i putu oka suardana (implikatur dalam percakapan antara guru dan siswa selama pembelajaran di kelas...

Upload: oka-suardana

Post on 07-Aug-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    1/21

    IMPLIKATUR DALAM PERCAKAPAN ANTARA GURU DAN SISWA

    SELAMA PEMBELAJARAN DI KELAS X DI SMA NEGERI SEKOTA

    SINGARAJA

    OLEH

    I PUTU OKA SUARDANA

    SMA NEGERI BALI MANDARA

    2014

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    2/21

    SURAT PERNYATAAN

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa karya ilmiah ini adalah hasil

     penelitian yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya di media mana pun, dan

     belum pernah diikutsertakan dalam perlombaan sejenis, dan/atau tidak pernah

    digunakan untuk media komunikasi apapun.

    Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan karya ilmiah yang saya

    kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas dan sesuai

    dengan norma, kaidah, dan etika akademis.

    Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian karya ilmiah ini

     bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,

    saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Kubutambahan, 29 April 2014

    Yang memberi pernyataan

    I Putu Oka Suardana

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    3/21

    1

    IMPLIKATUR DALAM PERCAKAPAN ANTARA GURU DAN SISWA

    SELAMA PEMBELAJARAN DI KELAS X DI SMA NEGERI SEKOTA

    SINGARAJA

    I Putu Oka Suardana

    SMA Negeri Bali Mandara, Jl. Raya Air Sanih, Kubutambahan

     [email protected] 

    Abstract: Implicatures in The Conversation between Teacher and

    Students Along Learning Process at X Grade at State Senior High

    School In Singaraja

    This research aimed to describe dan eksplain of (1) the function of theimplicatures in the conversation between teacher and students and (2) the

    form of implicatures in the conversation between teacher and students.

    The data in this study obtained using the methods (1) observation, and (2)

    interviews. Data were analyzed through the following procedures (1) data

    reduction, (2) classification and description of data, and (3) the

    conclusion of data. The results of this study were (1) implicatures

    function of this study there are two types, the function is using by the

    teachers and the function is using by the students. (a) Implicatures

    function were used by the teachers was found 4 macro function and 17

    micro function. (b) Implicatures function were used by the students wasfound 3 macro function and 8 micro function. (2) Implicatures forms is

    used by the teachers and students is the deklarative, introgative, and

    imperative type of utterances. Most of the utterances is direct utterance

    and some is undirect utterance were still used the co-operation principle

    and politeness aspec

    Abstrak: Implikatur dalam Percakapan antara Guru dan Siswa

    Selama Pembelajaran di Kelas X di SMA Negeri Sekota Singaraja

    Penelitian ini bertujuan menggambarkan dan menjelaskan (1) fungsi

    implikatur antara guru dan siswa selama pembelajaran dan (2) bentuk

    implikatur antara guru dan siswa selama pembelajaran. Pengumpulandata dalam penelitian ini menggunakan metode, (1) observasi, dan (2)

    wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan melalui prosedur (1)

    reduksi data, (2) klasifikasi dan deskripsi data, dan (3) penyimpulan data.

    Hasil penelitian ini adalah (1) fungsi implikatur yang terjadi dibagi

    menjadi dua jenis yaitu fungsi implikatur yang dinyatakan guru dan

    fungsi implikatur yang dinyatakan siswa. (a) Fungsi implikatur yang

    digunakan oleh guru adalah 4 fungsi makro dan 17 fungsi mikro. (b)

    Fungsi implikatur yang digunakan oleh siswa adalah 3 fungsi makro dan

    8 fungsi mikro. (2) Bentuk implikatur yang dinyatakan oleh guru dan

    siswa adalah tuturan bermodus deklaratif, interogatif, dan imperatif.

    Bentuk tuturan yang digunakan tersebut sesuai dengan fungsi tuturan

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    4/21

    2

    yang dinyatakan guru dan siswa yaitu fungsi asertif, direktif, komisif, dan

    ekspresif. Tuturan yang dinyatakan sebagian besar merupakan tuturan

    langsung dan lugas yang menaati prinsip kerja sama dan tidak lepas dari

    aspek kesantunan.

    Kata kunci: implikatur dalam percakapan, guru, siswa

    1. PENDAHULUAN

    Dalam pembelajaran, komunikasi yang baik dibangun melalui interaksi

    antara guru dan siswa. Sudiana (2006) mengistilahkan interaksi ini sebagai

    interaksi edukatif yang mempunyai tujuan tertentu. Interaksi yang terjadi di dalamkelas ini berbeda dari interaksi mana pun.

    Untuk membangun komunikasi yang baik melalui interaksi, diperlukan

     bahasa. Hal itu bisa terjadi karena bahasa merupakan salah satu alat komunikasi

    utama yang dipakai oleh manusia. Manusia menggunakan bahasa dalam seluruh

    kehidupannya. Manusia tidak pernah lepas dari kegiatan berbahasa. Bahkan,

    Heryanto dalam Sobur (2004:271) mengibaratkan kecuali tidur dan mengunyah

    makanan, hidup ini hampir tidak pernah lepas dari kegiatan berbahasa. Hal senada

     juga diungkapkan oleh Sutari, dkk (1997:3), bahwa bahasa merupakan alat

    komunikasi yang paling ampuh. Dengan berbahasa, manusia dapat menjalin

    komunikasi yang baik dengan sesama.

    Penggunaan bahasa dapat memengaruhi jalannya pembelajaran. Seorang

    guru harus mempunyai keterampilan berbahasa yang cukup untuk dapat

    menyampaikan informasi kepada siswanya. Di samping itu, selama pembelajaran

    diperlukan adanya proses komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Tanpa

    adanya keterampilan berbahasa dan proses komunikasi yang baik yang dibangun

    oleh guru dan siswa, maka pembelajaran tidak akan berjalan lancar dan tujuan dari

    komunikasi tidak akan tercapai. Keterampilan berbicara tentu mutlak dimiliki oleh

    seorang guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Hal ini esensial

    karena berbicara merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan,

    1983).

    Keterampilan berbahasa yang baik saja tidaklah cukup untuk sebuah

    komunikasi yang baik. Seorang guru memerlukan kemampuan untuk melihat

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    5/21

    3

    situasi, kondisi peserta didik, dan juga konteks pembicaraan. Hal ini kerap

    dilupakan oleh seorang guru. Seorang guru dalam berkomunikasi di dalam kelas

    harus mampu memperhatikan situasi dan juga konteks komunikasi yang terjadi.

    Pada prinsipnya percakapan yang terjadi antara guru dan siswa tidak dapat

    dipisahkan dari pengaruh faktor interaksi sosial (Daimun, 2008:2).

    Realisasi dalam interaksi sosial ini adalah adanya kerja sama antara guru

    dan siswa untuk mencapai negosiasi makna. Dalam konteks tertentu, kerja sama

    ini sering dilupakan oleh guru dalam mengajar. Grice (1975) menegaskan bahwa

     berkomunikasi itu ibarat proses kerja sama antara penutur dan mitra tutur melalui

    wahana bahasa untuk mencapai negosiasi makna. Prinsip kerja sama dan

     pemahaman kondisi pembicaraan wajib dikuasai oleh seorang guru agar seluruh

    kegiatan komunikasi dapat berjalan dengan baik.

    Sebagai penggunaan bahasa dalam interaksi sosial, penggunaan bahasa

    dalam percakapan di kelas secara realistis diwujudkan dengan penggunaan tuturan

    secara resiprokal antara guru dan siswa, siswa dan guru, atau siswa dan siswa.

    Dalam penggunaan tuturan guru ataupun siswa tersirat maksud tuturan. Maksud

    tuturan yang tersirat di dalam tuturan disebut oleh Grice (1975) dalam Sumarsono

    (2007:84) dengan istilah implikatur. Implikatur dapat dibedakan atas implikatur

    konvensional yang dapat dipahami langsung melalui tuturan dan implikatur

    konversasional (implikatur percakapan) yaitu implikatur yang hanya dapat

    dipahami melalui percakapan.

    Bach dan Harnish (1979:166) menyebutkan istilah implikatur sebagai

    tindak tutur konvensional dan nonkonvensional. Implikatur atau tindak tutur

    konvensional berimplikasi makna langsung dan implikatur atau tindak tutur

    konversasional berimplikasi makna tidak langsung. Karena menyatakan tindakan,maka implikatur tersebut dapat disebut tindak tutur. Hal itu dapat dilihat dalam

     pandangan Richard (1995:6) yang menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan

    kegiatan bertutur sebagai aktivitas komunikasi, kegiatan bertutur adalah suatu

    tindakan. Jika kegiatan bertutur dianggap sebagai tindakan, berarti setiap kegiatan

     bertutur atau kegiatan menggunakan tuturan terjadi tindak tutur.

    Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, dapat dikatakan bahwa dalam

     percakapan antara guru dan siswa perlu terjalin komunikasi yang baik dengan

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    6/21

    4

    menggunakan bahasa melalui interaksi belajar mengajar. Untuk keperluan

    tersebut, seorang guru harus mempunyai keterampilan berbahasa yang cukup

    untuk dapat menyampaikan informasi kepada siswanya. Di samping itu, selama

     pembelajaran, diperlukan pula adanya proses komunikasi yang baik antara guru

    dan siswa. Untuk menjalin terjadinya komunikasi yang baik dalam interaksi

     belajar mengajar, guru dan siswa memerlukan keterampilan berbahasa sesuai

    dengan konteks pembicaraan.

    Sesuai dengan perubahan konteks situasi di kelas, baik guru maupun siswa

    membangun komunikasi dengan implikatur yang dinyatakan dalam tuturan

     berbagai bentuk. Bentuk tuturan tersebut berupa tuturan bermodus deklaratif,

    interogatif, atau imperatif. Untuk memudahkan lawan tutur memahami bentuk

    implikatur yang disampaikan, guru dan siswa semestinya menaati prinsip kerja

    sama. Penaatan pada prinsip kerja sama terlihat dari penggunaan tuturan yang

    lugas, langsung, dan mudah dipahami sehingga tidak banyak waktu terbuang bagi

    lawan bicara.

    Selanjutnya, implikatur yang tersirat dalam tuturan guru dan siswa dalam

     percakapan di kelas sudah tentu mempunyai fungsi, misalnya untuk bertanya,

    untuk menjelaskan, dan sebagainya. Fungsi implikatur guru dan siswa tersebut

    sudah tentu terkait dengan dinamika perubahan situasi proses belajar mengajar.

    Misalnya, implikatur pertanyaan guru dapat berfungsi untuk bertanya, sekadar

    memotivasi siswa, atau mungkin meluruskan sikap siswa yang tidak

    memerhatikan pelajaran. Kemudian, implikatur pertanyaan siswa terhadap guru

    dapat berfungsi untuk menanyakan sesuatu yang belum mereka pahami atau

    hanya sekadar basa-basi untuk menjalin hubungan akrab sesuai dengan situasi

    interaksi yang dikembangkan oleh guru dan siswa. Dengan demikian, bentuk danfungsi implikatur dalam percakapan yang terjadi antara guru selama

     berlangsungnya pembelajaran di kelas dapat bervariasi dan menentukan berhasil

    tidaknya tujuan pembelajaran.

    Sebagai sebuah proses yang aktif dan multiarah, pembelajaran bahasa

    Indonesia seharusnya banyak terjadi tuturan yang melibatkan seluruh komponen,

     baik itu guru maupun siswa. Terlebih lagi kurikulum KTSP menuntut siswa tidak

    hanya tahu teori, tetapi juga bisa berkomunikasi yang baik dan benar.

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    7/21

    5

    Pembelajaran komunikasi inilah yang seharusnya banyak terjadi di kelas. Tidak

    hanya terjadi pembelajaran satu arah yang dikendalikan oleh guru. Oleh karena

    itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses tuturan yang terjadi selama

     pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis komunikasi multiarah ini. Penelitian

    ini menjadi cukup menarik karena penulis ingin melihat penggunaan bahasa

    siswa dan guru dalam membangun berkomunikasi secara efektif dan efisien di

    dalam kelas selama pembelajaran.

    Untuk mendukung keakuratan dalam pemecahan masalah yang telah

    disampaikan, maka diperlukan kajian teori yang tepat. Teori yang digunakan

    adalah teori implikatur, prinsip kerja sama dan implikatur, interaksi belajar

    mengajar, dan implikatur saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

     Implikatur diartikan sebagai implikasi makna yang tersirat dalam suatu

    tuturan yang disertai konteks, meskipun makna itu bukan merupakan bagian atau

     pemenuhan dari apa yang dituturkan. Implikatur dapat pula diartikan sebagai

    implikasi makna berupa satuan pragmatik dari suatu tuturan, baik lisan maupun

    tulisan. Sehubungan dengan itu, maka hakikat implikatur adalah makna yang

    terselubung dari sebuah tuturan yang diujarkan penutur atau mitra tutur

    (Yule,1998:40-41; Bach dan Harnish,1979:165-166;dan Thomas,1995:56).

    Grice (1975) dalam Sumarsono (2007:84) membagi implikatur menjadi

    dua jenis, yaitu implikatur konvensional dan nonkonvensional. Selanjutnya,

    implikatur nonkonvensional tersebut oleh Grice diistilahkan dengan implikatur

    konversasional (Implikatur percakapan), atau performatif tidak langsung dalam

    tindak tutur. Bach dan Harnish (1979) menyebutkan istilah implikatur sebagai

    tindak tutur konvensional dan nonkonvensional. Lebih lanjut, Grice (1975)

    mengemukakan bahwa pada dasarnya implikatur berkaitan dengan prinsip umumdalam pragmatik. Prinsip yang dimaksud adalah adanya kerja sama yang

    kontributif antara penutur dan mitra tutur dalam suatu percakapan. Penutur dan

    mitra tutur mengharapkan sumbangan kerja sama sesuai dengan makna yang

    dapat diterima dan disepakati oleh kedua belah pihak sehingga sejumlah implikasi

    makna tuturan dapat dipahami oleh penutur dan mitra tutur (Sumarsono, 2007:85).

    Menurut Purwo (1990:20) bahwa pada implikatur percakapan terdapat

    kesepakatan bersama yang tidak tertulis, dan keterkaitan makna percakapan juga

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    8/21

    6

    tidak terungkap pada kalimat yang diucapkan secara literal. Jadi, implikatur yang

    dikemukakan Grice dan para ahli bahasa di atas dimaksudkan sebagai tuturan

    yang berbeda maknanya dengan apa yang sebenarnya diucapkan, atau tuturan

    yang mengandung proposisi yang tidak langsung.

    Bach dan Harnish (1979:166) menyebutkan istilah implikatur sebagai

    tindak tutur konvensional dan nonkonvensional. Implikatur atau tindak tutur

    konvensional berimplikasi makna langsung dan implikatur atau tindak tutur

    konversasional berimplikasi makna tidak langsung.

    Hal yang disampaikan Bach dan Harnish tersebut cukup beralasan karena

    maksud tuturan atau implikatur menyatakan tindakan. Karena menyatakan

    tindakan maka implikatur dapat disebut tindak tutur. Hal itu dapat dilihat dalam

     pandangan Richard (1995:6) yang menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan

    kegiatan bertutur sebagai aktivitas komunikasi, kegiatan bertutur adalah suatu

    tindakan. Jika kegiatan bertutur dianggap sebagai tindakan, berarti setiap kegiatan

     bertutur atau kegiatan menggunakan tuturan terjadi tindak tutur. Hakikat tindak

    tutur itu adalah maksud tuturan sebagai tindakan yang dinyatakan dengan tuturan.

    Tindak tutur merupakan unit terkecil aktivitas bertutur (percakapan atau wacana)

    yang terjadi dalam interaksi sosial.

    Setiap tuturan mempunyai maksud dan maksud itu dapat dikatakan

    sebagai tindakan. Hal itu berarti pula bahwa tiap tuturan selalu menyatakan

    tindakan. Karena selalu menyatakan tindakan, maka tiap tuturan dapat dikatakan

    tindak tutur. Hal itu tampak pada pandangan Malinowski dalam Sumarsono

    (2007:322) yang menyatakan bahwa dalam beberapa hal kita memakai tutur untuk

    membentuk tindakan, bahkan dalam pengertian yang ekstrem, sering dikatakan,

    tuturan itu sendiri adalah tindakan. Karena itu semua tuturan dapat dikatakan sebagaitindak tutur.

    Tindak tutur harus dibedakan dari kalimat dan tidak bisa diidentifikasikan

    dengan unit kalimat dan pada level gramatikal manapun. Tindak tutur bisa

    memiliki bentuk-bentuk yang bervariasi. Bentuk-bentuk itu hanya bisa dikenali

    melalui konteks (Searle, 1985 dan Richard dalam Arifin, 2008:6). Tindak tutur

    yang melekat pada tuturan dengan fungsi yang direpresentasikannya dan strategi

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    9/21

    7

     penggunaannya hanya bisa dikenali secara jelas melalui tuturan dan konteks

     penggunaannya dalam peristiwa tutur (Leech:1993:13).

    Menurut Searle (1969) dalam Leech (1993:175) berdasarkan fungsinya,

    tindak tutur dapat dibedakan atas tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif,

    dan deklarasi. (1) Asertif (A ssertives): bermaksud, bertujuan, atau berfungsi untuk

    menyampaikan sesuatu berkaitan dengan kebenaran proposisi atau pernyataan yang

    diungkap, misalnya, menyatakan menerima atau menolak, mengusulkan, membual,

    mengeluh, mengajukan pendapat, melaporkan. (2) Direktif ( Directives): ilokusi ini

     bertujuan meminta lawan tutur melakukan sesuatu untuk menghasilkan suatu efek

    terhadap tindakan yang dilakukan oleh penutur; misalnya, memesan, memerintah,

    memohon, menuntut, memberi nasihat. (3) Komisif (Commissives): ilokusi bertujuan

    untuk menyampaikan sesuatu yang terikat pada suatu tindakan di masa depan,

    misalnya, menjanjikan, menawarkan. (4) Ekspresif ( Expressive): fungsi ilokusi ini

    adalah mengungkap atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan

    yang tersirat dalam ilokusi, misalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan

    selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa, dan

    sebagainya. (5) Deklarasi ( Declaration): fungsi ilokusi ini adalah untuk

    mengungkapkan pernyataannya yang keberhasilan pelaksananya tampak pada adanya

    kesesuaiannya dengan realitas tindakan, misalnya, mengundurkan diri, membaptis,

    memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,

    mengangkat (pegawai), dan sebagainya.

    Pada sebuah komunikasi, interaksi antara penutur dan petutur tentu akan

    menimbulkan sebuah percakapan yang memiliki maksud tertentu. Dalam

    menyampaikan sebuah maksud, tentu akan ada implikatur yang terjadi.

    Cummings (2007:14) menyatakan implikatur yang terjadi merupakan sebuah kerjasama antara penutur dan petutur. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik

    kesimpulan bahwa munculnya implikatur dalam sebuah percakapan dalam sebuah

    tuturan dikarenakan adanya kerja sama antara penutur dan petutur. Apabila

     penutur dan petutur tidak mau bekerja sama, tentu tidak akan ada implikatur yang

    akan muncul. Percakapan yang terjadi akan mentah dan tidak bermakna.

    Adanya kerja sama ini yang membuat tuturan menjadi bermakna dan

    memiliki sebuah tujuan. Proses kerja sama dan kesamaan informasi yang dimiliki

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    10/21

    8

    oleh penutur maupun mitra tutur akan memudahkan proses informasi. Adanya

    kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur dalam sebuah percakapan

    akan memudahkan pertukaran informasi dan memudahkan penyampaian maksud

    yang ingin dicapai. Kesesuaian informasi yang didapat dari kerja sama inilah yang

    membuat prinsip kerja sama ini menjadi sangat penting. Terlebih dalam

     pemunculan implikatur yang harus menyesuaikan dengan konteks dan situasi,

    kerja sama antara penutur dan mitra tutur menjadi syarat mutlak dalam kelancaran

    informasi.

    Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam penggunaan bahasa Indonesia

    maupun bahasa daerah, dalam bentuk percakapan verbal, selalu kita temui adanya

     prinsip kerja sama. Prinsip kerja sama yang paling umum itu adalah dalam

    menggunakan tuturan tuturan yang lugas, mudah dipahami, dan langsung

    sehingga tuturan segera dapat ditangkap maksudnya oleh awan tutur dan

    waktunya tidak terbuang percuma. Secara rinci, Grice dalam Wijana (1996:46)

    mengemukakan bahwa di dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama itu,

    setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan, yakni maksim

    kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

    Kata interaksi merupakan salah satu kata yang telah sering didengar.

    Hampir di setiap bidang kehidupan kata ini sering terujar. Kata interaksi ini sering

    dikaitkan dengan hubungan timbal balik antara penutur dan mitra tutur. Hubungan

    komunikasi dua arah ini yang sering diartikan dengan interaksi. Adanya

    rangsangan dan reaksi yang diberikan merupakan salah satu cirri dari interaksi.

    Berkaitan dengan ini Brown dalam Sudiana (2006:2), mendefinisikan interaction

    is the collaborative exchange of thoughts, feelings, or ideas between two or more

     people, resulting in a reciprocal effect on each other. Sudiana (2006:3)memberikan batasan dalam interaksi terjadi pertukaran pikiran, perasaan, atau ide

    secara kolaboratif di antara dua orang atau lebih yang menimbulkan saling

     pengaruh satu sama lainnya.

    IBM merupakan interaksi edukatif. IBM sebagai interaksi edukatif

    memiliki karakteristik tertentu atau ciri khas yang membedakan dirinya dengan

    interaksi yang lainnya. Surakhmad dan Soetomo dalam Sudiana (2006:9)

    memberikan delapan hal yang merupakan ciri interaksi edukatif,

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    11/21

    9

    1.  tujuan yang jelas akan dicapai

    2.   bahan yang menjadi isi interaksi

    3. 

     pelajar yang aktif mengalami

    4. 

    guru yang melaksanakan

    5.  metode untuk mencapai tujuan

    6. 

    alat/sarana yang digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan

    7.  situasi yang memungkinkan proses interaksi berlangsung dengan baik

    8.   penilaian terhadap hasil interaksi

    Bila salah salah satu dari kedelapan ciri ini tidak ada, maka IBM tidak

    akan berlangsung dengan baik. Hal ini dikarenakan kedelapan hal ini saling

     berkaitan satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu

    kesatuan yang utuh.

    Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, dapat dikatakan bahwa dalam

     percakapan antara guru dan siswa perlu menjalin komunikasi yang baik dengan

    menggunakan bahasa melalui interaksi belajar mengajar. Untuk keperluan

    tersebut, seorang guru harus mempunyai kemampuan berbahasa yang cukup untuk

    dapat menyampaikan informasi kepada siswanya. Di samping itu, selama

     pembelajaran, diperlukan pula adanya adanya proses komunikasi yang baik antara

    guru dan siswa. Untuk menjalin terjadinya komunikasi yang baik dalam interaksi

     belajar mengajar, seorang guru dan siswa memerlukan kemampuan berbahasa

    sesuai dengan konteks pembicaraan. Oleh karena itu, penggunaan bahasa dalam

     percakapan di kelas dapat dikatakan sebagai penggunaan bahasa dalam

     percakapan dalam intaksi sosial.

    Sebagai penggunaan bahasa dalam interaksi sosial, penggunaan bahasa

    dalam percakapan di kelas yang secara realistis diwujudkan dengan penggunaantuturan secara resiprokal yang mengakibatkan terjadinya negosisiasi makna

    antarpartisipan tutur. Sesuai dengan perubahan konteks situasi dalam IBM di

    kelas, baik guru maupun siswa membangun komunikasi dengan implikatur yang

    dinyatakan dalam tuturan berbagai bentuk berupa tuturan bermodus deklaratif,

    interogatif, atau imperatif. Untuk memudahkan lawan tutur memahami implikatur

    mereka masing-masing, siswa dan guru dan siswa semestinya menaati prinsip

    kerja sama.

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    12/21

    10

    Selanjutnya, implikatur yang tersirat dalam tuturan guru dan siswa dalam

     percakapan di kelas sudah tentu mempunyai fungsi, misalnya untuk bertanya,

    untuk menjelaskan, dan sebagainya. Fungsi implikatur guru dan siswa tersebut

    sudah tentu terkait dengan dinamika perubahan situasi IBM dalam proses belajar

    mengajar yang dilaksanakan siswa dan guru. Misalnya, implikatur pertanyaan

    guru dapat berfungsi untuk bertanya, sekadar memotivasi siswa, atau mungkin

    meluruskan sikap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Kemudian,

    implikatur pertanyaan siswa terhadap guru dapat berfungsi untuk menanyakan

    sesuatu yang belum mereka pahami atau hanya sekadar basa-basi untuk menjalin

    hubungan akrab sesuai dengan situasi interaksi yang dikembangkan guru dan

    siswa. Dengan demikian, bentuk dan fungsi implikatur dalam percakapan yang

    terjadi antara guru selama berlangsungnya pembelajaran di kelas dapat bervariasi

    dan menentukan berhasil tidaknya tujuan pembelajaran.

    Berpijak dari latar belakang dan teori telah disampaikan, terdapat dua

    masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini yaitu fungsi dan bentuk

    implikatur dalam percakapan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama

     pembalajaran bahasa Indonesia di kelas X. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui fungsi dan bentuk dari implikatur dalam percakapan yang dilakukan

    guru dan siswa selama pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X. Penelitian

    memiliki manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat teoretis

    dari penelitian ini adalah adanya kajian yang bersifat aplikatif yang dapat

    digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas. Manfaat secara praktis dapat

    diliha dari pihak sekolah, guru, siswa, peneliti, dan peneliti lainnya. Bagi sekolah

     penelitian ini bermanfaat untuk menentukan pola komunikasi yang tepat untuk

    menangani pembelajaran yang berlangsung. Bagi guru tentu ini dapat menjadi bahan evaluasi tersendiri dan juga pemahaman terhadap karakter siswa. Siswa

     berdasarkan penelitian ini memiliki pemahaman baru mengenai adanya teori yang

    mengkaji tuturan yang mereka lontarkan. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat

    dijadikan bahan kajian untuk penelitian yang lebih mendalam mengenai masalah

    implikatur.

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    13/21

    11

    2. Metode Penelitian

    Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan rancangan

    deskriptif. Rancangan penelitian ini dipilih karena rancangan penelitian ini

    mampu menggambarkan secara utuh implikatur dalam percakapan yang terjadi

    antara guru dan siswa selama pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung.

    Penelitian ini diharapkan mampu menggambarkan bentuk implikatur yang terjadi

    dan fungsi implikatur yang ada.

    Subjek dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa kelas

    X SMA Negeri se-Kota Singaraja tahun akademik 2010/2011. Sebaran populasi

     penelitian adalah di bagian timur kota ada satu sekolah, di tengah kota ada dua

    sekolah, dan di barat kota ada satu sekolah. Dari populasi yang ada yaitu empat

    sekolah, penulis memilih tiga sekolah untuk dijadikan sampel. Pemilihan sampel

    ini menggunakan metode area random sampling   yaitu memilih secara acak

    sekolah di bagian timur, tengah, dan barat. Sekolah yang dipilih adalah SMA

     Negeri 1 Singaraja mewakili bagian tengah, pemilihan SMA Negeri 1 Singaraja

    dilakukan secara acak sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian,

    SMA Negeri 2 Singaraja mewakili bagian barat, dan SMA Negeri 3 Singaraja

    mewakili bagian timur. Penulis menggunakan guru yang mengajar di kelas X dan

    siswa kelas X sebagai subjek. Pemilihan guru untuk setiap sekolah menggunakan

    sistem penyampelan acak (random sampling ). Setiap sekolah dipilih masing-

    masing satu guru yang mengajar di kelas X.

    Sementara itu, objek penelitian adalah implikatur dalam percakapan yang

    terjadi selama pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas. Sejalan dengan

    rumusan masalah, objek penelitian secara khusus adalah fungsi implikatur dan

     bentuk implikatur yang terjadi selama pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Penulis akan mencatat dan merekam ujaran yang ada selama proses

     percakapan antara guru dan siswa. Proses perekaman sendiri dilakukan tanpa

    harus menganggu pembelajaran ataupun merekayasa kondisi pembelajaran.

    Selanjutnya, penulis akan menganalisis bentuk dan fungsi dari ujaran-ujaran yang

    mengandung implikatur.

    Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: (1) metode

    observasi, dan (2) metode wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    14/21

    12

    metode observasi nonpartisipatif. Metode ini dipilih karena penulis ingin melihat

    situasi pembelajaran alami yang dilakukan oleh guru dan siswa tanpa ada

    intervensi dari penulis. Untuk mendapatkan situasi pembelajaran yang alami tentu

     peneliti harus mengambil jarak dengan subjek penelitian sehingga tercipta situasi

    yang diinginkan. Ketika melakukan observasi, penulis mencatat hal-hal spesifik

    atau hal yang luar biasa yang terjadi di dalam kelas selama pembelajaran

     berlangsung. Pencatatan ini dilakukan untuk melihat hal-hal yang tidak dapat

    direkam oleh alat perekam semisal kondisi kelas, situasi tutur, ekspresi pembicara,

    dan juga konteks pembicaraan yang berlangsung. Jadi data yang didapat dari

    metode ini adalah hal yang bersifat khusus dalam situasi pembelajaran.

    Metode observasi ini juga dibarengi dengan melakukan perekaman

    terhadap tuturan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran.

    Penggunaan teknik perekaman ini juga dilakukan untuk mencegah kelalaian

     penulis dalam mencatat percakapan yang terjadi. Selain itu, teknik ini juga

    membantu ketika analisis data dilakukan.

    Alat yang digunakan untuk mendokumentasikan ujaran-ujaran yang

     berlangsung adalah tape recorder standar yang biasa digunakan untuk merekam

    suara. Proses perekaman yang akan dilakukan tidak mengganggu pembelajaran

    ataupun tidak merekayasa kondisi pembelajaran agar penulis mendapatkan data

    yang diinginkan. Data yang dikumpulkan dari teknik perekaman ini adalah data

     percakapan yang terjadi selama pembelajaran. Data percakapan ini merupakan

    sumber data utama yang dianalisis oleh penulis untuk menemukan implikatur

    yang terjadi dalam percakapan guru dan siswa.

    Metode wawancara atau interviu pada dasarnya teknik pengumpulan data

    yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan

    keterangan pada peneliti (Djojosuroto dan Sumaryati, 2000:41). Metode ini

     penulis gunakan untuk mengetahui ada tidaknya unsur kesengajaan dalam setiap

    tuturan yang diucapkan baik oleh guru maupun siswa. Selain itu, penulis

    menggunakan metode wawancara ini untuk mengetahui tujuan pengungkapan

    tuturan itu yang sebenarnya. Setelah dilakukan observasi dan wawancara, peneliti

    menganalisis keseluruhan data berdasarkan pedoman yang digunakan dan

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    15/21

    13

    mengklasifikasikan data sesuai dengan masalah penelitian. Klasifikasi

    keseluruhan data ditulis dalam lembar penjaringan data. Selanjutnya data

    disajikan dan disimpulkan.

    3. Hasil dan Pembahasan

    Hasil penelitian ini mencakup dua hal (a) fungsi implikatur pada

     percakapan antara guru dan siswa, dan (b) bentuk implikatur antara guru dan

    siswa. Hal tersebut diuraikan di bawah ini.

    a. Fungsi Implikatur pada Percakapan antara Guru dan Siswa

    Sesuai dengan uraian di atas, data penelitian tentang implikatur pada

     percakapan antara guru dan siswa di kelas X di SMA Negeri se-Kota Singaraja

    menunjukkan adanya bermacam-macam fungsi implikatur yang dinyatakan guru

    terhadap siswa dan siswa terhadap guru. Fungsi implikatur yang dimaksud

    meliputi: asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. Fungsi-fungsi tersebut

    masing-masing terdiri dari fungsi khusus (mikro) bervariasi yang dinyatakan guru

    terhadap siswa dan siswa terhadap guru sesuai dengan kebutuhan komunikasi

    mereka dalam pembelajaran di kelas. Fungsi implikatur guru terhadap siswa dan

    fungsi implikatur siswa terhadap guru diuraikan di bawah ini.

    Fungsi Implikatur Guru terhadap Siswa 

    Fungsi implikatur makro yang dinyatakan guru terhadap siswa dapat

    dibedakan atas beberapa jenis, yaitu fungsi implikatur asertif, direktif, komisif,

    dan ekspresif. Jumlah kemunculannya dalam tuturan guru terhadap siswa

     bervariasi. Jika diurut dari jumlah terbesar sampai dengan terkecil, tampak bahwakemunculan fungsi implikatur direktif berjumlah 136 tuturan, yang meliputi:

    memerintah berjumlah 39 (16,53%), bertanya berjumlah 37 (15,68%), memancing

     berjumlah 30 tuturan (12,71%), meminta berjumlah 24 tuturan (10,17%),

    mempersilakan berjumlah 5 tuturan (2,12%), dan memberi nasihat sebanyak satu

    tuturan (0,42%).  Fungsi implikatur asertif berjumlah 60 tuturan, yang meliputi:

    menjelaskan berjumlah 23 tuturan (9,75%), menginformasikan berjumlah 12

    tuturan (5,08%), menerima berjumlah sembilan tuturan (3,81%), menolak

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    16/21

    14

     berjumlah sembilan tuturan (3,81%), dan mengajukan pendapat sebanyak tujuh

    tuturan (2,97%). Fungsi implikatur ekspresif berjumlah 37 tuturan, yang meliputi:

    memuji berjumlah 20 tuturan (8,47%), menyindir berjumlah sembilan tuturan

    (3,81%), memotivasi berjumlah enam tuturan (2,54%), mengecam sebanyak satu

    tuturan (0,42%), dan mengeluh sebanyak satu tuturan (0,42%). Fungsi implikatur

    komisif berjumlah dua tuturan, yang meliputi fungsi menjanjikan sebanyak dua

     buah (0,85%).

    Jumlah kemunculan fungsi implikatur mikro yang dinyatakan guru

    terhadap siswa juga tampak bervariasi. Jika diurut dari jumlah terbesar sampai

    dengan terkecil, tampak bahwa kemunculan fungsi implikatur memerintah

     berjumlah 39 tuturan (16,53%), bertanya berjumlah 37 tuturan (15,68%),

    memancing berjumlah 30 tuturan (12,71%), meminta berjumlah 24 tuturan

    (10,17%), menjelaskan berjumlah 23 tuturan (9,75%), memuji berjumlah 20

    tuturan (8,47%), menginformasikan 12 tuturan (5,08%), menerima sembilan

    tuturan (3,81%), menolak sembilan tuturan (3,81%), menyindir sembilan tuturan

    (3,81%), mengajukan pendapat tujuh tuturan (2,97%), memotivasi enam tuturan

    (2,54%), mempersilakan lima tuturan (2,12%), menjanjikan dua tuturan (0,85%),

    memberi nasihat satu tuturan (0,42%), mengecam satu tuturan (0,42%), dan

    mengeluh satu tuturan (0,42%).

    Berbagai fungsi implikatur yang ada dinyatakan guru terhadap siswa sesuai

    dengan kebutuhan komunikasinya dalam pembelajaran. Dalam hal ini, berbagai

    fungsi implikatur dinyatakan guru terhadap siswa terkait dengan upayanya

    membahas materi, mengendalikan kelas, dan sebaginya sehingga tujuan

     pembelajaran dapat tercapai.

    Fungsi Tuturan Berimplikatur Siswa terhadap Guru

    Fungsi implikatur makro yang dinyatakan siswa terhadap guru dapat

    dibedakan atas beberapa jenis, yaitu fungsi implikatur asertif, direktif, dan

    ekspresif. Jumlah kemunculannya dalam tuturan siswa terhadap guru bervariasi. 

    Jika diurut dari jumlah terbesar sampai dengan terkecil, tampak bahwa

    kemunculan fungsi implikatur asertif berjumlah 37 tuturan, yang meliputi:

    menjelaskan berjumlah 2 tuturan (3,28%), mengajukan pendapat berjumlah 10

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    17/21

    15

    tuturan (16,39%), menginformasikan berjumlah 14 tuturan (22,95%), menerima

     berjumlah tiga tuturan (4,92%), dan menolak berjumlah delapan tuturan (13,11%).

    Fungsi implikatur direktif berjumlah 23 tuturan, yang meliputi: bertanya

     berjumlah 16 tuturan (26,23%) dan meminta berjumlah tujuh tuturan (11,48%). 

    Fungsi implikatur ekspresif berjumlah satu tuturan, yang meliputi fungsi

    keheranan sebanyak satu buah (1,64%).

    Jumlah kemunculan fungsi implikatur mikro yang dinyatakan siswa

    terhadap guru juga tampak bervariasi. Jika diurut dari jumlah terbesar sampai

    dengan terkecil, tampak bahwa kemunculan fungsi implikatur bertanya berjumlah

    16 tuturan (26,23%), menginformasikan berjumlah 14 tuturan (22,95%),

    mengajukan pendapat berjumlah sepuluh tuturan (16,39%), menolak berjumlah

    delapan tuturan (13,11%), meminta berjumlah tujuh tuturan (11,48%), menerima

     berjumlah tiga tuturan (4,92%), menjelaskan 2 tuturan (3,28%), dan keheranan

     berjumlah satu tuturan (1,64%).

    Berbagai fungsi implikatur yang ada dinyatakan siswa terhadap guru

    sesuai dengan kebututuhan komunikasinya dalam pembelajaran. Dalam hal ini,

     berbagai fungsi implikatur dinyatakan siswa terhadap guru terkait dengan

    upayanya merespons tuturan guru, menarik perhatian, membahas materi pelajaran,

    dan sebagainya agar suasana di dalam kelas tetap nyaman dan menyenangkan.

    b. Bentuk Implikatur pada Percakapan antara Guru dan Siswa

    Implikatur adalah maksud yang tersirat di dalam tuturan. Hal itu berarti

     pula bahwa implikatur dinyatakan dengan tuturan. Tuturan yang digunakan untuk

    menyatakan implikatur disebut bentuk implikatur. Dalam suatu percakapan,

    implikatur dapat dinyatakan penutur terhadap mitra tutur dengan bentuk berupatuturan bermodus deklaratif, interogatif, dan imperatif langsung atau tidak langsung.

    Tuturan bermodus deklaratif adalah tuturan yang secara konvensional (pada

    umumnya) digunakan untuk menyampaikan informasi. Tuturan interogatif adalah

    tuturan yang secara konvensional digunakan untuk bertanya, dan tuturan imperatif

    adalah tuturan yang secara umum digunakan untuk memerintah.

    Tuturan bermodus deklatif langsung adalah tuturan yang bermakna literal

    yang digunakan untuk menyampaikan informasi dan tuturan bermodus deklatif

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    18/21

    16

    tidak langsung adalah tuturan yang bermakna tidak literal yang tidak digunakan

    untuk menyampaikan informasi. Tuturan interogatif langsung adalah tuturan

     bermakna literal yang digunakan untuk bertanya dan tuturan interogatif tidak

    langsung adalah tuturan bermakna tidak literal yang tidak digunakan digunakan

    untuk bertanya. Tuturan imperatif langsung adalah tuturan bermakna literal yang

    digunakan untuk memerintah. Tuturan imperatif langsung adalah tuturan

     bermakna tidak literal yang tidak digunakan untuk memerintah. Sesuai dengan

    fungsi implikatur yang dinyatakannya, bentuk implikatur penutur yang

    disampaikan kepada mitra tutur menggunakan pilihan kata tertentu yang dapat

    menunjukkan adanya penerapan prinsip kerja sama dengan atau tidak disertai

     penggunaan bahasa yang halus atau sopan.

    Sejalan dengan uraian tersebut, bentuk implikatur dalam percakapan antara guru

    dan siswa dibedakan atas dua bagian, yaitu: (1) bentuk implikatur guru terhadap

    siswa, dan (2) bentuk implikatur siswa terhadap guru. Sesuai dengan fungsi yang

    dinyatakannya, bentuk implikatur guru terhadap siswa dan bentuk implikatur

    siswa terhadap guru tersebut menggunakan pilihan bahasa yang menunjukkan

    adanya penerapan prinsip kerja sama yaitu pemilihan dan penggunaan kata-kata

    yang lugas dan mudah dimengerti oleh lawan tutur. Selain itu, bentuk implikatur

    itu juga menggunakan pilihan bahasa yang terkesan halus dan sopan untuk

    menjaga hubungan harmonis antara guru dan siswa tetap terjalin. 

    c. Pembahasan

    Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, hasil penelitian ini

    menunjukkan fungsi implikatur yang dinyatakan guru terhadap siswa dalam

     pembelajaran di dalam kelas adalah fungsi asertif, fungsi direktif, fungsi komisif,dan fungsi ekspresif. Fungsi implikatur yang dinyatakan siswa terhadap guru

    dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah fungsi asertif, fungsi direktif, dan

    fungsi ekspresif.

    Temuan penelitian sebagaimana diurakan di atas, memperlihatkan bahwa

    fungsi implikatur guru dan siswa pada umumnya berupa implikasi bermakna

    langsung yang disertai implikasi makna tidak langsung. Adanya fungsi implikatur

    tersebut menunjukkan bahwa guru dan siswa cenderung menyatakan maksud

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    19/21

    17

     berdasarkan pemahaman bersama terhadap konteks pembicaraan. Hal ini sejalan

    dengan yang dikatakan Purwo (1990:20) bahwa implikatur yang dinyatakan

    melalui tuturan pada percakapan didasari oleh kesepakatan atau pemahaman

     bersama yang tidak tertulis antara penutur dan mitra tutur.

    Selanjutnya, fungsi implikatur guru yang paling dominan muncul dalam

     pembelajaran di kelas berupa fungsi direktif yang meliputi memerintah, bertanya,

    memancing, dan meminta, diikuti oleh fungsi asertif yang meliputi, menjelaskan,

    dan menginformasikan, serta fungsi ekspresif memuji. Kemudian dalam tuturan

    siswa, yang paling dominan berupa fungsi implikatur direktif yang meliputi

     bertanya; dan fungsi asertif yang meliputi, menginformasikan, dan mengajukan

     pendapat. Keberadaan fungsi direktif dan asertif yang lebih dominan dalam

    tuturan guru dan siswa menunjukkan bahwa dalam dalam pembelajaran, fungsi

    direktif dan asertif yang paling umum digunakan oleh guru dan siswa. Hal ini

    sesuai dengan yang dikatakan oleh Holmes (2001)(dalam Arifin,2008:13), bahwa

    tindak tutur direktif dan asertif merupakan tindak tuturan yang rutin digunakan

    dalam percakapan di kelas dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

    Hasil penelitian ini juga menunjukkan bentuk implikatur yang digunakan

    guru dan siswa dalam percakapan selama pembelajaran bahasa Indonesia di kelas

    X di SMA Negeri se-Kota Singaraja diwujudkan dalam implikatur bermodus

    deklaratif, imperatif, dan interogatif.

    Berbagai bentuk implikatur guru dan siswa yang dinyatakan dengan tuturan

    dalam berbagai modus tersebut pada umumnya menggunakan pilihan bahasa yang

    lugas dan langsung, dan terkesan halus. Dengan menggunakan tuturan dengan plihan

    kata seperti itu, bentuk implikatur guru dan siswa menunjukkan adanya penggunaan

     prinsip kerja sama dan terkesan santun.

    4. Penutup

    Berdasarkan masalah yang yang diajukan, hasil kajian terhadap implikatur

    dalam percakapan antara guru dan siswa selama pembelajaran bahasa Indonesia di

    kelas X di SMA Negeri se-Kota Singaraja sebagai berikut. Berbagai fungsi

    implikatur tersebut pada umumnya merupakan implikasi makna langsung atau

    implikasi makna sebenarnya yang cenderung disertai implikasi makna tidak langsung.

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    20/21

    18

    Temuan penelitian, memperlihatkan bahwa fungsi implikatur guru dan siswa pada

    umumnya berupa implikasi bermakna langsung yang disertai implikasi makna

    tidak langsung. Adanya fungsi implikatur tersebut menunjukkan bahwa guru dan

    siswa cenderung menyatakan maksud berdasarkan pemahaman bersama terhadap

    konteks pembicaraan.

    Bentuk implikatur yang digunakan guru dan siswa dalam percakapan

    selama pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X di SMA Negeri se-Kota

    Singaraja diwujudkan dalam implikatur bermodus deklaratif, imperatif, dan

    interogatif. Berbagai bentuk implikatur guru dan siswa yang dinyatakan dengan

    tuturan dalam berbagai modus tersebut pada umumnya menggunakan pilihan bahasa

    yang lugas dan langsung, dan terkesan halus. Dengan menggunakan tuturan dengan

     plihan kata seperti itu, bentuk implikatur guru dan siswa menunjukkan adanya

     penggunaan prinsip kerja sama dan terkesan santun. Sesuai dengan hasil penelitian

    ini disarankan kepada sekolah, pendidik, calon pendidik, dan siswa untuk

    menyeimbangkan proses komunikasi dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan

    kurikulum.

    5. Daftar Pustaka

    Arifin. 2008. Penggunaan Tindak Tutur dalam Percakapan Kelas.  Disertasi

    (tidak diterbitkan). Malang: Universitas Negeri Malang.

    Bach, Kent dan Robert M. Harnish. 1979.  Linguistic Communication and Speech

     Acts. London: The MIT Press.

    Cummings, Louise (Ed). 2007.  Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner.

    Terjemahan Abdul Syukur Ibrahim.  Pragmatics, A Multydiscplinary

     Perspective. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Daimun. 2008. Implikatur Percakapan Berbahasa Indonesia Siswa Sekolah Dasar

    Laboratorium UM.  Disertasi (tidak diterbitkan). Program Pascasarjana,

    Universitas Negeri Malang.

    Djojosuroto, Kinayati. 2000.  Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Bahasa & Sastra.

    Jakarta: Nuansa.

    Grice, H, P. 1975.  Logic and Conversation. Dalam Martinich, A, P. (Ed). 2001.

    The Philosophy of Language. New York: Oxford University Press.

  • 8/19/2019 i Putu Oka Suardana (Implikatur Dalam Percakapan Antara Guru Dan Siswa Selama Pembelajaran Di Kelas x Di S…

    21/21

    19

    Leech, Geoffrey (Ed). 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik . Terjemahan M.D.D. Oka.

    The Principles of Pragmatics. 1983. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

    Purwo, Bambang Kaswanti (Ed). 1990.  PELLBA 3: Pertemuan Linguistik

     Lembaga Bahasa Triatma Jaya. Yogyakarta: Kanisius.

    Richard, Jack C. 1995. Tentang Percakapan. Terjemahan Ismari. Surabaya:

    Airlangga University Press.

    Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Sudiana, I Nyoman. 2006.  Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.

    Surabaya: Media Ilmu.

    Sumarsono. 2007.  Buku Ajar Pragmatik. Modul. Singaraja: Universitas

    Pendidikan Ganesha

    Sutari, dkk. 1997. Menyimak . Jakarta: Depdikbud.

    Tarigan, Henry Guntur. 1983.  Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa.

    Bandung: Angkasa.

    Thomas, Jenny. 1995.  Meaning in Interaction: An Intoduction to Pragmatict.

    Longman: London and New York.

    Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

    Yule, George (Ed). 2006.  Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni.

     Pragmatics. 1996. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.