bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan tentang...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Satwa Liar 1. Pengertian Satwa merupakan sebagian sumber daya alam yang tidak ternilai harganya, sehingga kelestariannya perlu dijaga agar tidak punah baik karena factor alam, maupun perbuatan manusia seperti perburuan, dan kepemilikan satwa yang tidak sah. Menurut Pasal 1 ayat 5 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud dengan Satwa liar dalam pasal 1 ayat 7 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia, selain itu juga satwa liar dapat diartikan semua binatang yang hidup di darat dan di air yang masih mempunyai sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. Satwa migran satwa yang berpindah tempat secara teratur dalam waktu dan ruang tertentu 1 , Satwa yang boleh diburu adalah satwa yang menurut undang-undang atau peraturan telah ditetapkan untuk dapat diburu. Sedangkan Satwa langka adalah binatang yang tinggal sedikit jumlahnya dan perlu dilindungi (spt jalak putih, cenderawasih). 1 Cahyadi, 2012, Definisi Satwa Liar (online), http://cahyadiblogsan.blogspot.com/2012/04/definisi-satwa-liar.html (30 oktober 2012)

Upload: vuongkhanh

Post on 10-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Satwa Liar

1. Pengertian

Satwa merupakan sebagian sumber daya alam yang tidak ternilai harganya, sehingga

kelestariannya perlu dijaga agar tidak punah baik karena factor alam, maupun perbuatan

manusia seperti perburuan, dan kepemilikan satwa yang tidak sah.

Menurut Pasal 1 ayat 5 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya, Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani

yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud dengan

Satwa liar dalam pasal 1 ayat 7 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di

air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas

maupun yang dipelihara oleh manusia, selain itu juga satwa liar dapat diartikan semua

binatang yang hidup di darat dan di air yang masih mempunyai sifat liar, baik yang hidup

bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. Satwa migran satwa yang berpindah tempat

secara teratur dalam waktu dan ruang tertentu1, Satwa yang boleh diburu adalah satwa

yang menurut undang-undang atau peraturan telah ditetapkan untuk dapat diburu.

Sedangkan Satwa langka adalah binatang yang tinggal sedikit jumlahnya dan perlu

dilindungi (spt jalak putih, cenderawasih).

1 Cahyadi, 2012, Definisi Satwa Liar (online), http://cahyadiblogsan.blogspot.com/2012/04/definisi-satwa-liar.html

(30 oktober 2012)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

Satwa liar berpengaruh terhadap tanah dan vegetasi dan memegang peran kunci

dalam penyebaran, pertumbuhan tanaman, penyerbukan dan pematangan biji,

penyuburan tanah, penguraian organisme mati menjadi zat organik yang lebih

berguna bagi kehidupan tumbuhan, penyerbukan dan pengubah tumbuh-tumbuhan dan

tanah

Satwa liar juga berperan dalam perekonomian lokal dan nasional, nilai ekonomi

satwa sebagai sumber daya alam sangat terkenal di wilayah tropik, terutama di

Benua Afrika, dan hingga saat ini merupakan aset yang layak dipertimbangkan.

Pemanfaatan satwa liar secara langsung ada beberapa macam, antara lain

1) Perburuan tradisional untuk makanan yang biasa dilakukan oleh suku -suku

pedalaman

2) Perburuan tradisional seperti kulit yang biasanya digunakan sebagai bahan pembuat

tas, baju/hiasan lain oleh penduduk asli

3) Mengumpulkan dan menjual beberapa jenis satwa liar

4) Menjual produk-produk dari satwa liar, seperti daging, kulit, ranggah, cula dan

gading

5) Berburu untuk tujuan memperoleh penghargaan (trophy) atau untuk olahraga

wisatawan

6) Melindungi satwa liar di taman nasional sebagai atraksi untuk wisatawan yang

harus membayar bila akan melihat, meneliti, memotret atau mendekatinya2.

Dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya pada Pasal 20 ayat (1) membagi satwa dan

2 Wiratno,dkk, 2001,Berkaca dicermin Retak : Refleksi Konservasi dan Implikasi bagi pengelolaan taman Nasional,

The Gibon Foundation, Jakarta, Hal.106-107.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

tumbuhan dalam dua jenis yakni satwa dan tumbuhan yang dilindungi dan satwa

dan tumbuhan yang tidak dilindungi, satwa dan tumbuhan yang dilindungi adalah

satwa dan tumbuhan yan g dalam bahaya kepunahan dan yang populasinya jarang.

Peraturan perundang -undangan yang khusus mengatur mengenai satwa dan

tumbuhan yang dilindungi terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, penetapan

mengenai satwa atau tumbuhan yang dilindungi terdapat dalam Pasal 4, 5 dan 6

dalam Peraturan Pemerintah ini.

2. Jenis-jenis satwa yang dilindungi

Dalam lampiran Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan jenis

tumbuhan dan Satwa, secara umum di Indonesia dikenal ada 236 Nama Satwa yang di

lindungi yang terdiri dari jenis mamalia sejumlah 70, Aves 70 jenis, Reptilia 30 jenis,

Insecta 18 jenis, Pisces 7 jenis, Anthozoa 1, dan Bivalvia 13 jenis. Sedangkan di

Gorontalo Sendiri dari 236 jenis satwa liar yang dilindungi, terdapat beberapa satwa liar

yang sering ditemui yang terdiri dari Mamalia seperti Babirusa (Babyrousa babyrussa),

monyet hitam Sulawesi (Cynopithecus niger), Kera tak berbuntut (Hylobatidae), Bajing

tanah,atau tupai tanah (Lariscus insignis), monyet sualwesi (Macaca Maura atau Macaca

brunnescens), tarsius (Tarsius spp.), Aves seperti Elang (Accipitridae), Burung

udang/raja udang (Alcedinidae), Rangkong (Bucerotidae), Burung dara Mahkota (Goura

spp), dan Burung Maleo(Macrocephalon maleo). Semua jenis satwa yang ada digorontalo

sebagaimana yang disebutkan, ada yang di peruntukan sebagai hewan peliharaan, ada

juga yang di jadikan sebagai hewan buruan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

Beberapa alasan mengapa kepemilikan satwa yang dilindungi merupakan suatu

tindakan yang merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain diantaranya, pertama

memelihara satwa yang dilindungi berarti membahayakan kita dan anggota keluarga

yakni dalam hal, kemungkinan penyakit menular yang ada pada diri satwa tersebut, yang

tanpa kita sadari seperti flu burung, anthrax , rabies dan penyakit lain yang berbahaya

bagi kesehatan manusia sela in penyakit juga ancaman serangan dari satwa tersebut

karena walaupun jinak tetapi naluri sebagai binatang liar masih ada. Kedua memelihara

satwa liar dilindungi identik dengan menyiksa dan menganiayanya yakni, dalam hal

kebutuhan akan makanan yang terkadang tidak sesuai dengan pola makan alami

dari satwa tersebut, kebutuhan akan ruang habitat, dan kebutuhan akan pasangan

atau keluarga. Ketiga memelihara satwa dilindungi menjadikan kita sebagai

pengganggu masyarakat sekitar kita seperti kebisingan yang d itimbulkan oleh

satwa dan bau yang ditimbulkan. Keempat memelihara satwa liar dilindungi

merupakan pemborosan yakni, dalam hal, pemeriksaan rutin, anggaran untuk pakan dan

kandang. Kelima memelihara satwa liar dilindungi berarti kita berperan merusak

hutan dan masa depan manusia, tanpa kita sadari satwa yang kita pelihara

mempunyai peranan yang penting dalam kelestarian hutan karena fungsinya sebagai

penyeimbang pertumbuhan populasi dan membantu regenerasi hutan3.

3 www.konus.or.id.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

B. Tinjauan tentang Balai Kelestarian Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut.

1. Tugas pokok dan Fungsi BKSDA Sulut :

Tugas :

melaksanakan pengelolaan kawasan suaka margasatwa, cagar alam, taman wisata alam,

taman buru serta konservasi tumbuhan dan satwa liar didalam dan diluar kawasan.

Fungsi BKSDA Sulut yaitu :

a. Penyusunan rencana, program, dan evaluasi pengelolaan kawasan suaka margasatwa,

cagar alam, taman wisata alam dan taman buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar

didalam dan diluar kawasan.

b. Pengelolaan kawasan suaka margasatwa, cagar alam, taman wisata alam dan taman buru

serta konservasi tumbuhan dan satwa liar didalam dan diluar kawasan.

c. Perlindungan, pengamanan dan karantina sumber daya alam hayati didalam dan diluar

kawasan.

d. Pengamanan, perlindungan dan penanggulangan kebakaran hutan.

e. Promosi dan informasi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem kawasan

suaka margasatwa, cagar alam, taman wisata alam dan taman buru.

f. Pelaksanaan bina wisata alam dan cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya.

g. Kerja sama pengembangan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

2. Kawasan Konservasi yang dikelola BKSDA Sulut :

a. Kawasan Konservasi yang Dikelola BKSDA Sulut

1. Taman Wisata Batu Putih

2. Taman Wisata Batu Angus

3. Cagar Alam Tangkoko

4. Cagar Alam Duasudara

5. Cagar Alam Gn. Lokon

6. Suaka Margasatwa Manembo-nembo

7. Cagar Alam Gn. Ambang

8. Cagar Alam Tangale

9. Cagar Alam Mas Popaya Raja

10. Suaka Margasatwa Nantu

11. Cagar Alam Panua

12. Cagar Alam Tanjung Panjang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

13. Suaka Margasatwa Karakelang

b. Keadaan areal kawasan konservasi sulut Sampai dengan tahun 2010

Tabel 2 : Data mengenai kawasan konservasi sulut Sampai dengan tahun 2010

No

Nama

Kawasan

Luas (Ha)

Kedudukan

Kab / Kota

Surat Keputusan

Penetapan

/Penunjukan

Potensi

Kawasan

Perlindungan

1. CA Gunung

Lokon

720 Tomohon SK. Menhut No.

109/Kpts-II/2003

Tgl. 27 Maret 2003

- Habitat

pandan hutan,

gunung

berapi aktif.

2. CA

Tangkoko

3.196 Bitung GB. No. 6 Stbl 90

Tgl. 12 Februari

1919

- Habitat

flora/fauna

dilindungi,

tarsius

3. CA Panua 45.575 Pohuwato SK. Menhut No.

471 /Kpts-II /92 Tgl.

22 Mei 1992

- Maleo,

Macaca

hecky, dll

4. CA Mas

Popaya

Raja

160 Gorontalo

Utara

GB. No. 29 Stbl 626

Tgl. 17 Oktober

1939

- Habitat penyu

5. CA Dua

Sudara

4.299 Bitung SK. Mentan No.

700/Kpts/

Um/11/1978 Tgl. 13

- Habitat satwa

dilindungi,

burung

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

No

Nama

Kawasan

Luas (Ha)

Kedudukan

Kab / Kota

Surat Keputusan

Penetapan

/Penunjukan

Potensi

Kawasan

Perlindungan

November 1978 rangkong,

kera hitam

Sulawesi

6. SM Gunung

Manembo-

nembo

6.500 Minahasa,

Minahasa

Selatan

SK. Mentan No.

441/Kpts/

Um/7/1978 Tgl. 16

Juli 1978

- Habitat satwa

dilindung,

burung

rangkong,

kera hitam

Sulawesi

7. SM

Karakelang

24.669 Kep. Talaud SK. Menhut No. 97/

Kpts-II/2000 Tgl.

22-12-2000

- Habitat

burung

dilindungi,

sampiri

8. TWA Batu

Putih

615 Bitung SK Mentan No.

1049/Kpts

/Um/12/1981 Tgl. 24

Desember 1981

- Kera hitam,

rangkong,

tangkasi &

rekreasi

9. TWA Batu

Angus

635 Bitung SK Mentan No.

1049/Kpts

/Um/12/1981 Tgl. 24

- Rekreasi, dll

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

No

Nama

Kawasan

Luas (Ha)

Kedudukan

Kab / Kota

Surat Keputusan

Penetapan

/Penunjukan

Potensi

Kawasan

Perlindungan

Desember 1981

10.

SM Nantu 31.172,2 Gorontalo,

Gorontalo

Utara, Boalemo

SK Menhut No. SK.

101/Menhut-II/2005

Tgl. 25 April 2005

- Babirusa, dll

11.

CA Tanjung

Panjang

3.000 Pohuwato SK. Menhut No.

573/KPTS-II/1995

Tgl. 30 Oktober1995

- Burung

Maleo,

burung air,

mangrove

12. CA Tangale 112,5 Gorontalo SK Menhut

431/Kpts-II/92 Tgl.

5 Mei 1992

- Nantu,

Cempaka

13. CA Gunung

Ambang

+18.765,4*) Bolaang

Mongondow,

Bolaang

Mongondow

Timur,

Minahasa

Selatan

SK.Menhutbun

No.425/Kpts

/II/1999 Tgl. 17

Juni 1999#)

- Anoa, Dige

(Macaca

hecki), Ninox

eos

Jumlah 139.419,1

Sumber : Data BKSDA Sulut

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

3. Kegiatan Pengelolaan BKSDA Sulut :

a. Kegiatan Pengelolaan

• Penyusunan Rencana dan Program

• Pengamanan Kawasan Konservasi

• Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kawasan Konservasi

• Pembinaan Daerah Penyangga

• Pembinaan Sumber Daya Manusia

• Pembinaan Generasi Muda Pencinta Alam dan Kader Konservasi

• Penyebaran Informasi Konservasi

• Pengamanan Peredaran Flora Fauna

• Inventaris Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

b. Kerja Sama Pengelolaan

• Macaca Nigra Project, Tangkoko – Bitung

• Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki (PPST)

• Dr. Lynn Clayton

• Yayasan Adudu Nantu International

• Taman Satwa Tandurusa – Bitung

• Selamatkan Yaki, Manado

• Pendidikan Konservasi Tangkoko, Bitung

• PT. Matahari Kahuripan, Jakarta

• Instansi Pemerintahan Terkait

c. Pesan Konservasi

Tegakkan peraturan pelestarian dan ketentuan yang berlaku.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

Laporkan penangkap, pedagang dan pembeli satwa liar yang dilindungi kepada polisi atau

petugas KSDA untuk diproses secara hukum.

Bantu mensosialisasikan upaya penyadaran tahuan konservasi.

Bantu petugas KSDA dalam menjalankan tugas pengamanan kawasan konservasi beserta

flora serta faunan didalamnya.

Berhentilah menbeli satwa untuk diperoleh atau dijadikan hiasan.

C. Tinjauan tentang Polisi Kehutanan(Polhut)

1. Pengertian

Sebelum membahas tentang Polisi kehutanan, terlebih dahulu akan dijelaskan

mengenai polisi itu sendiri. Polisi mempunyai dua arti, yaitu arti formil dan materil4. Yang

dimaksud dengan arti formil adalah mencakup penjelasan tentang organisasi dan

kedudukan suatu instansi kepolisian, dan arti materil yaitu memberikan jawaban terhadap

persoalan-persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya atau gangguan

keamanan dan ketertiban baik dalam rangka kewenangan kepolisian umum, melalui

ketentuan – ketentuan yang diatur dalam peratuan atau undang-undang.

Dengan demikian, polisi merupakan segenap organ pemerintah yang ditugaskan

mengawasi, jika perlu menggunakan paksaan, supaya yang diperintah menjalankan dan

tidak melakukan larangan-larangan pemerintah, termasuk dalam hal menjaga kelestarian

hutan dan satwa yang terkandung didalamnya. Selain pihak penyidik kepolisian, untuk

menjamin terselenggaranya perlindungan hutan, maka kepada pejabat kehutanan tertentu

sesuai dengan sifat pekerjaannya diberikan wewenang kepolisian khusus yang disebut

polisi kehutan. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 77 ayat (1) Undang-undang No.41

4 Abdussaalam R. 1997 penegakan hukum dilapanaganoleh Polri, dnas hukumpolri Jakarta, hal 20

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

Tahun 1999 tentang Kehutanan “Selain pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik

Indonesia, pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya meliputi pengurusan hutan, diberi wewenang khusus sebagai penyidik

sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana”.

Adapun dalam , pasal 1 ayat (1) Kitab Hukum Acara Pidana Kita, mengatakan bahwa

Penyidik adalah pejabat polisi Negara Repoblik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil

tertnetu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Sedangkan, menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan No.p.71/Menhut-

II/2008 tentang Pakaian atribut, dan kelengkapan Seragam Polisi Kehutanan, yang

dimaksud dengan Polisi Kehutanan yang selanjutnya disingkat Polhut adalah pejabat

tertentu dalam lingkup intansi kehutanan pusat dan daerah yang sesuai dengan sifat

pekerjaannya, menyelenggarakan dan atau melaksanakan usaha perlindungan hutan yang

oleh kuasa undang-undang diberi wewenang kepolisian khusus dibidang kehutanan dan

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya5.

Tugas pokok Polisi Kehutanan adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan,

memantau, dan mengevaluasi serta melaporkan kegiatan perlindungan dan pengamanan

hutan serta pengawasan peredaran hasil hutan6.

2. Perlengkapan

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan kedinasan, Polhut dan SPORC dapat

menggunakan perlengkapan diri, adapun perlengkapan diri yang dimaksud berupa:

1) Borgol

2) Senter.

5 Pasal 1 ayat (1) Permen Kehutanan Tahun 2008

6 Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan aparatur negara dan Reformasi Birokrasi No.17 Tahun 2011

tentang Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan dan angka Kreditnya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

3) Golok.

4) Buku Saku Polhut (dimasukkan dalam PDH dan PDL Polhut dan SPORC)

5) Pisau sangkur

6) Pluit

7) Ransel

8) Tongkat karet.

9) Nesting

10) Veldples/tempat air

11) Jas Hujan/ponco

12) Tali-temali7.

3. Kode Etik Polisi Kehutanan

Sebagaimana Pegawai Negeri pada umumnya, Polhut juga memiliki Kode Etik Polhut,

yaitu Budhi – Bhakti – Wirawana (Ksatria rimba yang berdedikasi tinggi dan berakhlak

mulia).

4. Pedoman Kerja Polisi Kehutanan

Pedoman Kerja polisi kehutanan antara lain adalah Disiplin, Hierarki, dan kehormatan.

Dengan demikian dalam melaksanakan tugas Polhut selalu berpegangan pada pedoman

kerja yang telah diatur dalam Undang-undang.

D. Tinjauan tentang Pertanggung jawaban dalam Hukum Pidana

1. Pertanggung jawaban Pidana.

Kejahatan yang semakin meningkat dan sering terjadi dalam masyarakat merupakan

hal yang sangat diperhatikan, sehingga mengundang pemerintah (negara) sebagai pelayan,

7 Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) Permen Kehutanan Tahun 2008

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

pelindung masyarakat untuk menanggulangi meluasnya dan bertambahnya kejahatan yang

melanggar nilai-nilai maupun norma-norma yang hidup dan berlaku didalam suatu

masyarakat sehingga kejahatan tersebut oleh negara dijadikan sebagai perbuatan pidana

untuk tindak pidana.

Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu Negara,

yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :

1) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,

dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa

melanggar larangan tersebut.

2) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar

larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah

diancamkan.

3) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila

ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.8

Hukum pidana sebagai salah satu upaya untuk penyelesaian setiap permasalahan yang

terjadi di masyarakat baik itu kejahatan maupun pelanggaran sangat diharapkan memberikan

solusi yang terbaik sehingga tetap menjaga stabilitas dan keamanan sosial masyarakat.

Menjaga stabilitas dan keamanan sosial sudah menjadi tanggung jawab negara lewat lembaga

Kepolisian yang telah diberikan amanat oleh undang-undang.

Hukum pidana merupakan sarana yang penting dalam penanggulangan kejahatan atau

mungkin sebagai obat dalam memberantas kejahatan yang meresahkan dan merugikan

masyarakat pada umunya dan korban pada khususnya.

8 Moeljatno, asas-asas hukum pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal 1.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

Pertanggung jawaban pidana dalam istilah asing tersebut juga dengan

teorekenbaardheid atau criminal responsibility yang menjurus kepada pemidanaan

petindak dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka

dipertanggung jawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak9.

Penyebab sehingga munculnya pertanggung jawaban pidana adalah kesalahan dan

kealpaan. Dimana kesalahan adalah adanya keadaan psikis yang tertentu pada orang yag

melakukan perbuatan pidana dan adanya hubungan antara keadaan tersebut dengan

perbuatan yang dilakukan yang sedemikian rupa, sehingga orang itu dapat dicela, karena

melakukan perbuatan tadi10

.

Untuk adanya kesalahan, harus dipikirkan dua hal disamping melakukan perbuatan

pidana:

1) Adanya keadaan psikis (batin) yang tertentu, dan

2) adanya hubungan yang tertentu antara keadaan batin tersebut dengan perbuatan yang

dilakukan, hingga menimbulkan celaan tadi.

Sedangkan kealpaan merupakan bentuk dari kesalahan yang dapat dimintai

pertanggung jawaban atas perbuatan seseorang yang dilakukannya, seperti yang tercantum

dalam Pasal 359 KUHP yang menyatakan sebagai berikut : “Barang siapa karena

kealpaannya menyebabkan matinya orang lain diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun atau kurangan paling lama satu tahun.”

Kealpaan mengandung dua syarat, yaitu :

1. Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan hukum

9 Saifudin, 2009, Pertanggung jawaban Pidana(online),

http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/pertanggungjawaban-pidana.html(30 oktober 2012) 10

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009, Hal 171

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

2. Tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan hukum11

Pertanggung jawaban pidana atau kesalahan menurut hukum pidana, terdiri atas tiga syarat

yaitu :

1. Kemampuan bertanggung jawab atau dapat dipertanggung jawabkan dari si

pembuat.

2. Adanya perbuatan melawan hukum yaitu suatu sikap psikis si pelaku yang

berhubungan dengan kelakuannya yaitu : Disengaja dan Sikap kurang hati-hati atau

lalai

3. Tidak ada alasan pembenar atau alasan yang menghapuskan pertanggung jawaban

pidana bagi si pembuat12

.

Orang tidak mungkin dipertanggung jawabkan(dijatuhi pidana) kalau dia tidak melakukan

perbuatan pidana. Tetapi meskipun melakukan perbuatan pidana, tidak selalu dapat di

pidana13

.

Mengenai persoalan tidak dapat dijatuhi pidana jika tidak melakukan perbuatan

pidana, ini sangat jelas, sebagai contoh ada seseorang yang memiliki perangai yang buruk

dimasyarakat, dia sangat kikir, tidak suka menolong orang lain, tidak menghiraukan

kepentingan orang lain, sehingga banyak orang yang tidak menyukainya, namun untuk

dijatuhi pidana, untuk dapat dipertanggung jawabkan menurut hukum pidana, tidaklah

mungkin selama dia tidak melanggar larangan-larangan atau melakukan kejahatan yang

diatur dalam KUHP.

11

Saifudin loc cit 12

Ibid 13

Moeljatno, loc cit

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

Adapun mengenai tidak selalu dapat dipidana, meskipun melakukan perbuatan pidana,

seperti contoh seorang anak yang bermain dengan korek api disamping rumah tetangga,

yang kemudian menyebabkan kebakaran, maka anak itu tidak dapat diperkarakan untuk

dipertanggung jawabkan perbuatannya.

2. Asas Pertanggung jawaban Pidana.

a. Asas Geen Straf Zonder Schuld.

Adanya tindak pidana berdasarkan pada asas legalitas yang dalam KUHP

dirumuskan dalam pasal 1 ayat (1) yang berbunyi Tiada suatu perbuatan dapat

dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undang yang telah

ada, sebelum perbuatan di lakukan.

Sedangkan adanya pertanggung jawaban dalam hukum pidana di dasarkan asas

geen straf zonder schuld atau tiada pidana tanpa kesalahan, yaiut terjadinya pidana

belum pasti diikuti dengan pemidanaan-pemidanaan baru dapat dilakukan apabila

orang yang melakukan tindak pidana dapat dipertanggung jawabkan dalam hukum

pidana. Sebaliknya apabila orang yang melakukan tindak pidana tidak dapat

dipertanggung jawabkan dalam hukum pidana, walaupun ia telah melakukan

perbuatan yang dirumuskan sebagai tindak pidana, ia tidak akan dijatuhi pidana14

.

Asas ini tidak dirumuskan dalam KUHP akan tetapi telah berkembang dan diakui

dalam dunia praktek. Dewasa ini di Indonesia asas ini dapat dijumpai dalam Pasal 6

ayat (2) Undang-Undang Pokok kekuasaan Kehakiman berikut:

“Tiada seorang juapun yang dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan,

karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan,

14

Mascruchin Rubai, dan Made S. Astuti, Hukum Pidana I, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2004, Hal.54

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

bahwa seorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas

perbuatan yang dituduh atas dirinya”.

b. Asas Strict Liability

Selain Asas Geen Straf Zonder Schuld, dikenal juga asasStict Liability dimana

pengertian dari Strict liability adalah Pemidanaannya tidak menghapuskan adanya

kesalahan (mens area) petindak. Petindak dianggap mutlak dapat dipertanggung

jawabkan atas tindak pidana yang dilakukan15

.

Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan untuk memberlakukan asas strict

liability, yaitu :

a) Adalah essensial untuk menjamin, bahwa peraturan hukum yang penting tertentu

demi kesejahteraan masyarakat harus ditaati.

b) Pembuktian mens are (sikap batin pembuat) terhadap delik-delik tertentu sangat

sulit.

c) Suatu tingkat tinggi “bahaya social” dapat membenarkan penafsiran suatu delik

yang menyangkut Strict Liability16

.

3. Kemampuan Bertanggng Jawab

Dalam KUHP tidak terdapat rumusan tentang pengertian kemampuan bertanggung

jawab, oleh karena itu pengertian ini dapat di lihat dari dunia ilmu pengetahuan hukum.

Menurut simons, kemampuan bertanggung jawab seagai suatu keadaan psychis

sedemikian, yang membenarkan penerapan sesuatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari

15

Ibid 16

A.Z Abidin dalam Mascruchin Rubai, dan Made S. Astuti, Hukum Pidana I, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2004,

hal.55

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

sudut umum orangnya17

. Seseorang dikatakan mampu bertanggung jawab apabila jiwanya

sehat sehingga :

1) Ia mampu untuk mengetahui atau menyadari bahwa perbuatannya bertentangan

dengan hukum.

2) Ia dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran tersebut.

Menurut Van Bomel, kemampuan bertanggung jawab adalah suatu keadaan

normalitas psychis dan kematangan (kecerdasan) yang membawa tiga kemampuan,

yakni:

1) Mampu untuk mengerti nilai dari akibat-akibat perbuatannya sendiri.

2) Memapu untuk menyadari, bahwa perbuatannya itu menurut pandangan masyarakat

tidak dibolehkan.

3) Mampu untuk menentukan kehendaknya atas perbuatan-perbuatan itu18

.

Dari dua definisi yang diberikan ahli hukum tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

untuk adanya kemampuan bertanggung jawab harus ada:

1) Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk;

yang sesuai hukum dan yang melawan hukum,

2) Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsafan tentang baik dan

buruknya perbuatan tadi19

.

Ada dua faktor dasar untuk menentukan adanya kemampuan bertanggung jawab,

yaitu faktor akal (intellectual factor) yaitu dapat membeda-bedakan antara perbuatan

yang diperbolehkan dan yang tidak, dan faktor kehendak (volitional factor) yaitu dapat

menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsyafan atas mana yang diperbolehkan dan

17

Mascruchin Rubai, dan Made S Op cit hal.55 18

Ibid 19

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009, Hal 178-179

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

mana yang tidak20

. Sehingga seorang dikatakan mempu bertanggung jawab apabila

akalnya sehat, dalam arti mampu membedakan mana perbuatan yang bisa dilakukan dan

mana perbuatan yang dilarang. Disamping itu orang terseut harus mampu menyesuaikan

tingkah lakunya dengan kesadarannya atas perbuatan yang diperbolehkan dan yang

dilarang. Faktor kehendak ini adalah salah satu faktor untuk menentukan kesalahan atau

pertanggung jawaban dalam hukum Pidana.

Dalam KUHP mengenai pertanggung jawaban Pidana ini dimuat dalam Bab III

mengenai hal-hal yang mengahapuskan, mnegurangi atau memberatkan pidana, dalam

pasal 44 ayat (1) KUHP dikatakan “Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat

dipertanggungkan kepadanya karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu

karena penyakit, tidak dipidana”.

Alasan-alasan yang dirumuskan dalam Pasal 44 KUHP itu, berupa keadaan pribadi

si petindak yang bersifat biologis yaitu jiwanya cacat dalam pertumbuhannya atau

jiwanya terganggu karena penyakit. Yang termasuk cacat pertumbuhan jiwanya antara

lain gila (idiot), tuli atau buta yang mempengaruhi ketidak sempurnaan pertumbuhan

jiwanya. Yang termasuk jiwanya terganggu karena penyakit antara lain sakit saraf.

Apabila hakim akan menjalankan Pasal 44 KUHP, maka sebelumnya harus

memperhatikan apakah telah dipenuhi dua syarat sebagai berikut :

1. Syarat Psychiartris yaitu pada terdakwa harus ada kurang sempurna akalnya atau

sakit berubah akal, yaitu keadaan kegilaan (idiote), yang mungkin ada sejak

kelahiran atau karena suatu penyakit jiwa dan keadaan ini harus terus menerus.

2. Syarat Psychologis ialah gangguan jiwa itu harus pada waktu si pelaku melakukan

perbuatan pidana, oleh sebab itu suatu gangguan jiwa yang timbul sesudah

20

Ibid

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

peristiwa tersebut, dengan sendirinya tidak dapat menjadi sebab terdakwa tidak

dapat dikenai hukuman21

.

Dalam merumuskan dalam KUHP mengenai Ketidakmampuan bertanggung jawab

sebagai hal yang menghapuskan pidana, orang dapat menempuh 3 jalan, yaitu:

1) Ditentukan sebab-sebab yang menghapuskan pemidanaan.

2) Menyebutkan akibatnya saja; penyakitnya sendiritidak ditentukan.

3) Gabungan dari 1 dan 2, yaitu menyebabkan sebab-sebabnya penyakit jika penyakit

itu harus sedemikian rupa akibatnya hingga dianggap tidak dapat dipertanggung

jawabkan padanya22

.

Kemampuan bertanggung jawab merupakan unsure (elemen) kesalahan.

Karenannya mestinya untuk membuktikan adanya kesalahan, unsure tadi harus

dibuktikan pula. Unsur kemampuan bertanggung jawab ini dapat disamakan dengan

unsure sifat melawan hukum. Sebab, dua-duanya merupakan syarat mutlak, yang satu

bagi dilarangnya perbuatan (adanya sifat melawan hukum), dan yang lain bagi adanya

kesalahan. Berhubung dengan dua-duannya itu, dalam KUHP ada alasan penghapusan

pidana yaitu dalam Pasal 49,50,51,(alasan pembenar), dan alasan dalam Pasal 44 (tidak

mampu bertanggung jawab)23

.

4. Tidak mampu bertanggung jawab untuk sebagian.

Di Nederland, sejak tahun 1925 terdapat Psycopaten Wet, yang mengatur

pertanggung jawaban untuk sebagian, namun ketentuan seperti ini belum ada di

21

Saifudin,2009, Pertanggung jawaban Pidana(online),

http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/pertanggungjawaban-pidana.html(30 oktober 2012) 22

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, loc cit, Hal 180 23

Ibid, hal 182

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang …eprints.ung.ac.id/2737/5/2013-1-74201-271409184-bab2...yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. Sedangkan yang dimaksud

Indonesia. Meskipun demikian, dalam praktek, hal semacam ini sering dihadapi. Bagi

orang yang tidak mampu bertanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukan

sehubungan dengan kelainan jiwa yang dideritanya.

Beberapa jenis kelainan jiwa yang penderitanya tidak mampu bertanggung jawab untuk

sebagian antara lain :

1) Kleptomani, yaitu kelainan jiwa yang berupa dorongan yang kuat untuk mengambil

barang orang lain, dan yang bersangkutan tidak menyadari bahwa perbuatannya

merupakan perbuatan yang terlarang. Dalam hal ini kleptomani hanya tidak mampu

bertanggung jawab atas tindakan pidana pencurian. Adapun terhadap tindak pidana

lain, tetap mampu bertanggung jawab.

2) Pyromani, adalah suatu kelainan jiwa yang berupa kegemaran untuk melakukan

pembakaran, tanpa ada alasan sama sekali. Sehingga Pyromani hanya tidak mampu

bertanggung jawab terhadap tindak pidana pembakaran tidak dengan tindak pidana

lainnya.

3) Nyphomani, Kelainan jiwa bagi seorang laki-laki, apabila berjumpa dengan seorang

wanita, suka berbuat yang tidak senonoh. Dalam hal ini Nyphomani tetap normal.

4) Claustropobhie kelainan jiwa yang berupa ketakutan berada diruang yang sempit.

Orang demikian apabila merusak kaca untuk melepaskan diri dari ruangan sempit

dianggap tidak mampu bertanggung jawab24

.

24

Mascruchin Rubai, dan Made S. Astuti, loc cit hal.60