bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Fashion
Kata fashion, Bagi orang yang berkecimpung dalam hal busana dan
pakaian mungkin sudah sering mendengar kata tersebut. Baik itu desainer,
Pemerhati, Praktisi, Pemasar busana dan pakaian bahkan bagi Masyarakat
umum. Karena kata fashion sering disebutkan dan atau sering didengar
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa kata fashion ini
sudah sangat familiar pada semua kalangan masyarakat, Dan bagi suatu
pribadi atau kelompok fashion bisa sangat dibutuhkan.
Dari sedikit uraian diatas menunjukkan bahwa kata fashion bukan
merupakan sesuatu yang asing lagi dikalangan Masyarakat. Lalu apa
fashion itu?, Berikut adalah pengertian fashion kaitannya dengan busana
dan pakaian.
Fashion adalah kombinasi atau perpaduan dari gaya atau style dengan
desain yang cenderung dipilih, Diterima, Digemari dan digunakan oleh
mayoritas Masyarakat yang akan bisa memberi kenyamanan dan membuat
lebih baik pada satu waktu tertentu.
Dari pengertian atau definisi fashion diatas kalau diurai akan terdiri
dari perpaduan beberapa kalimat sebagai berikut.
1. Fashion adalah kombinasi atau perpaduan dari gaya atau style dengan
desain.
10
2. Fashion adalah merupakan pilihan yang bisa diterima, Digemari, Dan
digunakan oleh mayoritas Masyarakat.
3. Fashion membuat rasa nyaman dan lebih baik pada satu waktu tertentu.
Berik utmasing-masing uraian dari penggalan kalimat diatas.
1. Fashion adalah kombinasi atau perpaduan dari gaya atau style
dengan desain.
Fashion adalah merupakan pilihan yang bisa diterima,
Digemari, Dan digunakan oleh mayoritas Masyarakat. Dari jilbab
instan diatas, Misal Jilbab instan dengan lengan dan ukuran
panjang yang menutup dada merupakan jilbab yang dipilih,
Diterima, Digemari dan digunakan oleh sebagian besar wanita
muslim.
2. Fashion membuat rasa nyaman dan lebih baik pada satu waktu
tertentu.
Dengan memilih dan memakai jilbab instan dengan lengan dan
ukuran panjang yang menutup dada, Wanita muslim akan merasa
nyaman dan lebih baik dalam masyarakat1.
Malcolm Barnard dalam bukunya Fashion sebagai komunikasi,
memulai pengertiannya mengenai fashion dengan mengacu pada Oxford
English Dictionary (OED). Menurut Malcolm: “Etimologi kata ini terkait
dengan bahasa latin, Factio, yang artinya membuat”. Karena itu, arti asli
1 http://goklatenjualango.blogspot.com/2013/01/definisi-atau-pengertian-dan-arti-kata-dari-fashion-dan-gaya-
busana-secara-umum.html
11
fashion adalah sesuatu kegiatan yang di lakukan seseorang, tidak seperti
dewasa ini yang memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan
seseorang.
Artian asli fashion pun mengacu pada pengungkapan bahwa butir butir
fashion dan pakaian adalah komoditas yang paling di fetish-kan (fetish
adalah jimat :KBBI edisi 3), yang diproduksi dan dikonsumsi masyarakat
kapitalis. Karena itu fashion dan pakaian merupakan cara yang paling
signifikan yang bisa di gunakan dalam mengonstruksi, mengalami dan
memahami relasi sosial dewasa ini. OED menyusun daftar Sembilan arti
berbeda dari kata fashion. Salah satunya, fashion bisa saja di definisikan
sebagai sesuatu seperti bentuk dan jenis tata cara atau cara bertindak
tertentu. Polhemus dan Procter menunjukan bahwa “dalam masyarakat
kontemporer barat, istilah fashion kerap di gunakan sebagai sinonim dari
istilah dandanan, gaya dan busana” (Malcolm Barnard, Fashion sebagai
komunikasi).
Penelusuran pada OED, dalam kata busana sebagai kata kerja
dirumuskan dalam arti, membusanai diri sendiri dengan “perhatian” pada
efeknya. Artinya lebih dari sekedar membusanai diri, tapi juga berdandan
dan termasuk juga mengenakan perhiasan. Jadi bisa di katakan meski
semua pakaian itu busana (fashion.red) tapi tidak semua dandanan itu
fashionable. Begitu pula halnya meski semua busana atau dandanan akan
menghadirkan gaya tertentu, tapi tak semua gaya itu akan menjadi fashion.
12
Malcolm Barnard mengatakan bahwa,”ketika suatu gaya berlalu maka bisa
dikatakan ketinggalan jaman alias tidak fashion lagi”.
Fashion adalah salah satu cara bagi suatu kelompok untuk
mengidentifikasi dan membentuk dirinya sendiri sebagai suatu kelompok.
Begitu suatu masyarakat muncul, kemudian masyarakat kapitalis muncul,
fashion pun muncul. Dan fashion biasanya mengkomunikasikan atau
memiliki kekuatan yang di ketahui secara umum. Dari sini ada beberapa
hal yang bisa di pahami. Misalnya orang yang mengenakan potongan
rambut cepak, kacamata besar, jeans levi’s, baju polos atau bergaris dan
sepatu boot berhak tinggi Doctor Martin menunjukan orang itu adalah
anggota skinhead. Kata Malcolm,” dalam hal ini seorang individu awalnya
bukanlah skinhead tapi baju baju itulah yang membentuk dirinya sebagai
skinhead”.
Menurut Simmel dalam bukunya Fashion, dua kecenderungan sosial
yang penting dalam membentuk fashion. Dan bila salah satu
kecenderungan itu hilang maka fashion tak akan terbentuk.
Kecenderungan yang pertama adalah kebutuhan untuk menyatu dan yang
kedua adalah kebutuhan untuk terisolasi. Menurut Simmel: individu
haruslah memiliki hasrat untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih
besar, masyarakat dan individu juga harus memiliki hasrat menjadi sesuatu
yang terlepas dari bagian itu. Manusia rupanya perlu untuk menjadi sosial
dan individual pada saat yang sama, dan fashion serta pakaian merupakan
13
cara bagi hal itu di negosiasikan. Dan saat kebutuhan untuk membedakan
dirinya atu kelompoknya dari yang lain lebih besar maka fashion akan
berkembang lebih cepat. Kebalikannya, “bila masyarakat kurang lebih
stabil maka fashion kurang memungkinkan untuk berubah2.
2.2 Pengertian Hukum
Menurut E. Utrecht3, Hukum adalah Himpunan petunjuk hidup yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh
anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap
petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah
masyarakat itu.
Menurut Sunaryati Hartono, hukum itu tidak merupakan pribadi
sesorang, akan tetapi menyangkut dan mengatur berbagai aktifitas manusia
dalam hubungan dengan manusia lainnya, atau dengan perkataan lain,
hukum mengatur pelbagai aktifitas manusia di dalam hidup masyarakat.
Menurut E. Meyers4, hukum adalah semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam
masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam
melakukan tugasnya.
2http://duniailmu12.blogspot.com/2013/07/pengertian-fashion-menurut-ahli.html
3 Yulies Tiena, Masriani. 2009. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Sinar Grafika.hlm 6.
4 Ibid. Hlm.7
14
Menurut Immanual Kant, hukum adalah Keseluruhan syarat-syarat
yang dengan ini kehendak bebas dari orang lain , menuruti peraturan hukm
tentang kemerdekaan.
Menurut E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam hukum
indonesia:”Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap petunjuk
hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah masyarakat itu.”
Menurut Yulies Tiena Masriani,2004;6, Hukum merupakan peraturan-
peraturan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada dasarnya
berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam hidup
bermasyarakat.
Menurut Soebekti 2008;5, Hukum adalah gejala sosial, ia baru
berkembang di dalam kehidupan manusia bersama5.
2.3 Perlindungan Konsumen berdasarkan Undang-undang Nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen
Hukum tentu sangat terkait dengan kehidupan sosial masyarakat.
Hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia didalam
pergaulan masyarakat. Hukum Publik adalah hukum yang mengatur
hubunngan antara negara dengan alat-alat atau perlengkapan negara atau
hubungan antara negara dengan warga negaranya6.
5 Ibid. hal. 5 6 M. Sadar, Cs. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Akademia. Jakarta Barat.hal.103
15
Hukum Privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang
yang satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan pada
kepentingan perorangan atau pribadi7.
Eksistensi Hukum adalah teori yang menerangkan tentang keberadaan
hukum dalam hukum nasional Indonesia. Hukum Konsumen adalah
keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan
dan masalah antara berbagai pihak satu sama berkaitan dengan barang atau
jasa konsumen, didalam pergaulan hidup8.
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen9.
Konsumen yang mendapat perlindungan menurut Undang-undang
perlindungan konsumen adalah konsumen akhir, yakni pemakai,
pengguna, pemanfaat barang dan/atau jasa yang digunakan untuk diri
sendiri, keluarga atau rumah tangganya, dan tidak untuk diperdagangkan
kembali. Maka pengertian konsumen dalam undang-undang nomor 8
tahun 1999 yang dimaksud adalah konsumen akhir.
7 Ibid. hal.106 8 Djaja Amalia. 2012. Hukum Perjanjian Khusus. Nuansa aulia. Bandung.
9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
16
Dalam penjelasan Pasal 1 Angka 2 dikatakan, didalam kepustakaan
ekonomi dikenal istilah Konsumen Akhir dan Konsumen Antara.
- Konsumen Akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu
produk.
- Konsumen Antara adalah Konsumen yang menggunakan suatu produk
sebagai bagian dari proses suatu produk lainnya10
.
2.3.1 Tujuan Perlindungan Konsumen
Menurut Pasal 1 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen. Tujuan Perlindungan Konsumen:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau
jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
17
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum, keterbukaan informasi serta akses untuk
memperoleh informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha, sehingga tumbuh sikap
jujur dan bertanggungjawab dalam penyediaan barang dan/atau
jasa yang berkualitas.
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada
konsumen. Pengertian konsumen sendiri adalah orang yang
mengkonsumsi barang atau jasa yang tersedia dimasyarakat baik
untuk digunakan sendiri ataupun oranglain dan tidak untuk
diperdagangkan.
Sesuai dengan pasal 3 Undang-undang Perlindungan
Konsumen bertujuan untuk, yaitu :
Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri
Mengangakat derajat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkan pemakaian barang atau jasa yang negatif
Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan barang atau jasa dan menuntut hak-haknya sebagai
konsumen
18
Menciptakan sistem perlindungan yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi
Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan ini sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha meningkatkan barang atau jasa
yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan jasa,
kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.
2.3.2 Pengertian konsumen dan perlindungan konsumen
a. Pengertian Konsumen
Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-
Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian
tersebut secara harfiah diartikan sebagai ”orang atau perusahaan
yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu”
atau ”sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu
persediaan atau sejumlah barang”11
.
Amerika Serikat
mengemukakan pengertian ”konsumen” yang berasal dari
consumer berarti ”pemakai”, namun dapat juga diartikan lebih
luas lagi sebagai ”korban pemakaian produk yang cacat”, baik
korban tersebut pembeli, bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan
korban yang bukan pemakai, karena perlindungan hukum dapat
11 M. Sadar, Cs. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Akademia. Jakarta Barat. Hal.7
19
dinikmati pula oleh korban yang bukan pemakai. Perancis
berdasarkan doktrin dan yurisprudensi yang berkembang
mengartikan konsumen sebagai ”the person who obtains goods
or services for personal or family purposes”. Dari definisi diatas
terkandung dua unsur, yaitu :
(1) konsumen hanya orang dan;
(2) barang atau jasa yang digunakan untuk keperluan pribadi
atau keluarganya. India juga mendefinisikan konsumen
dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen India yang
menyatakan ”konsumen adalah setiap orang (pembeli) atas
barang yang disepakati, menyangkut harga dan
pembayarannya, tetapi tidak termasuk mereka yang
mendapatkan barang untuk dijual kembali atau lain-lain
keperluan komersial. Ada beberapa batasan tentang
konsumen, yakni :
a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang
atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu;
b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan
barang dan/ atau jasa untuk digunakan dengan tujuan
membuat barang dan/ atau jasa lain untuk
diperdagangkan (tujuan komersil); bagi konsumen
antara, barang atau jasa itu adalah barang atau jasa
20
kapital yang berupa bahan baku, bahan penolong atau
komponen dari produk lain yang akan diproduksinya
(produsen). Konsumen antara ini mendapatkan barang
atau jasa di pasar industri atau pasar produsen.
c. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapat dan
menggunakan barang dan/ atau jasa untuk tujuan
memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/
atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan
kembali (non komersial).
Istilah konsumen juga dapat kita temukan dalam peraturan
perundang-undangan Indonesia. Secara yuridis formal pengertian
konsumen dimuat dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, ”konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”12
. Dari
pengertian konsumen diatas, maka dapat kita kemukakan unsur-
unsur definisi konsumen :
a. Setiap orang
Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang
yang berstatus sebagai pemakai barang dan/ atau jasa. Istilah
”orang” disini tidak dibedakan apakah orang individual yang
12 Pasal 1 angka 2 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
21
lazim disebut natuurlijke persoon atau termasuk juga badan
hukum (rechtspersoon). Oleh karena itu, yang paling tepat
adalah tidak membatasi pengertian konsumen sebatas pada
orang perseorangan, tetapi konsumen harus mencakup juga
badan usaha dengan makna lebih luas daripada badan hukum.
b. Pemakai
Kata ”pemakai” dalam bunyi Penjelasan Pasal 1 angka (2) UU
Perlindungan Konsumen diartikan sebagai konsumen akhir
(ultimate consumer).
c. Barang dan/ atau jasa
UU Perlindungan Konsumen mengartikan barang sebagai
sebagai benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
maupun tidak bergerak, benda yang dapat dihabiskan maupun
yang tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan,
dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
Sementara itu, jasa diartikan sebagai setiap layanan yang
berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi
masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
d. Yang tersedia dalam masyarakat
Barang/ jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus
tersedia di pasaran. Namun, di era perdagangan sekarang ini,
syarat mutlak itu tidak lagi dituntut oleh masyarakat konsumen.
Misalnya, perusahaan pengembang (developer) perumahan telah
22
biasa mengadakan transaksi konsumen tertentu seperti futures
trading dimana keberadaan barang yang diperjualbelikan bukan
sesuatu yang diutamakan.
e. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk
hidup lain.
Transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lain seperti hewan dan
tumbuhan.
f. Barang dan/ atau jasa itu tidak untuk diperdagangkan
Pengertian konsumen dalam UUPK ini dipertegas, yakni hanya
konsumen akhir yang menggunakan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhannya, keluarganya, atau pada umumnya
untuk memenuhi kebutuhan rumah tanggana (keperluan non-
komersial).
Definisi ini sesuai dengan pengertian bahwa konsumen adalah
pengguna terakhir, tanpa melihat apakah si konsumen adalah pembeli
dari barang dan/ atau jasa tersebut. Hal ini juga sejalan dengan
pendapat dari pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius yang
menyimpulkan, para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan
konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa
(pengertian konsumen dalam arti sempit).
2.4 Pengertian Perjanjian Dan Perikatan
23
Perjanjian adalah suatu peristiwa ketika seseorang berjanji kepada
orang lain atau ketika orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu
hal.
Pengertian perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1313
KUHPerdata, bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan
seorang atau lebih. Perjanjian juga dapat diartikan suatu peristiwa ketika
seorang berjanji kepada seorang lain, atau ketika 2 orang saling berjanji
untuk melaksanakan sesuatu.
Perjanjian terdiri dari tiga macam, yaitu perjanjian yang obligator,
perjanjian campuran, dan perjanjian yang non-obligator.
- Perjanjian obligator yaitu suatu perjanjian yang timbul karena
kesepakatan dari dua pihak atau lebih dengan tujuan timbulnya suatu
perikatan untuk kepentingan yang satu atas beban yang lain atau timbal
balik.
- Perjanjian campuran adalah perjanjian yang mengandung berbagai
unsur dari berbagai perjanjian.
- Sedangkan Perjanjian non obligator, yaitu perjanjian yang tidak
mengharuskan seseorang membayar atau menyerahkan sesuatu.
Menurut Pasal 1458 KUHPerdata, Perjanjian Sewa-menyewa adalah
suatu perjanjian dengan mana pihak yag satu mengikatkan dirinya untuk
memberikan kepada pihak lainnya, kenikmatan dari sesuatu barang,
24
selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang
oleh pihak tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya13
.
Sedangkan Perjanjian Sewa-menyewa menurut Pasal 1548
KUHPerdata adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi
akan menyerahkan suatu benda untuk dipakai selama jangka waktu
tertentu, sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar harga
yang telah ditetapkan untuk pemakaian itu pada waktu-waktu yang
ditentukan.
Menurut Pasal 1541 KUHPerdata Perjanjian Tukar-menukar adalah
suatu persetujuan dimana kedua belah pihak mengikatkan dirinya untuk
saling memberikan suatu barang secara timbal-balik, sebagai gantinya
suatu barang yang lain.
Setiap perjanjian maksudnya adalah untuk melaksanakan prestasi dan
perjanjian merupakan undang-undang bagi pembuatnya, artinya bahwa
siapapun yang mengadakan perjanjian maka ia harus melaksanakan isi dari
perjanjian tersebut. Dalam perjanjian ini timbul suatu hubungan hukum
antara dua orang tersebut/perikatan. Perjanjian ini sifatnya konkret.14
Perikatan adalah sebuah hukum antara dua orang/dua pihak yang
berdasar sebagaimana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari
pihak yang lain, pihak lainnya juga berkewajiban memenuhi tuntutan itu.
Dalam hal ini, orang yang berhak menuntut disebut kreditur/si berpiutang,
13 Soedaryo Soimin. 2010.KUHPer.Sinar Grafika.Jakarta. 14 Lukman Santoso. 2012. Hukum Perjanjian Kontrak. Cakrawala. Yogyakarta.
25
sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan disebut debitur/si
berhutang.
Sementara itu menurut Mariam Darus Badrulzaman, menjelaskan
bahwa wujud dari tidak memenuhi perikatan itu ada 3 (tiga) macam, yaitu
debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi, debitur terlambat memenuhi
prestasi, serta debitur keliru atau tidak pantas memenuhi prestasi15
.
Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah menimbulkan
perikatan (perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan lainnya yaitu
undang-undang). Di dalam ketentuan pasal 1545 KUHPerdata, jika dalam
suatu perjanjian pertukaran mengenai suatu barang yang sudah ditentukan,
sebelum dilakukan penyerahan antara kedua belah pihak, barang itu hapus
diluar kesalahan pemiliknya, maka perjanjian pertukaran dianggap dengan
sendirinya hapus dan pihak yang sudah menyerahkan barangnya berhak
meminta kembali barangnya itu.
1.5 Syarat Sahnya perjanjian.
Berdasarkan Pasal 1320, dimana terjadinya peretujuan yang sah, perlu di
penuhi empat syarat, antara lain :
1. Kesepakatan Mereka yang mengikat dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perkataan;
3. Suatu pokok persoalan tertentu;
4. Suatu sebab yang tidak terlarang16
.
15 Djaja Amalia. 2012. Hukum Perjanjian Khusus. Nuansa aulia. Bandung.
16 Soedaryo Soimin. 2010.KUHPer.Sinar Grafika.Jakarta.
26
Sedangkan pada pasal 1321 menjelaskan bahwa, ” Tiada suatu
persetujuanpun mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan atau
diperoleh dengan paksaan atau penipuan17
”
1.6 Pengertian Dunia Maya berdasarkan Undang-undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
Dunia Maya adalah suatu jaringan untuk saling bertukar pikiran (dunia
yang tidak nyata), atau transaksi untuk mendapatkan informasi dalam
penggunaan baru, dalam arti penggunaan baru untuk informasi internal, untuk
memperkuat hubungan, dan barangkali dapat menciptakan produk-produk
baru dari informasi tersebut18
.
E-commerce merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan penjual
dan pembeli atau dengan pihak lain dalam hubungan perjanjian yang sama
untuk mengirimkan sejumlah barang, pelayanan atau peralihan hak.
Menurut Riduan Syahrani perjanjian jual beli secara elektronik harus ada
keseimbangan keadaan antara penjual dan pembeli, dalam arti hak yang
dimiliki oleh penjual atau pembeli harus seimbang dengan kewajiban yang
harus dilakukan sehingga tercipta keadilan didalam pelaksanaan perjanjian
jual beli secara elektronik tersebut.
Menurut Pasal 20 ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik, Kecuali ditentukan lain oleh para pihak,
Transaksi Elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim
Pengirim telah diterima dan disetujui Penerima.
18 Adi Nugroho. 2006.E. Commerce “Memahami Perdagangan Modern di Dunia Maya. Informatika. Bandung.
27
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik mengatur tentang definisi dari perdagangan secara elektronik
dalam pasal 1 butir (3) yaitu perdagangan secara elektronik adalah
perdagangan barang maupun jasa yang dilakukan melalui jaringan komputer
atau media elektronik lainnya19
.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik juga menjelaskan mengenai definisi dari kontrak elektronik dalam
pasal 1 butir (5) yaitu kontrak elektronik adalah dokumen elektronik yang
membuat transaksi dan atau perdagangan elektronik.
Adapun yang disebut Saham adalah merupakan suatu proses jual beli
saham melalui online, dimana uangnya seperti contoh pembelian saham
sebesar Rp. 10.000.000 nantinya akan menjadi 2x lipat dari harga saham
sebelumnya.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat dikatakan bahwa jual
beli secara elektronik merupakan suatu serangkaian proses transaksi jual beli
baik barang maupun jasa yang dilakukan antara pihak penjual maupun
pembeli dengan menggunakan perjanjian yang dibuat secara elektronik
melalui internet dimana para pihak tidak bertemu secara langsung.
2.7 Pengertian Jual Beli
Menurut Solahuddin,2007;373, bahwa jual beli adalah suatu
persetujuan dengan nama pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
19 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi elektronika.
28
menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga
yang dijanjikan20
.
Solahuddin,2007;374, Jual beli atas barang orang lain adalah batal dan
dapat memberikan dasar kepda pembeli untuk menuntut penggantian
biaya, kerugian dan bunga, jika ia tidak mengetahui bahwa barang itu
kepunyaan orang lain.
Saham adalah secara umum dan sederhana ialah “surat berharga yang
bisa diperjual belikan (Transaksi) oleh perorangan atau lembaga di pasar
tempat surat tersebut diperjualbelikan”.
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang
paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan
perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi
yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para
investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang
menarik.
dan Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut
memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan,
dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)21
.
2.8 Penemuan Hukum
20 Solahuddin, 2007. KUHPerdata,visimedia, jakarta. Hal 373 21 http://mohamadhanafie.blogspot.com/2011/05/beberapa-pengertian-saham-reksadana.html, 31/12/2013
29
UU No 5 Tahun 1999 hak dilindungi terhadap akibat negatif dari
persaingan curang, yaitu larangan praktek monopoli dan perbuatan tidak
sehat.
Pasal 7 UUPK Kewajiban pelaku usaha
1. Beritikat baik, Konsumen berhak mendapatkan tindakan yang beritikat
baik dari seorang pelaku usaha
2. Berlaku jujur terhadap konsumen, memberikan informasi jujur dan benar
3. Berkewajiban utuk tidak bersikap diskrimasi, pelaku usaha tidak boleh
membeda-bedakan konsumen, konsumen harus diperlakukan sama dari
seorang pelaku usaha.
4. Menjamin mutu, menjamin barang dan jasa
5. Memberi kesempatan untuk mencoba barang dan jasa
6. Memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada konsumen terhadap barang
dan jasa yang dia gunakan dan merugikannya.
7. Ganti rugi dalam bentuk pelanggaran perjanjian oleh pelaku usaha.
Prinsip/teori tentang kedudukan konsumen
1. Let the Bayer beware
Artinya Letakkanlah konsumen tersebut pada posisi yang seimbang,
maksudnya kedudukan antara konsumen dan pelaku usaha berada posisi
yang seimbang maka tidaklah perlu konsumen mendapatkan perlindungan
yang berlebihan.
30
Hambatannya :
- Konsumen tidak mendapatkan akses informasi terhadap barang dan jasa
- Pengetahuan yang terbatas pada konsumen.
2. The Due care theory
Artinya bahwa dalam kedudukan konsumen dan pelaku usaha yang
harus berhati-hati adalah pengusaha. Dalam menawarkan barang dan
jasanya siapapun tidak dapat dipermasalahkan apabila konsumen
dirugikan. Konsumen harus membuktikan kecerobohan pelaku usaha
(Pasal 1865 BW).
3. The Privity of contrak
Artinya konsumen yang kan mendapat ganti rugi dari pelaku usaha
adalah konsumen yang berikan kontraktual dengan pelaku usaha.
Konsumen yang mendapatkan barang dengan cara adanya perjanjian.
Orang yang memiliki barang dengan tanpa perjanjian maka konsumen
tidak dapat menuntut ganti rugi kedudukan pelaku usaha setara dengan
konsumen. Kemauan pelaku usaha harus diikuti oleh konsumen. Misal
perjanjian standart yang diterapkan oleh pelaku usaha maka konsumen
tidak dapat melakukan tawar menawar karena yang dijanjikan hanya yang
besar saja sedangkan masalah kecil dikesampingkan.
4. Kontrak bukalah syarat untuk mendapatkan perlindungan konsumen
31
Artinya konsumen itu tetap dilindungi walau tanpa dalam hubungan
perjanjian itu ada syarat atau kontrak terlebih dahulu. Munculnya kontrak
ini karena adany transaksi yang bermacam-macam dalam dunia
perekonomian kecuali untuk jasa secara ringkas transaksi konsumen
sangat luas sekali22
.
2.9 Penyelesaian Sengketa
Upaya penyelesaian sengketa konsumen bahwa
mediator/konsiliator dalam proses menyelesaikan sengketa konsumen
diluar pengadilan seperti seorang 'dirigen' dalam suatu konser musik.
Memadukan berbagai jenis suara berbeda menjadi sebuah irama menuntut
kemampuan dan kepiawaian diri sang dirigen itu sendiri. Menjadi
mediator/konsiliator adalah juga seni, tanpa pamrih, fleksibel dan tanpa
taring kekuasaan/birokrasi.. Dengan kekuatan inilah kami sewaktu aktif di
YLKI telah meletakkan kerangka dasar tata cara dan prosedur ADR di
YLKI jauh sebelum BPSK itu ada. Dan Alhamdulillah sukses. Betapa
kasus kasus akibat krisis moneter, seperti properti. asuransi, perbankan,
kesehatan/medis dan bahkan berhadapan dengan Pertamina ic Bp. Iqbal
Hasan/eks. Manager LPG dalam kasus ledakan tabung LPG yg memakan
korban manusia dan harta dapat selesai secara baik. mediator/konsiliator
untuk mampu membangun/membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab
pelaku usaha agar sengketa konsumen dapat diselesaikan secara win-
win.Ironinya, bagaimana teman teman LSM yang duduk di BPSK menjadi
22 http://unjalu.blogspot.com/2011/03/hukum-perlindungan-konsumen.html, 1/1/2014
32
mediator/konsiliator, kalau toh selama di LSM belum pernah berhadapan
dan atau menyelesaikan sengketa konsumen secara ADR, bukan
korespondensi dengan pelaku usaha lalu dianggap selesai dan tuntas.
Teman teman wakil konsumen yang duduk di BPSK lah yang harus lebih
matang soal menyelesaikan sengketa konsumen dibanding wakil wakil
dari pelaku usaha dan pemerintah yang nota bene sebelumnya mereka
tidak mengerti apapun soal perlindungan konsumen dalam arti yang
sesungguhnya, apalagi untuk menyelesaikan sengketa konsumen.
ada beberapa prinsip yang musti harus dipenuhi dalam pengelolaan
lembaga penyelesaian sengketa konsumen: 1) Aksesibilitas yakni
bagaimana mengupayakan agar lembaga penyelesaian sengketa konsumen
dapat diakses seluas-luasnya oleh masyarakat. Prinsip ini meliputi elemen-
elemen seperti: biaya murah, prosedur yang sederhana dan mudah,
pembuktian yang fleksibel, bersifat komprehensif, mudah diakses
langsung, dan tersosialisasi serta tersedia di berbagai tempat; 2) Fairness
dalam arti keadilan lebih diutamakan daripada kepastian hukum sehingga
sebuah lembaga penyelesaian sengketa konsumen setidaknya harus
bersifat mandiri (independent) dan dapat dipertanggungjawabkan pada
masyarakat (public accountability); 3) Efektif, sehingga lembaga
penyelesaian sengketa harus dibatasi cakupan perkaranya (kompleksitas
dan nilai klaim) dan setiap perkara yang masuk harus diproses secepat
mungkin tanpa mengabaikan kualitas penanganan perkara23
.
23http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20267/alternatif-penyelesaian-sengketa-konsumen-butuh-progresivitas, 31/12/2013