implikatur percakapan antaribu dalam arisan …

253
IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN DASAWISMA DI DUSUN NGAWEN, SIDOKARTO, GODEAN, SLEMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: Aurachicka Meyrashella Ariva 161224043 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN

DASAWISMA DI DUSUN NGAWEN, SIDOKARTO, GODEAN, SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Aurachicka Meyrashella Ariva

161224043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

i

IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN

DASAWISMA DI DUSUN NGAWEN, SIDOKARTO, GODEAN, SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Aurachicka Meyrashella Ariva

161224043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

2. Kedua orang tua, Bapak Rikardus Agus Kristanto Aribowo dan Ibu Eva

Widuri Yuliastuti, yang selalu menyayangi, mendoakan, dan memberi

dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar.

3. Keluarga penulis, khususnya Uti Djarsah dan Mbak Mega Kirana Fitri,

yang selalu memberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen Pembimbing, Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., yang telah membimbing

dan memberi dukungan kepada penulis dari awal hingga akhir proses

penyusunan skripsi.

5. Para dosen dan staf program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menjadi

mahasiswa.

6. Pacar penulis, Cornelius Afrian Pascario, yang selalu memberi semangat,

menemani, dan membantu penulis ketika mengalami kesulitan.

7. Sahabat penulis, Bernadet Alexandra Priliandari, Flavia Paretha Yanannda

Putri, Rangga Herdyawan, Andini, Anting Andhinna Novita Putri, Ira

Linwati, teman-teman PBSI angkatan 2016 kelas B, dan semua orang yang

turut membantu, memberi dukungan, pengalaman, dan semangat dalam

menyelesaikan tugas akhir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

v

MOTTO

“Jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk

mencoba.”

(Ali bin Abi Thalib)

“I never lose. I either win or learn.”

(Nelson Mandela)

“Perjuangan serupa dengan mengayuh sepeda. Terasa melelahkan, tetapi akan

terbayar dengan kebahagiaan ketika sampai di tempat tujuan. Jangan takut untuk

mendapat hal yang kau impikan. Jika lelah, beristirahatlah, jangan menyerah.”

(Penulis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

viii

ABSTRAK

Ariva, Aurachicka Meyrashella. 2020. Implikatur Percakapan antaribu dalam

Arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman.

Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan

Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji implikatur percakapan yang digunakan antaribu

dalam arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan pamakaian implikatur percakapan berdasarkan: (1) jenis

implikatur percakapan, (2) fungsi implikatur percakapan, dan (3) makna

implikatur percakapan. Penelitian ini menggunakan metode simak, dengan teknik

rekam dan teknik catat. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri

yang merupakan alat utama untuk mengumpulkan data. Analisis data dilakukan

dengan empat tahap: (1) identifikasi, (2) klasifikasi, (3) interpretasi, (4) pelaporan.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan oleh

peneliti, ditemukan tiga hal penting. Pertama, peneliti menemukan jenis-jenis

implikatur percakapan, yaitu beberapa implikatur percakapan umum, beberapa

implikatur percakapan berskala, dan beberapa implikatur percakapan khusus.

Kedua, peneliti menemukan fungsi-fungsi implikatur percakapan, yaitu beberapa

fungsi implikatur percakapan dalam tuturan asertif, beberapa fungsi implikatur

percakapan dalam tuturan direktif, beberapa fungsi implikatur percakapan dalam

tuturan ekspresif, dan beberapa fungsi implikatur percakapan dalam tuturan

komisif. Ketiga, peneliti menemukan makna implikatur percakapan, yaitu

mengeluh, menyatakan, mengklaim, menyarankan, memerintah,

merekomendasikan, meminta, memohon, mengajak, meminta maaf, berterima

kasih, menyalahkan, memberi selamat, memuji, menawarkan, dan berjanji.

Kata kunci: Pragmatik, Implikatur percakapan, Tindak Tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

ix

ABSTRACT

Ariva, Aurachicka Meyrashella. 2020. Conversational Implicature on

Dasawisma Women’s Social Gathering at Ngawen Village, Sidokarto,

Godean, Sleman. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and

Literature Education, Department of Language and Art Education,

Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This study examine the conversational implicature on Dasawisma

women’s social gathering at Ngawen Village, Sidokarto, Godean, Sleman. This

research is a descriptive qualitative study. This study aims to describe

conversational implicature usage based on: (1) type of conversational

implicature, (2) function of conversational implicature, and (3) meaning of

conversational implicature. This research was performed using simak method

with record and note technique. The main research instrument to collect data is

the researcher itself. The data analysis was performed with four steps: (1)

identification, (2) classification, (3) interpretation, (4) reporting.

Based on the analysis and discussion result, researcher found important

things. First, researcher found types of conversational implicature, which consist

of some general conversational implicature, some scale of conversational

implicature, and some special conversational implicature. Second, researcher

found functions of conversational implicature, which consist of some

conversational implicature functions on assertive speech, some conversational

implicature functions on directive speech, some conversational implicature

functions on expressive speech, and some conversational implicature functions on

commissive speech. Third, researcher found the meaning of conversational

implicature, complained, stated, claimed, suggest, order, recommend, ask, beg,

persuade, apologize, thank, blame, congratulate, praise, offer, and promise.

Keywords: Pragmatic, Conversational Implicature, Speech Art

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN .............................. Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............. vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

1.5 Batasan Istilah ................................................................................................ 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

xiv

1.6 Sistematika Penyajian .................................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 9

2.1 Kajian Terdahulu yang Relevan ..................................................................... 9

2.2 Landasan Teori ............................................................................................. 13

2.2.1 Pragmatik .............................................................................................. 13

2.2.2 Konteks ................................................................................................. 14

2.2.3 Fenomena Pragmatik ............................................................................. 15

2.2.4 Tindak Tutur.......................................................................................... 18

2.2.5 Implikatur .............................................................................................. 24

2.2.6 Implikatur Percakapan .......................................................................... 28

2.2.7 Sosiolinguistik ....................................................................................... 30

2.2.8. Kedwibahasaan .................................................................................... 32

2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 35

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................. 35

3.2 Sumber Data dan Data ................................................................................. 36

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 36

3.4 Instrumen Penelitian..................................................................................... 38

3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 39

3.6 Triangulasi Data ........................................................................................... 41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

xv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 42

4.1 Deskripsi Data .............................................................................................. 42

4.2 Hasil Analisis Data ....................................................................................... 43

4.2.1 Analisis Jenis Implikatur Percakapan ................................................... 44

4.2.2 Analisis Fungsi Implikatur Percakapan ................................................ 60

4.2.3 Analisis Makna Implikatur Pecakapan ................................................. 82

4.3 Pembahasan ................................................................................................ 126

4.3.1 Jenis Implikatur Percakapan ............................................................... 127

4.3.2 Fungsi Implikatur Percakapan ............................................................ 130

4.3.3 Makna Implikatur Percakapan ............................................................ 132

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 135

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 135

5.2 Saran ........................................................................................................... 136

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 138

LAMPIRAN ........................................................................................................ 140

BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 242

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Data Penelitian ..................................................................... 38

Tabel 4.1 Klasifikasi Hasil Temuan Penelitian ...................................................... 43

Tabel 4.2 Data Jenis Implikatur Percakapan Umum .............................................. 45

Tabel 4.3 Data Jenis Implikatur Percakapan Berskala ........................................... 50

Tabel 4.4 Data Jenis Implikatur Percakapan Khusus ............................................. 55

Tabel 4.5 Data Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Asertif .................. 61

Tabel 4.6 Data Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Direktif ................. 66

Tabel 4.7 Data Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Ekspresif .............. 72

Tabel 4.8 Data Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Komisif ................ 76

Tabel 4.9 Data Makna Implikatur Percakapan “Mengeluh” .................................. 82

Tabel 4.10 Data Makna Implikatur Percakapan “Menyatakan” ............................ 85

Tabel 4.11 Data Makna Implikatur Percakapan “Mengklaim” .............................. 91

Tabel 4.12 Data Makna Implikatur Percakapan “Menyarankan” .......................... 92

Tabel 4.13 Data Makna Implikatur Percakapan “Memerintah” ............................. 93

Tabel 4.14 Data Makna Implikatur Percakapan “Merekomendasikan” ................. 99

Tabel 4.15 Data Makna Implikatur Percakapan “Meminta” ................................ 102

Tabel 4.16 Data Makna Implikatur Percakapan “Memohon” .............................. 104

Tabel 4.17 Data Makna Implikatur Percakapan “Mengajak” .............................. 107

Tabel 4.18 Data Makna Implikatur Percakapan “Meminta maaf” ....................... 109

Tabel 4.19 Data Makna Implikatur Percakapan “Berterima kasih” ..................... 111

Tabel 4.20 Data Makna Implikatur Percakapan “Menyalahkan” ........................ 113

Tabel 4.21 Data Makna Implikatur Percakapan “Memberi selamat” .................. 116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

xvii

Tabel 4.22 Data Makna Implikatur Percakapan “Memuji” ................................. 118

Tabel 4.23 Data Makna Implikatur Percakapan “Menawarkan” ......................... 119

Tabel 4.24 Data Makna Implikatur Percakapan “Berjanji” ................................. 122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika

penyajian. Berikut uraian rinciannya.

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk saling berinteraksi.

Chaer dan Agustina (2004:11) berpendapat bahwa fungsi utama bahasa adalah

sebagai alat komunikasi atau alat interaksi. Adanya bahasa pada proses

berkomunikasi, dapat membantu seseorang untuk menyampaikan pikiran ataupun

perasaannya. Dalam berkomunikasi, bahasa digunakan untuk menyampaikan

suatu makna atau maksud tertentu. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi

sangat beragam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ragam bahasa adalah

variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang

dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang

dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan.

Menurut Chaer dan Agustina (2004:72), variasi bahasa dapat dilihat

berdasarkan sarana yang digunakan. Dalam hal ini, bahasa untuk berkomunikasi

dibagi atas ragam lisan dan ragam tulis. Proses komunikasi menggunakan ragam

bahasa tulis biasanya membutuhkan ketelitian lebih. Seseorang yang

menggunakan ragam bahasa tulis harus memperhatikan unsur-unsur kebahasaan

dengan tepat. Hal itu dikarenakan ragam bahasa tulis tidak dapat disertai gerak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

2

tubuh dan respons langsung. Dalam kegiatan sehari-hari, proses komunikasi

menggunakan ragam bahasa lisan lebih sering ditemukan. Komunkasi

menggunakan ragam bahasa lisan dipengaruhi oleh konteks situasi, sehingga

sering terjadi pelepasan atau pengaburan unsur-unsur kebahasaan. Ketika

berkomunikasi secara lisan, seseorang lebih sering mengabaikan unsur gramatikal.

Komunikasi secara lisan memperhatikan intonasi, ekspresi muka, dan bahasa

tubuh.

Seseorang memerlukan keterampilan berbahasa agar mampu berkomunikasi

dan berinteraksi satu sama lain. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara

(speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan

menulis (writing skills). Kemampuan berbahasa dibedakan menjadi kemampuan

reseptif dan kemampuan produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan

menyimak dan membaca. Kemampuan produktif yaitu kemampuan berbicara dan

menulis. Kemampuan berbahasa dapat dimiliki dengan cara bertahap. Tarigan

(1984:1) berpendapat bahwa setiap keterampilan saling berhubungan dengan cara

yang beragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui

suatu hubungan urutan yang teratur: saat kita kecil, belajar menyimak bahasa,

kemudian berbicara, setelah itu belajar membaca dan menulis.

Menyimak dan berbicara merupakan suatu cara berkomunikasi dua arah yang

lazim dijumpai. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-

lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

3

untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi

yang tidak disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan,

1983:19). Keterampilan menyimak sangat berkaitan dengan keterampilan

berbicara. Keterampilan menyimak dibutuhkan agar hal yang disampaikan dapat

diterima dan dipahami. Menurut Tarigan (1984:15), berbicara adalah kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Oleh karena itu,

berbicara tidak sekadar pengucapan bunyi atau kata-kata, tetapi bertujuan untuk

menyampaikan suatu hal dalam berkomunikasi.

Kegiatan berkomunikasi membutuhkan penutur dan mitra tutur. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan

pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat

dipahami. Komunikasi dikatakan berhasil apabila mitra tutur dapat menangkap

maksud atau makna tuturan yang disampaikan oleh penutur. Dalam hal ini, tidak

ada kesalahpahaman antara makna yang disampaikan dan makna yang diterima.

Menurut (Rivers, 1987: 4) dalam Supardo (1988), interaksi tidak hanya

melibatkan penyampaian ide seseorang, tetapi juga pemahaman tentang pesan

oleh penerima. Dengan demikian, interaksi merupakan aktivitas kerja sama. Kerja

sama ini meliputi tiga komponen, yaitu pembawa pesan, penerima pesan, dan

konteks situasi.

Menurut Rahardi (2003), pragmatik adalah ilmu bahasa yang mengkaji

maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-budaya tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

4

Studi pragmatik lebih mengutamakan makna atau maksud tuturan daripada kata

atau frasa dalam tuturan. Permasalahan yang sering terlihat adalah tidak

tercapainya maksud dari penutur kepada mitra tutur. Implikatur percakapan

merupakan salah satu bagian dari lingkup pragmatik. Menurut Brown dan Yule

dalam Rani (2006:170), istilah implikatur digunakan untuk menerangkan apa yang

dimaksudkan oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan

secara harfiah.

Dalam kehidupan sehari-hari, implikatur percakapan dapat terjadi di manapun

dan kapanpun. Peneliti tertarik untuk meneliti implikatur percakapan dengan

sumber data penelitian ibu-ibu anggota arisan Dasawisma. Dasawisma merupakan

bagian dari Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Pembinaan Kesejahteraan

Keluarga (PKK) yaitu organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita

untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia (Kamus Besar Bahasa

Indonesia daring). Dalam Tim Penggerak PKK Pusat (2015), dijelaskan bahwa

gerakan PKK adalah gerakan masyarakat yang tumbuh dari bawah dan

pengelolaannya dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam mensejahterakan

keluarga. Gerakan PKK berprinsip untuk melakukan pemberdayaan dan

partisipasi masyarakat. Tujuan dan prinsip gerakan PKK tersebut perlu dukungan

dan peningkatan koordinasi dengan Pembina Tim Penggerak PKK di semua

jenjang dan lembaga lain.

Kelompok Dasawisma berada di lingkungan tempat tinggal penduduk dalam

wilayah RT yang terdiri atas masing-masing 10-20 rumah (disesuaikan dengan

situasi dan kondisi setempat). Menurut Tim Penggerak PKK Pusat (2015),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

5

kelompok Dasawisma diketuai oleh salah seorang yang dipilih di antara mereka.

Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman beranggotakan ibu-ibu

yang telah memiliki suami. Anggota tersebut berumur di antara 23-82 tahun.

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak dapat lepas dari interaksi sosial.

Melalui kelompok Dasawisma tersebut, masyarakat khususnya antaribu dapat

menjalin hubungan dan komunikasi.

Ketertarikan penelitian ini muncul ketika peneliti sering mendengar

percakapan yang memiliki perbedaan makna dengan ujaran yang didengar secara

langsung. Topik penelitian mengenai percakapan antaribu dalam arisan

Dasawisma dipilih karena dua alasan. Pertama, belum ada penelitian yang

mengkaji mengenai percakapan antaribu dalam arisan Dasawisma dengan kajian

pragmatik khususnya implikatur. Kedua, peneliti mendapati penggunaan

implikatur percakapan untuk menyampaikan maksud lain. Percakapan antaribu

sering kali menyampaikan makna tersirat, sehingga berpotensi untuk dikaji.

Secara spesifik, peneliti mengkaji tentang jenis implikatur percakapan, fungsi

implikatur percakapan, dan makna implikatur percakapan yang digunakan

antaribu dalam arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Jenis implikatur percakapan apa sajakah yang digunakan antaribu dalam arisan

Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

6

2. Fungsi implikatur percakapan apa sajakah yang digunakan antaribu dalam

arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman?

3. Makna implikatur percakapan apa sajakah yang digunakan antaribu dalam

arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan jenis implikatur percakapan yang digunakan antaribu dalam

arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman.

2. Mendeskripsikan fungsi implikatur percakapan yang digunakan antaribu dalam

arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman.

3. Mendeskripsikan makna implikatur percakapan yang digunakan antaribu dalam

arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun

bagi para pembaca dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan. Penelitian ini

diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis pada beberapa pihak.

1. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan mampu menambah kekritisan untuk

memahami dan memaknai sebuah tuturan. Penelitian ini juga diharapkan

mampu memberi informasi mengenai implikatur percakapan yang digunakan

antaribu dalam arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean,

Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

7

2. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

dan dapat digunakan sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian yang

telah ada.

1.5 Batasan Istilah

Batasan istilah digunakan untuk memberi gambaran mengenai judul dan

keseluruhan isi penelitian ini. Batasan istilah dalam penelitian ini merupakan

bagian dari teori pragmatik sebagai berikut:

1. Pragmatik

Yule (2006:4) berpendapat bahwa pragmatik adalah studi tentang makna

kontekstual.

2. Konteks

Kridalaksana (2008:134) mengungkapkan bahwa konteks adalah pengetahuan

yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham

akan apa yang dimaksud pembicara.

3. Implikatur

Implikatur adalah apa yang diharapkan dan apa yang dimaksud oleh penutur

sebagai hal yang berbeda dengan apa yang dinyatakan secara harafiah (Brown

dan Yule, dalam Rani, 2006:170).

4. Implikatur Percakapan

Kridalaksana (2008:91) mengungkapkan bahwa implikatur percakapan adalah

makna yang dipahami, tetapi tidak atau kurang terungkap dalam apa yang

diucapkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

8

5. Tindak Tutur

Putrayasa (2014:86) berpendapat bahwa tindak tutur adalah kegiatan seorang

menggunakan bahasa kepada mitra tutur dalam rangka mengkomunikasikan

sesuatu.

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I

merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II

merupakan landasan teori. Landasan teori memaparkan kajian terdahulu yang

relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Landasan teori juga

memaparkan teori-teori mengenai kajian pragmatik khususnya implikatur sebagai

dasar untuk menyelesaikan penelitian ini. Selain itu, bab II memaparkan kerangka

berpikir yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab III merupakan metodologi penelitian yang terdiri atas jenis penelitian,

sumber data dan data penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi data. Bab IV merupakan hasil

penelitian dan pembahasan. Bab ini memaparkan seluruh hasil penelitian sesuai

dengan rumusan masalah. Bab V merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan

dan saran. Selain bab-bab tersebut, peneliti juga menyajikan daftar pustaka dan

lampiran-lampiran pendukung penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II merupakan landasan teori. Bab ini terdiri atas kajian terdahulu

yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir sebagai dasar untuk

menyelesaikan penelitian ini. Berikut penjelasan rinciannya.

2.1 Kajian Terdahulu yang Relevan

Terdapat lima penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

Penelitian relevan yang pertama dilakukan oleh Maria Evi Marianti (2015),

berjudul “Implikatur Percakapan Orang Tua dengan Anak pada Peristiwa Makan

Malam Bersama dalam Keluarga Pendidik di Yogyakarta.” Tujuan penelitian

yang dilakukan oleh Marianti (2015) adalah (1) mendeskripsikan jenis implikatur

yang terdapat dalam percakapan orang tua kepada anak pada peristiwa makan

malam dalam keluarga pendidik, (2) mendeskripsikan fungsi implikatur

percakapan orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam dalam keluarga

pendidik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marianti (2015) memperoleh tiga

jenis implikatur percakapan, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur

percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala. Sedangkan fungsi

implikatur yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah tiga, yaitu fungsi

representatif berupa pemberian pernyataan, saran, pelaporan, pengeluhan; fungsi

direktif berupa menyuruh, meminta, menasihati; dan fungsi ekspresif berupa

meminta maaf, berterima kasih, memberi ucapan selamat, memuji, mengkritik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

10

Penelitian kedua dilakukan oleh Adven Desi Niatri (2016), berjudul

“Implikatur Percakapan antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya

Raditya Dika.” Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Niatri (2016) adalah (1)

mendeskripsikan jenis-jenis implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut

Merah Jambu karya Raditya Dika, (2) mendeskripsikan fungsi implikatur

percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika.

Hasil penelitian ini ditemukan tiga jenis implikatur percakapan, yaitu lima belas

implikatur percakapan khusus (IPK), tiga belas implikatur percakapan umum

(IPU), dan tiga implikatur percakapan berskala (IPB). Masing-masing jenis

implikatur tersebut diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sesuai ciri penanda

dan wujud percakapannya. Ditemukan tiga fungsi implikatur dalam penelitian ini,

yaitu (1) membangun pencitraan setiap tokoh (pemeran) dan menciptakan

kelucuan sebagai pendukung adegan, (2) penyalur pesan dari penulis sekaligus

sutradara Raditya Dika kepada penonton berupa nasihat-nasihat dan peringatan

baik terkait kehidupan sehari-hari (khususnya remaja), (3) implikatur percakapan

berfungsi untuk memperhalus tuturan untuk menarik simpati dan/atau meredam

amarah mitra tutur.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Ruswita Tamara Putry (2018), berjudul

“Implikatur Percakapan antara Orang Tua dengan Anak dalam Aktivitas Sehari-

hari di Desa Gilingharjo, Pandak, Bantul.” Tujuan penelitian yang dilakukan oleh

Putry (2018) adalah (1) mendeskripsikan jenis-jenis implikatur percakapan yang

ditemukan pada tuturan orang tua dengan anak dalam aktivitas sehari-hari, (2)

mendeskripsikan fungsi implikatur yang ditemukan pada tuturan orang tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

11

dengan anak dalam aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian ini memperoleh tiga

jenis implikatur percakapan, yaitu 44 implikatur percakapan umum, 31 implikatur

percakapan khusus, dan 8 implikatur percakapan berskala. Sedangkan hasil fungsi

implikatur dalam tuturan orang tua dengan anak memperoleh 52 fungsi direktif

berupa menyuruh, meminta, dan menasihati; 23 fungsi representatif berupa

memberi pernyataan, memberi saran, dan mengeluh; 5 fungsi ekspresif berupa

berterima kasih, mengucapkan selamat, dan memuji; 3 fungsi komisif berupa

mendorong penutur melakukan sesuatu komitmen berupa berjanji dan menolak.

Penelitian keempat dilakukan oleh Mery Cristi Esvinoza Sakoikoi (2017),

berjudul “Implikatur Percakapan antartokoh dalam Film Tenggelamnya Kapal

Van Der Wijck Karya Buya Hamka.” Tujuan penelitian yang dilakukan oleh

Esvinoza (2017) adalah (1) mendeskripsikan wujud implikatur yang terdapat

dalam percakapan antartokoh film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya

Buya Hamka, (2) mendeskripsikan jenis-jenis implikatur yang terdapat dalam

percakapan antartokoh film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya

Hamka, (3) mendeskripsikan makna pragmatik implikatur yang terdapat dalam

percakapan antartokoh film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya

Hamka. Hasil dari penelitian ini, Esvinoza (2017) menemukan empat wujud

implikatur, yaitu implikatur tuturan dalam representatif, implikatur tuturan dalam

ekspresif, implikatur tuturan dalam direktif, dan implikatur tuturan dalam komisif.

Terdapat tiga jenis implikatur yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu

implikatur percakapan umum (IPU), implikatur percakapan khusus (IPK), dan

implikatur percakapan berskala (IPB). Sedangkan maksud implikatur dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

12

penelitian ini ditemukan sebanyak lima belas, yaitu berspekulasi, memberi

kesaksian, mengakui, menunjukkan, melaporkan, mengungkapkan, menyebutkan,

mengkritik, mengeluh, menyanjung, memuji, menyarankan, meminta, mendesak,

dan ancaman.

Penelitian kelima dilakukan oleh Indah Rahayu (2018), berjudul “Implikatur

Percakapan dalam Dialog Interaktif Mata Najwa Metro TV dengan Pejabat Publik

Periode Januari-Juli 2017.” Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2018) ini

bertujuan untuk (1) mendeskripsikan wujud implikatur percakapan dalam dialog

interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017,

(2) mendeskripsikan maksud implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata

Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017 . Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat wujud implikatur percakapan

berupa tindak tutur dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat

publik periode Januari-Juli 2017, yakni representatif, komisif, direktif, dan

ekspresif. Ditemukan tujuh belas maksud implikatur percakapan berupa tindak

tutur, yakni menyatakan, menjelaskan, berspekulasi, menunjukkan,

memberitahukan, mengakui, memberi kesaksian, melaporkan, menolak,

mengajak, mendesak, menyarankan, melarang, memohon, mengkritik,

menyalahkan, dan menyindir.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara kelima penelitian yang relevan

dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Persamaan terletak pada penggunaan

topik dalam ranah pragmatik khususnya menggunakan teori implikatur untuk

mengkaji objek penelitian. Sedangkan perbedaannya terletak pada sumber data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

13

yang diteliti. Peneliti mengambil fokus penelitian pada implikatur percakapan

yang digunakan antaribu dalam arisan dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto,

Godean, Sleman yang belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian ini mengkaji

mengenai jenis implikatur percakapan, fungsi implikatur percakapan, dan makna

implikatur percakapan dari hasil percakapan yang digunakan antaribu dalam

arisan Dasawisma.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pragmatik

Menurut Rahardi (2003:16), pragmatik adalah ilmu bahasa yang mengkaji

maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-budaya tertentu.

Makna dalam kajian pragmatik bersifat terkait konteks. Sejalan dengan itu, Yule

(2006:4) berpendapat bahwa pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual.

Pragmatik dapat mempertegas apa yang dimaksudkan dalam suatu konteks dan

bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap tuturan yang dikatakan. Tarigan

(1986:34) menyatakan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai bagaimana cara

konteks memengaruhi cara kita menafsirkan kalimat.

Menurut Levinson (1983) dalam Rahardi (2003), pragmatik adalah studi

perihal ilmu bahasa yang mempelajari relasi-relasi antara bahasa dengan konteks

tuturannya. Leech (1993:8) mengartikan pragmatik adalah studi tentang makna

dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Menurut

George dalam Rahardi (2003) dijelaskan bahwa pragmatik adalah ilmu tentang

makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan

tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

14

Berdasarkan pandangan para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji mengenai maksud atau

makna suatu tuturan yang berkaitan dengan konteks. Konteks digunakan untuk

melatarbelakangi percakapan antara penutur dan mitra tutur sehingga tidak

menimbulkan kesalahpahaman. Pragmatik membantu penutur agar maksud yang

disampaikan dapat dipahami dengan tepat.

Pragmatik dan semantik memiliki hubungan yang erat, karena memiliki

persamaan yaitu mengkaji mengenai makna. Menurut Wijana (1996:2), semantik

dan pragmatik adalah cabang-cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna

satuan lingual. Semantik mempelajari makna secara internal, sedangkan

pragmatik mempelajari makna secara eksternal. Pragmatik adalah cabang ilmu

bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu

kebahasaan digunakan dalam komunikasi. Rahardi (2003) mengungkapkan bahwa

pragmatik bersifat terkait konteks, sedangkan makna yang dikaji dalam semantik

berciri bebas konteks.

2.2.2 Konteks

Leech (1993:20) berpendapat bahwa konteks sebagai suatu pengetahuan

latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur untuk

membantu menafsirkan makna tuturan. Sejalan dengan itu, Rahardi (2003:18)

mengungkapkan bahwa konteks adalah latar belakang pengetahuan yang dimiliki

oleh penutur dan mitra tutur sehingga mewadahi hadirnya sebuah tuturan. Konteks

dapat membantu penutur dan mitra tutur untuk menafsirkan kandungan pesan atau

maksud yang hendak disampaikan dalam setiap pertuturan. Oleh karena itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

15

konteks sangat menentukan makna suatu ujaran. Apabila konteks berubah, maka

makna suatu ujaran juga dapat berubah.

Kridalaksana (2008:134) mengungkapkan bahwa konteks adalah

pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga

pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara. Rani (2006:190)

berpendapat betapa pentingnya pemahaman tentang konteks linguistik, karena

dapat dipahami dasar ujaran dalam suatu komunikasi. Tanpa mengetahui struktur

bahasa dan wujud pemakaian kalimat, seseorang tidak dapat berkomunikasi

dengan baik. Namun, pengetahuan tentang struktur bahasa saja jelas tidak cukup.

Hal ini harus dilengkapi dengan pengetahuan konteks, yaitu di mana komunikasi

itu terjadi, apa objek yang dibicarakan, bagaimana tindakan si penutur, bagaimana

hubungan antara penutur dan mitra tutur, dan pemahaman yang sama yang

dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Berdasarkan pandangan para ahli di atas

dapat disimpulkan bahwa konteks adalah persamaan latar belakang yang dimiliki

oleh penutur dan mitra tutur untuk menciptakan komunikasi dengan makna yang

selaras.

2.2.3 Fenomena Pragmatik

Menurut Rahardi (2019), fenomena-fenomena kebahasaan yang dipelajari

dalam pragmatik berkembang terus-menerus dari waktu ke waktu. Fenomena-

fenomena pragmatik terbagi atas implikatur, deiksis, praanggapan

(presupposition), dan kesantunan berbahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

16

1. Implikatur

Wijana (1996) dalam Rahardi (2019), menyebutkan bahwa sebuah tuturan

dapat mengimplikasikan proposisi atau maksud yang bukan merupakan bagian

dari tuturan yang bersangkutan. Proposisi atau maksud yang diimplikasikan itulah

yang disebut implikatur (implicature). Menurut Brown dan Yule (dalam Rani,

2006:170), istilah implikatur digunakan untuk menerangkan apa yang

dimaksudkan oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan

secara harfiah.

2. Dieksis

Yule (2006) menjelaskan bahwa dieksis berarti “penunjukkan” melalui

bahasa. Ketika seseorang menunjukkan objek asing dan bertanya “Apa itu?”,

maka ia menggunakan ungkapan dieksis “itu” untuk menunjukkan sesuatu sesuai

konteks secara tiba-tiba. Secara sederhana deiksis menunjuk pada sesuatu, sebuah

fungsi yang mengacu pada hal yang bersifat luar kebahasaan. Karena bersifat luar

kebahasaan itulah deiksis dapat dikategorikan sebagai fenomena pragmatik (Rahardi

2019).

Menurut Yule (2006), dieksis terbagi menjadi tiga. Pertama, dieksis

persona yaitu digunakan untuk menunjukkan orang. Dieksis persona dengan jelas

menerapkan tiga pembagian dasar, kata ganti orang pertama “saya”, orang kedua

“kamu”, dan orang ketiga “dia”. Kedua, dieksis tempat yaitu digunakan untuk

menunjukkan tempat. Kata “di sini” mengandung arti tempat di mana penutur

berbicara, sedangkan kata “di sana” mengandung arti tempat yang berada di luar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

17

dari jangkauan pandangan si penutur. Ketiga, dieksis waktu yaitu digunakan untuk

menunjukkan waktu. Kata “sekarang” menunjukkan waktu saat penutur berbicara

maupun saat suara penutur sedang didengar oleh mitra tuturnya. Kata “pada saat

itu” menunjukkan waktu yang lampau maupun waktu yang akan datang dengan

waktu penutur sekarang.

3. Praanggapan (Presupposition)

Yule (2006) mendeskripsikan praanggapan sebagai sesuatu yang

diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan.

Dalam hal ini, kalimatnya tidak mengandung praanggapan, melainkan penuturnya

yang memiliki praanggapan. Praanggapan sebagai syarat yang diperlukan benar

tidaknya suatu kalimat. Praanggapan merupakan asumsi awal penutur sebelum

melakukan tuturan bahwa apa yang disampaikan oleh penutur dipahami oleh mitra

tutur dalam peristiwa tutur itu sendiri.

4. Kesantunan Berbahasa

Menurut Pranowo (2009), kesantunan dalam berkomunikasi berarti

mampu bertutur kata secara halus dan isi tutur katanya memiliki maksud yang

jelas, dapat menyejukkan hati, dan membuat orang lain berkenan. Tuturan secara

halus merupakan bentuk tuturan yang santun, sehingga yang disampaikan oleh

penutur dapat tersampaikan dengan baik kepada lawan tutur. Bahasa yang santun

adalah struktur bahasa yang disusun sedemikian rupa oleh penutur agar apa yang

disampaikannya tidak menyinggung perasaan pendengar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

18

2.2.4 Tindak Tutur

Dalam Rani (2006:158), dijelaskan bahwa konsep tindak tutur dicetuskan

oleh Austin (1962) dalam buku yang berjudul How to Do Things with Words.

Teori Austin tersebut dikembangkan oleh Searle (1960) dalam bukunya yang

berjudul Speech Acts, an Essay in the Philosophy of Language. Searle dalam Rani

(2006:158) berpendapat bahwa dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur.

Komunikasi bahasa bukan sekadar lambang, kata, atau kalimat, tetapi akan lebih

tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang

berwujud perilaku tindak tutur.

Menurut Yule (2006:82), tindak tutur adalah tuturan yang digunakan

penutur untuk menyatakan suatu maksud agar dimengerti oleh pendengar.

Putrayasa (2014:86) berpendapat bahwa tindak tutur adalah kegiatan seorang

menggunakan bahasa kepada mitra tutur dalam rangka mengkomunikasikan

sesuatu. Berdasarkan pandangan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

tindak tutur adalah tuturan yang memiliki tujuan agar mitra tutur melakukan suatu

tindakan.

Searle (dalam Rahardi, 2003:70) menyatakan terdapat tiga macam tindak

tutur yang harus dipahami. Tiga macam tindak tutur yang dikemukakan oleh

Searle yaitu tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner.

Ketiga tindak tutur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Tindak lokusioner (locutionary acts)

Tindak lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat

sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu (Rahardi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

19

2003:71). Tindak tutur ini dapat disebut sebagai “the act of saying something”

yaitu tindakan menginformasikan atau menyatakan sesuatu. Dalam tindak

lokusioner, tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan

oleh penutur. Menurut Searle (dalam Rani, 2006:160), tindak lokusi mengacu

pada aktivitas bertutur kalimat tanpa disertai tanggung jawab penuturnya untuk

melakukan suatu tindakan tertentu.

Dalam tindak lokusioner, seorang penutur mengatakan sesuatu secara

pasti. Gaya bahasa penutur dihubungkan langsung dengan sesuatu yang

diutamakan dalam isi ujarannya. Dengan demikian, sesuatu yang diutamakan

dalam tindak lokusi adalah isi ujaran yang diungkapkan oleh penutur. Tuturan

yang berbunyi “Kakiku berdarah”, hanya bermaksud untuk memberitahu mitra

tutur bahwa pada saat dituturkan pernyataan tersebut kaki penutur sedang dalam

keadaan berdarah.

2. Tindak ilokusioner (illocutionary acts)

Menurut Rahardi (2003:71), tindak ilokusioner adalah tindak melakukan

sesuatu dengan maksud dan fungsi yang tertentu pula. Tindak tutur semacam ini

dapat dikatakan sebagai “the act of doing something” yaitu tindakan yang

menghendaki mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu. Tuturan yang berbunyi

“Kakiku berdarah”, bukan hanya dimaksudkan untuk memberitahu mitar tutur

bahwa pada saat penyampaian tuturan tersebut kaki penutur sedang mengeluarkan

darah. Namun, penutur menginginkan mitra tutur melakukan tindakan tertentu

yang berkaitan dengan darah pada kakinya. Misal, mengambilkan obat penyumbat

darah dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

20

3. Tindak perlokusi (perlocutionary acts)

Tindak perlokusioner adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect)

kepada diri sang mitra tutur (Rahardi, 2003:72). Tindak tutur ini dapat disebut

dengan “the act of effecting someone” yaitu tindakan memberi pengaruh kepada

mitra tutur agar terdapat reaksi tertentu. Tuturan “Kakiku berdarah”, dapat

digunakan untuk menumbuhkan pengaruh (effect) rasa takut kepada mitra tutur.

Dalam penelitian ini, fungsi implikatur percakapan yang dikaji tidak terlepas

dari teori tindak tutur. Rani (2006:178) menyatakan bahwa implikatur

(percakapan) sering digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya

memperhalus preposisi yang diujarkan dan menyelamatkan muka (saving face).

Berkaitan dengan konteks budaya kita, penggunaan implikatur percakapan terasa

lebih sopan. Misalnya untuk menyatakan tindak tutur memerintah yakni

menggunakan konstruksi kalimat berita dan tanya. Ketika pembicara

mengucapkan suatu tuturan, ia sedang berupaya mengerjakan sesuatu dengan

kata-kata dalam tuturan itu.

Di antara ketiga jenis tindak tutur, yang dominan menjadi kajian ilmu

pragmatik adalah tindak tutur ilokusi (Saifudin 2019). Searle (dalam Rahardi,

2003:72), menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima macam bentuk

tuturan yang memiliki fungsi komunikatifnya masing-masing. Lima jenis fungsi

yang ditunjukkan oleh tindak tutur, yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan

deklarasi. Kelima fungsi tindak tutur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

21

1. Asertif

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur yang

mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya

menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Rani

(2006:161) berpendapat, asertif atau representatif ialah tindak tutur yang

menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya, misalnya pemberi pernyataan,

pemberi saran, pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat dari

kedua pakar tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa tindak tutur

asertif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk menyatakan suatu informasi

sesuai fakta yang diyakini oleh penutur.

Contoh: “Tadi malam ada maling yang mencuri motor Pak Bambang.”

Tuturan di atas bertujuan untuk melaporkan bahwa Pak Bambang baru saja

kehilangan motornya karena dicuri oleh maling.

2. Direktif

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan, memerintah, memohon,

menasihati, dan merekomendasi. Rani (2006:161-162) mengemukakan, direktif

ialah tindak tutur yang berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu,

misalnya menyuruh, meminta, dan menasihati. Tindak memerintah, bermaksud

ketika penutur mengungkapkan keinginannya kepada mitra tutur untuk melakukan

suatu hal, maka mitra tutur melakukan hal yang diperintahkan oleh penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

22

Berdasarkan pendapat dari kedua pakar tersebut, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang digunakan

oleh penutur kepada mitra tutur agar melakukan sesuatu.

Contoh: “Buangkan sampah itu ya.”

Tuturan di atas bertujuan memerintah mitra tutur untuk membuang sampah.

3. Ekspresif

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan

yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur

terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta

maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Rani (2006:161-162)

mengemukakan, ekspresif yaitu tindak tutur yang menyangkut perasaan dan sikap.

Tindakan ini berfungsi untuk mengekspresikan dan mengungkapkan sikap

psikologis penutur terhadap mitra tutur, misalnya berupa tindakan meminta maaf,

berterima kasih, menyampaikan ucapan selamat, memuji, menyatakan

belasungkawa. Berdasarkan pendapat dari kedua pakar tersebut, maka peneliti

dapat menyimpulkan bahwa tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang

berfungsi untuk mengungkapkan perasaan psikologis dari penutur terhadap mitra

tuturnya. Misalnya, ketika penutur melukai atau mengganggu mitra tutur, maka

penutur mengekspresikannya dengan meminta maaf kepada mitra tutur.

Contoh: “Maaf karena telah menghabiskan makananmu.”

Tuturan di atas bertujuan meminta maaf kepada mitra tutur karena telah

menghabiskan makanannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

23

4. Komisif

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang

berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji,

bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Rani (2006:161) berpendapat, komisif

adalah tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu, misalnya

bersumpah, berjanji, mengusulkan. Berdasarkan pendapat dari kedua pakar

tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa tindak tutur komisif adalah

tindak tutur yang melibatkan penutur untuk melakukan sesuatu di masa yang akan

datang.

Contoh: “Saya berjanji akan dapat ke acara ulang tahunmu besok.”

Tuturan di atas bertujuan menjanjikan kepada mitra tutur untuk datang ke acara

ulang tahunnya.

5. Deklarasi

Menurut Rahardi (2003:73), deklarasi yakni bentuk tutur yang

menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misalnya berpasrah, memecat,

menghukum. Rani (2006:161) mengemukakan, deklarasi yakni tindak tutur yang

menghubungkan isi proposisi dengan realita yang sebenarnya, misalnya

membaptis, menetapkan, memecat, dan sebagainya. Menurut Rani (2006:162),

tindak deklarasi dilakukan oleh seseorang yang mempunyai tugas khusus dalam

kerangka kerja institusional. Misalnya, seorang hakim yang bertugas menjatuhkan

hukuman, seorang pendeta yang menikahkan pasangan mempelai, dan seorang

atasan yang memecat pegawainya. Berdasarkan pendapat dari kedua pakar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

24

tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa tindak tutur deklarasi adalah

tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk mengubah dunia dan menciptakan

hal yang baru.

2.2.5 Implikatur

Konsep implikatur pertama kali dikenalkan Grice untuk memecahkan

persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan dengan teori semantik.

Rani (2006:177), mengutip pendapat Grice yang menyatakan “what a speaker can

imply, suggest, or mean, as distinct from what a speaker literally says.” Dari

pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa implikatur adalah makna tidak

langsung atau makna tersirat yang timbul dari apa yang dikatakan (eksplikatur).

Menggunakan implikatur dalam berkomunikasi berarti menyatakan sesuatu secara

tidak langsung.

Menurut Brown dan Yule (dalam Rani, 2006:170), istilah implikatur

digunakan untuk menerangkan apa yang dimaksudkan oleh penutur sebagai hal

yang berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah. Menurut Yule (2006:62),

implikatur adalah contoh utama dari banyaknya informasi yang disampaikan

daripada yang dikatakan. Berdasarkan pandangan para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa implikatur adalah apa yang dimaksudkan oleh penutur,

berbeda dengan hal yang disampaikannya.

Menurut Grice (1975) dalam Rani (2006), dalam pemakaian bahasa terdapat

implikatur yang disebut implikatur percakapan dan implikatur konvensional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

25

1. Implikatur Konvensional

Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan, dan tidak

bergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya (Yule, 2006:78).

Implikatur konvensional tidak didasari pada prinsip kerja sama atau maksim-

maksim, tidak harus terjadi dalam percakapan, dan tidak bergantung pada konteks

(Sulfiana, 2019). Implikatur konvensional lebih mudah menarik simpulan makna

yang terkandung dalam tuturan. Implikatur konvensional dapat menyatakan

makna dari suatu tuturan secara jelas. Oleh karena itu, makna tuturan dalam

implikatur konvensional dapat diketahui secara langsung oleh mitra tutur.

Contoh:

“Anggita adalah putri Solo, tetapi dia tidak luwes.”

Selama ini, kota Solo dikenal sebagai kota dengan kehalusan dan keluwesan

putri-putrinya. Implikatur yang mucul adalah perempuan atau wanita Solo pada

umumnya dikenal luwes.

2. Implikatur Percakapan

Implikatur percakapan berarti apa yang diimplikasikan, disarankan, atau

dimaksudkan oleh penutur tidak terungkap secara literal dalam tuturannya

(Putrayasa, 2014:15). Menurut Rustono (1999:82) dalam Sulfiana (2019),

implikatur percakapan adalah implikasi pragmatis yang terdapat di dalam

percakapan yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan.

Implikatur percakapan adalah maksud dari pemakaian bahasa yang tidak

terungkap, tetapi dapat dipahami oleh penutur dan mitra tutur karena memiliki

latar belakang pengetahuan yang sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

26

Contoh:

Afrio : “Shella memelihara kucing.”

Deo : “Hati-hati menyimpan daging”

Tuturan Deo muncul karena kesimpulan yang didasari oleh latar belakang

pengetahuan tentang kucing dan sifat-sifatnya. Adapun salah satu sifatnya adalah

senang memakan daging.

Suatu percakapan dapat dipahami maknanya jika melibatkan fenomena lain,

seperti prinsip kerja sama dan konteks tuturan yang melatarbelakanginya.

Munculnya makna suatu tuturan sangat bergantung dengan konteks yang sedang

terjadi. Agar percakapan dapat ditafsirkan, maka penutur dan mitra tutur harus

memiliki prinsip kerja sama, yakni kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh

partisipan harus saling berkait. Prinsip kerja sama ini mengutip pendapat dari

Grice (1975) dalam Yule (2006). Grice mengemukakan bahwa komunikasi dapat

terjadi apabila antara penutur dan mitra tutur patuh pada prinsip kerja sama

komunikasi. Prinsip kerja sama ini mengharuskan penutur untuk memberi

kontribusi sesuai dengan yang dibutuhkan dalam suatu percakapan. Menurut

Leech (1983) dalam Yulianti (2018), pelanggaran prinsip kerja sama itulah yang

dapat menimbulkan pesan yang berimplikasi, sehingga muncul implikatur. Prinsip

kerja sama percakapan dapat dirinci ke dalam empat sub-prinsip, yaitu:

1. Prinsip kuantitas

Informasi dari penutur tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya

dibutuhkan oleh mitra tutur. Oleh karena itu, pada prinsip ini penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

27

diharapkan dapat memberi informasi yang secukupnya atau sebanyak yang

dibutuhkan mitra tutur.

a. Buatlah percakapan yang informatif seperti yang diminta.

b. Jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta.

2. Prinsip kualitas

Penutur harus menyatakan suatu informasi dengan benar dan sesuai dengan

fakta sebenarnya. Tuturan-tuturan tersebut harus memiliki bukti konkret dan

jelas.

a. Jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini salah.

b. Jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti yang memadai.

3. Prinsip hubungan

Penutur dan mitra tutur harus memberikan kontribusi yang relevan dengan

topik pembicaraan, sehingga tujuan percakapan dapat tercapai secara efektif.

a. Relevanlah.

4. Prinsip tindakan

Penutur dan mitra tutur harus bertutur secara langsung, runtut, jelas, dan tidak

kabur.

a. Hindari ungkapan yang tidak jelas.

b. Hindari ketaksaan.

c. Buatlah singkat (hindari panjang-lebar yang tidak perlu).

d. Buatlah secara urut/teratur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

28

2.2.6 Implikatur Percakapan

Implikatur percakapan berarti apa yang diimplikasikan, disarankan, atau

dimaksudkan oleh penutur tidak terungkap secara literal dalam tuturannya

(Putrayasa, 2014:15). Kridalaksana (2008:134) mengungkapkan bahwa implikatur

percakapan adalah makna yang dipahami, tetapi tidak atau kurang terungkap

dalam apa yang diucapkan. Berdasarkan pandangan para ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa implikatur percakapan adalah makna yang dinyatakan oleh

penutur, tidak sama dengan tuturan yang diucapkannya. Menurut Yule (2006),

implikatur percakapan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu implikatur percakapan

umum, implikatur percakapan berskala, dan implikatur percakapan khusus.

1. Implikatur Percakapan Umum

Implikatur percakapan umum merupakan implikatur yang tidak

memperhitungkan makna tambahan (Yule, 2006). Menurut Nadar (dalam

Putrayasa, 2014:70), implikatur percakapan umum adalah implikatur yang

kehadirannya tidak membutuhkan konteks khusus. Dari pendapat para pakar

tersebut, dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan umum tidak

membutuhkan latar belakang pengetahuan dan konteks khusus untuk menangkap

dan menyimpulkan makna suatu tuturan.

Contoh:

Nadet: “Apakah kamu mengundang Rio dan Rangga?”

Flavia: “Aku mengundang Rio.”

Jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan

makna yang disampaikan, seperti pada contoh di atas, maka hal ini disebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

29

implikatur percakapan umum. Pada contoh di atas, implikatur percakapan

umum dapat dipahami tanda harus mengetahui konteks tuturan antarpenutur.

2. Implikatur Percakapan Berskala

Dalam implikatur berskala, informasi tertentu selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai (Yule,

2006). Implikatur percakapan berskala dapat ditandai dengan istilah-istilah untuk

mengungkapkan kuantitas, seperti: semua, sebagian besar, banyak, beberapa,

sedikit, selalu, sering, kadang-kadang. Ketika sedang bertutur, seorang penutur

menunjukkan kuantitas dari suatu informasi yang disampaikan.

Contoh:

“Saya membeli beberapa buah di toko itu.”

Pada contoh tersebut, penutur telah menyatakan implikatur percakapan

berskala dengan menggunakan pilihan kata “beberapa”. Pemilihan kata

“beberapa” mengandung arti bahwa tidak semua buah di toko itu dibeli oleh

penutur. Kata “beberapa” mengandung implikasi berskala lebih rendah dari

“semua”.

3. Implikatur Percakapan Khusus

Yule (2006:74) berpendapat bahwa implikatur percakapan khusus adalah

percakapan yang terjadi dengan konteks yang sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi secara lokal. Menurut Putrayasa (2014:72), implikatur

percakapan khusus merupakan makna yang diturunkan dari percakapan dengan

mengetahui atau merujuk konteks (sosial) percakapan, hubungan antarpembicara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

30

serta kebersamaan pengetahuan mereka. Hanya dengan pengetahuan khusus itulah

makna atau implikatur dapat diturunkan.

Contoh:

Mega : “Apakah kamu akan pergi ke rumah Clara?”

Kirana : “Sepupuku di rumah.”

Contoh percakapan di atas tampak tidak berhubungan. Namun, bagi orang

yang memahami konteks dan latar belakang khusus, maksud tuturan tersebut

dapat ditangkap dengan tepat. Untuk menghasilkan implikatur percakapan

khusus, dibutuhkan pengetahuan bersama antara penutur dan mitra tutur.

Implikatur percakapan khusus di atas adalah Kirana tidak dapat pergi ke rumah

Clara bersama Mega.

2.2.7 Sosiolinguistik

Menurut (Yuniseffendri n.d.), pragmatik dan sosiolinguistik memiliki

keterkaitan yang mendasar. Keterkaitan kedua bidang kajian ini tersirat dari

fungsinya dalam kajian kebahasaan. Sosiolinguistik memfokuskan kajian bahasa

dihubungkan dengan masyarakat penuturnya, berfungsi untuk mengantisipasi agar

proses komunikasi berjalan dengan baik dan lancar sesuai karakteristik

penuturnya. Sedangkan pragmatik, memfokuskan kajian bahasa dihubungkan

dengan konteks pembicaraan, berfungsi untuk memperlancar proses komunikai di

tengah masyarakat. Dengan demikian, jelas bahwa keduanya mempunyai

keterkaitan dan saling berkontribusi antara satu dengan lainnya.

Sumber data pada penelitian ini adalah ibu-ibu dalam acara arisan

Dasawisma. Para ibu tersebut tercatat sebagai anggota Dasawisma Dahlia yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

31

terletak di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman. Sebagian besar anggota

Dasawisma berasal dari suku Jawa. Terdapat satu anggota yang berasal dari suku

Sunda, akan tetapi dapat berbahasa Jawa dengan lancar. Dalam percakapan sehari-

hari, para ibu ini menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa utamanya.

Masyarakat Indonesia pada umumnya tergolong masyarakat dwibahaasa. Mereka

menguasai bahasa pertama (BI) bahasa daerah dan bahasa kedua (B2) bahasa

Indonesia (Pranowo, 2014:103) dalam Sari (2015).

Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa

dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer dan

Agustina, 2010:2) dalam Sari (2015). Sementara itu, Pateda (1992) memberikan

batasan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari bahasa dan

pemakaian bahasa dalam konteks budaya. Seseorang dalam berbahasa harus

memperhatikan konteks budaya tempat ia bertutur. Diharapkan dengan memahami

prinsip-prinsip sosiolinguistik, setiap penutur akan menyadari betapa pentingnya

ketepatan pemilihan bahasa sesuai dengan konteks budaya.

Dalam Rokhman (2013) dijelaskan, sosiolinguistik memberi pengetahuan

bagaimana cara menggunakan bahasa. Sosiolinguistik memberikan pedoman

dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya

bahasa apa yang harus digunakan jika berbicara dengan orang tertentu. Seorang

anak dalam suatu keluarga, harus menggunakan ragam atau gaya bahasa yang

berbeda jika lawan bicaranya adalah orang tua, kakak, atau adik. Seorang murid,

harus menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda jika lawan bicaranya

adalah guru, teman sekelas, kakak ataupun adik kelasnya. Sosiolinguistik juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

32

menunjukkan bagaimana harus berbicara bila berada di dalam masjid,

perpustakaan, pasar, atau lapangan sepak bola.

2.2.8. Kedwibahasaan

Kedwibahasaan merupakan salah satu bagian yang dikaji dalam

sosiolinguistik dengan fenomena kebahasaan yang ada di dalam masyarakat.

Bilingualisme atau kedwibahasaan berkenaan dengan pemakaian dua bahasa

secara bergantian oleh seorang penutur dalam aktivitasnya sehari-hari atau

interaksi sosialnya (Chaer dan Agustina, 2004). Bilingualisme merupakan rentetan

berjenang berawal dari menguasai bahasa pertama (B1). Setelah menguasai

bahasa pertama, kemudian menguasan bahasa kedua (B2).

Macnamara (1967) dalam Rokhman (2013) mengemukanan bahwa

kedwibahasaan mengacu pada pemilikan kemampuan sekurang-kurangnya B1 dan

B2, meskipun kemampuan dalam B2 hanya sampai batas minimal. Sejalan dengan

itu, menurut Huagen (1972) dalam Rokhman (2013), seorang dwibahasawan tidak

harus menguasai dua bahasa secara aktif, peguasaan B2 secara pasif dipandang

cukup menjadikan seseorang disebut sebagai dwibahasawan. Para ibu anggota

arisan Dasawisma sebagai sumber dalam penelitian ini, menguasai sekurang-

kurangnya dua bahasa. Bahasa pertama yang digunakan para ibu tersebut adalah

bahasa daerah yaitu bahasa Jawa. Bahasa Jawa menjadi bahasa utama yang

digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Bahasa kedua yang digunakan oleh

para ibu adalah bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

33

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian yang berjudul “Implikatur Percakapan antaribu dalam Arisan

Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman” ini menggunakan

teori tentang pragmatik. Peneliti berpatok pada teori pragmatik yang dikemukakan

oleh Yule dan Searle sebagai pisau analisis untuk menjelaskan tuturan-tuturan

antaribu dalam acara arisan Dasawisma yang dicurigai mengandung implikatur

percakapan. Teori pragmatik tersebut dispesifikasikan ke dalam teori tindak tutur

dan implikatur. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan jenis implikatur

percakapan, fungsi implikatur percakapan, dan makna implikatur percakapan yang

terdapat dalam tuturan antaribu dalam acara arisan Dasawisma. Berikut ini

disajikan sekema untuk memperjelas kerangka berpikir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

34

Implikatur Percakapan

antaribu dalam Arisan

Dasawisma di Dusun

Ngawen, Sidokarto,

Godean, Sleman

Pragmatik

Tindak Tutur

Implikatur

Jenis implikatur

percakapan

Fungsi implikatur

percakapan

Makna implikatur

percakapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III merupakan metodologi penelitian. Bab ini terdiri atas jenis

penelitian, sumber data dan data, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi data. Berikut uraian rinciannya.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini

bertujuan untuk membuat deskripsi, berupa kutipan-kutipan tertulis yang bersifat

menggambarkan apa adanya mengenai permasalahan yang dikaji. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi (dalam bentuk

kata-kata dan bahasa), pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006:6). Penelitian ini

bertujuan untuk mengamati, menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan

permasalahan yang dikaji.

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati dan menggambarkan percakapan

antaribu dalam arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman

yang diduga mengandung implikatur percakapan. Setelah itu, peneliti

menganalisis dan menjabarkan jenis implikatur, fungsi implikatur, dan makna

implikatur yang terkandung dalam percakapan tersebut. Penelitian bersifat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

36

deskriptif karena mendeskripsikan jenis implikatur percakapan, fungsi implikatur,

dan makna implikatur yang terdapat dalam arisan Dasawisma di Dusun Ngawen,

Sidokarto, Godean, Sleman.

3.2 Sumber Data dan Data

Sumber data pada penelitian ini adalah ibu-ibu dalam acara arisan

Dasawisma. Terdapat lima belas ibu yang menjadi sumber data penelitian. Para

ibu tersebut tercatat sebagai anggota Dasawisma Dahlia yang terletak di Dusun

Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman. Anggota Dasawisma Dahlia memiliki

profesi yang berbeda-beda. Sebagian besar anggota Dasawisma berasal dari suku

Jawa. Terdapat satu anggota yang berasal dari suku Sunda, akan tetapi dapat

berbahasa Jawa dengan lancar. Data pada penelitian ini adalah percakapan

antaribu dalam arisan Dasawisma yang diduga mengandung implikatur

percakapan.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2013:203). Penelitian ini bertujuan

untuk mencari data mengenai jenis implikatur percakapan, fungsi implikatur

percakapan, dan makna implikatur percakapan dalam arisan Dasawisma di Dusun

Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode simak. Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan

data adalah teknik rekam dan teknik catat. Peneliti menggunakan teori dari

Mahsun (2007) dan Muhammad (2016).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

37

Menurut Mahsun (2007:92), metode simak merupakan cara untuk

memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Pada

metode ini, peneliti menerapkan teknik simak bebas libat cakap. Peneliti tidak

terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti. Peneliti hanya

berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa antarinformannya pada arisan

Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman. Metode ini memiliki

teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Hal itu dikarenakan peneliti

mendapatkan data dengan menyadap penggunaan bahasa pada arisan Dasawisma.

Ketika menyimak percakapan yang sedang terjadi dalam acara arisan

Dasawisma, peneliti juga merekam percakapan agar data dapat tersimpan dengan

baik. Teknik rekam dilakukan agar data dapat diawetkan untuk ditranskrip baik

secara fonetik, fonemis, maupun ortografis (Muhammad, 2016:210). Teknik

merekam dilakukan tanpa sepengetahuan informan agar tidak mengganggu

kegiatan yang sedang berlangsung. Rekaman dapat digunakan agar mempermudah

penulis untuk menganalisis data.

Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode

simak dan teknik rekam. Teknik catat dilakukan untuk mentranskrip tuturan yang

mengandung implikatur percakapan antaribu dalam arisan Dasawisma di Dusun

Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman. Menurut Muhammad (2016:211), setelah

mencatat tuturan, peneliti dapat melakukan klasifikasi atau pengelompokan.

Peneliti dapat mengelompokkan data sesuai dengan jenis implikatur percakapan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

38

fungsi implikatur percakapan, dan makna implikatur percakapan. Peneliti

menggunakan tabel untuk mempermudah pengklasifikasian data tuturan.

Contoh tabek klasifikasi data jenis implikatur percakapan, fungsi implikatur

percakapan, dan makna implikatur percakapan antaribu dalam arisan Dasawisma

di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman.

Tabel 3.1 Klasifikasi Data Penelitian

No. Tuturan Konteks

Jenis

Implikatur

Percakapan

Fungsi

Implikatur

Percakapan

Makna

Implikatur

Percakapan

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2013), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga mudah diolah. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen atau

alat penelitian itu sendiri Sugiyono (2012:222). Peneliti bertugas untuk

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, mengklasifikasikan data, menganalisis data, menafsirkan data,

dan membuat kesimpulan.

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan berbekal penguasaan

teori dan pengetahuan mengenai pragmatik khususnya implikatur percakapan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

39

Peneliti terjun ke lapangan secara langsung untuk mencari data berdasarkan fokus

penelitian yang sudah direncanakan. Peneliti mengumpulkan data mengenai

implikatur percakapan yang digunakan antaribu dalam arisan Dasawisma di

Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman. Setelah itu, peneliti

mengklasifikasikan, menganalisis, menafsirkan, dan membuat kesimpulan

mengenai data yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, peneliti memegang peran

penting sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data. Namun, terdapat

instrumen lain yang digunakan agar membantu peneliti dalam mengumpulkan

data, yaitu menggunakan perekam suara pada gawai dan buku catatan.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif. Menurut Nurastuti (2007:130), analisis deskriptif yaitu analisis dengan

merinci dan menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam

bentuk kalimat. Peneliti melakukan analisis berdasarkan data yang tercantum

dalam bentuk tabel. Penelitian ini menghasilkan data berupa kata-kata dari

penjabaran permasalahan yang ada. Analisis data pada penelitian ini dilakukan

melalui empat tahap sebagai berikut.

1. Tahap Identifikasi

Identifikasi data merupakan kegiatan untuk menentukan, mengumpulkan, dan

mencatat data ataupun informasi yang diteliti. Pada tahap ini, peneliti

mengidentifikasi tuturan antaribu yang mengandung implikatur percakapan dalam

arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

40

2. Tahap Klasifikasi

Klasifikasi data dilakukan untuk mengelompokkan data-data yang telah

ditemukan. Pada tahap ini, peneliti mengelompokkan kumpulan implikatur

percakapan yang dituturkan para ibu dalam arisan Dasawisma berdasarkan jenis

implikatur percakapan, fungsi implikatur percakapan, dan makna implikatur

percakapan.

3. Tahap Interpretasi

Interpretasi data merupakan kegiatan menggabungkan hasil analisis dengan

pernyataan, pendapat, atau pandangan teoritis untuk menemukan makna dari suatu

data. Peneliti berpatok pada teori implikatur yang dikemukakan oleh Yule (2006)

dan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Searle dalam Rahardi (2003:72).

Teori tersebut digunakan sebagai pisau analisis untuk menjelaskan tuturan-tuturan

antaribu dalam acara arisan Dasawisma yang mengandung implikatur percakapan.

Pada tahap ini, peneliti melakukan penafsiran makna tuturan antaribu dalam arisan

Dasawisma sesuai dengan konteks yang ada. Interpretasi dilakukan untuk

mengetahui jenis implikatur percakapan, fungsi implikatur percakapan, dan

makna implikatur percakapan.

4. Tahap Pelaporan

Pada tahap ini, peneliti menyusun laporan hasil analisis data dalam bentuk

skripsi agar dapat dipertanggungjawabkan sebagai hasil penelitian. Peneliti

melakukan deskripsi yaitu pemaparan hasil analisis dengan kata-kata secara jelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

41

dan terperinci. Pelaporan dengan deskripsi meliputi pelaporan mengenai jenis

implikatur percakapan, fungsi implikatur percakapan, dan makna implikatur

percakapan.

3.6 Triangulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006:330). Triangulasi data pada

penelitian ini melibatkan seseorang yang ahli dalam bidang pragmatik.

Triangulator berperan untuk memeriksa, mengevaluasi, dan mengecek kembali

derajat kepercayaan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Peneliti memilih

ahli pragmatik dari Universitas Sanata Dharma prodi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, yakni Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri atas

deskripsi data, hasil analisis data, dan pembahasan. Bab ini memaparkan seluruh

hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah. Berikut uraian rinciannya.

4.1 Deskripsi Data

Bab ini menyajikan hasil analisis data dan pembahasan. Penelitian ini berjudul

Implikatur Percakapan antaribu dalam Arisan Dasawisma di Dusun Ngawen,

Sidokarto, Godean, Sleman. Fokus penelitian ini adalah tuturan antaribu dalam

arisan Dasawisma yang mengandung implikatur percakapan. Penelitian ini

mengkaji mengenai jenis implikatur percakapan, fungsi implikatur percakapan,

dan makna implikatur percakapan.

Sumber data pada penelitian ini adalah lima belas ibu yang merupakan anggota

arisan Dasawisma. Para ibu tersebut memiliki profesi yang berbeda-beda.

Sebagian besar anggota Dasawisma berasal dari suku Jawa. Terdapat satu anggota

yang berasal dari suku Sunda, akan tetapi dapat berbahasa Jawa dengan lancar.

Data penelitian ini berupa percakapan antaribu yang diduga mengandung

implikatur dalam arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean,

Sleman. Data diperoleh dari hasil menyimak percakapan antaribu dalam arisan

Dasawisma. Data diperoleh dari metode simak dengan menggunakan teknik

rekam dan teknik catat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

43

Data penelitian ini telah melalui tahap triangulasi. Triangulasi data dilakukan

oleh seseorang yang ahli dalam bidang pragmatik. Peneliti memilih ahli pragmatik

dari Universitas Sanata Dharma prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

yakni Dr. R. Kunjana Rahardi. Triangulasi data telah disetujui oleh triangulator

pada tanggal 5 Oktober 2020.

4.2 Hasil Analisis Data

Peneliti mendeskripsikan jenis implikatur percakapan, fungsi implikatur

percakapan, dan makna implikatur yang digunakan para ibu dalam arisan

Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman. Data berupa tuturan

tersebut dianalisis berdasarkan konteks yang berperan ketika berada di lokasi

kejadian. Peneliti berhasil mengumpulkan data sebanyak 120 tuturan yang berasal

dari percakapan antaribu dalam acara arisan Dasawisma. Berikut adalah tabel dari

hasil penelitian yang ditemukan.

Tabel 4.1 Klasifikasi Hasil Temuan Penelitian

No. Hasil Temuan

1. Jenis implikatur percakapan

yang digunakan antaribu

dalam arisan Dasawisma di

Dusun Ngawen, Sidokarto,

Godean, Sleman.

Implikatur percakapan umum

Implikatur percakapan berskala

Implikatur percakapan khusus

2. Fungsi implikatur percakapan

yang digunakan antaribu

dalam arisan Dasawisma di

Dusun Ngawen, Sidokarto,

Godean, Sleman.

Fungsi implikatur percakapan dalam

tuturan asertif

Fungsi implikatur percakapan dalam

tuturan direktif

Fungsi implikatur percakapan dalam

tuturan ekspresif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

44

Fungsi implikatur percakapan dalam

tuturan komisif

3. Makna implikatur percakapan

yang digunakan antaribu

dalam arisan Dasawisma di

Dusun Ngawen, Sidokarto,

Godean, Sleman.

Makna implikatur percakapan mengeluh

Makna implikatur percakapan

menyatakan

Makna implikatur percakapan mengklaim

Makna implikatur percakapan

menyarankan

Makna implikatur percakapan

memerintah

Makna implikatur percakapan

merekomendasikan

Makna implikatur percakapan meminta

Makna implikatur percakapan memohon

Makna implikatur percakapan mengajak

Makna implikatur percakapan meminta

maaf

Makna implikatur percakapan berterima

kasih

Makna implikatur percakapan

menyalahkan

Makna implikatur percakapan memberi

selamat

Makna implikatur percakapan memuji

Makna implikatur percakapan

menawarkan

Makna implikatur percakapan berjanji

4.2.1 Analisis Jenis Implikatur Percakapan

Menurut Yule (2006), implikatur percakapan terbagi menjadi tiga jenis,

yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

45

implikatur percakapan khusus. Pada penelitian ini, peneliti menemukan jenis

implikatur percakapan umum, jenis implikatur percakapan berskala, dan jenis

implikatur percakapan khusus yang digunakan antaribu dalam arisan Dasawisma.

Hasil klasifikasi data telah diidentifikasi berdasarkan kajian teori dan dipaparkan

deskripsi analisis sebagai berikut.

1. Implikatur Percakapan Umum

Implikatur percakapan umum merupakan implikatur yang tidak

memperhitungkan makna tambahan (Yule, 2006). Implikatur percakapan umum

tidak membutuhkan latar belakang pengetahuan dan konteks khusus untuk

menangkap dan menyimpulkan makna suatu tuturan. Peneliti menemukan

beberapa tuturan antaribu dalam arisan Dasawisma yang dapat dikategorikan

menjadi jenis implikatur percakapan umum. Berikut dijabarkan contoh analisis

data jenis implikatur percakapan umum.

Tabel 4.2 Data Jenis Implikatur Percakapan Umum

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Yani: “Ealah, aku nek arisan mesti

entuk keri dewe.”

Ibu Dina: “Aku yo ngono Bu, saking

bejone entuk keri terus.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Ibu Reta

mengeluarkan botol berisi

undian nama anggota

Dasawisma. Daftar nama

tersebut digunakan untuk

mengetahui anggota yang

akan memperoleh arisan.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Data 01

Ibu Yani: “Duh, aku kalau arisan selalu

dapat paling akhir.”

Ibu Dina: “Aku juga gitu Bu, terlalu

beruntung jadi dapat akhir

terus.”

2. Ibu Djarsah: “Walah Va, Ibuk lali ra

nggowo duit nggo pasok

PKK.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Saat itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

46

Ibu Eva: “Nggih, niki kulo mbeto kok

Buk.”

para ibu sedang dimintai uang

untuk pasok PKK. Ibu Eva

merupakan menantu dari Ibu

Djarsah.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 02

Ibu Djarsah: “Walah Va, Ibuk lupa gak

bawa uang buat pasok

PKK.”

Ibu Eva: “Ya, ini saya bawa kok Buk.”

3. Ibu Lastri: “PKK lo.”

Ibu Musrifah: “Jare diundur Bu?”

Ibu Lastri: “Lha kon pasok e, aku meng

manut sek akon.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Ibu

Lastri meminta anggota

Dasawisma membayar uang

untuk iuran PKK.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 03 Ibu Lastri: “PKK lo.”

Ibu Musrifah: “Katanya diundur Bu?”

Ibu Lastri: “Lha disuruh pasok e, aku

cuma ngikut yang nyuruh.”

4. Ibu Lastri: “Aku wingi wes pasok

jimpitan loro, kok meng

ditulis siji?”

Ibu Yani: “Kelalen paling. Tak tulis e

kene Bu.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Ibu

Lastri mengecek catatan di

buku, tetapi belum tercatat

pasokan jimpitan pada

pertemuan sebelumnya. Ibu

Lastri menuturkan tuturan

tersebut kepada Ibu Yani

karena beliau bertugas pada

bagian jimpitan.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 04

Ibu Lastri: “Aku kemarin udah pasok

jimpitan dua, kok cuma

ditulis satu?”

Ibu Yani: “Kelupaan paling. Aku tulisin

sini Bu.”

5. Ibu Lastri: “Nyo, rung tak itung.”

(Memberi buku kepada Ibu

Reta)

Ibu Reta: “Wahjan meng kon ngitung kok,

nambah-nambahi gawean

wae.”

Percakapan terjadi pada sore

hari saat arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Ibu

Lastri bertugas mencatat uang

arisan. Namun, beliau belum

menghitung jumlah uang

tersebut. Ibu Lastri langsung

memberi buku catatan kepada

Ibu Reta.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Ibu Lastri: “Nih, belum aku hitung.”

(Memberi buku kepada Ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

47

Reta)

Ibu Reta: “Duh cuma disuruh menghitung

kok, nambah-nambahi

kerjaan aja.”

Data 05

Data tuturan 01 merupakan percakapan antara Ibu Yani (38 tahun) dan Ibu

Dina (48 tahun). Percakapan antara Ibu Yani dan Ibu Dina termasuk implikatur

percakapan umum. Menurut Yule (2006), implikatur percakapan umum tidak

memperhitungkan makna tambahan. Ibu Yani berkata “Ealah, aku nek arisan

mesti entuk keri dewe” terjemahan dalam bahasa Idonesia “Duh, aku kalau arisan

selalu dapat paling akhir”, bermaksud mengeluhkan jika ia tidak pernah mendapat

undian arisan pada giliran awal. Implikatur percakapan ini terletak pada tuturan

Ibu Dina “Aku yo ngono Bu, saking bejone entuk keri terus” terjemahan dalam

bahasa Idonesia “Aku juga gitu Bu, terlalu beruntung jadi dapat akhir terus”.

Tuturan tersebut menyetujui pernyataan Ibu Yani akan keluhan yang sama

mengenai ketidakberuntungannya untuk mendapat undian arisan pada giliran

awal. Jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan

makna yang disampaikan, maka percakapaan ini termasuk implikatur percakapan

umum.

Data tuturan 02 merupakan percakapan antara Ibu Djarsah (74 tahun) dan Ibu

Eva (52 tahun). Percakapan antara Ibu Djarsah dan Ibu Eva termasuk implikatur

percakapan umum. Menurut Yule (2006), implikatur percakapan umum tidak

memperhitungkan makna tambahan. Implikatur percakapan ini terletak pada

tuturan Ibu Djarsah “Walah Va, Ibuk lali ra nggowo duit nggo pasok PKK”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

48

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Waduh Va, Ibuk lupa gak bawa uang buat

pasok PKK”. Implikatur percakapan tersebut bermakna memerintah Ibu Eva

untuk membayarkan uang PKK. Ibu Eva menangkap perintah Ibu Djarsah dengan

tuturan “Nggih, niki kulo mbeto kok Buk” terjemahan dalam bahasa Indonesia

“Ya, ini saya bawa kok Buk”, dapat diartikan bahwa Ibu Eva memahami ujaran

Ibu Djarsah tanpa harus membutuhkan konteks tambahan. Percakapan Ibu Djarsah

dan Ibu Eva dapat diketahui jika mereka sekeluarga. Hal tersebut terlihat dari kata

“Ibuk” yang ditekankan Ibu Djarsah untuk menyebutkan dirinya kepada Ibu Eva.

Jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna

yang disampaikan, maka percakapaan ini termasuk implikatur percakapan umum.

Data tuturan 03 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Musrifah (44 tahun). Percakapan antara Ibu Lastri dan Ibu Musrifah termasuk

implikatur percakapan umum. Menurut Yule (2006), implikatur percakapan

umum tidak memperhitungkan makna tambahan. Implikatur percakapan ini

terletak pada tuturan Ibu Lastri “PKK lo”. Tuturan tersebut bermaksud

memerintah anggota Dasawisma untuk membayar uang iuran PKK. Ibu Musrifah

menanggapi tuturan Ibu Lastri dengan berkata “Jare diundur Bu?” terjemahan

dalam bahasa Indonesia “Katanya diundur Bu?”. Tuturan Ibu Musrifah diartikan

jika ia memahami makna ujaran Ibu Lastri tanpa harus membutuhkan konteks

tambahan. Jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan

makna yang disampaikan, maka percakapaan ini termasuk implikatur percakapan

umum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

49

Data tuturan 04 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Yani (38 tahun). Percakapan antara Ibu Lastri dan Ibu Yani termasuk implikatur

percakapan umum. Menurut Yule (2006), implikatur percakapan umum tidak

memperhitungkan makna tambahan. Implikatur percakapan ini terletak pada

tuturan Ibu Lastri “Aku wingi wes pasok jimpitan loro, kok meng ditulis siji?”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Aku kemarin udah pasok jimpitan dua, kok

cuma ditulis satu?”. Tuturan Ibu Lastri bermaksud menyalahkan Ibu Yani karena

lalai tidak mencatat uang jimpitan pada pertemuan sebelumnya. Karena merasa

bersalah, Ibu Yani bertindak dengan membenarkan catatan jimpitan dan berkata

“Kelalen paling. Tak tulis e kene Bu” terjemahan dalam bahasa Indonesia

“Kelupaan paling. Aku tulisin sini Bu”. Dari tindakan yang dilakukan Ibu Yani,

implikatur percakapan Ibu Lastri dapat dipahami tanpa memerlukan konteks

khusus. Jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan

makna yang disampaikan, maka percakapaan ini termasuk implikatur percakapan

umum.

Data tuturan 05 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Reta (34 tahun). Percakapan antara Ibu Lastri dan Ibu Reta termasuk implikatur

percakapan umum. Menurut Yule (2006), implikatur percakapan umum tidak

memperhitungkan makna tambahan. Implikatur percakapan ini terletak pada

tuturan Ibu Lastri “Nyo, rung tak itung” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Nih,

belum aku hitung”. Tuturan tersebut bermaksud memerintah Ibu Reta untuk

menghitung jumlah uang arisan. Ibu Reta menanggapi tuturan Ibu Lastri dengan

berkata “Wahjan meng kon ngitung kok, nambah-nambahi gawean wae”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

50

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Duh cuma disuruh menghitung kok,

nambah-nambahi kerjaan aja”. Tuturan Ibu Reta diartikan jika ia memahami

makna ujaran Ibu Lastri tanpa harus membutuhkan konteks tambahan. Jika

pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna yang

disampaikan, maka percakapaan ini termasuk implikatur percakapan umum.

2. Implikatur Percakapan Berskala

Dalam implikatur berskala, informasi tertentu selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai (Yule,

2006). Peneliti menemukan beberapa tuturan antaribu dalam arisan Dasawisma

yang dapat dikategorikan menjadi jenis implikatur percakapan berskala. Berikut

dijabarkan contoh analisis data jenis implikatur percakapan berskala.

Tabel 4.3 Data Jenis Implikatur Percakapan Berskala

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Jilah: “Arisan ki nek ora diarep-arep

malah metu.”

Ibu Yani: “Akeh tunggal e Bu. Makan e

ra tau tak arep-arep.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Saat itu,

para ibu sedang mengundi

satu nama untuk menentukan

anggota yang akan

memperoleh uang

Dasawisma.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Data 19

Ibu Jilah: “Arisan tu kalau gak diharapin

malah keluar.”

Ibu Yani: “Banyak temannya Bu.

Makannya gak pernah aku

berharapin.”

2. Ibu Reta: “Sopo sek arep utang?”

Ibu Yani: “Iseh akeh ki, nek arep bodo

wae.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Saat itu,

arisan Dasawisma sedang

berlangsung dan membahas

mengenai utang piutang. Ibu Reta: “Siapa yang mau utang?”

Ibu Yani: “Masih banyak nih, kalau mau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

51

lebaran aja.” (Kamis, 4 Juni 2020)

Data 20

3. Ibu Warti: “Golek utangan sesok nek bar

bodo, sek mantu akeh.”

Ibu Yani: “Hoo ya Bu, nyumbang terus

e.”

Percakapan terjadi pada sore

hari. Saat itu, arisan

Dasawisma sedang

berlangsung dan membahas

mengenai utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 21

Ibu Warti: “Nyari utang besok habis

lebaran, banyak yang nikah.”

Ibu Yani: “Iya ya Bu, menyumbang terus

e.”

4. Ibu Dina: “Uwong ki nek ndue utang

malah semangat le nyambut

gawe.”

Ibu Jilah: “Yo ra meng nek ndue utang,

neng kui salah sijine.”

Percakapan terjadi pada sore

hari. Saat itu, arisan

Dasawisma sedang

berlangsung dan membahas

mengenai utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 23 Ibu Dina: “Orang tu kalau punya utang

malah semangat kerjanya.”

Ibu Jilah: “Ya gak cuma punya utang,

tapi itu salah satunya.”

5. Ibu Lastri: “Arisan e wis entuk piro e

Mbak?”

Ibu Maya: “Koyone rung ono separo ya

Mbak?”

(Ibu Reta mengambil buku dan melihat

catatan)

Ibu Reta: “Wingi gek pitu, wolu saiki.”

Dasawisma akan dimulai. Ibu

Reta bertugas sebagai

sekretaris di arisan

Dasawisma. Pada pertemuan

tersebut, nama anggota yang

akan mendapat undian

merupakan urutan kedelapan.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Data 25 Ibu Lastri: “Arisannya udah dapat berapa

ya Mbak?”

Ibu Warti: “Kayaknya belum ada separuh

ya Mbak?”

(Ibu Reta mengambil buku dan melihat

catatan)

Ibu Reta: “Kemarin baru tujuh, delapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

52

sekarang.”

Data tuturan 19 merupakan percakapan antara Ibu Jilah (56 tahun) dan Ibu

Yani (38 tahun). Percakapan antara Ibu Lastri dan Ibu Reta termasuk implikatur

percakapan berskala. Dalam implikatur berskala, informasi tertentu selalu

disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu

skala nilai (Yule, 2006). Tuturan Ibu Yani “Akeh tunggal e Bu. Makan e ra tau tak

arep-arep” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Banyak temannya Bu. Makannya

gak pernah aku berharapin”, menjadi indikasi bahwa percakapan tersebut

merupakan implikatur percakapan berskala. Wujud implikatur berskala pada

tuturan Ibu Yani ditandai dengan ungkapan kuantitas, yaitu kata “akeh” yang

berarti “banyak”. Kata tersebut menunjukkan skala nilai tertinggi, yang digunakan

untuk mengungkapkan suatu maksud dalam bentuk jumlah. “Akeh” pada tuturan

Ibu Yani bermakna jumlah yang banyak, untuk menjelaskan bahwa bukan hanya

Ibu Jilah yang tidak pernah mendapatkan undian arisan pada giliran awal.

Data tuturan 20 merupakan percakapan antara Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu

Yani (38 tahun). Percakapan antara Ibu Reta dan Ibu Yani termasuk implikatur

percakapan berskala. Dalam implikatur berskala, informasi tertentu selalu

disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu

skala nilai (Yule, 2006). Tuturan Ibu Yani “Iseh akeh ki, nek arep bodo wae”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Masih banyak nih, kalau mau lebaran aja”,

menjadi indikasi bahwa percakapan tersebut merupakan implikatur percakapan

berskala. Wujud implikatur berskala ditandai dengan ungkapan kuantitas, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

53

kata “akeh” yang berarti “banyak”. Kata tersebut menunjukkan skala nilai

tertinggi, yang digunakan untuk mengungkapkan suatu maksud dalam bentuk

jumlah. “Akeh” pada tuturan Ibu Yani menunjukkan jumlah untuk menjelaskan

nominal utang yang ia punya sebelumnya. Kata tersebut memiliki makna

penolakan untuk mengajukan utang kembali di arisan Dasawisma.

Data tuturan 21 merupakan percakapan antara Ibu Warti (58 tahun) dan Ibu

Yani (38 tahun). Percakapan antara Ibu Warti dan Ibu Yani termasuk implikatur

percakapan berskala. Dalam implikatur berskala, informasi tertentu selalu

disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu

skala nilai (Yule, 2006). Tuturan Ibu Warti “Golek utangan sesok nek bar bodo,

sek mantu akeh” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Nyari utang besok habis

lebaran, banyak yang nikah”, menjadi indikasi bahwa percakapan tersebut

merupakan implikatur percakapan berskala. Wujud implikatur berskala ditandai

dengan ungkapan kuantitas, yaitu kata “akeh” yang berarti “banyak”. Kata

tersebut menunjukkan skala nilai tertinggi, yang digunakan untuk

mengungkapkan suatu maksud dalam bentuk jumlah. “Akeh” pada tuturan Ibu

Warti bermakna menjelaskan kebutuhan yang akan dikeluarkan oleh para ibu

untuk menyumbang, dikarenakan beberapa warga Dusun Ngawen akan

melangsungkan pernikahan.

Data tuturan 23 merupakan percakapan antara Ibu Dina (48 tahun) dan Ibu

Jilah (56 tahun). Percakapan antara Ibu Dina dan Ibu Jilah termasuk implikatur

percakapan berskala. Dalam implikatur berskala, informasi tertentu selalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

54

disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu

skala nilai (Yule, 2006). Tuturan Ibu Jilah “Yo ra meng nek ndue utang, neng kui

salah sijine” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ya gak cuma punya utang, tapi

itu salah satunya”, menjadi indikasi bahwa percakapan tersebut merupakan

implikatur percakapan berskala. Wujud implikatur berskala ditandai dengan

ungkapan kuantitas, yaitu kata “salah sijine” yang berarti “salah satunya”. Kata

tersebut menunjukkan skala “rendah/sedikit”, yang digunakan untuk

mengungkapkan suatu maksud dalam bentuk jumlah. “Salah sijine” pada tuturan

Ibu Jilah digunakan untuk menjelaskan alasan orang rajin bekerja.

Data tuturan 25 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun), Ibu

Maya (33 tahun), dan Ibu Reta (34 tahun). Percakapan antara Ibu Lastri, Ibu

Maya, dan Ibu Reta termasuk implikatur percakapan berskala. Dalam implikatur

berskala, informasi tertentu selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai (Yule, 2006). Tuturan Ibu Maya

“Koyone rung ono separo ya Mbak?” terjemahan dalam bahasa Indonesia

“Kayaknya belum ada separuh ya Mbak?”, menjadi indikasi bahwa percakapan

tersebut merupakan implikatur percakapan berskala. Wujud implikatur berskala

ditandai dengan ungkapan kuantitas, yaitu kata “separo” yang berarti “separuh”.

Kata tersebut menunjukkan skala lebih rendah dari “semua” yang berarti “tidak

semua/sebagian”. Kata “separo” digunakan untuk mengungkapkan suatu maksud

dalam bentuk jumlah. “Separo” pada tuturan Ibu Maya digunakan untuk

mempertegas jumlah undian nama yang telah diperoleh di arisan Dasawisma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

55

3. Implikatur Percakapan Khusus

Yule (2006:74) berpendapat bahwa implikatur percakapan khusus adalah

percakapan yang terjadi dengan konteks yang sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi secara lokal. Peneliti menemukan beberapa tuturan

antaribu dalam arisan Dasawisma yang dapat dikategorikan menjadi jenis

implikatur percakapan khusus. Berikut dijabarkan contoh analisis data jenis

implikatur percakapan khusus.

Tabel 4.4 Data Jenis Implikatur Percakapan Khusus

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Eva: “Kumbahanku akeh banget,

wingi arep setriko malah ra

iso.”

Ibu Warti: “Wit e ambruk neng

Klajuran.”

Percakapan terjadi pada sore

hari saat arisan Dasawisma

telah berakhir. Terdapat

beberapa ibu yang masih

berkumpul untuk berbincang-

bincang. Pada hari Rabu, 15

Juli 2020, dusun Ngawen

mengalami pemadaman listrik

karena trafo listrik tertimpa

pohon tumbang.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Data 29

Ibu Eva: “Jemuranku banyak banget,

kemarin mau setrika malah gak

bisa.”

Ibu Warti: “Pohonnya tumbang di

Klajuran.”

2. Ibu Mulyanti: “Bu Eva, gas e Bu Mimin.”

Ibu Eva: “Hoo butuh papat e. Tak omong

Pak Bowo. Nuwun Mbak.”

Percakapan terjadi pada sore

hari. Saat itu, arisan

Dasawisma telah berakhir,

tetapi terdapat beberapa ibu

yang masih berkumpul. Pada

saat itu, Ibu Mulyanti

membaca pesan di gawai dan

memberitahu Ibu Eva bahwa

tersedia gas di toko milik Ibu

Mimin. Gas di toko milik Ibu

Mimin sangat cepat habis,

sedangkan Ibu Eva

membutuhkan banyak gas

Ibu Mulyanti: “Bu Eva, gasnya Bu

Mimin.”

Ibu Eva: “Iya butuh empat e. Tak bilang

Pak Bowo. Makasih Mbak.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

56

untuk kateringnya.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 33

3. Ibu Lastri: “Bu Hesti, mentok e Pak

Kemang mangani sayuranku

e, tanduran e kabeh do

entek.”

Ibu Hesti: “Oalah ngapurane yo Mbak,

mengko tak omongan e ben

dikandangi terus.”

Percakapan terjadi pada sore

hari saat arisan Dasawisma

telah berakhir. Terdapat

beberapa anggota Dasawisma

yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Rumah

Ibu Lastri bersebelahan dengan

rumah Ibu Hesti. Ibu Lastri

memiliki kebun sayur dan

tanaman hias di samping

rumahnya. Ibu Hesti dan

suaminya yang bernama Pak

Kemang memiliki hewan

peliharaan yaitu itik.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 35

Ibu Lastri: “Bu Hesti, itiknya Pak

Kemang makan sayuranku e,

tanamannya pada habis

semua.”

Ibu Hesti: “Ya ampun maaf ya Mbak,

nanti aku kasih tau biar

dikandangin terus.”

4. Ibu Lastri: “Tanggal nem belas lo Bu,

ayo makan-makan.”

Ibu Eva: “Ayo, mbeleh endog ya hehehe.”

Ibu Lastri: “Hahaha selamat ulang tahun

ya Bu.”

Percakapan terjadi pada sore

hari saat arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Ibu Eva

dan Ibu Lastri duduk

berseblahan. Pada hari itu, Ibu

Eva sedang berulang tahun.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Data 37

Ibu Lastri: “Tanggal enam belas lo Bu,

ayo makan-makan.”

Ibu Eva: “Ayo, motong ayam ya hehehe.”

Ibu Lastri: “Hahaha selamat ulang tahun

ya Bu.”

5. Ibu Eva: “Din dus e akeh lo.”

Ibu Painah: “Nggih Bu, mengko tak

moro.”

Ibu Eva: “Rodo bengi yo ra popo.”

Percakapan terjadi pada sore

hari. Saat itu, arisan

Dasawisma telah berakhir,

tetapi terdapat beberapa ibu

yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Ibu Eva

memiliki usaha katering.

Terkadang, Ibu Painah Ibu Eva: “Din kardusnya banyak lo.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

57

Ibu Painah: “Ya Bu, nanti aku datang.”

Ibu Eva: “Agak malam juga gak apa-

apa.”

membantu di katering milik

Ibu Eva.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Data 40

Data tuturan 29 merupakan percakapan antara Ibu Eva (52 tahun) dan Ibu

Warti (58 tahun). Percakapan antara Ibu Eva dan Ibu Jilah termasuk implikatur

percakapan khusus. Yule (2006:74) berpendapat bahwa implikatur percakapan

khusus adalah percakapan yang terjadi dengan konteks yang sangat khusus

sehingga dapat mengasumsikan informasi secara lokal. Tuturan Ibu Warti “Wit e

ambruk neng Klajuran” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Pohonnya tumbang

di Klajuran” mengandung makna implisit, maka dibutuhkan konteks tambahan.

Kontek khusus dalam percakapan Ibu Eva dan Ibu Warti adalah terjadi

pemadaman listrik karena terdapat pohon rumuh di Klajuran. Implikatur

percakapan Ibu Warti bermaksud memberitahu penyebab pemadaman listrik yang

terjadi di dusun Ngawen. Data tuturan 29 ini melanggar maksim relevansi.

Maksim relevansi berbicara tentang materi yang relevan dengan apa yang

diperbincangkan. Percakapan yang melanggar relevansi adalah ketika Ibu Eva

menyampaikan bahwa ia tidak bisa menyetrika baju-bajunya, tetapi Ibu Warti

menjawab dengan mengutarakan bahwa terdapat pohon rubuh. Oleh karena itu,

tidak ada relevansi antara tuturan Ibu Eva dan Ibu Warti. Jika pengetahuan khusus

dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna yang disampaikan, maka

percakapaan ini termasuk implikatur percakapan khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

58

Data tuturan 33 merupakan percakapan antara Ibu Mulyanti (55 tahun) dan

Ibu Eva (52 tahun). Percakapan antara Ibu Mulyanti dan Ibu Eva termasuk

implikatur percakapan khusus. Yule (2006:74) berpendapat bahwa implikatur

percakapan khusus adalah percakapan yang terjadi dengan konteks yang sangat

khusus sehingga dapat mengasumsikan informasi secara lokal. Tuturan Ibu

Mulyanti “Bu Eva, gas e Bu Mimin” mengandung makna implisit. Supaya

memahami maksud Ibu Mulyanti, dibutuhkan konteks khusus yang

melatarbelakangi adanya percakapan. Konteks khusus dalam percakapan antaribu

tersebut adalah kelangkaan tabung gas di dusun Ngawen dan Ibu Eva memiliki

usaha katering. Ibu Mulyanti menyatakan tuturan tersebut karena tahu jika Ibu

Eva membutuhkan banyak tabung gas. Ibu Mulyanti memberitahu agar Ibu Eva

segera membeli gas di toko milik Ibu Mimin. Jika pengetahuan khusus

dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna yang disampaikan, maka

percakapaan ini termasuk implikatur percakapan khusus.

Data tuturan 35 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Hesti (49 tahun). Percakapan antara Ibu Lastri dan Ibu Hesti termasuk implikatur

percakapan khusus. Yule (2006:74) berpendapat bahwa implikatur percakapan

khusus adalah percakapan yang terjadi dengan konteks yang sangat khusus

sehingga dapat mengasumsikan informasi secara lokal. Tuturan Ibu Lastri “Bu

Hesti, mentok e Pak Kemang mangani sayuranku e, tanduran e kabeh do entek”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Bu Hesti, itiknya Pak Kemang makan

sayuranku e, tanamannya pada habis semua” mengandung makna implisit, maka

dibutuhkan konteks tambahan. Kontek khusus dalam tuturan tersebut adalah Ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

59

Lastri memiliki kebun dan Ibu Hesti memiliki hewan peliharaan berupa itik. Itik-

itik tersebut tidak dikandangi sehingga sering merusak tanaman milik Ibu Lastri.

Ibu Lastri menyatakan tuturan tersebut dengan maksud agar Ibu Hesti dan

suaminya dapat mengondisikan itik-itik yang dipelihara. Jika pengetahuan khusus

dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna yang disampaikan, maka

percakapaan ini termasuk implikatur percakapan khusus.

Data tuturan 37 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Eva (52 tahun). Percakapan antara Ibu Lastri dan Ibu Eva termasuk implikatur

percakapan khusus. Yule (2006:74) berpendapat bahwa implikatur percakapan

khusus adalah percakapan yang terjadi dengan konteks yang sangat khusus

sehingga dapat mengasumsikan informasi secara lokal. Tuturan Ibu Lastri

“Tanggal nem belas lo Bu, ayo makan-makan” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Tanggal enam belas lo Bu, ayo makan-makan” mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan konteks tambahan. Implikatur percakapan khusus

semakin dikuatkan oleh tuturan Ibu Eva “Ayo, mbeleh endog ya hehehe”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ayo, motong telur ya hehehe”. Oleh karena

itu, percakapan antara Ibu Lastri dan Ibu Eva membutuhkan konteks tambahan

supaya mengetahui makna dari tuturannya. Konteks khusus dalam tuturan

tersebut adalah pada tanggal 16 Juli 2020, Ibu Eva sedang berulang tahun. Ibu

Lastri menuturkan tuturan tersebut dengan maksud bercanda meminta traktiran.

Secara tidak langsung, Ibu Lastri juga mengucapkan selamat ulang tahun kepada

Ibu Eva. Jika pengetahuan khusus dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna

yang disampaikan, maka percakapaan ini termasuk implikatur percakapan khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

60

Data tuturan 40 merupakan percakapan antara Ibu Eva (52 tahun) dan Ibu

Pinah (44 tahun). Percakapan antara Ibu Eva dan Ibu Painah termasuk implikatur

percakapan khusus. Yule (2006:74) berpendapat bahwa implikatur percakapan

khusus adalah percakapan yang terjadi dengan konteks yang sangat khusus

sehingga dapat mengasumsikan informasi secara lokal. Tuturan Ibu Eva “Din dus

e akeh lo” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Din kardusnya banyak lo”

mengandung makna implisit, maka dibutuhkan konteks tambahan. Kontek khusus

dalam tuturan tersebut adalah Ibu Eva memiliki usaha katering. Sedangkan Ibu

Pinah merupakan buruh yang sering membantu di usaha milik Ibu Eva. Implikatur

percakapan Ibu Eva bermaksud memerintah Ibu Painah untuk menyusun kardus di

katering miliknya. Jika pengetahuan khusus dipersyaratkan untuk

memperhitungkan makna yang disampaikan, maka percakapaan ini termasuk

implikatur percakapan khusus.

4.2.2 Analisis Fungsi Implikatur Percakapan

Fungsi implikatur percakapan tidak terlepas dari teori tindak tutur. Rani

(2006:178) menyatakan bahwa implikatur (percakapan) sering digunakan untuk

tujuan-tujuan tertentu, misalnya memperhalus preposisi yang diujarkan dan

menyelamatkan muka (saving face). Putrayasa (2014:86) berpendapat bahwa

tindak tutur adalah kegiatan seorang menggunakan bahasa kepada mitra tutur

dalam rangka mengkomunikasikan sesuatu. Menurut Searle (dalam Rahardi,

2003:72), tindak tutur ilokusi digolongkan ke dalam lima macam bentuk tuturan

yang memiliki fungsi komunikatifnya masing-masing. Lima jenis fungsi yang

ditunjukkan oleh tindak tutur, yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

61

deklarasi. Namun, pada penelitian ini hanya ditemukan beberapa fungsi implikatur

percakapan, yaitu asertif, direktif, ekspresif, dan komisif. Fungsi implikatur

percakapan pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.

1. Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Asertif

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur yang

mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya

menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Peneliti

menemukan beberapa tuturan antaribu yang dapat dikategorikan menjadi fungsi

implikatur percakapan dalam tuturan asertif. Berikut dijabarkan contoh analisis

data tuturan asertif.

Tabel 4.5 Data Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Asertif

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Yani: “Ealah, aku nek arisan mesti

entuk keri dewe.”

Ibu Dina: “Aku yo ngono Bu, saking

bejone entuk keri terus.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Ibu Reta

mengeluarkan botol berisi

undian nama anggota

Dasawisma. Daftar nama

tersebut digunakan untuk

mengetahui anggota yang akan

memperoleh arisan.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Data 41

Ibu Yani: “Duh, aku kalau arisan selalu

dapat paling akhir.”

Ibu Dina: “Aku juga gitu Bu, terlalu

beruntung jadi dapat akhir

terus.”

2. Ibu Lastri: “Iki bolpen e sopo ya?”

Ibu Yani: “Arep tak nggo malah digowo

terus ket mau.”

Ibu Lastri: “Tak kiro nggonku e. Nyo,

jebul aku ra nggowo hehehe.”

(Memberi bolpoin kepada Ibu

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Saat itu,

Ibu Lastri dan Ibu Yani duduk

bersebelahan. Ibu Lastri

sedang menulis catatan dan

tiba-tiba mengarahkan bolpoin

yang ia gunakan pada Ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

62

Yani). Yani.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 43

Ibu Lastri: “Ini bolpoinnya siapa ya?”

Ibu Yani: “Mau aku pakai malah dibawa

terus dari tadi.”

Ibu Lastri: “Aku kira punyaku. Ini,

ternyata aku gak bawa

hehehe.”

(Memberi bolpoin kepada Ibu

Yani).

3. Ibu Warti: “Golek utangan sesok nek bar

bodo, sek mantu akeh.”

Ibu Yani: “Hoo ya Bu, nyumbang terus

e.”

Percakapan terjadi pada sore

hari. Saat itu, arisan

Dasawisma sedang

berlangsung dan membahas

mengenai utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 44

Ibu Warti: “Nyari utang besok habis

lebaran, banyak yang nikah.”

Ibu Yani: “Iya ya Bu, menyumbang terus

e.”

4. Ibu Dina: “Uwong ki nek ndue utang

malah semangat le nyambut

gawe.”

Ibu Jilah: “Yo ra meng nek ndue utang,

neng kui salah sijine.”

Percakapan terjadi pada sore

hari. Saat itu, arisan

Dasawisma sedang

berlangsung dan membahas

mengenai utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 46 Ibu Dina: “Orang tu kalau punya utang

malah semangat kerjanya.”

Ibu Jilah: “Ya gak cuma punya utang,

tapi itu salah satunya.”

5. Ibu Lastri: “Arisan RT sesok mundur satu

hari ya, padane wingi malem

Minggu, sesok malem Senen.”

Ibu Dina: “Telung dino ya?”

Ibu Lastri: “Hoo.”

Percakapan terjadi pada sore

hari. Saat itu, arisan

Dasawisma akan diakhiri.

Sebelum anggota Dasawisma

pulang ke rumah masing-

masing, Ibu Lastri memberi

pengumuman bahwa

pelaksanaan arisan RT akan

diundur. Ibu Lastri: “Arisan RT besok mundur

satu hari ya, misalnya

kemarin malam Minggu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

63

besok malam Senin.”

Ibu Dina: “Tiga hari ya?”

Ibu Lastri: “Iya.”

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 47

Data tuturan 41 pada percakapan Ibu Yani (38 tahun) dan Ibu Dina (48 tahun)

dapat dikelompokkan sebagai fungsi implikatur percakapan dalam tuturan asertif.

Percakapan antara Ibu Yani dan Ibu Dina mengandung keluhan mengenai undian

arisan yang selalu didapatkan pada giliran akhir. Keluhan tampak pada tuturan Ibu

Yani “Ealah, aku nek arisan mesti entuk keri dewe” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Duh, aku kalau arisan selalu dapat paling akhir”. Keluhan Ibu Yani

tersebut diperkuat dengan kata “Ealah” berarti “Duh” yang menunjukkan

kesusahan akan suatu hal. Unsur keluhan semakin terlihat ketika Ibu Dina

menuturkan “Aku yo ngono Bu, saking bejone entuk keri terus” terjemahan dalam

bahasa Indonesia “Aku juga gitu Bu, terlalu beruntung jadi dapat akhir terus”. Ibu

Yani dan Ibu Dina merasa jika tidak pernah beruntung untuk mendapatkan undian

arisan pada giliran awal. Asumsi tersebut muncul karena setiap dimulainya arisan

baru, Ibu Yani dan Ibu Dina selalu mendapat giliran undian pada akhir. Sejalan

dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur

yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya

menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Oleh karena itu,

tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur asertif.

Data tuturan 43 pada percakapan Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu Yani (38

tahun). Data ini memiliki fungsi implikatur percakapan dalam tuturan asertif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

64

Percakapan antara Ibu Lastri dan Ibu Yani mengandung unsur pengakuan atau

mengklaim. Saat itu, Ibu Lastri mengambil sembarang bolpoin di depannya dan

menulis catatan di buku. Ibu Lastri tidak menyadari bahwa bolpoin yang

digunakan bukanlah miliknya. Pengakuan Ibu Yani terhadap bolpoin yang

digunakan Ibu Lastri terlihat pada tuturan “Arep tak nggo malah digowo terus ket

mau” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Mau aku pakai malah dibawa terus

dari tadi”. Dari tuturan tersebut, terlihat bahwa Ibu Yani mengklaim bolpoin yang

digunakan Ibu Lastri. Menurut Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif adalah

bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan,

misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Oleh

karena itu, tuturan Ibu Yani termasuk dalam tindak tutur asertif.

Data tuturan 44 pada percakapan Ibu Warti (58 tahun) dan Ibu Yani (38 tahun)

dapat dikelompokkan sebagai fungsi implikatur percakapan dalam tuturan asertif.

Percakapan antara Ibu Warti dan Ibu Yani mengandung unsur menyarankan.

Kalimat saran tampak pada tuturan Ibu Warti “Golek utangan sesok nek bar bodo,

sek mantu akeh” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Nyari utang besok habis

lebaran, banyak yang nikah”. Tuturan Ibu Warti bermaksud menyarankan untuk

mencari utang setelah lebaran karena digunakan untuk menyumbang pada warga

yang akan melaksanakan pernikahan. Menurut Searle dalam Rahardi (2003:72),

asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang

diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan

mengklaim. Oleh karena itu, tuturan Ibu Warti termasuk dalam tindak tutur

asertif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

65

Data tuturan 46 pada percakapan Ibu Dina (48 tahun) dan Ibu Jilah (56 tahun).

Data ini memiliki fungsi implikatur percakapan dalam tuturan asertif. Percakapan

antara Ibu Dina dan Ibu Jilah mengandung unsur menyatakan dengan memberi

suatu pendapat. Tuturan Ibu Dina “Uwong ki nek ndue utang malah semangat le

nyambut gawe” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Orang tu kalau punya utang

malah semangat kerjanya” bermaksud menyatakan pendapat bahwa orang yang

memiliki utang akan lebih rajin bekerja. Asumsi tersebut muncul didasari oleh

konteks situasi arisan Dasawisma yang sedang membahas mengenai utang

piutang. Menurut Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur

yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya

menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Oleh karena itu,

tuturan Ibu Dina termasuk dalam tindak tutur asertif.

Data tuturan 47 pada percakapan Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu Dina (48 tahun)

dapat dikategorikan sebagai fungsi implikatur percakapan dalam tuturan asertif.

Percakapan antara Ibu Lastri dan Ibu Dina mengandung unsur menyatakan suatu

hal. Sebelum anggota Dasawisma pulang ke rumah masing-masing, Ibu Lastri

memberikan suatu pengumuman. Tuturan Ibu Lastri “Arisan RT sesok mundur

satu hari ya, padane wingi malem Minggu, sesok malem Senen” terjemahan dalam

bahasa Indonesia “Arisan RT besok mundur satu hari ya, misalnya kemarin

malam Minggu, besok malam Senin” bermaksud menyatakan pelaksanaan arisan

RT akan diundur pada hari Minggu. Menurut Searle dalam Rahardi (2003:72),

asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang

diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

66

mengklaim. Oleh karena itu, tuturan Ibu Lastri termasuk dalam tindak tutur

asertif.

2. Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Direktif

Menurut Searle dalam Rahardi (2003), direktif yakni bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan, memerintah, memohon,

menasihati, dan merekomendasi. Peneliti menemukan beberapa tuturan antaribu

yang dapat dikategorikan menjadi fungsi implikatur percakapan dalam tuturan

direktif. Berikut dijabarkan contoh analisis data tuturan direktif.

Tabel 4.6 Data Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Direktif

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Djarsah: “Walah Va, Ibuk lali ra

nggowo duit nggo pasok

PKK.”

Ibu Eva: “Nggih, niki kulo mbeto kok

Buk.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Saat itu,

para ibu sedang dimintai uang

untuk pasok PKK. Ibu Eva

merupakan menantu dari Ibu

Djarsah.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 53

Ibu Djarsah: “Waduh Va, Ibuk lupa gak

bawa uang buat pasok

PKK.”

Ibu Eva: “Ya, ini saya bawa kok Buk.”

2. Ibu Warti: “Ta jangan e mau rung

dipanasi, aku arep mampir

tuku gulo sek.”

Ibu Reta: “Yo.”

Percakapan terjadi pada sore

hari. Saat itu, arisan

Dasawisma telah berakhir,

tetapi terdapat beberapa ibu

yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Ibu Reta

merupakan anak dari Ibu

Warti. Ibu saat hendak pulang,

Ibu Warti menuturkan tuturan

tersebut kepada Ibu Reta.

Ibu Warti: “Ta sayurnya tadi belum

dipanasin, aku mau mampir

beli gula dulu.”

Ibu Reta: “Ya.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

67

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 54

3. Ibu Reta: “Wah jambune nggone Bu Eva

ketok enak banget nggo

lotisan.”

Ibu Eva: “Mengko baline tak opekke.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

belum dimulai. Ibu Eva

memiliki pohon jambu di

depan rumahnya dan terlihat

dari tempat arisan Dasawisma.

Pohon jambu tersebut sedang

berbuah lebat. (Kamis, 18 Juni

2020)

Data 55

Ibu Reta: “Wah jambunya punya Bu Eva

keliatan enak banget buat

rujak.”

Ibu Eva: “Nanti pulangnya aku petikin.”

4. Ibu Gambir: “Ibu-ibu, nyuwun sewu

nggih. Kula ajeng nyuwun

tulung, ajeng ngerepoti.

Benjang Minggu nyuwun

diewangi rewang nggih soal

e ajeng kerja bakti

ngedunke gendeng omah e

Simbok.”

Ibu Warti: “Tak mruput teko ndisik

dewe.”

Percakapan terjadi pada sore

hari. Sebelum arisan diakhiri,

Ibu Gambir memberi

pengumuman kepada anggota

Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 58

Ibu Gambir: “Ibu-ibu, maaf ya. Saya mau

minta tolong, mau

merpotkan. Besok Minggu

minta dibantu masak ya

soalnya mau kerja bakti

nurunin atap rumahnya

Simbok.”

Ibu Warti: “Aku datang pagi paling

awal.”

5. Ibu Lastri: “Nyo, rung tak itung.”

(Memberi buku kepada Ibu

Reta)

Ibu Reta: “Wahjan meng kon ngitung kok,

nambah-nambahi gawean

wae.”

Percakapan terjadi pada sore

hari saat arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Ibu Lastri

bertugas mencatat uang arisan.

Namun, beliau belum

menghitung jumlah uang

tersebut. Ibu Lastri langsung

memberi buku catatan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

68

Ibu Lastri: “Nih, belum aku hitung.”

(Memberi buku kepada Ibu

Reta)

Ibu Reta: “Duh cuma disuruh menghitung

kok, nambah-nambahi

kerjaan aja.”

Ibu Reta.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Data 63

Data tuturan 53 pada percakapan Ibu Djarsah (74 tahun) dan Ibu Eva (52

tahun) dapat dikelompokkan sebagai fungsi implikatur percakapan dalam tuturan

direktif. Percakapan antara Ibu Djarsah dan Ibu Eva mengandung unsur

memerintah. Unsur perintah terlihat pada tuturan Ibu Djarsah “Walah Va, Ibuk lali

ra nggowo duit nggo pasok PKK” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Waduh

Va, Ibuk lupa gak bawa uang buat pasok PKK”. Saat itu, para ibu sedang dimintai

uang untuk pasok PKK. Namun, Ibu Djarsah lupa tidak membawa uang. Ibu

Djarsah langsung menuturkan tuturan tersebut kepada Ibu Eva yang merupakan

menantunya. Ibu Eva menanggapi dengan tuturan “Nggih, niki kulo mbeto kok

Buk” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ya, ini saya bawa kok Buk” yang

berarti paham akan perintah Ibu Djarsah. Menurut Searle dalam Rahardi

(2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk

membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya

saja memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. Tuturan

Ibu Djarsah berfungsi membuat pengaruh kepada Ibu Eva agar melakukan suatu

tindakan, yaitu membayarkan pasokan PKK. Oleh karena itu, tuturan Ibu Djarsah

termasuk dalam tindak tutur direktif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

69

Data tuturan 54 pada percakapan Ibu Warti (58 tahun) dan Ibu Reta (34 tahun)

dapat dikelompokkan sebagai fungsi implikatur percakapan dalam tuturan direktif.

Percakapan antara Ibu Warti dan Ibu Reta mengandung unsur memerintah. Unsur

perintah terlihat pada tuturan Ibu Warti “Ta jangan e mau rung dipanasi, aku arep

mampir tuku gulo sek” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ta sayurnya tadi

belum dipanasin, aku mau mampir beli gula dulu”. Tuturan Ibu Warti bermaksud

memerintah Ibu Reta untuk memanaskan sayur. Ibu Reta menanggapi dengan

tuturan “Yo” yang berarti paham akan perintah Ibu Warti. Menurut Searle dalam

Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi.

Tuturan Ibu Warti berfungsi membuat pengaruh kepada Ibu Reta agar melakukan

suatu tindakan, yaitu memanaskan sayur yang telah dimasak. Oleh karena itu,

tuturan Ibu Warti termasuk dalam tindak tutur direktif.

Data tuturan 55 pada percakapan Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu Eva (52 tahun)

dapat dikelompokkan sebagai fungsi implikatur percakapan dalam tuturan direktif.

Percakapan antara Ibu Reta dan Ibu Eva mengandung unsur permintaan. Ibu Reta

menuturkan tuturan “Wah jambune nggone Bu Eva ketok enak banget nggo

lotisan” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Wah jambunya punya Bu Eva

keliatan enak banget buat rujak”, karena melihat pohon jambu milik Ibu Eva

berbuah sangat lebat. Tuturan Ibu Reta tersebut secara tidak langsung bermaksud

meminta jambu milik Ibu Eva. Ibu Eva menanggapi tuturan Ibu Reta dengan

berjanji akan memetikkan jambu ketika arisan Dasawisma telah selesai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

70

Berdasarkan tanggapan Ibu Eva tersebut, dapat diketahui bahwa ia mengerti

maksud dari tuturan Ibu Reta. Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif

yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar

sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan,

memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. Tuturan Ibu Reta

berfungsi membuat pengaruh kepada Ibu Eva agar bersedia memberikan jambu.

Oleh karena itu, tuturan Ibu Reta termasuk dalam tindak tutur direktif.

Data tuturan 58 pada percakapan Ibu Gambir (51 tahun) dan Ibu Warti (58

tahun) dapat dikelompokkan sebagai fungsi implikatur percakapan dalam tuturan

direktif. Percakapan antara Ibu Gambir dan Ibu Warti mengandung unsur

memohon. Permohonan terlihat pada tuturan Ibu Gambir “Ibu-ibu, nyuwun sewu

nggih. Kula ajeng nyuwun tulung, ajeng ngerepoti. Benjang Minggu nyuwun

diewangi rewang nggih soal e ajeng kerja bakti ngedunke gendeng omah e

Simbok” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ibu-ibu, maaf ya. Saya mau minta

tolong, mau merpotkan. Besok Minggu minta dibantu masak ya soalnya mau kerja

bakti nurunin atap rumahnya Simbok”. Ibu Gambir memberi pengumuman berupa

tuturan tersebut untuk ditunjukkan kepada anggota Dasawisma. Tuturan Ibu

Gambir bermaksud memohon bantuan untuk memasak dalam acara gotong-

royong di rumahnya. Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif yakni

bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang

mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan, memerintah,

memohon, menasihati, dan merekomendasi. Tuturan Ibu Gambir berfungsi

membuat pengaruh kepada anggota Dasawisma agar melakukan suatu tindakan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

71

yaitu membantunya memasak. Oleh karena itu, tuturan Ibu Gambir termasuk

dalam tindak tutur direktif.

Data tuturan 63 pada percakapan Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu Reta (34 tahun)

dapat dikelompokkan sebagai fungsi implikatur percakapan dalam tuturan direktif.

Percakapan antara Ibu Lastri dan Ibu Reta mengandung unsur memerintah.

Percakapan memerintah terlihat pada tuturan Ibu Lastri “Nyo, rung tak itung”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Nih, belum aku hitung”. Ibu Lastri

bermaksud memerintah Ibu Reta untuk menghitung jumlah uang arisan

Dasawisma. Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur

yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan, memerintah, memohon,

menasihati, dan merekomendasi. Tuturan Ibu Lastri berfungsi membuat pengaruh

kepada Ibu Reta agar melakukan suatu tindakan, yaitu menghitung jumlah uang

arisan. Oleh karena itu, tuturan Ibu Lastri termasuk dalam tindak tutur direktif.

3. Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Ekspresif

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan

yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur

terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta

maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Peneliti menemukan beberapa

tuturan antaribu yang dapat dikategorikan menjadi fungsi implikatur percakapan

dalam tuturan ekspresif. Berikut dijabarkan contoh analisis data tuturan ekspresif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

72

Tabel 4.7 Data Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Ekspresif

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Yani: “Bu Tum, nyuwun ngapuro ya

aku wingi njikuk jeruk tibo

neng kebon kulon omah.”

Ibu Tuminah: “Genter e neng jejer uwit

lo.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

belum dimulai. Ibu Yani

melihat Ibu Tuminah baru saja

datang. Ibu Tuminah memiliki

pohon jeruk di kebun

miliknya. Kebun tersebut

bersebelaha dengan rumah Ibu

Yani.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 65

Ibu Yani: “Bu Tum, maaf ya aku kemarin

ambil jeruk jatuh di kebun

barat rumah.”

Ibu Tuminah: “Galahnya di sebelah

pohon lo.”

2. Ibu Hesti: “Iki kok tabunganku ora

dicatet pie? Kui lo bukune.”

Ibu Tuminah: “Oh hoo kene tak isi sek.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

sedang berlangsung. Ibu

Tuminah bertugas menangani

uang tabungan di arisan

Dasawisma.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Data 67

Ibu Hesti: “Ini kok tabunganku gak

dicatat gimana? Itu lo

bukunya.”

Ibu Tuminah: “Oh iya sini aku isiin

dulu.”

3. Ibu Eva: “Mbak Mul, mau ngeteri

bancaan yo? Gek blonjo e,

nuwun ya Mbak.”

Ibu Mulyanti: “Hoo Bu sami-sami, mau

tak kekke mejo.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

belum dimulai. Pada hari itu,

Ibu Mulyanti memberi

bancaan (nasi selamatan)

untuk warga di sekitar

rumahnya. Ibu Mulyanti

mengantarkan bancaan ketika

Ibu Eva sedang berbelanja di

pasar. Sehingga, Ibu Mulyanti

meletakkan bancaan tersebut

di meja rumah Ibu Eva.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 68

Ibu Eva: “Mbak Mul, tadi ngasih bancaan

ya? Lagi belanja e, makasih ya

Mbak.”

Ibu Mulyanti: “Iya Bu sama-sama, tadi

aku taruh di meja.”

4. Ibu Tuminah: “Bu Mul, jare Mbak Sinta Percakapan terjadi pada sore

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

73

buka butik neng kono?”

Ibu Mulyanti: “Hoo Bu, lagi buka Senin

wingi.”

Ibu Tuminah: “Wah selamat ya, mugi-

mugi sukses terus, berkah,

lancar rezekine.”

hari saat arisan Dasawisma

telah berakhir. Namun,

terdapat beberapa anggota

Dasawisma yang masih

berkumpul untuk berbincang-

bincang. Ibu Mulyanti

memiliki anak perempuan

bernama Sinta yang merantau

ke Jakarta. Pada hari Senin, 15

Juni 2020, ia baru saja

membuka butik untuk usaha.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 71

Ibu Tuminah: “Bu Mul, katanya Mbak

Sinta buka butik di sana?”

Ibu Mulyanti: “Iya Bu, lagi buka Senin

kemarin.”

Ibu Tuminah: “Wah selamat ya, mudah-

mudahan sukses terus,

berkah, lancar rezekinya.”

5. Ibu Painah: “Wah tanduran e Bu Eva

apik-apik e.”

Ibu Eva: “Pengen nggonmu e. Nggonku

ra ono opo-opone hehehe.”

Percakapan terjadi pada sore

hari. Saat itu, arisan

Dasawisma telah berakhir,

tetapi terdapat beberapa ibu

yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Rumah

Ibu Eva bersebelahan dengan

tempat arisan. Beliau memiliki

tanaman yang bervariasi dan

tertata dengan rapi.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Data 72

Ibu Painah: “Wah tanamannya Bu Eva

bagus-bagus e.”

Ibu Eva: “Pengin punyamu e. Punyaku

gak ada apa-apanya hehehe.”

Data 65 memiliki fungsi implikatur percakapan dalam tuturan direktif.

Percakapan terjadi antara Ibu Yani (38 tahun) dan Ibu Tuminah (48 tahun).

Tuturan Ibu Yani “Bu Tum, nyuwun ngapuro ya aku wingi njikuk jeruk tibo neng

kebon kulon omah” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Bu Tum, maaf ya aku

kemarin ambil jeruk jatuh di kebun barat rumah”, berfungsi untuk meminta maaf

kepada Ibu Tuminah. Ibu Yani menuturkan tuturan tersebut karena merasa

bersalah telah mengambil jeruk milik Ibu Tuminah tanpa izin. Hal ini sejalan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

74

dengan pandangan Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk

tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis

penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat,

meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa.

Data 67 tuturan antara Ibu Hesti (49 tahun) dan Ibu Tuminah (48 tahun) dapat

dikategorikan sebagai fungsi implikatur percakapan dalam tuturan ekspresif.

Tuturan Ibu Hesti “Iki kok tabunganku ora dicatet pie? Kui lo bukune” terjemahan

dalam bahasa Indonesia “Ini kok tabunganku gak dicatat gimana? Itu lo bukunya”,

berfungsi menyalahkan Ibu Tuminah. Hal itu terjadi karena Ibu Tuminah bertugas

menangani uang tabungan di arisan Dasawisma. Namun, ia lupa tidak mencatat

tabungan milik Ibu Hesti. Ibu Hesti menuturkan tuturan tersebut untuk

mengutarakan kekesalannya. Ibu Hesti menyalahkan Ibu Tuminah karena lalai

tidak mencatat tabungan. Hal ini sejalan dengan pandangan Searle dalam Rahardi

(2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa.

Data 68 memiliki fungsi implikatur percakapan dalam tuturan direktif.

Percakapan terjadi antara Ibu Eva (52 tahun) dan Ibu Mulyanti (55 tahun).

Tuturan Ibu Eva “Mbak Mul, mau ngeteri bancaan yo? Gek blonjo e, nuwun ya

Mbak” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Mbak Mul, tadi ngasih bancaan ya?

Lagi belanja e, makasih ya Mbak”, berfungsi untuk mengucapkan terima kasih

kepada Ibu Mulyanti. Ibu Eva berterima kasih karena telah diberi nasi bancaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

75

Hal ini sejalan dengan pandangan Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif

adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi

selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa.

Data 71 tuturan antara Ibu Tuminah (48 tahun) dan Ibu Mulyanti (55 tahun)

dapat dikategorikan sebagai fungsi implikatur percakapan dalam tuturan ekspresif.

Tuturan Ibu Tuminah “Wah selamat ya, mugi-mugi sukses terus, berkah, lancar

rezekine” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Wah selamat ya, mudah-mudahan

sukses terus, berkah, lancar rezekinya”, berfungsi memberi selamat. Tuturan

tersebut diutarakan karena Sinta, anak dari Ibu Mulyanti baru saja membuka butik

di Jakarta. Melalui tuturannya, Ibu Tuminah mengekspresikan rasa senang atas

keberhasilan yang telah diraih oleh Sinta. Sejalan dengan pandangan Searle dalam

Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk

menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan,

misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan,

memuji, dan berbelasungkawa.

Data 72 memiliki fungsi implikatur percakapan dalam tuturan direktif.

Percakapan terjadi antara Ibu Pinah (44 tahun) dan Ibu Eva (52 tahun). Tuturan

Ibu Painah “Wah tanduran e Bu Eva apik-apik e” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Wah tanamannya Bu Eva bagus-bagus e”, memiliki fungsi untuk

memuji. Ibu Painah mengekspresikan rasa kagum terhadap tanaman milik Ibu Eva

yang beraneka ragam dan tertata dengan rapi. Tuturan tersebut digunakan untuk

memuji tanaman milik Ibu Eva. Sejalan dengan pandangan Searle dalam Rahardi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

76

(2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa.

4. Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Komisif

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang

berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji,

bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Peneliti menemukan beberapa tuturan

antaribu yang dapat dikategorikan menjadi fungsi implikatur percakapan dalam

tuturan komisif. Berikut dijabarkan contoh analisis data tuturan komisif.

Tabel 4.8 Data Fungsi Implikatur Percakapan dalam Tuturan Komisif

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Reta: “Wah jambune nggone Bu Eva

ketok enak banget nggo

lotisan.”

Ibu Eva: “Mengko baline tak opekke.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan Dasawisma

belum dimulai. Ibu Eva

memiliki pohon jambu di

depan rumahnya dan terlihat

dari tempat arisan Dasawisma.

Pohon jambu tersebut sedang

berbuah lebat. (Kamis, 18 Juni

2020)

Data 75

Ibu Reta: “Wah jambunya punya Bu Eva

keliatan enak banget buat

rujak.”

Ibu Eva: “Nanti pulangnya aku petikin.”

2. Ibu Gambir: “Ibu-ibu, nyuwun sewu

nggih. Kula ajeng nyuwun

tulung, ajeng ngerepoti.

Benjang Minggu nyuwun

diewangi rewang nggih soal

e ajeng kerja bakti

ngedunke gendeng omah e

Simbok.”

Ibu Warti: “Tak mruput teko ndisik

Percakapan terjadi pada sore

hari. Sebelum arisan diakhiri,

Ibu Gambir memberi

pengumuman kepada anggota

Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

77

dewe.”

Ibu Gambir: “Ibu-ibu, maaf ya. Saya mau

minta tolong, mau

merpotkan. Besok Minggu

minta dibantu masak ya

soalnya mau kerja bakti

nurunin atap rumahnya

Simbok.”

Ibu Warti: “Aku datang pagi paling

awal.”

3. Ibu Reta: “Sesok nyumbang bayi lo Bu.”

Ibu Eva: “Hoo, sesok tak ampiri.”

Percakapan terjadi pada sore

hari saat arisan Dasawisma

telah berakhir. Namun,

terdapat beberapa anggota

Dasawisma yang masih

berkumpul untuk berbincang-

bincang.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 77

Ibu Reta: “Besok menyumbang bayi lo

Bu.”

Ibu Eva: “Iya, besok aku jemput.”

4. Ibu Eva: “Din dus e akeh lo.”

Ibu Painah: “Nggih Bu, mengko tak

moro.”

Ibu Eva: “Rodo bengi yo ra popo.”

Percakapan terjadi pada sore

hari. Saat itu, arisan

Dasawisma telah berakhir,

tetapi terdapat beberapa ibu

yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Ibu Eva

memiliki usaha katering.

Terkadang, Ibu Painah

membantu di katering milik

Ibu Eva.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Data 79

Ibu Eva: “Din kardusnya banyak lo.”

Ibu Painah: “Ya Bu, nanti aku datang.”

Ibu Eva: “Agak malam juga gak apa-

apa.”

5. Ibu Reta: “Wingi ono duit papat songo.”

Ibu Yani: “Saiki piro?”

Ibu Reta: “Saiki papat limo. Ayo do utang

ora? Mumpung duit e akeh.”

Percakapan terjadi pada sore

hari ketika arisan sedang

berlangsung. Saat itu, Ibu Reta

baru saja menghitung uang

simpanan wajib dari anggota

Dasawisma.

(Kamis, 16 Juli 2020) Ibu Reta: “Kemarin ada uang empat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

78

sembilan.”

Ibu Yani: “Sekarang berapa?”

Ibu Reta: “Sekarang empat lima. Ayo

pada utang enggak?

Mumpung uangnya banyak.”

Data 80

Data tuturan 75 merupakan percakapan antara Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu Eva

(52 tahun). Data ini memiliki fungsi implikatur percakapan dalam tuturan komisif.

Percakapan antara Ibu Reta dan Ibu Eva mengandung unsur menyatakan janji.

Tuturan Ibu Reta “Wah jambune nggone Bu Eva ketok enak banget nggo lotisan”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Wah jambunya punya Bu Eva keliatan enak

banget buat rujak”, secara tidak langsung bermaksud meminta jambu kepada Ibu

Eva. Fungsi komisif berupa menyatakan janji terlihat pada tuturan Ibu Eva

“Mengko baline tak opekke” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Nanti

pulangnya aku petikin”. Dari tuturan tersebut, dapat diketahui jika Ibu Eva paham

akan maksud yang disampaikan oleh Ibu Reta. Ibu Eva berjanji akan memetikkan

jambu untuk Ibu Reta setelah arisan Dasawisma selesai. Contoh data ini sesuai

dengan pendapat Yule (2006:92), komisif merupakan tindak tutur yang dipahami

oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan- tindakan di masa yang

akan datang. Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur

yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji,

bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu Eva termasuk

dalam tindak tutur komisif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

79

Data tuturan 76 merupakan percakapan antara Ibu Gambir (51 tahun) dan Ibu

Warti (58 tahun). Data ini memiliki fungsi implikatur percakapan dalam tuturan

komisif. Percakapan antara Ibu Gambir dan Ibu Warti mengandung unsur

menyatakan janji. Tuturan Ibu Gambir “Ibu-ibu, nyuwun sewu nggih. Kula ajeng

nyuwun tulung, ajeng ngerepoti. Benjang Minggu nyuwun diewangi rewang nggih

soal e ajeng kerja bakti ngedunke gendeng omah e Simbok” terjemahan dalam

bahasa Indonesia “Ibu-ibu, maaf ya. Saya mau minta tolong, mau merpotkan.

Besok Minggu minta dibantu masak ya soalnya mau kerja bakti nurunin atap

rumahnya Simbok”, bermaksud memohon bantuan anggota Dasawisma untuk

memasak dalam acara gotong-royong di rumahnya. Fungsi komisif berupa

menyatakan janji terlihat pada tuturan Ibu Warti “Tak mruput teko ndisik dewe”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Aku datang pagi paling awal”. Ibu Warti

merespons permohonan Ibu Gambir dengan berjanji akan datang paling awal

untuk membantu memasak. Contoh data ini sesuai dengan pendapat Yule

(2006:92), komisif merupakan tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk

mengikatkan dirinya terhadap tindakan- tindakan di masa yang akan datang.

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang

berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji,

bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu Warti termasuk

dalam tindak tutur komisif.

Data tuturan 77 merupakan percakapan antara Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu Eva

(52 tahun). Data ini memiliki fungsi implikatur percakapan dalam tuturan komisif.

Percakapan antara Ibu Reta dan Ibu Eva mengandung unsur menyatakan janji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

80

Tuturan Ibu Reta “Sesok nyumbang bayi lo Bu” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Besok menyumbang bayi lo Bu”, bermaksud mengajak Ibu Eva untuk

menengok bayi yang baru saja lahir. Fungsi komisif berupa menyatakan janji

terlihat pada tuturan Ibu Eva “Hoo, sesok tak ampiri” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Iya, besok aku jemput”. Ibu Eva merespons ajakan Ibu Reta dengan

berjanji akan menjemputnya ketika hendak menengok bayi. Contoh data ini sesuai

dengan pendapat Yule (2006:92), komisif merupakan tindak tutur yang dipahami

oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan- tindakan di masa yang

akan datang. Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur

yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji,

bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu Eva termasuk

dalam tindak tutur komisif.

Data tuturan 79 merupakan percakapan antara Ibu Eva (52 tahun) dan Ibu

Painah (44 tahun). Data ini memiliki fungsi implikatur percakapan dalam tuturan

komisif. Percakapan antara Ibu Eva dan Ibu Painah mengandung unsur

menyatakan janji. Tuturan Ibu Eva “Din dus e akeh lo” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Din kardusnya banyak lo”, bermaksud memerintah Ibu Painah untuk

menyusun kardus di katering miliknya. Ibu Painah merupakan buruh lepas,

terkadang ia membantu di katering milik Ibu Eva. Fungsi komisif berupa

menyatakan janji terlihat pada tuturan Ibu Painah “Nggih Bu, mengko tak moro”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ya Bu, nanti aku datang”. Ibu Painah

merespons perintah Ibu Eva dengan berjanji akan hadir untuk membantu

menyusun kardus. Contoh data ini sesuai dengan pendapat Yule (2006:92),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

81

komisif merupakan tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan

dirinya terhadap tindakan- tindakan di masa yang akan datang. Menurut Searle

dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk

menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji, bersumpah, dan

menawarkan sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu Painah termasuk dalam tindak

tutur komisif.

Data tuturan 80 merupakan percakapan antara Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu

Yani (38 tahun). Data ini memiliki fungsi implikatur percakapan dalam tuturan

komisif. Percakapan antara Ibu Reta dan Ibu Yani mengandung unsur penawaran.

Tuturan Ibu Reta “Wingi ono duit papat songo” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Kemarin ada uang empat sembilan”, digunakan untuk menjelaskan

jumlah uang simpanan wajib pada pertemuan sebelumnya. Dari tuturan Ibu Reta

tersebut, Ibu Yani merespons dengan tuturan “Saiki piro?” terjemahan dalam

bahasa Indonesia “Sekarang berapa?”, untuk mengetahui jumlah uang pada

pertemuan hari itu. Fungsi komisif berupa penawaran terlihat pada jawaban Ibu

Reta kepada Ibu Yani, yaitu “Saiki papat limo. Ayo do utang ora? Mumpung duit

e akeh” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Sekarang empat lima. Ayo pada

utang enggak? Mumpung uangnya banyak”. Tuturan Ibu Reta mengandung unsur

penawaran karena menawarkan anggota Dasawisma untuk berutang. Menurut

Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk

menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji, bersumpah, dan

menawarkan sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu Reta termasuk dalam tindak

tutur komisif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

82

4.2.3 Analisis Makna Implikatur Pecakapan

Makna implikatur percakapan adalah tujuan yang ingin disampaikan

penutur kepada mitra tutur. Makna percakapan dapat diketahui dengan jelas

apabila mengetahui latar belakang konteks tuturan. Makna implikatur percakapan

tidak terlepas dari fungsi teori tindak tutur, yaitu fungsi asertif, direktif, ekspresif,

komisif, dan deklarasi. Fungsi-fungsi tersebut memiliki makna tersendiri sesuai

dengan kegunaannya. Peneliti menemukan beberapa makna implikatur

percakapan antaribu dalam arisan Dasawisma. Makna-makna implikatur

percakapan pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.

1. Makna Implikatur Percakapan “Mengeluh”

Mengeluh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti

menyatakan susah (karena penderitaan, kesakitan, kekecewaan, dan sebagainya).

Dalam percakapan antaribu di arisan Dasawisma, peneliti menemukan data

tuturan yang mengandung makna mengeluh. Data tersebut diuraikan sebagai

berikut.

Tabel 4.9 Data Makna Implikatur Percakapan “Mengeluh”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Yani: “Ealah, aku nek arisan

mesti entuk keri dewe.”

Ibu Dina: “Aku yo ngono Bu, saking

bejone entuk keri terus.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Reta

mengeluarkan botol berisi undian

nama anggota Dasawisma. Daftar

nama tersebut digunakan untuk

mengetahui anggota yang akan

memperoleh arisan.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Ibu Yani: “Duh, aku kalau arisan

selalu dapat paling akhir.”

Ibu Dina: “Aku juga gitu Bu, terlalu

beruntung jadi dapat akhir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

83

terus.” Data 81

2. Ibu Eva: “Kumbahanku akeh banget,

wingi arep setriko malah

ra iso.”

Ibu Warti: “Wit e ambruk neng

Klajuran.”

Percakapan terjadi pada sore hari

saat arisan Dasawisma telah

berakhir. Terdapat beberapa ibu

yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Pada hari

Rabu, 15 Juli 2020, dusun Ngawen

mengalami pemadaman listrik

karena trafo listrik tertimpa pohon

tumbang.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Data 90

Ibu Eva: “Jemuranku banyak banget,

kemarin mau setrika malah

gak bisa.”

Ibu Warti: “Pohonnya tumbang di

Klajuran.”

Data tuturan 81 merupakan percakapan antara Ibu Yani (38 tahun) dan Ibu

Dina (48 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan asertif yang mengandung makna mengeluh. Penanda makna

mengeluh tampak pada tuturan Ibu Yani “Ealah, aku nek arisan mesti entuk keri

dewe” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Duh, aku kalau arisan selalu dapat

paling akhir”. Unsur keluhan semakin terlihat ketika Ibu Dina menuturkan “Aku

yo ngono Bu, saking bejone entuk keri terus” terjemahan dalam bahasa Indonesia

“Aku juga gitu Bu, terlalu beruntung jadi dapat akhir terus”. Ibu Yani dan Ibu

Dina merasa tidak pernah beruntung untuk mendapatkan undian arisan pada

giliran awal. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif

adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang

diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan

mengklaim. Oleh karena itu, tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur asertif

karena mengandung makna mengeluh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

84

Data tuturan 90 merupakan percakapan antara Ibu Eva (52 tahun) dan Ibu

Warti (58 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan asertif yang mengandung makna mengeluh. Penanda makna

mengeluh tampak pada tuturan Ibu Eva “Kumbahanku akeh banget, wingi arep

setriko malah ra iso” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Jemuranku banyak

banget, kemarin mau setrika malah gak bisa”. Tuturan Ibu Eva bermakna

mengeluh mengenai pemadaman listrik sehingga tidak dapat menyetrika baju-

bajunya. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif

adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang

diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan

mengklaim. Oleh karena itu, tuturan Ibu Eva termasuk dalam tindak tutur asertif

karena mengandung makna mengeluh.

2. Makna Implikatur Percakapan “Menyatakan”

Menyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti 1)

menerangkan; menjadikan nyata; menjelaskan, 2) menunjukkan; memperlihatkan;

menandakan, 3) mengatakan; mengemukakan (pikiran, isi hati); melahirkan (isi

hati, perasaan, dsb); mempermaklumkan (perang). Dalam percakapan antaribu di

arisan Dasawisma, peneliti menemukan data tuturan yang mengandung makna

menyatakan. Data tersebut diuraikan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

85

Tabel 4.10 Data Makna Implikatur Percakapan “Menyatakan”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Jilah: “Arisan ki nek ora diarep-

arep malah metu.”

Ibu Yani: “Akeh tunggal e Bu.

Makan e ra tau tak arep-

arep.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu, para ibu

sedang mengundi satu nama untuk

menentukan anggota yang akan

memperoleh uang Dasawisma.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Data 82

Ibu Jilah: “Arisan tu kalau gak

diharapin malah keluar.”

Ibu Yani: “Banyak temannya Bu.

Makannya gak pernah aku

berharapin.”

2. Ibu Warti: “Sesok bar besar ki

pendak minggu ono sek

dadi manten.”

Ibu Reta: “Hoo akeh e, do gantian.

Minggu pertama RT siji,

minggu keloro RT loro,

minggu ketelu RT telu.

Pepak banget gek iso urut.

Sek ra ono meng RT

papat.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma sedang

berlangsung. Anggota Dasawisma

sedang bercengkerama satu sama

lain.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 85

Ibu Warti: “Besok habis Iduladha tu

tiap minggu ada yang

nikah.”

Ibu Reta: “Iya banyak e, pada

gantian. Minggu pertama

RT satu, minggu kedua RT

dua, minggu ketiga RT

tiga. Lengkap banget mana

urut lagi. Cuma RT empat

yang gak ada.”

3. Ibu Dina: “Uwong ki nek ndue utang

malah semangat le

nyambut gawe.”

Ibu Jilah: “Yo ra meng nek ndue

utang, neng kui salah

Percakapan terjadi pada sore hari.

Saat itu, arisan Dasawisma sedang

berlangsung dan membahas

mengenai utang piutang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

86

sijine.” (Kamis, 4 Juni 2020)

Data 86 Ibu Dina: “Orang tu kalau punya

utang malah semangat

kerjanya.”

Ibu Jilah: “Ya gak cuma punya

utang, tapi itu salah

satunya.”

4. Ibu Lastri: “Arisan RT sesok mundur

satu hari ya, padane

wingi malem Minggu,

sesok malem Senen.”

Ibu Dina: “Telung dino ya?”

Ibu Lastri: “Hoo.”

Percakapan terjadi pada sore hari.

Saat itu, arisan Dasawisma akan

diakhiri. Sebelum anggota

Dasawisma pulang ke rumah

masing-masing, Ibu Lastri

memberi pengumuman bahwa

pelaksanaan arisan RT akan

diundur.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 87

Ibu Lastri: “Arisan RT besok mundur

satu hari ya, misalnya

kemarin malam Minggu,

besok malam Senin.”

Ibu Dina: “Tiga hari ya?”

Ibu Lastri: “Iya.”

5. Ibu Eva: “Sesok sido melu neng

Progo ora Din?”

Ibu Painah : “Ponakanku teko Bu,

kon nggawekke bakso

e.”

Percakapan terjadi pada sore hari.

Saat itu, arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat beberapa

ibu yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Ibu Eva

memiliki rencana pergi dengan Ibu

Painah. Pada saat itu, Ibu Eva ingin

memastikan bahwa Ibu Painah

akan ikut bepergian atau tidak.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Data 88

Ibu Eva: “Besok jadi ikut ke Progo

enggak Din?”

Ibu Painah : “Ponakanku datang Bu,

disuruh bikinin bakso

e.”

6. Ibu Mulyanti: “Wah kok tumben telat

Bu?”

Ibu Warti: “Aku rodo nggliyer e mau,

pirang-pirang dino koyo

ngene. Sek winginan e

malah luwih parah ngasi

Percakapan terjadi pada sore hari

saat arisan baru saja dimulai. Pada

pertemuan tersebut, Ibu Warti

terlambat menghadiri arisan

Dasawisma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

87

muter-muter kae

bayangan e. Padahal yo

wes diombeni obat.”

(Kamis, 16 Juli 2020)

Data 89

Ibu Mulyanti: “Wah kok tumben

telat Bu?”

Ibu Warti: “Aku agak pusing e tadi,

beberapa hari kayak gini.

Kemarinnya lagi malah

lebih parah sampai

muter-muter gitu

bayangannya. Padahal

ya udah diminumin

obat.”

Data tuturan 82 merupakan percakapan antara Ibu Jilah (56 tahun) dan Ibu

Yani (38 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan asertif yang mengandung makna menyatakan. Penanda makna

menyatakan tampak pada tuturan Ibu Jilah “Arisan ki nek ora diarep-arep malah

metu” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Arisan tu kalau gak diharapin malah

keluar”. Tuturan Ibu Jilah bermakna menyatakan bahwa biasanya giliran arisan

akan didapatkan jika tidak diharapkan. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam

Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada

kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan,

membual, mengeluh, dan mengklaim. Oleh karena itu, tuturan Ibu Jilah termasuk

dalam tindak tutur asertif karena mengandung makna menyatakan.

Data tuturan 85 merupakan percakapan antara Ibu Warti (58 tahun) dan Ibu

Reta (34 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan asertif yang mengandung makna menyatakan. Penanda makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

88

menyatakan tampak pada tuturan Ibu Warti “Sesok bar besar ki pendak minggu

ono sek dadi manten” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Besok habis Iduladha

tu tiap minggu ada yang nikah”. Tuturan Ibu Warti bermakna menyatakan bahwa

beberapa warga di dusun Ngawen akan melangsungkan pernikahan setelah

lebaran Iduladha. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:72),

asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang

diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan

mengklaim. Oleh karena itu, tuturan Ibu Warti termasuk dalam tindak tutur asertif

karena mengandung makna menyatakan.

Data tuturan 86 merupakan percakapan antara Ibu Dina (48 tahun) dan Ibu

Jilah (56 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan asertif yang mengandung makna menyatakan. Penanda makna

menyatakan tampak pada tuturan Ibu Dina “Uwong ki nek ndue utang malah

semangat le nyambut gawe” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Orang tu kalau

punya utang malah semangat kerjanya”. Tuturan Ibu Dina bermakna menyatakan

bahwa orang yang memiliki utang akan lebih rajin bekerja. Sejalan dengan itu,

menurut Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur yang

mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya

menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Oleh karena itu,

tuturan Ibu Dina termasuk dalam tindak tutur asertif karena mengandung makna

menyatakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

89

Data tuturan 87 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Dina (48 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan asertif yang mengandung makna menyatakan. Penanda makna

menyatakan tampak pada tuturan Ibu Lastri “Arisan RT sesok mundur satu hari

ya, padane wingi malem Minggu, sesok malem Senen” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Arisan RT besok mundur satu hari ya, misalnya kemarin malam

Minggu, besok malam Senin”. Tuturan Ibu Lastri bermakna menyatakan bahwa

pelaksanaan arisan RT akan diundur. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam

Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada

kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan,

membual, mengeluh, dan mengklaim. Oleh karena itu, tuturan Ibu Lastri termasuk

dalam tindak tutur asertif karena mengandung makna menyatakan.

Data tuturan 88 merupakan percakapan antara Ibu Eva (52 tahun) dan Ibu

Painah (44 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan asertif yang mengandung makna menyatakan. Penanda makna

menyatakan tampak pada tuturan Ibu Painah “Ponakanku teko Bu, kon nggawekke

bakso e” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ponakanku datang Bu, disuruh

bikinin bakso e”. Tuturan Ibu Painah bermakna menyatakan ketidaksanggupannya

pergi dengan Ibu Eva. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi

(2003:72), asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim. Oleh karena itu, tuturan Ibu Painah termasuk dalam

tindak tutur asertif karena mengandung makna menyatakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

90

Data tuturan 89 merupakan percakapan antara Ibu Mulyanti (55 tahun) dan

Ibu Warti (58 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan asertif yang mengandung makna menyatakan. Penanda makna

menyatakan tampak pada tuturan Ibu Warti “Aku rodo nggliyer e mau, pirang-

pirang dino koyo ngene. Sek winginan e malah luwih parah ngasi muter-muter

kae bayangan e. Padahal yo wes diombeni obat” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Aku agak pusing e tadi, beberapa hari kayak gini. Kemarinnya lagi

malah lebih parah sampai muter-muter gitu bayangannya. Padahal ya udah

diminumin obat”. Tuturan Ibu Warti bermakna menyatakan alasan

keterlambatannya menghadiri arisan Dasawisma. Sejalan dengan itu, menurut

Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan,

menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Oleh karena itu, tuturan Ibu

Warti termasuk dalam tindak tutur asertif karena mengandung makna

menyatakan.

3. Makna Implikatur Percakapan “Mengklaim”

Mengklaim berasal dari kata dasar “klaim”. Klaim dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia daring berarti 1) tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa

seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu, 2) pernyataan tentang

sesuatu fakta atau kebenaran sesuatu. Dalam percakapan antaribu di arisan

Dasawisma, peneliti menemukan data tuturan yang mengandung makna

mengklaim. Data tersebut diuraikan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

91

Tabel 4.11 Data Makna Implikatur Percakapan “Mengklaim”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Lastri: “Iki bolpen e sopo ya?”

Ibu Yani: “Arep tak nggo malah

digowo terus ket mau.”

Ibu Lastri: “Tak kiro nggonku e. Nyo,

jebul aku ra nggowo

hehehe.”

(Memberi bolpoin kepada

Ibu Yani).

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu, Ibu Lastri

dan Ibu Yani duduk bersebelahan.

Ibu Lastri sedang menulis catatan

dan tiba-tiba mengarahkan bolpoin

yang ia gunakan pada Ibu Yani.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 83

Ibu Lastri: “Ini bolpoinnya siapa

ya?”

Ibu Yani: “Mau aku pakai malah

dibawa terus dari tadi.”

Ibu Lastri: “Aku kira punyaku. Ini,

ternyata aku gak bawa

hehehe.”

(Memberi bolpoin kepada

Ibu Yani).

Data tuturan 83 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Yani (38 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan asertif yang mengandung makna mengklaim. Penanda makna

mengklaim tampak pada tuturan Ibu Yani “Arep tak nggo malah digowo terus ket

mau” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Mau aku pakai malah dibawa terus

dari tadi”, ketika Ibu Lastri bertanya mengenai kepemilikan bolpoin yang ia

gunakan. Tuturan Ibu Yani bermakna mengklaim bahwa bolpoin yang digunakan

Ibu Lastri adalah milik Ibu Yani. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

92

Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada

kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan,

membual, mengeluh, dan mengklaim. Oleh karena itu, tuturan Ibu Yani termasuk

dalam tindak tutur asertif karena mengandung makna mengklaim.

4. Makna Implikatur Percakapan “Menyarankan”

Menyarankan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti 1)

memberi saran (ajuran dsb), 2) mempropagandakan. Kata “saran” memiliki arti

pendapat (usul, ajuran, cita-cita) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan.

Dalam percakapan antaribu di arisan Dasawisma, peneliti menemukan data

tuturan yang mengandung makna menyarankan. Data tersebut diuraikan sebagai

berikut.

Tabel 4.12 Data Makna Implikatur Percakapan “Menyarankan”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Warti: “Golek utangan sesok nek

bar bodo, sek mantu

akeh.”

Ibu Yani: “Hoo ya Bu, nyumbang

terus e.”

Percakapan terjadi pada sore hari.

Saat itu, arisan Dasawisma sedang

berlangsung dan membahas

mengenai utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 84 Ibu Warti: “Nyari utang besok habis

lebaran, banyak yang

nikah.”

Ibu Yani: “Iya ya Bu, menyumbang

terus e.”

Data tuturan 84 merupakan percakapan antara Ibu Warti (58 tahun) dan Ibu

Yani (38 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

93

percakapan tuturan asertif yang mengandung makna menyarankan. Penanda

makna menyarankan tampak pada tuturan Ibu Warti “Golek utangan sesok nek

bar bodo, sek mantu akeh” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Nyari utang

besok habis lebaran, banyak yang nikah”. Tuturan Ibu Warti bermakna

menyarankan untuk mencari utang setelah lebaran karena beberapa warga di

Dusun Ngawen akan melaksanakan pernikahan. Sejalan dengan itu, menurut

Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan,

menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Oleh karena itu, tuturan Ibu

Warti termasuk dalam tindak tutur asertif karena mengandung makna

menyarankan.

5. Makna Implikatur Percakapan “Memerintah”

Memerintah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti memberi

perintah; menyuruh melakukan sesuatu. Dalam percakapan antaribu di arisan

Dasawisma, peneliti menemukan data tuturan yang mengandung makna

memerintah. Data tersebut diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.13 Data Makna Implikatur Percakapan “Memerintah”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Lastri: “Arisan e wis entuk piro e

Mbak?”

Ibu Maya: “Koyone rung ono separo

ya Mbak?”

(Ibu Reta mengambil buku dan

melihat catatan)

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma akan

dimulai. Ibu Reta bertugas sebagai

sekretaris di arisan Dasawisma.

Pada pertemuan tersebut, nama

anggota yang akan mendapat

undian merupakan urutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

94

Ibu Reta: “Wingi gek pitu, wolu

saiki.”

kedelapan.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Data 91 Ibu Lastri: “Arisannya udah dapat

berapa ya Mbak?”

Ibu Warti: “Kayaknya belum ada

separuh ya Mbak?”

(Ibu Reta mengambil buku dan

melihat catatan)

Ibu Reta: “Kemarin baru tujuh,

delapan sekarang.”

2. Ibu Djarsah: “Walah Va, Ibuk lali ra

nggowo duit nggo

pasok PKK.”

Ibu Eva: “Nggih, niki kulo mbeto kok

Buk.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu, para ibu

sedang dimintai uang untuk pasok

PKK. Ibu Eva merupakan menantu

dari Ibu Djarsah.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 93

Ibu Djarsah: “Waduh Va, Ibuk lupa

gak bawa uang buat

pasok PKK.”

Ibu Eva: “Ya, ini saya bawa kok

Buk.”

3. Ibu Warti: “Ta jangan e mau rung

dipanasi, aku arep

mampir tuku gulo sek.”

Ibu Reta: “Yo.”

Percakapan terjadi pada sore hari.

Saat itu, arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat beberapa

ibu yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Ibu Reta

merupakan anak dari Ibu Warti.

Ibu saat hendak pulang, Ibu Warti

menuturkan tuturan tersebut

kepada Ibu Reta.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 94

Ibu Warti: “Ta sayurnya tadi belum

dipanasin, aku mau

mampir beli gula dulu.”

Ibu Reta: “Ya.”

4. Ibu Yani: “Mbak Mulyanti, jimpitan

rong ewu.”

Ibu Mulyanti: “Duit e mau kurang

po?”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Yani bertugas

untuk menarik uang jimpitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

95

Ibu Yani: “Iyo, karo sek mau dadi

kurang rong ewu.”

Ibu Mulyanti: “Oalah tak golekke

sek.”

kepada anggota Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 96

Ibu Yani: “Mbak Mulyanti, jimpitan

dua ribu.”

Ibu Mulyanti: “Uangnya tadi kurang

po?”

Ibu Yani: “Iya, sama yang tadi jadi

kurang dua ribu.”

Ibu Mulyanti: “Ohya aku cariin

dulu.”

5. Ibu Lastri: “PKK lo.”

Ibu Musrifah: “Jare diundur Bu?”

Ibu Lastri: “Lha kon pasok e, aku

meng manut sek akon.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Lastri meminta

anggota Dasawisma membayar

uang untuk iuran PKK. (Kamis, 18

Juni 2020)

Data 97 Ibu Lastri: “PKK lo.”

Ibu Musrifah: “Katanya diundur

Bu?”

Ibu Lastri: “Lha disuruh pasok e, aku

cuma ngikut yang

nyuruh.”

6. Ibu Lastri: “Nyo, rung tak itung.”

(Memberi buku kepada

Ibu Reta)

Ibu Reta: “Wahjan meng kon ngitung

kok, nambah-nambahi

gawean wae.”

Percakapan terjadi pada sore hari

saat arisan Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Lastri bertugas

mencatat uang arisan. Namun,

beliau belum menghitung jumlah

uang tersebut. Ibu Lastri langsung

memberi buku catatan kepada Ibu

Reta.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Data 103

Ibu Lastri: “Nih, belum aku hitung.”

(Memberi buku kepada

Ibu Reta)

Ibu Reta: “Duh cuma disuruh

menghitung kok,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

96

nambah-nambahi kerjaan

aja.”

Data tuturan 91 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun), Ibu

Maya (tahun), dan Ibu Reta (tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam

fungsi implikatur percakapan tuturan direktif yang mengandung makna

memerintah. Penanda makna memerintah tampak pada tuturan Ibu Lastri “Arisan

e wis entuk piro e Mbak?” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Arisannya udah

dapat berapa ya Mbak?”. Tuturan Ibu Lastri bermakna memerintah Ibu Reta untuk

melihat catatan dan memberi informasi mengenai jumlah undian yang telah

diperoleh dalam arisan Dasawisma. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam

Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi.

Oleh karena itu, tuturan Ibu Lastri termasuk dalam tindak tutur direktif karena

mengandung makna memerintah.

Data tuturan 93 merupakan percakapan antara Ibu Djarsah (74 tahun) dan Ibu

Eva (52 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna memerintah. Penanda

makna memerintah tampak pada tuturan Ibu Djarsah “Walah Va, Ibuk lali ra

nggowo duit nggo pasok PKK” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Waduh Va,

Ibuk lupa gak bawa uang buat pasok PKK”. Tuturan Ibu Djarsah bermakna

memerintah Ibu Eva untuk memasoki uang PKK. Sejalan dengan itu, menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

97

Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang dimaksudkan

penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan

tertentu, misalnya saja memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan

merekomendasi. Oleh karena itu, tuturan Ibu Djarsah termasuk dalam tindak tutur

direktif karena mengandung makna memerintah.

Data tuturan 94 merupakan percakapan antara Ibu Warti (58 tahun) dan Ibu

Reta (34 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna memerintah. Penanda

makna memerintah tampak pada tuturan Ibu Warti “Ta jangan e mau rung

dipanasi, aku arep mampir tuku gulo sek” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ta

sayurnya tadi belum dipanasin, aku mau mampir beli gula dulu”. Tuturan Ibu

Warti bermakna memerintah Ibu Reta untuk memanaskan sayur. Sejalan dengan

itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan, memerintah, memohon,

menasihati, dan merekomendasi. Oleh karena itu, tuturan Ibu Warti termasuk

dalam tindak tutur direktif karena mengandung makna memerintah.

Data tuturan 96 merupakan percakapan antara Ibu Yani (38 tahun) dan Ibu

Mulyanti (55 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna memerintah. Penanda

makna memerintah tampak pada tuturan Ibu Yani “Mbak Mulyanti, jimpitan rong

ewu” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Mbak Mulyanti, jimpitan dua ribu”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

98

Tuturan Ibu Yani bermakna memerintah Ibu Mulyanti untuk membayar uang

jimpitan. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif

yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar

sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan,

memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. Oleh karena itu, tuturan

Ibu Yani termasuk dalam tindak tutur direktif karena mengandung makna

memerintah.

Data tuturan 97 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Musrifah (44 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna memerintah. Penanda

makna memerintah tampak pada tuturan Ibu Lastri “PKK lo”. Tuturan tersebut

ditujukan kepada seluruh anggota Dasawisma. Tuturan Ibu Lastri bermakna

memerintah anggota Dasawisma untuk membayar iuran PKK. Sejalan dengan itu,

menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan, memerintah, memohon,

menasihati, dan merekomendasi. Oleh karena itu, tuturan Ibu Lastri termasuk

dalam tindak tutur direktif karena mengandung makna memerintah.

Data tuturan 103 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Reta (34 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna memerintah. Penanda

makna memerintah tampak pada tuturan Ibu Lastri “Nyo, rung tak itung”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

99

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Nih, belum aku hitung”, yang ditujukan

kepada Ibu Reta. Tuturan tersebut bermakna memerintah Ibu Reta untuk

menghitung jumlah uang arisan Dasawisma. Sejalan dengan itu, menurut Searle

dalam Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang dimaksudkan

penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan

tertentu, misalnya saja memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan

merekomendasi. Oleh karena itu, tuturan Ibu Lastri termasuk dalam tindak tutur

direktif karena mengandung makna memerintah.

6. Makna Implikatur Percakapan “Merekomendasikan”

Merekomendasikan berasal dari kata dasar “rekomendasi”. Rekomendasi

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti 1) hal minta perhatian bahwa

orang yang disebut dapat dipercaya dengan baik (bisa dinyatakan dengan surat);

penyungguhan, 2) saran yang menganjurkan (membenarkan, menguatkan). Dalam

percakapan antaribu di arisan Dasawisma, peneliti menemukan data tuturan yang

mengandung makna merekomendasikan. Data tersebut diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.14 Data Makna Implikatur Percakapan “Merekomendasikan”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Tuminah: “Le masak jangan

nggo krecek ora?”

Ibu Warti: “Tahu kui murah.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan sedang berlagsung.

Anggota Dasawisma berdiskusi

untuk mempersiapkan konsumsi

acara senam yang akan

dilaksanakan pada hari Minggu, 15

Maret 2020.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Ibu Tuminah: “Masak sayurnya

pakai krecek gak ya?”

Ibu Warti: “Tahu tu murah.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

100

Data 92

2. Ibu Maya: “Ketuane saiki sopo to

Mbak?”

Ibu Reta: “Lha ra ono to.”

Ibu Maya: “Koyone nek sampean

cocok Mbak. Ben genah

nek ono opo-opo.”

Ibu Reta: “Wah aku bagian catat-

mencatat.”

Percakapan terjadi pada sore hari

saat arisan Dasawisma akan

diakhiri. Para ibu sedang

berbincang satu sama lain. Posisi

ketua dalam arisan Dasawisma

sedang kosong. Ibu Reta adalah

sekretaris Dasawisma. Selama

posisi ketua Dasawisma tidak

terisi, Ibu Reta sering kali

memimpin arisan.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Data 101

Ibu Maya: “Ketuanya sekarang siapa

to Mbak?”

Ibu Reta: “Lha gak ada to.”

Ibu Maya: “Sepertinya kalau kamu

cocok Mbak. Biar jelas

kalau ada apa-apa.”

Ibu Reta: “Wah aku bagian catat-

mencatat.”

Data tuturan 92 merupakan percakapan antara Ibu Tuminah (48 tahun) dan

Ibu Warti (58 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna merekomendasikan.

Penanda makna merekomendasikan tampak pada tuturan Ibu Warti “Tahu kui

murah” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Tahu tu murah”, ketika Ibu Tuminah

bertanya mengenai isi sayur yang akan dimasak untuk senam. Tuturan Ibu Warti

bermakna merekomendasikan tahu sebagai isi sayur yang akan disajikan untuk

senam. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif

yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar

sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

101

memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. Oleh karena itu, tuturan

Ibu Warti termasuk dalam tindak tutur direktif karena mengandung makna

merekomendasi.

Data tuturan 101 merupakan percakapan antara Ibu Maya (33 tahun) dan Ibu

Reta (34 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna merekomendasikan.

Penanda makna merekomendasikan tampak pada tuturan Ibu Maya “Koyone nek

sampean cocok Mbak. Ben genah nek ono opo-opo” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Sepertinya kalau kamu cocok Mbak. Biar jelas kalau ada apa-apa”.

Tuturan Ibu Maya bermakna merekomendasikan Ibu Reta sebagai ketua dalam

arisan Dasawisma. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73),

direktif yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat

pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya saja

memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. Oleh karena

itu, tuturan Ibu Maya termasuk dalam tindak tutur direktif karena mengandung

makna merekomendasi.

7. Makna Implikatur Percakapan “Meminta”

Meminta berasal dari kata dasar “minta”. Minta dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia daring berarti berkata-kata supaya diberi atau mendapat sesuatu;

memohon. Dalam percakapan antaribu di arisan Dasawisma, peneliti menemukan

data tuturan yang mengandung makna meminta. Data tersebut diuraikan sebagai

berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

102

Tabel 4.15 Data Makna Implikatur Percakapan “Meminta”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Reta: “Wah jambune nggone Bu

Eva ketok enak banget

nggo lotisan.”

Ibu Eva: “Mengko baline tak

opekke.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma belum

dimulai. Ibu Eva memiliki pohon

jambu di depan rumahnya dan

terlihat dari tempat arisan

Dasawisma. Pohon jambu tersebut

sedang berbuah lebat.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 95

Ibu Reta: “Wah jambunya punya Bu

Eva keliatan enak banget

buat rujak.”

Ibu Eva: “Nanti pulangnya aku

petikin.”

2. Ibu Dina: “Bu Warti kulo ajeng

masak lodeh, enten

godong so mboten?”

Ibu Warti: “Wes diopeki Mbak Yani.”

Ibu Dina: “Wo hoo to? Kedisikan,

wingi tak delok enom-

enom iseh akeh e.”

Percakapan terjadi pada sore hari.

Saat itu, arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat beberapa

ibu yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Ibu Warti

memiliki pohon melinjo di depan

rumahnya. Daun dari pohon

tersebut dapat dimasak untuk

dijadikan makanan.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Data 102

Ibu Dina: “Bu Warti saya mau masak

sayur lodeh, ada daun

melinjo enggak?”

Ibu Warti: “Udah dipetikin Mbak

Jeni.”

Ibu Dina: “Wo iya to? Keduluan,

kemarin saya lihat masih

muda-muda banyak e.”

Data tuturan 95 merupakan percakapan antara Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu

Eva (52 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna meminta. Penanda makna

meminta tampak pada tuturan Ibu Reta “Wah jambune nggone Bu Eva ketok enak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

103

banget nggo lotisan” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Wah jambunya punya

Bu Eva keliatan enak banget buat rujak”. Tuturan Ibu Reta bermakna meminta

jambu milik Ibu Eva. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi

(2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk

membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya

saja memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. Oleh

karena itu, tuturan Ibu Reta termasuk dalam tindak tutur direktif karena

mengandung makna meminta.

Data tuturan 102 merupakan percakapan antara Ibu Dina (48 tahun) dan Ibu

Warti (58 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna meminta. Penanda makna

meminta tampak pada tuturan Ibu Dina “Bu Warti kulo ajeng masak lodeh, enten

godong so mboten?” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Bu Warti saya mau

masak sayur lodeh, ada daun melinjo enggak?”. Tuturan Ibu Dina bermakna

meminta daun melinjo milik Ibu Warti. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam

Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi.

Oleh karena itu, tuturan Ibu Dina termasuk dalam tindak tutur direktif karena

mengandung makna meminta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

104

8. Makna Implikatur Percakapan “Memohon”

Memohon dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti meminta

dengan hormat. Dalam percakapan antaribu di arisan Dasawisma, peneliti

menemukan data tuturan yang mengandung makna memohon. Data tersebut

diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.16 Data Makna Implikatur Percakapan “Memohon”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Gambir: “Ibu-ibu, nyuwun sewu

nggih. Kula ajeng

nyuwun tulung, ajeng

ngerepoti. Benjang

Minggu nyuwun

diewangi rewang nggih

soal e ajeng kerja bakti

ngedunke gendeng

omah e Simbok.”

Ibu Warti: “Tak mruput teko ndisik

dewe.”

Percakapan terjadi pada sore hari.

Sebelum arisan diakhiri, Ibu

Gambir memberi pengumuman

kepada anggota Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 98

Ibu Gambir: “Ibu-ibu, maaf ya. Saya

mau minta tolong, mau

merpotkan. Besok

Minggu minta dibantu

masak ya soalnya mau

kerja bakti nurunin atap

rumahnya Simbok.”

Ibu Warti: “Aku datang pagi paling

awal.”

2. Ibu Yani: “Ibu-ibu, kulo niki mung

ajeng nggenahke. Seko

awal mbien nek arep utang

kan uwong e kudu teko.

Lha niki ono sek arep

utang tapi ra tau teko

arisan. Pripun?”

Percakapan terjadi pada sore hari.

Saat itu, arisan Dasawisma sedang

berlangsung dan membahas

mengenai utang piutang. Terdapat

salah satu anggota yang ingin

mengajukan utang, tetapi orang

tersebut tidak hadir dalam arisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

105

Ibu Jilah: “Peraturan e mbien nek

arep utang yo wong e kudu

teko. Mengko dikiro ra

adil, ndak beda-bedakke.”

(Kamis, 2 Juli 2020)

Data 100

Ibu Yani: “Ibu-ibu, saya ini cuma

mau memastikan. Dari

awal dulu kalau mau utang

kan orangnya harus

datang. Lha ini ada yang

mau utang tapi gak dateng

arisan. Gimana?”

Ibu Jilah: “Peraturan dulu kalau mau

utang ya orangnya harus

datang. Nanti dikira gak

adil, jadi membeda-

bedakan.”

Data tuturan 98 merupakan percakapan antara Ibu Gambir (51 tahun) dan Ibu

Warti (58 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna memohon. Penanda makna

memohon tampak pada tuturan Ibu Gambir “Ibu-ibu, nyuwun sewu nggih. Kula

ajeng nyuwun tulung, ajeng ngerepoti. Benjang Minggu nyuwun diewangi rewang

nggih soal e ajeng kerja bakti ngedunke gendeng omah e Simbok” terjemahan

dalam bahasa Indonesia “Ibu-ibu, maaf ya. Saya mau minta tolong, mau

merpotkan. Besok Minggu minta dibantu masak ya soalnya mau kerja bakti

nurunin atap rumahnya Simbok”. Tuturan Ibu Gambir bermakna memohon

bantuan anggota Dasawisma untuk memasak dalam acara gotong-royong. Sejalan

dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur

yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan, memerintah, memohon,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

106

menasihati, dan merekomendasi. Oleh karena itu, tuturan Ibu Gambir termasuk

dalam tindak tutur direktif karena mengandung makna memohon.

Data tuturan 100 merupakan percakapan antara Ibu Yani (38 tahun) dan Ibu

Jilah (56 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna memohon. Penanda makna

memohon tampak pada tuturan Ibu Yani “Ibu-ibu, kulo niki mung ajeng

nggenahke. Seko awal mbien nek arep utang kan uwong e kudu teko. Lha niki ono

sek arep utang tapi ra tau teko arisan. Pripun?” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Ibu-ibu, saya ini cuma mau memastikan. Dari awal dulu kalau mau

utang kan orangnya harus datang. Lha ini ada yang mau utang tapi gak dateng

arisan. Gimana?”. Tuturan Ibu Yani bermakna memohon penjelasan dari anggota

Dasawisma mengenai utang piutang yang diterapkan dalam arisan. Sejalan dengan

itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan, memerintah, memohon,

menasihati, dan merekomendasi. Oleh karena itu, tuturan Ibu Yani termasuk

dalam tindak tutur direktif karena mengandung makna memohon.

9. Makna Implikatur Percakapan “Mengajak”

Mengajak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti meminta

(menyilakan, menyuruh, dsb) supaya turut (datang, dsb). Dalam percakapan

antaribu di arisan Dasawisma, peneliti menemukan data tuturan yang mengandung

makna mengajak. Data tersebut diuraikan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

107

Tabel 4.17 Data Makna Implikatur Percakapan “Mengajak”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Reta: “Sesok nyumbang bayi lo

Bu.”

Ibu Eva: “Hoo, sesok tak ampiri.”

Percakapan terjadi pada sore hari

saat arisan Dasawisma telah

berakhir. Namun, terdapat

beberapa anggota Dasawisma yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 99

Ibu Reta: “Besok menyumbang bayi

lo Bu.”

Ibu Eva: “Iya, besok aku jemput.”

2. Ibu Reta: “Awan e cerah banget e.”

Ibu Lastri: “Yo gek do bali, ngentasi

kumbahan.”

Percakapan terjadi pada sore hari

saat arisan Dasawisma telah

berakhir. Terdapat beberapa ibu

yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Saat itu, cuaca

sedang mendung.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Data 104

Ibu Reta: “Awannya cerah banget e.”

Ibu Lastri: “Ayo cepat pada pulang,

angkatin jemuran.”

Data tuturan 99 merupakan percakapan antara Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu

Eva (52 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna mengajak. Penanda makna

mengajak tampak pada tuturan Ibu Reta “Sesok nyumbang bayi lo Bu” terjemahan

dalam bahasa Indonesia “Besok menyumbang bayi lo Bu”. Tuturan Ibu Reta

bermakna mengajak Ibu Eva untuk menengok bayi yang baru saja lahir. Sejalan

dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur

yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan, memerintah, memohon,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

108

menasihati, dan merekomendasi. Oleh karena itu, tuturan Ibu Reta termasuk

dalam tindak tutur direktif karena mengandung makna mengajak.

Data tuturan 104 merupakan percakapan antara Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu

Lastri (49 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif yang mengandung makna mengajak. Penanda makna

mengajak tampak pada tuturan Ibu Lastri “Yo gek do bali, ngentasi kumbahan”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ayo cepat pada pulang, angkatin jemuran”.

Tuturan Ibu Lastri bermakna mengajak para ibu yang masih berada di tempat

arisan untuk pulang ke rumah masing-masing dikarenakan cuaca sedang

mendung. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif

yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar

sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan,

memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. Oleh karena itu, tuturan

Ibu Lastri termasuk dalam tindak tutur direktif karena mengandung makna

mengajak.

10. Makna Implikatur Percakapan “Meminta maaf”

Meminta maaf berarti ungkapan permintaan ampun atau penyesalan.

Dalam percakapan antaribu di arisan Dasawisma, peneliti menemukan data

tuturan yang mengandung makna meminta maaf. Data tersebut diuraikan sebagai

berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

109

Tabel 4.18 Data Makna Implikatur Percakapan “Meminta maaf”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Yani: “Bu Tum, nyuwun ngapuro

ya aku wingi njikuk jeruk

tibo neng kebon kulon

omah.”

Ibu Tuminah: “Genter e neng jejer

uwit lo.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma belum

dimulai. Ibu Yani melihat Ibu

Tuminah baru saja datang. Ibu

Tuminah memiliki pohon jeruk di

kebun miliknya. Kebun tersebut

bersebelaha dengan rumah Ibu

Yani.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 105

Ibu Yani: “Bu Tum, maaf ya aku

kemarin ambil jeruk jatuh

di kebun barat rumah.”

Ibu Tuminah: “Galahnya di sebelah

pohon lo.”

2. Ibu Lastri: “Bu Hesti, mentok e Pak

Kemang mangani

sayuranku e, tanduran e

kabeh do entek.”

Ibu Hesti: “Oalah ngapurane yo

Mbak, mengko tak

omongan e ben

dikandangi terus.”

Percakapan terjadi pada sore hari

saat arisan Dasawisma telah

berakhir. Terdapat beberapa

anggota Dasawisma yang masih

berkumpul untuk berbincang-

bincang. Rumah Ibu Lastri

bersebelahan dengan rumah Ibu

Hesti. Ibu Lastri memiliki kebun

sayur dan tanaman hias di samping

rumahnya. Ibu Hesti dan suaminya

yang bernama Pak Kemang

memiliki hewan peliharaan yaitu

itik.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 110

Ibu Lastri: “Bu Hesti, itiknya Pak

Kemang makan

sayuranku e, tanamannya

pada habis semua.”

Ibu Hesti: “Ya ampun maaf ya

Mbak, nanti aku kasih

tau biar dikandangin

terus.”

Data tuturan 105 merupakan percakapan antara Ibu Yani (38 tahun) dan Ibu

Tuminah (48 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan ekspresif yang mengandung makna meminta maaf. Penanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

110

makna meminta maaf tampak pada tuturan Ibu Yani “Bu Tum, nyuwun ngapuro

ya aku wingi njikuk jeruk tibo neng kebon kulon omah” terjemahan dalam bahasa

Indonesia “Bu Tum, maaf ya aku kemarin ambil jeruk jatuh di kebun barat

rumah”. Tuturan Ibu Yani bermakna meminta maaf karena telah mengambil jeruk

milik Ibu Tuminah. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73),

ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa. Oleh karena itu, tuturan Ibu Lastri termasuk dalam tindak tutur

ekspresif karena mengandung makna meminta maaf.

Data tuturan 110 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Hesti (49 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan ekspresif yang mengandung makna meminta maaf. Penanda

makna meminta maaf tampak pada tuturan Ibu Hesti “Oalah ngapurane yo Mbak,

mengko tak omongan e ben dikandangi terus” terjemahan dalam bahasa Indonesia

“Ya ampun maaf ya Mbak, nanti aku kasih tau biar dikandangin terus”. Tuturan

tersebut merupakan respons terhadap percakapan Ibu Lastri mengenai tanaman

yang dirusak olah hewan peliharaan milik Ibu Hesti. Tuturan Ibu Hesti bermakna

meminta maaf atas kelalaian mengumbar itik-itiknya. Sejalan dengan itu, menurut

Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu

keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

111

menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Oleh karena itu, tuturan Ibu Hesti

termasuk dalam tindak tutur ekspresif karena mengandung makna meminta maaf.

11. Makna Implikatur Percakapan “Berterima kasih”

Berterima kasih dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti

mengucap syukur; melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima

kebaikan, dsb. Dalam percakapan antaribu di arisan Dasawisma, peneliti

menemukan data tuturan yang mengandung makna berterima kasih. Data tersebut

diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.19 Data Makna Implikatur Percakapan “Berterima kasih”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Mulyanti: “Bu Eva, gas e Bu

Mimin.”

Ibu Eva: “Hoo butuh papat e. Tak

omong Pak Bowo. Nuwun

Mbak.”

Percakapan terjadi pada sore hari.

Saat itu, arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat beberapa

ibu yang masih berkumpul. Pada

saat itu, Ibu Mulyanti membaca

pesan di gawai dan memberitahu

Ibu Eva bahwa tersedia gas di toko

milik Ibu Mimin. Gas di toko milik

Ibu Mimin sangat cepat habis,

sedangkan Ibu Eva membutuhkan

banyak gas untuk kateringnya.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Data 106

Ibu Mulyanti: “Bu Eva, gasnya Bu

Mimin.”

Ibu Eva: “Iya butuh empat e. Tak

bilang Pak Bowo. Makasih

Mbak.”

2. Ibu Eva: “Mbak Mul, mau ngeteri

bancaan yo? Gek blonjo e,

nuwun ya Mbak.”

Ibu Mulyanti: “Hoo Bu sami-sami,

mau tak kekke mejo.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma belum

dimulai. Pada hari itu, Ibu

Mulyanti memberi bancaan (nasi

selamatan) untuk warga di sekitar

rumahnya. Ibu Mulyanti

mengantarkan bancaan ketika Ibu

Eva sedang berbelanja di pasar.

Sehingga, Ibu Mulyanti

Ibu Eva: “Mbak Mul, tadi ngasih

bancaan ya? Lagi belanja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

112

e, makasih ya Mbak.”

Ibu Mulyanti: “Iya Bu sama-sama,

tadi aku taruh di

meja.”

meletakkan bancaan tersebut di

meja rumah Ibu Eva.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 108

Data tuturan 106 merupakan percakapan antara Ibu Mulyanti (55 tahun) dan

Ibu Eva (52 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan ekspresif yang mengandung makna berterima kasih. Penanda

makna berterima kasih tampak pada tuturan Ibu Eva “Hoo butuh papat e. Tak

omong Pak Bowo. Nuwun Mbak” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Iya butuh

empat e. Tak bilang Pak Bowo. Makasih Mbak”. Tuturan tersebut merupakan

respons terhadap percakapan Ibu Mulyanti mengenai ketersediaan gas di toko

milik Ibu Mimin. Tuturan Ibu Eva bermakna berterima kasih kepada Ibu Mulyanti

karena telah memberitahu ketersediaan gas tersebut. Sejalan dengan itu, menurut

Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu

keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf,

menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Oleh karena itu, tuturan Ibu Eva

termasuk dalam tindak tutur ekspresif karena mengandung makna berterima kasih.

Data tuturan 108 merupakan percakapan antara Ibu Eva (52 tahun) dan Ibu

Mulyanti (55 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan ekspresif yang mengandung makna berterima kasih. Penanda

makna berterima kasih tampak pada tuturan Ibu Eva “Mbak Mul, mau ngeteri

bancaan yo? Gek blonjo e, nuwun ya Mbak” terjemahan dalam bahasa Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

113

“Mbak Mul, tadi ngasih bancaan ya? Lagi belanja e, makasih ya Mbak”. Tuturan

Ibu Eva bermakna berterima kasih kepada Ibu Mulyanti karena telah memberi

nasi bancaan. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73),

ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa. Oleh karena itu, tuturan Ibu Eva termasuk dalam tindak tutur

ekspresif karena mengandung makna berterima kasih.

12. Makna Implikatur Percakapan “Menyalahkan”

Menyalahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti 1)

menyatakan (memandang, menganggap) salah, 2) melemparkan kesalahan

kepada; mempersalahkan; menyesali. Dalam percakapan antaribu di arisan

Dasawisma, peneliti menemukan data tuturan yang mengandung makna

menyalahkan. Data tersebut diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.20 Data Makna Implikatur Percakapan “Menyalahkan”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Hesti: “Iki kok tabunganku ora

dicatet pie? Kui lo

bukune.”

Ibu Tuminah: “Oh hoo kene tak isi

sek.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Tuminah bertugas

menangani uang tabungan di arisan

Dasawisma.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Data 107 Ibu Hesti: “Ini kok tabunganku gak

dicatat gimana? Itu lo

bukunya.”

Ibu Tuminah: “Oh iya sini aku isiin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

114

dulu.”

2. Ibu Lastri: “Aku wingi wes pasok

jimpitan loro, kok meng

ditulis siji?”

Ibu Yani: “Kelalen paling. Tak tulis

e kene Bu.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Lastri mengecek

catatan di buku, tetapi belum

tercatat pasokan jimpitan pada

pertemuan sebelumnya. Ibu Lastri

menuturkan tuturan tersebut

kepada Ibu Yani karena beliau

bertugas pada bagian jimpitan.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 109

Ibu Lastri: “Aku kemarin udah pasok

jimpitan dua, kok cuma

ditulis satu?”

Ibu Yani: “Kelupaan paling. Aku

tulisin sini Bu.”

Data tuturan 107 merupakan percakapan antara Ibu Hesti (49 tahun) dan Ibu

Tuminah (48 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan ekspresif yang mengandung makna menyalahkan. Penanda

makna menyalahkan tampak pada tuturan Ibu Hesti “Iki kok tabunganku ora

dicatet pie? Kui lo bukune” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ini kok

tabunganku gak dicatat gimana? Itu lo bukunya”. Tuturan Ibu Hesti bermakna

menyalahkan Ibu Tuminah karena lalai tidak mencatat tabungan. Sejalan dengan

itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan

yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur

terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta

maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Oleh karena itu, tuturan Ibu

Hesti termasuk dalam tindak tutur ekspresif karena mengandung makna

menyalahkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

115

Data tuturan 109 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Yani (38 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan ekspresif yang mengandung makna menyalahkan. Penanda

makna menyalahkan tampak pada tuturan Ibu Lastri “Aku wingi wes pasok

jimpitan loro, kok meng ditulis siji?” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Aku

kemarin udah pasok jimpitan dua, kok cuma ditulis satu?”. Tuturan Ibu Lastri

bermakna menyalahkan Ibu Yani karena lalai tidak mencatat uang jimpitan.

Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif adalah

bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi

selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Oleh

karena itu, tuturan Ibu Lastri termasuk dalam tindak tutur ekspresif karena

mengandung makna menyalahkan.

13. Makna Implikatur Percakapan “Memberi selamat”

Memberi selamat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti 1)

doa (ucapan, pernyataan, dsb) yang mengandung harapan supaya sejahtera

(beruntung, tidak kurang satu apa, dsb), 2) pemberian salam mudah-mudahan

dalam keadaan baik (sejahtera, sehat dan afiat, dsb). Dalam percakapan antaribu

di arisan Dasawisma, peneliti menemukan data tuturan yang mengandung makna

memberi selamat. Data tersebut diuraikan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

116

Tabel 4.21 Data Makna Implikatur Percakapan “Memberi selamat”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Tuminah: “Bu Mul, jare Mbak

Sinta buka butik neng

kono?”

Ibu Mulyanti: “Hoo Bu, lagi buka

Senin wingi.”

Ibu Tuminah: “Wah selamat ya,

mugi-mugi sukses

terus, berkah, lancar

rezekine.”

Percakapan terjadi pada sore hari

saat arisan Dasawisma telah

berakhir. Namun, terdapat

beberapa anggota Dasawisma yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Ibu Mulyanti

memiliki anak perempuan bernama

Sinta yang merantau ke Jakarta.

Pada hari Senin, 15 Juni 2020, ia

baru saja membuka butik untuk

usaha.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 111

Ibu Tuminah: “Bu Mul, katanya

Mbak Sinta buka

butik di sana?”

Ibu Mulyanti: “Iya Bu, lagi buka

Senin kemarin.”

Ibu Tuminah: “Wah selamat ya,

mudah-mudahan

sukses terus, berkah,

lancar rezekinya.”

2. Ibu Lastri: “Tanggal nem belas lo

Bu, ayo makan-makan.”

Ibu Eva: “Ayo, mbeleh endog ya

hehehe.”

Ibu Lastri: “Hahaha selamat ulang

tahun ya Bu.”

Percakapan terjadi pada sore hari

saat arisan Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Eva dan Ibu

Lastri duduk berseblahan. Pada

hari itu, Ibu Eva sedang berulang

tahun.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Data 113 Ibu Lastri: “Tanggal enam belas lo

Bu, ayo makan-makan.”

Ibu Eva: “Ayo, motong telur ya

hehehe.”

Ibu Lastri: “Hahaha selamat ulang

tahun ya Bu.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

117

Data tuturan 111 merupakan percakapan antara Ibu Tuminah (48 tahun) dan

Ibu Mulyanti (55 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi

implikatur percakapan tuturan ekspresif yang mengandung makna memberi

selamat. Penanda makna memberi selamat tampak pada tuturan Ibu Tuminah

“Wah selamat ya, mugi-mugi sukses terus, berkah, lancar rezekine” terjemahan

dalam bahasa Indonesia “Wah selamat ya, mudah-mudahan sukses terus, berkah,

lancar rezekinya”, ketika sebelumnya Ibu Tuminah memastikan bahwa anak dari

Ibu Mulyanti telah membuka butik. Tuturan Ibu Tuminah bermakna memberi

selamat kepada Sinta (anak Ibu Mulyanti) atas dibukanya butik di Jakarta. Sejalan

dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk

tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis

penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat,

meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Oleh karena itu,

tuturan Ibu Tuminah termasuk dalam tindak tutur ekspresif karena mengandung

makna memberi selamat.

Data tuturan 113 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Eva (52 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan ekspresif yang mengandung makna memberi selamat. Penanda

makna memberi selamat tampak pada tuturan Ibu Lastri “Hahaha selamat ulang

tahun ya Bu”, ketika sebelumnya Ibu Lastri menuturkan bahwa pada hari itu

merupakan tanggal 16 Juli 2020. Tuturan Ibu Lastri bermakna memberi ucapan

selamat ulang tahun kepada Ibu Eva. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam

Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

118

menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan,

misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan,

memuji, dan berbelasungkawa. Oleh karena itu, tuturan Ibu Lastri termasuk dalam

tindak tutur ekspresif karena mengandung makna memberi selamat.

14. Makna Implikatur Percakapan “Memuji”

Memuji dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti melahirkan

kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu (yang dianggap baik, indah, gagah

berani, dsb). Dalam percakapan antaribu di arisan Dasawisma, peneliti

menemukan data tuturan yang mengandung makna memuji. Data tersebut

diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.22 Data Makna Implikatur Percakapan “Memuji”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Painah: “Wah tanduran e Bu Eva

apik-apik e.”

Ibu Eva: “Pengen nggonmu e.

Nggonku ra ono opo-

opone hehehe.”

Percakapan terjadi pada sore hari.

Saat itu, arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat beberapa

ibu yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Rumah Ibu

Eva bersebelahan dengan tempat

arisan. Beliau memiliki tanaman

yang bervariasi dan tertata dengan

rapi.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Data 112

Ibu Painah: “Wah tanamannya Bu

Eva bagus-bagus e.”

Ibu Eva: “Pengin punyamu e.

Punyaku gak ada apa-

apanya hehehe.”

Data tuturan 112 merupakan percakapan antara Ibu Painah (44 tahun) dan Ibu

Eva (52 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan ekspresif yang mengandung makna memuji. Penanda makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

119

memuji tampak pada tuturan Ibu Painah “Wah tanduran e Bu Eva apik-apik e”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Wah tanamannya Bu Eva bagus-bagus e”.

Tuturan Ibu Painah bermakna memuji tanaman milik Ibu Eva. Sejalan dengan itu,

menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan yang

berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap

suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf,

menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Oleh karena itu, tuturan Ibu Painah

termasuk dalam tindak tutur ekspresif karena mengandung makna memuji.

15. Makna Implikatur Percakapan “Menawarkan”

Menawarkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti

mengunjukkan sesuatu kepada (dengan maksud supaya dibeli, dikontrak, diambil,

dipakai). Dalam percakapan antaribu di arisan Dasawisma, peneliti menemukan

data tuturan yang mengandung makna menawarkan. Data tersebut diuraikan

sebagai berikut.

Tabel 4.23 Data Makna Implikatur Percakapan “Menawarkan”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Reta: “Bu Tum, onten pecahan

mboten? Duit e satusan,

ra ono sek nggo susuk.”

Ibu Tuminah: “Onone puluhan.”

Ibu Reta: “Mboten nopo-nopo.”

Ibu Tuminah: “Iki satus yo.”

(Ibu Tuminah memberi uang kepada

Ibu Reta)

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan sedang berlangsung.

Ibu Reta bertugas mencatat dan

menerima uang pasokan dari

anggota Dasawisma.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Data 114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

120

Ibu Reta: “Bu Tum, ada pecahan

enggak? Uangnya

seratusan, gak ada yang

dipakai buat kembalian.”

Ibu Tuminah: “Adanya puluhan.”

Ibu Reta: “Gak apa-apa.”

Ibu Tuminah: “Ini seratus ya.”

(Ibu Tuminah memberi uang kepada

Ibu Reta)

2. Ibu Reta: “Wingi ono duit papat

songo.”

Ibu Yani: “Saiki piro?”

Ibu Reta: “Saiki papat limo. Ayo do

utang ora? Mumpung duit

e akeh.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan sedang berlangsung.

Saat itu, Ibu Reta baru saja

menghitung uang simpanan wajib

dari anggota Dasawisma.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Data 120 Ibu Reta: “Kemarin ada uang empat

sembilan.”

Ibu Yani: “Sekarang berapa?”

Ibu Reta: “Sekarang empat lima.

Ayo pada utang enggak?

Mumpung uangnya

banyak.”

Data tuturan 114 merupakan percakapan antara Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu

Tuminah (48 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan komisif yang mengandung makna menawarkan. Penanda

makna menawarkan tampak pada tuturan Ibu Tuminah “Onone puluhan”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Adanya puluhan”. Tuturan tersebut

merupakan respons terhadap tuturan Ibu Reta yang sebelumnya bertanya apakah

Ibu Tuminah memiliki uang pecahan untuk ditukarkan sebagai uang kembalian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

121

Tuturan Ibu Tuminah bermakna menawarkan uang puluhan yang ia punya untuk

ditukarkan dengan uang seratusan milik Ibu Reta. Sejalan dengan itu, menurut

Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk

menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji, bersumpah, dan

menawarkan sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu Tuminah termasuk dalam

tindak tutur komisif karena mengandung makna menawarkan.

Data tuturan 120 merupakan percakapan antara Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu

Yani (38 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan komisif yang mengandung makna menawarkan. Penanda

makna menawarkan tampak pada tuturan Ibu Reta “Saiki papat limo. Ayo do

utang ora? Mumpung duit e akeh” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Sekarang

empat lima. Ayo pada utang enggak? Mumpung uangnya banyak”. Tuturan Ibu

Reta bermakna menawarkan anggota Dasawisma untuk berutang. Sejalan dengan

itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang

berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji,

bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu Reta termasuk

dalam tindak tutur komisif karena mengandung makna menawarkan.

16. Makna Implikatur Percakapan “Berjanji”

Berjanji dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti 1) mengucap

janji; menyatakan bersedia dan sanggup untuk berbuat sesuatu (memberi,

menolong, datang, dsb), 2) menyanggupi akan menepati apa yang telah dikatakan

atau yang telah disetujui. Dalam percakapan antaribu di arisan Dasawisma,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

122

peneliti menemukan data tuturan yang mengandung makna berjanji. Data tersebut

diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.24 Data Makna Implikatur Percakapan “Berjanji”

No. Tuturan Konteks

1. Ibu Reta: “Wah jambune nggone Bu

Eva ketok enak banget

nggo lotisan.”

Ibu Eva: “Mengko baline tak

opekke.”

Percakapan terjadi pada sore hari

ketika arisan Dasawisma belum

dimulai. Ibu Eva memiliki pohon

jambu di depan rumahnya dan

terlihat dari tempat arisan

Dasawisma. Pohon jambu tersebut

sedang berbuah lebat. (Kamis, 18

Juni 2020)

Data 115

Ibu Reta: “Wah jambunya punya Bu

Eva keliatan enak banget

buat rujak.”

Ibu Eva: “Nanti pulangnya aku

petikin.”

2. Ibu Gambir: “Ibu-ibu, nyuwun sewu

nggih. Kula ajeng

nyuwun tulung, ajeng

ngerepoti. Benjang

Minggu nyuwun

diewangi rewang nggih

soal e ajeng kerja bakti

ngedunke gendeng

omah e Simbok.”

Ibu Warti: “Tak mruput teko ndisik

dewe.”

Percakapan terjadi pada sore hari.

Sebelum arisan diakhiri, Ibu

Gambir memberi pengumuman

kepada anggota Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 116

Ibu Gambir: “Ibu-ibu, maaf ya. Saya

mau minta tolong, mau

merpotkan. Besok

Minggu minta dibantu

masak ya soalnya mau

kerja bakti nurunin atap

rumahnya Simbok.”

Ibu Warti: “Aku datang pagi paling

awal.”

3. Ibu Reta: “Sesok nyumbang bayi lo Percakapan terjadi pada sore hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

123

Bu.”

Ibu Eva: “Hoo, sesok tak ampiri.”

saat arisan Dasawisma telah

berakhir. Namun, terdapat

beberapa anggota Dasawisma yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 117

Ibu Reta: “Besok menyumbang bayi

lo Bu.”

Ibu Eva: “Iya, besok aku jemput.”

4. Ibu Lastri: “Bu Hesti, mentok e Pak

Kemang mangani

sayuranku e, tanduran e

kabeh do entek.”

Ibu Hesti: “Oalah ngapurane yo

Mbak, mengko tak

omongan e ben

dikandangi terus.”

Percakapan terjadi pada sore hari

saat arisan Dasawisma telah

berakhir. Terdapat beberapa

anggota Dasawisma yang masih

berkumpul untuk berbincang-

bincang. Rumah Ibu Lastri

bersebelahan dengan rumah Ibu

Hesti. Ibu Lastri memiliki kebun

sayur dan tanaman hias di samping

rumahnya. Ibu Hesti dan suaminya

yang bernama Pak Kemang

memiliki hewan peliharaan yaitu

itik.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Data 118

Ibu Lastri: “Bu Hesti, itiknya Pak

Kemang makan

sayuranku e, tanamannya

pada habis semua.”

Ibu Hesti: “Ya ampun maaf ya

Mbak, nanti aku kasih

tau biar dikandangin

terus.”

5. Ibu Eva: “Din dus e akeh lo.”

Ibu Painah: “Nggih Bu, mengko tak

moro.”

Ibu Eva: “Rodo bengi yo ra popo.”

Percakapan terjadi pada sore hari.

Saat itu, arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat beberapa

ibu yang masih berkumpul untuk

berbincang-bincang. Ibu Eva

memiliki usaha katering.

Terkadang, Ibu Painah membantu

di katering milik Ibu Eva.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Data 119

Ibu Eva: “Din kardusnya banyak lo.”

Ibu Painah: “Ya Bu, nanti aku

datang.”

Ibu Eva: “Agak malam juga gak apa-

apa.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

124

Data tuturan 115 merupakan percakapan antara Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu

Eva (52 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan komisif yang mengandung makna berjanji. Penanda makna

berjanji tampak pada tuturan Ibu Eva “Mengko baline tak opekke” terjemahan

dalam bahasa Indonesia “Nanti pulangnya aku petikin”. Tuturan tersebut

merupakan respons terhadap tuturan Ibu Reta mengenai permintaan jambu milik

Ibu Eva. Tuturan Ibu Eva bermakna berjanji akan memetikkan jambu untuk Ibu

Reta. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni

bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya

saja berjanji, bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu

Eva termasuk dalam tindak tutur komisif karena mengandung makna berjanji.

Data tuturan 116 merupakan percakapan antara Ibu Gambir (51 tahun) dan Ibu

Warti (58 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan komisif yang mengandung makna berjanji. Penanda makna

berjanji tampak pada tuturan Ibu Warti “Tak mruput teko ndisik dewe” terjemahan

dalam bahasa Indonesia “Aku datang pagi paling awal”. Tuturan tersebut

merupakan respons terhadap tuturan Ibu Gambir mengenai permohonan bantuan

memasak dalam acara gotong royong. Tuturan Ibu Warti bermakna berjanji akan

hadir lebih pagi untuk membantu memasak di rumah Ibu Gambir. Sejalan dengan

itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang

berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji,

bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu Warti termasuk

dalam tindak tutur komisif karena mengandung makna berjanji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

125

Data tuturan 117 merupakan percakapan antara Ibu Reta (34 tahun) dan Ibu

Eva (52 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan komisif yang mengandung makna berjanji. Penanda makna

berjanji tampak pada tuturan Ibu Eva “Hoo, sesok tak ampiri” terjemahan dalam

bahasa Indonesia “Iya, besok aku jemput”. Tuturan tersebut merupakan respons

terhadap tuturan Ibu Reta mengenai ajakannya menengok bayi. Tuturan Ibu Eva

bermakna berjanji akan menjemput Ibu Reta ketika akan menengok bayi. Sejalan

dengan itu, menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur

yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji,

bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu Eva termasuk

dalam tindak tutur komisif karena mengandung makna berjanji.

Data tuturan 118 merupakan percakapan antara Ibu Lastri (49 tahun) dan Ibu

Hesti (49 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan komisif yang mengandung makna berjanji. Penanda makna

berjanji tampak pada tuturan Ibu Hesti “Oalah ngapurane yo Mbak, mengko tak

omongan e ben dikandangi terus” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ya ampun

maaf ya Mbak, nanti aku kasih tau biar dikandangin terus”. Tuturan tersebut

merupakan respons terhadap keluhan Ibu Lastri mengenai tanaman yang dirusak

oleh hewan peliharaan Ibu Hesti dan Pak Kemang. Tuturan Ibu Hesti “Mengko tak

omongan e ben dikandangi” terjemahan dalam bahasa Indonesia “Nanti aku kasih

tau biar dikandangin terus” bermakna berjanji untuk memberitahu Pak Kemang

agar mengandangi hewan peliharaannya. Sejalan dengan itu, menurut Searle

dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

126

menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji, bersumpah, dan

menawarkan sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu Hesti termasuk dalam tindak

tutur komisif karena mengandung makna berjanji.

Data tuturan 119 merupakan percakapan antara Ibu Eva (52 tahun) dan Ibu

Painah (44 tahun). Percakapan antaribu ini termasuk dalam fungsi implikatur

percakapan tuturan komisif yang mengandung makna berjanji. Penanda makna

berjanji tampak pada tuturan Ibu Painah “Nggih Bu, mengko tak moro”

terjemahan dalam bahasa Indonesia “Ya Bu, nanti aku datang”. Tuturan tersebut

merupakan respons terhadap perintah Ibu Eva untuk membantu di katering

miliknya. Tuturan Ibu Painah bermakna berjanji akan membantu mengeklip

kardus di katering milik Ibu Eva. Sejalan dengan itu, menurut Searle dalam

Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan

janji atau penawaran, misalnya saja berjanji, bersumpah, dan menawarkan

sesuatu. Oleh karena itu, tuturan Ibu Painah termasuk dalam tindak tutur komisif

karena mengandung makna berjanji.

4.3 Pembahasan

Pada sub bab ini, peneliti memaparkan temuan data-data penelitian mengenai

implikatur percakapan antaribu dalam arisan Dasawisma di Dusun Ngawen,

Sidokarto, Godean, Sleman. Pada pembahasan ini, terdapat persamaan dengan

penelitian relevan yang telah disebutkan pada BAB II. Persamaannya adalah data-

data penelitian dianalisis menggunakan teori pragmatik. Namun, pada penelitian

ini secara lebih spesifik menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

127

Searle dalam Rahardi (2003) dan teori implikatur percakapan yang dikemukakan

oleh Yule (2006). Selain itu, terdapat juga perbedaan dengan penelitian yang

relevan. Perbedaannya terlihat pada hasil dari penelitian yang dilakukan.

Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan jenis implikatur percakapan,

fungsi implikatur percakapan, dan makna implikatur percakapan yang digunakan

antaribu dalam arisan Dasawisma. Pembahasan didasari pada rumusan masalah

yang telah disusun sebelumnya. Berikut dijabarkan pembahasan dari ketiga

rumusan masalah penelitian.

4.3.1 Jenis Implikatur Percakapan

Implikatur percakapan berarti apa yang diimplikasikan, disarankan, atau

dimaksudkan oleh penutur tidak terungkap secara literal dalam tuturannya

(Putrayasa, 2014:15). Kridalaksana (2008:91) mengungkapkan bahwa implikatur

percakapan adalah makna yang dipahami, tetapi tidak atau kurang terungkap

dalam apa yang diucapkan. Berdasarkan pandangan para ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa implikatur percakapan adalah makna yang dinyatakan oleh

penutur, tidak dikatakan dalam tuturannya.

Penelitian ini didasari pada teori implikatur yang dikemukakan oleh Yule

(2006) untuk mengetahui jenis implikatur percakapan antaribu dalam arisan

Dasawisma di Dusun Ngawen, Godean, Sleman. Menurut Yule (2006), implikatur

percakapan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu implikatur percakapan umum,

implikatur percakapan berskala, dan implikatur percakapan khusus. Dari data-data

jenis implikatur percakapan, peneliti menemukan beberapa implikatur percakapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

128

umum, beberapa implikatur percakapan berskala, dan beberapa implikatur

percakapan khusus. Data jenis implikatur percakapan antaribu dalam arisan

Dasawisma juga diikuti oleh konteks percakapannya. Konteks percakapan dapat

memudahkan mitra tutur untuk mengetahui makna yang dinyatakan oleh penutur.

Implikatur percakapan umum merupakan implikatur yang tidak

memperhitungkan makna tambahan (Yule, 2006). Menurut Nadar (dalam

Putrayasa, 2014:70), implikatur percakapan umum adalah implikatur yang

kehadirannya tidak membutuhkan konteks khusus. Dari pendapat para pakar

tersebut, dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan umum tidak

membutuhkan latar belakang pengetahuan dan konteks khusus untuk menangkap

dan menyimpulkan makna suatu tuturan. Dalam penelitian ini, ditemukan

beberapa jenis implikatur percakapan umum. Data-data tersebut telah dianalisis

dan terkonfirmasi sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yule (2006). Data

implikatur percakapan umum yang digunakan oleh para ibu dilatarbelakangi

konteks saat arisan Dasawisma berlangsung. Oleh karena itu, mitra tutur dapat

mengetahui makna tuturan secara langsung.

Dalam implikatur berskala, informasi tertentu selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai (Yule,

2006). Implikatur percakapan berskala dapat ditandai dengan istilah-istilah untuk

mengungkapkan kuantitas, seperti: semua, sebagian besar, banyak, beberapa,

sedikit, selalu, sering, kadang-kadang. Ketika sedang bertutur, seorang penutur

memilih kata dari skala itu yang paling informatif dan benar (kualitas dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

129

kuantitas). Dalam penelitian ini, ditemukan beberapa jenis implikatur percakapan

berskala. Data-data tersebut telah dianalisis dan terkonfirmasi sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Yule (2006). Percakapan yang dituturkan para ibu

digunakan untuk menyatakan suatu maksud dalam bentuk jumlah. Berdasarkan

data penelitian, wujud implikatur berskala yang paling sering dijumpai ditandai

dengan ungkapan kuantitas, yaitu kata “akeh” yang berarti “banyak”. Kata

tersebut menunjukkan skala nilai tertinggi.

Yule (2006:74) berpendapat bahwa implikatur percakapan khusus adalah

percakapan yang terjadi dengan konteks yang sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi secara lokal. Menurut Putrayasa (2014:72), implikatur

percakapan khusus merupakan makna yang diturunkan dari percakapan dengan

mengetahui atau merujuk konteks (sosial) percakapan, hubungan antarpembicara

serta kebersamaan pengetahuan mereka. Hanya dengan pengetahuan khusus itulah

makna atau implikatur dapat diturunkan. Dalam penelitian ini, ditemukan

beberapa jenis implikatur percakapan khusus. Data-data tersebut telah dianalisis

dan terkonfirmasi sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yule (2006). Dalam

data penelitian, makna tuturan yang dimaksudkan oleh penutur hanya dapat

diketahui oleh mitra tuturnya. Hal tersebut dikarenakan antara penutur dan mitra

tutur sama-sama memiliki latar belakang pengetahuan khusus yang mendasari

suatu percakapan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

130

4.3.2 Fungsi Implikatur Percakapan

Fungsi implikatur percakapan tidak terlepas dari teori tindak tutur. Rani

(2006:178) menyatakan bahwa implikatur (percakapan) sering digunakan untuk

tujuan-tujuan tertentu, misalnya memperhalus preposisi yang diujarkan dan

menyelamatkan muka (saving face). Berkaitan dengan konteks budaya kita,

penggunaan implikatur percakapan terasa lebih sopan. Misalnya untuk

menyatakan tindak tutur memerintah adalah menggunakan konstruksi kalimat

berita dan tanya. Putrayasa (2014:86) berpendapat bahwa tindak tutur adalah

kegiatan seorang menggunakan bahasa kepada mitra tutur dalam rangka

mengkomunikasikan sesuatu.

Penelitian ini didasari pada teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Searle

dalam Rahardi (2003). Teori tersebut digunakan untuk mengetahui fungsi

implikatur percakapan antaribu dalam arisan Dasawisma di Dusun Ngawen,

Godean, Sleman. Menurut Searle (dalam Rahardi, 2003:72), tindak tutur ilokusi

digolongkan ke dalam lima macam bentuk tuturan yang memiliki fungsi

komunikatifnya masing-masing. Lima jenis fungsi yang ditunjukkan oleh tindak

tutur, yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Namun, pada

penelitian ini hanya ditemukan fungsi implikatur percakapan asertif, direktif,

ekspresif, dan komisif. Dari data-data fungsi implikatur percakapan, peneliti

menemukan beberapa fungsi implikatur percakapan dalam tuturan asertif,

beberapa fungsi implikatur percakapan dalam tuturan direktif, beberapa fungsi

implikatur percakapan dalam tuturan ekspresif, dan beberapa fungsi implikatur

percakapan dalam tuturan komisif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

131

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur yang

mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya

menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Peneliti

menemukan beberapa data tuturan antaribu yang dapat dikategorikan menjadi

fungsi implikatur percakapan dalam tuturan asertif. Data-data tersebut telah

dianalisis dan terkonfirmasi sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Searle

dalam Rahardi (2003:72). Percakapan yang dituturkan saat arisan Dasawisma,

seringkali digunakan penutur untuk memberitahukan suatu hal kepada mitra

tuturnya. Berdasarkan data yang ditemukan, tuturan-tuturan tersebut memiliki

makna mengeluh, menyatakan, mengklaim, dan menyarankan.

Menurut Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang dimaksudkan

penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan

tertentu, misalnya saja memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan

merekomendasi. Peneliti menemukan beberapa data tuturan antaribu yang dapat

dikategorikan menjadi fungsi implikatur percakapan dalam tuturan direktif. Data-

data tersebut telah dianalisis dan terkonfirmasi sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Searle dalam Rahardi (2003:72). Percakapan yang dituturkan

para ibu saat arisan Dasawisma, berfungsi untuk membuat mitra tutur melakukan

suatu hal. Berdasarkan data yang ditemukan, tuturan-tuturan tersebut memiliki

makna memerintah, merekomendasikan, meminta, memohon, dan mengajak.

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan

yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

132

terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta

maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Peneliti menemukan beberapa

data tuturan antaribu yang dapat dikategorikan menjadi fungsi implikatur

percakapan dalam tuturan ekspresif. Data-data tersebut telah dianalisis dan

terkonfirmasi sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Searle dalam Rahardi

(2003:72). Percakapan yang dituturkan para ibu saat arisan Dasawisma, berfungsi

untuk mengungkapkan suatu hal yang dirasakan oleh penutur. Berdasarkan data

yang ditemukan, tuturan-tuturan tersebut memiliki makna meminta maaf,

berterima kasih, menyalahkan, memberi selamat, dan memuji.

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang

berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya saja berjanji,

bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Peneliti menemukan beberapa data tuturan

antaribu yang dapat dikategorikan menjadi fungsi implikatur percakapan dalam

tuturan komisif. Data-data tersebut telah dianalisis dan terkonfirmasi sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Searle dalam Rahardi (2003:72). Data tindak

tutur komisif antaribu dalam arisan Dasawisma, berfungsi untuk menepati

tuturannya dengan melakukan suatu tindakan di masa yang akan datang.

Berdasarkan data yang ditemukan, tuturan-tuturan tersebut memiliki makna

menawarkan dan berjanji.

4.3.3 Makna Implikatur Percakapan

Makna implikatur percakapan adalah tujuan yang ingin disampaikan penutur

kepada mitra tutur. Makna implikatur percakapan tidak terlepas dari fungsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

133

implikatur percakapan, yaitu fungsi asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan

deklarasi. Setiap fungsi tersebut memiliki makna tersendiri. Makna yang

ditemukan dari fungsi implikatur percakapan yaitu mengeluh, menyatakan,

mengklaim, menyarankan, memerintah, merekomendasikan, meminta, memohon,

mengajak, meminta maaf, berterima kasih, menyalahkan, memberi selamat,

memuji, menawarkan, dan berjanji. Makna-makna implikatur percakapan pada

penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:72), asertif adalah bentuk tutur yang

mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Rani (2006:161)

berpendapat, asertif atau representatif ialah tindak tutur yang menjelaskan apa dan

bagaimana sesuatu itu adanya. Berdasarkan data implikatur percakapan antaribu

dalam arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Godean, Sleman, peneliti

menemukan bahwa tuturan asertif digunakan untuk menyatakan suatu informasi

sesuai fakta yang diyakini oleh penutur. Dari fungsi implikatur percakapan tuturan

asertif, peneliti menemukan makna mengeluh, makna menyatakan, makna

mengklaim, dan makna menyarankan.

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), direktif yakni bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu. Rani (2006:161-162), mengemukakan, direktif ialah

tindak tutur yang berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu.

Berdasarkan data implikatur percakapan antaribu dalam arisan Dasawisma,

peneliti menemukan tuturan direktif yang digunakan penutur berfungsi untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

134

mendorong mitra tutur agar melakukan sesuatu. Dari fungsi implikatur

percakapan tuturan direktif, peneliti menemukan makna memerintah, makna

merekomendasikan, makna meminta, makna memohon, dan makna mengajak.

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), ekspresif adalah bentuk tuturan

yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur

terhadap suatu keadaan. Rani (2006:161-162) mengemukakan, ekspresif yaitu

tindak tutur yang menyangkut perasaan dan sikap. Berdasarkan data implikatur

percakapan antaribu dalam arisan Dasawisma, peneliti menemukan tuturan

ekspresif yang digunakan penutur berfungsi untuk mengungkapkan perasaan

psikologis terhadap mitra tuturnya. Dari fungsi implikatur percakapan tuturan

ekspresif, peneliti menemukan makna meminta maaf, makna berterima kasih,

makna menyalahkan, makna memberi selamat, dan makna memuji.

Menurut Searle dalam Rahardi (2003:73), komisif yakni bentuk tutur yang

berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Rani (2006:161) berpendapat,

komisif adalah tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu.

Berdasarkan data implikatur percakapan antaribu dalam arisan Dasawisma,

peneliti menemukan tuturan komisif berfungsi agar penutur menepati suatu hal

yang dituturkannya pada mitra tutur di masa yang akan datang. Dari fungsi

implikatur percakapan tuturan komisif, peneliti menemukan makna menawarkan

dan makna berjanji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

135

BAB V

PENUTUP

Bab V merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Kesimpulan berisi mengenai seluruh hasil analisis penelitian yang dilakukan.

Saran ditujukan kepada beberapa pihak, terutama bagi peneliti yang ingin

melakukan penelitian sejenis. Berikut uraian rinciannya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasa dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, sesuai dengan teori implikatur yang dikemukakan oleh Yule (2006),

peneliti menemukan jenis-jenis implikatur percakapan, yaitu beberapa implikatur

percakapan umum, beberapa implikatur percakapan berskala, dan beberapa

implikatur percakapan khusus.

Kedua, peneliti menemukan fungsi-fungsi implikatur percakapan yang terdapat

pada tuturan antaribu dalam arisan Dasawisma. Fungsi-fungsi tersebut dianalisis

berdasarkan teori tindak tutur yang dikemukakan Searle dalam Rahardi (2003).

Dalam penelitian ini, ditemukan beberapa fungsi implikatur percakapan dalam

tuturan asertif, beberapa fungsi implikatur percakapan dalam tuturan direktif,

beberapa fungsi implikatur percakapan dalam tuturan ekspresif, dan beberapa

fungsi implikatur percakapan dalam tuturan komisif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

136

Ketiga, peneliti menemukan makna-makna implikatur percakapan yang

terdapat pada tuturan antaribu dalam arisan Dasawisma. Makna yang ditemukan

yaitu mengeluh, menyatakan, mengklaim, menyarankan, memerintah,

merekomendasikan, meminta, memohon, mengajak, meminta maaf, berterima

kasih, menyalahkan, memberi selamat, memuji, menawarkan, dan berjanji.

5.2 Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian yang dilakukan masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, peneliti memiliki saran untuk beberapa pihak. Saran

ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian.

Berikut merupakan saran yang dapat peneliti berikan.

1. Saran kepada mahasiswa yang ingin melakukan penelitian

Peneliti berharap untuk kedepannya, mahasiswa yang ingin melakukan

penelitian dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan menganalisis

subjek yang berbeda. Misalnya, penelitian mengenai implikatur percakapan di

lingkungan pendidikan yakni antara guru dan peserta didik, implikatur

percakapan di pasar yakni antarpedagang dan pembeli, dan implikatur

percakapan di lingkungan perkantoran ataupun di dunia perpolitikan.

2. Saran kepada pembaca

Penelitian ini termasuk dalam teori pragmatik yang membahas mengenai

makna terkait konteks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis

implikatur percakapan, fungsi implikatur percakapan, dan makna implikatur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

137

percakapan. Pragmatik sendiri lebih mengutamakan tujuan atau maksud dari

tuturan. Oleh karena itu, peneliti berharap penelitian ini dapat menambah

kekritisan untuk memahami dan memaknai suatu tuturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

138

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimo. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaer dan Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Esvinoza, Mery Cristi. 2017. “Implikatur Percakapan Antartokoh Dalam Film

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka.”

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi Revi. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode, Dan

Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Marianti, Maria Evi. 2015. “Implikatur Percakapan Orang Tua Kepada Anak Pada

Peristiwa Makan Malam Bersama Dalam Keluarga Pendidik Di Yogyakarta.”

Moleong, L. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muhammad. 2016. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Niatri. 2016. “Implikatur Percakapan Antartokoh Dalam Film.”

Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PT. Ardana Media.

Pateda, Mansoer. 1992. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Putry, Ruswita Tamara. 2018. “Implikatur Percakapan Orang Tua Dengan Anak

Pada Aktivitas Sehari-Hari Dalam Keluarga Di Desa Gilangharjo Pandak

Bantul.”

Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan Dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:

Dioma.

Rahardi, R. Kunjana. 2019. Konteks Intralinguistik Dan Konteks Ekstralinguistik.

Rahayu, Indah. 2018. “Implikatur Percakapan Dalam Dialog Interaktif Mata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

139

Najwa Metro TV Dengan Pejabat Publik Periode Januari-Juli 2017.”

Rani, Abdul. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa Dalam Pemakaian.

Malang: Bayu Media.

Rokhman, Fathur. 2013. “Konsep Dasar Sosiolinguistik.” 19.

Saifudin, Akhmad. 2019. “Teori Tindak Tutur Dalam Studi Linguistik

Pragmatik.”

Sari, Panca Junita. 2015. “Sosiolinguistik Sebagai Landasan Dasar Pendidikan Di

Sekolah Dasar.” Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 200–207.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

Sulfiana. 2019. “Analisis Fungsi Dan Bentuk Implikatur Dalam Iklan Sprite:

Kenyataan Yang Menyegarkan Di Televisi.” Hasta Wiyata 2(2):26–32. doi:

10.21776/ub.hastawiyata.2019.002.02.03.

Supardo, Susilo. 1988. Bahasa Indonesia Dalam Konteks. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Tim Penggerak PKK Pusat. 2015. “Rumusan Hasil Rakernas VIII PKK.” 69.

Wijana, I. Dewi Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yulianti, Adha Ahyana. 2018. “Prinsip Kerja Sama Dan Implikatur Pada Tuturan

Alih Kode Dalam Film-Film Jerman.” Belajar Bahasa 3(2):127–40. doi:

10.32528/bb.v3i2.1582.

Yuniseffendri. n.d. “Pragmatik Selayang Pandang.” Pbin 4212 Modul 1:1–37.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

140

LAMPIRAN

Klasifikasi Subjek Penelitian pada Implikatur Percakapan antaribu dalam

Arisan Dasawisma di Dusun Ngawen, Sidokarto, Godean, Sleman

No. Nama Usia Etnis Profesi

1. Ibu Tuminah 48 Jawa Ibu Rumah Tangga

2. Ibu Mulyanti 55 Jawa Ibu Rumah Tangga

3. Ibu Lastri 49 Jawa Ibu Rumah Tangga

4. Ibu Djasah 74 Jawa Pensiunan Guru

5. Ibu Eva 52 Jawa Wiraswasta

6. Ibu Yani 38 Sunda Buruh

7. Ibu Dina 48 Jawa Ibu Rumah Tangga

8. Ibu Warti 58 Jawa Buruh

9. Ibu Reta 34 Jawa Pegawai Swasta

10. Ibu Painah 44 Jawa Buruh

11. Ibu Jilah 56 Jawa Ibu Rumah Tangga

12. Ibu Hesti 49 Jawa Pegawai Swasta

13. Ibu Musrifah 44 Jawa Buruh

14. Ibu Gambir 51 Jawa Wiraswasta

15. Ibu Maya 33 Jawa Ibu Rumah Tangga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

141

TRIANGULASI DATA PENELITIAN

IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN DASAWISMA DI DUSUN NGAWEN, SIDOKARTO,

GODEAN, SLEMAN

Disusun oleh:

Aurachicka Meyrashella Ariva

161224043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

142

TRIANGULASI DATA PENELITIAN

IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN DASAWISMA

DI DUSUN NGAWEN, SIDOKARTO, GODEAN, SLEMAN

Triangulator dimohon untuk memeriksa kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data. Triangulator yang

dipercaya untuk memeriksa data penelitian adalah seseorang yang ahli pada bidang pragmatik.

Petunjuk Pengisian:

1. Triangulator dimohon untuk memberi tanda centang () pada kolom triangulasi (setuju atau tidak setuju) berdasarkan ketetapan

jenis implikatur, fungsi implikatur, dan makna implikatur.

2. Triangulator dimohon untuk memberikan kritik dan saran pada kolom keterangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

143

Tabel Klasifikasi Data Jenis Implikatur Percakapan

No. Tuturan Konteks Jenis Implikatur

Percakapan

Triangulator

Keterangan Setuju

Tidak

Setuju

Implikatur Percakapan Umum

1. Ibu Yani: “Ealah, aku nek

arisan mesti entuk

keri dewe.”

Ibu Dina: “Aku yo ngono Bu,

saking bejone entuk

keri terus.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Reta

mengeluarkan botol

berisi undian nama

anggota Dasawisma.

Daftar nama tersebut

digunakan untuk

mengetahui anggota

yang akan memperoleh

arisan.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan

“Saking bejone entuk keri

terus” (terlalu beruntung jadi

dapat akhir terus), dapat

dipahami tanpa memerlukan

konteks tambahan.

Percakapan tersebut

bermaksud mengeluh jika Ibu

Dina tidak pernah beruntung

mendapatkan giliran arisan

pada pertemuan awal.

Ibu Yani: “Duh, aku kalau

arisan selalu dapat

paling akhir.”

Ibu Dina: “Aku juga gitu Bu,

terlalu beruntung

jadi dapat akhir

terus.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

144

2. Ibu Djarsah: “Walah Va, Ibuk

lali ra nggowo

duit nggo pasok

PKK.”

Ibu Eva: “Nggih, niki kulo

mbeto kok Buk.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu,

para ibu sedang

dimintai uang untuk

pasok PKK. Ibu Eva

merupakan menantu

dari Ibu Djarsah.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Djarsah dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan, yaitu bermakna

memerintah Ibu Eva untuk

membayarkan uang PKK.

Ibu Djarsah: “Waduh Va,

Ibuk lupa gak

bawa uang buat

pasok PKK.”

Ibu Eva: “Ya, ini saya bawa

kok Buk.”

3. Ibu Lastri: “PKK lo.”

Ibu Musrifah: “Jare diundur

Bu?”

Ibu Lastri: “Lha kon pasok e,

aku meng manut

sek akon.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Lastri

meminta anggota

Dasawisma membayar

uang untuk iuran PKK.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Lastri dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan, yaitu bermaksud

memerintah anggota

Dasawisma untuk membayar

Ibu Lastri: “PKK lo.”

Ibu Musrifah: “Katanya

diundur Bu?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

145

Ibu Lastri: “Lha disuruh

pasok e, aku cuma

ngikut yang

nyuruh.”

uang iuran PKK.

4. Ibu Lastri: “Aku wingi wes

pasok jimpitan

loro, kok meng

ditulis siji?”

Ibu Yani: “Kelalen paling.

Tak tulis e kene

Bu.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Lastri

mengecek catatan di

buku, tetapi belum

tercatat pasokan

jimpitan pada

pertemuan sebelumnya.

Ibu Lastri menuturkan

tuturan tersebut kepada

Ibu Yani karena beliau

bertugas pada bagian

jimpitan.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Lastri dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan, yaitu bermaksud

menyalahkan Ibu Yani karena

lalai tidak mencatat uang

jimpitan pada pertemuan

sebelumnya.

Ibu Lastri: “Aku kemarin

udah pasok

jimpitan dua, kok

cuma ditulis

satu?”

Ibu Yani: “Kelupaan paling.

Aku tulisin sini

Bu.”

5. Ibu Lastri: “Nyo, rung tak

itung.”

(Memberi buku

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma sedang

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

146

kepada Ibu Reta)

Ibu Reta: “Wahjan meng kon

ngitung kok,

nambah-nambahi

gawean wae.”

berlangsung. Ibu Lastri

bertugas mencatat uang

arisan. Namun, beliau

belum menghitung

jumlah uang tersebut.

Ibu Lastri langsung

memberi buku catatan

kepada Ibu Reta.

(Kamis, 16 Juli 2020)

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Lastri dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan, yaitu bermaksud

memerintah Ibu Reta untuk

menghitung jumlah uang

arisan.

Ibu Lastri: “Nih, belum aku

hitung.”

(Memberi buku

kepada Ibu Reta)

Ibu Reta: “Duh cuma disuruh

menghitung kok,

nambah-nambahi

kerjaan aja.”

6. Ibu Lastri: “Iki bolpen e sopo

ya?”

Ibu Yani: “Arep tak nggo

malah digowo terus

ket mau.”

Ibu Lastri: “Tak kiro nggonku

e. Nyo, jebul aku ra

nggowo hehehe.”

(Memberi bolpoin

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu,

Ibu Lastri dan Ibu Yani

duduk bersebelahan.

Ibu Lastri sedang

menulis catatan dan

tiba-tiba mengarahkan

bolpoin yang ia

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Yani dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan. Percakapan

tersebut bermaksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

147

kepada Ibu Yani). gunakan pada Ibu Yani.

(Kamis, 4 Juni 2020)

mengklaim bahwa bolpoin

yang digunakan Ibu Lastri

adalah milik Ibu Yani. Ibu Lastri: “Ini bolpoinnya

siapa ya?”

Ibu Yani: “Mau aku pakai

malah dibawa terus

dari tadi.”

Ibu Lastri: “Aku kira

punyaku. Ini,

ternyata aku gak

bawa hehehe.”

(Memberi bolpoin

kepada Ibu Yani).

7. Ibu Tuminah: “Le masak

jangan nggo

krecek ora?”

Ibu Warti: “Tahu kui

murah.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

sedang berlagsung.

Anggota Dasawisma

berdiskusi untuk

mempersiapkan

konsumsi acara senam

yang akan dilaksanakan

pada hari Minggu, 15

Maret 2020.

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Jilah dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan, yaitu bermaksud

merekomendasikan tahu

sebagai isian sayur karena

Ibu Tuminah: “Masak

sayurnya pakai

krecek gak

ya?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

148

Ibu Warti: “Tahu tu murah.” (Kamis, 12 Maret 2020) berharga lebih murah

dibandingkan krecek.

8. Ibu Reta: “Jare arep

ngerembug

konsumsi nggo

senam sok Minggu.

Bu Jilah?”

Ibu Jilah: “Yo ayo saiki wae

ya.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Para ibu

berdiskusi untuk

mempersiapkan acara

senam yang akan

dilaksanakan pada hari

Minggu, 15 Maret

2020.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Reta dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan. Ibu Reta

bermaksud memerintah Ibu

Jilah untuk memulai diskusi.

Ibu Reta: “Katanya mau

bahas konsumsi

buat senam besok

Minggu. Bu Jilah?”

Ibu Jilah: “Ya ayo sekarang

aja ya.”

9. Ibu Yani: “Mbak Mulyanti,

jimpitan rong

ewu.”

Ibu Mulyanti: “Duit e mau

kurang po?”

Ibu Yani: “Iyo, karo sek mau

dadi kurang rong

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Yani

bertugas menarik uang

jimpitan pada anggota

Dasawisma.

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Yani dapat dipahami tanpa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

149

ewu.”

Ibu Mulyanti: “Oalah tak

golekke sek.”

(Kamis, 18 Juni 2020) memerlukan konteks

tambahan, yaitu bermakna

memerintah Ibu Mulyanti

untuk membayar setoran uang

jimpitan. Ibu Yani: “Mbak Mulyanti,

jimpitan dua ribu.”

Ibu Mulyanti: “Uangnya tadi

kurang po?”

Ibu Yani: “Iya, sama yang

tadi jadi kurang dua

ribu.”

Ibu Mulyanti: “Ohya aku

cariin dulu.”

10. Ibu Lastri: “Arisan RT sesok

mundur satu hari

ya, padane wingi

malem Minggu,

sesok malem

Senen.”

Ibu Dina: “Telung dino ya?”

Ibu Lastri: “Hoo.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma akan

diakhiri. Sebelum

anggota Dasawisma

pulang ke rumah

masing-masing, Ibu

Lastri memberi

pengumuman bahwa

pelaksanaan arisan RT

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Lastri dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan, yaitu memberi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

150

Ibu Lastri: “Arisan RT besok

mundur satu hari

ya, misalnya

kemarin malam

Minggu, besok

malam Senin.”

Ibu Dina: “Tiga hari ya?”

Ibu Lastri: “Iya.”

akan diundur.

(Kamis, 4 Juni 2020)

pengumuman bahwa

pelaksanaan arisan RT akan

diundur..

11. Ibu Yani: “Ibu-ibu, kulo niki

mung ajeng

nggenahke. Seko

awal mbien nek

arep utang kan

uwong e kudu teko.

Lha niki ono sek

arep utang tapi ra

tau teko arisan.

Pripun?”

Ibu Jilah: “Peraturan e mbien

nek arep utang yo

wong e kudu teko.

Mengko dikiro ra

adil, ndak beda-

bedakke.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma

sedang berlangsung dan

membahas mengenai

utang piutang. Terdapat

salah satu anggota yang

ingin mengajukan

utang, tetapi orang

tersebut tidak hadir

dalam arisan.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Yani dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan, yaitu memohon

penjelasan dari anggota

Dasawisma mengenai

peraturan utang piutang yang

diterapkan dalam arisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

151

Ibu Yani: “Ibu-ibu, saya ini

cuma mau

memastikan. Dari

awal dulu kalau

mau utang kan

orangnya harus

datang. Lha ini ada

yang mau utang

tapi gak dateng

arisan. Gimana?”

Ibu Jilah: “Peraturan dulu

kalau mau utang ya

orangnya harus

datang. Nanti dikira

gak adil, jadi

membeda-

bedakan.”

12. Ibu Maya: “Ketuane saiki

sopo to Mbak?”

Ibu Reta: “Lha ra ono to.”

Ibu Maya: “Koyone nek

sampean cocok

Mbak. Ben genah

nek ono opo-

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma akan

diakhiri. Para ibu

sedang berbincang satu

sama lain. Posisi ketua

dalam arisan

Dasawisma sedang

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Maya dapat dipahami tanpa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

152

opo.”

Ibu Reta: “Wah aku bagian

catat-mencatat.”

kosong. Ibu Reta adalah

sekretaris Dasawisma.

Selama posisi ketua

Dasawisma tidak terisi,

Ibu Reta sering kali

memimpin arisan.

(Kamis, 2 Juli 2020)

memerlukan konteks

tambahan, yaitu bermaksud

merekomendasikan Ibu Reta

sebagai ketua dalam arisan

Dasawisma. Ibu Maya: “Ketuanya

sekarang siapa to

Mbak?”

Ibu Reta: “Lha gak ada to.”

Ibu Maya: “Sepertinya kalau

kamu cocok

Mbak. Biar jelas

kalau ada apa-

apa.”

Ibu Reta: “Wah aku bagian

catat-mencatat.”

13. Ibu Reta: “Awan e cerah

banget e.”

Ibu Lastri: “Yo gek do bali,

ngentasi

kumbahan.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Saat itu, cuaca sedang

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Reta dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

Ibu Reta: “Awannya cerah

banget e.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

153

Ibu Lastri: “Ayo cepat pada

pulang, angkatin

jemuran.”

mendung.

(Kamis, 16 Juli 2020)

tambahan, yaitu menyatakan

bahwa cuaca sedang

mendung.

14. Ibu Yani: “Bu Tum, nyuwun

ngapuro ya aku

wingi njikuk jeruk

tibo neng kebon

kulon omah.”

Ibu Tuminah: “Genter e neng

jejer uwit lo.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma belum

dimulai. Ibu Yani

melihat Ibu Tuminah

baru saja datang. Ibu

Tuminah memiliki

pohon jeruk di kebun

miliknya. Kebun

tersebut bersebelaha

dengan rumah Ibu Yani.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Tuminah dapat dipahami

tanpa memerlukan konteks

tambahan, yaitu bermakna

memperbolehkan Ibu Yani

untuk mengambil jeruk di

kebun miliknya.

Ibu Yani: “Bu Tum, maaf ya

aku kemarin ambil

jeruk jatuh di

kebun barat

rumah.”

Ibu Tuminah: “Galahnya di

sebelah pohon

lo.”

15. Ibu Hesti: “Iki kok

tabunganku ora

dicatet pie? Kui

lo bukune.”

Ibu Tuminah: “Oh hoo kene

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu

Tuminah bertugas

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

154

tak isi sek.” menangani uang

tabungan di arisan

Dasawisma.

(Kamis, 2 Juli 2020)

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Hesti dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan, menyalahkan Ibu

Tuminah karena lalai tidak

mencatat tabungan.

Ibu Hesti: “Ini kok

tabunganku gak

dicatat gimana?

Itu lo bukunya.”

Ibu Tuminah: “Oh iya sini

aku isiin

dulu.”

16. Ibu Painah: “Wah tanduran e

Bu Eva apik-apik

e.”

Ibu Eva: “Pengen nggonmu e.

Nggonku ra ono

opo-opone

hehehe.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Rumah Ibu Eva

bersebelahan dengan

tempat arisan. Beliau

memiliki tanaman yang

bervariasi dan tertata

dengan rapi.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Painah dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan, yaitu bermaksud

memuji tanaman milik Ibu

Eva.

Ibu Painah: “Wah

tanamannya Bu

Eva bagus-

bagus e.”

Ibu Eva: “Pengin punyamu e.

Punyaku gak ada

apa-apanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

155

hehehe.”

17. Ibu Reta: “Wah jambune

nggone Bu Eva

ketok enak banget

nggo lotisan.”

Ibu Eva: “Mengko baline tak

opekke.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma belum

dimulai. Ibu Eva

memiliki pohon jambu

di depan rumahnya dan

terlihat dari tempat

arisan Dasawisma.

Pohon jambu tersebut

sedang berbuah lebat.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Reta dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan, yaitu bermakna

meminta jambu milik Ibu

Eva.

Ibu Reta: “Wah jambunya

punya Bu Eva

keliatan enak

banget buat rujak.”

Ibu Eva: “Nanti pulangnya

aku petikin.”

18. Ibu Gambir: “Ibu-ibu,

nyuwun sewu

nggih. Kula

ajeng nyuwun

tulung, ajeng

ngerepoti.

Benjang Minggu

nyuwun

diewangi

rewang nggih

soal e ajeng

Percakapan terjadi pada

sore hari. Sebelum

arisan diakhiri, Ibu

Gambir memberi

pengumuman kepada

anggota Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Implikatur percakapan

umum. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Implikatur percakapan Ibu

Gambur dapat dipahami tanpa

memerlukan konteks

tambahan, yaitu bermaksud

memohon bantuan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

156

kerja bakti

ngedunke

gendeng omah e

Simbok.”

Ibu Warti: “Tak mruput teko

ndisik dewe.”

memasak dalam acara

gotong-royong di rumahnya.

Ibu Gambir: “Ibu-ibu, maaf

ya. Saya mau

minta tolong,

mau merpotkan.

Besok Minggu

minta dibantu

masak ya

soalnya mau

kerja bakti

nurunin atap

rumahnya

Simbok.”

Ibu Warti: “Aku datang pagi

paling awal.”

Implikatur Percakapan Berskala

19. Ibu Jilah: “Arisan ki nek ora

diarep-arep malah

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan Implikatur percakapan

berskala. Dalam implikatur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

157

metu.”

Ibu Yani: “Akeh tunggal e

Bu. Makan e ra tau

tak arep-arep.”

Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu,

para ibu sedang

mengundi satu nama

untuk menentukan

anggota yang akan

memperoleh uang

Dasawisma.

(Kamis, 12 Maret 2020)

berskala, informasi tertentu

selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari

suatu skala nilai (Yule: 2006).

Implikatur percakapan

berskala dalam percakapan

tersebut ditandai dengan

ungkapan kuantitas atau skala

nilai seperti “Akeh” (banyak).

Ibu Jilah: “Arisan tu kalau

gak diharapin

malah keluar.”

Ibu Yani: “Banyak temannya

Bu. Makannya gak

pernah aku

berharapin.”

20. Ibu Reta: “Sopo sek arep

utang?”

Ibu Yani: “Iseh akeh ki, nek

arep bodo wae.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu,

arisan Dasawisma

sedang berlangsung dan

membahas mengenai

utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Implikatur percakapan

berskala. Dalam implikatur

berskala, informasi tertentu

selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari

suatu skala nilai (Yule: 2006).

Implikatur percakapan

berskala dalam percakapan

tersebut ditandai dengan

ungkapan kuantitas atau skala

nilai seperti “Iseh akeh ki”

(masih banyak nih).

Ibu Reta: “Siapa yang mau

utang?”

Ibu Yani: “Masih banyak nih,

kalau mau lebaran

aja.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

158

21. Ibu Warti: “Golek utangan

sesok nek bar

bodo, sek mantu

akeh.”

Ibu Yani: “Hoo ya Bu,

nyumbang terus e.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma

sedang berlangsung dan

membahas mengenai

utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Implikatur percakapan

berskala. Dalam implikatur

berskala, informasi tertentu

selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari

suatu skala nilai (Yule: 2006).

Implikatur percakapan

berskala dalam percakapan

tersebut ditandai dengan

ungkapan kuantitas atau skala

nilai seperti “Sek mantu

akeh” (banyak yang nikah).

Ibu Warti: “Nyari utang

besok habis

lebaran, banyak

yang nikah.”

Ibu Yani: “Iya ya Bu,

menyumbang terus

e.”

22. Ibu Warti: “Sesok bar besar

ki pendak minggu

ono sek dadi

manten.”

Ibu Reta: “Hoo akeh e, do

gantian. Minggu

pertama RT siji,

minggu keloro RT

loro, minggu ketelu

RT telu. Pepak

banget gek iso urut.

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Anggota

Dasawisma sedang

bercengkerama satu

sama lain.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Implikatur percakapan

berskala. Dalam implikatur

berskala, informasi tertentu

selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari

suatu skala nilai (Yule: 2006).

Implikatur percakapan

berskala dalam percakapan

tersebut ditandai dengan

ungkapan kuantitas atau skala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

159

Sek ra ono meng

RT papat.”

nilai seperti “pendak minggu”

(setiap minggu) dan “akeh”

(banyak). Ibu Warti: “Besok habis

Iduladha tu tiap

minggu ada yang

nikah.”

Ibu Reta: “Iya banyak e, pada

gantian. Minggu

pertama RT satu,

minggu kedua RT

dua, minggu ketiga

RT tiga. Lengkap

banget mana urut

lagi. Cuma RT

empat yang gak

ada.”

23. Ibu Dina: “Uwong ki nek

ndue utang malah

semangat le

nyambut gawe.”

Ibu Jilah: “Yo ra meng nek

ndue utang, neng

kui salah sijine.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma

sedang berlangsung dan

membahas mengenai

utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Implikatur percakapan

berskala. Dalam implikatur

berskala, informasi tertentu

selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari

suatu skala nilai (Yule: 2006).

Implikatur percakapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

160

Ibu Dina: “Orang tu kalau

punya utang malah

semangat

kerjanya.”

Ibu Jilah: “Ya gak cuma

punya utang, tapi

itu salah satunya.”

berskala dalam percakapan

tersebut ditandai dengan

ungkapan kuantitas atau skala

nilai seperti “Kui salah

sijine” (Itu salah satunya).

24. Ibu Mulyanti: “Wah kok

tumben telat

Bu?”

Ibu Warti: “Aku rodo

nggliyer e mau,

pirang-pirang

dino koyo ngene.

Sek winginan e

malah luwih

parah ngasi

muter-muter kae

bayangan e.

Padahal yo wes

diombeni obat.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

baru saja dimulai. Pada

pertemuan tersebut, Ibu

Warti terlambat

menghadiri arisan

Dasawisma.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Implikatur percakapan

berskala. Dalam implikatur

berskala, informasi tertentu

selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari

suatu skala nilai (Yule: 2006).

Implikatur percakapan

berskala dalam percakapan

tersebut ditandai dengan

ungkapan kuantitas atau skala

nilai seperti “Pirang-pirang

dino” (beberapa hari).

Ibu Mulyanti: “Wah kok

tumben telat

Bu?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

161

Ibu Warti: “Aku agak pusing

e tadi, beberapa

hari kayak gini.

Kemarinnya lagi

malah lebih parah

sampai muter-

muter gitu

bayangannya.

Padahal ya udah

diminumin obat.”

25. Ibu Lastri: “Arisan e wis

entuk piro e

Mbak?”

Ibu Maya: “Koyone rung ono

separo ya Mbak?”

(Ibu Reta mengambil buku

dan melihat catatan)

Ibu Reta: “Wingi gek pitu,

wolu saiki.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma akan

dimulai. Ibu Reta

bertugas sebagai

sekretaris di arisan

Dasawisma. Pada

pertemuan tersebut,

nama anggota yang

akan mendapat undian

merupakan urutan

kedelapan.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Implikatur percakapan

berskala. Dalam implikatur

berskala, informasi tertentu

selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari

suatu skala nilai (Yule: 2006).

Implikatur percakapan

berskala dalam percakapan

tersebut ditandai dengan

ungkapan kuantitas atau skala

nilai seperti “Separo”

(separuh).

Ibu Lastri: “Arisannya udah

dapat berapa ya

Mbak?”

Ibu Maya: “Kayaknya belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

162

ada separuh ya

Mbak?”

(Ibu Reta mengambil buku

dan melihat catatan)

Ibu Reta: “Kemarin baru

tujuh, delapan

sekarang.”

26. Ibu Reta: “Wingi ono duit

papat songo.”

Ibu Yani: “Saiki piro?”

Ibu Reta: “Saiki papat limo.

Ayo do utang ora?

Mumpung duit e

akeh.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

sedang berlangsung.

Saat itu, Ibu Reta baru

saja menghitung uang

simpanan wajib dari

anggota Dasawisma.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Implikatur percakapan

berskala. Dalam implikatur

berskala, informasi tertentu

selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari

suatu skala nilai (Yule: 2006).

Implikatur percakapan

berskala dalam percakapan

tersebut ditandai dengan

ungkapan kuantitas atau skala

nilai seperti “akeh” (banyak).

Ibu Reta: “Kemarin ada uang

empat sembilan.”

Ibu Yani: “Sekarang berapa?”

Ibu Reta: “Sekarang empat

lima. Ayo pada

utang enggak?

Mumpung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

163

uangnya banyak.”

27. Ibu Djarah: “Ya ampun ki to

semut e akeh

banget, loro

tenan le nyokot.

Bu Warti ketok e

kono ora

disemuti ya?”

Ibu Warti: “Kula mboten

manis Bu hehehe

mriki mawon, tak

geser.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu

Djarsah duduk di dekat

tembok yang dipenuhi

semut. Ibu Warti duduk

di kursi yang berjarak

agak jauh dari Ibu

Djarsah.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Implikatur percakapan

berskala. Dalam implikatur

berskala, informasi tertentu

selalu disampaikan dengan

memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari

suatu skala nilai (Yule: 2006).

Implikatur percakapan

berskala dalam percakapan

tersebut ditandai dengan

ungkapan kuantitas atau skala

nilai seperti “semut e akeh

banget” (semunya banyak

banget).

Ibu Djarah: “Ya ampun ini lo

semunya banyak

banget, sakit

banget gigitnya.

Bu Warti

keliatannya sana

enggak disemuti

ya?”

Ibu Warti: “Saya gak manis

Bu hehehe sini

aja, saya geser.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

164

Implikatur Percakapan Khusus

28. Ibu Eva: “Sesok sido melu

neng Progo ora

Din?”

Ibu Painah : “Ponakanku teko

Bu, kon

nggawekke

bakso e.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Eva memiliki

rencana pergi dengan

Ibu Painah. Pada saat

itu, Ibu Eva ingin

memastikan bahwa Ibu

Painah akan ikut

bepergian atau tidak.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Implikatur percakapan

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Painah mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Painah

bermaksud menyatakan

bahwa ia tidak dapat pergi

dengan Ibu Eva dan

membatalkan rencananya.

Ibu Eva: “Besok jadi ikut ke

Progo enggak

Din?”

Ibu Painah : “Ponakanku

datang Bu,

disuruh bikinin

bakso e.”

29. Ibu Eva: “Kumbahanku akeh

banget, wingi arep

setriko malah ra

iso.”

Ibu Warti: “Wit e ambruk

neng Klajuran.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Implikatur percakapan

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

165

Ibu Eva: “Jemuranku banyak

banget, kemarin

mau setrika malah

gak bisa.”

Ibu Warti: “Pohonnya

tumbang di

Klajuran.”

Pada hari Rabu, 15 Juli

2020, dusun Ngawen

mengalami pemadaman

listrik karena trafo

listrik tertimpa pohon

tumbang.

(Kamis, 16 Juli 2020)

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Warti mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Warti

bermaksud memberitahu

penyebab pemadaman listrik

yang terjadi di dusun

Ngawen.

30. Ibu Warti: “Ta jangan e mau

rung dipanasi,

aku arep mampir

tuku gulo sek.”

Ibu Reta: “Yo.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Reta merupakan

anak dari Ibu Warti. Ibu

saat hendak pulang, Ibu

Warti menuturkan

tuturan tersebut kepada

Ibu Reta.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Implikatur percakapan

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Warti mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Warti

bermakna memerintah Ibu

Reta untuk memanaskan

sayur yang telah dimasak.

Ibu Warti: “Ta sayurnya tadi

belum dipanasin,

aku mau mampir

beli gula dulu.”

Ibu Reta: “Ya.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

166

31. Ibu Reta: “Sesok nyumbang

bayi lo Bu.”

Ibu Eva: “Hoo, sesok tak

ampiri.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Namun,

terdapat beberapa

anggota Dasawisma

yang masih berkumpul

untuk berbincang-

bincang. Ibu Reta

memiliki janji dengan

Ibu Eva untuk

menengok bayi yang

baru saja lahir.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Implikatur percakapan

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Reta mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Reta

bermaksud mengajak Ibu Eva

untuk menengok bayi yang

baru saja lahir.

Ibu Reta: “Besok

menyumbang bayi

lo Bu.”

Ibu Eva: “Iya, besok aku

jemput.”

32. Ibu Dina: “Bu Warti kulo

ajeng masak

lodeh, enten

godong so

mboten?”

Ibu Warti: “Wes diopeki

Mbak Yani.”

Ibu Dina: “Wo hoo to?

Kedisikan, wingi

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Warti memiliki

pohon melinjo di depan

rumahnya. Daun dari

Implikatur percakapan

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Dina mengandung makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

167

tak delok enom-

enom iseh akeh

e.”

pohon tersebut dapat

dimasak untuk

dijadikan makanan.

(Kamis, 2 Juli 2020)

implisit, maka dibutuhkan

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Dina

bermaksud meminta daun

melinjo milik Ibu Warti. Ibu Dina: “Bu Warti saya

mau masak sayur

lodeh, ada daun

melinjo enggak?”

Ibu Warti: “Udah dipetikin

Mbak Jeni.”

Ibu Dina: “Wo iya to?

Keduluan,

kemarin saya lihat

masih muda-

muda banyak e.”

33. Ibu Mulyanti: “Bu Eva, gas e

Bu Mimin.”

Ibu Eva: “Hoo butuh papat e.

Tak omong Pak

Bowo. Nuwun

Mbak.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul. Pada

saat itu, Ibu Mulyanti

membaca pesan di

gawai dan memberitahu

Ibu Eva bahwa tersedia

gas di toko milik Ibu

Implikatur percakapan

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Mulyanti mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan

Ibu Mulyanti: “Bu Eva,

gasnya Bu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

168

Mimin.”

Ibu Eva: “Iya butuh empat e.

Tak bilang Pak

Bowo. Makasih

Mbak.”

Mimin. Gas di toko

milik Ibu Mimin sangat

cepat habis, sedangkan

Ibu Eva membutuhkan

banyak gas untuk

kateringnya.

(Kamis, 4 Juni 2020)

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Mulyanti

bermaksud menyatakan

kepada Ibu Eva bahwa

tersedia gas di toko milik Ibu

Mimin.

34. Ibu Eva: “Mbak Mul, mau

ngeteri bancaan

yo? Gek blonjo e,

nuwun ya Mbak.”

Ibu Mulyanti: “Hoo Bu sami-

sami, mau tak

kekke mejo.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma belum

dimulai. Pada hari itu,

Ibu Mulyanti memberi

bancaan (nasi

selamatan) untuk warga

di sekitar rumahnya.

Ibu Mulyanti

mengantarkan bancaan

ketika Ibu Eva sedang

berbelanja di pasar.

Sehingga, Ibu Mulyanti

meletakkan bancaan

tersebut di meja rumah

Ibu Eva.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Implikatur percakapan

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Eva mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Eva

bermaksud menjelaskan Ibu

Mulyanti jika Ibu Eva tidak

berada di rumah sehingga

tidak dapat menerima

bancaan secara langsung.

Ibu Eva: “Mbak Mul, tadi

ngasih bancaan ya?

Lagi belanja e,

makasih ya Mbak.”

Ibu Mulyanti: “Iya Bu sama-

sama, tadi aku

taruh di meja.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

169

35. Ibu Lastri: “Bu Hesti, mentok

e Pak Kemang

mangani

sayuranku e,

tanduran e kabeh

do entek.”

Ibu Hesti: “Oalah ngapurane

yo Mbak, mengko

tak omongan e

ben dikandangi

terus.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa anggota

Dasawisma yang masih

berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Rumah Ibu Lastri

bersebelahan dengan

rumah Ibu Hesti. Ibu

Lastri memiliki kebun

sayur dan tanaman hias

di samping rumahnya.

Ibu Hesti dan suaminya

yang bernama Pak

Kemang memiliki

hewan peliharaan yaitu

itik.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Implikatur percakapan

khusus. Implikatur

percakapan umum merupakan

implikatur yang tidak

memperhitungkan makna

tambahan (Yule: 2006).

Percakapan Ibu Lastri

mengandung makna implisit,

maka dibutuhkan konteks

tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Lastri

bermaksud menyuruh Ibu

Hesti dan Pak Kemang untuk

mengondisikan itik agar tidak

mengumbar sembarangan.

Ibu Lastri: “Bu Hesti, itiknya

Pak Kemang

makan sayuranku

e, tanamannya

pada habis

semua.”

Ibu Hesti: “Ya ampun maaf

ya Mbak, nanti

aku kasih tau biar

dikandangin

terus.”

36. Ibu Tuminah: “Bu Mul, jare

Mbak Sinta

buka butik

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

Implikatur percakapan

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

170

neng kono?”

Ibu Mulyanti: “Hoo Bu, lagi

buka Senin

wingi.”

Ibu Tuminah: “Wah selamat

ya, mugi-mugi

sukses terus,

berkah, lancar

rezekine.”

berakhir. Namun,

terdapat beberapa

anggota Dasawisma

yang masih berkumpul

untuk berbincang-

bincang. Ibu Mulyanti

memiliki anak

perempuan bernama

Sinta yang merantau ke

Jakarta. Pada hari

Senin, 15 Juni 2020, ia

baru saja membuka

butik untuk usaha.

(Kamis, 18 Juni 2020)

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Tuminah mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Tuminah

bermaksud untuk memberi

selamat kepada Sinta (anak

Ibu Mulyanti) atas dibukanya

butik di Jakarta.

Ibu Tuminah: “Bu Mul,

katanya Mbak

Sinta buka

butik di sana?”

Ibu Mulyanti: “Iya Bu, lagi

buka Senin

kemarin.”

Ibu Tuminah: “Wah selamat

ya, mudah-

mudahan

sukses terus,

berkah, lancar

rezekinya.”

37. Ibu Lastri: “Tanggal nem Percakapan terjadi pada Implikatur percakapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

171

belas lo Bu, ayo

makan-makan.”

Ibu Eva: “Ayo, mbeleh endog

ya hehehe.”

Ibu Lastri: “Hahaha selamat

ulang tahun ya

Bu.”

sore hari saat arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Eva

dan Ibu Lastri duduk

bersebelahan. Pada hari

itu, Ibu Eva sedang

berulang tahun.

(Kamis, 16 Juli 2020)

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Lastri mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Lastri

bermaksud mengucapkan

selamat ulang tahun kepada

Ibu Eva.

Ibu Lastri: “Tanggal enam

belas lo Bu, ayo

makan-makan.”

Ibu Eva: “Ayo, motong telur

ya hehehe.”

Ibu Lastri: “Hahaha selamat

ulang tahun ya

Bu.”

38. Ibu Eva: “Mbak Reta selo

ora? Kancing

klambiku copot e.”

Ibu Reta: “Zahra arep tuku

buku e Bu.”

Ibu Eva: “Yo wes nek selo

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa anggota

Dasawisma yang masih

berkumpul untuk

Implikatur percakapan

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

172

wae.” berbincang-bincang.

Ibu Reta adalah seorang

penjahit. Beliau

memiliki anak bernama

Zahra.

(Kamis, 18 Juni 2020)

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Eva mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Eva

bermaksud memohon kepada

Ibu Reta untuk menjahitkan

kancing baju yang terlepas.

Ibu Eva: “Mbak Reta sibuk

enggak? Mau

jahitin baju,

kancingnya copot.”

Ibu Reta: “Zahra mau beli

buku e Bu.”

Ibu Eva: “Ya udah kalau gak

sibuk aja.”

39. Ibu Gambir: “Bu Eva aku

arep gawe

carang gesing

ra ndue pandan

e.”

Ibu Eva: “Yo kono to jikuk

wong akeh banget.”

Ibu Gambir: “Isin e le arep

moro hahaha.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Eva memiliki

pohon pandan di kebun

miliknya.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Implikatur percakapan

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Gambir mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Gambir

bermaksud meminta daun

pandan milik Ibu Eva.

Ibu Gambir: “Bu Eva aku

mau bikin

carang gesing

gak punya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

173

pandan e.”

Ibu Eva: “Ya sana ambil

sendiri orang

banyak banget.”

Ibu Gambir: “Malu e mau

nyamperin

hahaha.”

40. Ibu Eva: “Din dus e akeh lo.”

Ibu Painah: “Nggih Bu,

mengko tak

moro.”

Ibu Eva: “Rodo bengi yo ra

popo.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Eva memiliki usaha

katering. Terkadang,

Ibu Painah membantu

di katering milik Ibu

Eva.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Implikatur percakapan

khusus. Yule (2006:74)

berpendapat bahwa

implikatur percakapan khusus

adalah percakapan yang

terjadi dengan konteks yang

sangat khusus sehingga dapat

mengasumsikan informasi

secara lokal. Percakapan Ibu

Eva mengandung makna

implisit, maka dibutuhkan

konteks tambahan. Implikatur

percakapan Ibu Eva

bermaksud memerintah Ibu

Painah untuk menyusun

kardus di katering miliknya.

Ibu Eva: “Din kardusnya

banyak lo.”

Ibu Painah: “Ya Bu, nanti aku

datang.”

Ibu Eva: “Agak malam juga

gak apa-apa.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

174

Tabel Klasifikasi Data Fungsi Implikatur Percakapan

No. Tuturan Konteks Fungsi Implikatur

Percakapan

Triangulator

Keterangan Setuju

Tidak

Setuju

Asertif

41. Ibu Yani: “Ealah, aku nek

arisan mesti entuk

keri dewe.”

Ibu Dina: “Aku yo ngono

Bu, saking bejone

entuk keri terus.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Reta

mengeluarkan botol

berisi undian nama

anggota Dasawisma.

Daftar nama tersebut

digunakan untuk

mengetahui anggota

yang akan memperoleh

arisan.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Tuturan Ibu Yani termasuk

tindak tutur asertif karena

mengandung keluhan

mengenai undian arisan yang

selalu didapatkan pada giliran

akhir.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 72), asertif adalah

bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan,

misalnya menyatakan,

menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim.

Ibu Yani: “Duh, aku kalau

arisan selalu

dapat paling

akhir.”

Ibu Dina: “Aku juga gitu

Bu, terlalu

beruntung jadi

dapat akhir terus.”

42. Ibu Jilah: “Arisan ki nek ora

diarep-arep

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Tuturan Ibu Jilah termasuk

tindak tutur asertif karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

175

malah metu.”

Ibu Yani: “Akeh tunggal e

Bu. Makan e ra

tau tak arep-

arep.”

Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu,

para ibu sedang

mengundi satu nama

untuk menentukan

anggota yang akan

memperoleh uang

Dasawisma.

(Kamis, 12 Maret 2020)

menyatakan bahwa biasanya

giliran arisan akan didapatkan

jika tidak diharapkan.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 72), asertif adalah

bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan,

misalnya menyatakan,

menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim.

Ibu Jilah: “Arisan tu kalau

gak diharapin

malah keluar.”

Ibu Yani: “Banyak

temannya Bu.

Makannya gak

pernah aku

berharapin.”

43. Ibu Lastri: “Iki bolpen e

sopo ya?”

Ibu Yani: “Arep tak nggo

malah digowo

terus ket mau.”

Ibu Lastri: “Tak kiro

nggonku e. Nyo,

jebul aku ra

nggowo hehehe.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu,

Ibu Lastri dan Ibu Yani

duduk bersebelahan.

Ibu Lastri sedang

menulis catatan dan

tiba-tiba mengarahkan

bolpoin yang ia

Tuturan Ibu Yani “Arep tak

nggo malah digowo terus ket

mau” termasuk tindak tutur

asertif, karena mengklaim

bahwa bolpoin yang

digunakan Ibu Lastri adalah

milik Ibu Yani.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 72), asertif adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

176

(Memberi

bolpoin kepada

Ibu Yani).

gunakan pada Ibu Yani.

(Kamis, 4 Juni 2020)

bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan,

misalnya menyatakan,

menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim.

Ibu Lastri: “Ini bolpoinnya

siapa ya?”

Ibu Yani: “Mau aku pakai

malah dibawa

terus dari tadi.”

Ibu Lastri: “Aku kira

punyaku. Ini,

ternyata aku gak

bawa hehehe.”

(Memberi

bolpoin kepada

Ibu Yani).

44. Ibu Warti: “Golek utangan

sesok nek bar

bodo, sek mantu

akeh.”

Ibu Yani: “Hoo ya Bu,

nyumbang terus

e.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma

sedang berlangsung dan

membahas mengenai

utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Tuturan Ibu Warti termasuk

tindak tutur asertif. Tuturan

tersebut menyarankan untuk

mencari utang setelah lebaran

karena beberapa warga di

Dusun Ngawen akan

melaksanakan pernikahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

177

Ibu Warti: “Nyari utang

besok habis

lebaran, banyak

yang nikah.”

Ibu Yani: “Iya ya Bu,

menyumbang

terus e.”

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 72), asertif adalah

bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan,

misalnya menyatakan,

menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim.

45. Ibu Warti: “Sesok bar besar

ki pendak

minggu ono sek

dadi manten.”

Ibu Reta: “Hoo akeh e, do

gantian. Minggu

pertama RT siji,

minggu keloro RT

loro, minggu

ketelu RT telu.

Pepak banget gek

iso urut. Sek ra

ono meng RT

papat.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Anggota

Dasawisma sedang

bercengkerama satu

sama lain.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Tuturan Ibu Warti termasuk

tindak tutur asertif karena

menyatakan bahwa beberapa

warga di dusun Ngawen akan

melangsungkan pernikahan

setelah lebaran Iduladha.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 72), asertif adalah

bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan,

misalnya menyatakan,

menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim.

Ibu Warti: “Besok habis

Iduladha tu tiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

178

minggu ada

yang nikah.”

Ibu Reta: “Iya banyak e,

pada gantian.

Minggu pertama

RT satu, minggu

kedua RT dua,

minggu ketiga RT

tiga. Lengkap

banget mana urut

lagi. Cuma RT

empat yang gak

ada.”

46. Ibu Dina: “Uwong ki nek

ndue utang malah

semangat le

nyambut gawe.”

Ibu Jilah: “Yo ra meng nek

ndue utang, neng

kui salah sijine.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma

sedang berlangsung dan

membahas mengenai

utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Tuturan Ibu Dina termasuk

tindak tutur asertif karena

menyatakan bahwa orang

yang memiliki utang akan

lebih rajin bekerja.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 72), asertif adalah

bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan,

misalnya menyatakan,

Ibu Dina: “Orang tu kalau

punya utang

malah semangat

kerjanya.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

179

Ibu Jilah: “Ya gak cuma

punya utang, tapi

itu salah satunya.”

menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim.

47. Ibu Lastri: “Arisan RT sesok

mundur satu

hari ya, padane

wingi malem

Minggu, sesok

malem Senen.”

Ibu Dina: “Telung dino ya?”

Ibu Lastri: “Hoo.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma akan

diakhiri. Sebelum

anggota Dasawisma

pulang ke rumah

masing-masing, Ibu

Lastri memberi

pengumuman bahwa

pelaksanaan arisan RT

akan diundur.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Tuturan Ibu Lastri termasuk

tindak tutur asertif karena

menyatakan bahwa

pelaksanaan arisan RT akan

diundur.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 72), asertif adalah

bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan,

misalnya menyatakan,

menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim.

Ibu Lastri: “Arisan RT

besok mundur

satu hari ya,

misalnya

kemarin malam

Minggu, besok

malam Senin.”

Ibu Dina: “Tiga hari ya?”

Ibu Lastri: “Iya.”

48. Ibu Eva: “Sesok sido melu

neng Progo ora

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

Tuturan Ibu Painah termasuk

tindak tutur asertif karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

180

Din?”

Ibu Painah : “Ponakanku

teko Bu, kon

nggawekke

bakso e.”

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Eva memiliki

rencana pergi dengan

Ibu Painah. Pada saat

itu, Ibu Eva ingin

memastikan bahwa Ibu

Painah akan ikut

bepergian atau tidak.

(Kamis, 2 Juli 2020)

menyatakan

ketidaksanggupannya pergi

dengan Ibu Eva.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 72), asertif adalah

bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan,

misalnya menyatakan,

menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim.

Ibu Eva: “Besok jadi ikut ke

Progo enggak

Din?”

Ibu Painah : “Ponakanku

datang Bu,

disuruh bikinin

bakso e.”

49. Ibu Mulyanti: “Wah kok

tumben telat

Bu?”

Ibu Warti: “Aku rodo

nggliyer e mau,

pirang-pirang

dino koyo

ngene. Sek

winginan e

malah luwih

parah ngasi

muter-muter kae

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

baru saja dimulai. Pada

pertemuan tersebut, Ibu

Warti terlambat

menghadiri arisan

Dasawisma.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Tuturan Ibu Warti termasuk

tindak tutur asertif karena

menyatakan alasan

keterlambatannya menghadiri

arisan Dasawisma.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 72), asertif adalah

bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan,

misalnya menyatakan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

181

bayangan e.

Padahal yo wes

diombeni obat.”

menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim.

Ibu Mulyanti: “Wah kok

tumben telat

Bu?”

Ibu Warti: “Aku agak

pusing e tadi,

beberapa hari

kayak gini.

Kemarinnya lagi

malah lebih

parah sampai

muter-muter

gitu

bayangannya.

Padahal ya udah

diminumin

obat.”

50. Ibu Eva: “Kumbahanku

akeh banget,

wingi arep setriko

malah ra iso.”

Ibu Warti: “Wit e ambruk

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa ibu yang

Tuturan Ibu Eva termasuk

tindak tutur asertif. Ibu Eva

mengeluh mengenai

pemadaman listrik sehingga

tidak dapat menyetrika baju-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

182

neng Klajuran.” masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Pada hari Rabu, 15 Juli

2020, dusun Ngawen

mengalami pemadaman

listrik karena trafo

listrik tertimpa pohon

tumbang.

(Kamis, 16 Juli 2020)

bajunya.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 72), asertif adalah

bentuk tutur yang mengikat

penutur pada kebenaran

proposisi yang diungkapkan,

misalnya menyatakan,

menyarankan, membual,

mengeluh, dan mengklaim.

Ibu Eva: “Jemuranku

banyak banget,

kemarin mau

setrika malah gak

bisa.”

Ibu Warti: “Pohonnya

tumbang di

Klajuran.”

Direktif

51. Ibu Lastri: “Arisan e wis

entuk piro e

Mbak?”

Ibu Maya: “Koyone rung

ono separo ya

Mbak?”

(Ibu Reta mengambil buku

dan melihat catatan)

Ibu Reta: “Wingi gek pitu,

wolu saiki.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma akan

dimulai. Ibu Reta

bertugas sebagai

sekretaris di arisan

Dasawisma. Pada

pertemuan tersebut,

nama anggota yang

akan mendapat undian

merupakan urutan

kedelapan.

Tuturan Ibu Lastri termasuk

tindak tutur direktif. Tuturan

“Mbak” secara tidak langsung

menekankan fungsi

memerintah Ibu Reta untuk

melihat catatan dan memberi

informasi mengenai jumlah

undian yang telah diperoleh.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

183

Ibu Lastri: “Arisannya udah

dapat berapa ya

Mbak?”

Ibu Maya: “Kayaknya

belum ada

separuh ya

Mbak?”

(Ibu Reta mengambil buku

dan melihat catatan)

Ibu Reta: “Kemarin baru

tujuh, delapan

sekarang.”

(Kamis, 12 Maret 2020) dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

52. Ibu Tuminah: “Le masak

jangan nggo

krecek ora?”

Ibu Warti: “Tahu kui

murah.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

sedang berlagsung.

Anggota Dasawisma

berdiskusi untuk

mempersiapkan

konsumsi acara senam

yang akan dilaksanakan

pada hari Minggu, 15

Maret 2020.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Tuturan Ibu Warti termasuk

tindak tutur direktif karena

merekomendasikan sajian

sayur untuk senam dimasak

dengan isian tahu.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

Ibu Tuminah: “Masak

sayurnya

pakai krecek

gak ya?”

Ibu Warti: “Tahu tu murah.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

184

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

53. Ibu Djarsah: “Walah Va,

Ibuk lali ra

nggowo duit

nggo pasok

PKK.”

Ibu Eva: “Nggih, niki kulo

mbeto kok Buk.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu,

para ibu sedang

dimintai uang untuk

pasok PKK. Ibu Eva

merupakan menantu

dari Ibu Djarsah.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Tuturan Ibu Djarsah termasuk

tindak tutur direktif karena

secara tidak langsung

memerintah Ibu Eva untuk

memasoki uang PKK.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

Ibu Djarsah: “Waduh Va,

Ibuk lupa gak

bawa uang

buat pasok

PKK.”

Ibu Eva: “Ya, ini saya bawa

kok Buk.”

54. Ibu Warti: “Ta jangan e

mau rung

dipanasi, aku

arep mampir

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

Tuturan Ibu Warti termasuk

tindak tutur direktif karena

secara tidak langsung

memerintah Ibu Reta untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

185

tuku gulo sek.”

Ibu Reta: “Yo.”

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Reta merupakan

anak dari Ibu Warti.

Saat hendak pulang, Ibu

Warti menuturkan

tuturan tersebut kepada

Ibu Reta.

(Kamis, 4 Juni 2020)

memanaskan sayur.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

Ibu Warti: “Ta sayurnya tadi

belum

dipanasin, aku

mau mampir

beli gula dulu.”

Ibu Reta: “Ya.”

55. Ibu Reta: “Wah jambune

nggone Bu Eva

ketok enak banget

nggo lotisan.”

Ibu Eva: “Mengko baline

tak opekke.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma belum

dimulai. Ibu Eva

memiliki pohon jambu

di depan rumahnya dan

terlihat dari tempat

arisan Dasawisma.

Pohon jambu tersebut

sedang berbuah lebat.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Reta termasuk

tindak tutur direktif karena

bermaksud meminta jambu

milik Ibu Eva.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

Ibu Reta: “Wah jambunya

punya Bu Eva

keliatan enak

banget buat

rujak.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

186

Ibu Eva: “Nanti pulangnya

aku petikin.”

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

56. Ibu Yani: “Mbak Mulyanti,

jimpitan rong

ewu.”

Ibu Mulyanti: “Duit e mau

kurang po?”

Ibu Yani: “Iyo, karo sek

mau dadi kurang

rong ewu.”

Ibu Mulyanti: “Oalah tak

golekke sek.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Yani

bertugas untuk menarik

uang jimpitan kepada

anggota Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Yani termasuk

tindak tutur direktif karena

memerintah Ibu Mulyanti

untuk membayar uang

jimpitan.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

Ibu Yani: “Mbak Mulyanti,

jimpitan dua

ribu.”

Ibu Mulyanti: “Uangnya

tadi kurang

po?”

Ibu Yani: “Iya, sama yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

187

tadi jadi kurang

dua ribu.”

Ibu Mulyanti: “Ohya aku

cariin dulu.”

57. Ibu Lastri: “PKK lo.”

Ibu Musrifah: “Jare diundur

Bu?”

Ibu Lastri: “Lha kon pasok

e, aku meng

manut sek

akon.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Lastri

meminta anggota

Dasawisma membayar

uang untuk iuran PKK.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Lastri termasuk

tindak tutur direktif karena

memerintah anggota

Dasawisma untuk membayar

iuran PKK.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

Ibu Lastri: “PKK lo.”

Ibu Musrifah: “Katanya

diundur Bu?”

Ibu Lastri: “Lha disuruh

pasok e, aku

cuma ngikut

yang nyuruh.”

58. Ibu Gambir: “Ibu-ibu,

nyuwun sewu

nggih. Kula

ajeng nyuwun

Percakapan terjadi pada

sore hari. Sebelum

arisan diakhiri, Ibu

Gambir memberi

Tuturan Ibu Gambir termasuk

tindak tutur direktif karena

memohon bantuan anggota

Dasawisma untuk memasak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

188

tulung, ajeng

ngerepoti.

Benjang

Minggu

nyuwun

diewangi

rewang nggih

soal e ajeng

kerja bakti

ngedunke

gendeng omah

e Simbok.”

Ibu Warti: “Tak mruput teko

ndisik dewe.”

pengumuman kepada

anggota Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

dalam acara gotong-royong.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

Ibu Gambir: “Ibu-ibu, maaf

ya. Saya mau

minta tolong,

mau

merpotkan.

Besok Minggu

minta dibantu

masak ya

soalnya mau

kerja bakti

nurunin atap

rumahnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

189

Simbok.”

Ibu Warti: “Aku datang pagi

paling awal.”

59. Ibu Reta: “Sesok nyumbang

bayi lo Bu.”

Ibu Eva: “Hoo, sesok tak

ampiri.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Namun,

terdapat beberapa

anggota Dasawisma

yang masih berkumpul

untuk berbincang-

bincang.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Reta termasuk

tindak tutur direktif karena

mengajak Ibu Eva menengok

bayi yang baru saja lahir.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

Ibu Reta: “Besok

menyumbang

bayi lo Bu.”

Ibu Eva: “Iya, besok aku

jemput.”

60. Ibu Yani: “Ibu-ibu, kulo niki

mung ajeng

nggenahke. Seko

awal mbien nek

arep utang kan

uwong e kudu

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma

sedang berlangsung dan

membahas mengenai

utang piutang. Terdapat

Tuturan Ibu Yani termasuk

tindak tutur direktif karena

memohon penjelasan dari

anggota Dasawisma

mengenai utang piutang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

190

teko. Lha niki ono

sek arep utang

tapi ra tau teko

arisan. Pripun?”

Ibu Jilah: “Peraturan e

mbien nek arep

utang yo wong e

kudu teko.

Mengko dikiro ra

adil, ndak beda-

bedakke.”

salah satu anggota yang

ingin mengajukan

utang, tetapi orang

tersebut tidak hadir

dalam arisan.

(Kamis, 2 Juli 2020)

diterapkan dalam arisan.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

Ibu Yani: “Ibu-ibu, saya ini

cuma mau

memastikan. Dari

awal dulu kalau

mau utang kan

orangnya harus

datang. Lha ini

ada yang mau

utang tapi gak

dateng arisan.

Gimana?”

Ibu Jilah: “Peraturan dulu

kalau mau utang

ya orangnya harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

191

datang. Nanti

dikira gak adil,

jadi membeda-

bedakan.”

61. Ibu Maya: “Ketuane saiki

sopo to Mbak?”

Ibu Reta: “Lha ra ono to.”

Ibu Maya: “Koyone nek

sampean cocok

Mbak. Ben

genah nek ono

opo-opo.”

Ibu Reta: “Wah aku bagian

catat-mencatat.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma akan

diakhiri. Para ibu

sedang berbincang satu

sama lain. Posisi ketua

dalam arisan

Dasawisma sedang

kosong. Ibu Reta adalah

sekretaris Dasawisma.

Selama posisi ketua

Dasawisma tidak terisi,

Ibu Reta sering kali

memimpin arisan.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Tuturan Ibu Maya termasuk

tindak tutur direktif karena

merekomendasikan Ibu Reta

sebagai ketua dalam arisan

Dasawisma.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

Ibu Maya: “Ketuanya

sekarang siapa

to Mbak?”

Ibu Reta: “Lha gak ada to.”

Ibu Maya: “Sepertinya

kalau kamu

cocok Mbak.

Biar jelas kalau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

192

ada apa-apa.”

Ibu Reta: “Wah aku bagian

catat-mencatat.”

62. Ibu Dina: “Bu Warti kulo

ajeng masak

lodeh, enten

godong so

mboten?”

Ibu Warti: “Wes diopeki

Mbak Yani.”

Ibu Dina: “Wo hoo to?

Kedisikan, wingi

tak delok enom-

enom iseh akeh

e.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Warti memiliki

pohon melinjo di depan

rumahnya. Daun dari

pohon tersebut dapat

dimasak untuk

dijadikan makanan.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Tuturan Ibu Dina termasuk

tindak tutur direktif karena

bermaksud meminta daun

melinjo milik Ibu Warti.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

Ibu Dina: “Bu Warti saya

mau masak

sayur lodeh, ada

daun melinjo

enggak?”

Ibu Warti: “Udah dipetikin

Mbak Jeni.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

193

Ibu Dina: “Wo iya to?

Keduluan,

kemarin saya

lihat masih

muda-muda

banyak e.”

63. Ibu Lastri: “Nyo, rung tak

itung.”

(Memberi buku

kepada Ibu

Reta)

Ibu Reta: “Wahjan meng

kon ngitung kok,

nambah-nambahi

gawean wae.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Lastri

bertugas mencatat uang

arisan. Namun, beliau

belum menghitung

jumlah uang tersebut.

Ibu Lastri langsung

memberi buku catatan

kepada Ibu Reta.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Tuturan Ibu Lastri termasuk

tindak tutur direktif karena

secara tidak langsung

memerintah Ibu Reta untuk

menghitung jumlah uang

arisan Dasawisma.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

Ibu Lastri: “Nih, belum aku

hitung.”

(Memberi buku

kepada Ibu

Reta)

Ibu Reta: “Duh cuma

disuruh

menghitung kok,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

194

nambah-

nambahi kerjaan

aja.”

64. Ibu Reta: “Awan e cerah

banget e.”

Ibu Lastri: “Yo gek do bali,

ngentasi

kumbahan.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Saat itu, cuaca sedang

mendung.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Tuturan Ibu Lastri termasuk

tindak tutur direktif. Ibu

Lastri mengajak para ibu

yang masih berada di tempat

arisan untuk pulang ke rumah

masing-masing dikarenakan

cuaca sedang mendung.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), direktif yakni

bentuk tutur yang

dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh

agar sang mitra tutur

melakukan tindakan tertentu,

misalnya saja memesan,

memerintah, memohon,

menasihati, dan

merekomendasi.

Ibu Reta: “Awannya cerah

banget e.”

Ibu Lastri: “Ayo cepat pada

pulang, angkatin

jemuran.”

Ekspresif

65. Ibu Yani: “Bu Tum, nyuwun Percakapan terjadi pada Tuturan Ibu Yani termasuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

195

ngapuro ya aku

wingi njikuk jeruk

tibo neng kebon

kulon omah.”

Ibu Tuminah: “Genter e

neng jejer

uwit lo.”

sore hari ketika arisan

Dasawisma belum

dimulai. Ibu Yani

melihat Ibu Tuminah

baru saja datang. Ibu

Tuminah memiliki

pohon jeruk di kebun

miliknya. Kebun

tersebut bersebelaha

dengan rumah Ibu Yani.

(Kamis, 4 Juni 2020)

tindak tutur ekspresif.

Tuturan Ibu Yani berfungsi

meminta maaf karena merasa

bersalah telah mengambil

jeruk milik Ibu Tuminah

tanpa izin.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), ekspresif adalah

bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap

suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi

selamat, meminta maaf,

menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa.

Ibu Yani: “Bu Tum, maaf ya

aku kemarin

ambil jeruk jatuh

di kebun barat

rumah.”

Ibu Tuminah: “Galahnya di

sebelah

pohon lo.”

66. Ibu Mulyanti: “Bu Eva, gas

e Bu Mimin.”

Ibu Eva: “Hoo butuh papat

e. Tak omong Pak

Bowo. Nuwun

Mbak.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul. Pada

saat itu, Ibu Mulyanti

membaca pesan di

Tuturan Ibu Eva termasuk

tindak tutur ekspresif. Ibu

Eva berterima kasih kepada

Ibu Mulyanti karena

memberitahu ketersediaan

gas di toko milik Ibu Mimin.

Analisis di atas berdasarkan

Ibu Mulyanti: “Bu Eva,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

196

gasnya Bu

Mimin.”

Ibu Eva: “Iya butuh empat

e. Tak bilang Pak

Bowo. Makasih

Mbak.”

gawai dan memberitahu

Ibu Eva bahwa tersedia

gas di toko milik Ibu

Mimin. Gas di toko

milik Ibu Mimin sangat

cepat habis, sedangkan

Ibu Eva membutuhkan

banyak gas untuk

kateringnya.

(Kamis, 4 Juni 2020)

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), ekspresif adalah

bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap

suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi

selamat, meminta maaf,

menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa.

67. Ibu Hesti: “Iki kok

tabunganku ora

dicatet pie? Kui

lo bukune.”

Ibu Tuminah: “Oh hoo kene

tak isi sek.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu

Tuminah bertugas

menangani uang

tabungan di arisan

Dasawisma.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Tuturan Ibu Hesti termasuk

tindak tutur ekspresif. Ibu

Hesti menyalahkan Ibu

Tuminah karena lalai tidak

mencatat tabungan.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), ekspresif adalah

bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap

suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi

selamat, meminta maaf,

Ibu Hesti: “Ini kok

tabunganku gak

dicatat gimana?

Itu lo bukunya.”

Ibu Tuminah: “Oh iya sini

aku isiin

dulu.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

197

menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa.

68. Ibu Eva: “Mbak Mul, mau

ngeteri bancaan

yo? Gek blonjo e,

nuwun ya Mbak.”

Ibu Mulyanti: “Hoo Bu

sami-sami,

mau tak

kekke mejo.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma belum

dimulai. Pada hari itu,

Ibu Mulyanti memberi

bancaan (nasi

selamatan) untuk warga

di sekitar rumahnya.

Ibu Mulyanti

mengantarkan bancaan

ketika Ibu Eva sedang

berbelanja di pasar.

Sehingga, Ibu Mulyanti

meletakkan bancaan

tersebut di meja rumah

Ibu Eva.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Eva termasuk

tindak tutur ekspresif. Ibu

Eva berterima kasih kepada

Ibu Mulyanti karena telah

memberi nasi bancaan.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), ekspresif adalah

bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap

suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi

selamat, meminta maaf,

menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa.

Ibu Eva: “Mbak Mul, tadi

ngasih bancaan

ya? Lagi belanja

e, makasih ya

Mbak.”

Ibu Mulyanti: “Iya Bu

sama-sama,

tadi aku

taruh di

meja.”

69. Ibu Lastri: “Aku wingi wes

pasok jimpitan

loro, kok meng

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

Tuturan Ibu Lastri termasuk

tindak tutur ekspresif. Ibu

Lastri menyalahkan Ibu Yani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

198

ditulis siji?”

Ibu Yani: “Kelalen paling.

Tak tulis e kene

Bu.”

berlangsung. Ibu Lastri

mengecek catatan di

buku, tetapi belum

tercatat pasokan

jimpitan pada

pertemuan sebelumnya.

Ibu Lastri menuturkan

tuturan tersebut kepada

Ibu Yani karena beliau

bertugas pada bagian

jimpitan.

(Kamis, 18 Juni 2020)

karena lalai tidak mencatat

uang jimpitan.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), ekspresif adalah

bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap

suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi

selamat, meminta maaf,

menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa.

Ibu Lastri: “Aku kemarin

udah pasok

jimpitan dua,

kok cuma ditulis

satu?”

Ibu Yani: “Kelupaan paling.

Aku tulisin sini

Bu.”

70. Ibu Lastri: “Bu Hesti,

mentok e Pak

Kemang

mangani

sayuranku e,

tanduran e

kabeh do

entek.”

Ibu Hesti: “Oalah

ngapurane yo

Mbak, mengko

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa anggota

Dasawisma yang masih

berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Rumah Ibu Lastri

bersebelahan dengan

rumah Ibu Hesti. Ibu

Tuturan Ibu Hesti termasuk

tindak tutur ekspresif karena

meminta maaf atas kelalaian

mengumbar itik-itiknya.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), ekspresif adalah

bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

199

tak omongan e

ben dikandangi

terus.”

Lastri memiliki kebun

sayur dan tanaman hias

di samping rumahnya.

Ibu Hesti dan suaminya

yang bernama Pak

Kemang memiliki

hewan peliharaan yaitu

itik.

(Kamis, 18 Juni 2020)

suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi

selamat, meminta maaf,

menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa. Ibu Lastri: “Bu Hesti,

itiknya Pak

Kemang makan

sayuranku e,

tanamannya

pada habis

semua.”

Ibu Hesti: “Ya ampun maaf

ya Mbak, nanti

aku kasih tau

biar

dikandangin

terus.”

71. Ibu Tuminah: “Bu Mul, jare

Mbak Sinta

buka butik

neng kono?”

Ibu Mulyanti: “Hoo Bu, lagi

buka Senin

wingi.”

Ibu Tuminah: “Wah selamat

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Namun,

terdapat beberapa

anggota Dasawisma

yang masih berkumpul

untuk berbincang-

bincang. Ibu Mulyanti

Tuturan Ibu Tuminah

termasuk tindak tutur

ekspresif karena memberi

selamat kepada Sinta (anak

Ibu Mulyanti) atas dibukanya

butik di Jakarta.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

200

ya, mugi-

mugi sukses

terus,

berkah,

lancar

rezekine.”

memiliki anak

perempuan bernama

Sinta yang merantau ke

Jakarta. Pada hari

Senin, 15 Juni 2020, ia

baru saja membuka

butik untuk usaha.

(Kamis, 18 Juni 2020)

(2003: 73), ekspresif adalah

bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap

suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi

selamat, meminta maaf,

menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa.

Ibu Tuminah: “Bu Mul,

katanya

Mbak Sinta

buka butik di

sana?”

Ibu Mulyanti: “Iya Bu, lagi

buka Senin

kemarin.”

Ibu Tuminah: “Wah selamat

ya, mudah-

mudahan

sukses terus,

berkah,

lancar

rezekinya.”

72. Ibu Painah: “Wah tanduran

e Bu Eva apik-

apik e.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

Tuturan Ibu Painah termasuk

tindak tutur ekspresif karena

memuji tanaman milik Ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

201

Ibu Eva: “Pengen nggonmu

e. Nggonku ra

ono opo-opone

hehehe.”

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Rumah Ibu Eva

bersebelahan dengan

tempat arisan. Beliau

memiliki tanaman yang

bervariasi dan tertata

dengan rapi.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Eva.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), ekspresif adalah

bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap

suatu keadaan, misalnya

berterima kasih, memberi

selamat, meminta maaf,

menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa.

Ibu Painah: “Wah

tanamannya

Bu Eva bagus-

bagus e.”

Ibu Eva: “Pengin punyamu

e. Punyaku gak

ada apa-apanya

hehehe.”

73. Ibu Lastri: “Tanggal nem

belas lo Bu, ayo

makan-makan.”

Ibu Eva: “Ayo, mbeleh

endog ya

hehehe.”

Ibu Lastri: “Hahaha selamat

ulang tahun ya

Bu.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Eva

dan Ibu Lastri duduk

berseblahan. Pada hari

itu, Ibu Eva sedang

berulang tahun.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Tuturan Ibu Lastri termasuk

tindak tutur ekspresif karena

memberi ucapan selamat

ulang tahun kepada Ibu Eva.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), ekspresif adalah

bentuk tuturan yang berfungsi

untuk menyatakan atau

menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap

suatu keadaan, misalnya

Ibu Lastri: “Tanggal enam

belas lo Bu, ayo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

202

makan-makan.”

Ibu Eva: “Ayo, motong telur

ya hehehe.”

Ibu Lastri: “Hahaha selamat

ulang tahun ya

Bu.”

berterima kasih, memberi

selamat, meminta maaf,

menyalahkan, memuji, dan

berbelasungkawa.

Komisif

74. Ibu Reta: “Bu Tum, onten

pecahan mboten?

Duit e satusan, ra

ono sek nggo

susuk.”

Ibu Tuminah: “Onone

puluhan.”

Ibu Reta: “Mboten nopo-

nopo.”

Ibu Tuminah: “Iki satus yo.”

(Ibu Tuminah memberi

uang kepada Ibu Reta)

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

sedang berlangsung.

Ibu Reta bertugas

mencatat dan menerima

uang pasokan dari

anggota Dasawisma.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Tuturan Ibu Tuminah “Onone

puluhan” termasuk tindak

tutur komisif karena

menawarkan uang puluhan

untuk ditukarkan dengan

uang seratusan milik Ibu

Reta.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), komisif yakni

bentuk tutur yang berfungsi

untuk menyatakan janji atau

penawaran, misalnya saja

berjanji, bersumpah, dan

menawarkan sesuatu.

Ibu Reta: “Bu Tum, ada

pecahan enggak?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

203

Uangnya

seratusan, gak

ada yang dipakai

buat kembalian.”

Ibu Tuminah: “Adanya

puluhan.”

Ibu Reta: “Gak apa-apa.”

Ibu Tuminah: “Ini seratus

ya.”

(Ibu Tuminah memberi

uang kepada Ibu Reta)

75. Ibu Reta: “Wah jambune

nggone Bu Eva

ketok enak banget

nggo lotisan.”

Ibu Eva: “Mengko baline

tak opekke.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma belum

dimulai. Ibu Eva

memiliki pohon jambu

di depan rumahnya dan

terlihat dari tempat

arisan Dasawisma.

Pohon jambu tersebut

sedang berbuah lebat.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Eva termasuk

tindak tutur komisif karena

berjanji akan memetikkan

jambu untuk Ibu Reta.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), komisif yakni

bentuk tutur yang berfungsi

untuk menyatakan janji atau

penawaran, misalnya saja

berjanji, bersumpah, dan

menawarkan sesuatu.

Ibu Reta: “Wah jambunya

punya Bu Eva

keliatan enak

banget buat

rujak.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

204

Ibu Eva: “Nanti pulangnya

aku petikin.”

76. Ibu Gambir: “Ibu-ibu,

nyuwun sewu

nggih. Kula

ajeng nyuwun

tulung, ajeng

ngerepoti.

Benjang

Minggu

nyuwun

diewangi

rewang nggih

soal e ajeng

kerja bakti

ngedunke

gendeng omah

e Simbok.”

Ibu Warti: “Tak mruput teko

ndisik dewe.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Sebelum

arisan diakhiri, Ibu

Gambir memberi

pengumuman kepada

anggota Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Warti termasuk

tindak tutur komisif karena

berjanji akan hadir lebih pagi

untuk membantu memasak di

rumah Ibu Gambir.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), komisif yakni

bentuk tutur yang berfungsi

untuk menyatakan janji atau

penawaran, misalnya saja

berjanji, bersumpah, dan

menawarkan sesuatu.

Ibu Gambir: “Ibu-ibu, maaf

ya. Saya mau

minta tolong,

mau

merpotkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

205

Besok Minggu

minta dibantu

masak ya

soalnya mau

kerja bakti

nurunin atap

rumahnya

Simbok.”

Ibu Warti: “Aku datang pagi

paling awal.”

77. Ibu Reta: “Sesok nyumbang

bayi lo Bu.”

Ibu Eva: “Hoo, sesok tak

ampiri.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Namun,

terdapat beberapa

anggota Dasawisma

yang masih berkumpul

untuk berbincang-

bincang.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Eva termasuk

tindak tutur komisif karena

berjanji akan menjemput Ibu

Reta ketika akan menengok

bayi.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), komisif yakni

bentuk tutur yang berfungsi

untuk menyatakan janji atau

penawaran, misalnya saja

berjanji, bersumpah, dan

menawarkan sesuatu.

Ibu Reta: “Besok

menyumbang

bayi lo Bu.”

Ibu Eva: “Iya, besok aku

jemput.”

78. Ibu Lastri: “Bu Hesti,

mentok e Pak

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Tuturan Ibu Hesti “mengko

tak omongan e ben

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

206

Kemang

mangani

sayuranku e,

tanduran e

kabeh do

entek.”

Ibu Hesti: “Oalah

ngapurane yo

Mbak, mengko

tak omongan e

ben dikandangi

terus.”

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa anggota

Dasawisma yang masih

berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Rumah Ibu Lastri

bersebelahan dengan

rumah Ibu Hesti. Ibu

Lastri memiliki kebun

sayur dan tanaman hias

di samping rumahnya.

Ibu Hesti dan suaminya

yang bernama Pak

Kemang memiliki

hewan peliharaan yaitu

itik.

(Kamis, 18 Juni 2020)

dikandangi” termasuk tindak

tutur komisif. Ibu Hesti

berjanji kepada Ibu Lastri,

untuk memberitahu Pak

Kemang agar mengandangi

itik-itiknya.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), komisif yakni

bentuk tutur yang berfungsi

untuk menyatakan janji atau

penawaran, misalnya saja

berjanji, bersumpah, dan

menawarkan sesuatu. Ibu Lastri: “Bu Hesti,

itiknya Pak

Kemang makan

sayuranku e,

tanamannya

pada habis

semua.”

Ibu Hesti: “Ya ampun maaf

ya Mbak, nanti

aku kasih tau

biar

dikandangin

terus.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

207

79. Ibu Eva: “Din dus e akeh

lo.”

Ibu Painah: “Nggih Bu,

mengko tak

moro.”

Ibu Eva: “Rodo bengi yo ra

popo.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Eva memiliki usaha

katering. Terkadang,

Ibu Painah membantu

di katering milik Ibu

Eva.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Tuturan Ibu Painah termasuk

tindak tutur komisif karena

berjanji akan membantu

mengeklip kardus di catering

milik Ibu Eva.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), komisif yakni

bentuk tutur yang berfungsi

untuk menyatakan janji atau

penawaran, misalnya saja

berjanji, bersumpah, dan

menawarkan sesuatu.

Ibu Eva: “Din kardusnya

banyak lo.”

Ibu Painah: “Ya Bu, nanti

aku datang.”

Ibu Eva: “Agak malam juga

gak apa-apa.”

80. Ibu Reta: “Wingi ono duit

papat songo.”

Ibu Yani: “Saiki piro?”

Ibu Reta: “Saiki papat limo.

Ayo do utang

ora? Mumpung

duit e akeh.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

sedang berlangsung.

Saat itu, Ibu Reta baru

saja menghitung uang

simpanan wajib dari

anggota Dasawisma.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Tuturan Ibu Reta termasuk

tindak tutur komisif karena

menawarkan anggota

Dasawisma untuk berutang.

Analisis di atas berdasarkan

teori Searle dalam Rahardi

(2003: 73), komisif yakni

bentuk tutur yang berfungsi

untuk menyatakan janji atau

Ibu Reta: “Kemarin ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

208

uang empat

sembilan.”

Ibu Yani: “Sekarang

berapa?”

Ibu Reta: “Sekarang empat

lima. Ayo pada

utang enggak?

Mumpung

uangnya

banyak.”

penawaran, misalnya saja

berjanji, bersumpah, dan

menawarkan sesuatu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

209

Tabel Klasifikasi Data Makna Implikatur Percakapan

No. Tuturan Konteks Fungsi Implikatur

Percakapan

Triangulator

Keterangan Setuju

Tidak

Setuju

Asertif

81. Ibu Yani: “Ealah, aku nek

arisan mesti entuk

keri dewe.”

Ibu Dina: “Aku yo ngono Bu,

saking bejone entuk

keri terus.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Reta

mengeluarkan botol

berisi undian nama

anggota Dasawisma.

Daftar nama tersebut

digunakan untuk

mengetahui anggota

yang akan memperoleh

arisan.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Tuturan Ibu Yani bermakna

mengeluhan mengenai

undian arisan yang selalu

didapatkan pada giliran akhir.

Ibu Yani: “Duh, aku kalau

arisan selalu dapat

paling akhir.”

Ibu Dina: “Aku juga gitu Bu,

terlalu beruntung

jadi dapat akhir

terus.”

82. Ibu Jilah: “Arisan ki nek ora

diarep-arep malah

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Tuturan Ibu Jilah bermakna

menyatakan bahwa biasanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

210

metu.”

Ibu Yani: “Akeh tunggal e

Bu. Makan e ra tau

tak arep-arep.”

Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu,

para ibu sedang

mengundi satu nama

untuk menentukan

anggota yang akan

memperoleh uang

Dasawisma.

(Kamis, 12 Maret 2020)

giliran arisan akan didapatkan

jika tidak diharapkan.

Ibu Jilah: “Arisan tu kalau

gak diharapin

malah keluar.”

Ibu Yani: “Banyak temannya

Bu. Makannya gak

pernah aku

berharapin.”

83. Ibu Lastri: “Iki bolpen e sopo

ya?”

Ibu Yani: “Arep tak nggo

malah digowo terus

ket mau.”

Ibu Lastri: “Tak kiro nggonku

e. Nyo, jebul aku ra

nggowo hehehe.”

(Memberi bolpoin

kepada Ibu Yani).

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu,

Ibu Lastri dan Ibu Yani

duduk bersebelahan.

Ibu Lastri sedang

menulis catatan dan

tiba-tiba mengarahkan

bolpoin yang ia

gunakan pada Ibu Yani.

Tuturan Ibu Yani “Arep tak

nggo malah digowo terus ket

mau” bermakna mengklaim

bahwa bolpoin yang

digunakan Ibu Lastri adalah

milik Ibu Yani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

211

Ibu Lastri: “Ini bolpoinnya

siapa ya?”

Ibu Yani: “Mau aku pakai

malah dibawa terus

dari tadi.”

Ibu Lastri: “Aku kira

punyaku. Ini,

ternyata aku gak

bawa hehehe.”

(Memberi bolpoin

kepada Ibu Yani).

(Kamis, 4 Juni 2020)

84. Ibu Warti: “Golek utangan

sesok nek bar

bodo, sek mantu

akeh.”

Ibu Yani: “Hoo ya Bu,

nyumbang terus e.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma

sedang berlangsung dan

membahas mengenai

utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Tuturan Ibu Warti bermakna

menyarankan untuk mencari

utang setelah lebaran karena

beberapa warga di Dusun

Ngawen akan melaksanakan

pernikahan.

Ibu Warti: “Nyari utang

besok habis

lebaran, banyak

yang nikah.”

Ibu Yani: “Iya ya Bu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

212

menyumbang terus

e.”

85. Ibu Warti: “Sesok bar besar

ki pendak minggu

ono sek dadi

manten.”

Ibu Reta: “Hoo akeh e, do

gantian. Minggu

pertama RT siji,

minggu keloro RT

loro, minggu ketelu

RT telu. Pepak

banget gek iso urut.

Sek ra ono meng

RT papat.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Anggota

Dasawisma sedang

bercengkerama satu

sama lain.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Tuturan Ibu Warti bermakna

menyatakan bahwa beberapa

warga di dusun Ngawen akan

melangsungkan pernikahan

setelah lebaran Iduladha.

Ibu Warti: “Besok habis

Iduladha tu tiap

minggu ada yang

nikah.”

Ibu Reta: “Iya banyak e, pada

gantian. Minggu

pertama RT satu,

minggu kedua RT

dua, minggu ketiga

RT tiga. Lengkap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

213

banget mana urut

lagi. Cuma RT

empat yang gak

ada.”

86. Ibu Dina: “Uwong ki nek

ndue utang malah

semangat le

nyambut gawe.”

Ibu Jilah: “Yo ra meng nek

ndue utang, neng

kui salah sijine.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma

sedang berlangsung dan

membahas mengenai

utang piutang.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Tuturan Ibu Dina bermakna

menyatakan bahwa orang

yang memiliki utang akan

lebih rajin bekerja.

Ibu Dina: “Orang tu kalau

punya utang malah

semangat

kerjanya.”

Ibu Jilah: “Ya gak cuma

punya utang, tapi

itu salah satunya.”

87. Ibu Lastri: “Arisan RT sesok

mundur satu hari

ya, padane wingi

malem Minggu,

sesok malem

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma akan

diakhiri. Sebelum

anggota Dasawisma

Tuturan Ibu Lastri bermakna

menyatakan bahwa

pelaksanaan arisan RT akan

diundur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 225: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

214

Senen.”

Ibu Dina: “Telung dino ya?”

Ibu Lastri: “Hoo.”

pulang ke rumah

masing-masing, Ibu

Lastri memberi

pengumuman bahwa

pelaksanaan arisan RT

akan diundur.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Ibu Lastri: “Arisan RT besok

mundur satu hari

ya, misalnya

kemarin malam

Minggu, besok

malam Senin.”

Ibu Dina: “Tiga hari ya?”

Ibu Lastri: “Iya.”

88. Ibu Eva: “Sesok sido melu

neng Progo ora

Din?”

Ibu Painah : “Ponakanku teko

Bu, kon

nggawekke

bakso e.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Eva memiliki

rencana pergi dengan

Ibu Painah. Pada saat

itu, Ibu Eva ingin

memastikan bahwa Ibu

Tuturan Ibu Painah bermakna

menyatakan ketidaksanggupannya pergi

dengan Ibu Eva.

Ibu Eva: “Besok jadi ikut ke

Progo enggak

Din?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 226: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

215

Ibu Painah : “Ponakanku

datang Bu,

disuruh bikinin

bakso e.”

Painah akan ikut

bepergian atau tidak.

(Kamis, 2 Juli 2020)

89. Ibu Mulyanti: “Wah kok

tumben telat

Bu?”

Ibu Warti: “Aku rodo

nggliyer e mau,

pirang-pirang

dino koyo ngene.

Sek winginan e

malah luwih

parah ngasi

muter-muter kae

bayangan e.

Padahal yo wes

diombeni obat.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

baru saja dimulai. Pada

pertemuan tersebut, Ibu

Warti terlambat

menghadiri arisan

Dasawisma.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Tuturan Ibu Warti bermakna

menyatakan alasan

keterlambatannya menghadiri

arisan Dasawisma.

Ibu Mulyanti: “Wah kok

tumben telat

Bu?”

Ibu Warti: “Aku agak pusing

e tadi, beberapa

hari kayak gini.

Kemarinnya lagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 227: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

216

malah lebih parah

sampai muter-

muter gitu

bayangannya.

Padahal ya udah

diminumin obat.”

90. Ibu Eva: “Kumbahanku akeh

banget, wingi arep

setriko malah ra

iso.”

Ibu Warti: “Wit e ambruk

neng Klajuran.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Pada hari Rabu, 15 Juli

2020, dusun Ngawen

mengalami pemadaman

listrik karena trafo

listrik tertimpa pohon

tumbang.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Tuturan Ibu Eva bermakna

mengeluh mengenai

pemadaman listrik sehingga

tidak dapat menyetrika baju-

bajunya.

Ibu Eva: “Jemuranku banyak

banget, kemarin

mau setrika malah

gak bisa.”

Ibu Warti: “Pohonnya

tumbang di

Klajuran.”

Direktif

91. Ibu Lastri: “Arisan e wis

entuk piro e

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Tuturan Ibu Lastri bermakna

memerintah Ibu Reta untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 228: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

217

Mbak?”

Ibu Maya: “Koyone rung ono

separo ya Mbak?”

(Ibu Reta mengambil buku

dan melihat catatan)

Ibu Reta: “Wingi gek pitu,

wolu saiki.”

Dasawisma akan

dimulai. Ibu Reta

bertugas sebagai

sekretaris di arisan

Dasawisma. Pada

pertemuan tersebut,

nama anggota yang

akan mendapat undian

merupakan urutan

kedelapan.

(Kamis, 12 Maret 2020)

melihat catatan dan memberi

informasi mengenai jumlah

undian yang telah diperoleh.

Ibu Lastri: “Arisannya udah

dapat berapa ya

Mbak?”

Ibu Maya: “Kayaknya belum

ada separuh ya

Mbak?”

(Ibu Reta mengambil buku

dan melihat catatan)

Ibu Reta: “Kemarin baru

tujuh, delapan

sekarang.”

92. Ibu Tuminah: “Le masak

jangan nggo

krecek ora?”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

sedang berlagsung.

Tuturan Ibu Warti bermakna

merekomendasikan tahu

sebagai isi sayur yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 229: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

218

Ibu Warti: “Tahu kui

murah.”

Anggota Dasawisma

berdiskusi untuk

mempersiapkan

konsumsi acara senam

yang akan dilaksanakan

pada hari Minggu, 15

Maret 2020.

(Kamis, 12 Maret 2020)

disajikan untuk senam.

Ibu Tuminah: “Masak

sayurnya pakai

krecek gak

ya?”

Ibu Warti: “Tahu tu murah.”

93. Ibu Djarsah: “Walah Va, Ibuk

lali ra nggowo

duit nggo pasok

PKK.”

Ibu Eva: “Nggih, niki kulo

mbeto kok Buk.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Saat itu,

para ibu sedang

dimintai uang untuk

pasok PKK. Ibu Eva

merupakan menantu

dari Ibu Djarsah.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Tuturan Ibu Djarsah

bermakna memerintah Ibu

Eva untuk memasoki uang

PKK.

Ibu Djarsah: “Waduh Va,

Ibuk lupa gak

bawa uang buat

pasok PKK.”

Ibu Eva: “Ya, ini saya bawa

kok Buk.”

94. Ibu Warti: “Ta jangan e mau

rung dipanasi,

aku arep mampir

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

Tuturan Ibu Warti bermakna

memerintah Ibu Reta untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 230: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

219

tuku gulo sek.”

Ibu Reta: “Yo.”

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Reta merupakan

anak dari Ibu Warti. Ibu

saat hendak pulang, Ibu

Warti menuturkan

tuturan tersebut kepada

Ibu Reta.

(Kamis, 4 Juni 2020)

memanaskan sayur.

Ibu Warti: “Ta sayurnya tadi

belum dipanasin,

aku mau mampir

beli gula dulu.”

Ibu Reta: “Ya.”

95. Ibu Reta: “Wah jambune

nggone Bu Eva

ketok enak banget

nggo lotisan.”

Ibu Eva: “Mengko baline tak

opekke.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma belum

dimulai. Ibu Eva

memiliki pohon jambu

di depan rumahnya dan

terlihat dari tempat

arisan Dasawisma.

Pohon jambu tersebut

sedang berbuah lebat.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Reta bermakna

meminta jambu milik Ibu

Eva.

Ibu Reta: “Wah jambunya

punya Bu Eva

keliatan enak

banget buat rujak.”

Ibu Eva: “Nanti pulangnya

aku petikin.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 231: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

220

96. Ibu Yani: “Mbak Mulyanti,

jimpitan rong

ewu.”

Ibu Mulyanti: “Duit e mau

kurang po?”

Ibu Yani: “Iyo, karo sek mau

dadi kurang rong

ewu.”

Ibu Mulyanti: “Oalah tak

golekke sek.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Yani

bertugas untuk menarik

uang jimpitan kepada

anggota Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Yani bermakna

memerintah Ibu Mulyanti

untuk membayar uang

jimpitan.

Ibu Yani: “Mbak Mulyanti,

jimpitan dua ribu.”

Ibu Mulyanti: “Uangnya tadi

kurang po?”

Ibu Yani: “Iya, sama yang

tadi jadi kurang dua

ribu.”

Ibu Mulyanti: “Ohya aku

cariin dulu.”

97. Ibu Lastri: “PKK lo.”

Ibu Musrifah: “Jare diundur

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Tuturan Ibu Lastri bermakna

memerintah anggota

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 232: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

221

Bu?”

Ibu Lastri: “Lha kon pasok e,

aku meng manut

sek akon.”

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Lastri

memerintah anggota

Dasawisma membayar

uang untuk iuran PKK.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Dasawisma untuk membayar

iuran PKK.

Ibu Lastri: “PKK lo.”

Ibu Musrifah: “Katanya

diundur Bu?”

Ibu Lastri: “Lha disuruh

pasok e, aku cuma

ngikut yang

nyuruh.”

98. Ibu Gambir: “Ibu-ibu,

nyuwun sewu

nggih. Kula

ajeng nyuwun

tulung, ajeng

ngerepoti.

Benjang Minggu

nyuwun

diewangi

rewang nggih

soal e ajeng

kerja bakti

ngedunke

Percakapan terjadi pada

sore hari. Sebelum

arisan diakhiri, Ibu

Gambir memberi

pengumuman kepada

anggota Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Gambir

bermakna memohon bantuan

anggota Dasawisma untuk

memasak dalam acara

gotong-royong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 233: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

222

gendeng omah e

Simbok.”

Ibu Warti: “Tak mruput teko

ndisik dewe.”

Ibu Gambir: “Ibu-ibu, maaf

ya. Saya mau

minta tolong,

mau merpotkan.

Besok Minggu

minta dibantu

masak ya

soalnya mau

kerja bakti

nurunin atap

rumahnya

Simbok.”

Ibu Warti: “Aku datang pagi

paling awal.”

99. Ibu Reta: “Sesok nyumbang

bayi lo Bu.”

Ibu Eva: “Hoo, sesok tak

ampiri.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Namun,

terdapat beberapa

anggota Dasawisma

yang masih berkumpul

Tuturan Ibu Reta bermakna

mengajak Ibu Eva untuk

menengok bayi yang baru

saja lahir.

Ibu Reta: “Besok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 234: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

223

menyumbang bayi

lo Bu.”

Ibu Eva: “Iya, besok aku

jemput.”

untuk berbincang-

bincang.

(Kamis, 18 Juni 2020)

100. Ibu Yani: “Ibu-ibu, kulo niki

mung ajeng

nggenahke. Seko

awal mbien nek

arep utang kan

uwong e kudu teko.

Lha niki ono sek

arep utang tapi ra

tau teko arisan.

Pripun?”

Ibu Jilah: “Peraturan e mbien

nek arep utang yo

wong e kudu teko.

Mengko dikiro ra

adil, ndak beda-

bedakke.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma

sedang berlangsung dan

membahas mengenai

utang piutang. Terdapat

salah satu anggota yang

ingin mengajukan

utang, tetapi orang

tersebut tidak hadir

dalam arisan.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Tuturan Ibu Yani bermakna

memohon penjelasan dari

anggota Dasawisma

mengenai utang piutang yang

diterapkan dalam arisan.

Ibu Yani: “Ibu-ibu, saya ini

cuma mau

memastikan. Dari

awal dulu kalau

mau utang kan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 235: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

224

orangnya harus

datang. Lha ini ada

yang mau utang

tapi gak dateng

arisan. Gimana?”

Ibu Jilah: “Peraturan dulu

kalau mau utang ya

orangnya harus

datang. Nanti dikira

gak adil, jadi

membeda-

bedakan.”

101. Ibu Maya: “Ketuane saiki

sopo to Mbak?”

Ibu Reta: “Lha ra ono to.”

Ibu Maya: “Koyone nek

sampean cocok

Mbak. Ben genah

nek ono opo-

opo.”

Ibu Reta: “Wah aku bagian

catat-mencatat.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma akan

diakhiri. Para ibu

sedang berbincang satu

sama lain. Posisi ketua

dalam arisan

Dasawisma sedang

kosong. Ibu Reta adalah

sekretaris Dasawisma.

Selama posisi ketua

Dasawisma tidak terisi,

Ibu Reta sering kali

Tuturan Ibu Maya bermakna

merekomendasikan Ibu Reta

sebagai ketua dalam arisan

Dasawisma.

Ibu Maya: “Ketuanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 236: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

225

sekarang siapa to

Mbak?”

Ibu Reta: “Lha gak ada to.”

Ibu Maya: “Sepertinya kalau

kamu cocok

Mbak. Biar jelas

kalau ada apa-

apa.”

Ibu Reta: “Wah aku bagian

catat-mencatat.”

memimpin arisan.

(Kamis, 2 Juli 2020)

102. Ibu Dina: “Bu Warti kulo

ajeng masak

lodeh, enten

godong so

mboten?”

Ibu Warti: “Wes diopeki

Mbak Yani.”

Ibu Dina: “Wo hoo to?

Kedisikan, wingi

tak delok enom-

enom iseh akeh

e.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Warti memiliki

pohon melinjo di depan

rumahnya. Daun dari

pohon tersebut dapat

dimasak untuk

dijadikan makanan.

Tuturan Ibu Dina bermakna

meminta daun melinjo milik

Ibu Warti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 237: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

226

Ibu Dina: “Bu Warti saya

mau masak sayur

lodeh, ada daun

melinjo enggak?”

Ibu Warti: “Udah dipetikin

Mbak Jeni.”

Ibu Dina: “Wo iya to?

Keduluan,

kemarin saya lihat

masih muda-

muda banyak e.”

(Kamis, 2 Juli 2020)

103. Ibu Lastri: “Nyo, rung tak

itung.”

(Memberi buku

kepada Ibu Reta)

Ibu Reta: “Wahjan meng kon

ngitung kok,

nambah-nambahi

gawean wae.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Lastri

bertugas mencatat uang

arisan. Namun, beliau

belum menghitung

jumlah uang tersebut.

Ibu Lastri langsung

memberi buku catatan

kepada Ibu Reta.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Tuturan Ibu Lastri bermakna

memerintah Ibu Reta untuk

menghitung jumlah uang

arisan Dasawisma.

Ibu Lastri: “Nih, belum aku

hitung.”

(Memberi buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 238: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

227

kepada Ibu Reta)

Ibu Reta: “Duh cuma disuruh

menghitung kok,

nambah-nambahi

kerjaan aja.”

104. Ibu Reta: “Awan e cerah

banget e.”

Ibu Lastri: “Yo gek do bali,

ngentasi

kumbahan.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Saat itu, cuaca sedang

mendung.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Tuturan Ibu Lastri bermakna

mengajak para ibu yang

masih berada di tempat arisan

untuk pulang ke rumah

masing-masing dikarenakan

cuaca sedang mendung.

Ibu Reta: “Awannya cerah

banget e.”

Ibu Lastri: “Ayo cepat pada

pulang, angkatin

jemuran.”

Ekspresif

105. Ibu Yani: “Bu Tum, nyuwun

ngapuro ya aku

wingi njikuk jeruk

tibo neng kebon

kulon omah.”

Ibu Tuminah: “Genter e neng

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma belum

dimulai. Ibu Yani

melihat Ibu Tuminah

baru saja datang. Ibu

Tuturan Ibu Yani bermakna

meminta maaf karena telah

mengambil jeruk milik Ibu

Tuminah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 239: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

228

jejer uwit lo.” Tuminah memiliki

pohon jeruk di kebun

miliknya. Kebun

tersebut bersebelaha

dengan rumah Ibu Yani.

(Kamis, 4 Juni 2020)

Ibu Yani: “Bu Tum, maaf ya

aku kemarin ambil

jeruk jatuh di

kebun barat

rumah.”

Ibu Tuminah: “Galahnya di

sebelah pohon

lo.”

106. Ibu Mulyanti: “Bu Eva, gas e

Bu Mimin.”

Ibu Eva: “Hoo butuh papat e.

Tak omong Pak

Bowo. Nuwun

Mbak.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul. Pada

saat itu, Ibu Mulyanti

membaca pesan di

gawai dan memberitahu

Ibu Eva bahwa tersedia

gas di toko milik Ibu

Mimin. Gas di toko

milik Ibu Mimin sangat

cepat habis, sedangkan

Ibu Eva membutuhkan

banyak gas untuk

Tuturan Ibu Eva bermakna

berterima kasih kepada Ibu

Mulyanti karena

memberitahu ketersediaan

gas di toko milik Ibu Mimin.

Ibu Mulyanti: “Bu Eva,

gasnya Bu

Mimin.”

Ibu Eva: “Iya butuh empat e.

Tak bilang Pak

Bowo. Makasih

Mbak.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 240: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

229

kateringnya.

(Kamis, 4 Juni 2020)

107. Ibu Hesti: “Iki kok

tabunganku ora

dicatet pie? Kui

lo bukune.”

Ibu Tuminah: “Oh hoo kene

tak isi sek.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu

Tuminah bertugas

menangani uang

tabungan di arisan

Dasawisma.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Tuturan Ibu Hesti bermakna

menyalahkan Ibu Tuminah

karena lalai tidak mencatat

tabungan.

Ibu Hesti: “Ini kok

tabunganku gak

dicatat gimana?

Itu lo bukunya.”

Ibu Tuminah: “Oh iya sini

aku isiin

dulu.”

108. Ibu Eva: “Mbak Mul, mau

ngeteri bancaan

yo? Gek blonjo e,

nuwun ya Mbak.”

Ibu Mulyanti: “Hoo Bu sami-

sami, mau tak

kekke mejo.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma belum

dimulai. Pada hari itu,

Ibu Mulyanti memberi

bancaan (nasi

selamatan) untuk warga

di sekitar rumahnya.

Tuturan Ibu Eva bermakna

berterima kasih kepada Ibu

Mulyanti karena telah

memberi bancaan untuknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 241: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

230

Ibu Eva: “Mbak Mul, tadi

ngasih bancaan ya?

Lagi belanja e,

makasih ya Mbak.”

Ibu Mulyanti: “Iya Bu sama-

sama, tadi aku

taruh di meja.”

Ibu Mulyanti

mengantarkan bancaan

ketika Ibu Eva sedang

berbelanja di pasar.

Sehingga, Ibu Mulyanti

meletakkan bancaan

tersebut di meja rumah

Ibu Eva.

(Kamis, 18 Juni 2020)

109. Ibu Lastri: “Aku wingi wes

pasok jimpitan

loro, kok meng

ditulis siji?”

Ibu Yani: “Kelalen paling.

Tak tulis e kene

Bu.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Lastri

mengecek catatan di

buku, tetapi belum

tercatat pasokan

jimpitan pada

pertemuan sebelumnya.

Ibu Lastri menuturkan

tuturan tersebut kepada

Ibu Yani karena beliau

bertugas pada bagian

jimpitan.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Lastri bermakna

menyalahkan Ibu Yani

karena lalai tidak mencatat

uang jimpitan.

Ibu Lastri: “Aku kemarin

udah pasok

jimpitan dua, kok

cuma ditulis

satu?”

Ibu Yani: “Kelupaan paling.

Aku tulisin sini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 242: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

231

Bu.”

110. Ibu Lastri: “Bu Hesti, mentok

e Pak Kemang

mangani

sayuranku e,

tanduran e kabeh

do entek.”

Ibu Hesti: “Oalah ngapurane

yo Mbak, mengko

tak omongan e

ben dikandangi

terus.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Terdapat

beberapa anggota

Dasawisma yang masih

berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Rumah Ibu Lastri

bersebelahan dengan

rumah Ibu Hesti. Ibu

Lastri memiliki kebun

sayur dan tanaman hias

di samping rumahnya.

Ibu Hesti dan suaminya

yang bernama Pak

Kemang memiliki

hewan peliharaan yaitu

itik.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Hesti bermakna

meminta maaf atas kelalaian

mengumbar itik-itiknya.

Ibu Lastri: “Bu Hesti, itiknya

Pak Kemang

makan sayuranku

e, tanamannya

pada habis

semua.”

Ibu Hesti: “Ya ampun maaf

ya Mbak, nanti

aku kasih tau biar

dikandangin

terus.”

111. Ibu Tuminah: “Bu Mul, jare Percakapan terjadi pada Tuturan Ibu Tuminah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 243: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

232

Mbak Sinta

buka butik

neng kono?”

Ibu Mulyanti: “Hoo Bu, lagi

buka Senin

wingi.”

Ibu Tuminah: “Wah selamat

ya, mugi-mugi

sukses terus,

berkah, lancar

rezekine.”

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Namun,

terdapat beberapa

anggota Dasawisma

yang masih berkumpul

untuk berbincang-

bincang. Ibu Mulyanti

memiliki anak

perempuan bernama

Sinta yang merantau ke

Jakarta. Pada hari

Senin, 15 Juni 2020, ia

baru saja membuka

butik untuk usaha.

(Kamis, 18 Juni 2020)

bermakna memberi selamat

kepada Sinta (anak Ibu

Mulyanti) atas dibukanya

butik di Jakarta.

Ibu Tuminah: “Bu Mul,

katanya Mbak

Sinta buka

butik di sana?”

Ibu Mulyanti: “Iya Bu, lagi

buka Senin

kemarin.”

Ibu Tuminah: “Wah selamat

ya, mudah-

mudahan

sukses terus,

berkah, lancar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 244: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

233

rezekinya.”

112. Ibu Painah: “Wah tanduran e

Bu Eva apik-apik

e.”

Ibu Eva: “Pengen nggonmu e.

Nggonku ra ono

opo-opone

hehehe.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Rumah Ibu Eva

bersebelahan dengan

tempat arisan. Beliau

memiliki tanaman yang

bervariasi dan tertata

dengan rapi.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Tuturan Ibu Painah bermakna

memuji tanaman milik Ibu

Eva.

Ibu Painah: “Wah

tanamannya Bu

Eva bagus-

bagus e.”

Ibu Eva: “Pengin punyamu e.

Punyaku gak ada

apa-apanya

hehehe.”

113. Ibu Lastri: “Tanggal nem

belas lo Bu, ayo

makan-makan.”

Ibu Eva: “Ayo, mbeleh endog

ya hehehe.”

Ibu Lastri: “Hahaha selamat

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma sedang

berlangsung. Ibu Eva

dan Ibu Lastri duduk

berseblahan. Pada hari

itu, Ibu Eva sedang

Tuturan Ibu Lastri bermakna

memberi ucapan selamat

ulang tahun kepada Ibu Eva.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 245: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

234

ulang tahun ya

Bu.”

berulang tahun.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Ibu Lastri: “Tanggal enam

belas lo Bu, ayo

makan-makan.”

Ibu Eva: “Ayo, motong telur

ya hehehe.”

Ibu Lastri: “Hahaha selamat

ulang tahun ya

Bu.”

Komisif

114. Ibu Reta: “Bu Tum, onten

pecahan mboten?

Duit e satusan, ra

ono sek nggo

susuk.”

Ibu Tuminah: “Onone

puluhan.”

Ibu Reta: “Mboten nopo-

nopo.”

Ibu Tuminah: “Iki satus yo.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

sedang berlangsung.

Ibu Reta bertugas

mencatat dan menerima

uang pasokan dari

anggota Dasawisma.

(Kamis, 12 Maret 2020)

Tuturan Ibu Tuminah “Onone

puluhan” bermakna

menawarkan uang puluhan

yang ia punya untuk

ditukarkan dengan uang

seratusan milik Ibu Reta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 246: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

235

(Ibu Tuminah memberi uang

kepada Ibu Reta)

Ibu Reta: “Bu Tum, ada

pecahan enggak?

Uangnya

seratusan, gak ada

yang dipakai buat

kembalian.”

Ibu Tuminah: “Adanya

puluhan.”

Ibu Reta: “Gak apa-apa.”

Ibu Tuminah: “Ini seratus

ya.”

(Ibu Tuminah memberi uang

kepada Ibu Reta)

115. Ibu Reta: “Wah jambune

nggone Bu Eva

ketok enak banget

nggo lotisan.”

Ibu Eva: “Mengko baline tak

opekke.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

Dasawisma belum

dimulai. Ibu Eva

memiliki pohon jambu

di depan rumahnya dan

terlihat dari tempat

arisan Dasawisma.

Tuturan Ibu Eva bermakna

berjanji akan memetikkan

jambu untuk Ibu Reta.

Ibu Reta: “Wah jambunya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 247: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

236

punya Bu Eva

keliatan enak

banget buat rujak.”

Ibu Eva: “Nanti pulangnya

aku petikin.”

Pohon jambu tersebut

sedang berbuah lebat.

(Kamis, 18 Juni 2020)

116. Ibu Gambir: “Ibu-ibu,

nyuwun sewu

nggih. Kula

ajeng nyuwun

tulung, ajeng

ngerepoti.

Benjang Minggu

nyuwun

diewangi

rewang nggih

soal e ajeng

kerja bakti

ngedunke

gendeng omah e

Simbok.”

Ibu Warti: “Tak mruput teko

ndisik dewe.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Sebelum

arisan diakhiri, Ibu

Gambir memberi

pengumuman kepada

anggota Dasawisma.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Warti bermakna

berjanji akan hadir lebih

pagi untuk membantu

memasak di rumah Ibu

Gambir.

Ibu Gambir: “Ibu-ibu, maaf

ya. Saya mau

minta tolong,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 248: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

237

mau merpotkan.

Besok Minggu

minta dibantu

masak ya

soalnya mau

kerja bakti

nurunin atap

rumahnya

Simbok.”

Ibu Warti: “Aku datang pagi

paling awal.”

117. Ibu Reta: “Sesok nyumbang

bayi lo Bu.”

Ibu Eva: “Hoo, sesok tak

ampiri.”

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

berakhir. Namun,

terdapat beberapa

anggota Dasawisma

yang masih berkumpul

untuk berbincang-

bincang.

(Kamis, 18 Juni 2020)

Tuturan Ibu Eva bermakna

berjanji akan menjemput Ibu

Reta ketika akan menengok

bayi.

Ibu Reta: “Besok

menyumbang bayi

lo Bu.”

Ibu Eva: “Iya, besok aku

jemput.”

118. Ibu Lastri: “Bu Hesti, mentok

e Pak Kemang

mangani

Percakapan terjadi pada

sore hari saat arisan

Dasawisma telah

Tuturan Ibu Hesti “mengko

tak omongan e ben

dikandangi” bermakna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 249: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

238

sayuranku e,

tanduran e kabeh

do entek.”

Ibu Hesti: “Oalah ngapurane

yo Mbak, mengko

tak omongan e

ben dikandangi

terus.”

berakhir. Terdapat

beberapa anggota

Dasawisma yang masih

berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Rumah Ibu Lastri

bersebelahan dengan

rumah Ibu Hesti. Ibu

Lastri memiliki kebun

sayur dan tanaman hias

di samping rumahnya.

Ibu Hesti dan suaminya

yang bernama Pak

Kemang memiliki

hewan peliharaan yaitu

itik.

(Kamis, 18 Juni 2020)

berjanji untuk memberitahu

Pak Kemang agar

mengandangi itik-itiknya.

Ibu Lastri: “Bu Hesti, itiknya

Pak Kemang

makan sayuranku

e, tanamannya

pada habis

semua.”

Ibu Hesti: “Ya ampun maaf

ya Mbak, nanti

aku kasih tau biar

dikandangin

terus.”

119. Ibu Eva: “Din dus e akeh lo.”

Ibu Painah: “Nggih Bu,

mengko tak

moro.”

Percakapan terjadi pada

sore hari. Saat itu,

arisan Dasawisma telah

berakhir, tetapi terdapat

beberapa ibu yang

Tuturan Ibu Painah bermakna

berjanji akan membantu

mengeklip kardus di katering

milik Ibu Eva.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 250: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

239

Ibu Eva: “Rodo bengi yo ra

popo.”

masih berkumpul untuk

berbincang-bincang.

Ibu Eva memiliki usaha

katering. Terkadang,

Ibu Painah membantu

di katering milik Ibu

Eva.

(Kamis, 2 Juli 2020)

Ibu Eva: “Din kardusnya

banyak lo.”

Ibu Painah: “Ya Bu, nanti aku

datang.”

Ibu Eva: “Agak malam juga

gak apa-apa.”

120. Ibu Reta: “Wingi ono duit

papat songo.”

Ibu Yani: “Saiki piro?”

Ibu Reta: “Saiki papat limo.

Ayo do utang ora?

Mumpung duit e

akeh.”

Percakapan terjadi pada

sore hari ketika arisan

sedang berlangsung.

Saat itu, Ibu Reta baru

saja menghitung uang

simpanan wajib dari

anggota Dasawisma.

(Kamis, 16 Juli 2020)

Tuturan Ibu Reta bermakna

menawarkan anggota

Dasawisma untuk berutang.

Ibu Reta: “Kemarin ada uang

empat sembilan.”

Ibu Yani: “Sekarang berapa?”

Ibu Reta: “Sekarang empat

lima. Ayo pada

utang enggak?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 251: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

240

Mumpung

uangnya banyak.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 252: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

241

TRIANGULASI DATA PENELITIAN

IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN DASAWISMA

DI DUSUN NGAWEN, SIDOKARTO, GODEAN, SLEMAN

Oleh:

Aurachicka Meyrashella Ariva

NIM: 161224043

Telah disetujui oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 253: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARIBU DALAM ARISAN …

242

BIOGRAFI PENULIS

Aurachicka Meyrashella Ariva lahir di Sleman, pada

tanggal 4 Mei 1998. Penulis merupakan anak kedua dari

dua bersaudara pasangan Rikardus Agus Kristanto

Aribowo dan Eva Widuri Yuliastuti. Penulis menempuh

pendidikan di TK Karta Rini, Sidokarto, Godean dan tamat

pada tahun 2004. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD

Negeri Pengkol pada tahun 2010. Setelah lulus dari bangku sekolah dasar, penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Godean dan tamat pada tahun 2013.

Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Sedayu dan tamat pada tahun

2016. Setelah itu, penulis melanjutkan studi dan tercatat sebagai mahasiswa

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Sanata

Dharma. Masa pendidikan penulis di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

diakhiri dengan menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir dengan judul

Implikatur Percakapan antaribu dalam Arisan Dasawisma di Dusun Ngawen,

Sidokarto, Godean, Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI