bab ii tinjauan pustaka - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1124/7/07660056 bab...
TRANSCRIPT
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Obyek: Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur
Secara garis besar, Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur dapat
diartikan sebagai bangunan yang mempunyai fungsi sebagai gedung atau tempat
segala macam kegiatan yang terkait dengan arsitektur, mulai dari kegiatan sosial
dan pendidikan yang dikemas secara apresiatif, edukatif, komunikatif dan
rekreatif. Dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur
membantu memberikan sebuah solusi baik bagi kalangan akademis, praktisi, dan
masyarakat. Berikut ini adalah definisi mengenai Pusat Kegiatan dan
Dokumentasi Arsitektur:
2.1.1 Kajian Non-Arsitektural
Pusat Kegiatan adalah titik tengah atau tempat yang letaknya di bagian tengah.
Dalam arti lain pusat sendiri bukan hanya sebatas tempat yang diposisikan,
melainkan sebagai pokok pangkal atau pumpunan dari beberapa urusan, hal,
kegiatan dll. Makna Dokumentasi sendiri adalah berasal dari bahasa latin yaitu
docere, yang berarti mengajar. Pengertian dari kata dokumen ini seringkali
digunakan para ahli dalam dua pengertian sebagai berikut:
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
8
1. Berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada
kesaksian lisan, artefak, peninggaalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-
petilasan arkeologis.
2. Diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat
perjanjian, undang-undang, hibah, konsensi, dan lainnya. Lebih lanjut,
Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya
yang lebih luas lagi berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas
jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau
arkeologis.
Sedangkan arsitektur sendiri adalah seni dan ilmu dalam merancang
bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan
membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu
perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level
mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga
merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. (http://id.wikipedia.org
diakses pada tanggal 24 September 2012).
2.1.2 Kajian Arsitektural
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur merupakan fasilitas publik yang
sifatnya kompleks dan dengan fungsi utama yang dapat mewadahi kegiatan
arsitektur yang meliputi: auditorium, wokshop, library, studio, dan art space.
Sedangkan fungsi skundernya meliputi: gallery, exhibition, dan bamboo garden.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
9
A. Auditorium
Auditorium merupakan fasilitas utama dalam perancangan Pusat Kegiatan
dan Dokumentasi Arsitektur, karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak
mengenai pertemuan-pertemuan. Baik pertemuan sesama akademisi maupun
praktisi. Selain itu fungsi auditorium dalam Pusat Kegiatan dan Dokumentasi
Arsitektur adalah tempat pelaksanaan seminar, bedah karya, dan talkshow terkait
dengan arsitektur. Pada auditorium terdapat beberapa ruang yang dibutuhkan
untuk mendungung kelengkapan fasilitas yang ada pada auditorium, antara lain
aula, ruang proyektor, dan ruang ganti. Dari ruang-ruang tersebut kemudian dikaji
sesuai dengan perhitungan kebutuhan luasan ruang untuk menghasilkan luasan
akhir yang dipakai menjadi standar dalam bangunan auditorium. Dari beberapa
ruang tersebut, dibedakan dalam zonasi dan pencapaiannya sesuai dengan sifat
dari masing-masing ruangan. berikut ini adalah gambaran mengenai zonasi pada
layout auditorium:
Gambar 2.1 Layout Auditorium(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 275)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
10
Dari gambar di atas, diperoleh standar gambaran umum zonasi ruang pada
auditorium. Lebih jauh lagi ruang-ruang pendukung auditorium antara lain dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a) Auditorium Utama
Auditorium utama merupakan fungsi pokok dalam kegiatan baik itu
pertemuan, kuliah tamu, talkshow, seminar dll. Adapun standar-standar yang
harus diperhatikan dalam merancang auditorium menurut Ernst Neufert (1996)
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Layout Auditorium
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 268)
Dari uraian gambar di atas, gambaran batas pendengaran sangatlah
diperhatikan karena luasan ruang yang lebar membuat audience semaksimal
mungkin dapat mendengar dari podium. Selain itu batas ketinggian mata juga
perlu diperhatikan karena terkait dengan pendengaran yang disebutkan di atas.
Batas ketinggian mata harus bisa menyeimbangkan dengan podium sehingga ada
titik temu. Untuk podium memiliki ketinggian 30cm dari dasar lantai. Sedangkan
jarak duduk antara audience memiliki jarak 90cm dan tinggi tangga 30cm,
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
11
sehingga titik temu dari podium sampai ke posisi audience paling tinggi tetap
memiliki titik pertemuan.
b) Ruang Proyektor
Ruang proyektor merupakan ruang kontrol apa yang ditampilkan pada layar
podium. Menurut Ernst Neufert (1996) ruang kontrol proyektor terdiri dari alat
proyeksi yang besar, proyektor film 16mm, proyektor gambar kecil, dan proyektor
kerja. Adapun standar perletakan dapat dijelaskan melalui gambar berikut:
Gambar 2.3 Posisi Proyektor atau Proyeksi
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 268)
Dari uraian gambar dapat diketahui standar tata letak proyektor atau proyeksi.
Standar-standar tersebut dapat di klasifikasikan kebutuhan ruangan proyektor
adalah 5,875 m2.
B. Workshop
Secara umum, workshop merupakan sarana penunjang yang ada pada Pusat
Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Fungsi workshop dalam perancangan Pusat
Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur sebagai ruang produksi atau pengaplikasian
desain atau hasil karya berupa pruduk skala kecil maupun besar. Skala besar
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
12
misalkan berupa instalasi atau pavilion yang nantinya hasil aplikasi juga
dipamerkan dalam galeri untuk diperjual belikan dan juga sebagai pembelajaran.
Pembagian ruang pada workshop 1 pembagian ruang antara lain adalah gudang
material dan ruang produksi.
a) Gudang Material
Gudang material merupakan tempat atau ruang penyimpanan material yang
dikhususkan pada bahan-bahan mentah seperti kayu dan bambu. Properti atau
produk yang sudah diaplikasikan pada wujud nyata. Di bawah ini dijelaskan
mengenai sistematika atau tata ruang yang menjadi acuan dalam menentukan
standar yang akan dipakai pada workshop adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4 Skema Ruang Pada Workshop
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 67)
Dari gambar di atas merupakan acuan untuk standar gudang material. Gudang
sebagai penyimpanan material antara lain material kayu dan bambu dan material
bangunan lainnya. Gambar di atas merupakan standar layout pabrik kayu, akan
tetapi standar ruang untuk gudang material pada workshop mengacu pada skema
ruang tersebut. Diketahui standar ruang gudang material adalah 750 m². dengan
pola pencapaian langsung dikarenakan pengguna tidak hanya pengelolah,
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
13
melainkan ada aktivitas transportasi pengangkut bahan-bahan material seperti
kayu bambu dll.
b) Ruang Produksi
Ruang produksi merupakan fasilitas utama pada workshop 1. Karena sebagai
tempat produksi atau tempat pembuatan dan pengaplikasian sebuah desain.
Standar ruang produksi juga mengacu pada skema ruang standar pabrik kayu.
Karena standar produksi dilengkapi dengan beberapa mesin dan perlengkapan alat
lainnya seperti mesin gergaji atau pemotong dan alas kerja. Untuk luasan standar
ruang produksi juga hamper sama dengan gudang material. Hanya saja ruang
produksi tingkat akoustiknya perlu diperhatikan karena adanya ruang mesin. Luas
standar yang diketahui adalah 350 m² beserta alat-alat ataupun mesin di dalamnya.
C. Library
Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah.
Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun
perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan
dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat
yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.
Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat
ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan
hakiki manusia.
Oleh karena itu perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai tempat
untuk mengakses informasi dalam format apapun, apakah informasi itu disimpan
dalam gedung perpustakaan tersebut atau tidak. Dalam perpustakaan modern ini
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
14
selain kumpulan buku tercetak, sebagian buku dan koleksinya ada dalam
perpustakaan digital ( dalam bentuk data yang bisa diakses lewat jaringan
computer ).
Perpustakaan dan bahan bacaan adalah dua kata yang saling bertautan.
Karena di perpustakaanlah bahan pustaka dikumpulkan, diproses, dan
disebarluaskan (didistribusikan) kepada para pembaca atau pemakai perpustakaan.
Adapun koleksi perpustakaan di negara kita sebagian besar berupa buku atau book
material dan masih jarang perpustakaan yang memiliki koleksi berupa non-book
material seperti film, kaset film strip, slides, piringan hitam, peta, globe, dan
sebagainya.
Dalam perkembangannya perpustakaan dirancang untuk menampung
kegiatan yang berhubungan dengan kelengkapan sarana membaca. Pola kegiatan
yang pada umumnya perlu dilakukan oleh ketiga unsur utama: perangkat lunak
dan keras bahan pustaka, para pengguna atau pembaca maupun kesatuan
karyawan yang mengelola perpustakaan dapat berbeda-beda tergantung pada
kebijakan organisasi. Walaupun mungkin terdapat pada dinding luar, sedapat
mungkin ruangan ditata sedemikian rupa sehingga tidak langsung terkena
pantulan sinar matahari, untuk menghindari kebisingan maka peletakan yang tidak
langsung di dekat jalan raya lalu lintas yang ramai akan lebih menguntungkan.
Ruangan kerja sebaiknya dilindungi dengan memasang layar pemantul
cahaya matahari langsung. Kebutuhan jenis area kerja disesuaikan dengan fungsi
yang berbeda. Baik ruang kerja perseorangan ataupun kelompok harus kedap
suara.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
15
Perpustakaan yang ada pada Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur ini
merupakan perpustakaan ilmu pengetahuan dalam bidang arsitektur. Kesatuan
ruang yang dapat dikembangkan dengan fleksibilitas atau dirancang dengan pola
yang tidak permanen. Misalnya dinding dirancang tidak memikul sehingga dapat
diubah-ubah sesuai kebutuhan yang timbul. Dari sini dikembangkan sistem
modular dengan konstruksi grid, sehingga tidak perlu dikhawatirkan bilamana
terdapat perbedaan pembebanan karena pemasangan rak menerus yang lebih
tinggi di atas plat lantai dengan kemampuan daya pikul tertentu.
Perluasan secara vertikal atau horizontal harus sudah diperhitungkan dalam
program perancangan gedung perpustakan. Dengan demikian maka penanganan
buku (lalu-lintas buku), dan arus para pengguna (lalu-lintas pengguna) tidak
saling bertabrakan dalam ruang pada permukaan lantai yang sama. Pengadaan
untuk perlengkapan transportasi dan energi (sirkulasi udara, pengaturan suhu dan
pencahayaan) lebih dahulu ditata secara teratur. Jalur pejalan kaki diusahakan
bebas dari persilangan. Lalu lintas dari para pegawai administrasi perpustakaan
dan jalur bagi para pengguna atau pembaca sebaiknya terpisah. Berikut
merupakan contoh penataan meja baca di dalam perpustakaan.
Gambar 2.5 Ruang Perpustakaan
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
16
Pencahayaan pada ruang kerja disesuaikan dalam rasio perbandingan 10:3:1
(buku-permukaan meja-latar belakang). Ruang tunggu 100-330 lux, gudang 150-
300 lux, kantor dan administrasi 250-500 lux, ruang-ruang baca serta ruang
catalog 300-850 lux. Pengaturan pencahayaan ntuk daerah kerja sebaiknya dapat
dicapai dan diatur secara individu, selain itu penghawaan juga menjadi hal penting
dalam perencanaan perpustakaan ini. Untuk ruang baca atau ruang dengan
pencapaian bebas: 20-220 c pada musim panas 200c, pada musim dingin 50-60%
rel. kelembapan udara 6-7 perputaran penggubahan udara/per jam. Gambar
berikut merupakan model penataan rak-rak buku.
Gambar 2.6 Ruang Perpustakaan
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
D. Studio
Dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur merupakan
salah satu bagian dari fungsi primer. Fungsi studio terbagi menjadi tiga bagian
yaitu dapat dijabarkan sebagai berikut:
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
17
1. Architectural Studio
Dalam studio arsitektur, fasilitas di dalamnya terdapat meja gambar sebagai
media pembelajaran dan kegiatan menggambar bagi mahasiswa arsitektur. Berikut
gambaran mengenai standar yang dipakai adalah sebagai berikut:
Gambar 2.7 Skema Ruang Pada Workshop
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 21)
Selain meja gambar, studio arsitektur juga dikengkapi dengan Laboratorium
Komputer sebagai media pelatihan berbagai macam kegiatan yang berkaitan
dengan komputer dan multimedia. Berikut gambaran mengenai standar meja
komputer yang dipakai.
Gambar 2.8 Meja Komputer
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data 1996 : 21)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
18
Dari standar gambaran di atas, meja computer berlaku juga bagi studio fotografi
dan studio desain grafis. Hanya saja tergantung dengan jumlah yang dibutuhkan
pada studio foto dan studio desain.
2. Photography Studio
Studio foto merupakan fasilitas atau media pembelajaran mengenai
dokumentasi berupa foto. Di dalam studio foto ada beberapa perlengkapan yang
harus dipenuhi antara lain sebagai berikut:
a. Cable Release
b. Electronic Flash Head
c. Kabel Sinkronisasi
d. Tiger dan receiver
e. Alat pengukur cahaya (flash meter atau light meter)
f. Alat pengukur suhu warna (color meter)
g. Standar reflector
h. Reflector
i. Payung Studio
j. Soft Box
k. Octo Dome
l. Snoot
m. Background atau layar studio & stand.
Penjelasan di atas merupakan acuan untuk mendapat standar luasan untuk
studio foto pada perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur.
Berikut gambaran mengenai interior studio foto.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
19
Gambar 2.9 Interior Studio Foto
(Sumber: http://ruangstudio.blogspot.com)
3. Graphic Design studio
Studio desain grafis merupakan merupakan studio yang difokuskan sebagai
media pembelajaran dan penunjang kegiatan arsitektur. Bentuk kegiatannya
berupa pelatihan multimedia sebagai bekal untuk pembelajaran mengenai sistem
penyajian dalam arsitektur seperti penyajian presentasi berupa poster dan animasi.
Lebih jauh lagi kebutuhan akan ruang studio desain ini hanya difasilitasi dengan
adanya perangkat komputer.
E. Gallery
Dalam Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur ruang utama yang
dibutuhkan adalah dengan adanya gallery. Ruang ini digunakan untuk
memamerkan dan mengoleksi karya-karya arsitektur berupa maket dan poster.
Selain itu pengertian lain dari galeri adalah ruang atau gedung tempat
memamerkan benda atau karya seni. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:32)
Galeri atau gallery berasal dari kata latin, diartikan sebagai ruang beratap
dengan satu sisi terbuka. Di Indonesia gallery diartikan sebagai ruang atau
bangunan tersendiri yang dipakai untuk memamerkan karya seni, seperti lukisan,
barang antik, patung-patung dll. (Encyclopedia Nasional Indonesia, 1989:23).
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
20
Adanya kaitan yang erat antara museum, gallery, artshop terutama dari segi
pameran karya seninya. Standar ruang atau bangunan dan suasana yang ingin
dicapai memiliki persamaan. Sedangkan perbedaannya, museum hasil karya seni
“tidak bisa dibeli” sedangkan pada galeri “bisa dibeli” serta hasil karyanya lebih
ditunjukan untuk seni itu sendiri.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik sebuah pengertian bahwa
galeri adalah tempat atau ruang yang digunakan sebagai memamerkan karya
dalam bentuk dan penataan secara estetis. Galeri bukan saja digunakan sebagai
pusat hiburan, melainkan sebagai pengembang wawasan dan edukasi setiap
pengunjung. Gallery dibagi menjadi beberapa bagian antara lain sebagai berikut:
4. Architectural Gallery
Merupakan galeri yang dikhususkan untuk memamerkan hasil karya
arsitektural yang berbentuk poster, maket, dan property.
5. Photography Gallery
Merupakan galeri yang dikhususkan untuk memamerkan hasil karya berupa
foto.
3. Graphic design Gallery
Merupakan galeri yang dikhususkan untuk memamerkan hasil karya berupa
poster.
4. Memorial Gallery
Merupakan galeri yang dikhususkan berupa instalasi video. Memorial video
dibentuk karena Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur merupakan sarana
pembelajaran yang sifatnya edukatif dan rekreatif. Sifat rekreatif ditunjukkan
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
21
dengan adanya ruang memorial yang mana tujuannya agar pengunjung dapat
mengenang, merasakan bagaimana nilai-nilai lokalitas arsitekturnya perlu
dikembangkan lagi.
5. Culture Gallery
Merupakan galeri yang dikhususkan untuk penyimpanan atau dokumentasi
yang berkaitan dengan keragaman budaya arsitektur yang ada di Indonesia.
Penyimpanan dan dokumentasi berupa foto, poster, dan miniatur rumah adat yang
ada di Indonesia.
F. Exhibition
Pengertian exhibition menurut kamus Oxford Learner’s Pocket yakni:
· Exhibition is public show of pictures
· Exhibition is act of showing a skill, a feeling or kind of behavior
Exhibition atau pameran juga diartikan suatu kegiatan penyajian karya seni
rupa untuk dikomunikasikan, sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas.
Dalam prakteknya, pameran biasanya terjadi dalam museum, galeri dan ruang
pameran, dan pameran dunia. Pameran meliputi apapun seperti di museum seni
utama dan galeri seni kecil; pameran interpretatif, seperti di museum sejarah alam
dan museum sejarah, dan pameran komersial, atau pameran perdagangan.
Pameran juga dapat menampilkan suatu kegiatan permanen atau sementara, tetapi
dalam penggunaan umum, pameran dianggap bersifat sementara dan biasanya
dijadwalkan untuk membuka dan menutup pada tanggal tertentu. Sementara
banyak pameran ditampilkan hanya dalam satu tempat, beberapa pameran yang
ditampilkan di berbagai lokasi. Pameran merupakan peristiwa- peristiwa umum,
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
22
konsep pameran cukup luas dan meliputi banyak variabel. Arsitek, desainer
pameran, desainer grafis dan desainer lainnya mungkin diperlukan untuk
membentuk ruang pameran dan memberi bentuk kepada isi editorial.
(http//wikipedia.org/wiki/Pameran, diakses 21 november 2012).
Pameran pada dasarnya memilki banyak jenis sesuai dengan tema yang akan
dipertunjukkan, mulai dari pameran bertema seni, sains, atau pameran yang
komersil yang merupakan bentuk dalam usaha jasa pertemuan penjual dan
pembeli. Secara sifatnya pameran memilki beberapa jenis, akan tetapi dalam
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur jenis pameran yang diterapkan adalah
pameran temporer.
Pameran Temporer (Temporary Exhibition) Pameran tunggal atau pameran
bersama yang menyajikan karya-karya seni rupa dalam jangka waktu tertentu
yang diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia atau kerjasama dengan
pihak lain. Waktu penyelenggaraan Pameran Temporer berlangsung minimal
selama 10 hari, maksimal berlangsung selama 30 hari.
Pameran seni mencakup sebuah hasil karya berupa bentuk seperti lukisan,
gambar, kerajinan, patung, instalasi video, instalasi suara, pertunjukan, seni
interaktif, dan lain-lain. Pameran Seni dapat fokus pada satu seniman, satu
kelompok, satu genre, satu tema atau satu koleksi, yang menunjukkan suatu hasil
karya seni.
Pameran arsitektur berisi tentang media atau objek yang dipamerkan
sehubungan dengan bidang arsitektur. Media-media yang dimuat dalam pameran
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
23
arsitektur berupa poster, foto, miniatur atau maket, dan properti. Berikut salah
satu contoh interior Exhibition at Museum of Finnish Architecture.
Gambar 2.10 Interior Exhibition
(Sumber: http://www.richarddavies.co.uk/woodenchurches/exhibitions.html)
Menurut Ernst dan Peter Neufert dalam buku data arsitek ruang pameran
untuk karya seni dan ilmu pengetahuan umum, dan ruang-ruang itu haruslah:
1. Terlindung dari gangguan, pencurian, kelembapan, kering dan debu.
2. Mendapatkan cahaya yang terang, merupakan bagian dari pameran yang baik.
· Dalam ruangan lukisan ( tembaga, gambar tangan dan lain-lain ). Map
disimpan dalam lemari yang dalamnya 80cm tingginya 60cm.
· Sesuatu yang khusus untuk publik ( lukisan-lukisan minyak, lukisan
dinding pameran yang berubah-ubah).
Suatu pameran yang baik seharusnya dapat dilihat publik tanpa rasa lelah,
penyusunan ruang dibatasi dengan bentuk ruangan. Penyusunan setiap kelompok
lukisan yang berada dalam satu dinding menyebabkan ruang menjadi lebih kecil.
Bagian dinding dalam perbandingan bidang dasar sebagai ukuran besar
merupakan hal penting terutama untuk lukisan-lukisan karena besarnya ruang
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
24
tergantung dari besarnya lukisan. Sudut pandang normal adalah 540 atau 270
terdapat pada sisi bagian dinding lukisan yang diberikan cahaya yang cukup 10m=
4,9m di atas mata kira-kira 70cm.
Ruang exhibition harus memiliki pencahayaan yang baik. Tempat untuk
menggantung lukisan yang baik adalah 300 dan 600 pada ketinggian ruangan 6,7m
dan 2,13m untuk lukisan yang panjangnya 3,o4m sampai 3,65m. Pada instalasi
gabungan tidak ada lorong memutar melainkan jalan masuk dari bagian samping.
Terdapat bagian untuk pengepakkan, pengiriman barang dan administrasi, seperti
yang terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.11 Exhibition Room
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Gambar di atas menunjukkan mengenai pencahayaan di dalam ruang
pamer untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung. Selain itu Lukisan
yang kecil tergantung pada titik beban. Kebutuhan tempat lukisan 3-5 m2 untuk
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
25
tempat hiasan gantung. Kebutuhan tempat material lukisan yakni 6-10 m2 pada
bidang dasar. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini mengenai jarak
pandang di dalam ruang:
Gambar 2.12 Exhibition Room
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
G. Bamboo Garden
Bamboo Garden merupakan salah satu fasilitas yang ada dalam Pusat
Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Bamboo Garden merupakan terjemahan
fungsi-fungsi edukatif.
Pengertian dari taman sendiri adalah menyusun, menata berbagai macam tanaman
dengan menggunakan berbagai macam media tanam serta elemen-elemen
tambahan dan juga wadah yang digunakan agar terlihat keindahannya,
kenyamanannya dan kesejukannya. Dalam perancangan Pusat Kegiatan dan
Dokumentasi Arsitektur ini penggunaan taman lebih dispesifikkan terhadap
penanaman bambu, perawatan dan juga maanfaat penggunaan bambu yang dapat
diaplikasikan kedalam elemen-elemen arsitektural. Dengan alasan bambu saat ini
hampir punah dan perlu adanya pembudidayaan agar bambu di Indonesia tetap
ada.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
26
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang mempunyai batang
berongga dan beruas-ruas, banyak sekali jenisnya dan banyak juga memberikan
manfaat pada manusia. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Bambu
merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena
memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh
sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan
klimatologi tempat bambu ditanam.
Bambu merupakan sumber bahan bangunan yang dapat diperbaharui dan
banyak tersedia di Indonesia. Dari sekitar 1.250 jenis bambu di dunia, 140 jenis
atau 11% nya adalah spesies asli Indonesia. Orang Indonesia sudah lama
memanfaatkan bambu untuk bangunan rumah, perabotan, alat pertanian,
kerajinan, alat musik, dan makanan. Namun, bambu belum menjadi prioritas
pengembangan dan masih dilihat sebagai "bahan milik kaum miskin yang cepat
rusak". Pemanfaatan bambu harus didukung oleh upaya reboisasi dan pengelolaan
yang ramah lingkungan.
Dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur berupaya
menjaga ketersediaan bambu, tidak hanya untuk kebutuhan produksi, akan tetapi
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan kualitas lingkungan. Bambu
menghasilkan biomassa tujuh kali lipat dibanding hutan pepohonan. Selain itu
rumpun bambu berperan dalam mencegah erosi karena dapat memperkuat ikatan
partikel dan menahan pengikisan tanah. Berikut jenis-jenis bambu yang
ditemukan dijawa yang kemudian dibudidayakan dalam Pusat Kegiatan dan
Dokumentasi Arsitektur.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
27
1. Bambu petung atau betung (Dendrocalamus asper). Bambu ini tumbuh subur
di hampri semua pulau besar di Indonesia. Memiliki dinding yang tebal dan
kokoh serta diameter yang dapat mencapai lebih dari 20 cm. Dapat tumbuh
hingga lebih 25 meter. Bambu petung banyak digunakan untuk tiang atau
penyangga bangunan. Juga sering di belah untuk keperluan reng atau usuk
bangunan. Bambu petung yang paling umum ada dua jenis yakni dan petung
hitam seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2.13 Bambu Petung atau Dendrocalamus asper
(Sumber: http://www.sahabatbambu.com)
2. Bambu hitam atau bambu wulung (Gigantochloa atroviolacea). Banyak
tumbuh di jawa dan sumatra. Jenis bambu ini dapat mencapai diameter
hingga 14 cm dan tinggi lebih dari 20 meter. Banyak digunakan sebagai
bahan bangunan dan perabot bambu karena relatif lebih tahan terhadap hama.
Gambar 2.14 Bambu Wulung atau Gigantochloa atroviolacea
(Sumber: http://www.sahabatbambu.com)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
28
3. Bambu apus atau tali (Gigantochloa apus). Jenis ini banyak digunakan
sebagai komponen atap dan dinding pada bangunan. Diameter antara 4-10
cm. Juga sangat cocok untuk mebel dan kerajinan tangan.
Gambar 2.15 Bambu apus atau Gigantochloa apus
(Sumber: http://www.sahabatbambu.com)
Karenanya, pemanfaatan bambu harus diintegrasikan dengan upaya
pelestarian agar bambu tetap tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang
baik. Dengan pengelolaan bambu yang meliputi pembudidayaan, pengelolaan
rumpun, dan pengembangan produk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Selain itu dalam bamboo garden sendiri terdapat ruang kelas atau kuliah sebagai
media pembelajaran, penelitian dan juga pengaplikasian. Berikut gambaran
standar mengenai ruang kelas.
Gambar 2.16 Ruang Kelas atau Kuliah
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
29
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur ini selain mewadahi fungsi
primer sebagai wadah kegiatan arsitektur terdapat fungsi penunjang yang akan
diwadahi sebagai area untuk menambah ilmu dan wawasan dunia arsitektur.
Ruang-ruangnya meliputi:
H. Food Court
Food Court merupakan salah satu fasilitas penunjang yang ada pada Pusat
Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Untuk dapat makan dengan nyaman,
seseorang membutuhkan meja dengan lebar rata-rata 60 cm dan ketinggian 40 cm.
Lebar keseluruhan untuk sebuah meja yang ideal adalah 80-85 cm. Jarak antara
meja dengan diniding kurang lebih 75 cm, karena satu kursi membutuhkan 50 cm
ruang gerak, pengaturan ruangan antara meja dan dinding sebagai area untuk
sirkulasi 100cm. berikut gambaran mengenai food court.
Gambar 2.17 Interior Food Court
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Gambaran di atas merupakan gambaran interior food court dengan pola
pengaturan tempat duduk melingkar baik itu tepat duduk dengan kapasitas banyak
maupun hanya dengan kapasitas 2-4 orang. Berikut standar penerapan pola tempat
duduk yang nantinya akan diterapkan pada rancangan Pusat Kegiatan dan
Dokumentasi Arsitektur.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
30
Gambar 2.18 Food Court
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Gambaran di atas merupakan gambaran mengenai standar tempat duduk pada
food court Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Selain gambaran standar
gambaran pola tempat duduk, yang perlu diperhatikan lagi jarak anatara tempat
duduk dan sirkulasi pejalan kaki agar nantinya pengunjung tidak saling
bertabrakan atau berdesakan. Berikut gambaran mengenai standar sirkulasi
berdasarkan besaran modul meja dan penggunanya.
Gambar 2.19 Food Court
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
31
Media utama sebuah tempat makan adalah ruang duduk. Jumlah meja atau kursi
sebaiknya dikelompokan secara teratur. Bentukan dan ukuran meja-meja dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Ketinggian lampu di ruang pengunjung adalah 5
m2= 2,50 m, lebih dari 50 m2 = 2,75 m, lebih dari 100 m2 = 3,00 m di atas atau di
bawah balkon 2,50 m.
I. Administrasi dan Pengelola
Dalam perancangan Ruang Administrasi dan Pengelola perlu adanya tata
ruang yang baik agar hubungan organisasi perkantoran dan konsepsi ruangan
dapat selaras. Luas bidang tempat kerja berlandaskan peraturan ketenagakerjaan.
Ruang kerja minimum 8 m2 luas lantai, ruang gerak bebas masing-masing
karyawan minimum 1,5 m2 atau lebar 1 m. Ruang udara minimum 12 m3 pada
aktivitas yang dilakukan sambil duduk, minimum 15 m3. Kedalaman ruangan
tergantung pada luas ruangan. Kedalaman rata-rata ruang kantor 4,50-6,00 m.
Berikut merupakan gambaran standar dari ruang kantor:
Gambar 2.20 Administrasi dan Pengelola
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
32
Gambaran di atas merupakan standar pola penataan meja pada Pusat
Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur nantinya. Selain itu gambaran di atas juga
menjelaskan gambaran standar kenyamanan bagi pengguna. Dengan ketinggian
meja yang dianjurkan kurang lebih 75 cm. lebih jauh dalam ruang administrasi
dan pengelola yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan sebuah lemari
penyimpanan barang maupun dokumen-dokumen. Berikut standar gambaran
mengenai kebutuhan lemari penyimpanan pada ruang administrasi dan pengelola.
Gambar 2.21 Administrasi dan Pengelola
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
J. Gudang
Kebutuhan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi tak luput dari kebutuhan adanya
gudang. Ruang ini berfungsi untuk tempat penyimpanan perlengkapan, baik
perlengkapan untuk pameran dan alat-alat lain yang dibutuhkan dalam sebuah
ruang pamer atau exhibition. Di bawah ini dijelaskan mengenai sistematika
pembagian gudang (pergudangan), yaitu pembagian sistem pergudangan yang
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
33
menjadi acuan dalam menentukan standar yang akan dipakai dalam Pusat
Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah sebagai berikut:
Gambar 2.22 Gudang
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Dari gambaran di atas, Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur
menggunakan sistem gudang statis, karena pergudangan pada gallery lebih terarah
pada sistem pergudangan yang melayani penyimpanan barang-barang untuk
pameran atau exhibition saja, tidak melayani pergudangan secara sentral ke
bangunan pendukung lain selain gallery. Setelah ditetapkan sistem pergudangan
yang dipakai, maka kajian selanjutnya adalah mengenai bagian-bagian dalam
ruangan yang dipakai sebagai standar perancangan. Di bawah ini adalah gambar
standar pemakaian perabot gudang yang dipakai serta dimensinya:
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
34
Gambar 2.23 Standar dimensi gudang
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Dari gambar di atas diperoleh standar untuk dimensi gudang. Tinggi maksimal rak
atau lemari penyimpanan adalah 3m. sedangkan lebar tiap rak 2,7m dan lebar 3m.
K. Masjid
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur merupakan bangunan dengan
banyak fungsi dan kompleks massa sebagai pusat kegiatan dan pembelajaran bagi
kalangan akademis, instansi, dan masyarakat. Tak hanya itu, kebutuhan Pusat
Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur tak lengkap jika tanpa adanya sarana ibadah
untuk pengunjung yaitu masjid. Pembagian ruangan pada masjid merupakan
ruang yang pada umumnya digunakan pada masjid, antara lain area sholat,
serambi, ruang pengelola, gudang, dan toilet. Selanjutnya akan dijelaskan
mengenai standar ruang-ruang yang ada pada masjid yang diperhitungkan dari
perabot dan kapasitas pengguna.
a. Ruang sholat
Ruang sholat arahnya mengikuti suatu ruang yang lebih kecil untuk satu
orang yang berukuran 0,85 m2. Ruang itu merupakan ruang persegi panjang yang
arahnya berkiblat ke Makkah. Tempat sujud (mihrab) berada di dekat ruang
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
35
keluar, di samping mimbar yang biasa digunakan untuk sholat jumat. Dan tempat
sholat antara laki-laki dan perempuan dipisah (Ernst dan Peter Neufert, 2002:
249). Berikut ini adalah standar zonasi masjid:
Gambar 2.24 Standar Zonasi Masjid(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Dari gambar di atas dapat dilihat standar zonasi ruang-ruang masjid,
sementara standar untuk luasan masjid akan diperhitungkan dari banyaknya
pengguna yang ada pada masjid serta beberapa perabot yang dibunakan seperti
mimbar.
Perhitungan luasan ruang sholat adalah dengan menggunakan perhitungan
jumlah orang yang sholat dikalikan dengan standar dimensi per orang yaitu 0,85
m2. Standar tersebut diperoleh dari gambar berikut:
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
36
Gambar 2.25 Standar Dimensi Orang Sholat(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Dari gambar tersebut diperoleh standar seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Jumlah pengguna yang diperhitungkan adalah seperti perhitungan
pada pengunjung yang datang, jumlah pengguna masjid adalah 300 orang/hari,
dengan demikian, standar luasan yang digunakan untuk area sholat adalah 300 m2.
a) Serambi
Serambi merupakan ruangan semi terbuka yang membedakan antara ruang
luar masjid dan ruang dalam masjid. Pada serambi, standar luasan yang dipakai
adalah sepertiga bagian dari ruang sholat, standar tersebut diperoleh dari gambar
standar zonasi masjid seperti pada penjelasan sebelumnya. Jadi, dari perhitungan
pada ruang sholat, dipakai sepertiga untuk luasan serambi masjid, yaitu 90 m2
pada masing-masing sisi masjid.
L. Parkir
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi arsitektur adalah bangunan dengan sistem
kompleks oleh karena itu dibutuhkan sistem parkir yang central, namun di setiap
massa terdapat parkir alternatif yang disediakan untuk kebutuhan dari setiap
massa, misalnya untuk loading dock. Sedangkan untuk central, disediakan parkir
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
37
untuk bus, mobil dan motor. Jadi sistem parkir untuk bus menggunakan sistem
parkir pararel, karena kebutuhan space untuk bus lebih besar. Berikut gambaran
sistem parkir bus dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.26 Standar Sistem Parkir(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Selain gambar sistem pararel untuk bus, mobil dan motor menggunakan
sistem yang lain, yaitu sistem parkir dengan kemiringan 30°. Berikut standar
gambaran sirkulasi dengan pola kemiringan:
Gambar 2.27 Standar Sistem Parkir(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Dari gambar tersebut dapat dipakai sebagai perhitungan luas lahan parkir pada
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur. Banyaknya mobil diperhitungkan
sesuai dengan banyaknya pengguna yang datang ke Pusat Kegiatan dan
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
38
Dokumentasi Arsitektur yaitu 500 orang dalam satu hari. Jumlah ini dipakai
sebagai standar pengguna yang disesuaikan dengan fungsi bangunan untuk
exhibition dengan perhitungan kapasitas bangunan. Lebih jauh lagi perhitungan
jumlah kendaraan dipakai rata-rata menggunakan mobil dengan kapasitas 6 orang,
mobil dengan kapasitas 4 orang, dan motor untuk 2 orang. Prosentasi yang dipakai
adalah 50 % mobil dengan kapasitas 6 orang, 30 % mobil dengan kapasitas 4
orang, dan 20 % motor untuk 2 orang. jadi diperoleh perhitungan jumlah mobil
tipe a (6 orang) adalah 84 mobil, jumlah mobil tipe b (4 orang) 75 mobil, dan 100
motor. Dari perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui jumlah luas parkir
yang dibutuhkan untuk bus adalah dengan gambaran standar dimensi bus sebagai
berikut:
Gambar 2.28 Standar Dimensi Bus(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Dari gambaran di atas dapat diketahui dimensi bus adalah 30 m2, dengan
demikian khusus parkir bus membutuhkan 90 m2. Selain itu untuk standar dimensi
mobil dapat diketahui lewat gambar berikut:
Gambar 2.29 Standar Mobil(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
39
Dari gambaran di atas dapat diketahui dimensi mobil pribadi adalah 12,98 m2,
dengan demikian khusus parkir bus membutuhkan 52 m2 dengan kapasitas 13
mobil dengan jumlah penumpang 52 orang. Selain itu untuk standar dimensi
motor dapat diketahui lewat gambar berikut:
Gambar 2.30 Standar Motor(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
Dari gambar tersebut diketahui dimensi motor dipakai 2,5 m2. Dengan
demikian dibutuhkan luasan perkir untuk 100 motor adalah 250 m2. Jadi, secara
keseluruhan luasan untuk parkir adalah 392 m2.
2.2 Kajian Tema: Dekonstruksi Arsitektur
Istilah dekonstruksi pertamakali digunakan dalam Ilmu Kesustraan dan Ilmu
Filsafat Perancis dengan arti sebagai metode. Pada tahun 1970-an
deconstructivism atau deconstructivist architecture atau yang lazim disebut
dekonstruksi hadir sebagai pelengkap langgam arsitektur. Arsitektur dekonstruksi
juga dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan desain bangunan yang merupakan
usaha-usaha percobaan untuk melihat arsitektur dari sisi yang lain (Zaha Hadid,
1998).
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
40
Gambar 2.31 Standar Motor(Sumber: www.zaha-hadid.com)
Menurut Nietzche dan Derrida, Dekonstruksi adalah terdiri dari komponen de
dan dis yang bila diartikan Dekonstruksi itu tidak sentral. Berikut beberapa
pernyataan kunci oleh Derrida:
1) Dekonstruksi bukan semata-mata metoda kritis.
2) Sikap dekonstruksi senantiasa afirmatif, dan tidak negatif.
3) Dekonstruksi adalah suatu cara untuk mempertanyakan “architecture” dalam
filosofi dan barangkali “architecture” sendiri.
4) “Deconstructive Architecture” adalah bukan untuk membangun sesuatu yang
nyeleneh, sia-sia, tanpa bisa dihuni, tetapi untuk membebaskan seni
bangunan dari segala keterselesaian yang membelenggu.
5) Dekonstruksi tidak sesederhana untuk melupakan masa lalu, tapi membuat
“inscripsi” kembali yang melibatkan rasa hormat pada tradisi dalam bentuk
“memorial”.
6) Dekonstruksi tidak semata-mata theoretikal, tetapi juga membina dan
membangun struktur-struktur baru, namun tidak pernah menganggap selesai.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
41
7) Dekonstruksi senantiasa memberikan perhatian dan pada kelipatgandaan,
keanekaragaman dan mempertajam keunikan-keunikan yang tak dapat
direduksi dari masing-masing.
Dekonstruksi menolak secara seimbang terhadap yang menghubungkannya
dengan sesuatu yang spesifik modern ataupun Post-modern.
2.2.1 Arsitektur Dekonstruksi
1. Teori Dekonstruksi
Arsitektur dekonstruksi dalam pembahasan ini, perlu ditinjau secara
singkat pemahaman Jacques Derrida tentang bahasa, metode dekonstruksi, serta
kritiknya terhadap phonosentrisme dan logosentrisme.
a) Metode Dekonstruksi
Dekonstruksi menurut Derrida adalah metode membaca teks secara teliti,
sehingga premis-premis yang melandasinya dapat digunakan untuk meruntuhkan
argumentasi yang disusun atas premis tersebut. Derrida mengaitkan metode
dekonstruksi dengan kritik terhadap "metaphysics of presence" yang menjadi
acuan dasar para filosof tradisional.
b) Phonosentrisme
Usaha untuk mendekonstruksi oposisi antara bahasa ucapan dan bahasa
tulisan menurut Derrida dapat dilakukan melalui kritik terhadap “metaphysics
of presence” ia misalnya mengritik Hussed yang mencoba menemukan bukti
kehadiran diri lewat suara. Husserl berargumentasi bahwa ketika berbicara,
manusia berhadapan dengan dirinya secara berbeda dibanding ketika ia menulis.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak lagi bersifat statis dan stabil
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
42
seperti yang diduga oleh para kelompok strukturalisme, elemen–elemen bahasa
tidak bisa didefinisikan, karena harus senantiasa dibaca ditelusuri dalam kaitan
dengan yang lain.
c) Logosentrisme
Metapisika adalah sistem berfikir yang berlandas pada "oposisi binary",
dua kutub yang satu dengan lain saling menyangkal, Oposisi binary
mencerminkan suatu cara memandang atau ideologi yang cenderung
menarik garis tegas antara apa yang bisa diterima dan apa yang harus ditolak,
antara yang dianggap benar dan yang salah, antara permukaan dan isi.
2. Pelaksanaan Arsitektur Dekonstruksi
Pendekatan metode aplikasi dekontruksi berada pada dua sisi yaitu
Dekonstruksi Derridean dan Dekonstruksi Non–Derridean, dimana Pembagian
tersebut oleh penulis dikaitkan dengan titik berat komponen kata dekonstruksi itu
sendiri oleh Derrida titik beratnya berada pada De dan Dis sedangkan untuk
aplikasi pada sisi arsitektur itu sendiri sudah mempunyai reduksi ke konstruksi
dimana titik berat berada pada kata konstruksi. Pada intinya penjabarannya berada
pada ide atau konsep yang diterapkan oleh perencana arsitektur tersebut.
A. Dekonstruksi Derridean
a) Dekonstruksi Teks
Dekonstruksi dapat dilakukan pada teks arsitektur seperti karya Vitruvius, Le
Corbusier, dan penulis lainnya, dengan cara mencari “kontradiksi intemalnya”.
b) Dekonstruki Program.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
43
Dekonstruksi dapat dilakukan terhadap program yang dominan dalam tradisi
arsitektur modern, seperti konsep estetika murni, kaitan bentuk dengan fungsi, dan
lain–lain.
B. Dekonstruksi Non-Derridean
Dekonstruksi Non–Derridean mencakupi dekonstruksi bentuk dan struktur
bangunan, yang didasarkan pada konsep–konsep disruption, deviation, dan
distortion sehingga menyebabkan stabilitas dan identitas bentuk–bentuk murni
terganggu.
1) Dekonstruksi Bentuk Arsitektural
dekonstruksi dalam bentuk arsitektur dapat dilakukan melalui beberapa cara
antara lain:
a) Secara intelektual, melalui permainan sistem-sistem geometri yang
komplek dan canggih, seperti banyak dilakukan oleh Peter Eisenman.
b) Secara pragmatik atau mekanik, melalui model trial-and-error, sketsa dan
eksperimen lapangan, seperti dilakukan oleh Frank Gehry, Zaha Hadid dan
Coop Himmelblau.
c) Secara intuitif, melalui pengembangan respons dan impuls kreatif dalam
diri arsitek, seperti terjadi pada Rem Koolhaas dan OMA.
2) Dekonstruksi Struktur
Dekonstruksi struktur umumnya dilakukan melalui metode pragmatis trial–
and–eroor, dan dibedakan sebagai berikut:
a) Dekonstruksi Konstruksi Massa seperti pada "Choral Work" karya
Peter Eisenman dan Derrida.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
44
b) Dekonstruksi Konstruksi. Bidang seperti pada "Best Products" karya
James Wines dan Site atau "Berlin Museum" karya Daniel Libeskind.
c) Dekonstruksi konstruksi rangka seperti pada karya–karya Coop
Himmelblau.
3. Aliran dalam Arsitektur Dekonstruksi
Ada beberapa perbedaan aliran dalam dekonstruksi, yang nantinya
membuat tiap arsitek akan memiliki ciri khas aliran sendiri. Bagian dekonstruksi
tersebut sebagai berikut:
1) Fragmentation and Discontinuity
Pecahan dan discontinuity. Aliran ini dianut oleh Frank Gehry yang telah
memecahkan keseluruhan bentukan menjadi berbagai bagian pecahan dan
menjajarkan pecahan-pecahan tadi dengan filsafat seni.
2) Neo Constructivist yang dipelopori Rem Koolhas dan OMA
Inversional rotasi dari potongan-potongan besar menjadi dekomposisi
perspektif. Tschumi yang memperlihatkan permainan sirkulasi, grid, strip,
dan confetti. Dalam Neo constructivist, Zaha Hadid juga terkenal dengan
flying beam dan cocktail stick.
3) Follies, Bernard Tschumi
Persilangan antara late Constructivist Chernikov, estetik dari Kandinsky dan
dekonstruksi Perancis (Foucault dan Derrida). Mereka ini terkenal dan
diperhitungkan sebagai titik pergerakan kemajuan constructivist, akan tetapi
ide dan bentuk yang sama disintesis dan diambil sebagai titik ekstrim oleh
Daniel Libeskind.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
45
4) Positive Nihilism, Peter Eisenman
Tema ini selalu menomor duakan figure retorisnya dan disublimasi menjadi
satu set perubahan. Hampir seluruh bagian arsitektur Peter Eisenman bersifat
sangat abstrak (meskipun sekarang beberapa representasi konvensional telah
masuk), tetapi ia tetap konsisten.
4. Prinsip Arsitektur Dekonstruksi
Prinsip-prinsip Arsitektur Dekonstruksi, dapat diuraiakn sebagai berikut:
1) Tidak ada yang absolut dalam arsitektur. Tidak ada satu cara atau gaya yang
terbaik. Gaya klasik, tradisional, modern, dan lainnya mempunyai posisi dan
kesempatan yang sama untuk berkembang.
2) Tidak ada antologi dan teologi dalam artsitektur. Tidak ada tokoh atau figure
yang perlu didewakan.
3) Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus segera diakhiri.
Perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah pada keragaman
pandangan dan tata nilai.
4) Visiocentrism atau pengutamaan indera penglihatan dalam arsitektur harus
diakhiri. Potensi indera lain harus dimanfaatkan pula secara seimbang.
5) Arsitektur tidak lagi identik dengan produk bangunan. Arsitektur terkandung
dalam ide, gambar, model, dan fisik bangunan dengan jangkauan dan
aksentuasi yang berbeda. Prioritas yang diberikan pada ide, gambar, model,
kebangunan harus setara karena ide, gambar, dan model tidak hanya
berfungsi sebagai simulasi atau representasi gedung, tetapi bisa menjadi
produk atau tujuan akhir arsitektur.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
46
Dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur, metode
penerapan tema yang paling mendekati adalah metode atau prinsip arsitektur
dekonstruksi deriddean, yaitu dekonstruksi program. Lebih jauh lagi, dalam
metode atau prinsip dekonstruksi program Bernard Tschumi mendasarkan karya-
karyanya melalui strategi disjunction.
Tabel 2.1 Tabel Penjabaran Tema
DekonstruksiProgram Prinsip Penjabaran Rancangan
CrossProgramming
Mengkombinasikandua program
sedemikian rupasehingga
konfigurasi ruangprogram pertamamengkontaminasi
program dankonfigurasi ruang
kedua
Intersection(Persimpangan)
Dapat melaluiprogram ruang dan
bentuk yangmenyimpang dari
biasanya
- Penerapan dapatberupa program ruang
gallery danexhibition yangcenderung lebih
menekankan padaaspek-aspek visual,
rasa, raba dan dengar.- Penerapan dapat
berupa bentukbangunan yangdicapi melalui
aspek-aspek titik-garis-bidang yang
membentyk sebuahruang
Repetition(Pengulangan)
Pengulangan yangditekankan berupa
perulangan-perulangan bentukatau program ruangyang sama sekali
berbeda
-Pengulangan sebuahprogram ruang dapat
diterapkan padaprogram ruang
temporary exhibitiondan kebun
Qualification(Kualifikasi)
Mengklasifikasikanprogram-program
ruang secaracontinuitas
Mengklasifikasikanprogram ruang
berdasarkanpergerakan-
pergerakan ruangmulai dari memorial
berupa galeri,exhibition berupa
pameran hasil karya,kegiatan-kegiatanarsitektur berupa
Studio, Auditorium,
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
47
Perpustakaan, danWorkshop.
Distortion(Pemutarbalikan)
Pemutarbalikan yangmenekankan padadasar-dasar bentuk
Penerapan padamasing-masingkarakter massa
bangunan. Selain itupola bentuk dan
denah massabangunan yang
cenderung distorsi.
Fragmentation(Terbelah-belah)
Pemutarbalikan yangmenekankan padadasar-dasar bentuk
Prinsip fragmentasidapat diterapkanpada bentuk dan
tampilan bangunanyang mana tiap-tiap
massa bangunanmemiliki karakterkhusus akan tetapi
tetap memilikikesatuan denganmassa bangunan
yang lain.Sumber : Analisis, 2012
2.3 Kajian Kesilaman
Tinjauan keislaman terkait dengan Perancangan Pusat Kegiatan dan
Dokumentasi Arsitektur adalah tentang bagaiman menjalin suatu hubungan
persaudaraan dan solidaritas antar sesama. Yang mana pada perancangan objek ini
para arsitek dan mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam memajukan
perkembangan arsitektur yang ada di Indonesia dengan alasan lebih kuat untuk
menjalin tali silaturrahim yang kuat agar selalu mendapat ridho Allah Swt.
Kesetiaan kepada Allah, persaudaraan, dan solidaritas, adalah sifat-sifat
penting orang beriman. Al-Qur'an mengatakan bahwa semua orang beriman
adalah bersaudara. Mereka adalah orang-orang yang berbagi perasaan yang sama,
berjuang untuk akhir yang sama, mengikuti kitab yang sama, dan berjuang untuk
tujuan yang sama. Akibatnya solidaritas menjadi keunggulan alami dari sebuah
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
48
komunitas orang beriman. Allah memuji kasih sayang orang beriman ini di dalam
ayat berikut:
Berpegang teguhlah kamu sekalian pada agama Allah, dan janganlah kamu berpecah
belah. Ingatilah karunia Allah kepadamu, ketika kamu dahulunya bermusuh-musuhan,
lalu dipersatukan-Nya hatimu, sehingga kamu dengan karunia Allah itu menjadi
bersaudara. Dan kamu dahulunya berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
melepaskanmu dari sana. Demikianlah Allah menjelaskan keterangan-keteranganNya
kepadamu supaya kamu mendapat petunjuk”. (Qs. Al-Imran/4: 103).
Orang-orang beriman adalah orang-orang rendah hati yang memiliki rasa
persahabatan dan kasih sayang satu sama lain. Karenanya solidaritas dan
persatuan diantara mereka terpelihara secara alami. Namun di dalam komunitas
semacam ini ada saja hal-hal yang membuat kita tetap harus berhati-hati karena
sikap yang salah dapat menyebabkan perpecahan dan menciptakan iklim yang
merusak solidaritas di antara orang-orang yang beriman.
Dari penjabaran ayat diatas, keterkaitan Integrasi dengan Pusat Kegiatan dan
Dokumentasi Arsitektur adalah nilai solidaritas. Solidaritas dijunjung tinggi guna
mencapai satu tujuan yang sama yaitu memajukan arsitektur di Indonesia. Berikut
penjabaran keterkaitan antara Integrasi dan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi
Arsitektur:
Tabel 2.2 Tabel Penjabaran Integrasi Keislaman
Obyek Integrasi KesimpulanPusat Kegiatan
dan DokumentasiArsitektur
Secara garis besar,Pusat Kegiatan
dan DokumentasiArsitektur dapat
Bagaiman menjalinsuatu hubungan
persaudaraan dansolidaritas antar
sesama. Yang manapada perancangan
objek ini para arsitek
Pusat Kegiatan danDokumentasi
Arsitektur yangberfungsi sebagai
wadah kegiatan dandokumentasi
mengenai arsitektur
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
49
diartikan sebagaibangunan yang
mempunyai fungsisebagai gedung
atau tempat segalamacam kegiatan
yang terkaitdengan Arsitektur,
mulai darikegiatan sosialdan pendidikanyang dikemas
secara apresiatif,edukatif,
komunikatif danrekreatif.
dan mahasiswadituntut untuk
berperan aktif dalammemajukan
perkembanganarsitektur yang ada di
Indonesia denganalasan lebih kuat
untuk menjalin talisilaturrahim yangkuat agar selalu
mendapat ridho AllahSwt.
di Indonesia,mencoba
mempersatukanmasyarakat,
akademis danpraktisi arsitek.
Wujud solidaritasdapat diterapkandalam program-
program ruang yangada pada PusatKegiatan danDokumentasi
Arsitektur
Sumber : Analisis, 2012
2.4 Kajian Studi Banding
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah bangunan massa yang
mempunyai fungsi yang saling mendukung satu sama lain. Dalam
perancangannya, diambil satu obyek sebagai studi banding dan pembelajaran
dalam perancangan. Studi banding tersebut meliputi studi banding obyek dan
studi banding tema yang mengambil satu contoh bangunan yang sama.
2.4.1 Kajian Studi Banding Obyek MAXXI National Museum of XXI Century
Art
Dalam perancanga Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur mengambil
satu obyek yang dijadikan perbandingan. Karena dalam Pusat Kegiatan dan
Dokumentasi Arsitektur memiliki karakter yang sama dengan MAXXI National
Museum di Roma Italia.
MAXXI National Museum of XXI Century Art merupakan salah satu obyek
yang memiliki fungsi yang sama dengan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
50
Arsitektur. Berikut uraian terperinci mengenai kajian arsitektural yang ada pada
MAXXI National Museum of XXI Century Art.
1. Lokasi
Lokasi MAXXI National Museum of XXI Century Art terletak di lingkungan
Flaminio Roma, Italia. Museum Nasional MAXXI didirikan dipertengahan kota
dan diapit oleh gedung-gedung tua disekitarnya. Keberadaan Museum Nasional
MAXXI bertujuan untuk mengembalikan citra perkotaan yang telah lama diblokir
selama satu abad. Penataan arsitektur didasarkan pada gagasan dari sebuah
kampus urban. Dalam MAXXI, gagasan sebuah bangunan "tertutup" memberikan
cara untuk dimensi yang lebih luas, menciptakan ruang-ruang indoor dan outdoor
yang menjadi bagian dari kota sekitarnya. Berikut gambaran mengenai lokasi
Museum Nasional MAXXI:
Gambar 2.32 Lokasi MAXXI National Museum of XXI Century Art
(Sumber : http://www.archinnovations.com/featured-projects/museums/zaha-hadid-
architects-maxxi-national-museum-of-xxi-century-arts-in-rome/)
2. Fasilitas
MAXXI memiliki beberapa fasilitas, antara lain auditorium, perpustakaan
dan media perpustakaan, toko buku, kafetaria, ruang untuk pameran temporer,
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
51
ruang luar, tinggal acara dan kegiatan komersial, laboratorium, dan tempat-tempat
untuk belajar dan rekreasi. Berikut uraian dimensi Museum Nasional MAXXI:
Tabel 2.3 Dimensi Museum Nasional MAXXI
Ruang Eksterior 19.640 m2Ruang Interior 21.200 m2Ruang Pameran 10.000 m2Fasilitas:
a) Auditoriumb) Perpustakaanc) Media Centerd) Coffe Shope) Restoranf) Admin
6.000 m2
MAXXI Arte 4.077 m2MAXXI Arsitektur 1.935 m2
(Sumber : http://www.archinnovations.com/featured-projects/museums/zaha-hadid-
architects-maxxi-national-museum-of-xxi-century-arts-in-rome/)
a) Auditorium
Merupakan salah satu fasilitas penunjang pada Museum Nasional MAXXI.
Auditorium digunakan sebagai ruang kuliah atau ruang pertemuan. Dalam
Museum Nasional MAXXI memiliki dua auditorium. Masing-masing auditorium
letaknya berada pada lantai Ground dan lantai satu. Berikut gambaran mengenai
auditorium pada Museum Nasional MAXXI:
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
52
Gambar 2.33 Auditorium MAXXI National Museum
(Sumber : http://www.archinnovations.com/featured-projects/museums/zaha-hadid-
architects-maxxi-national-museum-of-xxi-century-arts-in-rome/)
b) Exsterior Space (Ruang Eksterior)
Merupakan fasilitas eksterior berupa space atau ruang luar sebagai penyatu
antara bangunan dan lingkungan disekitarnya. Dalam fasilitas eksterior, Museum
Nasional MAXXI menekankan ruang luar juga berperan sebagai ruang aktivitas.
Berikut beberapa gambaran failitas Exterior Space pada Museum Nasional
MAXXI:
Gambar 2.34 Exterior Space MAXXI National Museum
(Sumber : http://www.archinnovations.com/featured-projects/museums/zaha-hadid-
architects-maxxi-national-museum-of-xxi-century-arts-in-rome/)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
53
c) Entrance Hall and Lobby
Salah satu titik poin dari sebuah bangunan adalah entrance. Dalam studi
obyek Museum Nasional MAXXI, entrance hall dan lobby merupakan salh satu
fasilitasnya. Dimana merupakan ruang tunggu pengunjung, selain itu terdapat juga
sebuah reception sebagai pusat informasi mengenai tempat-tempat dan koleksi
yang terdapat pada Museum Nasional MAXXI. Berikut gambaran mengenai
enterance hall dan lobby dari Museum Nasional MAXXI:
Gambar 2.35 Entrance Hall dan Lobby MAXXI National Museum
(Sumber : http://cafenaivete.blogspot.com/2011/02/maxxi-national-museum-of-21st-
century.html)
Dari gambar diatas dapat sebuah kesimpulan, dalam Museum Nasional MAXXI
fasilitas enterance hall, lobby, dan reception saling menyatu dan berkaitan
sehingga mempermudah pengunjung untuk mendapatkan sebuah informasi
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
54
mengenai koleksi atau apa saja yang terdapat dalam Museum Nasional MAXXI.
Berikut gambaran mengenai Reception:
Gambar 2.36 Reception MAXXI National Museum
(Sumber : http://www.arthitectural.com/zaha-hadid-architects-maxxi-national-museum-
of-xxi-arts/)
d) Gallery
Gallery merupakan fasilitas utama dalam Museum Nasional MAXXI. Karena
koleksi didalamnya meliputi banyak koleksi, salah satu koleksi didalamnya
mengenai Contemporary Arts dan Architecture. Berikut gambaran dan letak
gallery dalam Museum Nasional MAXXI:
Gambar 2.37 Reception MAXXI National Museum
(Sumber : http://www.arthitectural.com/zaha-hadid-architects-maxxi-national-museum-
of-xxi-arts/)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
55
Dari gambaran diatas, gallery merupakan fasilitas untuk memamerkan dan
mengoleksi lebih dari 300 karya yang ada didalamnya. Antara lain MAXXI Seni
mengoleksi karya-karya dari Boetti, Clemente, Kapoor, Kentridge, Merz, Penone,
Pintaldi, Richter, Warhol dan banyak lainnya. Sedangkan MAXXI Arsitektur
mengoleksi karya-karya dari desain Carlo Scarpa, Aldo Rossi, Pierluigi Nervi dan
lain-lain, serta proyek-proyek dari penulis kontemporer seperti Toyo Ito, Italo
Rota dan Giancarlo De Carlo, dan koleksi fotografi dari Atlas proyek Italia.
e) Exhibition Suite
Merupakan fasilitas utama dari Museum Nasional MAXXI. Dalam
exhibition hall memiliki dua katagori antara lain MAXXI seni dan MAXXI
Arsitektur. MAXXI tersebut memamerkan karya-karya terbaik dari desainer,
seniman dan arsitek-arsitek terkenal baik dari negeri sendiri maupun luar negeri.
Berikut gambaran perletakan exhibition suite dalam Museum Nasional MAXXI:
Gambar 2.38 Exhibition Suite 1 Ground Floor
(Sumber : http://www.arthitectural.com/zaha-hadid-architects-maxxi-national-museum-
of-xxi-arts/1-og-atrium-3/)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
56
Gambaran diatas merupakan denah ground yang terdapat dalam Museum
Nasional MAXXI. Exhibition Suite di lantai ground hanya terdapat satu ruang
sedangkan yang lainnya merupakan fasilitas penunjang. Berikut gambaran
mengenai Exhibition Suite di lantai selanjutnya:
Gambar 2.39 Exhibition Suite 2, 3, 4 pada Lantai 1
(Sumber : http://www.arthitectural.com/zaha-hadid-architects-maxxi-national-museum-
of-xxi-arts/1-og-atrium-3/)
Dari gambaran di atas, Exhibition Suite terdapat tiga ruang (Suite 2, 3, dan 4).
Sedangkan fasilitas lainnya merupakan Entrance Hall dan Auditorium. Berikut
merupakan gambaran Exhibition Suite selanjutnya:
Gambar 2.40 Exhibition Suite 5 dan 6 pada Lantai 2
(Sumber : http://www.arthitectural.com/zaha-hadid-architects-maxxi-national-museum-
of-xxi-arts/1-og-atrium-3/)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
57
Gambaran diatas merupakan Exhibition Suite yang terdapat lantai 2. Exhibition
Suite hanya dua ruang, yaitu Suite 5 dan 6 sedangkan yang lainnya adalah
entrance hall dan auditorium. Berikut salah satu Exhibition Suite yang terdapat
pada Museum Nasional MAXXI:
Gambar 2.41 Exhibition Suite 1 pada Lantai 1
(Sumber : http://www.arthitectural.com/zaha-hadid-architects-maxxi-national-museum-
of-xxi-arts/1-og-atrium-3/)
3. Sirkulasi Bangunan
Sirkulasi dalam Museum Nasional MAXXI dikatakan cukup baik
dikarenakan memiliki beberapa entrance sehingga mempermudah pengunjung
untuk memasuki Museum Nasional MAXXI. Berikut gambaran perletakan atau
posisi Entrance pada ground floor Museum Nasional MXXI:
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
58
Gambar 2.42 Exhibition Suite 1 pada Lantai 1
(Sumber : http://www.arthitectural.com/zaha-hadid-architects-maxxi-national-museum-
of-xxi-arts/1-og-atrium-3/)
Dari gambaran di atas dapat diketahui posisi atau perletakan entrance pada
Museum Nasional MAXXI. Entrance tersebut hampir pada setiap sisi bangunan,
namun hanya ada dua entrance yang menjadi utama yaitu terletak pada entrance
hall dan yang berdekatan dengan reception. Selain itu sirkulasi yang menarik
dalam Museum Nasional MAXXI adalah tangga penghubung ke tiap-tipa lantai.
Berikut gambaran tangga penghubung dalam Museum Nasional MAXXI:
Gambar 2.43 Tangga penghubung pada Museum Nasional MAXXI
(Sumber : http://www.arthitectural.com/zaha-hadid-architects-maxxi-national-museum-
of-xxi-arts/1-og-atrium-3/)
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
59
4. Perletakan Massa dan Pembagian Ruang
Dalam kajian studi obyek kali ini membahas perletakan massa dan
pembagian ruang pada Museum Nasional MAXXI. Perletakan massa pada
Museum Nasional MAXXI sangatlah bertolak belakang dengan bangunan-
bangunan umum seperti biasanya, tetapi tetap memiliki kesatuan bentuk dan
massa yang solid. Selain itu pembagian ruang pada Museum Nasional MAXXI
dapat diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Dimensi Museum Nasional MAXXI
Total Site Area 29.000 m2Ruang Eksterior 19.640 m2Ruang Interior 21.200 m2Ruang Pameran 10.000 m2MAXXI Arte 4.077 m2MAXXI Arsitektur 1.936 m2
(Sumber : http://www.archinnovations.com/featured-projects/museums/zaha-hadid-
architects-maxxi-national-museum-of-xxi-century-arts-in-rome/)
Dari uraian tabel diatas dapat kita ketahui, pembagian ruang pada Museum
Nasional MAXXI memiliki zona-zona ruang yang flexible. Terdiri dari zona
publik secara keseluruhan karena memang bangunan dikhususkan untuk ruang
publik.
2.4.2 Kajian Studi Banding Tema: New Acropolis Museum
Dalam kajian studi banding tema, objek yang dijadikan studi banding tema
adalah New Acropolis Museum. Karena dalam perancangan Pusat Kegiatan dan
Dokumentasi Arsitektur yang bertemakan Arsitektur Dekonstruksi memiliki
kesamaan dengan obyek New Acropolis Museum yang di rancang oleh Arsitek
Bernard Tschumi.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
60
Gambar 2.44 Tangga penghubung pada Museum Nasional MAXXI
(Sumber : http://www.arthitectural.com/zaha-hadid-architects-maxxi-national-museum-
of-xxi-arts/1-og-atrium-3/)
Sebelum membahas lebih jauh mengenai studi banding tema Arsitektur
Dekonstruksi. Berikut uraian metode dan prinsip Arsitektur Dekonstruksi yang di
fokuskan pada Dekonstruksi program.
Tabel 2.5 Tabel Penjabaran Tema
DekonstruksiProgram Prinsip
CrossProgramming
(Mengkombinasikandua program
sedemikian rupasehingga
konfigurasi ruangprogram pertamamengkontaminasi
program dankonfigurasi ruang
kedua)
Intersection(Persimpangan)
Repetition(Pengulangan)Qualification(Kualifikasi)
Distortion(Pemutarbalikan)
Fragmentation(Terbelah-belah)
Uraian di atas merupakan prinsip atau metode yang akan dibahas dalam
kajian tema. Pendekatan tema lebih spesifik terhadap metode-metode yang
dilakukan Bernard Tschumi dalam New Acropolis Museum. Penjelasan lebih
spesifik dapat diuraikan sebagai berikut:
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
61
1. Pendekatan perancangan
Dalam perancangan New Acropolis Museum konsep yang ditekankan oleh
Bernard Tschumi adalah strategi disjunction. Dalam hala ini arsitek mencoba
menerapkkan dalam beberapa aspek, antara lain:
A. Zoning
Dalam New Acropolis Museum terbagi menjadi 3 level lantai yaitu, level 1
berupa memorial gallery atau bentuk didasarkan pada penggalian arkeologi yang
di orientasikan sampai ke level paling atas. Sedangkan untuk level 2 merupakan
zona archaic gallery, roman period gallery, dan post-parthenon gallery.
Sedangkan pada level 3 merupakan pathenon gallery. Dalam New Acropolis
Museum zoning atau pembagian level dibuat secara continuitas sebagai wujud
pengingat atau mengembalikan citra sejarah yang silam. Seolah-olah bangunan
memiliki cerita sejarah mulai dari awal penggalian arkeologi sampai ke bentuk
pendokumentasian. Berikut gambaran mengenai zonasi yang ada pada New
Acropolis Museum:
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
62
Gambar 2.45 Pembagian level lantai
(Sumber: http://www.archdaily.com/61898/new-acropolis-museum-bernard-tschumi-
architects/)
B. Sirkulasi
Sistem sirkulasi yang diterapkan berupa kontinuitas sebagai perwujudan
pergerakan manusia didalam bangunan. Alur yang dibuat seolah-olah bercerita
mengenai sejarah acropolis sendiri. Selain itu permainan viod pada bangunan
merupakan wujud interaksi pada tiap pengunjung pada bangunan.
Gambar 2.46 Alur Sirkulasi
(Sumber: http://www.archdaily.com/61898/new-acropolis-museum-bernard-tschumi-
architects/)
C. Program ruang
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
63
Ruang-ruang yang deprogram ulang oleh Bernard Tschumi adalah galeri,
yang mana galeri dibuat lebih terbaca dan mudah dipahami oleh pengunjung.
Selain secara visual, galeri dbuat lebih dapt dirasa dengan suasana ruang
cenderung dramatis dan juga didukung dengan adanya tekstur yang dapat diraba
pada obyek yang dipamerkan. Berikut gambaran mengenai program ruang yang
ada pada New Acropolis Museum:
Gambar 2.47 Program Ruang
(Sumber: http://www.archdaily.com/61898/new-acropolis-museum-bernard-tschumi-
architects/)
Dari gambaran di atas, galeri yang ada pada New Acropolis Museum dibuat lebih
informative. Penggabungan antara dua program ruang yaitu galeri dan ruang luar.
Fasad sebagai display yang disajikan berupa sebuah multimedia bergerak
mengenai acropolis tersebut. Selain itu program ruang yang diterapkan berupa
memorial archaic dengan sirkulasi dan juga ruang-ruang lain yang ada pada New
Acropolis Museum. Menghadirkan bidang transparan berupa void dan glass
transparan sebagai perwujudan prinsip intersection (persimpangan) dari program-
program ruang yang sebelumnya. Berikut gambaran mengenai program ruang lain
berdasarkan prinsip intersection:
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
64
Gambar 2.48 Program Ruang
(Sumber: http://www.archdaily.com/61898/new-acropolis-museum-bernard-tschumi-
architects/)
D. Bentuk
Bentuk New Acropolis Museum diperoleh dari pendekatan yang menerapkan
sistem grid point, grid point pada gambar kawasan. Selain itu adanya oerwujudan
distorsi atau pemutarbalikan dari bentuk dasar geometri dengan alasan level-3
pada New Acropolis Museum view atau pandangan diarahkan pada museum yang
lama yang ada pada lereng gunung sebelah lokasi bangunan.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
65
Gambar 2.49 Strategi Grid Point
(Sumber: http://www.archdaily.com/61898/new-acropolis-museum-bernard-tschumi-
architects/)
Gambar 2.50 Strategi Distortion
(Sumber: http://www.archdaily.com/61898/new-acropolis-museum-bernard-tschumi-
architects/)
Dari gambaran di atas, arsitek mencoba bereksplorasi melalui banyak cara seperti
abstraksi bentuk dan program ruang pada New Acropolis Museum.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
66
Tabel 2.6 Metode penafsiran tema dekonstruksi pada New Acropolis Museum
Metoda atau Prinsip Aplikasi / Penafsiran
Dis Programming
Program ruang : Penerapan program
ruang yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya.
Bentuk bangunna dan fasad sebagai
display pameran yang dapat bergerak
dengan tujuan menghasilkan program
ruang yang dapat dilihat secara visul,
dirasakan, dan didengar
Intersection
Bentuk : Penyimpangan bentuk dari skala
keseluruhan dilihat dari bentuk
keseluruhan baik itu kaki, badan serta
kepala bangunan.
Program Ruang : juga mengalami
penyimpangan dari apa yang namanya
fungsi, fungsi lebih terlihat informative
seperti yang terletak pada level 1 New
Acropolis Museum.
Distortion
Fragmentation
Bentuk : Prinsip bentuk bangunan yang
menyimpang dari bentuk-bentuk yang ada
disekitarnya
Ruang : Program ruang yang terkesan
tidak simetri
(Sumber : Analisis, 2012)
2.5. Tinjauan Lokasi Perancangan
Mengingat bahwa proyek yang direncanakan adalah bangunan fasilitas pendidikan
dengan fasilitas galeri sebagai fasilitas utama, maka kriteria-kriteria yang
sebaiknya dipertimbangkan saat menentukan lokasi adalah :
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
67
· Lokasi tapak sebaiknya berada di atau dekat dengan pusat kota, selain
pencapaiannya mudah juga diharapkan lebih berpotensi menarik
pengunjung.
· Lokasi tapak sebaiknya strategis dengan melihat fungsi bangunan-
bangunan lain disekitarnya yang sekiranya dapat menunjang hidupnya
fasilitas-fasilitas dalam rencana proyek.
· Adanya fasilitas Workshop dan Perpustakaan yang membutuhkan
ketenangan untuk kenyamanan aktivitas didalamnya, maka meskipun
tapak berada di atau dekat dengan pusat kota, harus dipertimbangkan pula
batas-batas yang melingkupi tapak.
· Tapak membutuhkan view dan Susana ruang luar yang asri dan bernuansa
alami, sehingga dapat menunjang fasilitas Workshop dimana pengguna
dan pelakunya dapat lebih mudah memperoleh inspirasi dari ruang luar
yang asri dalam menciptakan kreasinya.
Dengan mempertimbangkan kiteria-kriteria diatas, maka lokasi tapak yang
direncanakan untuk rancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur
adalah:
A. Lokasi berda di Jl. Kampus ITN II (depan Kampus ITN II)
1. Potensi yang mendukung
· Jl. Kampus ITN merupakan kawasan asri dan memiliki potensi view yang
sangat alami.
· Pencapaian ke lokasi tapak memiliki 3 jalur utama. Pertama dari Arah
Surabaya, Kedua dari Arah Batu, dan Ketiga dari Arah Kota.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
68
Gambar 2.51 Lokasi Site 1
(Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data)
2. Batas Tapak
a) Sebelah Utara : Persawahan
b) Sebelah Selatan : Kampus ITN II
c) Sebelah Barat : Persawahan
d) Sebelah Timur : Persawahan dan Permukiman
Gambar 2.52 Batas Site 1
(Sumber: Analisis 2012)
3. Ketentuan lahan
a) Fasilitas Pendidikan
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
69
Untuk menentukan arahan intensitas bangunan fasilitas pendidikan yang ada
di Kec. Lowokwaru, dibedakan berdasarkan skala pelayanannya, karena skala
pelayanan ini akan mempengaruhi intensitas kegiatan yang ditimbulkan, yaitu :
· Fasilitas pendidikan skala regional/nasional, berupa fasilitas pendidikan
Perguruan Tinggi. Arahan intensitas bangunannya yaitu KDB 50 – 60 %,
KLB 0,5 – 3 serta TLB 1 -5 lantai.
· Fasilitas pendidikan skala kota/kecamatan, mulai dari pendidikan dasar
(TK dan SD) hingga SLTA arahan intensitas bangunannya yaitu KDB 50
– 60 %, KLB 0,5 – 1,2, serta TLB 1 – 3 lantai.
· Fasilitas pendidikan skala Lingkungan (TK dan SD) arahan intensitasnya
yaitu KDB 40 – 60 %, KLB 0,4 – 1,2, serta TLB 1 – 2 lantai.
Jadi dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi arsitektur ini
menggunakan lahan dengan ketentuan lahan fasilitas pendidikan skala regional
atau nasional dengan kesimpulan sebagai berikut:
· Rencana Guna Lahan RDTRk : Fasilitas Pendidikan
· Arahan Rencan Guna Lahan RTRK Kec. Lowokwaru : Fasilitas
Pendidikan
· KDB : 50-60 %
· KLB : 0.5-3
· TLB : 1-5 Lantai
b) Kelebihan dan Kekurangan lokasi tapak
· Memiliki view yang berpotensi, sehingga dapat memberikan suasana sejuk
dan nyaman.
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
70
· Jauh dari keramaian kota, karena posisi tapak masuk 100 Meter dari jalan.
B. Lokasi berda di Jl. Veteran (samping Matos)
1. Potensi yang mendukung
· Jl. Veteran merupakan pusat kota dan berada dikawasan kampus
· Pencapaian ke lokasi tapak memiliki banyak jalur utama karena memang
lokasi site yang berada di tengah kota
· Peruntukan lahan sesuai dengan yang ditentukan oleh pemerintah yaitu
peruntukan untuk pendidikan.
Gambar 2.53 Lokasi Site 2
(Sumber: Analisis 2012)
2. Batas Tapak
a) Sebelah Utara : Permukiman
b) Sebelah Selatan : Makam Pahlawan
c) Sebelah Barat : Permukiman
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
71
d) Sebelah Timur : Kampus Universitas Negeri Malang
Gambar 2.54 Batas Site 2
(Sumber: Analisis 2012)
3. Ketentuan lahan
a) Fasilitas Pendidikan
Untuk menentukan arahan intensitas bangunan fasilitas pendidikan yang ada
di Kec. Lowokwaru, dibedakan berdasarkan skala pelayanannya, karena skala
pelayanan ini akan mempengaruhi intensitas kegiatan yang ditimbulkan, yaitu :
· Fasilitas pendidikan skala regional atau nasional, berupa fasilitas
pendidikan Perguruan Tinggi. Arahan intensitas bangunannya yaitu KDB
50 – 60 %, KLB 0,5 – 3 serta TLB 1 -5 lantai.
· Fasilitas pendidikan skala kota/kecamatan, mulai dari pendidikan dasar
(TK dan SD) hingga SLTA arahan intensitas bangunannya yaitu KDB 50
– 60 %, KLB 0,5 – 1,2, serta TLB 1 – 3 lantai.
· Fasilitas pendidikan skala Lingkungan (TK dan SD) arahan intensitasnya
yaitu KDB 40 – 60 %, KLB 0,4 – 1,2, serta TLB 1 – 2 lantai.
Jadi dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi arsitektur ini
menggunakan lahan dengan ketentuan lahan fasilitas pendidikan skala regional
atau nasional dengan kesimpulan sebagai berikut:
· Rencana Guna Lahan RDTRk : Fasilitas Pendidikan
Pusat Kegiatan dan Dokumentasi ArsitekturTema : Dekonstruksi
Achmad Fauzan Mubarok | 07660056
72
· Arahan Rencan Guna Lahan RTRK Kec. Lowokwaru : Fasilitas
Pendidikan
· KDB : 50-60 %
· KLB : 0.5-3
· TLB : 1-5 Lantai
b) Kelebihan dan Kekurangan lokasi tapak
· Aksesibilitas yang tepat karena lokasi site berada di tengah kota
· Didukung dengan keberadaan kampus-kampus disekitar site.
· Kesesuaian dengan obyek perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi
Arsitektur.
· Kesesuaian dengan peruntukan lahan.
· Kesesuaian dengan tema dekonstruksi.