bab ii tinjauan pustaka dan lain sebagainya. proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada...

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu secara etimologis dan terminologis. Secara etimologis atau menurut kata asalnya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis yang artinya sama, dalam arti sama makna, yaitu sama makna mengenai sesuatu hal. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang- orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Sedangkan dalam pengertian paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. Dalam definisi paradigmatis ini tersimpul tujuan, yakni memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau perilaku (behavior) (Effendi, 2002:4). Komunikasi juga disebut sebagai tindakan satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk memperoleh umpan balik. Lingkungan (konteks) komunikasi setidak- tidaknya memiliki tiga dimensi : fisik, sosial-psikologis dan temporal. Dimensi fisik adalah ruang atau tempat dimana komunikasi berlangsung, misalnya di ruang kantor, ruang kelas dan sebagainya. Dimensi sosial-psikologis adalah lingkungan komunikasi yang diatur oleh norma atau budaya masyarakat, dimana komunikasi dapat dilakukan, misal komunikasi yang diperbolehkan pada suatu pesta wisuda mungkin tidak dibolehkan di rumah sakit. Komunikasi dalam dimensi temporal berhubungan dengan waktu komunikasi berlangsung, misalnya bagi banyak orang pagi hari bukanlah waktu ideal untuk berkomunikasi, tetapi bagi orang lain merupakan waktu ideal. Tiga dimensi tersebut satu sama lain saling berhubungan

Upload: dinhlien

Post on 10-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi

Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu secara

etimologis dan terminologis. Secara etimologis atau menurut kata asalnya, istilah

komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, dan perkataan ini bersumber

pada kata communis yang artinya sama, dalam arti sama makna, yaitu sama

makna mengenai sesuatu hal. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-

orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang

dikomunikasikan. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian

suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Sedangkan dalam pengertian

paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang

kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.

Dalam definisi paradigmatis ini tersimpul tujuan, yakni memberitahu atau

mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau perilaku (behavior) (Effendi,

2002:4).

Komunikasi juga disebut sebagai tindakan satu orang atau lebih yang

mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi

dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan

untuk memperoleh umpan balik. Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-

tidaknya memiliki tiga dimensi : fisik, sosial-psikologis dan temporal. Dimensi

fisik adalah ruang atau tempat dimana komunikasi berlangsung, misalnya di ruang

kantor, ruang kelas dan sebagainya. Dimensi sosial-psikologis adalah lingkungan

komunikasi yang diatur oleh norma atau budaya masyarakat, dimana komunikasi

dapat dilakukan, misal komunikasi yang diperbolehkan pada suatu pesta wisuda

mungkin tidak dibolehkan di rumah sakit. Komunikasi dalam dimensi temporal

berhubungan dengan waktu komunikasi berlangsung, misalnya bagi banyak orang

pagi hari bukanlah waktu ideal untuk berkomunikasi, tetapi bagi orang lain

merupakan waktu ideal. Tiga dimensi tersebut satu sama lain saling berhubungan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

9

dan berinteraksi, di mana masing-masing konteks saling mempengaruhi dan

dipengaruhi (DeVito, 1997:23).

Mulyana (2002:61) mencatat setidaknya ada tiga kerangka pemahaman

mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi

sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. Sebagai tindakan satu-arah,

suatu pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi

yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu

lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung

(tatap-muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar,

majalah, radio, atau televisi.

Komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan suatu proses

sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan

pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi

jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi

lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu

seterusnya. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis

daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat

ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan balik (feed back),

yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan Mulyana

(2002:65-66).

Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung

bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun

perilaku nonverbalnya. Berdasarkan konseptualisasi ini, komunikasi pada

dasarnya adalah suatu proses yang dinamis yang secara sinambung mengubah

pihak-pihak yang berkomunikasi. Menurut pandangan ini, maka orang-orang yang

berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan

menafsirkan pesan. Setiap pihak dianggap sumber sekaligus juga penerima pesan

Mulyana (2002:67).

Peran komunikasi menurut Ruslan (2005:80) sangat penting bagi manusia dalam

kehidupan sehari-hari, sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat persuasif,

edukatif dan informatif. Sebab tanpa komunikasi, maka tidak adanya proses interaksi

seperti saling tukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

10

dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya

berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang

mengandung makna yang dapat dimengerti atau dalam lambang yang sama.

Pengertian pemakaian bahasa dapat bersifat konkrit atau abstrak.

Konsep komunikasi mencakup pemanfaatan dan penerapan sarana

komunikasi, yang terbentang mulai dari penggunaan bahasa hingga produksi dan

reproduksi realitas sosial melalui media. Raymond Williams dalam Hardt

(2005:12) pernah menawarkan pengingat yang tepat mengenai sentralitas

komunikasi dalam studi kemasyarakatan, yaitu “sebuah definisi bahasa, secara

eksplisit atau implisit, mengingatkan tentang manusia di dunia”. Hal tersebut

merupakan ajakan untuk memperhitungkan dimensi kultural komunikasi, yang

merupakan bidang di balik batas-batas tradisional disiplin akademis dan menjadi

suatu kawasan penyelidikan kultural.

Berkaitan dengan itu Mulyana (1999:193-194) mengatakan terdapat banyak

model komunikasi. Ada definisi (model) yang mengisyaratkan komunikasi satu

arah, ada pula definisi yang tujuannya untuk mempengaruhi (sikap atau perilaku)

dan ada pula yang mentikberatkan bahwa komunikasi itu harus disengaja. Namun

satu hal yang pasti, pernyataan bahwa komunikasi itu adalah suatu proses telah

diterima secara luas. Proses adalah suatu interaksi berkesinambungan dari

sejumlah besar faktor, dimana setiap faktor mempengaruhi setiap faktor lainnya,

semuanya pada saat yang sama. Pendekatan proses memandang peristiwa-

peristiwa dan hubungan-hubungan sebagai dinamika, selalu berubah dan

berkesinambungan.

Model komunikasi yang dikenal luas adalah model David K. Berlo yang

dikenal dengan model SMCR, kepanjangan dari Source (sumber), Message

(pesan), Channel (saluran) dan Receiver (penerima). Dalam situasi tatap muka,

kelompok kecil dan komunikasi publik (pidato), saluran komunikasinya adalah

udara yang menyalurkan gelombang suara. Dalam komunikasi massa, terdapat

banyak saluran : televisi, radio, surat kabar, buku dan majalah. Menurut Berlo,

sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor : keterampilan

komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial dan budaya. Pesan dikembangkan

berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan dan kode. Salurannya berhubungan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

11

dengan panca indra : melihat, mendengar, menyentuh, membaui, dan merasai

(Mulyana, 2002: 150-151).

Keterampilan

Sikap

Pengetahuan

Sistem Sosial

Budaya

R

Keterampilan

Sikap

Pengetahuan

Sistem Sosial

Budaya

Melihat

Mendengar

Menyentuh

Membaui

Merasai

Elemen Struktur

M CS

Perlakuan

KodeIsi

Gambar 2. Model Komunikasi Berlo (Mulyana, 2002:151)

Untuk memahami pengertian komunikasi secara efektif, para peminat

komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell.

Paradigma Lasswel menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yaitu

komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel,

media), komunikan (coomunicant, communicatee, receiver, recipient) dan efek

(effect, impact, influence). Berikut ini model proses komunikasi yang

dikemukakan Harold Lasswell (Effendi, 2004:18).

Receiver (Komunikan)

Sender (Komunikator)

Message (Pesan)

Channel (Media)

Effect (Umpan balik)

Gambar 3. Model Komunikasi Lasswell (Effendi, 2004:18)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

12

Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi di atas adalah

sebagai berikut :

1. Sender : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau

sejumlah orang.

2. Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang

disampaikan oleh komunikator.

3. Channel : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator

kepada komunikan.

4. Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

5. Effect : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau

disampaikan kepada komunikator.

2.2. Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment)

berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Ide utama pemberdayaan

bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan

dengan kemampuan membuat orang lain melakukan apa yang diinginkannya,

terlepas dari keinginan dan minatnya yang berkaitan dengan pengaruh dan

kontrol. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok

rentan dan lemah, sehingga memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a)

memenuhi kebutuhan dasarnya untuk mendapatkan kebebasan (freedom), dalam

arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan,

bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber

produktif yang memungkinkan untuk meningkatkan pendapatannya dan

memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan; dan (c) berpartisipasi

dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhinya

(Suharto, 2005:58).

Menurut Ife (1995:60-62), pemberdayaan memuat dua pengertian kunci,

yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan diartikan bukan hanya

menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau

penguasaan klien atas hal berikut :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

13

a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup : kemampuan

dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal

dan pekerjaan.

b. Pendefinisian kebutuhan : kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan

aspirasi dan keinginannya.

c. Ide atau gagasan : kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan

gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.

d. Lembaga-lembagan: kemampuan menjangkau, menggunakan dan

mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan

sosial, pendidikan dan kesehatan.

e. Sumber-sumber : kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal

dan kemasyarakatan.

f. Aktivitas ekonomi : kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme

produksi, distribusi dan pertukaran barang, serta jasa.

g. Reproduksi : kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran,

perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

Pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada

pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang

mengorganisir dirinya sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang

demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai

obyek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan

masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum (Setiana, 2005:5-6).

Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu

dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan.

Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan

sosial (Hikmat, 2001:3). Sementara itu, McArdle dalam Hikmat (2001:3)

mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-

orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang

yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya,

bahkan merupakan suatu “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usahanya

sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan dan sumber lainnya dalam

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

14

rangka mencapai tujuan tanpa bergantung pada pertolongan dari hubungan

eksternal.

Suatu proses pemberdayaan pada intinya ditujukan guna membantu klien

memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan

dilakukan yang terkait dengan dirinya, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi

dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan

kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, antara lain

melalui transfer daya dari lingkungannya (Payne dalam Adi, 2003:54).

Menurut Hubeis (2001:14) pemberdayaan masyarakat (community

empowerment) adalah perwujudan dari pengembangan kapasitas (capacity

building) masyarakat yang bernuansa pada pemberdayaan sumber daya manusia

(SDM) melalui pengembangan kelembagaan pembangunan mulai dari tingkat

pusat sampai tingkat pedesaan seiring dengan pembangunan sosial ekonomi

rakyat, prasarana dan sarana, serta pengembangan sistem 3 P : Pendampingan

yang dapat menggerakkan partisipasi total masyarakat; Penyuluhan yang dapat

merespons dan memantau perubahan-ubahan yang terjadi di masyarakat; dan

Pelayanan yang berfungsi sebagai unsur pengendali ketepatan distribusi aset

sumber daya fisik dan non-fisik yang diperlukan oleh masyarakat.

Upaya pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya selalu dihubungkan

dengan karakteristik sasaran sebagai suatu komunitas yang mempunyai ciri, latar

belakang dan budaya tertentu. Oleh sebab itu dalam program pemberdayaan

masyarakat diperlukan suatu strategi. Menurut Harper dalam Soesilowati (1997:6-

7), ada beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat

berikut :

1. Strategi fasilitasi. Strategi ini digunakan ketika kelompok atau sistem yang

dijadikan target mengetahui ada suatu masalah dan membutuhkan

pengubahan, ada keterbukaan terhadap bantuan dari luar dan keinginan

pribadi untuk terlibat. Melalui strategi ini para agen peubah diharapkan dapat

bertindak selaku fasilitator. Oleh karena itu tugasnya sering membuat

kelompok target menjadi sadar terhadap pilihan-pilihan dan keberadaan

sumber-sumber di mana mengklasifikasikan isu-isu peubah. Strategi ini

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

15

dikenal dengan strategi kooperatif, di mana agen peubah dan masyarakat

(kliennya) bersama-sama melakukan penyelesaian masalah.

2. Strategi re-edukatif. Strategi ini diistilahkan dengan re-edukasi, karena

biasanya melibatkan proses justifikasi rasional atas aksi yang dilakukan.

Strategi ini membutuhkan waktu, untuk membentuk pengetahuan dan

keahlian. Reedukatif dipergunakan untuk memberikan suatu pemahaman dan

pengetahuan baru dalam mengadopsi suatu perubahan. Segmentasi menjadi

faktor penting untuk membuat pesan mudah dimengerti dan diterima oleh

kelompok berbeda. Karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan

dan kondisi sosial ekonomi) merupakan pengkategorian yang umum

dipergunakan dalam memilah segmentasi khalayak sasaran.

3. Strategi persuasif. Strategi ini berusaha untuk membawa perubahan melalui

kebiasaan berperilaku, dimana pesan distruktur dan dipresentasikan. Jadi

persuasif mengacu pada tingkatan reduksi, di mana agen perubahan

menggunakan emosi dan hal-hal yang tidak rasional untuk melakukan

perubahan. Persuasif lebih sering digunakan apabila target tidak sadar

terhadap kebutuhan perubahan atau mempunyai komitmen rendah terhadap

perubahan.

4. Strategi kekuasaan. Praktik strategi kekuasaan yang efektif membutuhkan

agen perubahan yang mempunyai sumber-sumber untuk memberi bonus atau

sanksi pada target dan mempunyai kemampuan untuk memonopoli akses.

Strategi kekuasaan menjadi efektif, ketika komitmen terhadap perubahan

rendah, waktu singkat dan perubahan yang dikehendaki lebih pada perilaku

ketimbang sikap (attitude).

Setiap perencanaan pembangunan yang diarahkan pada pemberdayaan

masyarakat, paling tidak harus memuat unsur-unsur pokok berikut : pertama,

strategi dasar pemberdayaan masyarakat yang merupakan acuan dari seluruh

upaya pemberdayaan masyarakat. Kedua, kerangka makro pemberdayaan

masyarakat yang memuat berbagai besaran sebagai sasaran yang harus dicapai.

Ketiga, sumber anggaran pembangunan sebagai perkiraan sumber-sumber

pembiayaan pembangunan. Keempat, kerangka dan perangkat kebijaksanaan

pemberdayaan masyarakat. Kelima, program-program pemberdayaan masyarakat

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

16

yang secara konsisten diarahkan pada pengembangan kapasitas masyarakat.

Keenam, indikator keberhasilan program-program yang memuat perangkat

pencatatan sebagai dasar pemantauan evaluasi program dan penyempurnaan

program, serta kebijaksanaan yang menjamin kelangsungan program

(Sumodiningrat, 1999:129).

Dalam konsep pemberdayaan masyarakat, perlu diketahui potensi atau

kekuatan yang dapat membantu proses perubahan agar dapat lebih cepat dan

terarah, sebab tanpa adanya potensi atau kekuatan yang berasal dari masyarakat

itu sendiri, maka seseorang, kelompok, organisasi atau masyarakat akan sulit

bergerak untuk melakukan perubahan. Kekuatan pendorong ini di dalam

masyarakat harus ada atau bahkan diciptakan lebih dulu pada awal proses

perubahan dan harus dipertahankan selama proses perubahan tersebut berlangsung

(Setiana, 2005:7).

Untuk konteks Indonesia saat ini, dibutuhkan strategi komunikasi sistematis

berorientasi pada masyarakat. Seringkali kebijakan-kebijakan dan program

pemerintah maupun lembaga-lembaga lain tidak menguntungkan masyarakat,

menghalangi persamaan hak, membuat masyarakat tidak berdaya dan akhirnya

jatuh ke dalam situasi terpuruk. Strategi komunikasi yang berorientasi pada

masyarakat seharusnya menyerahkan produksi, pengelolaan dan pengendalian

media kepada masyarakat, sehingga aspirasi, kebutuhan dan masalahnya

tercermin dalam media itu dan akan lebih banyak berkesempatan untuk

memperoleh sumber-sumber komunikasi yang ada. Strategi ini bukan hanya berisi

tentang istilah-istilah menarik. Lebih dari itu, strategi ini merupakan upaya yang

sungguh-sungguh untuk memberdayakan masyarakat yang paling bawah

sekalipun (Setyowati, 2005:84 – 85).

2.3. Kelompok Masyarakat

Masyarakat dalam kamus disebut sebagai sejumlah manusia dalam arti yang

seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang dianggap sama. Menurut

Koentjaraningrat (1980:160), masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan

yang terikat oleh suatu identitas yang sama. Sedangkan Horton dan Hunt (199:129)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

17

menjelaskan masyarakat (komunitas) adalah suatu kelompok setempat (lokal)

dimana orang melaksanakan segenap kegiatan (aktivitas) kehidupannya. Definisi

komunitas yang lebih rinci mencakup : (1) sekelompok orang, (2) hidup dalam

suatu wilayah tertentu, (3) pembagian kerja yang berfungsi khusus dan saling

tergantung (interdependent), (4) memiliki sistem sosial-budaya yang mengatur

kegiatan para anggota, (5) yang mempunyai kesadaran akan kesatuan dan perasaan

memiliki, serta (6) mampu bertindak secara kolektif dengan cara teratur.

Memahami masyarakat secara mendalam, alangkah baiknya dimulai dengan

masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok kesatuan hidup terlebih dahulu,

karena melalui hal tersebut akan diketahui setiap gejolak dan dinamika yang

terdapat di dalamnya. Menelaah masyarakat dapat dilakukan dari dua segi, yaitu

dari segi struktural dan segi dinamikanya. Segi struktural atau struktur sosial yaitu

keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok berupa kaidah-kaidah

sosial, lembaga sosial, kelompok sosial dan lapisan sosial. Sedangkan dinamika

masyarakat adalah apa yang disebut proses sosial dan perubahan-perubahan sosial

(Mutakin dan Pasha, 2003:20).

Masyarakat merupakan organisasi yang di dalamnya terdapat sistem yang

terdiri dari berbagai komponen yang satu sama lain memiliki fungsi dan saling

melengkapi, begitu pula masyarakat sebagai kelompok sosial yang besar di

dalamnya terdapat beberapa kelompok sosial yang lebih kecil, di dalam kelompok

tersebut memiliki interaksi, solidaritas, pemimpin, nilai maupun norma tersendiri

yang mengikat anggotanya. Dengan demikian, kelompok ini sebagai suatu

organisasi yang merupakan bagian dari masyarakat sendiri yang di dalamnya

terdapat ikatan-ikatan sosial terhadap anggotanya (Mutakin dan Pasha, 2003: 31).

Dalam membahas kelompok masyarakat perlu juga menjelaskan mengenai

dinamika kelompok. Menurut Santosa (2004:5) dinamika berarti tingkah laku

warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal

balik. Jadi, dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota

kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan

antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi

karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus menerus

berada dalam kelompok itu. Oleh karena itu, kelompok tersebut bersifat dinamis,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

18

artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah, sehingga dapat

disimpulkan bahwa dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari

dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara

anggota yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok

mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami

secara bersama-sama.

Benedict dalam Santosa (2004:7) menjelaskan bahwa persoalan dalam

kelompok masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kohesi/ persatuan

Dalam persoalan kohesi akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok,

seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai

kelompok, dan sebagainya.

b. Motif/ dorongan

Persoalan motif ini berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan

kelompok, seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap

kelompok, dan sebagainya.

c. Struktur

Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan,

perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas, dan sebagainya.

d. Pimpinan

Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok, hal ini

terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem

kepemimpinan, dan sebagainya.

e. Perkembangan kelompok

Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok

selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota

tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya.

Sebuah kelompok bisanya melakukan tiga fungsi bagi anggotanya, yaitu (1)

memenuhi kebutuhan antarpersonal, (2) memberi dukungan bagi konsep diri

perorangan dan (3) melindungi para individu dari kesalahannya sendiri.

Disamping membantu anggota perorangan dalam hal-hal tersebut, kelompok ini

juga menciptakan identitas atau konsep diri bagi kelompok itu sendiri. Kadang-

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

19

kadang tujuan perorangan bertentangan dengan tujuan kelompok, kadang-kadang

tujuan kelompok bertentangan dengan tujuan organisasi yang lebih besar, tetapi

sesekali tujuannya amat serupa. Cara kelompok berkembang berkaitan dengan

bagaimana kelompok menangani tiga aspek penting dalam kehidupan kelompok :

(1) peranan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota kelompok, (2) norma-

norma dan perbedaan dalam status yang tumbuh ketika para anggota berinteraksi,

dan (3) konflik yang muncul dari tekanan untuk bersikap secara bersaing alih-alih

bekerjasama (Pace dan Faules, 2005:318).

Slamet, Cartwright dan Zander dalam Carmelita (2002:20) menjelaskan

beberapa kekuatan dalam kelompok, yaitu :

1. Tujuan kelompok, merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan

dicapai oleh kelompok. Anggota kelompok berbuat sesuai tujuan kelompok,

karena kelompok mempunyai tujuan yang jelas dan anggota kelompok

mengetahui arah kelompok.

2. Struktur kelompok, yaitu hubungan antara individu di dalam kelompok yang

disesuaikan dengan posisi dan peranan masing-masing individu. Kelompok

yang telah memiliki struktur, yaitu kelompok yang telah memiliki hubungan

yang stabil antar anggota kelompok.

3. Fungsi tugas adalah segala kegiatan yang harus dilakukan kelompok,

sehingga tujuannya tercapai.

4. Pembinaan kelompok, dimaksudkan sebagai usaha mempertahankan

kehidupan kelompok.

5. Kekompakan kelompok, di mana anggota kelompok yang tingkat

kekompakannya lebih tinggi terangsang untuk aktif mencapai tujuan

kelompok dibandingkan anggota kelompok yang tingkat kekompakannya

rendah.

6. Suasana kelompok, di mana kelompok mempunyai suasana yang menentukan

reaksi anggota terhadap kelompoknya seperti rasa hangat dan setia kawan,

rasa takut dan saling mencurigai, sikap saling menerima dan sebagainya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

20

7. Tekanan kelompok adalah segala sesuatu yang menimbulkan tegangan pada

kelompok untuk mendapatkan dorongan berbuat sesuatu dan tercapainya

tujuan kelompok.

8. Efektivitas kelompok, dilihat dari segi produktivitas, moral dan kepuasan

anggota.

2.4. Pemuka Pendapat

Di dalam suatu masyarakat biasanya ada orang-orang tertentu yang menjadi

tempat bertanya dan meminta nasehat anggota masyarakat lainnya mengenai

urusan-urusan tertentu, karena seringkali memiliki kemampuan mempengaruhi

orang lain untuk bertindak dalam cara-cara tertentu. Orang-orang tersebut

mungkin menduduki jabatan formal, tetapi pengaruh itu berlaku secara informal.

Pengaruh itu tumbuh bukan karena ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi formal.

Jadi kepemimpinan itu bukan diperoleh karena jabatan resminya, melainkan

karena kemampuan dan hubungan antarpribadi dengan anggota masyarakat.

Orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain seperti

itu disebut tokoh masyarakat, pemuka pendapat, pemimpin informal atau sebutan

lainnya yang sejenis (Rogers and Shoemaker, 1981:110).

Opinion leader adalah orang yang mempunyai keunggulan dari masyarakat

kebanyakan. Maka sepantasnya jika mempunyai karakteristik yang membedakan

dirinya dengan yang lain. Beberapa karakteristik yang dimaksud adalah (1)

Lebih tinggi pendidikan formalnya dibandingkan dengan anggota masyarakat

lain; (2) Lebih tinggi status sosial ekonominya; (3) Lebih inovatif dalam

menerima dan mengadopsi ide baru; (4) Lebih tinggi pengenalan medianya; (5)

Kemampuan empatinya lebih besar; (6) Partisipasi sosialnya lebih besar; (7)

Lebih kosmopolit (mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas) (Nurudin,

2005:160).

Para pemimpin pendapat boleh jadi berasal dari tingkat sosial, ekonomi dan

pekerjaan mana saja. Dalam setiap lapisan masyarakat yang berbeda, terdapat

pemimpin pendapat yang berbeda, karena cenderung mempunyai lebih banyak

informasi dan lebih sering menggunakan berbagai media massa (Tubbs dan

Moss, 2001:208). Rogers (1995:239) menjelaskan karakteristik pemuka

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

21

pendapat yang membedakan dari masyarakat lainnya, yaitu (1) Pemuka pendapat

mempunyai ekspose lebih besar ke mass media dibandingkan para pengikutnya;

(2) Pemuka pendapat lebih kosmopolit daripada pengikutnya; (3) Pemuka

pendapat mempunyai hubungan lebih luas dengan agen perubahan dibandingkan

pengikutnya; (4) Pemuka pendapat memiliki partisipasi sosial lebih besar

dibanding pengikutnya; (5) Pemuka pendapat memiliki status sosial ekonomi

yang lebih tinggi dibandingkan pengikutnya; (6) Pemuka pendapat lebih inovatif

dibandingkan pengikutnya; (7) Ketika suatu sistem norma sosial menyukai

perubahan, para pemuka pendapat menjadi lebih inovatif, tetapi ketika norma-

norma tidak menyukai perubahan, maka para pemimpin pendapat tidak terlalu

inovatif.

Pemuka pendapat adalah sumber informasi, para pengikutnya adalah

penerima informasi (receiver). Beberapa pemuka pendapat mengambil prakarsa

dalam komunikasi dengan mencari kesempatan menghubungi anggota masyarakat

untuk menyebarluaskan pesan-pesannya. Sebaliknya masyarakat sering juga

menemui pemuka pendapat untuk mencari informasi (Ardianto dan Erdinaya,

2004:166). Pada masyarakat Indonesia yang masih bersifat agraris dan

transisional, banyak pemimpin informal berasal dari tetua adat, orang kaya yang

dermawan, alim ulama, cendekiawan dan sebagainya. Pemuka pendapat tampil

menjadi pemimpin informal, karena memiliki beberapa kelebihan dan diakui

keberadaannya oleh masyarakat. Para pemuka pendapat pada umumnya, memiliki

pengetahuan luas, kearifan memelihara dan memegang teguh nilai-nilai sosial

budaya, serta kemampuan mengambil keputusan. Pemuka agama, acapkali

dipandang memiliki perilaku sederhana, jujur, memegang teguh norma-norma

keagamaan dan kesusilaan. Pemuka pendapat yang tampil dari kalangan

cendekiwan dan dermawan, dianggap memiliki pengetahuan tentang masalah atau

aspek kehidupan, integritas dan pengabdian terhadap kehidupan bersama

masyarakat luas (Hasani, 2004:13).

Kepemimpinan menurut Robbins (2002:163) adalah kemampuan untuk

mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Bentuk pengaruh tersebut

dapat secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi. Sedangkan

nonsanctioned leadership merupakan kemampuan untuk memberi pengaruh di

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

22

luar struktur formal organisasi yang kepentingannya sama atau bahkan melebihi

pengaruh struktur formal. Dengan kata lain, seorang pemimpin dapat saja muncul

dalam suatu kelompok, walaupun tidak diangkat secara formal.

Thoha (1991:9) juga menjelaskan dalam arti luas kepemimpinan dapat

digunakan setiap orang dan tidak hanya terbatas berlaku dalam suatu organisasi

atau kantor tertentu. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi

perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan

maupun kelompok. Kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau

tatakrama birokrasi. Kepemimpinan tidak harus diikat terjadi dalam suatu

organisasi tertentu. Melainkan kepemimpinan dapat terjadi di mana saja, asalkan

seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain ke

arah tercapainya suatu tujuan tertentu.

Schramm dalam Ardianto dan Erdinaya (2004:167) pernah melakukan

penelitian untuk mengetahui atau menemukan para pemuka pendapat di tengah-

tengah masyarakat, melalui :

a. Revore Study. Dalam teori ini diuraikan tentang cara-cara atau teknik

menemukan pemuka pendapat di masyarakat, yaitu menanyakan kepada

orang-orang di dalam masyarakat, kepada siapa bertanya apabila masyarakat

tersebut mempunyai kesulitan dalam suatu masalah.

b. Decatur Study adalah suatu penelitian khusus dalam bidang pemasaran. Fokus

penelitian ini tidak hanya kepada pemuka pendapat, tetapi juga pada (1)

Kepentingan relatif dari pengaruh perseorangan, dan (2) Orang yang

dinamakan pemimpin dalam arti sesungguhnya. Penelitian ini

mengindikasikan nama seseorang yang berpengaruh di masyarakat.

c. Drug Study. Penelitian ini lebih banyak berhubungan dengan ilmu jiwa dan

sosiologi. Sebagai contoh, seorang dokter memberikan resep kepada pasien.

Setelah minum obat tersebut ternyata pasien sembuh, maka pasien tersebut

akan menyebarkan kepada orang lain bahwa obat yang diberikan oleh

dokternya ternyata manjur.

Menurut Ardianto dan Erdinaya (2004:167-168) juga terdapat tiga metode

utama lainnya yang dapat digunakan untuk penelitian pemuka pendapat. Yang sering

dilakukan dalam penelitian komunikasi adalah :

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

23

a. Sociometric Method. Dalam metode ini kepada masyarakat ditanyakan kepada

siapa meminta atau mencari informasi atau nasihat mengenai masalah-

masalah kemasyarakatan yang dihadapinya. Sociometric Method ini

merupakan alat pengukur yang paling sahih untuk menentukan siapa yang

menjadi pemimpin dalam masyarakat sesuai dengan pandangan para

pengikutnya. Pemimpin dalam hal ini adalah anggota masyarakat yang

memiliki informasi terbanyak.

b. Informant’s Rating. Dalam metode ini diajukan pertanyaan-pertanyaan

tertentu kepada orang-orang/responden yang dianggap sebagai key informants

dalam masyarakat mengenai siapa yang dianggapnya dan dianggap

masyarakat umum sebagai pemimpinnya. Dalam penggunaan teknik ini, harus

dipilih key informants yang benar-benar akrab (familiar) dengan sistem

masyarakat.

c. Self Designating Method. Dalam metode ini, kepada setiap responden

diajukan rangkaian pertanyaan untuk menentukan dalam tingkat mana

menganggap dirinya sebagai pemimpin dalam masyarakatnya. Pertanyaan

yang khas dapat diajukan : “menurut pendapat saudara, selain kepada pemuka

pendapat, pada siapakah masyarakat meminta informasi atau nasihat ?”.

Validitas pertanyaan ini banyak bergantung pada ketepatan (accuracy)

responden untuk mengidentifikasikan dirinya sebagai pemimpin.

Mardikanto (1988:72) juga menjelaskan penelusuran tentang pemuka

pendapat, yaitu melalui beberapa model seperti (a) Model sosiometri, yaitu

dengan cara bertanya kepada beberapa warga masyarakat, tentang siapa

pemimpinnya atau sumber informasi yang biasa dihubungi; (b) Model jenjang-

informan, yaitu bertanya kepada beberapa warga masyarakat tentang siapa yang

dianggap tokoh/pemimpin di dalam masyarakatnya, oleh warga masyarakat pada

umumnya; (c) Model tunjuk-diri, yaitu bertanya kepada beberapa warga

masyarakat apakah yang bersangkutan merupakan sumber informasi bagi warga

masyarakatnya; (d) Pengamatan langsung tentang siapa-siapa yang dapat

dipandang atau dinilai sebagai tokoh (pemimpin, sumber informasi) di dalam

masyarakat yang diamatinya.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

24

2.5. Bencana Alam

Bencana alam menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,

tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

United Nation Development Program atau UNDP (1992:12) mendefinisikan

bencana adalah gangguan yang serius dari berfungsinya suatu masyarakat, yang

menyebabkan kerugian-kerugian yang besar terhadap lingkungan, material dan

manusia, yang melebihi kemampuan dari masyarakat yang tertimpa bencana untuk

menanggulangi dengan hanya menggunakan sumber-sumber daya masyarakat itu

sendiri. Bencana sering diklasifikasikan sesuai dengan cepatnya serangan bencana

tersebut (secara tiba-tiba atau perlahan-lahan), atau sesuai dengan penyebab

bencana itu (secara alami atau karena ulah manusia).

Menurut Hidayati (2005:56) bencana adalah keadaan yang mengganggu

kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang disebabkan oleh gejala alam atau

perbuatan manusia. Bencana dapat terjadi melalui suatu proses yang panjang atau

situasi tertentu dalam waktu yang sangat cepat dengan tanpa adanya tanda-tanda.

Dampak bencana bervariasi tergantung pada kondisi dan kerentanan lingkungan

dan masyarakat. Bencana sering kali menimbulkan kepanikan masyarakat dan

menyebabkan penderitaan dan kesedihan yang berkepanjangan, seperti luka,

kematian, tekanan ekonomi akibat hilangnya usaha/pekerjaan dan kekayaan harta

benda, kehilangan anggota keluarga dan kerusakan infrastruktur, serta lingkungan.

2.5.1. Banjir

Banjir terjadi apabila sejumlah besar air menggenangi permukaan tanah

yang biasanya kering. Banjir adalah bencana alam yang paling sering terjadi dan

paling banyak merugikan baik segi kemanusiaan maupun ekonomi. Penyebab

utama banjir antara lain (1) hujan dalam jangka waktu yang panjang, (2) erosi

tanah atau buruknya penanganan sampah dan (3) pembangunan dan

perkembangan tempat pemukiman yang menyebabkan hilangnya daya serap air

hujan (IDEP, 2005:42).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

25

2.5.2. Tanah Longsor

Pengertian tanah longsor adalah terjadinya pergerakan tanah atau bebatuan

dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi di

daerah terjal yang tidak stabil. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya

bencana ini adalah lereng gundul serta kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh.

Air hujan adalah pemicu utama terjadinya tanah longsor. Ulah manusiapun bisa

menjadi penyebab tanah longsor seperti penambangan tanah, pasir dan batu yang

tidak terkendali. Gejala umum tanah longsor yaitu (1) muncul retakan-retakan di

lereng yang sejajar dengan arah tebing, (2) muncul mata air secara tiba-tiba, (3)

air sumur di sekitar lereng menjadi keruh dan (4) tebing rapuh dengan kerikil

mulai berjatuhan (IDEP, 2005:48).

2.5.3. Gunung Meletus

Gunung meletus terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang

didorong keluar oleh gas bertekanan tinggi. Letusannya membawa abu dan batu

menyembur sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya dapat

membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi dapat

menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer

jauhnya bahkan dapat mempengaruhi iklim bumi (IDEP, 2005:50).

2.5.4. Angin Topan

Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120

km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara

dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan

khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu

sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya

berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan

rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 km/jam (IDEP, 2005:54).

2.5.5. Gempa Bumi

Salah satu bencana yang berkaitan dengan penelitian ini adalah gempa

bumi. Winardi, dkk (2006:18) menyebutkan gempa bumi adalah gerakan tiba-

tiba di dalam kerak atau mantel bumi bagian atas. Gempa tektonik ditimbulkan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

26

oleh proses gesekan dan tunjaman di kerak bumi. Sementara gempa vulkanik

disebabkan oleh aktivitas gunung api. Secara umum dapat dikatakan, bahwa

gempa-gempa yang telah dan akan terjadi di Indonesia memiliki kaitan, baik

langsung maupun tidak langsung, dengan proses tumbukan (subduksi) antar

lempeng yang melingkupi Indonesia. Proses tersebut sebenarnya alamiah,

karena tepian lempeng bumi yang selalu terbaharui sementara ukuran bumi tak

berubah sedikitpun. Kemunculan tepian yang baru dan akan mendorong tepian

lainnya masuk ke dalam lapisan mantel bumi, lalu melebur. Pertemuan antar

tepian lempeng itulah yang memungkinkan terjadinya gesekan, tumbukan dan

gempa.

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi-ESDM (2006:2)

gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar

lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Proses

gempa bumi merupakan pergerakan lempeng samudera yang rapat massanya

lebih besar ketika bertumbukkan dengan lempeng benua di zona tumbukan

(subduksi) akan menyusup ke bawah. Gerakan lempeng itu akan mengalami

perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi. Akibat utama gempa bumi

adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah.

Bakornas PBP (2005:38) menjelaskan bahwa magnitudo gempa bumi

menunjukkan besarnya energi yang dilepaskan dari pusat gempa

bumi/hiposenter. Ukuran dan luas daerah kerusakan akibat gempa bumi secara

kasar berhubungan dengan besarnya enegi yang dilepaskan. Skala magnitudo

gempa bumi biasanya dinyatakan dengan skala Richter. Skala intensitas

menunjukkan kerusakan akibat getaran pada lokasi kerusakan. Skala intensitas

juga berhubungan dengan magnitudo dari energi yang dilepaskan, jarak dari

epicenter dan kondisi tanah lokasi.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

27

Tabel 1. Skala Modified Mercalli Intensity yang digunakan untuk menunjukkan intensitas guncangan gempa bumi

Skala Keterangan

1 Sangat jarang/hampir tidak ada orang yang merasakannya. Tercatat pada alat seismograf.

2 Terasa oleh sedikit sekali orang, terutama yang ada di gedung tinggi dan sebagian besar orang tidak dapat merasakan.

3 Terasa oleh sedikit orang, khususnya yang berada di gedung tinggi. Mobil yang parkir sedikit bergetar, getaran seperti akibat truk yang lewat.

4 Pada siang hari akan terasa oleh banyak orang dalam ruangan, di luar ruangan hanya sedikit yang dapat merasakan. Pada malam hari sebagian orang dapat terbangun. Piring, jendela, pintu, dinding, mengeluarkan bunyi retakan dan lampu gantung bergoyang.

5 Dirasakan hampir oleh semua orang, pada malam hari sebagian besar orang tidur akan terbangun, barang-barang di atas meja terjatuh, plesteran tembok retak, barang-barang yang tidak stabil akan roboh dan pundulum jam dinding akan berhenti.

6 Dirasakan oleh semua orang, banyak orang ketakutan/panik, berhamburan keluar ruangan, banyak perabotan yang besar bergeser, plesteran dinding retak dan terkelupas, serta cerobong asap pabrik rusak.

7 Setiap orang berhamburan keluar ruangan, kerusakan terjadi pada bangunan yang desain konstruksinya jelek dan kerusakan sedikit sampai sedang terjadi pada bangunan dengan desain konstruksi biasa. Bangunan yang baik tidak mengalami kerusakan berarti.

8 Kerusakan luas pada bangunan dengan desain konstruksi jelek, kerusakan berarti pada bangunan dengan desain biasa dan sedikit kerusakan pada bangunan dengan desain baik. Dinding panel akan pecah dan terlepas dari frame, cerobong asap pabrik runtuh, perabotan yang berat akan terguling dan pengendara mobil terganggu.

9 Kerusakan berarti pada bangunan dengan desain konstruksi yang baik, pipa-pipa bawah tanah putus dan timbul retakan pada tanah.

10 Sejumlah bangunan kayu dengan desain yang baik rusak dan sebagian besar bangunan tembok rusak termasuk pondasinya. Retakan pada tanah akan semakin banyak, tanah longsor pada tebing-tebing sungai dan bukit, serta air sungai akan melimpas di atas tanggul.

11 Sangat sedikit bangunan tembok yang masih berdiri, jembatan putus, rekahan pada tanah sangat banyak/luas, jaringan pipa bawah tanah hancur dan tidak berfungsi, rel kereta api bengkok dan bergeser.

12 Kerusakan total, gerakan gempa terlihat bergelombang di atas tanah, benda-benda beterbangan ke udara.

Sumber: Bakornas PBP, 2005.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

28

2.5.6. Tsunami

Tsunami adalah gelombang besar yang diakibatkan oleh pergeseran bumi di

dasar laut. Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang

pelabuhan, karena bencana ini hanya terjadi di daerah pesisir. Tsunami dapat

terjadi kapan saja dengan gejala antara lain (1) Biasanya diawali dengan gempa

bumi yang sangat kuat, (2) Permukaan laut turun secara tiba-tiba yang merupakan

awal kemunculan gelombang besar dan (3) Tsunami merupakan rangkaian

gelombang sehingga bukan gelombang pertama yang membahayakan tetapi

gelombang berikutnya yang jauh lebih besar. Penyebab terjadinya tsunami antara

lain (1) Gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa

tanah/batuan yang sangat besar di bawah air, (2) Tanah longsor di dalam laut dan

(3) Letusan gunung api di bawah laut atau gunung api pulau (IDEP, 2005:62).

2.6. Manajemen Bencana

Manajemen bencana adalah sekumpulan kebijakan dan keputusan-keputusan

administratif dan aktivitas-aktivitas operasional yang berhubungan dengan

berbagai tahapan dari semua tingkatan bencana. Prasetyo (2004:1) mengatakan

pemulihan (recovery) kondisi masyarakat pasca bencana akan lebih solid, bila

mencoba membangun manajemen bencana (disaster management), agar siklus

normalisasi kehidupan termasuk rehabilitasi tercapai dengan rentang waktu yang

lebih pendek. Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan

publik, diharapkan berkurangnya korban nyawa dan kerugian harta benda. Yang

terpenting dari manajemen bencana adalah adanya suatu langkah konkrit dalam

mengendalikan bencana, sehingga korban yang tidak diharapkan dapat

terselamatkan dan upaya untuk pemulihan pasca bencana dapat dilakukan dengan

cepat. Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis publik dan

pemerintah atas masalah bencana alam, menciptakan proses perbaikan total atas

pengelolaan bencana, penegasan untuk lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu

pada kearifan lokal berbentuk peraturan daerah atas manajemen bencana. Yang

tak kalah pentingnya dalam manajemen bencana ini adalah sosialisasi kehatian-

hatian, terutama pada daerah rawan bencana.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

29

Pengkajian bencana adalah proses dari penentuan dampak dari suatu bencana

pada suatu masyarakat. Prioritas pertama adalah menetapkan kebutuhan untuk

tindakan-tindakan emergensi yang bersifat segera guna menyelamatkan dan

melanjutkan kehidupan dari yang selamat. Prioritas kedua adalah untuk

mengidentifikasikan kemungkinan-kemungkinan pemberian fasilitas dan

mempercepat pemulihan dan pembangunan. Beberapa pengkajian secara khusus

dilakukan seperti pengkajian kerusakan. Pengkajian-pengkajian ini mencakup

persiapan khusus, estimasi yang dapat diukur dari kerusakan fisik sebagai akibat

dari bencana. Pengkajian kerusakan mungkin juga mencakup rekomendasi yang

mencakup perbaikan, rekonstruksi atau pemindahan dari bangunan, dan

perlengkapan, maupun pemulihan kembali aktivitas-aktivitas ekonomi (UNDP,

1992: 95).

Menurut Sphere (2006:30), penduduk yang terkena dampak bencana secara

aktif berpartisipasi dalam pengkajian, perancangan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi program bantuan. Partisipasi orang-orang yang terkena dampak bencana

dalam pembuatan keputusan di semua tahapan siklus proyek (pengkajian,

perancangan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program bantuan) membantu

untuk memastikan pelaksanaan program-program yang berkeadilan dan efektif.

Untuk itu harus dilakukan upaya khusus memastikan keikutsertaan perwakilan

orang-orang secara seimbang dalam program bantuan, termasuk kelompok rentan

dan kelompok terpinggirkan. Partisipasi harus memastikan bahwa program-

program didasarkan pada kerelaan orang-orang yang terkena dampak bencana

untuk bekerjasama bahwa program-program tersebut menghargai budaya

setempat, selama hal ini tidak mengabaikan hak-hak individu.

Bencana-bencana dapat dipandang sebagai fase-fase kontinum waktu.

Mengidentifikasi dan memahami fase-fase ini membantu untuk menggambarkan

kebutuhan-kebutuhan yang terkait dengan bencana dan memberi konsep tentang

aktivitas-aktivitas manajemen bencana yang memadai.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

30

Dampak bencana Fase pengurangan resiko pra-bencana

Fase pemulihan pasca bencana

Bantuan

Rehabilitasi

Rekonstruksi

Mitigasi

Kesiapan

Gambar 4. Manajemen bencana (UNDP, 1992:21)

Fase pemulihan adalah periode yang munculnya mengikuti suatu bencana

yang tiba-tiba (atau penemuan yang sudah terlambat dari situasi serangan yang

lamban yang diabaikan), jika tindakan-tindakan pengecualian diambil untuk

mencari dan menemukan yang bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan-

kebutuhan dasar untuk tempat berteduh, air, makanan dan perawatan medis.

Dalam fase pemulihan ini terhadat tiga tahap yaitu bantuan (tanggap darurat),

rehabilitasi dan rekonstruksi (pemulihan kembali) (UNDP, 1992:21). Tujuan-

tujuan menyeluruh dari emergensi pasca bencana ini adalah :

1. Menjamin jumlah korban yang mungkin diselamatkan. Secara maksimal,

menjaga kesehatan dalam segala kondisi dengan kemungkinan yang lebih

baik.

2. Menetapkan kembali kemandirian dan pelayanan-pelayanan yang penting

secepat mungkin untuk semua kelompok populasi, dengan perhatian khusus

terhadap kebutuhannya yang paling banyak, yang paling rentan dan kurang

mampu.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

31

3. Memperbaiki kembali atau mengganti infrastruktur yang rusak dan

menggerakkan kembali aktivitas-aktivitas ekonomi yang aktif. Melakukan ini

dengan sikap yang dapat menunjang tujuan-tujuan pembangunan jangka

panjang dan mengurangi kerentanan terhadap munculnya kembali bahaya-

bahaya yang dapat merusak (UNDP, 1992:91).

2.6.1. Tanggap Darurat

Dalam kamus bencana bantuan darurat (relief) disebut sebagai upaya untuk

memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa

pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi dan

air bersih. Menurut UNDP (1992: 91-93) beberapa hal yang termasuk pada masa

tanggap darurat berkaitan dengan bencana alam mendadak adalah :

1. Evakuasi termasuk relokasi dari zona-zona beresiko ke lokasi yang lebih

aman.

2. Mencari dan menyelamatkan (SAR), yaitu proses pengidentifikasian lokasi

korban bencana yang mungkin terjebak atau terisolasi dan membawanya ke

tempat aman, serta memberikan perawatan medis.

3. Pengkajian pasca bencana yang bertujuan untuk memberikan gambaran

singkat dan jelas dari situasi pasca bencana, untuk mengidentifikasikan

keperluan-keperluan bantuan dan mengembangkan strategi-strategi pemulihan.

4. Bantuan emergensi, yaitu penyediaan bantuan materi dan bantuan medis

emergensi berdasarkan peri kemanusiaan yang diperlukan untuk

menyelamatkan dan mengamankan kehidupan manusia. Bantuan ini

memungkinkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk perawatan

kesehatan dan obat-obatan, tempat berlindung, pakaian, air dan makanan

(termasuk sarana untuk menyiapkan makanan).

5. Kapasitas dan fasilitas logistik untuk pengiriman bantuan. Pelayanan suplai

yang terorganisir dengan baik penting untuk menangani pembelian atau

penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman suplai bantuan untuk

didistribusikan kepada korban bencana.

6. Komunikasi dan manajemen informasi. Ada dua aspek komunikasi dalam

bencana. Pertama adalah perlengkapan yang penting untuk arus informasi,

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

32

seperti radio, telepon dan sistem pendukung, satelit dan jalur-jalur transmisi.

Kedua, manajemen informasi : protokol untuk mengenali siapa yang

berkomunikasi, informasi apa dan untuk siapa, prioritas apa yang harus

diberikan untuk informasi itu, dan bagaimana informasi itu disebarkan dan

ditafsirkan.

7. Respons terhadap yang selamat dan penanganannya. Pengkajiannya harus

memperhatikan mekanisme penanganan sosial yang ada yang meniadakan

perlunya bantuan dari luar. Yang selamat dari bencana mungkin memiliki

kebutuhan baru dan khusus akan pelayanan-pelayanan sosial untuk membantu

menyesuaikan diri dengan trauma dan gangguan yang disebabkan oleh

bencana.

2.6.2. Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Rehabilitasi dan rekonstruksi terdiri sebagian besar dari fase pemulihan

bencana. Periode yang mengikuti fase emergensi ini memfokuskan pada aktivitas-

aktivitas yang memungkinkan para korban untuk memulai lagi kehidupan yang

dapat berjalan secara normal dan sarana-sarana kehidupan. Hal ini mencakup

rehabilitasi infrastruktur, pelayanan-pelayanan dan ekonomi dalam cara yang

cocok dengan kebutuhan jangka panjang dan tujuan-tujuan pembangunan yang

terbatas. Secara spesifik, rehabilitasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan

setelah terjadi satu bencana untuk memungkinkan pelayanan-pelayanan dasar

guna memfungsikan kembali, membantu para korban dengan usaha mandiri untuk

memperbaiki tempat tinggal dan fasilitas-fasilitas komunitas, serta memberikan

fasilitas terhadap bangkitnya kembali aktivitas-aktivitas ekonomi. Sedangkan

rekonstruksi adalah konstruksi permanen atau penggantian bangunan-bangunan

fisik yang rusak parah, pembangunan kembali secara total dari semua pelayanan-

pelayanan dan infrastruktur lokal, serta penguatan ekonomi (UNDP, 1992:106).

Tujuan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah untuk mendorong dan membantu

pemulihan bantuan selama fase pasca bencana. Tujuan itu harus direncanakan dan

dilaksanakan dengan pemahaman seperti itu dalam pikiran. Pelayanan dan

bantuan vital yang rusak harus diperbaiki atau diganti, sebagaimana hal ini bisa

melindungi dari risiko-risiko di masa mendatang. Pada waktu yang sama, dan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

33

tidak kalah pentingnya, harus ditemukan cara-cara untuk membantu orang-orang

pulih kembali, khususnya mempunyai sumber daya paling sedikit (UNDP,

1992:108).

Trauma psikologis dari kehilangan sanak saudara dan teman, serta goncangan

jiwa akibat bencana yang mengejutkan, dapat lebih lama lagi penyembuhannya,

daripada pemulihan fisik. Maka dari itu, penting bahwa program kesejahteraan

sosial dan dukungan psikologis pasca bencana, untuk segera dilakukan setelah

bencana terjadi, sebagai bagian dari program pemulihan menyeluruh (Mataair,

2006:6). Menurut Poerwandari (2005:46) cukup banyak penelitian dilakukan

untuk mencoba memahami dampak pengalaman traumatik pada individu yang

mengalami, yang paling sering dibahas adalah stress pasca trauma post traumatic

stress dissorder (PTSD). Secara sederhana, stress dapat didefinisikan sebagai

suatu keadaan di mana individu terganggu keseimbangannya akibat situasi

eksternal ataupun internal. Sementara itu, secara sederhana trauma bermakna

pukulan atau luka. Secara psikologis trauma, mengacu pada pengalaman-

pengalaman mengagetkan dan menyakitkan, bahkan mengancam nyawa, yang

memukul dan menimbulkan luka, yang situasinya melebihi situasi sulit yang

dialami manusia sehari-hari dalam kondisi wajar. Dengan pengertian demikian,

stress pasca trauma menunjuk pada keadaan tertekan, tidak nyaman, hilangnya

keseimbangan yang kemudian menyusul kejadian traumatik.

Berkaitan dengan manajemen bencana tersebut, Paripurno (2001:4)

mengatakan bahwa manajemen bencana perlu dilakukan dengan mekanisme

internal, yaitu mendudukkan masyarakat sebagai subyek. Manajemen ini tidak

menempatkan masyarakat pada posisi lemah, bodoh dan salah, nampaknya

menjadi suatu kebutuhan. Tantangannya adalah bagaimana memulai melakukan

pengalihan keterampilan penelitian dan perencanaan itu ? Metode partisipatif

merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendukung

mekanisme internal. Asas yang melandasi mekanisme ini adalah

“pemberdayaan”, yaitu memperhatikan kapasitas awal masyarakat dan kegiatan

dibangun untuk masyarakat agar dapat mengembangkan kapasitasnya sendiri.

Wujud nyata dari asas ini adalah perlunya lembaga-lembaga pemerintah, lembaga

swasta dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) mendukung proses peningkatan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

34

kapasitas (sekaligus merupakan upaya mengurangi kerentanan) yang ada dengan

sepenuh hati. Namun, setelah masyarakat mempunyai kapasitas yang cukup,

dibiarkan masyarakat menentukan.

Konflik perbedaan opini dan persepsi mengenai apa yang diperlukan dan

yang harus diprioritaskan sangat biasa terjadi. Untuk menyusun gambaran jelas

dari situasi yang terjadi, sebagai dasar pembuatan keputusan yang tepat,

diperlukan pengumpulan informasi yang dapat dipercaya dari setiap sektor, yang

harus dilakukan staf yang berpengalaman. Hal tersebut juga membutuhkan

konsultasi dengan masyarakat yang terkena dampak bencana dan para

pemimpinnya, dalam menyusun persepsi dan prioritas (Mataair, 2006:8).

Pertukaran informasi dan pengetahuan antar semua yang terlibat merupakan

hal yang sangat mendasar untuk dapat mencapai pemahaman masalah yang lebih

baik dan untuk memberikan bantuan secara terkoordinir. Hasil pengkajian harus

secara aktif disampaikan kepada semua organisasi dan individu yang terkait.

Harus disusun mekanisme untuk memungkinkan orang-orang memberikan

masukan terhadap program, misalnya pertemuan-pertemuan umum atau melalui

lembaga-lembaga berbasis komunitas. Partisipasi dalam program harus

memperkuat rasa bermartabat dan harapan orang-orang pada waktu krisis, dan

orang-orang harus didorong untuk ikut serta dalam program melalui berbagai cara.

Program-program harus dirancang untuk memperkuat kapasitas setempat dan

untuk menghindarkan diabaikannya strategi-strategi penanganan masalah yang

dimiliki oleh masyarakat sendiri (Sphere, 2006:31).