bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan konsep kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/bab...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN DASAR 1. Konsep Kebutuhan Dasar Aktivitas Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan kegiatan yang terjadi baik fisik dan non fisik merupakan suatu keaktivitas. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas seseorang dipengaruhi oleh adekuatnya sistem persyarafan, otot dan tulang, atau sendi (Tarwoto dan Wartonah, 2011). Aktivitas fisik merupakan irama atau pola tersendiri dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi, makan, istirahat dan lain lain.(Asmadi, 2009) Menurut WHO 2008, aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan suatu pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik akan menjadi salah satu faktor independen dalam suatu penyakit kronis yang menyebabkan kematian secara global. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik merupakan kegiatan atau keaktifan dari gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi dengan melibatkan sistem muskuloskeletal otot dan tulang serta sistem persarafan. 2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Aktivitas Menurut Haswita dan Sulistyowati, 2017, sistem tubuh yang berperan dalam aktivitas adalah sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan. a. Sistem muskuloskeletal Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang (rangka), otot dan sendi. Gabungan dari tiga organ tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya aktivitas dan pergerakan. 6

Upload: others

Post on 13-Aug-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN DASAR

1. Konsep Kebutuhan Dasar Aktivitas

Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu

kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan

kegiatan yang terjadi baik fisik dan non fisik merupakan suatu keaktivitas.

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas seseorang dipengaruhi

oleh adekuatnya sistem persyarafan, otot dan tulang, atau sendi (Tarwoto

dan Wartonah, 2011). Aktivitas fisik merupakan irama atau pola tersendiri

dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi, makan,

istirahat dan lain lain.(Asmadi, 2009)

Menurut WHO 2008, aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang

dihasilkan otot rangka yang memerlukan suatu pengeluaran energi.

Kurangnya aktivitas fisik akan menjadi salah satu faktor independen dalam

suatu penyakit kronis yang menyebabkan kematian secara global. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik merupakan kegiatan atau keaktifan

dari gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan

pengeluaran energi dengan melibatkan sistem muskuloskeletal otot dan

tulang serta sistem persarafan.

2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Aktivitas

Menurut Haswita dan Sulistyowati, 2017, sistem tubuh yang berperan

dalam aktivitas adalah sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan.

a. Sistem muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang (rangka), otot dan sendi.

Gabungan dari tiga organ tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya

aktivitas dan pergerakan.

6

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

7

1) Tulang (rangka)

Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

a) Menyokong jaringan tubuh, terasuk memberi bentuk pada

tubuh ( postur tubuh)

b) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak,paru-paru,

hati dan medula spinalis.

c) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga

ligament.

d) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak.

e) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah)

2) Sendi

Sendi adalah hubungan antara tulang. Setiap sendi diklasifikasikan

sesuai dengan struktur dengan tingkat mobilisasinya.

3) Otot

Otot secara umum berfungsi untuk kontraksi dan menghasilkan

gerakan gerakan. Otot ada tiga macam otot rangka, otot polos dan

otot jantung. Otot rangka terdapat pada sistem skeletal dan

merupakan otot yang paling berperan dalam mekanik tubuh. Otot

rangka berfungsi dalam membantu pengontrolan gerakan,

mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.

(Asmadi,2009)

4) Sistem Persyarafan

secara spesifik, sistem persyarafan memiliki beberapa pungsi,

yaitu:

a) saraf aferen (reseptor) berfungsi menerima rangsangan dari

luar kemudian meneruskannya ke susunan saraf pusat.

b) Sel syaraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian

tubuh satu kesatu lainnya.

c) Sistem saraf pusat (SSP), berfungsi memproses impuls dan

kemudian memberikan respon melalui syaraf aferen.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

8

d) Saraf aferen, berfungsi menerima respon dari SSP kemudian

meneruskan ke otot rangka.

1. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas

Menurut wahit iqbal mubarak, 2015 faktor yang mempengaruhi aktivitas

adalah:

a. Gaya hidup, perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan

aktivitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada prilaku atau

kebiasaan sehari-hari.

b. Proses penyakit atau cidera, peroses penyakit dapat mempengaruhi

kemampuan aktivitas karena mengganggu fungsi sistem tubuh. Sebagai

contoh : orang yang menderita fraktur femur akan megalami

keterbatasan gerak pada ekstremitas bawah.

c. Kebudayaan

Contohnya: orang yang memiliki budaya sering jalan jauh memiliki

kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaiknya yang mengalami gangguan

mobilisasi (sakit) karena adat atau budaya tertentu yang melarang untuk

beraktivitas.

d. Tingkat energi

Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas karena, bila ingin

melakukan aktivitas yang baik maka tubuh membutuhkan energi yang

cukup untuk memenuhinya.

e. Usia

Terdapat perbedaaan kemampuan melakaukan aktivitas pada masing

masing usia tentu berbeda-beda. Contohnya: dari mulai bayi kita blum

bisa berjalan dan sampai bisa berjalan pada usia 1-2 tahun, hal itu yang

membuktikan bahwa usia mempengaruhi aktivitas.

2. Konsep Dasar Intoleransi Aktivitas

Intoleransi aktivitas adalah ketidak cukupan energi psikologis atau

fisiologis untuk mempertahankan untuk menyelesaikan aktivitas di dalam

alveoli, O2 melintasi membrane alveoli-kapiler dari alveoli ke darah

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

9

karena adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi di alveoli dan tekanan

pada kapiler yang lebih rendah.kehidupan sehari-hari yang harus atau yang

ingin dilakukan. (Nurarif & Kusuma: 2015).

3. Batasan Karakteristik Intoleransi Aktivitas

Menutut Nurarif & Kusuma, 2015. Batasan karakteristik yang khas pada

klien dengan intoleransi aktivitas adalah:

a. Keletihan

b. Ketidak nyamanan dalam beraktivitas

c. Menyatakan merasa letih

d. Menyatakan merasa lemah

e. Respon tekanan abnormal terhadap aktivitas

f. Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas

Menurut standar diagnosis keperawatan indonesia (SDKI,2016) batasan

karakteristik pada klien dengan intoleransi aktivitas adalah:

a. Gejala dan tanda mayor

1) Mengeluh lelah

2) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

b. Gejala dan tanda minor

1) Merasa lemah

2) Merasa tidak nyaman setelah braktivitas

3) Dispnea saat setelah beraktivitas

4) Gambaran EKG menunjukan iskemia

5) Sianosis

4. Faktor Yang Berhubungan Dengan Intoleransi Aktivitas

(Nurarif dan Kusuma: 2015).

a. Perawat di rumah sakit jangka panjang

b. Usia sangat lanjut

c. Kelemahan umum

d. Tirah baring

e. Gaya hidup monoton

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

10

B. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan landasan dalam proses

keparawatan oleh karena itu, diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang

masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada

tahap ini. Tahap ini terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang (Asikin :2016)

Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan gangguan aktivitas seperti

intoleransi aktifitas pada pasien fraktur.

meliputi:

a. Identitas Klien

Meliputi nama, TTL, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

pendidikan, pekerjaan, alamat, No. MR, umur, tanggal masuk RS,

tanggal pengkajian, no register dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Pada umumnya, keluhan utama pada khasus fraktur adalah rasa nyeri

tersebut dapat menjadi akut atau kronis tergantung lamanya serangan,

merasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk mengetahui penyebab fraktur

yang nantinya dapat membantu membuat rencana keperawatan tindakan

terhadap klien. Data ini dapat berupa kronologi terjadinya penyakit

tersebut, sehingga dapat ditentukan kekuatan tulang dan bagian tubuh

yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme kecelakaan

dapat diketahui luka kecelakaan lainnya.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini dapat di temukan kemungkinan penyebab fraktur

dan dan memberikan petunjuk berapa lama tulang tersebut akan

menyambung. Penyakit tertentu, misalnya kanker tulang, penyakit paget

yang menyebabkan fraktur fatologis sering kali sulit untuk

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

11

menyambung. Selain itu penyakit diabetes militus juga dapat

menghambat proses penyembuhan tulang.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Pada keluarga terdapat atau tidak penyakit osteoporosis, diabetes

militus, kanker tulang atau penyakit lain yang sipatnya salah satu faktor

predisposisi terjadinya fraktur.

f. Riwayat Psikososial

Respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya serta peran

klien dalam keluarga dan masyarakat, derta respon atau pengaruhnya

dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga atau dalam

masyarakat.

g. Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul rasa ketakutan terjadinya kecacatan

pada diri klien dan harus mengalami penatalaksanaan untuk membantu

penyembuhan tulang. Selain itu, pengkajian juga dilakukan untuk

mengetahui kebiasaan hidup klien, misalnya penggunaan obat steroid

yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, konsumsi alkohol yang

dapat mengganggu keseimbangan, dan apakah klien melakukan

olahraga atau tidak.

h. Pola Nutrisi Dan Metabolisme

Klien yang mengalami fraktur harus mengonsumsi nutrisi melebihi

kebutuhan sehari-hari. Misalnya, kalsium, zat besi, dan vitamin C.

i. Pola Eliminasi

Kaji apakah klien mengalami kesulitan atau tidak saat BAB dan BAK.

j. Pola Tidur Dan Istirahat

Pada semua klien fraktur timbul rasa nyeri dan dan keterbatasan gerak

sehingga dapat mengganggu pola seta kebutuhan tidur klien. Selain itu

juga dilakukan pengkajian mengenai lamanya tidur, suasana

lingkungan, kebiasaan tidur, kesulitan tidur, serta penggunaan obat

tidur.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

12

k. Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri dan keterbatasan gerak, maka semua bentuk

kegiatan klien menjadi berkurang, dan kebutuhan klien memerlukan

bantuan orang lain, hal lain yang perlu dikaji yaitu bentuk aktivitas

klien terutama dalam dalam hal pekerjaan klien.

l. Pola Hubungan Dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena

harus menjalani rawat inap.

m. Pola Persepsi Dan Konsep Diri

Dampak yang timbul dalam klien fraktur, timbul ketakutan terhadap

kecacatan akibat fraktur, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk

melakukan aktivitas secara optimal.

n. Pola Sensori Dan Koknitif

Pada klien yang mengalami fraktur, daya rabanya akan berkurang

terutama pada bagian distal fraktur, sedangka pada indra yang lain tidak

timbul gangguan. Begitu pun pada kognitifnya tidak mengalami

gangguan.

o. Pola Reproduksi Seksual

Dapak ada klien fraktur yaitu klien tidak dapat melakukan hubungan

seksual karena harus mengalami rawat inap dan keterbatasan gerek,

serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga harus dikaji status

pernikahannya termasuk jumlah anak dan lama pernikahannya.

p. Pola Tata Nilai Dan Keyakinan

Untuk klien fraktur, tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah

denagn baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini dapat

disebabkan oleh nyeri dan keterbatasan gerak klien.

q. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan Neuromuskular (5P)

a) Pain : adanya nyeri

b) Palor: tampak pucat

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

13

c) Parestesia : sensasi kulit abnormal seperti terbakar atau

menusuk-nusuk yang terjadi tanpa stimulus dari luar.

d) Pulse : denyut nadi hilang

e) Pergerakan : berkurang

2) Pemeriksaan Setempat

a) Look : benjolan, pembengkakan, atau cekungan yang tidak

biasa (abnormal)

b) Feel : teraba hangat disekitar trauma dan perubahan

kelembapan kulit. Waktu pengisian kapiler >3 detik. Otot :

tonus pada wktu, reaksi atau kondisi, benjolan yang terdapat

pada permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu, juga di

periksa status neurovaskular. Jika terdapat benjolan, maka

harus dideskripsikan permukaannya, konsistensinya,

pergerakan pada dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak,

dan ukurannya

c) Move : apakah nyeri saat pergerakan, lingkup gerak dicatat agar

dapat mengevaluasi kaadaan sebelum dan sesudah, gerakan

sendi dicatatan dalam ukuran drajat dan setiap arah gerakan

dimulai dari 0 (posisi netral). Pemeriksaan ini untuk

menentukan apakah ada atau tidak gangguan gerak

(mobilisasi). Gerakan yang dilihat yaitu adalah gerakan aktif

dan gerakan pasif (Asikin :2016).

r. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi terdiri dari Rontgen, CT scan atau MRI.

Pemeriksaan yang penting untuk dijadikan sebagai penunjang

yaitu pencitraan menggunakan foto rontgen. Untuk mendapatkan

gambaran 3 demensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit,

maka di perlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam

keadaan tertentu, diperlukan proyeksi tambahan (khusus) jika

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

14

a. terdapat indikasi untuk memperlihatkan patologi yang dicari

karena adanya superposisi.

b. Pemeriksaan laboratorium, seperti elekrtolit kalsium, fosfat.

c. Pemeriksaan darah lengkap seperti eritrosit, leukosit, trombosit,

dan hemoglobin ( Tarwoto& Wartonah: 2015).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalahpernyataan yang menjelaskan status

masalah kesehatan aktual dan potensial. Tujuannya adalah

mengidentifikasi masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap

masalah. Manfaat diagnosa keperawatan sebagai pedoman dalam

pemberian asuhan keperawatan dan gambaran suatu masalah kesehatan

dan penyebab adanya masalah(SDKI: 2016)

Masalah keperawatan yang sering muncul pada klien dengan

gangguang pemenuhan kebutuhan aktivitas adalah:

a. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, nyeri, perubahan integritas dan

struktur tulang.

b. Nyeri akut b.d spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema,

cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stres atau ansietas.

c. Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi

(pen, kawat, dan sekrub).

d. Resiko syok hipovelemik b.d perdarahan, dan kehilangan volume

cairan.

e. Gangguan pola tidur b.d nyeri

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

15

3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Fraktur Femur Menurut SIKI : 2018

Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Hambatan mobilitas

fisik b.d nyeri,

perubahan integritas

dan struktur tulang.

Tujuan :

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3x24jam

masalah klien dapat

teratasi dengan

kriteria hasil:

1. klien dapat

meningkat atau

mempertahankan

mobilitas, posisi

pungsional.

2. Dapat

menunjukan

kemampuan

teknik

kemampuan

melakukan

aktivitas.

3. nyeri berkurang.

1. Dukungan ambulasi

Observasi:

- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.

- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai

ambulasi

- Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

Teraupetik:

- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu ( mis. Tongkat,

dan kruk)

- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik.

- Libatkan keluarga dalam membantu pasien dalam meningkatkan

ambulasi

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.

- Anjurkan untuk melakukan ambulasi dini.

- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan(mis.berjalan

dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya).

2. Dukungan mobilisasi

Observasi:

- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan lainnya.

- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.

- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai

mobilisasi.

- Monitor frekuensi umum selama melakukan mobilisasi.

Terapeutik:

- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar

tempat tidur).

- Fasilitasi melakukan pergerakan

- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan

pergerakan.

1. Dukungan kepatuhan program

pengobatan.

2. Dukungan perawatan diri (BAB/BAK,

berpakaian, makan,minum, mandi)

3. Edukasi latihan fisik

4. Eduikasi teknik ambulasi

5. Edukasi teknik transfer

6. Konsultasi via telpon

7. Latihan otogenik

8. Manajemen energi

9. Manajemen lingkungan

10. Manajemen mood

11. Manajemen nutrisi

12. Manajemen nyeri

13. Manajemen medikasi

14. Manajemen program latihan

15. Manajemen sensasi ferifer

16. Pemantauan neurologis

17. Pemberian obat oral dan IV

18. Pembidaian

19. Pencegahan jatuh

20. Pencegahan luka tekan

21. Pengaturan posisi

22. Pengekangan fisik

23. Perawatan kaki

24. Perawatan tirah baring

25. Perawatan traksi

26. Promosi berat badan

27. Promosi kepatuhan program latihan

28. Promosi latihan fisik

29. Teknik latihan penguatan otot

15

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

16

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.

- Anjurkan melakukan mobilisasi dini

- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk

ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat

tidur ke kursi).

30. Teknik latihan penguatan sendi

31. Terapi aktivitas

32. Terapi pemijatan

33. Terapi relaksasi otot progresif.

Nyeri akut b.d

spasme otot,

pergerakan fragmen

tulang, edema, cedera

jaringan lunak,

pemasangan traksi,

stres atau ansietas.

Tujuan:

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

3x24 jam masalah

klien teratasi dengan

Kriteria hasil :

- Nyaman dalam

beristirahat.

- Nyeri dapat

berkurang.

- Sekala nyeri 0

1. Manajemen nyeri

Observasi:

- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan

intensitas nyeri.

- Identifikasi skala nyeri.

- Identifikasi respon nyeri nonverbal

- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.

- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.

- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.

- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas nyeri.

- Monitor keberhasilaan terapi komplomenter yang sudah

diberikan.

- Monitor efek samping penggunaan analgetik.

Terapeutik:

- Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. suhu

ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan tidur.

- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri.

Edukasi:

- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.

- Jelaskan strategi meredakan nyeri.

- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.

- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi:

1. Aromaterapi

2. Dukungan hipnosis diri

3. Dukungan pengungkapan kebutuhan

4. Edukasi efek samping obat

5. Edukasi manajemen nyeri

6. Edukasi proses penyakit.

7. Edukasi teknik napas

8. kompres dingin

9. Kompres panas

10. Konsultasi

11. Latihan pernapasan

12. Manajemen efek samping obat

13. Manajemen kenyamanan lingkungan.

14. Manajemen medikasi.

15. Manajemen sedasi

16. Manajemen terapi radiasi.

17. Pementauan nyeri.

18. Pemberian obat.

19. Pemberian obat intravena.

20. Pemberian obat oral.

21. Pemberian obat topikal.

22. Pengaturan posisi.

23. Perawatan amputasi.

24. Perawatan kenyamanan.

25. Teknik distraksi.

26. Teknik imajinasi terbimbing.

27. Terapi akupresur.

28. Terapi akupuntur.

16

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

17

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

- Pemberian analgesic

29. Terapi bantuan hewan.

30. Terapi humor.

31. Terapi murattal.

32. Terapi musik.

33. Terapi pemijatan.

34. Terapi relaksasi.

35. Terapi sentuhan.

Gangguan integritas

kulit b.d fraktur

terbuka, pemasangan

traksi (pen, kawat,

dan sekrub).

Tujuan:

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

3x24 jam masalah

klien teratasi dengan

Kriteria hasil :

- Ketidak nyamanan

hilang

- Menunjukan

prilaku atau teknik

untuk mencegah

kerusakan kulit

- Memudahkan

penyebuhan sesuai

indikasi.

1. Perawatan integritas kulit

Observasi :

- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan

sirkulasi, perubahan status nutrisi, perubahan kelembaban, suhu

lingkungan ekstream, penurunan mobilisasi)

Teraupeutik :

- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring.

- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang

- Bersihkan parineal dengan air hangat, terutama selama periode

diare.

- Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit

kering

- Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalargik

pada kulit sensitif.

- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering.

Eduksi :

- gunakan pelembab

- anjurkan minum air yang cukup

- anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

- anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur

- anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem.

- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya.

2. Perawatan luka

Obserfasi :

- Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, bau)

- Monitor tanda tanda infeksi

1. Dukungan perawatan diri

2. Edukasi perawata diri

3. Edukasi perawatan kulit

4. Edukasi perilaku upaya kesehatan

5. Edukasi pola prilaku kebersihan

6. Edukasi frogram pengobatan

7. Konsultasi

8. Latihan rentang gerak

9. Manajemen nyeri

10. Pelaporan status kesehatan

11. Pemberian obat intradermal, IM, IV,

subkutan, obat kulit, obat topikal.

12. Penjahitan luka.

13. Perawatan luka bakar.

14. perawatan luka tekan.

15. Perawatan pasca seksio sesaria.

16. Perawatan skin graft.

17. Teknik latihan penguatan otot dan sendi.

18. Terapi lintah.

19. Skrining kanker.

17

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

18

Terapeutik :

- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan

- Cukur rambut di sekitar daerah luka

- Bersihkan degan cairan NaCl sesuai kebutuhan

- Bersihkan jaringan nekrotik

- Bersihkan salep yang sesuai ke kulit atau lesi

- Pasang balutan sesuai jenis luka

- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka

- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase

- Jadwalkan perubahan posisi setiap2 jam sekali

- Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein

1,25-1,5 g/kgBB/hari.

- Beriakan suplemen vitamin dan mineral

- Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transkutaneous) jika perlu

Edukasi :

- Jelaskan tanda dan gejala infeksi

- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein.

- Anjurkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Kolaborasi :

- Kolaborasi prosedur debridement ( mis. Biologis, mekanis, dan

autolitik) jika perlu

- Kolaborasi pemberian antibiotik.

18

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

19

Resiko syok

hipovelemik b.d

perdarahan, dan

kehilangan volume

cairan.

Tujuan:

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

3x24 jam masalah

klien teratasi dengan

Kriteria hasil :

- Cairan tubuh dapat

terpenuhi.

- Input dan output

normal.

1. Pencegahan syok

Obsevasi :

- Monitor status kardiopulmonal (prekuensi dan kekuatan nadi,

frekuensi napas, TD, MAP)

- Monitor status oksigenasi

- Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)

- Monitor tingkat kesadaran dan respon pipil

- Periksa riwayat alargi

Terapeutik :

- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94 %

- Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis

- Pasang jalur intravena

- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine

- Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi.

Edukasi :

- Jelaskan penyebab atau faktor resiko syok

- Jelaskan tanda dan gejala awal syok

- Anjurkan melapor jika menemukan atau merasakan tanda dan

gejala awal syok

- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

- Anjarkan menghindari alergen

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian obat intravena

- Kolaborasi pemberian transfusi darah

- Kolaborasi pemberian antiinflamasi.

2. Pemantauan cairan

Observasi :

- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi

- Monitor frekuensi napas

- Monitor tekanan darah

- Monitor berat badan

- Monitor waktu pengisian kapiler

- Monitor elastisitas atau turgor kulit

- Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine

- Monitor kadar albumin dan protein total

1. Edukasi dehidrasi

2. Edukasi reaksi alergi

3. Edukasi terapi cairan

4. Identifikasi resiko

5. Insersi intravena

6. Kobsultasi via telpon

7. Manajemen akses vena sentral

8. Manajemen analksis

9. Manajemen cairan

10. Manajemen hopoglikemia

11. Manajemen hipopolemia

12. Manajemen perdarahan

13. Manajemen perdarahan akhir masa

kehamilan

14. Manajemen perdarahan antepartum tidak

di pertahankan

15. Manajemen perdahan pervagina

16. Manajemen perdarahan pervagina paska

persalinan

17. Manajemen reaksi alergi

18. Pemantauan hemodinamik infasip

19. Pemantauan tanda-tanda vital

20. Pemberian obat

21. Pemberian obat intravena

22. Pencegahan alergi

23. Pencegahan infekasi

24. Pencegahan perdarahan

25. Pengontrolan infeksi

26. Perawatan emboli paru

27. Perawatan jantung

28. Perawatan sirkulasi

29. Resusitasi cairan

30. Surveilens

31. Terapi intravena

32. Terapi oksigen

19

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

20

- Monitor hasil pemeriksaan serum

- Monitor intake tanda-tanda hipovelemia (mis. Frekuensi nadi,

nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi

meyempit, turgor kulit menurun, dll)

- Identifikasi tanda-tanda hipovelemia (mis. Edema, perifer,

dispnea, berat badan menurun dalam waktu yang singkat dll)

- Identifikasi faktor resiko ketidak seimbangan cairan (mis.

Prosedur pembedahan mayor, trauma atau perdarahan, luka

bakar, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, dll)

Terapeutik :

- Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien

- Dokumentasikan hasil pemantauan.

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan, jika perlu.

33. Transfusi darah

Gangguan pola tidur

b.d nyeri

1. Dukungan tidur

Edukasi :

- Identifikasi pola aktivitas dan tidur

- Identifikasi paktor pengganggu tidur fisik atau psikologis

- Identifikasi makanan dan minuman mengganggu tidur (mis.teh,

kopi, alkohol, dan minum banyak air sebelum tidur

- Identifikasi obat tidur yang di konsumsi

Teraupetik :

- Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, lingkungan, bising,

suhu)

- Batasi waktu tidur siang

1. Dukungan kepatuhan program pengobatan

2. Dukungan meditasi

3. Dukungan perawatan diri BAB atau BAK

4. Poto terapi gangguan mood/tidur

5. Latihan otogenik

6. Manajemen demensia

20

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

21

- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

- Tetapkan jadwal tidur rutin

- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis.pijat,

pengaturan posisi, terapi akupresur

- Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk

menunjang siklus tidur

Edukasi :

- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

- Anjurkan menepati waktu tiduryang tidaak mengandung

supresor terhadap tidur REM

- Anjurkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan

pola tidur (mis. Gaya hidup, atau psikologis)

- Anjurkaan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi

lainnya.

2. Edukasi aktivitas/istirahat

Observasi :

- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Teraupetik :

- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat

- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

- Berikan kesempatan kepada pasien dan keuarga untu bertanya

Edukasi :

- Jelaskan pentingnya melakukaan aktivitas fisik atau olahraga

secara rutin

- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain,

dll

- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat

- Anjurkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis.

Kelelahan, sesak napas saat aktivitas.

- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai

kemampuan.

7. Manajemen energi

8. Manajemen lingkungan

9. Manajemen meditasi

10. Manajemen nutrisi

11. Manajemen nyeri

12. Manajemen penggantian hormone

13. Pemberian obat oral

14. Pengaturan posisi

15. Promosi koping

16. Promosi latihan fisik

17. Reduksi ansietas

18. Teknik menenangkan

19. Terapi aktivitas

20. Terapi musik

21. Terapi pemijatan

22. Terapi relaksasi

23. Terapi relaksasi otot progresif

21

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

22

4. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan

oleh perawat. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan

implementasi intervensi dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan

validasi, penguasaan kemampuan interpersonal, intelektual, dan

teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan ifisien pada

situasi yang tepat, keamanan fisik dan fisiologi dilindungi dan

didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.

5. Evaluasi

Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan. hal-hal yang dievaluasi adalah

keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atu tidak masalah

klien, mencapai tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan.

menentukan evaluasi hasil dibagi 5 komponen yaitu:

a. Menentukan kritera, standar dan pertanyaan evaluasi

b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru

c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dari

standar

d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan

e. Melaksanakan tindakan sesuai berdasarkan kesimpulan

C. TINJAUAN KONSEP PENYAKIT

1. Definisi Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan

tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah

praktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Nurarif & Kusuma,

2015)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

umumnya disebabkan oleh tekanan atau trauma. Selain itu, fraktur

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

23

merupakan rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal

yang datang lebih besar dibandingkan dengan yang dapat diserap oleh

tulang. (Asikin:2016).

2. Etiologi Fraktur

a. Fraktur traumatic

b. Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau

penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang, (infeksi, tumor,

kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma

ringan.

c. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-

ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress

jarang sekali ditemukan pada anggota gerak atas.

3. Tanda Dan Gejala Fraktur

Menurut (Asikin: 2016) tanda gejala fraktur meliputi:

a. Depormitas (perubahan struktur dan bentuk) disebabkan oleh

ketergantungan fungsional otot pada kesetabilan otot

b. Bengkak atau penumpukan cairan atau darah karena kerusakan

pembuluh darah,berasal dari proses dilatasi, edukasi plasma, adanya

peningkatan leukosit pada jaringan disekitar tulang

c. Spasme otot karena tingkat kecacatan, kekuatan otot yang disebabkan

karena tulang menekan otot.

d. Nyeri karna kerusakan otot dan perubahan jaringan dan perubahan

struktur yang meningkat karena penekatan sisi-sisi fraktur dan

pergerakan bagian fraktur

e. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf,

dimana saraf ini dapat terjepit atau terputusoleh fragmen tulang

f. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidak stabilan

tulang, nyeri atau spasma otot

g. Pergerakan abnormal

h. krepitasi, sering terjadi karena pergerakan bagian fraktur sehingga

menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

24

4. Penatalaksanaan Medis Fraktur

Prinsip penatalaksanaan medis pada praktur dikenal dengan istilah 4R,

yaitu:

a. Rekognisi adalah mampu mengenal fraktur (jenis, lokasi, akibat) untuk

menentukan intervensi selanjutnya.

b. Reduksi adalah tindakan dengan membuat posisi tulang mendekati

keadaan normal, dikenal dengan 2 jenis reduksi, yaitu:

1) Reduksi tertutup

Mengembalikan pergerakan dengan cara manual (tertutup) dengan

tarikan untuk menggerakan ujung fragmen tulang.

2) Reduksi terbuka

Pembedahan dengan tujuan memesang alat untuk mempertahankan

pergerakan dengan plate, screw, pin, wire, nail.

c. Retensi

Melakukan imobilisasi, dengan pemasangan gips, imobilisasi eksternal

dan imobilisasi internal.

d. Rehabilitasi

Mengembalikan fungsi ke semula termasuk fungsi tulang, otot dan

jarinagn sekitarnya. Bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi.

2) Monitor status neurovaskuler (sirkulasi, nyeri, sensai, pergerakan).

3) Elevasi untuk meminimalkan swelling, bisa dilakukan kompres

dingin.

4) Kontrol anisietas dan nyeri.

5) Latihan isometric untuk mencegah atrofi, mempertahankan

sirkulasi.

5. Klasifikasi Fraktur

a. Fraktur tertutup (simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka (compound fraktur), bila terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan dikulit.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

25

6. Manifestasi Klinis Fraktur

Manipestasi klinis meliputi nyeri terus-menerus, hilangnya pungsi

(fungsiolaesa), deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus,

pembengkakan lokasi, dan perubahan warna.Ada empat konsep dasar yang

harus dipertimbangkan untuk menengani fraktur, yaitu: (Suratun dkk:

2008).

a. Rekognisi, yaitu menyangkut diagnosis fraktur pada tempat

kecelakaan dan selanjutnya di rumah sakit dengan melakukan

pengkajian terhadap riwayat kecelakaan, derajat keparahan, jenis

kekuatan yang berperan pada pristiwa yang terjadi, serta menentukan

kemungkinan adanya fraktur melalui pemeriksaan dan keluhan dari

klien.

b. Reduksi fraktur ( mengembalikan posisi tulang ke posisi anatomis)

1) Reduksi terbuka, dengan pembedahan, memasang alat fiksasi

interna, (misalnya, pen, kawat, sekrup, plat, paku, dan batangan

logam).

2) Reduksi tertutup, ekstremitas dipertahankan dengan gips, traksi,

brace, bidai, dan fiksator eksterna.

c. Imobilisasi. Setelah direduksi, figmen tulang harus diimobilisasi atau

dipertaruhkan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sehingga teraji

penyatuan. Metode imobilisasi dilakukan dengan fiksasi eksterna dan

interna.

d. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi:

1) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi

2) Meningkatkan daerah fraktur untuk meminimalkan

pembengkakan

3) Memantau status neuromuskular

4) Mengontrol kecemasan dan nyeri

5) Latihan isometrik dan setting otot

6) Kembali ke aktivitas semula secara bertahap

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

26

1. Pathway (Nurarif & Kusuma:2015)

Trauma Langsung

Kondisi Patologis Trauma Tidak Langsung

Fraktur

Pergeseran Frakmen

Tulang Nyeri Akut Diskontinuitas Tulang

Gangguan Integritas

Kulit

Spame Otot

Peningkatan Tekanan

Kapiler

Perdarahan Kehilangan Volume

Cairan

Penekanan Pembuluh

Darah Menyumbat

Pembuluh Darah

Resiko Syok

(Hipovolemik)

Ketidak Efektifan

Perpusi Jaringan Perifer

Bergabungan Dengan

Trombosit

Pelepasan Histamin

Emboli

Laserasi Kulit

Edema

Gangguan Mobilitas

Fisik

Metabolisme Asam

Lemak Gangguan Fungsi

Ekstremitas

Deformitas

Tekanan Sumsum

Tulang Lebih Tinggi

Dari Kapiler

Pergeseran Fragmen

Tulang

Kerusakan Frakmen Tulang

Melepaskan

Katekolamin

Perubahan Jaringan Sekitar

Putus Pena / Arteri

Protein Plasma Hilang

Gangguan

pola tidur

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

27

7. Konflikasi Fraktur

konflikasi fraktur ada 3 yaitu:

a. Konflikasi umum

1) Shock karena kehilangan banyak darah dan penurunan oksigen.

2) Kerusakan organ.

3) Kerusakan saraf.

4) Embili lemak, tetesan lemak masuk ke pembuluh darah.

b. Konflikasi dini

1) Cedera arteri dan cidera kulit dan jaringan.

c. Konflikasi lanjut

1) Degenerasi sendi.

2) Kaku sendi.

3) Peyembuhan tulang terganggu.

4) Mal union, tulang yang patah sembuh namun tidak pada

seharusnya.

5) Non union, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

6) Delayed union, peroses penyembuhan yang berjalan terus tapi

dengan kecacatan yang lebih lambat dari keadaan normal.

7) Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan tekanan

yang berlebih didalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan

masif pada suatu tempat.

8. Patofisiologi Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh adanya

trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan

tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan

apakah fraktur yang terjadi apakah itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur

lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak

lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.kerusakan pembuluh

darah akibat fraktur akan menyebabkan pendarahan, yang menyebabkan

volume darah menurun, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan

perfusi jaringan hematoma pada kasus fraktur akan mengeksudasi plasma

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

28

dan berpoliferasi menjadi edema lokal. Fraktur terbuka atau tertutup

mengenai serabut saraf, dimana hal ini dapat menimbulkan rasa nyaman

nyeri yang menimbulkan nyeri gerah sehingga mobilitas fisik terganggu.

Fraktur tebuka juga dapat mengenai jaringan lunak yang dapat

memungkinkan dapat terjadinya infeksi akibat terkontaminasi dengan

udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan

integritas kulit.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

29

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN …repository.poltekkes-tjk.ac.id/388/3/BAB 2.pdf · 1) Tulang (rangka) Secara fungsi dari tulang ( rangka) adalah sebagai berikut

30