bab ii tinjauan pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/49410/3/bab ii.pdf · bulat dimana...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perontok Padi
2.1.1 Proses Perontokan Padi Secara Manual
Pada proses perontokan padi secara manual yaitu dengan cara memukulkan
batang padi pada batang padi pada meja yang dibuat dari kayu yang alasnya
dibuat dari renggang kayu agar butiran padi yang dipukul dapat jatuh dan terpisah
dari jeraminya, atau bisa juga dengan cara memasukkan padi yang masih utuh
kedalam karung sampai penuh lalu ikat atasnya dan dipukul menggunakan kayu
dibagian karung yang berisi padi beserta jerami dan melainya sehingga buah padi
terpisah dari jerami, dan cara lain dengan menginjak padi kemudian gesekkan
padi yang diinjak kelantai sampai butiran padi terpisah dari melainya.
Gambar 2.1 Proses Perontokan Padi
2.1.2 Perontokkan Padi Secara Mekanis (Power Thresher)
Power threasher merupakan alat perontok yang digerakkan oleh motor bakar
melalui system transmisi. Pengumpanan padi yang dirontokkan dengan cara
6
memegang tangkai padi dan diletakkan diatas silinder perontok. Keluaran padi
yang dihasilkan bersih dari jerami dan dapat mendapat kulaitas gabah yang baik.
(Muhammad Habibi, Skripsi Umm,2008)
Gambar 2.2 Mesin Perontok Padi (power Thresher)
(http://udai08.blogspot.com/2011/03/power-thresher.html)
Keunggulan mesin tersebut adalah :
• Pengumpanan (Input) jerami fleksibel dengan menutup dan membuka
pintu input
• Kecepatan (rpm) kipas penghembus dapat diatur dengan cara mengganti
diameter pully kipas penghembus
• Berkapasitas besar 500 – 600 kg/jam.
Kelemahan mesin tersebut adalah :
• Biaya operasional dan perawatan mahal
• Jerami yang dihasilkan hancur
• Tidak dapat menjangkau sawah yang berada jauh dari jalan
• Tidak portable
2.2 Poros (Shaft)
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpenampung
bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel,
7
engkol, sprocket dan elemen pemindahan lainnya. Poros bisa menerima beban
lenturan, beban tarikan, beban tekan atau puntiran yang bekreja sendiri-sendiri
atau berupa gabungan satu dengan lainnya. (Josep Shigley,1984)
Persyaratan khusus terhadap desain dan pembuatan adalah sambungan dari
poros dengan poros, pembuatan poros sampai diameter 150 mm adalah dari baja
bulat (St 42, St 50, St 70 dan SC baja campurannya) yang diputar atau ditarik.
Dari lebih tebal ditempa menjadi lebih jauh lebih kecil. Poros beralur diakhiri
dengan penggosokan, dalah dikehendaki bulatan yang tepat. Tempat bantalan dan
peralihan menurut persyaratan diputar harus digosok, dipoles, dicetak dan pada
pengaretan tinggi kemudian dikeraskan.
2.2.1 Pembagian Poros
A. Berdasarkan Pembebanannya
1. Poros transmisi (transmission shafts) Poros transmisi lebih dikenal dengan
sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban puntir berulang, beban lentur
berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat ditransmisikan
melalui gear, belt pulley, sprocket rantai, dll.
2. Gandar Poros
gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang.
Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya mendapat beban
lentur.
3. Poros spindle
Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatip pendek, misalnya
pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban
puntiran. Selain beban puntiran, poros spindle juga menerima beban lentur
(axial load). Poros spindle dapat digunakan secara efektif apabila
deformasi yang terjadi pada poros tersebut kecil.
2. Berdasar bentuknya
1. Poros lurus
8
2. Poros engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin Ditinjau dari
segi besarnya transmisi daya yang mampu ditransmisikan, poros merupakan
elemen mesin yang cocok untuk mentransmisikan daya yang kecil hal ini
dimaksudkan agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah (arah momen
putar). (Josep Edward Shigley, 1983)
2.2.2 Rumus Perhitungan
Maka diameter poros untuk beban puntir dan lentur :
𝑑𝑠=[
5,1
𝜏𝑎 𝐾𝑡 .𝐶𝑏 . T ]
13⁄ (sularso, 1991 : 8)
Diketahui :
𝐾𝑡 = 1,5 – 3,0 (diambil 2,0)
𝐶𝑏 = 1,2 – 2,3 (diambil 2,0)
T = Torsi
Dari beberapa macam jenis poros maka dipilih jenis poros transmisi
(transmission shaft), dengan bahan baja karbon JIS G 3123, S45C karena sesuai
dengan jenis poros yang dipakai.
2.3 Bantalan (Bearing)
Bearing atau bantalan merupakan suatu elemen mesin yang digunakan untuk
menahan poros berbeban, beban tersebut dapat berupa beban aksial atau beban
radial. Tipe bearing yang digunakan untuk bantalan disesuaikan dengan fungsi
dan kegunaannya.Bearing atau bantalan berfungsi untuk menumpu atau memikul
poros agar poros dapat berputar padanya.Bantalan harus kokoh untuk
memungkinkan poros atau elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan baik. Jika
bantalan tidak bekerja dengan baik, maka prestasi kerja seluruh sistem akan
menurun atau tidak dapat bekerja semestinya. Jadi, jika disamakan pada gedung,
9
maka bantalan dalam permesinan dapat disamakan dengan pondasi pada suatu
gedung. (http://frandhoni.blogspot.com/2015/05/a.html)
Berdasarkan dasar gerakan bantalan terhadap poros, maka bantalan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
2.3.1 Bantalan Luncur
Bantalan luncur adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu
poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung
dengan halus dan aman. Jenis bantalan ini mampu menumpu poros dengan beban
besar. Atas dasar arah beban terhadap poros maka bantalan luncur dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Bantalan Radial atau disebut jurnal bearing, dimana arah beban
yang ditumpu bantalan adalah tegak lurus terhadap sumbu poros.
b) Bantalan aksial atau disebut trust bearing, yaitu arah beban yang ditumpu
bantalan adalah sejajar dengan sumbu poros.
c) Bantalan luncur khusus adalah kombinasi dari bantalan radial dan bantalan
aksial.
Karena gesekannya yang besar pada saat mulai jalan, maka bantalan luncur
memerlukan momen awal yang besar. Pelumasan pada bantalan ini tidak begitu
sederhana, karena gesekan yang besar akan menimbulkan panas pada bantalan,
sehingga memerlukan pendinginan khusus.
Arah pelumasan ada dua, yaitu:
a) Radial, yaitu arah pelumasan yang tegak lurus dengan sumbu poros.
b) Aksial, yaitu arah pelumasan yang sejajar dengan sumbu poros.
Gesekan kental pada umumnya terjadi antara poros dengan bantalannya. Pada
waktu poros berputar, sebagian minyak pelumas yang melekat pada permukaan
poros ikut terbawa berputar. Apabila kemudian celah di bawah poros menyempit
menjadi lebih kecil daripada celah tempat minyak pelumas memasuki ruang
bantalan, minyak pelumas yang terbawa berputar itu akan mengalir mengisi
hambatan. Akibatnya, sebagian minyak pelumas akan mengalir kembali
10
menimbulkan tekanan hidrodinamik di dalam lapisan minyak. Tekanan ini cukup
kuat untuk mengangkat poros hingga menyentuh permukaan bantalan.
Gambar 2.3 Bantalan Luncur
(https://catatanabimanyu.wordpress.com/2011/09/14/mendaki-tanjakan-maut-
baduy/)
Cara-cara pelumasan pada bantalan luncur :
a) Pelumasan tangan
Cara ini sesuai untuk beban ringan, kecepatan rendah atau kerja yang tidak terus-
menerus. Kekurangannya bahwa aliran pelumas tidak selalu tetap atau pelumasan
menjadi tidak teratur.
b) Pelumasan tetes
Dari sebuah wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang tetap dan teratur
melalui sebuah katup jarum.
c) Pelumasan sumbu
Cara ini menggunakan sumbu yang dicelupkan dalam mangkok minyak sehingga
minyak terisap oleh sumbu tersebut. Pelumasan ini dipakai seperti dalam hal
pelumasan tetes.
11
d) Pelumasan percik
Dari suatu bak penampung, minyak dipercikkan. Cara ini dipergunakan untuk
melumasi torak dan silinder motor bakar torak yang berputaran tinggi.
e) Pelumasan cincin
Pelumasan ini menggunakan cincin yang digantungkan pada poros sehingga akan
berputar bersamaan dengan poros sambil mengangkat minyak dari bawah.
f) Pelumasan pompa
Di sini pompa digunakan untuk mengalirkan minyak ke dalam bantalan.
Pelumasan pompa sesuai untuk keadaan kerja dengan kecepatan tinggi dan besar.
g) Pelumasan gravitasi
Dari sebuah tangki yang diletakkan di atas bantalan, minyak dialirkan oleh gaya
beratnya. Cari ini dipakai untuk kecepatan sedang dan tinggi pada kecepatan
keliling sebesar 10 – 15.
h) Pelumasan celup
Sebagian dari bantalan dicelupkan ke dalam minyak pelumas.
2.3.2 Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol
jarum dan rol bulat.Bantalan gelinding menggunakan elemen rolling untuk
mengatasi gesekan antara dua komponen yang bergerak. Diantara kedua
permukaan ditempatkan elemen gelinding seperti misalnya bola, rol, taper, dll.
Kontak gelinding terjadi antara elemen ini dengan komponen lain yang berarti
pada permukaan kontak tidak ada gerakan relatif.
12
Gambar 2.4 Komponen bantalan gelinding
(https://www.tneutron.net/industri/bantalan-gelinding/)
Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang
sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur. Elemen gelinding seperti bola
atau rol dipasang antara cincin luar dan dalam. Dengan memutar salah satu cincin
tersebut, bola atau rol akanmelakukan gerakan gelinding sehingga gesekan akan
jauh lebih kecil. Untuk bola atau rol, ketelitian tinggi dengan bentuk dan
ukurannya merupakan suatu keharusan. Karena luas bidang kontak antara bola
dan rol dengan cincin sangat kecil, maka besarnya beban yang dipakai harus
memiliki ketahanan dan kekerasan yang sangat tinggi.
2.4 Pulley dan V-Belt
2.4.1 Pulley
Pulley Belt merupakan salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya seperti halnya sproket rantai dan roda gigi. Bentuk puli
adalah bulat dengan ketebalan tertentu, di tengah-tengah puli terdapat lubang
poros. Puli pada umumnya dibuat dari besi cor kelabu FC 20 atau FC 30, dan ada
juga yang terbuat dari baja.
perkembangan yang pesat dalam bidang penggerak pada berbagai mesin
yang menggunakan motor listrik telah membuat arti sabuk untuk alat penggerak
menjadi berkurang. Akan tetapi, sifat elastisitas daya dari sabuk untuk
menampung kejutan dan getaran pada saat transmisi membuat sabut tetap
dimanfaatkan untuk mentransmisikan daya dari penggerak pada mesin perkakas.
Keuntungan jika menggunakan pulley :
13
1. Bidang kontk sabuk-pulley luas, tegangan pulley biasanya lebih kecil
sehingga lebar pulley bisa dikurangi
2. Tidak menimbulkan suara yang bising dan lebih tenang.
B. Macam-macam pulley
1. V-belt Pulley
Pulley jenis ini digerakkan oleh V-belt. V-belt pulley adalah pulley yang
banyak digunakan dalam system transmisi karena kemudahan dan
keandalannya. Contoh aplikasi jenis pulley ini adalah pada mesin compressor,
mesin peranjang, dll.
Gambar 2.5 V-belt pulley
(https://www.globalspec.com/learnmore/motion_controls/power_transmission_
mechanical/v_belt_pulleys)
2. Variable Speed Pulley
Pulley jenis ini dapat beroperasi pada kecepatan yang berbeda-beda pulley
jenis ini biasa digunakan pada mesin-mesin indutri.
Gambar 2.6 Variable Speed Pulley
(https://www.indiamart.com/proddetail/variable-speed-pulleys-
3666565033.html)
3. Flat Belt Pulley
Flat belt pulley menggerakkan flat belt yang digunkan untuk menjalankan
mesin yang dimiliki satu sumber tenaga. Walaupun terlihat dasar, flat belt
14
pulley sebenarnya dibuat sedikit miring dan bekerja bersamaan dengan
pulley lainnya pada poros penggerak. Contoh mesin yang menggunakan
pulley jenis ini ialah generator listrik.
Gambar 2.7 Flat belt pulley
(https://www.indiamart.com/proddetail/flat-belt-pulley-
10395549930.html)
4. Timming Pulley
Pulley ini menggerakkan timming belt yang digunakan untuk
menyeleraskan putaran 2 poros yang berbeda. Contoh penggunaan Pulley
jenis ini ialah pada mesin mobil.
Gambar 2.8 Timming pulley
(https://www.rubberbeltsonline.com/6mm-Bore-Timing-Pulley-2mm-
Pitch-16-Teeth-6mm-Wide-p/6mm-16t-6mm-gt2-pulley.htm)
Dari beberapa macam jenis pulley ini diatas maka dipilih jenis V-belt
pulley, karena sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan sesuai dengan
kinerja mesi yang digunakan.
2.4.2 V-Belt
15
Sabuk-V atau V-belt adalah salah satu transmisi penghubung yang terbuat
dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Dalam penggunaannya sabuk-V
dibelitkan mengelilingi alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang
membelit pada puli akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya
akan bertambah besar (Sularso, 1991:163). V-belt berbuat dari karet dengan inti
tenunan tetoron atau semacamnya dan mempunyai penampang travesium, v-belt
dibelitkan disekeliling alur puli yang membentuk V pula. Bagian sabuk yang
sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian
dalamnya akan bertambah besar.Gaya gesekan juga akan bertambah karna
pengaruk bentuk gaji,yang akan enghasilkan transmisi daya yang besar pada
tengangan yang relatif rendah,hal ini merupakan salah satu keunggulan V- belt
bekerja lebih halus dan tidak bersuara. Sabuk-V banyak digunakan karena sabuk-
V sangat mudah dalam penangananya dan murah harganya. Selain itu sabuk-V
juga memiliki keungulan lain di mana sabuk-V akan menghasilhan transmisi daya
yang besar pada tegangan yang relatif rendah serta jika dibandingkan dengan
transmisi roda gigi dan rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak bersuara.
Sabuk-V selain juga memiliki keungulan dibandingkan dengan transmisi-
transmisi yang lain, sabuk-V juga memiliki kelemahan di mana sabuk-V dapat
memungkinkan untuk terjadinya slip.
Gambar 2.9 konstruksi dan ukuran penampang sabuk-V
(solarso, 1991 : 164)
16
Gambar 2.10 Diagram pemilihan sabuk-V
(solarso, 1991 : 164)
2.4.3 Rumus perhitungan pulley dan sabuk
Mesin perontok padi ini menggunakan sabuk-V sebagai penerus daya dan
motor penggerak ke poros, dengan rumus perhitungan :
• Perbandingan trasmisi
𝑛1
𝑛2=
𝐷𝑝
𝑑𝑝 (solarso, 1991: 166)
Dengan : 𝑛1 = putaran poros pertama (rpm)
𝑛2 = putaran poros kedua (rpm)
𝐷𝑝 = diameter puli penggerak (mm)
𝑑𝑝 = diameter puli yang digerakkan (mm)
• Kecepatan sabuk =
𝜐 = 𝑑𝑝𝑛1
60𝑥1000 (m/s) (sularso, 1991 : 166)
Dengan : 𝜐 = kecepatan sabuk m/s)
𝐷𝑝 = diameter puli yang digerakkan (mm)
17
𝑛1 = putaran motor (rpm)
• Panjang sabuk
L = 2c + 𝜋
2 (𝑑𝑝 + 𝐷𝑝) +
1
4𝐶 (𝐷𝑝 − 𝑑𝑝)2
Dengan : L = panjang sabuk (mm)
C = jarak sumbu poros
𝐷𝑝 = diameter puli penggerak (mm)
𝑑𝑝 = diameter puli yang digerakkan (mm)
Pemilihan pili dan V-belt sebagai elemen transmisi didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
• Dibandingkan roda gigi atau rantai, penggunaan sabuk lebih halus, tidak
bersuara, sehingga menguragi kebisingan.
• Kecepatan putar pada trasnsmisi untuk lebih tinggi jika dibandingkan
dengan rantai
• Karena sifat penggunaan belt yang dapat selip, maka jika terjadi kemacetan
atau gangguan pada salah satu elemen tidak akan menyebabkan kerusakan
pada elemen lain.
2.5 Blower (fan)
Blower adalah pompa udara yang udaranya dihasilkan melalui kipas
merupakan alat pemilah benih yang prinsip kerjanya berdasarkan bobot. Alat ini
menggunakan tenaga angin yang berasal dari blower dengan kecepatan yang dapat
diatur sesuai kebutuhan. Jika campuran benih banayak campuran kotoran ringan,
maka kotoran yang memiliki bobot berat tidak terbang dan akan masuk kebawah
dan jika bobotnya ringan maka terangkat tertampung pada pintu atas blower,
sedangkan bobot benih yang berat akan tertampung pada penammpung pada
18
wadah yang disediakan. Benih akan tetap berada pada bagian bawah. Jika tujuan
pemilahan adalah untuk memilah hasil benih dari kotoran-kotoran berat, maka
putaran blower haruslah diperbesar, karena jika putarannya kecil maka benih
ringan dan benih berat bisa tercampur, sehingga jika putaran blower diperbesar
maka benih terangkat ke atas dan kotoran tetap tertinggal dibawah pada alat
tersebut.
2.5.1 Mekanisme kerja blower
Mekanisme kerja blower adalah dengan memilahkan benih berdasarkan
bobotnya. Benih yang memiliki bobot yang lebih ringan akan naik dan tertampung
pada penampung atas blower. Blower adalahalat yang digunakan untuk memilah
benih berdasarkan sifat fisik benih yaitu bobot benih. Benih-benih yang memiliki
bobot lebih ringan akan terangkat dan tertampung pada pintu penampung.