bab ii tinjauan pustaka -...

22
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa gatal dan secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya berbatas tidak tegas. Gambaran klinisnya sesuai dengan stadium penyakitnya. Kadang-kadang terjadi tumpang tindih penggunaan istilah eksim dengan dermatitis. Sebagian ahli menyamakan arti keduanya, sebagian lain mengartikan eksim sebagai salah satu bentuk dermatitis, yakni dermatitis atopik tipe infantil. Untuk itu, istilah dermatitis tampak lebih tepat. 11 Istilah eksematosa digunakan untuk kelainan yang ‘membasah’ (kata eksim berasal dari bahasa Yunani ‘ekzein’ yang berarti ‘mendidih’) yang ditandai adanya eritema, vesikel, skuama dan krusta, yang menunjukkan tanda akut. Sedangkan adanya hiperpigmentasi dan likenifikasi menunjukkan tanda kronik. 3 Untuk penamaan dermatitis, berbagai klasifikasi sudah diajukan antara lain berdasarkan kondisi kelainan, lokasi kelainan, bentuk kelainan, usia pasien dan sebagainya, contohnya: 1. Berdasarkan lokasi kelainan misalnya dermatitis manus, dermatitis seboroik, dermatitis perioral, dermatitis popok, dermatitis perianal, akrodermatitis, dermatitis generalisata, dan sebagainya. 2. Berdasarkan kondisi kelainan misalnya dermatitis akut, subakut dan kronis atau dermatitis madidans (membasah) dan dermatitis sika (kering). 3. Berdasarkan penyebab misalnya dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis medikamentosa, dermatitis alimentosa, dermatitis venenata, dermatitis stasis, dan sebagainya.

Upload: letruc

Post on 30-Jan-2018

235 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dermatitis

1. Definisi Dermatitis

Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa

gatal dan secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya

berbatas tidak tegas. Gambaran klinisnya sesuai dengan stadium

penyakitnya. Kadang-kadang terjadi tumpang tindih penggunaan istilah

eksim dengan dermatitis. Sebagian ahli menyamakan arti keduanya,

sebagian lain mengartikan eksim sebagai salah satu bentuk dermatitis,

yakni dermatitis atopik tipe infantil. Untuk itu, istilah dermatitis tampak

lebih tepat.11

Istilah eksematosa digunakan untuk kelainan yang ‘membasah’

(kata eksim berasal dari bahasa Yunani ‘ekzein’ yang berarti ‘mendidih’)

yang ditandai adanya eritema, vesikel, skuama dan krusta, yang

menunjukkan tanda akut. Sedangkan adanya hiperpigmentasi dan

likenifikasi menunjukkan tanda kronik.3

Untuk penamaan dermatitis, berbagai klasifikasi sudah diajukan

antara lain berdasarkan kondisi kelainan, lokasi kelainan, bentuk

kelainan, usia pasien dan sebagainya, contohnya:

1. Berdasarkan lokasi kelainan misalnya dermatitis manus, dermatitis

seboroik, dermatitis perioral, dermatitis popok, dermatitis perianal,

akrodermatitis, dermatitis generalisata, dan sebagainya.

2. Berdasarkan kondisi kelainan misalnya dermatitis akut, subakut dan

kronis atau dermatitis madidans (membasah) dan dermatitis sika

(kering).

3. Berdasarkan penyebab misalnya dermatitis kontak iritan, dermatitis

kontak alergik, dermatitis medikamentosa, dermatitis alimentosa,

dermatitis venenata, dermatitis stasis, dan sebagainya.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

7

4. Berdasarkan usia misalnya dermatitis infantil, dan sebagainya.

5. Berdasarkan bentuk kelainan misalnya dermatitis numularis, dan

sebagainya.

Dalam penanganan disarankan untuk menggunakan istilah

dermatitis, ditambah dengan satu kata lain untuk menggambarkan

kemungkinan penyebab atau mendeskripsikan kondisi, contohnya

dermatitis atopik impetigenisata, dermatitis medikamentosa madidans,

dan sebagainya. Istilah impetigenisata menunjukkan adanya infeksi

sekunder yang ditandai oleh adanya pus, pustul, bula purulen, krusta

berwarna kuning tua, pembesaran kelenjar getah bening regional,

leukositosis, dan dapat disertai demam.14

Dermatitis ada yang didasari oleh faktor endogen, misalnya

dermatitis atopik, dermatitis kontak, dan sebagainya. Kebanyakan

penyebab dermatitis ini belum diketahui secara pasti. Bila ditinjau dari

jenis kelainannya, maka dermatitis atopik adalah dermatitis yang paling

sering dibahas, mengingat insidensnya yang cenderung terus meningkat

dan dampak yang dapat ditimbulkan pada kualitas hidup pasien maupun

keluarganya.12

2. Macam-Macam Dermatitis

a. Dermatitis Atopik (DA)

Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang

sangat gatal, umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering,

inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Kelainan

biasanya bersifat familial, dengan riwayat atopi pada diri sendiri

ataupun keluarganya.11

Istilah atopi berasal dari kata atopos (out of place). Atopi

ialah kelainan dengan dasar genetik yang ditandai oleh

kecenderungan individu untuk membentuk antibodi berupa

imunoglobulin E (IgE) spesifik bila berhadapan dengan alergen

yang umum dijumpai, serta kecenderungan untuk mendapatkan

penyakit-penyakit asma, rhinitis alergika dan DA, serta beberapa

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

8

bentuk urtikaria.4

Berbagai faktor dapat memicu DA, antara lain alergen

makanan, alergen hirup, berbagai bahan iritan, dan stres. Besar

peran alergen makanan dan alergen hirup ini masih kontroversial.

Meski pada pasien DA kerap dijumpai peningkatan IgE spesifik

terhadap kedua jenis alergen ini, tidak selalu dijumpai korelasi

dengan kondisi klinisnya. Hasil tes positif terhadap suatu alergen,

tidak selalu menyatakan alergen tersebut sebagai pemicu DA, tetapi

lebih menggambarkan bahwa pasien telah tersensitasi terhadapnya.

Secara umum, alergen makanan lebih berperan pada DA usia dini.

Seiring dengan penambahan usia, maka peran alergen makanan

akan digantikan oleh alergen hirup. Selain itu, memang terdapat

sekitar 20% penderita DA tanpa peningkatan IgE spesifik, yang

dikenal sebagai DA tipe intrinsik.13

Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan

adanya riwayat atopik (dalam keluarga maupun sendiri). Secara

klinis, terdapat 3 fase/bentuk yang lokasi dan morfologinya

berubah sesuai dengan pertambahan usia. Pada fase bayi lesi

terutama pada wajah, sehingga dikenal sebagai eksim susu. Pada

fase anak, terutama pada daerah lipatan kulit, khususnya lipat siku

dan lutut. Pada fase dewasa lebih sering dijumpai pada tangan,

kelopak mata dan areola mammae. Penyebab pasti kekhususan

pada distribusi anatomi ini belum diketahui.11

Terdapat beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis DA

yaitu kriteria Hanifin dan Rajka, kriteria Williams, kriteria UK

Working Party, SCORAD (the scoring of atopic dermatitis) dan

EASI (the eczema area and severity index). Selama 2 dekade

terakhir ini, berbagai upaya dilakukan untuk membuat standar

evaluasi DA. Idealnya, kriteria ini harus efisien, sederhana,

komprehensif, konsisten, dan fleksibel. Selain itu juga dapat

menilai efektivitas terapi yang diberikan. Tetapi, kriteria yang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

9

sering digunakan karena relatif praktis ialah kriteria Hanifin dan

Rajka.5

b. Dermatitis Seboroik (DS)

Dermatitis Seboroik (DS) merupakan dermatitis dengan

distribusi terutama di daerah yang kaya kelenjar sebasea. Lesi

umumnya simetris, dimulai di daerah yang berambut dan meluas

meliputi skalp, alis, lipat nasolabial, belakang telinga, dada, aksila

dan daerah lipatan kulit. Penyebab pasti DS belum diketahui,

walaupun banyak faktor dianggap berperan, termasuk faktor

hormonal, genetik dan lingkungan. DS dianggap merupakan

respons inflamasi terhadap organisme Pityrosporum ovale.11

Secara klinis kelainan ditandai dengan eritema dan skuama

yang berbatas relatif tegas. Skuama dapat kering, halus berwarna

putih (dikenal sebagai pitiriasis sika) sampai berminyak

kekuningan. DS umumnya tidak disertai rasa gatal. Bentuk yang

banyak dikenal dan dikeluhkan pasien adalah ketombe/dandruft.

Walaupun demikian, masih terdapat kontroversi para ahli. Sebagian

mengganggap dandruft adalah bentuk DS ringan, tetapi sebagian

lai berpendapat tidak.14

Pada beberapa kasus, kelainan DS sulit dibedakan dari DA.

Sebagai pegangan dapat dikatakan bahwa adanya kelainan di

lengan dan tungkai lebih mengarah pada DA, sedangkan kelainan

di ketiak lebih mengarah kepada DS. Pada DS umumnya tidak

dijumpai rasa gatal. Berbeda dengan DA, pada kelainan DS di

daerah lipatan kulit, sering dijumpai infeksi sekunder baik infeksi

bakteri maupun kandida.11

c. Intertrigo (Dermatitis Intertriginosa/DI)

Intertrigo merupakan istilah umum untuk kelainan kulit di

daerah lipatan/intertriginosa, yang dapat berupa inflamasi maupun

infeksi bakteri atau jamur. Sebagai faktor predisposisi ialah

keringat/kelembaban, kegemukan, gesekan antar 2 permukaan kulit

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

10

dan oklusi. Dalam kondisi seperti ini, mudah sekali terjadi

superinfeksi oleh Candida albicans, yang ditandai oleh eritema

berwarna merah-gelap, dapat disertai papulpapul eritematosa di

sekitarnya (lesi satelit).4

d. Pitiriasis Alba (PA)

Pitiriasis Alba (PA) terbanyak terjadi pada usia 3-16 tahun

dan dianggap merupakan manifestasi DA dengan penyebab yang

tidak diketahui pasti. Secara klinis terlihat bercak hipopigmentasi

dengan sedikit skuama halus dalam berbagai bentuk dan ukuran,

terutama di daerah wajah. Pada individu berkulit gelap, kelainan ini

sangat mengganggu secara kosmetik, yang merupakan penyebab

utama penderita ke dokter.3

e. Dermatitis Numularis (DN)

Dermatitis Numularis (DN) ditandai oleh bercak yang sangat

gatal, bersisik, berbentuk bulat, berbatas tegas (berbeda dari der-

matitis pada umumnya), dengan vesikel-vesikel kecil di bagian tepi

lesi. Pada DN sering dijumpai penyembuhan pada bagian tengah

lesi (central clearing), tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi

tinea. Pada kelainan ini bagian tepi lebih vesikuler dengan batas

relatif kurang tegas.11

Kata numular diambil dari bahasa Latin nummulus yang

berarti koin kecil=diskoid. DN lebih sering dijumpai pada usia

dewasa dibanding pada anak-anak. Terdapat berbagai variasi

bentuk klinis, antara lain DN pada tangan dan lengan, DN pada

tungkai dan badan, dan DN bentuk kering. DN merupakan kelainan

yang kambuh-kambuhan. Pada setiap kekambuhan dapat muncul

lesi tambahan, tetapi umumnya lesi awal selalu menjadi aktif

kembali.14

f. Pompoliks atau Dishidrosis

Pompoliks (bubble) ialah kelainan yang sering dijumpai,

ditandai oleh munculnya vesikel-vesikel yang ‘deep seated”, secara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

11

tiba-tiba, yang dapat berkonfluensi membentuk bula di telapak

tangan (cheiropompolyx) dan kaki (podopompolyx) tanpa eritema,

disertai keluhan rasa gatal hebat, dan sering kambuh. Saat tenang

kelainan ditandai dengan eritema ringan, kulit telapak yang kering,

kadang-kadang menebal dan sering berfisurasi.13

Sebagian kasus pompoliks dapat merupakan bentuk reaksi

iritasi (misalnya akibat kontak dengan deterjen), maupun reaksi

alergi (misalnya kontak dengan bahan yang mengandung nikel),

ataupun reaksi ‘id’ akibat infeksi bakteri atau jamur di bagian tubuh

lainnya. Tetapi, sebagian lainnya adalah dishidrosis yang idiopatik.

Pernah pula dilaporkan adanya pompoliks yang dicetuskan oleh

pajanan sinar matahari, yang dianggap merupakan varian yang

jarang terjadi.15

g. Neurodermatitis = Lichen Simplex Chronicus (LSC)

Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti

penebalan kulit disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata.

Patogenesisnya belum diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering

diawali oleh cetusan gatal yang hebat, misalnya pada insect bite.11

Likenifikasi ini merupakan respons kulit terhadap gosokan

dan garukan yang berulang-ulang. Oleh karena itu, proses

likenifikasi sering dijumpai pada individu dengan riwayat atopik

karena kelompok tersebut mempunyai ambang rasa gatal yang

relatif lebih rendah. Dianggap terdapat variasi rasial dalam hal

kemampuan seseorang untuk bereaksi likenifikasi ini dan dikatakan

reaksi lebih sering terjadi pada ras Mongol. Diagnosis LSC

digunakan bila pada seorang pasien dijumpai likenifikasi tanpa ada

predisposisi atopik sebagai dasar.11

Istilah LSC sering disamakan dengan neurodermatitis karena

diketahui faktor stres emosional dapat merupakan faktor yang

sangat berperan. Tetapi, disarankan agar penggunaan istilah

neurodermatitis dibatasi saja, agar kita terus berupaya mencari

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

12

kemungkinan faktor lain dan tidak terpaku hanya pada faktor stres

saja. Secara klinis gejala utama yang dijumpai ialah rasa gatal

hebat pada area likenifikasi. Rasa gatal ini hilang timbul, dapat

dipicu oleh faktor stres ataupun oleh rabaan/sentuhan saja. Sensasi

gatal ini akan diikuti oleh kecenderungan untuk menggaruk

berulang-ulang.11

Kelainan jarang dijumpai pada anak-anak, umumnya pada

orang dewasa dan puncaknya pada usia 30-50 tahun. Tempat

predileksinya ialah bagian belakang leher, tungkai bawah dan

pergelangan kaki, serta sisi ekstensor lengan bawah. LSC pada

bagian belakang leher yang dikenal sebagai lichen nuchae

umumnya hanya dijumpai pada wanita saja.4

h. Prurigo Nodularis

Kelainan sering dijumpai pada ras oriental dan umumnya

pada anak-anak. Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi

sebagian ahli menganggap kelainan ini sebagai varian LSC.3

i. Dermatitis Kontak (DK)

Terdapat 3 bentuk DK yakni DK iritan (DKI), DK alergik

(DKA) dan reaksi fototoksik maupun reaksi fotoalergik. DKI ialah

erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang bersifat

iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan

iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah

tangga, dan sebagainya. Sedangkan DKA ialah respons alergik

yang didapat bila berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat

sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu DKA antara

lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obatobatan,

dan sebagainya.8

Adanya kontak dengan beberapa jenis bahan tertentu dapat

memicu reaksi setelah terkena pajanan sinar matahari. Hal ini

disebabkan karena beberapa substansi dengan berat molekul rendah

akan berubah menjadi bahan iritan primer ataupun bahan sensitiser

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

13

bila terpajan oleh sinar-matahari. Bahan-bahan ini akan

meningkatkan reaktivitas kulit terhadap pajanan sinar matahari.14

Reaksi fototoksik antara lain dapat dipicu oleh kontak lokal

PABA di tabir surya, beberapa jenis pewarna seperti biru toluidin,

merah-netral, tar dan derivatnya, dan sebagainya. Sedangkan reaksi

fotoalergik dapat dipicu antara lain oleh kontak lokal dengan

beberapa jenis bahan di parfum dan after-shave lotion (musk

ambrette), lipstik (eosin), tonik rambut (quinine), serta ketoprofenL

dan sebagainya.

Reaksi fototoksik antara lain juga dapat dipicu oleh terapi

sistemik NSAID misal piroksikam, tetrasikilin dan derivatnya,

quinolon, griseofulvin dan asam nalidiksat. Sedangkan reaksi

fototalergik antara lain juga dapat dipicu oleh terapi sistemik

dengan preparat sulfonamid, fenotiasin, griseofulvin dan diuretik

tiazid.11 Jadi, tergantung jenis bahannya, dapat terjadi reaksi

fototoksik maupun fotoalergik.

Bedanya, reaksi fototoksik dapat terjadi pada hampir semua

individu karena mekanismenya nonimunologis. Sedangkan reaksi

fotoalergik hanya terjadi pada individu yang telah tersensitisasi.

Kelainan yang terjadi dapat meluas pada area kulit yang terpajan

matahari. Daerah yang terlindung pakaian dan daerah di bawah

dagu serta yang karakteristik ialah daerah di belakang telinga

(Wilkinson’s triangle) bebas dari lesi. Secara umum, batas lesi pada

DKI relatif lebih tegas dibanding pada DKA. Beberapa contoh DK

misalnya dermatitis popok/diaper/napkin dermatitis, dermatitis

perianal, dermatitis perioral dan dermatitis venenata.11

j. Dermatitis Stasis (DSt)

Akhir-akhir ini beberapa peneliti menganjurkan pemakaian

istilah dermatitis gravitasional sebagai pengganti istilah DSt. Hal

ini karena diduga kemungkinan penyebabnya ialah faktor gangguan

perfusi jaringan dan kulit di lokasi lesi, dan bukan akibat stasis.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

14

Kelainan ini merupakan akibat lanjutan hipertensi vena (yang

umumnya terjadi di tungkai bawah) dan trombosis. Oleh karena itu,

biasanya sebelum muncul Dst, pasien sering mengeluh rasa berat di

tungkai disertai nyeri saat berdiri dan edem. DSt lebih banyak

terjadi pada wanita usia pertengahan atau lanjut, kemungkinan

karena efek hormonal serta kecenderungan terjadinya trombosis

vena dan hipertensi saat kehamilan.11

Secara klinis biasanya terlihat kelainan di sisi medial yang

dapat meluas ke seputar pergelangan kaki dalam berbagai gradasi.

Awalnya dimulai dengan penebalan kulit dan skuamasi yang diikuti

oleh likenifikasi. Kelainan diperberat oleh adanya garukan atau

gosokan. Selanjutnya terjadi eksematisasi yang dapat muncul

secara perlahan-lahan maupun mendadak. Pada bentuk yang berat,

dapat terjadi ulserasi yang dikenal sebagai ulkus venosum. Saat

penyembuhan seringkali kulit menjadi tipis, mengkilat dan

hiperpigmentasi. Pada bagian proksimal lesi biasanya dijumpai

adanya dilatasi dan varises vena-vena superfisialis. Pengolesan

obat-obat tertentu kadang-kadang memperberat kelainan, yang

menjadi alasan utama pasien datang ke dokter.16

k. Dermatitis Asteatotik (DAst)

Dermatitis Asteatotik (DAst) disebut juga sebagai xerosis =

eczema craquele = winter itch. Gambaran klinisnya karakteristik

ditandai oleh skuama halus, kering dan kulit yang pecah-pecah,

yang dapat mengalami inflamasi dan menjadi kemerahan. Kelainan

umumnya terjadi di tungkai bawah. DAst lebih sering dijumpai

pada wanita usia pertengahan ke atas.11

3. Faktor Risiko dan Pencetus

Dermatitis atopik merupakan suatu penyakit keradangan kulit yang

kronik, ditandai dengan rasa gatal, eritema, edema, vesikel, dan luka pada

stadium akut, pada stadium kronik ditandai dengan penebalan kulit

(likenifikasi) dan distribusi lesi spesifik sesuai fase DA, keadaan ini juga

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

15

berhubungan dengan kondisi atopik lain pada penderita ataupun

keluarganya.3

Penyebab dermatitis tidak diketahui dengan pasti, diduga

disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan (multifaktorial).

Faktor intrinsik berupa predisposisi genetik, kelainan fisiologi dan

biokimia kulit, disfungsi imunologis, interaksi psikosomatik dan

disregulasi/ketidakseimbangan sistem saraf otonom, sedangkan faktor

ekstrinsik meliputi bahan yang bersifat iritan dan kontaktan, alergen

hirup, makanan, mikroorganisme, perubahan temperatur, dan trauma.4

Mikroorganisme utamanya adalah Staphylococcus aureus (SA).

Pada penderita DA didapatkan perbedaan yang nyata pada jumlah koloni

Staphylococcus aureus dibandingkan orang tanpa atopik. Adanya

kolonisasi Staphylococcus aureus pada kulit dengan lesi ataupun non lesi

pada penderita dermatitis atopik, merupakan salah satu faktor pencetus

yang penting pada terjadinya eksaserbasi, dan merupakan faktor yang

dikatakan mempengaruhi beratnya penyakit.

Faktor-faktor risiko terjadinya dermatitis secara umum antara lain

predisposisi genetik, sosioekonomi, polusi lingkungan, jumlah anggota

keluarga5. Sedangkan faktor-faktor pencetus terjadinya dermatitis secara

umum antara lain alergen, bahan iritan, infeksi, faktor psikis dan lain-

lain3. Faktor-faktor yang umum terkait dengan dermatitis yaitu11:

1. Suhu dan Kelembaban

Lingkungan terdapat beberapa potensial bahaya yang perlu

diperhatikan seperti kelembaban udara dan suhu udara. Kelembaban

udara dan suhu udara yang tidak stabil dapat mempengaruhi terjadinya

dermatitis kontak. Kelembaban rendah menyebabkan pengeringan

pada epidermis.

2. Usia

Kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia.

Sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih

kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan kimia untuk

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

16

menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena

dermatitis. Kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia 40

tahun. Pada usia tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga kelembapannya

karena menipisnya lapisan basal. Produksi sebum menurun tajam,

hingga banyak sel mati yang menumpuk karena pergantian sel

menurun.

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan

perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dalam hal penyakit

kulit perempuan dikatakan lebih berisiko mendapat penyakit kulit

dibandingkan dengan pria. Dibandingkan dengan pria, kulit wanita

memproduksi lebih sedikit minyak untuk melindungi dan menjaga

kelembapan kulit, selain itu juga kulit wanita lebih tipis daripada kulit

pria sehingga lebih rentan untuk menderita penyakit dermatitis,

terlihat dari beberapa penelitian.

4. Ras

Faktor individu yang meliputi jenis kelamin, ras dan keturunan

merupakan pendukung terjadinya dermatitis. Ras Manusia adalah

karakteristik luar yang diturunkan secara genetik dan membedakan

satu kelompok dari kelompok lainnya. Bila dikaitkan dengan penyakit

dermatitis, ras merupakan salah satu faktor yang ikut berperan untuk

terjadinya dermatitis. Kulit putih lebih rentan terkena dermatitis

dibandingkan dengan kulit hitam.

5. Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya

Dalam melakukan diagnosis dermatitis kontak dapat dilakukan dengan

berbagai cara diantaranya adalah dengan melihat sejarah dermatologi

termasuk riwayat keluarga, aspek pekerjaan atau tempat kerja, sejarah

alergi (misalnya alergi terhadap obat-obatan tertentu) dan riwayat

penyakit sebelumnya.

6. Personel Hygiene

Kebersihan Perorangan adalah konsep dasar dari pembersihan,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

17

kerapihan dan perawatan badan. Kebersihan perorangan dapat

mencegah penyebaran kuman dan penyakit, mengurangi paparan pada

bahan kimia dan kontaminasi, dan melakukan pencegahan alergi kulit,

kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan kimia. Kebersihan

perorangan yang dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak antara

lain:

a. Mandi

Personal hygiene dapat digambarkan melalui kebiasaan

membersihkan diri. Kebiasaan kuantitas dan kualitas

berpengaruh terhadap kulit.

b. Mencuci tangan

Tangan adalah anggota tubuh yang paling sering kontak.

Kebiasaan mencuci tangan yang buruk justru dapat

memperparah kondisi kulit yang rusak.

c. Pakaian

Kebersihan pakaian kerja juga perlu diperhatikan. Sisa kotoran

yang menempel di baju dapat menginfeksi tubuh bila dilakukan

pemakaian berulang kali.

Hal tersebut diperkuat dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia

lebih banyak menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan

dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih

ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderita berbagai macam

gangguan fisiologi yang bersifat kronik, juga secara biologik, psikis,

sosial ekonomi, akan mengalami kemunduran.2

Kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap

memelihara dan meningkatkan agar selama mungkin bisa hidup secara

produktif sesuai kemampuannya. Pada lansia pekerjaan yang

memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi, lansia harus beralih pada

pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak dari pada otot.

Kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari ADL juga sudah mengalami

penurunan2. Perubahan kondisi fisik pada lansia yang turut menyertai

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

18

menurunnya kesehatan kulit terkait dengan semakin menurunnya

kemampuan fungsional sehingga menjadi tergantung kepada orang lain

dalam kebiasaan higiene perorangan.7

4. Penanganan Dermatitis

Berbagai jenis dermatitis memerlukan upaya terapetik masing-

masing, sesuai dengan jenisnya. Secara umum prinsip terapinya adalah

serupa dan pengobatan utamanya adalah dengan preparat kortikosteroid

(KS). Penanganan dimulai dengan pemastian adanya dermatitis,

kemudian sedapat mungkin menghindari faktor pencetus dan atau faktor

pemberat kelainan. Kondisi klinis lesi perlu diperhatikan hal ini penting

karena prinsip dasar dermatoterapi yang telah dikenal sejak lama perlu

diterapkan yakni lesi yang ‘basah’ harus diterapi secara ‘basah’ dan

sebaliknya lesi ‘kering’ diterapi secara ‘kering’.16

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah suatu obat yang

pemilihan jenisnya juga ditentukan oleh kondisi klinis kelainan. Upaya

pertama adalah menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan (misalnya

deterjen dan sabun tertentu), karena cenderung mengakibatkan kulit

menjadi lebih kering, yang menambah keluhan rasa gatal. Upaya

berikutnya adalah penggunaan KS sebagai antiinflamasi. Kadang-kadang

diperlukan preparat kombinasi antara KS dengan antibiotika ataupun KS

dengan antimikotik. Pada beberapa kasus diperlukan kombinasi dengan

pengobatan sistemik (steroid, antihistamin maupun antibiotika) sesuai

dengan kebutuhan.12

B. Higiene perorangan

1. Pengertian Higiene perorangan

Pengertian Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang

mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia,

upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan

kesehatan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga

terjamin pemeliharaan kesehatannya.17

Higiene perorangan berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

19

artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang

adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan

seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Higiene perorangan termasuk ke dalam tindakan pencegahan

primer yang spesifik. Higiene perorangan menjadi penting karena higiene

perorangan yang baik akan meminimalkan pintu masuk (portal of entry)

mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah

seseorang terkena penyakit. Higiene perorangan yang tidak baik akan

mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, salah satunya penyakit

kulit. 18

2. Tujuan, Faktor-Faktor dan Dampak Higiene perorangan

Tujuan dari penatalaksanaan Higiene perorangan yaitu6:

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

b. Memelihara kebersihan diri seseorang

c. Memperbaiki higiene perorangan yang kurang

d. Mencegah penyakit, salah satunya penyakit kulit

e. Menciptakan keindahan

f. Meningkatkan rasa percaya diri.

Berbagai faktor dapat mempengaruhi Higiene perorangan, secara

umum sebagai berikut6:

a. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan

diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak

peduli terhadap kebersihannya.

b. Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola higiene personal.

c. Status sosial-ekonomi

Higiene personalmemerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,

sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

20

d. Pengetahuan

Pengetahuan higiene perorangan sangat penting karena pengetahuan

yang baik dapat meningkatkan kesehatan..

e. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh

dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam

perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

g. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang

dan perlu bantuan untuk melakukan.

Dampak yang sering timbul pada masalah higiene perorangan

1) Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik

yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan

membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan

gangguan fisik pada kuku.

2) Dampak Psikososial

Masalah social yang berhubungan dengan Higiene personaladalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan

mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan

interaksi sosial.

3. Tindakan-Tindakan Higiene perorangan

Tindakan yang termasuk dalam Higiene perorangan sebagai berikut6,:

a. Kebiasaan Mandi

Manusia perlu mandi untuk menghilangkan bau, debu, dan sel-sel

kulit yang sudah mati. Mandi bermanfaat untuk memelihara

kesehatan, menjaga kebersihan, serta mempertahankan penampilan

agar tetap rapi. Setelah mandi, manusia biasanya merasa segar,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

21

bersih, dan santai. Membersihkan diri seluruh tubuh menggunakan

air yang bersih. Idealnya saat musim panas mandi 2 kali pagi dan

sore.

b. Pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap

keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi

keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume

saat beraktifitas. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada.

Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi

(lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea . Mencuci

pakaiansecara teratur dengan sabun dan keringkan di sinar matahari

merupakan salah satu cara untuk mencegah terhindar dari

penularan penyakit kulit seperti kudis atau koreng. Pakaian yang

telah di pakai selama 12 jam, harus di cuci jika akan di gunakan

kembali.

c. Kebiasaan Menggunakan Handuk

Penggunaan handuk merupakan salah salah satu bagian dari PHBS

karena handuk di gunakan untuk mengeringkan badan setelah

mandi dari sisa-sisa air yang masih menepel di kulit. Handuk juga

dapat menjadi media transmisi penularan penyakit serta tempat

kuman dan bakteri jika handuk tidak sering diganti atau sering

menjemurnya di tempat yang lembab. Beberapacara yang dapat di

gunakan untuk menjaga kebersihan handuk sebagai berikut :

1) Jemur handuk di tempat yang kering dan terkena matahari,

agar tidak lembab dan tidak mudah ditumbuhi jamur

2) Ganti handuk setiap pemakaian 2-3 hari untuk mencegah

handuk berbau dan mencegah tumbuhnya bakteri.

3) Pisahkan handuk dengan cucian lain

4) Cuci handuk dengan air biasa atau air hangat hingga suhu 60

derajat Celcius

5) Setrika handuk dengan temperatur sedang dan simpan pada

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

22

tempat tertutup yang kering.

d. Kebiasaan Mencuci Sprei

Sprei sebagai alas tempat tidur harus selalu dijaga kebersihannya.

Agar kita terhindar dari segala penyakit. Gunakan sprei yang dapat

menyerap keringat. Untuk menjaga kebersihan sprei harus di cuci

minimal 2 minggu sekali. Agar sprei tidak menjadi lembab dan

menjadi sarang kuman dan bakteri. Saat mencuci sprei sebaiknya

menggunakan sabun dan langsung di jemur di bawah terik sinar

matahari agar kuman yang terdapat dalam sprei dapat mati karena

panas sinar matahari.

C. Usia Lanjut

1. Karakteristik Usia Lanjut

Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan dalam daur

kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998

tentang Kesehatan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menua adalah proses menghilangnya

secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau

mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan dan memperbaiki kerusakan yang

diderita.1

Ada beberapa karakterisktik lansia yang perlu diketahui untuk

megidentifikasi keberadaan masalah kesehatan lansia yaitu20:

1. Jenis Kelamin

Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.

2. Status Perkawinan

Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan

mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun

psikologi.

3. Living Arrangement

Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami,

tinggal bersama anak atau keluarga lainnya.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

23

4. Kondisi Kesehatan

Pada kondisi sehat, lansia cenderung untuk melakukan aktivitas

sehari-hari secara mandiri. Sedangkan pada kondisi sakit

menyebabkan lansia cenderung dibantu atau tergantung kepada

orang lain dalam melaksanakan aktivitas sehai-hari.

5. Keadaan ekonomi

Pada dasarnya lansia membutuhkan biaya yang tinggi untuk

kelangsungan hidupnya, namun karena lansia tidak produktif lagi

pendapatan lansia menurun sehingga tidak semua kebutuhan lansia

tadat terpenuhi.

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,

mental dan psikososial1:

1. Perubahan Fisik

a. Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah

dan stamina menurun.

b. Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot

mengecil, hipotrofis, terutama dibagian dada dan lengan.

c. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses

keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.

d. Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut

dalam hidung dan telinga mulai menebal.

e. Perubahan pada indera. Misal pada penglihatan, hilangnya

respon terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi. Pada

pendengaran pengumpulan cerumen dapat terjadi karena

meningkatnya keratin,

f. Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga

rongga dada menjadi kaku dan sulit bernafas.

2. Perubahan sosial

a. Perubahan peran post power syndrome, single woman, dan

single parent.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

24

b. Ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan

akan meninggal.

c. Terjadinya kepikunan yang dapat mengganggu dalam

bersosialisasi.

d. Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah

tersinggung.

3. Perubahan Psikologi

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,

frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi

kematian, perubahan depresi dan kecemasan.

2. Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Usia Lanjut

Aktivitas sehari-hari adalah aktivitas perawatan diri yang harus

dilakukan seseorang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan

tuntutan hidup sehari-hari. Aktivitas sehari-hari terbagi dua yaitu,

aktivitas dasar meliputi membersihkan diri sesudah buang air besar atau

kecil, mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting, berpindah dari satu

tempat ke tempat lain. Aktivitas lain meliputi melakukan pekerjaan

rumah, menyediakan makanan, minum obat, menggunakan telepon1.

Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan Aktivitas

Kegiatan Sehari-hari (AKS) dapat diukur dengan menggunakan indekz

Barthel dan Katz.21

Indeks Barthel digunakan untuk menilai perkembangan hasil

perawatan pasien dengan gangguan neuromuskular dengan indikator

yaitu bangun dari tempat tidur, mobilitas, toileting, membersihkan diri,

mengontrol BAB dan BAK, berpakainan, makan dan naik turun

tangga.21

Indeks Katz didasarkan pada tingkat kemampuan pasien atau orang

umum yang berisi daftar indikator mandi (bathing), buang air besar

(toileting), buang air kecil (continence), berpakaian (dressing), bergerak

(transfer), makan (feeding) sebagai berikut21:

1. Mandi (bathing) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa bantuan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

25

mandi hanya pada satu bagian tubuh (seperti punggung atau

ketidakmamppuan ekstermitas) atau mandi sendiri dengan lengkap.

Aspek ketergantungan berupa bantuan saat mandi lebih dari satu

bagian tubuh, bantuan saat masuk dan keluar dari tub atau tidak

mandi sendiri.

2. Pergi ke toilet (Toileting) meliputi aspek ketidaktergantungan

meliputi masuk dan keluar toilet, melepas dan mengenakan celana,

menyeka dan menyiram atau membersihkan organ ekresi dan juga

menangani bedpan sendiri atau tidak menggunakan bantuan

mekanis. Aspek kertergantungan berupa tidak melepaskan atau

mengenakan celana secara mandiri, penggunaan bedpan atau

komode atau mendapt bentuan untuk masuk dan menggunakan toilet.

3. Kontinensia (Continence) meliputi aspek ketidaktergantungan

berupa berkemih dan defekasi secara keseluruhan terkontrol oleh

tubuh. Ketergantungan akan inkontinensia parsial atau total dalam

berkemih atau defekasi. Dikontrol parsial atau total dengan enema,

kateter, atau penggunaan urinal atau bedpen secara teratur.

4. Berpakaian (Dressing) meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi

mampu mengambil pakaian dari lemari, mengenakan pakaian luar,

kutang, menangani pengikat yang dilakukan secara mandiri. Aspek

ketergantungan meliputi tidak mengenakan pakaian sendiri atau

dibantu oleh orang lain.

5. Berpindah (Transfer) meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi

bergerak masuk dan keluar dari tempat tidur secara mandiri,

berpindah ke dalam dan ke luar kursi dan berpindah dari posisi tidur

ke duduk. Aspek ketergantungan meliputi bantuan dalam bergerak

masuk dan keluar tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu atau

dua perpindahan.

6. Makan (Feeding) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa

mengambil makanan dari piring, memasukkan makanan ke dalam

mulut secara mandiri. Aspek ketergantungan meliputi bantuan dalam

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

26

mengambil makanan atau tidak makan sama sekali atau makan

secara parenteral.

D. Kerangka Teori Penelitian

Berdasarkan hasil pemaparan kajian pustaka menunjukkan bahwa

kejadian dermatitis disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan intriksik yang

dapat digambarkan dalam kerangka teori sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian1,7,11

E. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang

berhubungan dengan kejadian dermatitis di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang

Gading Semarang dengan kerangka konsep sebagai berikut:

Faktor Ekstrinsik 1. Suhu dan kelembaban 2. Bahan iritan dan

kontaktan 3. Alergen 4. Makanan 5. Mikroorganisme 6. Trauma 7. Riwayat penyakit kulit 8. Sosio-ekonomi 9. Higiene perorangan

Kesehatan Kulit

Kejadian Dermatitis

Faktor Instrinsik 1. Predisposisi genetik 2. Kelainan fisiologi 3. Biokimia kulit 4. Disfungsi imunologis 5. Interaksi psikosomatik 6. Disregulasi sistem

saraf otonom 7. Usia 8. Jenis Kelamin

Faktor Ketergantungan Pada Orang Lain

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-carikekoan... · A. Dermatitis 1. Definisi Dermatitis ... Tetapi, sebagian lainnya

27

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu

1. Ada hubungan higiene perorangan dengan kejadian dermatitis.

2. Ada hubungan ketergantungan orang lain dengan kejadian

dermatitis.

3. Ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian dermatitis.

Higiene perorangan

Ketergantungan Pada Orang Lain

Jenis Kelamin

Kejadian Dermatitis