

keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam

negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk

produk luar negeri.4

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi

pajak adalah menyerap sebagian pendapatan dari masyarakat ke

kas Negara yang menjadi sumber dana untuk Negara.

Penerimaan tersebut dialokasikan untuk pembiayaan-pembiyaan

keperluan Negara agar terciptanya kestabilan ekonomi melalui

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk

mencapai tujuan tertentu.

c. Sistem Pemungutan Perpajakan

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dalam

hal ini Dirjen Pajak untuk menetapkan pajak adalah dengan

menentukan sistem yang akan digunakan. Siti Resmi membagi

sistem pemungutan pajak menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewewenang

aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak

yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib

Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang

setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku.

3. With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan

4 Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia: edisi 4, (Jakarta: PT Indeks, 2015), h. 5

Page 31: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan

perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk

memotong dan memungut pajak, menyetor dan

mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang

tersedia.5

Berdasarkan definisi sistem pemungutan pajak di atas, dapat

disimpulkan bahwa sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3

macam, yaitu Official Assesment System, Self Assesment System,

dan With Holding System.

Dalam Official Assesment System, penghitungan dan

pemungutan pajak dilakukan oleh aparatur pajak. Kewenangan

atau ketetapan sepenuhnya dipihak aparatur perpajakan, dan

Wajib Pajak tidak dapat berampur tangan dalam penentuan pajak

terutang. Selanjutnya dalam Self Assesment System, Wajib Pajak

mendapatkan keleluasaan dalam hal menghitung sendiri jumlah

pajak terutang, melaporkan sendiri pajak terutang, membayar

sendiri pajak terutang, serta mempertanggungjawabkan semua

pajak terutangnya. With Holding System membiarkan pihak

selain Wajib Pajak dan aparatur pajak untuk menentukan besaran

pajak terutang Wajib Pajak. Penentuan pihak ketiga sudah diatur

dalam perundang-undangan yang ada sehingga Wajib Pajak

tidak dapat menunjuk sendiri siapa yang dipercayakan untuk

menentukan besaran pajak terutang.

d. Pajak Penghasilan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak

penghasilan memberikan penjelasan subjek dan objek pajak, berikut

penjelasannya:

1. Subjek Pajak

a. Subjek Pajak orang pribadi

Orang pribadi sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal

atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

5 Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus: edisi 6, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 11

Page 32: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

b. Subjek Pajak Warisan

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

merupakan Subjek Pajak pengganti, menggantikan mereka

yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang

belum terbagi sebagai Subjek Pajak pengganti dimaksudkan

agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari

warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan

c. Subjek Pajak Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang

merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun

yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan

usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan

nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,

dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,

organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi

lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk

kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Badan

usaha milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan

Subjek Pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya

sehingga setiap unit tertentu dari badan Pemerintah, misalnya

lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh

penghasilan merupakan Subjek Pajak. Dalam pengertian

perkumpulan termasuk pula asosiasi persatuan,

perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai

kepentingan yang sama.

d. Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan

oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,

orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183

(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

Page 33: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan di Indonesia.6

2. Objek Pajak

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh

Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk

menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan

nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau

jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,

tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang

pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali

ditentukan lain dalam undang-undang ini;

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan

penghargaan;

c. Laba usaha;

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

termasuk:

1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham

atau penyertaan modal.

2) Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan

badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang

saham, sekutu atau anggota.

3) Keuntungan karena likuiditas, penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha.

4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,

bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada

keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu

derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan

atau badan sosial, atau pengusaha kecil, termasuk

6 Ibid, h. 75-76

Page 34: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,

sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha,

pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-

pihak yang bersangkutan.

5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian

atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam

pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan

pertambangan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah

dibebankan biaya dan pembayaran tambahan pengembalian

pajak;

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena

jaminan pengembalian utang. Peraturan Pemerintah No. 94

tahun 2010 menegaskan pinjaman tanpa bunga dari

pemegang saham yang diterima Wajib Pajak bentuk

perseroan terbatas diperkenankan apabila:

1) Pinjaman tersebut berasal dari pemegang saham itu

sendiri.

2) Modal telah disetor seluruhnya oleh pemegang saham.

3) Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan

merugi.

4) Perseroan sedang mengalami kesulitan keuangan.

5) Apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut, maka

pinjaman tersebut terutang bunga dengan tingkat suku

bunga yang wajar.

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk

dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis,

dan pembagian sisa hasil usaha koperasi. Peraturan

Pemerintah No. 94 tahun 2010 menegaskan pemberian

saham bonus tanpa penyetoran tidak termasuk dividen dan

bukan objek pajak sepanjang dari kapitalisasi agio saham

atau kapitalisasi selisih revaluasi aktiva tetap;

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

Page 35: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan

harta;

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai

dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah. Peraturan Menteri Keuangan No.

105/PMK.03/2009 diubang dengan No. 57/PMK.03/2010

menyebutkan debitur kecil atau debitur kecil lainnya adalah

jumlah tidak melebihi 100 juta yang merupakan gunggungan

dari beberapa kredit yang diberikan institusi perbankan/

lembaga pembiayaan kredit usaha keluarga prasejahtera

(KUKESRA), kredit usaha tani (KUT), kredit pemilikan

rumah sangat sederhana (KPRSS), kredit usaha kecil (KUK),

kredit usaha rakyat (KUR), kredit kecil lainnya oleh

perbankan dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi;

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

n. Premi asuransi;

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari

anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan

usaha atau pekerjaan bebas;

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan

yang belum dikenakan pajak;

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata

cara perpajakan;

s. Surplus Bank Indonesia.7

7 Wirawan B. Iyas, Rudy Suhartono, Praktikum Perpajakan: edisi 3, (Bogor: In Media,

2017), h. 1-3

Page 36: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

e. Pemahaman Pajak

Pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya

mengerti benar, tahu benar akan tentang sesuatu hal. Pemahaman

adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan

(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan menurut Soekidjo

dalam Handayani, Faturokhman, dan Pratiwi, memahami adalah

suatu kemauan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

benar.8

Menurut Riko dalam Farid Syahril, pemahaman adalah suatu

proses peningkatan pengetahuan secara intensif yang dilakukan oleh

seseorang individu dan sejauh mana dia akan dapat mengerti benar

akan suatu materi permasalahan yang ingin diketahui. Sedangkan

menurut Muslim, semakin tinggi tingkat pengetahuan dan

pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka

semakin kecil kemungkinan wajib pajak untuk melanggar peraturan

tersebut sehingga meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak.9

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa pemahaman pajak

merupakan suatu proses yang mana Wajib Pajak mau untuk

mengetahui segala hal berkaitan mengenai perpajakan.

Perumusan hipotesis dalam penelitian ini mengacu pada

penelitian dari Rahadi yang menyatakan bahwa pengetahuan dan

pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak. Pemahaman Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan

merupakan penyebab internal karena berada di bawah kendali wajib

pajak sendiri. Tingkat pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak

yang berbeda-beda akan mempengaruhi penilaian masing-masing

Wajib Pajak untuk berperilaku patuh dalam melaksanakan

kewajiban perpajakan. Tingkat pemahaman Wajib Pajak tinggi akan

8 Apriani Purnamasari, dkk, Pengaruh Pemahaman Pajak, Sanksi Perpajakan, Tingkat

Kepercayaan Pada Pemerintah dan Hukum Serta Nasionalisme Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Membayar Pajak PBB, (Banjar: Universitas Jenderal Soedirman, 2012) h. 25 9 Ella Widyastuti, Pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus,

Sanksi Perpajakan, dan Lingkungan Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015) h. 5

Page 37: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

membuat Wajib Pajak memilih berperilaku patuh dalam

melaksanakan kewajiban perpajakan.10

Berikut Indikator pengetahuan dan pemahaman perpajakan :

1. Pendaftaran NPWP bagi setiap wajib pajak yang memiliki

penghasilan.

2. Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban

sebagai wajib pajak.

3. Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan.

4. Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP dan tarif

pajak.

5. Wajib pajak mengetahui dan memahami tentang peraturan

perpajakan melalui sosialisasi.

6. Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui training.11

f. Kepatuhan Pajak

Kepatuhan pajak sangat diperlukan dari tiap-tiap orang yang

mempunyai kewajiban untuk membayarkan pajaknya. Untuk itu

definisi diperlukan agar mengetahui mengenai kepatuhan pajak.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kepatuhan adalah sifat

patuh atau mentaati pimpinan Negara meminta dari setiap

warganya.12 Dapat dikatakan bahwa menjadi suatu keharusan

mutlak bagi setiap individu untuk bersedia dalam hal ini membayar

kewajiban pajak kepada negara sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Brotodihardjo menjelaskan bahwa “hukum pajak materil

adalah membuat norma-norma yang menerangkan keadaan-

keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum yang

harus dikenakan pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan pajak ini,

berapa besarnya pajak, dengan perkataan lain segala sesuatu tentang

10 Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,

https://www.hestanto.web.id/pengaruh-pengetahuan-dan-pemahaman-pajak-terhadap-kepatuhan-

wajib-pajak, di akses pada tanggal 25 Januari 2019. 11 Siti Nurlaela, Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman, Kesadaran, Persepsi Terhadap

Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas, Jurnal

Paradigma Vol. 11 (Jakarta: Salemba empat, 2014), h..92 12 Frista Amanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), h. 898

Page 38: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

timbulnya, besarnya, dan hapusnya utang pajak dan hubungan

hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Sementara itu

pemenuhan kewajiban pajak formal mengacu pada bagaimana wajib

pajak melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan

yang telah ditetapkan”.13

Dari pengertian di atas telah di rincikan aspek-aspek hukum

terkait dengan pajak. Terdapat dua hukum pajak yaitu hukum pajak

materil dan formal yang keduanya memiliki perbedaan masing-

masing.

Sedangkan menurut Nurmantu kepatuhan dalam perpajakan

dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana wajib pajak

memenuhi semua kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak

perpajakannya.14 Artinya disini hak rakyat menjadi kewajiban

rakyat itu sendiri. Dalam beberapa kondisi seseorang diwajibkan

untuk membayar pajaknya.

Sependapat dengan Brotodihardjo, Siti Kurnia Rahayu

membagi kepatuhan wajib pajak menjadi dua kategori, yaitu:

1. Kepatuhan Pajak Formal

Kepatuhan perpajakan formal merupakan ketaatan Wajib

Pajak dalam memenuhi ketentuan formal perpajakan. Ketentuan

formal ini terdiri dari:

a. Tepat waktu dalam mendaftarkan diri untuk memperoleh

NPWP maupun untuk ditetapkan memperoleh NPPKP.

b. Tepat waktu dalam menyetorkan pajak yang terutang.

c. Tepat waktu dalam melaporkan pajak yang sudah dibayar

dan perhitungan perpajakannya

2. Kepatuhan Pajak Material

Kepatuhan perpajakan material merupakan ketaatan Wajib

Pajak dalam memenuhi ketentuan material perpajakan.

Ketentuan material terdiri dari:

13 Okke Kustiono, Analisis Faktor-Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib

Pajak Badan Di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Timur, (Jakarta:

Universitas Indonesia, 2010), h. 17-18 14 Ayuningtyas Wulansari, Analisis Tingkat Kesadaran Pajak UMKM, (Jakarta: UI, 2012),

h. 15

Page 39: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

a. Tepat dalam menghitung pajak terutang sesuai dengan

peraturan perpajakan.

b. Tepat dalam memperhitungkan pajak terutang sesuai dengan

peraturan perpajakan.

c. Tepat dalam memotong maupun memungut pajak (Wajib

Pajak sebagai pihak ketiga).15

Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan Nomor

544/KMK.04/2000, untuk dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak

patuh terdapat kriteria tertentu, Wajib Pajak harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak

dalam 2 tahun terakhir.

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,

kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda

pembayaran pajak.

3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana

di bidang perpajakan dalam jangka wantu 10 tahun terakhir

4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan

dalam hal terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan,

koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing

jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.

5. Wajib Pajak yang laporan keuangan untuk 2 tahun terakhir

diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat wajar tanpa

pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang

tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.16

Dari ke empat definisi di atas terlihat jelas bahwa kepatuhan

pajak adalah suatu sikap wajib pajak terhadap peraturan perpajakan

yang akan dikenakan kepada wajib pajak itu sendiri. Sikap tersebut

akan terlihat dari wajib pajak apakah wajib pajak tersebut mematuhi

ataupun tidak mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku.

Indikator kepatuhan adalah seperti memiliki NPWP, menyampaikan

15 Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan (Konsep dan Aspek Formal), (Bandung: Rekayasa

Sains, 2017), h. 193-194 16 Ibid, h. 194

Page 40: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

SPT dengan benar dan tepat waktu ataupun tidak menunggak

membayar pajak.

Soemitro mengatakan bahwa secara umum teori tentang

kepatuhan dapat digolongkan dalam teori paksaan dan teori

konsensus. Menurut teori paksaan, orang mematuhi hukum karena

adanya unsur paksaan dari kekuasaan yang bersifat legal dari

penguasa. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa paksaan fisik

yang merupakan monopoli penguasa adalah dasar untuk terciptanya

suatu ketertiban sebagai tujuan dari hukum. Jadi menurut teori

paksaan, unsur sanksi merupakan faktor yang menyebabkan orang

mematuhi hukum. Lain halnya dengan teori konsensus, dasar

ketaatan hukum terletak pada penerimaan masyarakat terhadap

sistem hukum, yaitu sebagai dasar legalitas hukum. Konon teori ini

yang disebut terakhir inilah yang sejalan dengan upaya mewujudkan

kepatuhan sukarela wajib pajak.17

Selain daripada teori paksaan dan konsensus yang telah

dijabarkan di atas, ada juga bahan pertimbangan perihal pajak yaitu

teori keadilan. Teori Keadilan yang dikemukakan oleh John Rawl

memandang keadilan sebagai fairness. Apabila keadilan sebagai

fairness dijadikan prinsip dasar dalam melaksanakan suatu

kebijakan, maka akan tercipta kesukarelaan segenap anggota

masyarakat untuk menerima dan mematuhi ketentuan-ketentuan

yang ada. Teori keadilan Rawls menitikberatkan pada bagaimana

mendistribusikan hak dan kewajiban secara seimbang di

masyarakat, sehingga setiap orang berpeluang untuk memperoleh

manfaat dan menanggung beban yang sama. Kunci keberhasilan

pada rumusan keadilan Rawl ini dapat dicapai dengan adanya

prosedur yang jelas dan tidak memihak. Bila suatu kebijakan

dilaksanakan sesuai prosedur yang fair (tidak memihak), maka akan

17 Okke Kustiono, Analisis Faktor-Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib

Pajak Badan Di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Timur, (Jakarta:

Universitas Indonesia, 2010), h. 16

Page 41: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

terjalin hubungan baik antar individu dan juga menjamin diperoleh

hasil akhir yang adil pula.18

Dari landasan-landasan teori di atas dapat disimpulkan

bahwa masyarakat akan patuh untuk memenuhi kewajiban

membayar pajaknya apabila sistem hukum sudah jelas dan dapat

diterima oleh masyarakat (adil). Direktorat Jendral Pajak sebagai

pembuat kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pajak harus

bisa memenuhi atau menyesuaikan setiap kebijakan yang dibuat

terhadap hak dan kewajiban masyarakat yang menjadi Wajib Pajak.

Dengan begitu masyarakat akan sukarela membayarkan pajaknya

tanpa harus adanya paksaan atau sanksi hukum.

2. Kajian Tentang UMKM

a. Definisi UMKM

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang UMKM, pengertian usaha mikro, kecil dan menengah, yaitu

sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria

Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

18 Agustin Dewi Nugraheni, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2015), h. 17-18

Page 42: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau

usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.19 Dari

ketiga penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat

perbedaan dari UMKM. Perbedaan pada masing-masing usaha

tersebut berdasarkan pada jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan.

Namun menurut Nunuy, usaha kecil didefinisikan sebagai

kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah

tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang

atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai

omzet penjualan sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang.

Sementara itu usaha menengah didefinisikan sebagai kegiatan

ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga

maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa

untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet

penjualan lebih dari 1 (satu) miliar.20

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa UMKM

adalah usaha produktif atau kegiatan ekonomi yang dikerjakan,

dibuat, dilakukan oleh perseorangan atau badan guna menghasilkan

suatu barang, jasa atau produk tertentu untuk tujuan medapatkan

omzet.

b. Kriteria UMKM

Kriteria merupakan alat ukur dari suatu objek agar dapat

dinilai secara keseluruhan dan dengan jelas. Kriteria UMKM juga

telah ditetapkan di dalam Undang-Undang. Kriteria usaha mikro,

kecil dan menengah menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20

tahun 2008 dijelaskan bahwa:

1. Kriteria Usaha Mikro ada dua kriteria usaha, yakni:

19 Sami’un Jaja Raharja, Ratih Purbasari, Kewirausahaan, (Tangerang: Universitas

Terbuka, 2014), h. 2.4 20 Ibid, h. 2.3-3.4

Page 43: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

a. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil pejualan tahunan paling banyak Rp.

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil, kriteria usaha ini meliputi:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus

juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah ada dua kriteria Usaha Menengah,

yaitu:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.

2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh

miliar rupiah).21

Selain dilihat dari nilai omzetnya, kriteria UMKM juga dapat

dilihat dari jumlah tenaga kerjanya. Menurut Badan Pusat Statistik

(BPS), UMI (atau di sektor industri manufaktur umum disebut

industri rumah tangga) adalah unit usaha dengan jumlah pekerja

tetap hingga 4 orang; UK antara 5 hingga 19 pekerja dan UM dari

20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah

21 Oskar Raja, dkk., Kiat Sukses Mendirikan dan Mengelola UMKM, (Jakarta: L Press,

2010), h. 3

Page 44: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori UB.22 Dari pengertian

di atas dapat disimpulkan dalam bentuk tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Kriteria UMKM

No JENIS

USAHA

KRITERIA

ASSET PENDAPATAN PEKERJA

1 Usaha Mikro Max 50

Jt

Max 300 Jt 4 orang

2 Usaha Kecil > 50 Jt -

500 Jt

>300 Jt – 2,5 M 5 - 19 orang

3 Usaha

Menengah

> 500 Jt

– 10 M

> 2,5 M – 50 M 20 – 99

orang

c. Peran dan Kontribusi UMKM

Keberadaan UMKM di Indonesia semakin menjamur dari

tahun ke tahun. Sudah tidak bisa diragukan lagi dari peran dan

kontribusi UMKM. UMKM mempunyai peran yang sangat vital di

dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional

memiliki peran: (1) sebagai pemeran utama dalam kegiatan

ekonomi, (2) penyedia lapangan kerja terbesar, (3) pemain penting

dalam perkembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan

masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5)

kontribusinya terhadap neraca pembayaran.23 Artinya banyak sekali

peran dan kontribusi dari usaha mikro, kecil dan menengah baik dari

skala kecil maupun mencakup lebih luas lagi,

22 Tulus T.H Tambunan, UMKM Di Indonesia, (Jakarta: GI, 2009), h. 16 23 Wildan Aryo Bimantoro, Pengaruh PDB UMKM Dan Investasi UMKM Terhadap

Ekspor UMKM Tahun 2000-2011 di Indonesia, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014), h. 21-23

Page 45: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Para peneliti juga menyatakan pendapatnya mengenai

pentingnya peran dan konribusi UMKM. Hal ini diperkuat dengan

adanya penelitian yang dilakukan Supriyanto pada tahun 2006,

menyimpulkan dalam penelitiannya ternyata UMKM mampu

menjadi solusi penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

Penanggulangan kemiskinan dengan cara mengembangkan UMKM

memiliki potensi yang cukup baik, karena ternyata sektor UMKM

memiliki kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja,

yaitu menyerap lebih dari 99,45% tenaga kerja dan sumbangan

terhadap PDB sekitar 30 %.24 Dari penjelasan di atas diketahui

bahwa UMKM menjadi salah satu solusi yang tepat dari

permasalahan yang ada seperti mengurangi kemiskinan,

memperbanyak penyerapan tenaga kerja, dan sebagainya

Menurut Nunuy, Eksistensi dan peran UMKM yang ada

pada tahun 2007 mencapai 49,84 juta unit usaha, dan merupakan

99,99% dari pelaku usaha nasional, dalam tata perekonomian

nasional, sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya

dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik

Bruto (PDB) Nasional, nilai ekspor nasional, dan investasi

nasional.25 Dari penjelasan di atas pembahasan peran skala yang

mencakup lebih luas dari UMKM yaitu PDB Nasional, ekspor, dan

investasi nasional. Disampaikan juga angka dari pelaku usaha di

Indonesia yang sangat banyak.

Berikut tabel 2.2 yang menunjukan penyerapan tenaga kerja

di Indonesia dari tahun ke tahun:

24 Yuli Rahmini Suci, Perkembangan UMKM Di Indonesia, (Balikpapan: STIE, 2012), h.

52 25 Sami’un Jaja Raharja, Ratih Purbasari, Kewirausahaan, (Tangerang: Universitas

Terbuka, 2014), h. 2.8

Page 46: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Tabel 2.2

Penyerapan Tenaga Kerja

Skala

Usaha

2008 2009 2010 2011 2012

Mikro-

Kecil

87.648 93.534 96.642 98.878 104.395

Menengah 3.250 2.677 2.760 2.845 3.262

Besar 2.776 2.674 2.840 2.891 3.150

Total 93.674 98.885 102.242 104.614 111.219

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM

Perkembangan kondisi usaha mikro-kecil dari tahun 2008

sampai tahun 2012 mengalami kenaikan yang sangat signifikan jika

dilihat dari kenaikan unit usaha. Kenaikan unit usaha ini juga

dialami oleh usaha menengah dan besar dari tahun 2008 sampai

tahun 2012. Tenaga kerja yang diserap UMKM mencapai angka

rata-rata 96.642 orang pada tahun 2010 atau sekitar 94,52% dan

hanya 2.480 atau sekitar 2,8% saja yang mampu diserap usaha

berskala besar.26

Selain penyerapan tenaga kerja, UMKM juga memberikan

kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Penyerapan

Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3

Penyerapan PDB Nasional

Skala

Usaha

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Mikro 0,0% 33,2

%

33,0

%

32,8

%

32,7

%

32,4

%

33,4

%

26 M. Azrul Tanjung, Koperasi dan UMKM, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 13

Page 47: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Kecil 39,3

%

10,7

%

10,9

%

10,9

%

10,8

%

10,8

%

7,1%

Menenga

h

16,6

%

14,5

%

14,6

%

14,7

%

14,7

%

14,6

%

15,2

%

Besar 44,1

%

41,5

%

41,6

%

41,7

%

41,8

%

42,2

%

44,3

%

Sumber: BPS

Berdasarkan data BPS, UMKM memberikan kontribusi pada

Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang cukup besar. Dalam

periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, kontribusi UMKM

pada PDB nasional selalu di atas 50% dari total PDB nasional.

UMKM memberikan kontribusi yang besar dalam PDB nasional.

Pada tahun 2011, misalnya, nilai PDB nasional atas harga konstan

tahun 2000 sebesar Rp. 2.277 triliun. Dari nilai PDB tersebut, peran

UMKM tercatat sebesar Rp. 1.269.3 triliun atau 55,7% dari total

PDB nasional, sementara usaha besar berkontribusi sebesar Rp.

1.007,7 triliun atau 44,3%.27

Belakangan ini, UMKM di Indonesia seperti layaknya pionir

dalam perkembangan usaha-usaha yang ada. UMKM juga diberikan

perhatian dan kesempatan dalam bersaing di era modern sekarang.

Terlihat jelas potensi yang diberikan UMKM dalam perekonomian

nasional. Dengan melihat potensi dan kontribusi yang diberikan

UMKM seperti besarnya penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan

PDB maka diharapkan dan sudah seharusnya dapat meningkatkan

juga penerimaan negara melalui pajak.

3. Pajak UMKM

a. Dasar Hukum dan Aturan Pelaksanaan

Untuk mengetahui mengenai pajak yang akan dikenakan

pada pelaku usaha, penting untuk mengetahi dasar hukum yang

27 Kajian PPH Final, https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/kajian%20pph%

20final%20 umkm_pkpn.pdf, Kajian PPh final UMKM pkpn, diakses tanggal pada 13 Agustus 2018

Page 48: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

berlaku untuk menetapkan objek ataupun subjek pajak. Adapun

yang menjadi dasar hukum perlakuan PPh atas penghasilan dari

usaha yang diterima atau diperoleh WP yang memiliki Peredaran

Bruto Tertentu adalah:

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2009.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008, khususnya

Pasal 4 ayat (2) huruf e dan Pasal 17 ayat (7).28

Sebagai aturan pelaksanaan mengenai perlakuan PPh atas

penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh WP yang

memiliki Peredaran Bruto Tertentu dari kedua Undang-Undang

Perpajakan yang merupakan dasar hukum diatas adalah:

- Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang

Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak

Penghasilan dalam Tahun Berjalan (sebagai aturan umum).

- Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak

Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau

Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

(sebagai aturan khusus).

b. Wajib Pajak dengan Kategori Peredaran Bruto Tertentu dan

Wajib Pajak yang Tidak Termasuk dalam Kategori Peredaran

Bruto Tertentu

1. Wajib Pajak (WP) dengan Kategori Peredaran Bruto Tertentu

Dari semua WP dengan berbagai kriteria, dasar dan skala

usaha di atas yang masuk dalam kategori sebaga UMKM, sesuai

dengan kebijakan pajak maka tidak semua Wajib Pajak (WP)

28 Liberti Pandiangan, Mudahnya Menghitung Pajak UMKM, (Jakarta: Mitra Wacana

Media, 2014), h. 3

Page 49: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

diperkenankan dapat menggunakan atau memanfaatkan fasilitas

pajak berupa kemudahan, kesederhanaan, dan keringanan pajak

yang diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013.

Sesuai ketentuan yang telah ditetapkan, adapun Wajib Pajak

(WP) yang diperkenankan dalam kategori Peredaran Bruto

Tertentu adalah Wajib Pajak (WP) yang memenuhi kriteria

sebagai berikut:

a) Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi dan Wajib Pajak (WP)

Badan, Namun untuk Wajib Pajak (WP) Badan, tidak

termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT).

b) Menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto

tidak melebihi jumlah Rp. 4.800.000.000,- (empat miliar

delapan ratus juta rupiah) dalam satu Tahun Pajak.

Namun menyangkut penghasilan tersebut perlu diperhatikan

bahwa:

- dalam jumlah penghasilan tersebut tidak termasuk

penghasilan yang diperoleh dari jasa sehubungan dengan

pekerjaan bebas.

- peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha,

termasuk dari usaha cabang, namun tidak termasuk

peredaran bruto dari usaha yang atau penghasilannya telah

dikenai PPh yang bersifat final berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.29

2. Wajib Pajak (WP) yang Tidak Termasuk dalam Kategori

Peredaran Bruto Tertentu

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dengan jelas dan

tegas dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013, maka

Wajib Pajak (WP) baik Orang Pribadi maupun Badan yang tidak

termasuk sebagai WP dalam kategori Peredaran Bruto Tertentu

sebagaimana berikut:

29 Ibid, h. 14

Page 50: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

a) Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi dan Wajib Pajak (WP)

Badan yang menerima penghasilan dari usaha dengan

peredaran bruto telah melebihi jumlah Rp. 4,8 Miliar dalam

satu Tahun Pajak. Dengan kondisi ini, maka untuk tahun

berikutnya Wajib Pajak (WP) tersebut tidak termasuk lagi

sebagai Wajib Pajak (WP) dengan kategori Peredaran Bruto

Tertentu.

b) Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi yang memperoleh

penghasilan yang diperoleh dari jasa sehubungan dengan

pekerjaan bebas, walaupun jumlah penghasilannya tidak

melebihi Rp. 4,8 Miliar dalam setahun.

c) Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi dan Wajib Pajak (WP)

Badan yang peredaran brutonya telah dikenai PPh yang

bersifat final berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang perpajakan (selain Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013).

d) Wajib Pajak (WP) Badan dengan Bentuk Usaha Tetap

(BUT).30

c. Tarif PPh Final atas Penghasilan Kategori Peredaran Bruto

Tertentu dan Implementasinya

Sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 17 ayat (7) UU PPh

bahwa dengan Peraturan Pemerintah (PP) dapat ditetapkan besarnya

tarif pajak tersendiri yang dapat bersifat final atas jenis pneghasilan

yang ditetapkan dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh. Syaratnya,

sepanjang besarnya tarif pajak tersebut tidak melebihi tarif pajak

tertinggi dari tarif pajak umum PPh. Untuk itu, berdasarkan Pasal 3

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ditetapkan besarnya

tarif PPh Pasal 4 ayat (2) Final atas penghasilan kategori Peredaran

Bruto Tertentu yaitu 1% (satu persen).

Dalam Mengimplementasikan tarif PPh Final atas

penghasilan kategori Peredaran Bruto Tertentu, beberapa hal harus

dipastikan yaitu:

30 Ibid, h. 15-16

Page 51: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

a) Objek pajaknya harus merupakan penghasilan yang dikenakan

pajak secara final, yang dalam hal ini Peredaran Bruto Tertentu.

b) Periode penghasilan selama satu tahun pajak, kecuali tahun

2013 sebagai tahun pertama diberlakukannya Peraturan

pemerintah No. 46 Tahun 2013 berlaku mulai Juli sampai

dengan Desember 2013.

c) Dikenakan untuk setiap bulan selama satu tahun pajak.31

B. Kerangka Berpikir

Agar penjelasan menjadi fokus, mendalam, dan terarah antar

hubungan variabel dengan variabel lainnya sesuai dengan konsep

pemikiran, serta untuk menggambarkan alur dari penelitian ini. Maka model

penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

31 Ibid, h. 44-45

Pengetahuan Self

Assessment System

Lama Usaha

Ukuran Usaha NPWP Badan

Informasi dan

Sosialisasi

Pendidikan

Terakhir

Kepatuhan

Membayar Pajak

Pemahaman

Pajak

Page 52: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Variabel (X)

Variabel (Y)

Keterangan:

Indikator

Hubungan Parsial

Dalam penelitian ini variabel dependen adalah kepatuhan UMKM

dalam membayar pajak. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

pemahaman pajak, dengan indikator sebagai berikut :

1. NPWP Badan

2. Ukuran Usaha

3. Lama Usaha

4. Pendidikan Terakhir

5. Informasi dan Sosialisasi

6. Pengetahuan Self Assessment System.

C. Hipotesis Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai pajak UMKM. Di era modern

saat ini perkembangan UMKM di Indonesia sangat cepat. Kita dapat melihat

sendiri di berbagai tempat, UMKM selalu tumbuh dan menjamur dalam

berbagai sektor. Melihat pesatnya UMKM, berarti ada potensi para pelaku

UMKM menjadi wajib pajak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak

Ho: Pemahaman tidak berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak

Ha: Pemahaman berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak

.

Page 53: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi atau universe adalah sebuah wilayah atau tempat

objek/subjek yang diteliti, baik orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal

lain yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu untuk mendapatkan

sebuah informasi.1 Populasi dalam penelitian ini adalah para pelaku UMKM

di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Berdasarkan pada data dari BPS,

jumlah usaha yang dapat di kategorikan sebagai UMKM sebanyak 2506

UMKM yang tersebar di 7 kelurahan.

Menurut Edi Riadi, sampel adalah bagian atau subset yang mewakili

sebuah populasi.2 Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil

maka peneliti menggunakan teori atau rumus dari Slovin. Untuk itu, sampel

yang diperlukan sebagai berikut:

𝑛 =N

1+N𝑒2

Keterangan:

n = sampel

N = populasi

e = perkiraan tingkat kesalahan3

𝑛 =2506

1 + 2506 (0,1)2

𝑛 =2506

26,06= 97 Orang

Jadi, jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini

sebanyak 97 orang.

1 Edi Riadi, Statistika Penelitian, (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2011), h. 33 2 Ibid, h.34 3 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013) h. 61

Page 54: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan

kuantitatif. Menurut Iskandar, penelitian survei adalah penelitian yang

dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap suatu gejala atau

pengumpulan informasi dari populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

dipelajari adalah data dari sampel sebagai mewakili data populasi

tersebut”.4 Menurut Sugiyono penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.5

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan pada penelitian ini bertempat di Kecamatan Duren

Sawit, Jakarta Timur. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Juni

2018 sampai bulan Desember 2018. Dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

4 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Jakarta: Referensi, 2013) h 67 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2009), h. 8

2018

Kegiatan Penelitian Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Penyusunan bab I

Penyusunan bab II

Penyusunan bab III

Penyusunan bab IV

Penyusunan Bab V

Page 55: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

C. Sumber Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan dua sumber

yaitu data primer dan sekunder. Data primer adalah data informasi yang

diperoleh tangan pertama yang dikumpulkan secara langsung dari

sumbernya. Data sekunder adalah informasi tangan kedua yang sudah

dikumpulkan oleh beberapa orang (organisasi) untuk tujuan tertentu dan

tersedia untuk berbagai penelitian. 6

D. Instrumen Penelitian

Menurut Syofian Siregar, instrumen penelitian adalah suatu alat

yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan

menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang

dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.7

1. Definisi Konseptual

Kepatuhan membayar pajak merupakan suatu sikap atau

tindakan dari seseorang wajib pajak yang dengan sengaja atau tanpa

paksaan menghitung, membayar, dan melaporkan kewajiban pajaknya

sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam penelitian ini kepatuhan

membayar pajak ditujukan kepada pelaku UMKM yang mempunyai

penghasilan dari usahanya. Kepatuhan membayar pajak oleh UMKM

dapat dipengaruhi oleh pemahaman pajak itu sendiri.

2. Definisi Operasional

Berdasarkan pada konsep penelitian, variabel penelitian ini

menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel

terikat (Y). definisi operasional berdasarkan pengembangan dari

beberapa sumber atau refrensi yang menjadi acuan dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran data

menggunakan Skala Likert. Skala Likert merupakan salah satu skala

yang paling banyak digunakan pada penelitian sosial. Pada Skala Likert,

6 Edi Riadi, Statistika Penelitian, (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2011), h. 33

7 Syofian Siregar, Statsitik Parametrik Untuk Penelitian Kualitatif: Dilengkapi Dengan

Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, hlm. 75

Page 56: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

peneliti harus merumuskan sejumlah pernyataan mengenai suatu topik

tertentu, dan responden diminta memilih apakah ia sangat setuju, setuju,

ragu-ragu/tidak tahu/netral, tidak setuju, atau sangat tidak setuju dengan

berbagai pernyataan tersebut.8 Setiap pilihan jawaban memiliki bobot

yang berbeda, dan seluruh jawaban responden dijumlahkan berdasarkan

bobotnya sehingga menghasilkan suatu skor tunggal mengenai suatu

topik tertentu. Untuk menjaga konsistensi pengukuran sikap, bobot

jawaban harus disusun terbalik untuk pertanyaan yang bersifat negatif.

Berikut ini tabel alternatif jawaban Skala Likert (tabel 3.2) dan

operasional variabel Pemahaman Pajak dan Kepatuhan Pajak (tabel 3.3).

Tabel 3.2

Alternatif Jawaban Menurut Skala Likert

Pernyataan Skor untuk pernyataan

Positif Negatif

Sangat Setuju SS 5 1

Setuju S 4 2

Tidak Tahu/

Ragu-Ragu TT 3 3

Tidak Setuju TS 2 4

Sangat Tidak

Setuju STS 1 5

8 Morissan, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2012), h. 88

Page 57: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Tabel 3.3

Operasional Variabel

Variabel Indikator Nomor

Instrumen

Pemahaman

Pajak (X)

NPWP Badan

WP harus membuat NPWP jika

memiliki penghasilan

1,2

Ukuran Usaha

WP menyadari usaha yang

dimiliki akan dikenakan pajak

sesuai peraturan perpajakan

3,4

Lama Usaha

WP mengalokasikan dananya

untuk membayar pajak

5,6

Pendidikan Terakhir

WP menyadari pendidikan

diperlukan untuk mengetahui

hak dan kewajiban pajaknya

7,8

Informasi dan Sosialisasi

WP mencari informasi dan tata

cara pembayaran pajak

9,10,11

Pengetahuan Self Assessment

System

WP memberikan data dan

informasi pajaknya yang dapat

dipertanggungjawabkan

12,13,14,15,16

Kepatuhan

WP

(Y)

WP mentaati peraturan

perpajakan

Kepatuhan WP dalam

mendaftarkan diri, menghitung,

membayar dan melapor

17,18,19,20,21,22,23

Page 58: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari peneliti adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.9

Teknik pengumpulan berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Untuk mengumpulkan data yang

diperlukan dalam penelitian, maka peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data berupa kuesioner (angket).

1. Kuesioner (angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada untuk dijawabnya.10 Pada penelitian ini kuesioner atau angket

diberikan kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di

Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur.

2. Dokumentasi

Dokumen adalah kumpulan fakta dan data yang tersimpan

dalam bentuk teks atau artefak.11 Dalam penelitian ini penulis

mengumpulkan data yang mendukung penelitian. Data-data tersebut

didapat dari tampat-tempat usaha baik mikro, kecil ataupun menengah

yang berada di Kecamatan Duren Sawit.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data meliputi kegiatan Editing dan Skoring, Dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh para pengumpul data. Tujuannya dari editing adalah untuk mengurangi

9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2014), Cet ke-20, h. 224 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2014), Cet ke-20, h. 142 11 Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Prestasi

Pustakaraya, 2012), h. 131.

Page 59: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah

diselesaikan sampai sejauh mungkin.12

Skoring adalah pemberian nilai pada setiap jawaban yang

dikumpulkan peneliti dari instrumen yang telah disebarkan. Setiap item

pertanyaan atau pernyataan yang dimunculkan dalam instrumen

dikualifikasikan dalam bentuk angka.13

Data yang diolah akan diuji melalui beberapa tahap seperti uji

kualitas data, uji asumsi klasik, dan juga uji hipotesis seperti berikut :

1. Uji Kualitas data

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu instrumen dikatakan valid jika

instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak

diukur.14 Perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan

rumus product moment yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi

n = banyaknya subjek

∑x = jumlah nilai setiap butir soal

∑y = jumlah nilai total

∑xy = jumlah hasil perkalian tiap-tiap skor asli dari x dan y

12 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,

2016), Cet ke-15, h. 153 13 Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Prestasi

Pustakaraya, 2012), h. 171 14 Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur

Dalam Penelitian: Dilengkapi Aplikasi Program SPSS, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), Cet.II,

h. 30

Page 60: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Kriteria penilaian instrumen dikatakan valid apabila rxy lebih

besar dari pada rtabel, dan sebaliknya apabila rxy lebih kecil dari pada

rtabel maka instrumen dikatakan tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang

diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat

diandalkan.15 Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur,

sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Menurut Syofian Siregar, kriteria suatu instrumen

penelitian dikatakan reabel dengan menggunakan teknik alpha

cronbach, bila koefisien reliabilitas r11 > 0,6.16 Tahapan perhitungan

uji reliabilitas dengan menggunakan teknik aplha cronbach yaitu:

a. Menentukan nilai varian setiap butir pertanyaan:

b. Menentukan nilai varial total:

c. Menentukan reliabilitas instrumen:

r11 = ( 𝒌

𝒌−𝟏 ) – ( 1 -

∑𝛔 𝐛𝟐

𝛔 𝐭𝟐 )

Keterangan:

n = Jumlah sampel

Xi = Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan

∑X = Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan

σ t2 = Varian total

15 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.V, h. 126 16 Syofian Siregar, Statsitik Parametrik Untuk Penelitian Kualitatif: Dilengkapi Dengan

Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, h. 90-91

Page 61: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

∑ σ b2 = Jumlah varian butir

k = Jumlah butir pertanyaan

r11 = Koefisien realiabilitas instrument

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Tujuan dilakukannya uji normalitas terhadap serangkaian

data adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi

normal atau tidak. Metode yang dapat digunakan untuk menguji

normalitas data dengan menggunakan statistik Kolmogrov-Smirnov.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi linier terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.17

c. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah

objek (tiga sampel atau lebih) yang diteliti mempunyai varian yang

sama. Bila objek yang diteliti tidak mempunyai varian yang sama.

Maka uji anova tidak dapat diberlakukan. Metode yang digunakan

dalam melakukan uji homogenitas ini adalah metode varian terbesar

dibandingkan varian terkecil.18

3. Uji Hipotesis

a. Model Regresi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan regresi linear

sederhana yang digunakan hanya untuk satu variabel bebas

(independent) dan satu variabel tak bebas (dependent). Tujuan

17 Afifatun Nisa, Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Dan Sanksi

Perepajakan Terhadap Kepattuhan wajib Pajak UMKM, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,

2016), h. 54 18 Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan

Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: PT Bumi Aksara), h.167.

Page 62: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

penerapan metode ini adalah untuk meramalkan atau memprediksi

besaran nilai variabel tak bebas (dependent) yang dipengaruhi oleh

variabel bebas (independent). Data yang digunakan biasanya

berskala interval atau rasio. Rumus regresi linear sederhana sebagai

berikut:

Y= a + b.X

Keterangan :

Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X = Variabel Independen

a dan b = Konstanta19

b. Uji Signifikansi Parameter Parsial

Uji statistik t menurut Arikunto, digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh satu variabel independen

dalam menerangkan variabel dependen. Untuk mengetahui

pengaruh secara parsial digunakan uji t, dengan melihat tingkat

perbandingan pada masing-masing variabel bebas yang diuji antara

nilai signifikansi t dan nilai nyata (α), apabila signifikansi t < α, dan

bila nilai thitung > nilai ttabel, maka variabel bebas tersebut secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel independen.20

c. Uji Koefisien Determinasi

Uji ini digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan

variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Nilai

R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti independen mampu memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel

dependen.21

19 Syofian Siregar, Statistika Terapan Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta : Prenadamedia

Group, 2015) hlm.220 20 Ibid, h. 57 21 Ibid, h. 58

Page 63: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

46

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Hasil Penelitian

1. Deskripsi Daerah Penelitian

Kecamatan Duren Sawit terletak antara 106º 49’ 35’’Bujur

Timur dan 06º 10’ 37’’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah 22,80

Km2. Adapun batas wilayahnya:

Sebelah Utara: Kecamatan Pulo Gadung – Jakarta Timur

Sebelah Selatan:Kecamatan Makasar – Kabupaten Bogor

Sebelah Timur:Kecamatan Cakung – Jakarta Timur

Sebelah Barat:Kecamatan Jatinegara – Jakarta Timur

Jumlah Penduduk di Duren Sewit berjumlah 317.862 jiwa,

dengan jumlah rumah tangga berjumlah 71.806. Tingkat pertumbuhan

penduduknya 0.75% per tahun. Jumlah RW. 95, RT. 1.113, KK. 86.113.

Persentase penggunaan lahan di Kecamatan Duren Sawit yang

terbesar adalah sebagai daerah perumahan sebesar 79,43% dan industri

merumakan yang terkecil hanya sebesar 0,40% dari luas wilayah

Kecamatan Duren Sawit.1 Secara administrasi Kecamatan Duren Sawit

terdiri atas tujuh kelurahan. Masing – masing kelurahan mempunyai

luas yang sangat bervariasi. Secara rinci luas wilayah Kelurahan di

Kecamatan Duren Sawit adalah:

Tabel 4.1

Luas Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit

No Kelurahan Luas Wilayah

(Km2)

1 Kelurahan Pondok Bambu 4,99

2 Kelurahan Duren Sawit 4,58

3 Kelurahan Pondok Kelapa 5,72

4 Kelurahan Pondok Kopi 2,06

5 Kelurahan Malaka Jaya 0,99

1 Kecamatan Duren Sawit, http://lintasjaktim.blogspot.com/2010/11/kecamatan -duren-

sawit.html

Page 64: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

6 Kelurahan Malaka Sari 1,38

7 Kelurahan Klender 3,08

Sumber : lintasjaktim

2. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan dilakukan

penyebaran kuesioner kepada wajib pajak UMKM yang berada di

daerah Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Target responden yang

akan dicapai adalah 97 responden. Dari 100 kuesioner yang disebar,

sebanyak 99 kuesioner yang kembali. Dari 99 kuesioner yang diterima,

2 kuesioner tidak dapat diolah disebabkan oleh tidak lengkapnya data

yang diminta oleh peneliti. Total dari kuesioner yang dapat diolah

sebanyak 97 kuesioner seperti yang sudah ditargetkan. Data hasil

penyebaran kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil Penyebaran Kuesioner

No Keterangan Jumlah

1 Kuesioner yang disebar 100

2 Kuesioner yang kembali 99

3 Presentase pengembalian kuesioner 99%

4 Kuesioner yang tidak dapat diolah 2

5 Kuesioner yang diolah 97

6 Presentase kuesioner yang diolah 97%

Berikut ini informasi terkait dengan responden yang telah

dijadikan sampel dalam penelitian.

1. Pendidikan Terakhir

Peneliti dalam penelitiannya ingin mengetahui tingkat

perndidikan yang dimiliki oleh para responden. Sebagai bagian dari

gambaran umum responden di dalam penelitian. Pendidikan terakhir

Page 65: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

dari responden cukup variatif. Lebih detail dapat di lihat pada

diagram berikut:

Diagram 4.1

Pendidikan Terakhir Responden

Pada diagram di atas menunjukan bahwa pendidikan terakhir

responden di dominasi oleh lulusan sarjana S1 sebanyak 49

responden atau 51%, selanjutnya sebanyak 35 atau 36% responden

adalah berpendidikan SMA/SMK, selanjutnya sebanyak 8 atau 8%

responden adalah berpendidikan D3 dan yang terakhir sebanyak 5

atau 5% responden adalah lulusan sarjana S2.

2. NPWP Badan yang dimiliki

Salah satu yang terpenting dalam penelitian ini adalah

mengetahui kepemilikan NPWP Badan yang dimiliki oleh

responden. Jawaban diberikan hanya dua yaitu ya dan tidak. Dengan

jumlah responden 97 orang, dapat di lihat dalam diagram berikut :

36%

8%

51%

5%

Pendidikan Terakhir

SMA/SMK D3 S1 S2

Page 66: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Diagram 4.2

Memiliki NPWP Badan

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 36 atau

37% responden menyatakan telah memiliki NPWP Badan dalam

usaha yang dijalankan. Sedangkan sebanyak 61 atau 63% responden

menyatakan belum mempunyai NPWP Badan dalam usaha yang

dijalankan.

3. Kategori Usaha

Pengambilan data kategori usaha di dasarkan pada peraturan

yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.

Kategori usaha bisa di dasarkan pada penghasilan tiap tahun dan

juga kekayaan bersih pelaku usaha. Di dapatkan hasil seperti di

bawah ini :

Diagram 4.3

Kategori Usaha

Ya37%

Tidak63%

NPWP Badan

Ya Tidak

58%31%

11%

Kategori Usaha

Mikro Kecil Menengah

Page 67: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa terdapat tiga

kategori yaitu usaha mikro, kecil dan menengah. Data menunjukan

usaha mikro lebih banyak daripada usaha kecil dan menengah.

Ukuran usaha yang diambil sebanyak 56 atau 58% responden

memiliki usaha mikro. Selanjutnya 30 atau 31% responden memiliki

usaha kecil. Sedikit responden yang memiliki usaha menengah,

hanya terdapat 11 atau 11% responden.

3. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas kuesioner yang dilakukan oleh peneliti

bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu data.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan model Pearson

Correlation dengan one shot method, yaitu metode yang dilakukan

sekali pengururan saja.

Kuesioner dapat dinyatakan valid jika nilai Pearson

Correlation (r hitung) lebih besar dari nilai distribusi (r tabel). Uji

coba pada responden sebanyak 20 orang dengan signifikansi 0,05

yaitu sebesar 0,444. Berikut ini variabel dependen dan independen,

dari hasil uji validitas data dapat disajikan dalam tabel 4.3 sebagai

berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas

No Variabel

Pertanyaan

Item

Pertanyaan

Pearson

Correlatic

Kesimpulan

1

Pemahaman

Pajak

Q.1 0,835 Valid

Q.2 0,690 Valid

Q.3 0,619 Valid

Q.4 0,846 Valid

Q.5 0,906 Valid

Q.6 0,823 Valid

Page 68: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Q.7 0,893 Valid

Q.8 0,893 Valid

Q.9 0,814 Valid

Q.10 0,899 Valid

Q.11 0,678 Valid

Q.12 0,735 Valid

Q.13 0,774 Valid

Q.14 0,528 Valid

Q.15 0,647 Valid

Q.16 0,754 Valid

2

Kepatuhan

Membayar

Pajak (Y)

Q.17 0,590 Valid

Q.18 0,471 Valid

Q.19 0,450 Valid

Q.20 0,739 Valid

Q.21 0,490 Valid

Q.22 1,000 Valid

Q.23 0,490 Valid

Sumber : Data Olahan SPSS v.22

Dari tabel 4.3 di atas, terdapat 23 pertanyaan untuk

mengukur seberapa besar kepatuhan membayar pajak pada wajib

pajak UMKM. Dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

1) Indikator NPWP Badan diukur dengan 2 item pertanyaan yang

telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian menunjukan nilai

korelasi terendah yaitu 0,690 artinya semua item melebihi 0,444

dan dinyatakan valid.

2) Indikator Ukuran Usaha diukur dengan 2 item pertanyaan yang

telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian menunjukan nilai

korelasi terendah yaitu 0,619 artinya semua item melebihi 0,444

dan dinyatakan valid.

Page 69: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

3) Indikator Lama Usaha diukur dengan 2 item pertanyaan yang

telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian menunjukan nilai

korelasi terendah yaitu 0,823 artinya semua item melebihi 0,444

dan dinyatakan valid.

4) Indikator Pendidikan Terakhir diukur dengan 2 item pertanyaan

yang telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian menunjukan nilai

korelasi terendah yaitu 0,893 artinya semua item melebihi 0,444

dan dinyatakan valid.

5) Indikator Informasi dan Sosialisasi diukur dengan 3 item

pertanyaan yang telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian

menunjukan nilai korelasi terendah yaitu 0,678 artinya semua

item melebihi 0,444 dan dinyatakan valid.

6) Indikator Pengetahuan Self Assessment diukur dengan 5 item

pertanyaan yang telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian

menunjukan nilai korelasi terendah yaitu 0,528 artinya semua

item melebihi 0,444 dan dinyatakan valid.

7) Kepatuhan Membayar Pajak diukur dengan 7 item pertanyaan

yang telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian menunjukan nilai

korelasi terendah yaitu 0,450 artinya semua item melebihi 0,444

dan dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas kuesioner dilakukan oleh peneliti bertujuan

untuk mengetahui konsistensi pertanyaan dari waktu ke waktu. Uji

reliabilitas menggunakan model Cronbach Alpha menggunakan

SPSS. Suatu variabel dikatakan konsisten jika nilai Cronbach Alpha

> dari 0,60. Hasil uji reliabilitas disajikan dalam bentuk tabel 4.4

berikut :

Tabel 4.4

Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

Page 70: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

,858 23

Hasil uji reliabilitas yang dilakukan menggunakan program

SPSS didapat bahwa hasil Cronbach Alpha lebih kecil dari 0,60.

Dapat disimpulkan bahwa setiap pernyataan yang ada akan

memperoleh data yang konsisten. Artinya jika pernyataan yang sama

diajukan kembali maka akan diperoleh jawaban yang relatif sama

dengan jawaban sebelumnya.

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan

model Kolmogorov Smirnov dengan melihat signifikan 5%. Dasar

pengambilan keputusan dari uji normalitas ini adalah melihat nilai

signifikansi > 0.05 maka data berdistribusi normal. Namun jika nilai

signifikansi < 0,05 maka data mempunyai distribusi tidak normal.

Hasil uji normalitas disajikan dalam bentuk tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas

Unstandardized Residual

N 97

Normal

Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 2,32565868

Most Extreme

Differences

Absolute ,060

Positive ,042

Negative -,060

Kolmogorov Smirnov Z ,060

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

Tabel 4.5 menunjukan hasil pengujian normalitas dari

indikator-indikator penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa

Page 71: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

seluruh indikator penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan data

dari tabel diatas nilai semua indikator memiliki signifikansi

Kolmogorov Smirnov dengan nilai 0,200 > 0,05.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi linier terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji

heteroskedastisitas disajikan dalam bentuk tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,602 1,847 ,326 ,745

Pemahaman_Pajak ,019 ,027 ,073 ,711 ,479

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel independen

memiliki nilai signifikansi > 0,05. Artinya bahwa variabel

independen yang telah diuji tidak mengandung heteroskedastisitas.

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari

beberapa populasi yang ada. Kriteria pengambilan keputusan adalah

jika probabilitas (sig) > 0,05, maka distribusi data adalah homogen.

Jika probabilitas (sig) < 0,05, maka distribusi data adalah tidak

homogen. Berikut hasil uji homogenitas dengan metode One-Way

Anova dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut :

Page 72: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Tabel 4.7

Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Kepatuhan_Membayar_Pajak

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,531 15 76 ,116

Berdasarkan tabel pengujian homogenitas di atas besarnya

nilai signifikan adalah 0,116. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai sig

< α = 0,116 > 0,05 maka distribusi data adalah homogen atau varian

yang sama.

5. Uji Hipotesis

a. Uji Regresi Linier Sederhana

Variabel independen maupun variabel dependen dimasukan

bertujuan untuk melihat hubungan yang terbangun atau mencari

pengaruh diantara variabel-variabel penelitian. Variabel independen

Pemahaman Pajak terhadap Kepatuhan Membayar Pajak sebagai

variabel dependen. Hasil pengujian dapat dilihat dalam tabel 4.8

berikut :

Tabel 4.8

Hasil Uji Regresi Linier Sederhana

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 11,516 3,041 3,787 ,000

Page 73: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Pemahaman

_Pajak ,274 ,044 ,538 6,215 ,000

1,000 1,000

Persamaan regresi adalah sebagai berikut :

Y = a + bX

Y = 11,516 + 0,274X

Model dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai berikut :

1. Nilai konstanta (a) adalah 11,516, dapat diartikan jika

Pemahaman Pajak nilainya adalah 0, maka Kepatuhan

Membayar Pajak akan mengalami kenaikan sebesar 11,516.

2. Hasil regresi X menunjukan variabel Pemahaman Pajak sebesar

0,274 yang menyatakan bahwa apabila Pemahaman Pajak

mengalami kenaikan 1 poin sedangkan variabel lain tetap, maka

variabel dependen (kepatuhan membayar pajak) akan

mengalami kenaikan 0,274.

b. Uji Secara Parsial (Uji T)

Uji individual yaitu, statistik bagi koefisien regresi dengan

hanya satu koefisien regresi yang mempengaruhi Y. Uji ini gunanya

ialah untuk menemukan nilai korelasi murni yang terlepas dari

pengaruh-pengaruh variabel lainnya. Uji ini menggunakan taraf

signifikansi 0,05 untuk uji 2 arah dengan prosedur statistik sebagai

berikut :

a. Taraf signifikan (α = 0.05/2 = 0.025)

b. Distribusi t dengan derajat kebebasan df (n-k-1)

c. Apabila T hitung > T tabel, maka terdapat pengaruh variable X

terhadap variabel Y

d. Apabila T hitung < T tabel, maka tidak terdapat pengaruh

variabel X terhadap variabel Y

Hasil pengujian dapat di lihat pada tabel 4.9 yang telah

disajikan di bawah ini :

Page 74: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Tabel 4.9

Hasil Uji Parsial

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 11,516 3,041 3,787 ,000

Pemahaman_Pajak ,274 ,044 ,538 6,215 ,000

a. Dependent Variable: Kepatuhan_Membayar_Pajak

Sebelum menjelaskan hasil dari uji T berdasarkan tabel di

atas, perlu terlebih dahulu menentukan t tabel. Taraf signifikansi

0,05/2 = 0,025, dengan distribusi t = n-k-1 atau 97-6-1 = 90, setelah

itu lihat pada T tabel dengan taraf signikansi 0,025 pada jumlah

sampel atau n = 90, maka diperoleh T tabel = 1,980. Keenam

variabel independen setelah di uji menghasilkan hasil uji sebagai

berikut :

Pemahaman Pajak

Ho : Pemahaman Pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan

membayar pajak

Ha : Pemahaman Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan membayar

pajak

Variabel pemahaman pajak memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,000 nilai ini lebih kecil dari 0,05. Sedangkan t hitung < t

tabel (6,215 < 1,980). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa

pemahaman pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar pajak usahanya di Kecamatan Duren Sawit

Jakarta.

c. Uji Koefisien Determinasi

Koefesien Determinasi digunakan untuk menjelaskan

proporsi variabel independen (Pemahaman Pajak) yang mampu

dijelaskan oleh variabel dependen (Kepatuhan Membayar Pajak)

Page 75: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

dalam persamaan regresi. Pada pengujian Koefisien Determinasi

dengan melihat nilai Adjusted R Square dengan nilai antara 0 sampai

dengan 1. Apabila nilai Adjusted R Square bernilai kecil

menunjukan kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Dan nilai yang

mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan

informasi untuk memprediksi variabel dependen yaitu Kepatuhan

Membayar Pajak. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada

tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,538a ,289 ,282 2,435

Berdasarkan tabel 4.11 nilai yang digunakan adalah nilai

Adjusted R Square yaitu 0,282. Maka dapat diartikan bahwa variabel

independen (Pemahaman Pajak) dapat menjelaskan variabel

dependen (Kepatuhan Membayar Pajak) sebesar 28,2%, sedangkan

sisanya sebesar 71,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti.

B. Pembahasan

1. Pengaruh Pemahaman Pajak (X) Terhadap Kepatuhan Membayar

Pajak (Y).

Variabel Pemahaman Pajak (X) yang telah diuji secara parsial

(uji T) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 nilai lebih kecil dari

0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman pajak tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak dalam membayarkan

pajak usahanya di kecamtan Duren Sawit.

Sejalan dengan penelitian Rahadi (2014), menyatakan bahwa

pengetahuan dan pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap

Page 76: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

kepatuhan wajib pajak. Pemahaman Wajib Pajak tentang peraturan

perpajakan merupakan penyebab internal karena berada di bawah

kendali wajib pajak sendiri. Tingkat pengetahuan dan pemahaman

Wajib Pajak yang berbeda-beda akan mempengaruhi penilaian masing-

masing Wajib Pajak untuk berperilaku patuh dalam melaksanakan

kewajiban perpajakan. Tingkat pemahaman Wajib Pajak tinggi akan

membuat Wajib Pajak memilih berperilaku patuh dalam melaksanakan

kewajiban perpajakan.

Hal senada juga dikatakan dalam penelitian Muslim (2007:11),

semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib pajak

terhadap peraturan perpajakan, maka semakin kecil kemungkinan wajib

pajak untuk melanggar peraturan tersebut sehingga meningkatkan

tingkat kepatuhan wajib pajak.

Menurut penelitian Siska Lovihan terdapat pengaruh secara

segnifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Namun, yang

menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kemauan membayar, apa bila

kemauan membayar pajak tinggi maka wajib pajak yang patuh akan

banyak. Begitu juga yang dikemukakan oleh Siregar bahwa

pengetahuan perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak. Serta didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Nur Rohmawati dan Siti Putri Tita Mutia menunjukkan bahwa

Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif kesadaran perpajakan

terhadap kepatuhan wajib pajak. Dimana semakin tinggi kesadaran

perpajakan wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak akan semakin

tinggi. Diduga pengetahuan perpajakan akan berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak.

2. Keterbatasan Penelitian

a. Terbatasnya dana untuk melakukan penelitian sehingga tidak bisa

dilakukan dengan cepat.

b. Penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket sehingga sering

terhambat pada pengumpulan data dari responden.

Page 77: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

c. Penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket sehingga tidak

dapat memastikan jawaban responden sesuai dengan kenyataan

sebenarnya.

d. Indikator yang mempengaruhi pemahaman pajak banyak, akan

tetapi dalam penelitian ini hanya menganalisis 6 indikator.

Page 78: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

61

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

simpulan bahwa berdasarkan hasil uji t secara parsial bahwa hasil regresi

menunjukkan variabel pemahaman pajak memiliki nilai t hitung > t tabel

(6,215 > 1,980) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 nilai ini lebih kecil dari

0,05. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman pajak berpengaruh

terhadap kepatuhan membayar pajak.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijabarkan beberapa saran untuk

menyajikan penelitian yang lebih berkualitas di masa mendatang,

diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menambah variabel

independen yang dapat berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan memperluas objek penelitian,

memperluas daerah survei dan memperbanyak ragam sampel sehingga

data yang diperoleh lebih baik lagi.

3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mempersiapkan biaya,

mempersiapkan lebih banyak waktu dan tenaga agar proses peneltian

berjalan dengan lancar, sesuai yang diharapkan dan tepat waktu dalam

penyajiannya sehingga hasil penelitian lebih berkualitas.

Page 79: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

62

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono, Amin Dara. 2014. Perpajakan: Konsep,

Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Nasution Rajabuddin. 2015. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran

Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah Di Kota Medan

Timur. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Lesmana J. Eko. 2017. Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2017. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Sumarsan Thomas. 2015. Perpajakan Indonesia: edisi 4. Jakarta: PT Indeks.

Resmi Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus: edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Wirawan B. Iyas, Rudy Suhartono. 2017. Praktikum Perpajakan: edisi 3. Bogor: In

Media.

Amanda W Frista, 2010 Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media

Kustiono Okke. 2010. Analisis Faktor-Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi

Kepatuhan Wajib Pajak Badan Di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak Jakarta Timur. Jakarta: Universitas Indonesia.

Wulansari Ayuningtyas. 2012. Analisis Tingkat Kesadaran Pajak UMKM. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Rahayu Siti Kurnia. 2017. Perpajakan (Konsep dan Aspek Formal). Bandung:

Rekayasa Sains.

Dewi Nugraheni Agustin. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sami’un Jaja Raharja, Ratih Purbasari. 2014. Kewirausahaan. Tangerang:

Universitas Terbuka.

Raja Oskar. 2010. Kiat Sukses Mendirikan dan Mengelola UMKM. Jakarta: L

Press.

Tambunan Tulus T.H. 2009. UMKM Di Indonesia. Jakarta: GI.

Bimantoro Wildan Aryo. 2014. Pengaruh PDB UMKM Dan Investasi UMKM

Terhadap Ekspor UMKM Tahun 2000-2011 di Indonesia. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah.

Page 80: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Suci Yuli Rahmini. 2012. Perkembangan UMKM Di Indonesia. Balikpapan: STIE

Sami’un Jaja Raharja, Ratih Purbasari. 2014 Kewirausahaan. Tangerang:

Universitas Terbuka.

Tanjung M. Azrul. 2017. Koperasi dan UMKM. Jakarta: Erlangga

Pandiangan Liberti. 2014. Mudahnya Menghitung Pajak UMKM. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Nisa Afifatun. 2016. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak,

Dan Sanksi Perepajakan Terhadap Kepattuhan wajib Pajak UMKM. Malang: UIN

Maulana Malik Ibrahim.

Wulansari Ayuningtyas. 2012. Analisis Tingkat Kesadaran Pajak UMKM. Jakarta:

Universitasi Indonesia

Priyanti Ellen Silvia. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan

Pemilik Usaha Kecil Menengah Untuk Membayar Pajak Penghasilan Pada Kota

Bangkinang. Riau: UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Nasution Rajabuddin. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran

Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah Di Kota Medan

Timur. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Utomo Banyu Agung Wahyu. 2011. Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak, Dan

Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak

Bumi Dan Bangunan Di Kecamatan Pamulang Kota Tanggerang Selatan. Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah.

Dian Anggraeni, http://www.pajak.go.id/article/pajak-tuntas-umkm-naik-

kelas?lang=en, diakses pada tanggal 21 Juni 2018.

Leonardo A.A.T Sambodo, dkk, https://www.bappenas.go.id/index.php/download

file/view/22661/832/, diakses pada tanggal 21 Juni 2018.

Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, http://www.pajak.go.id/content/strategi-

meningkatkan-kepatuhan-wajib-pajak, diakses pada tanggal 17 Juli 2018

Penerimaan Pajak UMKM masih rendah,

https://kumparan.com/@kumparanbisnis/sri-mulyani-penerimaan-pajak-umkm-

masih-rendah-27431110790545565, diakses pada tanggal 17 Juli 2018

Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, http://www.pajak.go.id/

content/article/refleksi-tingkat-kepatuhan-wajib-pajak, diakses pada tanggal 17

Juli 2018.

Page 81: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

64

LAMPIRAN 1

Beberapa contoh dari usaha dengan kategori “mikro” yang dibagikan

kuesioner oleh peneliti

Page 82: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Beberapa contoh dari usaha dengan kategori “kecil” yang dibagikan

kuesioner oleh peneliti

Page 83: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Beberapa contoh dari usaha dengan kategori “menengah” yang dibagikan

kuesioner oleh peneliti

Page 84: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

LAMPIRAN 2

Angket Penelitian

Data Responden:

Nama : (boleh tidak diisi)

Alamat : (boleh tidak diisi)

No Handphone : (boleh tidak diisi)

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *

Status : Menikah / Belum menikah *

* coret yang tidak perlu

Petunjuk Pengisian bagian 1:

Untuk setiap pertanyaan pada bagian satu, berikan jawaban sesuai dengan kondisi

yang sebenarnya. Silang (X) pada jawaban yang disediakan.

1. Posisi Bapak/Ibu dalam perusahaan?

a. Pemilik Perusahaan

b. Manager Perusahaan

c. Karyawan Perusahaan

d. Lainnya _______

2. Pendidikan terakhir Bapak/Ibu?

a. SMA/SMK/Sederajat

b. D3

c. S1

d. S2

3. Apakah perusahaan Bapak/Ibu mempunyai NPWP Badan?

a. Ya

b. Tidak

4. Aset perusahaan Bapak/Ibu?

a. 1 Juta – 50 Juta

b. > 50 Juta – 500 Juta

c. > 500 Juta – 10 Miliar

d. Lainnya _______

5. Penjualan perusahaan per tahun perusahaan?

a. 1 Juta – 300 Juta

b. > 300 Juta – 2,5 Miliar

c. > 2,5 Miliar – 50 Miliar

d. Lainnya _______

6. Jumlah karyawan perusahaan?

a. 1 – 4 Orang

b. 5 – 19 Orang

c. 20 – 99 Orang

d. Lainnya _______

Page 85: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Petunjuk Pengisian bagian 2:

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda anggap paling tepat dengan cara

memberi tanda (√) atau (X) pada setiap butir pernyataan. Setiap butir pernyataan

terdiri dari 5 pilihan jawaban :

SS = Sangat Setuju dimasukan dalam kelompok 5

S = Setuju dimasukan dalam kelompok 4

TT = Tidak Tahu dimasukan dalam kelompok 3

TS = Tidak Setuju dimasukan dalam kelompok 2

STS = Sangat Tidak Setuju dimasukan dalam kelompok 1

Pernyataan NPWP Badan (X1), Ukuran Usaha (X2), Lama Usaha (X3),

Pendidikan Terakhir (X4). Informasi dan Sosialisasi (X5), Pengetahuan Self

Assessment System (X6), dan Kepatuhan Membayar Pajak (Y).

NPWP Badan

No Pertanyaan SS S TT TS STS

1 Wajib Pajak yang memiliki

penghasilan harus

mendaftarkan diri agar

mendapat NPWP

2 NPWP penting sebagai

identitas wajib pajak

Ukuran Usaha

No Pertanyaan SS S TT TS STS

3 Besar kecilnya suatu usaha

yang dijalankan tetap

memiliki kewajiban

membayar pajak

4 Besar kecilnya suatu usaha,

tarif pajak harus sesuai

ketentuan

Lama Usaha

No Pertanyaan S TT TS STS

Page 86: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

5 Lama tidaknya suatu usaha

yang dijalankan tetap memiliki

kewajiban membayar pajak

6 Semakin lama suatu usaha,

berpotensi taat membayar

pajak

Pendidikan Terakhir

No Pertanyaan SS S TT TS STS

7 Pendidikan sebagai upaya

pelaku usaha memahami

peraturan pajak

8 Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka pemahaman

tentang peraturan pajak

semakin luas

Informasi dan Sosialisasi

No Pertanyaan SS S TT TS STS

9 Informasi dan sosialisasi dapat

mempermudah pelaku usaha

memahami pajak

10 Dirjen pajak bertanggungjawab

atas informasi dan sosialisasi

tentang pajak kepada pelaku

usaha

11 Wajib pajak harus mengetahui

informasi terbaru tentang pajak

Pengetahuan Self Assessment System

No Pertanyaan SS S TT TS STS

12 Wajib pajak harus mengenal

sistem perpajakan di Indonesia

13 Surat Pemberitahuan Pajak

(SPT) merupakan alat untuk

melaporkan perhitungan pajak

14 Mengerti tata cara pembayaran

pajak usaha

15 Mengetahui tarif pajak yang

akan dibayar

16 Wajib pajak harus

mempertanggung jawabkan

atas jumlah pajak yang

terhutang

Page 87: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Kepatuhan Pajak

No Pertanyaan SS S TT TS STS

17 Pemahaman tentang pajak

menjadikan wajib pajak taat

membayar pajak

18 Pajak yang dibayarkan akan

menjadi penerimaan negara

dan digunakan untuk

kepentingan negara

19 Melaksanakan kewajiban

pajak penghasilan dari usaha

tepat waktu

20 Melaksanakan kewajiban

pajak dengan benar

21 Membayar pajak karena

adanya paksaan dari pihak

fiskus (Dirjen Pajak)

22 Membayar pajak karena

keadaan sukarela

23 Membayar pajak karena

perpajakan di Indonesia adil

Page 88: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

LAMPIRAN 3

Hasil SPSS

1. Uji valid

NPWP Badan

Correlations

item1 item2 totalskor

item1 Pearson Correlation 1 ,177 ,835**

Sig. (2-tailed) ,456 ,000

N 20 20 20

item2 Pearson Correlation ,177 1 ,690**

Sig. (2-tailed) ,456 ,001

N 20 20 20

Totalskor Pearson Correlation ,835** ,690** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,001

N 20 20 20

Ukuran Usaha

Correlations

item1 item2 totalskor

item1 Pearson Correlation 1 ,106 ,619**

Sig. (2-tailed) ,656 ,004

N 20 20 20

item2 Pearson Correlation ,106 1 ,846**

Sig. (2-tailed) ,656 ,000

N 20 20 20

Totalskor Pearson Correlation ,619** ,846** 1

Page 89: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Sig. (2-tailed) ,004 ,000

N 20 20 20

Lama Usaha

Correlations

item1 item2 totalskor

item1 Pearson Correlation 1 ,505* ,906**

Sig. (2-tailed) ,023 ,000

N 20 20 20

item2 Pearson Correlation ,505* 1 ,823**

Sig. (2-tailed) ,023 ,000

N 20 20 20

totalskor Pearson Correlation ,906** ,823** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000

N 20 20 20

Pendidikan Terakhir

Correlations

item1 item2 totalskor

item1 Pearson Correlation 1 ,596** ,893**

Sig. (2-tailed) ,006 ,000

N 20 20 20

item2 Pearson Correlation ,596** 1 ,893**

Sig. (2-tailed) ,006 ,000

N 20 20 20

totalskor Pearson Correlation ,893** ,893** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000

Page 90: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

N 20 20 20

Informasi dan Sosialisasi

Correlations

item1 item2 item3 totalskor

item1 Pearson Correlation 1 ,792** ,190 ,814**

Sig. (2-tailed) ,000 ,421 ,000

N 20 20 20 20

item2 Pearson Correlation ,792** 1 ,381 ,899**

Sig. (2-tailed) ,000 ,098 ,000

N 20 20 20 20

item3 Pearson Correlation ,190 ,381 1 ,678**

Sig. (2-tailed) ,421 ,098 ,001

N 20 20 20 20

totalskor Pearson Correlation ,814** ,899** ,678** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001

N 20 20 20 20

Pengetahuan Self Assessment System

Correlations

item1 item2 item3 item4 item5 totalskor

item1 Pearson Correlation 1 ,505* ,269 ,293 ,440 ,735**

Sig. (2-tailed) ,023 ,251 ,209 ,052 ,000

N 20 20 20 20 20 20

item2 Pearson Correlation ,505* 1 ,134 ,492* ,492* ,774**

Sig. (2-tailed) ,023 ,574 ,028 ,028 ,000

Page 91: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

N 20 20 20 20 20 20

item3 Pearson Correlation ,269 ,134 1 ,068 ,272 ,528*

Sig. (2-tailed) ,251 ,574 ,776 ,246 ,017

N 20 20 20 20 20 20

item4 Pearson Correlation ,293 ,492* ,068 1 ,458* ,647**

Sig. (2-tailed) ,209 ,028 ,776 ,042 ,002

N 20 20 20 20 20 20

item5 Pearson Correlation ,440 ,492* ,272 ,458* 1 ,754**

Sig. (2-tailed) ,052 ,028 ,246 ,042 ,000

N 20 20 20 20 20 20

Totalskor Pearson Correlation ,735** ,774** ,528* ,647** ,754** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,017 ,002 ,000

N 20 20 20 20 20 20

2. Uji Reliabilitas

3. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 97

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 2,32565868

Most Extreme Differences Absolute ,060

Positive ,042

Negative -,060

Test Statistic ,060

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,858 23

Page 92: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

4. Uji T

5. Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,587a ,344 ,301 2,402

6. Tabel r Product Moment pada sig 0,05 (Two Tail)

N r N r N r N r N r N r

1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138

2 0.95 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137

3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137

4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137

5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136

6 0.707 46 0.285 86 0.21 126 0.174 166 0.151 206 0.136

7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 10,650 3,200 3,328 ,001

x1 ,012 ,305 ,004 ,040 ,968

x2 ,207 ,171 ,115 1,209 ,230

x3 ,328 ,350 ,116 ,935 ,352

x4 ,499 ,362 ,182 1,376 ,172

x5 -,118 ,213 -,061 -,553 ,582

x6 ,563 ,135 ,413 4,186 ,000

Page 93: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135

9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.15 209 0.135

10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.15 210 0.135

11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.17 171 0.149 211 0.134

12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.17 172 0.149 212 0.134

13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134

14 0.497 54 0.263 94 0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134

15 0.482 55 0.261 95 0.2 135 0.168 175 0.148 215 0.133

16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133

17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133

18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132

19 0.433 59 0.252 99 0.196 139 0.165 179 0.146 219 0.132

20 0.423 60 0.25 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132

21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131

22 0.404 62 0.246 102 0.193 142 0.164 182 0.145 222 0.131

23 0.396 63 0.244 103 0.192 143 0.163 183 0.144 223 0.131

24 0.388 64 0.242 104 0.191 144 0.163 184 0.144 224 0.131

25 0.381 65 0.24 105 0.19 145 0.162 185 0.144 225 0.13

26 0.374 66 0.239 106 0.189 146 0.161 186 0.143 226 0.13

27 0.367 67 0.237 107 0.188 147 0.161 187 0.143 227 0.13

28 0.361 68 0.235 108 0.187 148 0.16 188 0.142 228 0.129

29 0.355 69 0.234 109 0.187 149 0.16 189 0.142 229 0.129

30 0.349 70 0.232 110 0.186 150 0.159 190 0.142 230 0.129

31 0.344 71 0.23 111 0.185 151 0.159 191 0.141 231 0.129

32 0.339 72 0.229 112 0.184 152 0.158 192 0.141 232 0.128

33 0.334 73 0.227 113 0.183 153 0.158 193 0.141 233 0.128

34 0.329 74 0.226 114 0.182 154 0.157 194 0.14 234 0.128

35 0.325 75 0.224 115 0.182 155 0.157 195 0.14 235 0.127

36 0.32 76 0.223 116 0.181 156 0.156 196 0.139 236 0.127

37 0.316 77 0.221 117 0.18 157 0.156 197 0.139 237 0.127

38 0.312 78 0.22 118 0.179 158 0.155 198 0.139 238 0.127

39 0.308 79 0.219 119 0.179 159 0.155 199 0.138 239 0.126

40 0.304 80 0.217 120 0.178 160 0.154 200 0.138 240 0.126

Page 94: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

LAMPIRAN 4

Page 95: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK
Page 96: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

LAMPIRAN 5

Page 97: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK
Page 98: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK
Page 99: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK
Page 100: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK
Page 101: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK
Page 102: PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

76