bab ii tinjauan pustaka - library.binus.ac.id ii_2014_0054... · keempat faktor tersebut dapat...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini merujuk pada berbagai sumber sebagai landasan teori. Bab ini dibagi
menjadi beberapa sub-bab yang membahas mengenai transformasi SDM, manajemen
project, kepuasan kerja, kuesioner, pengumpulan data ESS, pengolahan data ESS dan
Strategic Satisfaction Matrix (SSM).
2.1 Transformasi SDM
Pada bab sebelumnya telah dipaparkan mengenai latar belakang permasalahan dari
penelitian ini. Latar belakang itu membawa sebuah dampak berupa transformasi di
bidang SDM di KMK. Dalam HR Transformation (Ulrich, 2009, p.9) disebutkan
bahwa, "A true HR transformation is an integrated, aligned, innovative, and business
focused approach to redefining how HR work is done within an organization so that
it helps the organization deliver on promises made to customers, investors, and other
stakeholders."
Dari pengertian transformasi SDM tersebut, Ulrich mengajukan suatu model
transformasi SDM yang terdiri dari empat tahapan seperti terlihat pada Gambar 2.1.
11
Gambar 2.1 Model untuk Transformasi SDM (Ulrich, 2009).
Keempat tahap transformasi model Ulrich merupakan pertanyaan mendasar
mengenai transformasi SDM. Tahap pertama merupakan pertanyaan why (mengapa)
yang merujuk pada suatu kasus penyebab terjadinya suatu transformasi. Tahap kedua
adalah pertanyaan what (apa) yang dimaksudkan untuk mengetahui hasil-hasil yang
diharapkan dari suatu transformasi. Selanjutnya, tahap ketiga adalah pertanyaan how
(bagaimana) untuk memperoleh strategi yang tepat dalam melakukan transformasi.
Terdapat tiga komponen dalam tahap ketiga ini yaitu :
1. Perancangan ulang fungsi atau departemen Human Resources (HR).
2. Transformasi kegiatan HR yang lebih efektif, terintegrasi dan inovatif.
3. Peningkatan kompetensi para profesional di bidang SDM sesuai dengan yang
diperlukan dalam pekerjaannya.
12
Tahap terakhir adalah pertanyaan who (siapa) mengenai pihak-pihak yang harus
terlibat aktif dalam kegiatan transformasi ini.
2.1.1 Analisis SWOT
Kegiatan transformasi yang dilakukan oleh KMK didahului dengan sebuah langkah
awal yaitu melakukan analisis SWOT. Konsep SWOT diperkenalkan oleh Albert
Humphrey saat melakukan penelitian dalam kurun waktu 1960-1970 di Stanford
Research Institute. SWOT merupakan singkatan dari Strength (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). Dalam sebuah lingkup
perusahaan, SWOT dapat dijabarkan sebagai berikut (Humphrey, 2005) :
1) Kekuatan (Strength) adalah faktor-faktor yang memberikan keuntungan lebih
pada suatu perusahaan daripada faktor lainnya.
2) Kelemahan (Weakness) adalah faktor-faktor yang cenderung merugikan
perusahaan.
3) Peluang (Opportunities) adalah faktor-faktor yang berpotensi menjadi kekuatan
jika dikembangkan lebih lanjut.
4) Ancaman (Threats) adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan luar yang
dapat menimbulkan masalah bagi perusahaan.
13
Keempat faktor tersebut dapat disusun ke dalam suatu diagram matriks SWOT seperti
terlihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Diagram matriks SWOT (Humphrey, 2005).
2.1.2 Model McKinsey
Faktor-faktor prioritas hasil analisis SWOT dapat dijadikan sebagai suatu masukan
masalah dalam sebuah model pemecahan masalah. Penelitian ini menggunakan model
McKinsey sebagai model pemecahan masalah yang meliputi managing, analyzing
dan presenting. Contoh suatu model pemecahan masalah beserta faktor-faktor yang
terlibat di dalamnya dapat dilihat pada Gambar 2.2.
S
Strength
W
Weakness
O
Opportunities
T
Threats
Helpful Harmful
Internal
(System)
External
(Environtment)
14
Gambar 2.3 Pemodelan Pemecahan Masalah Strategis (Rasiel&Friga, 2002).
Seperti terlihat pada Gambar 2.3, tiga bagian utama pemecahan masalah
saling terkait satu sama lain. Hal ini penting untuk mendapatkan gambaran utuh dari
suatu masalah. Pada bagian ini, cara yang efektif untuk mendapatkan gambaran utuh
tersebut adalah dengan menggunakan issue-tree seperti pada contoh kasus Acme
Widgets dalam Gambar 2.3. Issue-tree ini merupakan diagram pertanyaan yang
memecah masalah ke dalam suatu struktur logis. Dengan menggunakan teknik issue-
tree tersebut maka suatu permasalahan, dalam hal ini transformasi SDM, dapat
dipecahkan secara terstruktur.
15
Gambar 2.4 Contoh Issue-tree Kasus Acme Widgets (Rasiel&Friga, 2002).
2.2 Manajemen Project
Penelitian ini dirancang dalam bentuk project. Dalam Project Management
Guidebook (Method 123, 2003, p.4) disebutkan bahwa, "A project is a unique
endeavor to produce a set of deliverables within clearly specified time, cost and
quality constraints”. Sebuah project merupakan suatu siklus yang terdiri dari empat
fase yaitu inisiasi, perencanaan, eksekusi dan penutupan. Fase-fase tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.5.
16
Gambar 2.5 Siklus Project (Method 123, 2003)
Tahapan umum dalam sebuah keputusan manajemen meliputi planning,
shceduling and control (Schroeder, 2007, p.306). Tahapan beserta contoh kegiatan di
dalamnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Manajemen Project (Schroeder, 2007)
Sequence Activities
Planning
Identify the project customer
Establish end product or service
Set project objectives
Estimate total resources and time required
Decide on the form of project organization
Make the key personnel appointments
Define major task required
Establish a budget
17
Scheduling
Develop a detailed work-breakdown
structure
Estimate time required for each task
Sequence the task in the proper order
Develop a start/stop time for each task
Develop a detailed budget for each task
Assign people to task
Control
Monitor actual time, cost and performance
Compare planned to actual figures
Determine whether corrective action is
needed
Evaluate alternatives corrective actions
Take appropriate corrective action
Gambar 2.6 Diagram Perencanaan Project (Blaxter, Hughes and Tight, 2006).
18
Salah satu cara untuk membuat perencanaan suatu project adalah dengan membuat
timeline. Gambar 2.6 menunjukkan contoh timeline suatu perencanan project dalam
jangka waktu satu tahun.
2.3 Kepuasan Kerja
Salah satu faktor yang membuat seseorang tetap bekerja di suatu lingkungan kerja
atau perusahaan dalam rentang waktu yang lama adalah kepuasan kerja. Secara
sederhana, Affect theory (Locke,1976) menjelaskan kepuasan kerja yang diartikan
sebagai perbedaan atau rentang antara apa yang diharapkan oleh seorang karyawan
dengan apa yang diperolehnya. Dalam buku Job satisfaction: Subjective Well-being
at Work (Judge and Klinger, 2007), beberapa teori yang berkaitan dengan penyebab
kepuasan kerja dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu
1. Teori situasional yang berpendapat bahwa kepuasan kerja merupakan hasil
dari sifat pekerjaan itu sendiri dan aspek lainnya dalam lingkungan kerja.
2. Teori dispositional yang mengasumsikan bahwa kepuasan kerja berasal dari
sifat perorangan individu.
3. Teori interaktif yang mengajukan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari
kombinasi antara situasi kerja dan faktor personal individu.
19
Abraham Maslow (1954) menyatakan bahwa terdapat lima tingkat hirarki
kebutuhan manusia yang terdiri dari kebutuhan psikologis, rasa aman, bersosialisasi,
harga diri dan aktualisasi diri.
2.3.1 Variabel Kepuasan Kerja
Menurut Luthan (1995) terdapat tiga dimensi penting dalam kepuasan kerja yaitu
1. Kepuasan kerja merupakan respon emosional terhadap situasi kerja
2. Kepuasan kerja biasanya ditentukan oleh kesesuaian atau kelebihan antara
usaha yang dikeluarkan dengan yang hasil yang diharapkan.
3. Kepuasan kerja menunjukkan beberapa karakteristik penting dalam suatu
pekerjaan yang memiliki respon efektif antara lain pekerjaan itu sendiri, upah,
kesempatan promosi, pengawasan dan rekan kerja.
Dalam tiga dimensi penting kepuasan kerja tersebut, menunjukkan adanya beberapa
variabel yang dapat dijadikan acuan sebuah kepuasan kerja. Dalam 2011 Employee
Job Satisfaction and Engagement (Society for Human Resource Management
(SHRM), 2011) diperoleh daftar variabel-variabel penting kepuasan kerja. Daftar
variabel tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.7.
20
Gambar 2.7 Daftar variabel kepuasan kerja (SHRM, 2011).
21
Parvin dan Kabir (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja pada perusahaan farmasi di Bangladesh. Dari hasil
penelitian ini diketahui bahwa faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan kerja
tersebut adalah hubungan dengan rekan sejawat. Salah satu hasil dari penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 2.8 di bawah ini.
Gambar 2.8 Faktor-faktor Kepuasan Kerja Perusahaan Farmasi di Bangladesh (Parvin
dan Kabir, 2011).
Penelitian lainnya, Oraman (2011), mengaitkan antara motivasi dengan
kepuasan kerja karyawan perusahaan tekstil di Turki. Faktor-faktor kegiatan sosial
dalam kaitan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
22
Tabel 2.2 Variabel Kegiatan Sosial dan Motivasi Karyawan (Oraman, 2011).
2.4 Employee Satisfaction Survey (ESS)
Employee Satisfaction Survey (ESS) adalah sebuah cara sistematis untuk
mengumpulkan, menganalisis dan memberikan informasi berdasarkan tingkat
kepuasan karyawan terhadap penerapan sistem HR. Dalam Conducting Hospital
Employee Satisfaction Surveys (Powell, 2001), menyebutkan beberapa keuntungan
dilakukannya pengukuran kepuasan kerja antara lain
1. Mengurangi tingkat turnover.
2. Mengurangi biaya pelatihan.
3. Mengidentifikasi kemungkinan pengurangan biaya.
4. Mengurangi tingkat ketidakhadiran.
5. Menguatkan pengawasan.
23
6. Mengetahui pelatihan yang dibutuhkan.
7. Mengurangi hambatan komunikasi.
8. Mengukur tingkat pemahaman karyawan terhadap misi.
9. Meningkatkan reputasi tempat kerja sehingga menarik bagi karyawan yang
berkualitas.
Terdapat delapan langkah untuk melakukan ESS yang dapat digambarkan dalam
bentuk diagram seperti pada Gambar 2.9 di bawah ini.
Gambar 2.9 Langkah-langkah Melakukan ESS (Powell, 2001).
Menentukan tujuan survei
Menentukan sampel
Memilih metodologi penelitian
Penyajian Hasil
Membuat kuesioner
Pre-test kuesioner
Distribusi kuesioner
Memasukkan dan menganalisis data
24
Untuk memastikan bahwa sebuah kuesioner telah memenuhi ketiga keriteria
di atas, maka perlu diadakan pre-test terhadap kuesioner tersebut. Kegiatan ini
melibatkan hanya sekelompok kecil responden, sekitar 15-30 orang, dan meminta
pendapat mereka mengenai kuesioner tersebut. Tahapan ini juga bisa berfungsi
sebagai sosialisasi terhadap program ESS. Adapun keuntungan dari sosialisasi ini
adalah menciptakan kesadaran karyawan terhadap ESS dan menurunkan tingkat
resiko penolakan terhadap kegiatan tersebut.
2.4.1 Jenis Data Survei
Survei selalu melibatkan berbagai macam variabel acak. Terdapat dua jenis data
variabel acak yaitu kategorial dan numerik. Jenis data kategorial dapat berupa
jawaban kategorial, misalnya pertanyaan ya dan tidak, sedangkan data numerik
merupakan data jawaban berupa angka baik secara diskrit maupun kontinu.
Ukuran sampling untuk data kategorial dapat ditentukan dengan
menggunakan formula Cochran yaitu :
(1)
Pada persamaan (1), n0 adalah ukuran sampel yang perlu didata, t adalah nilai absis
yang memotong suatu kurva distribusi normal di area α tertentu. Untuk nilai α = 0,05
yang berarti tingkat kepercayaan = 95 %, maka t = 1,96. Kemudian parameter pq
menunjukkan estimasi varian, sedangkan d adalah batas kesalahan yang masih dapat
25
diterima. Untuk ukuran populasi (N) yang kecil, maka ukuran data sampel pun
menjadi lebih kecil. Formula untuk mengkoreksi ukuran sampel dalam jumlah
populasi yang kecil adalah sebagai berikut :
(2)
Terdapat empat macam skala pengukuran data yaitu nominal, ordinal, interval dan
rasio. Keempat skala pengukuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Skala yang digunakan dalam pengukuran data perilaku pada penelitian ini adalah
skala Likert, di mana dalam skala ini menggunakan metode penskalaan respon, yaitu
penempatan sejumlah alternatif respon tiap item pada suatu kontinum kuantitatif
sehingga didapatkan angka sebagai skor masing-masing alternatif respon.
Ketentuan penskalaan respon pada skala Likert antara lain meliputi;
1. Merupakan prosedur penempatan sejumlah alternatif respon tiap item pada
suatu kontinum kuantitatif sehingga didapatkan angka sebagai skor masing-
masing alternatif respon.
2. Data yang digunakan untuk penskalaan merupakan data yang diperoleh dari
kelompok subyrk atau responden yang menjawab item.
26
Tabel 2.3 Contoh Penggunaan Skala Likert.
STS TS N S SS
f 6 20 35 49 10
p=f/N 0,050 0,167 0,292 0,408 0,083
pk 0,050 0,217 0,508 0,917 1,000
Pk-t=0.5p+pkb 0,025 0,133 0,363 0,713 0,958
z -1,960 -1,112 -0,350 0,562 1,728
Z-(z paling kiri) 0,000 0,848 1,610 2,522 3,688
Pembulatan 0 1 2 3 4
2.4.2 Kuesioner
Salah satu metode survei yang dapat dipertimbangkan dalam pengumpulan data
adalah dengan kuesioner. Kuesioner yang baik untuk kegiatan survei didesain dengan
memperhatikan beberapa hal antara lain :
27
1. Bahasa (wording)
Kuesioner yang baik perlu memiliki isi dan tujuan pertanyaan yang jelas dan
terukur. Hal ini bisa dicapai jika kuesioner menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti responden. Pertanyaan dalam kuesioner perlu memperhatikan tipe
dan bentuk pertanyaan, misalnya penggunaan pertanyaan terbuka dan tertutup,
pertanyaan yang ambigu, dll. Selain itu, alur yang berurutan, misalnya dari
yang paling mudah ke yang paling sulit serta pengelompokan pertanyaan juga
perlu disusun secara sistematis.
2. Pengukuran (measurement)
Kategorisasi pertanyaan yang memiliki konsep pengukuran yang sama menjadi
salah satu tolak ukur kuesioner yang baik. Penggunaan kode tertentu juga
mempermudah dalam melakukan pengukuran. Proses pengukuran juga
sebaiknya menerapkan skala yang bisa dipertanggungjawabkan. Skala dalam
kuesioner antara lain skala rating (Likert scale), skala penjumlahan tetap dan
skala rangking. Selanjutnya, pengukuran ini harus memiliki tingkat konsistensi
atau reliabilitas yang tinggi agar hasilnya dapat dipercaya.
3. Tampilan luar (appearance)
Kuesioner yang baik juga perlu memperhatikan tampilan luar (appearance).
Sebuah kuesioner perlu terlihat menarik dari segi bentuk dan layout sehingga
menarik minat responden untuk mengisinya. Selanjutnya, isi tulisan kuesioner
yang terstruktur secara logis dan jelas akan sangat membantu responden dalam
28
menjawab pertanyaan di dalamnya. Kemudahan untuk diperbanyak dalam hal
kualitas kertas dan pewarnaan juga menjadi faktor dalam kuesioner yang baik.
2.4.3 Kesalahan dalam Survei
Survei dengan menggunakan metode probability sampling dapat menghasilkan
potensi kesalahan. Terdapat empat macam potensi kesalahan yaitu :
1. Coverage error adalah potensi kesalahan akibat menghilangkan suatu subyek
dalam daftar survei yang membuatnya tidak memiliki kemungkinan dipilih
dalam suatu sampel.
2. Nonresponse error adalah potensi kesalahan akibat adanya responden yang
tidak merespon survei.
3. Sampling error adalah potensi kesalahan yang menggambarkan keragaman
atau heterogenitas dari satu sampel ke sampel lainnya berdasarkan
kemungkinan suatu individu dipilih pada suatu sampel.
4. Measurement error menunjukkan potensi kesalahan akibat ketidakakuratan
respon yang direkam yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti lemahnya
kalimat pertanyaan, subyektivitas pewawancara terhadap responden, atau
adanya kegiatan lain yang dilakukan oleh responden.
29
2.4.4 Data Kualitatif
Data kualitatif dapat diperoleh dengan metode observasi. Salah satu alat dalam
metode observasi adalah Focus Group Discussion (FGD) yaitu kegiatan diskusi yang
dilakukan oleh moderator terlatih pada kondisi biasa (natural) dengan sejumlah orang
responden. Salah satu tujuan FGD adalah untuk mengetahui masalah, pengalaman,
atau sikap/keyakinan yang terkait dengan suatu topik. FGD dapat memberikan
pemahaman yang berharga tentang apakah suatu layanan/produk sudah memenuhi
harapan atau tidak.
Dalam FGD terdapat komponen-komponen yang harus dipenuhi antara lain :
1. Peserta
Peserta meliputi jumlah (8-12 peserta), homogenous, “tidak saling kenal”
(random sampling).
2. Physical Arrangement
Physical arrangement meliputi persyaratan fisik yang harus dipenuhi dalam
melakukan FGD diantaranya : suasana (relaks dan informal), lokasi, tata
ruang (bisa tatap muka antar responden) dan waktu (1-2 jam).
3. Moderator
30
Dalam melaksanakan FGD moderator harus memiliki kemampuan dalam
berinteraksi dan observasi (kemampuan komunikasi yang asertif dan non
verbal) serta memahami topik.
4. Topik
Topik adalah hal yang menjadi bahan diskusi dalam FGD serta menjadi
moderator guideline.
Informasi yang diperoleh dalam FGD penting untuk mendapatkan pengertian yang
lebih mendalam terhadap hasil kuesioner ESS. Namun, hasil kualitatif ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain jumlah responden, tingkat pengalaman dan
pengetahuan moderator dan kondisi lingkungan tempat FGD diadakan.
2.5 Pengolahan Data ESS
Analisis data pada ESS dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu untuk memperoleh
kualitas data, deskripsi data dan uji hipotesis. Masing-masing analisis dapat diperoleh
melalui analisis reliability, analisis univariate dan analisis multivariate.
31
2.5.1 Analisis Reliability
Analisis reliability bertujuan untuk mengukur tingkat stabilitas dan konsistensi dari
instrumen yang digunakan terhadap variabel yang didefinisikan. Analisis ini
menunjukkan kualitas dari data yang diperoleh. Parameter yang dipakai sebagai alat
ukur adalah Cronbach's Alpha. Parameter ini dapat dikategorikan menjadi :
α ≤ 0,6 : tidak memenuhi konsistensi internal reliability
0,6 ≤ α ≤ 0,8 : dapat diterima untuk penelitian sosial
α > 0,8 : memenuhi konsistensi internal reliability
2.5.2 Analisis Univariate
Analisis univariate dalam statistik dapat diartikan sebagai analisis yang hanya
memperhatikan distribusi satu variabel dari setiap komponen skala. Analisis ini dapat
digunakan sebagai analisis dasar untuk memberikan deskripsi pada suatu data.
Deskripsi umum yang bisa diperoleh dari suatu data adalah modus dan mean. Modus
adalah nilai yang paling sering muncul dalam suatu data. Nilai modus menunjukkan
puncak suatu distribusi. Di lain sisi, mean adalah nilai rata-rata dari suatu data.
32
2.5.3 Analisis Multivariate
Analisis multivariate merupakan analisis lanjutan dalam statistik yang menggunakan
lebih dari satu variabel. Analisis ini dapat dipergunakan untuk menguji suatu
hipotesis. Dalam penelitian ini, terdapat tiga analisis utama yaitu Cross-tabulation,
Analysis of Variance (ANOVA) dan Correlation. Ketiga analisis tersebut dilakukan
dengan menggunakan alat bantu perangkat lunak IBM Statistics yaitu Statistical
Product and Service Solutions (SPSS). SPSS telah banyak dipergunakan untuk
analisis statistik dalam ilmu-ilmu sosial, termasuk manajemen.
Cross-tabulation merupakan analisis statistik dengan menggabungkan dua
atau lebih variabel lalu kemudian menunjukkan hubungan distribusinya. Hubungan
distribusi tersebut dapat diukur dengan menggunakan nilai distribusi Chi-square.
Hubungan yang signifikan ditunjukkan jika nilai distribusi Chi-square < 0,05.
ANOVA, atau MANOVA dalam kasus lebih dari dua variabel, menunjukkan perbedaan
diantara nilai rata-rata dari dua atau lebih populasi. Hubungan distribusi tersebut
dapat diukur dengan menggunakan nilai Sigma dari F-test. Hubungan yang signifikan
ditunjukkan jika nilai Sigma < 0,05. Korelasi adalah analisis yang menunjukkan
tingkat keterkaitan antara dua variabel.
33
2.6 Strategic Satisfaction Matrix (SSM)
Salah satu penyajian data dari hasil survei serta salah satu alat untuk pengambilan
keputusan adalah Strategic Satisfaction Matrix (SSM). Diagram SSM dapat dilihat
pada Gambar 2.10 :
Gambar 2.10 Diagram SSM (Botha and Rensburg, 2010).
SSM adalah suatu matriks yang menunjukkan faktor-faktor yang perlu
menjadi prioritas untuk dikembangkan dan dipelihara. Meskipun SSM dapat menjadi
menjadi prioritas dalam pengambilan keputusan, Gustafsson dan Johnson (2000),
mengemukakan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan antara lain
memberi perhatian terhadap strategi dan kompetensi, membandingkan antara efek
dan prestasi, melibatkan manajemen pembiayaan, dan mempertanyakan arah pasar.
Low impact and strong
performance
Maintain or reduce investment or
alter target market
High impact and strong
performance
Maintain or improve performance-
competitive advantage
Low impact and weak performance
Inconsequential- do not waste
resources
High impact and weak performance
Focus improvements here-
competitive vulnerability
Per
form
ance
Impact