bab ii tinjauan pustaka a. stres mengerjakan skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/bab...

24
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1. Pengertian Stres Mengerjakan Skripsi Sarafino (2008) menyatakan bahwa stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi kemampuan individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa memenuhi tuntutan kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan dalam diri (Sarafino, 2008). Lebih lanjut dijabarkan oleh Hardjana (2006) bahwa stres adalah keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi orang yang mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat seseorang melihat ketidaksepadanan, entah nyata atau tidak nyata, antara keadaan atau kondisi dengan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada pada diri seseorang. Rathus dan Nevid (2013) mengemukakan bahwa stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti bahwa seseorang dapat dikatakan mengalami stres, ketika seseorang tersebut mengalami suatu

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres Mengerjakan Skripsi

1. Pengertian Stres Mengerjakan Skripsi

Sarafino (2008) menyatakan bahwa stres adalah kondisi yang

disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan,

menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi

yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

Stres muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi

kemampuan individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa

memenuhi tuntutan kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan

dalam diri (Sarafino, 2008).

Lebih lanjut dijabarkan oleh Hardjana (2006) bahwa stres adalah

keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi orang yang mengalami

stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat seseorang

melihat ketidaksepadanan, entah nyata atau tidak nyata, antara keadaan

atau kondisi dengan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial

yang ada pada diri seseorang.

Rathus dan Nevid (2013) mengemukakan bahwa stres adalah suatu

kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri

dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti bahwa seseorang dapat

dikatakan mengalami stres, ketika seseorang tersebut mengalami suatu

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

16

kondisi adanya tekanan dalam diri akibat tuntutan-tuntutan yang berasal

dari dalam diri dan lingkungan. King (2012) mengemukakan bahwa stress

terjadi karena terdapat respon yang beragam terhadap stresor, stresor

tersebut seperti lingkungan, peristiwa yang mengancam atau peristiwa

yang membebani kemampuan seseorang.

Stres merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan

sehari-hari di lingkungan kampus. Stres yang dialami oleh mahasiswa

dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Shenoy (2004) bahwa tuntutan terhadap mahasiswa bisa

merupakan sumber stres yang potensial. Hal tersebut disebabkan oleh

banyaknya tanggung jawab yang harus dihadapi oleh mahasiswa. Archer

dan Carrol (2003) mengatakan bahwa kompetisi, kebutuhan untuk tampil,

dapat juga menyebabkan stress bagi mahasiswa. Penyesuaian dalam

kuliah, kehidupan sosial dan tanggungjawab pribadi merupakan bagian

tugas yang juga menakutkan bagi mahasiswa (Rohmah, 2006). Kesulitan

tugas pada mahasiswa dapat menjadi sumber stres yang utama. Salah satu

tugas tersebut adalah menyelesaikan tugas akhir atau skripsi (Rohmah,

2006). Damono dan Hasan (2002) menyatakan bahwa sebagai laporan

yang bersifat akademik, skripsi harus memenuhi kaidah sebagai karya

ilmiah, seperti harus bersifat objektif, bertumpu pada data, harus

berdasarkan prosedur yang jelas, seluruh pembahasan dalam skripsi harus

berdasarkan pada rasio atau akal sehat. Berdasarkan uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa berbagai tuntutan yang harus dimiliki oleh mahasiswa

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

17

yang sedang menyusun skripsi akan menjadi sumber stres yang potensial.

Apabila sumber stres tidak teratasi, maka mahasiswa akan mengalami stres

dalam mengerjakan skripsi.

Mengacu pada uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan

bahwa stres mengerjakan skripsi merupakan kondisi yang terjadi ketika

adanya tekanan, tuntutan dan hambatan melebihi kemampuan individu

yang berasal dari diri sendiri atau dari lingkungan yang ditunjukkan

dengan berbagai gejala akibat adanya peningkatan aktivitas sistem saraf

dan sistem hormonal dalam tubuh sehingga seorang individu khususnya

mahasiswa mengalami gangguan dalam mengerjakan skripsi.

2. Aspek-aspek Stres Mengerjakan Skripsi

Hardjana (2002) ada 4 gejala stres diantaranya gejala fisik,

emosional, intelektual dan interpersonal. Tanda-tanda gejala tersebut yaitu:

a. Gejala Fisik (Fisiologis)

Lelah atau kehilangan energi, sakit kepala, pusing, pening, tidur

tidak teratur, insomnia, bangun terlalu awal, urat tegang, terutama

bagian leher dan bahu, pencernaan terganggu dan bisulan, berkeringat

secara berlebihan, berdebar, dan selera makan berubah.

b. Gejala Emosional (Psikologis)

Gelisah atau cemas, sedih, depresi, mudah menangis, jiwa

merana dan suasana hati berubah, mudah panas dan marah, gugup,

terlalu peka dan mudah tesinggung, emosi mengering atau kehabisan

sumber daya mental atau burn out.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

18

c. Gejala Intelektual (Kognitif)

Susah berkonsentrasi atau memusatkan perhatian, pikiran kacau,

melamun secara berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja,

kehilangan rasa humor yang sehat, mutu kerja rendah dalam pekerjaan,

dan jumlah kekeliruan bertambah banyak.

d. Gejala Interpersonal

Kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah menyalahkan

orang lain, mudah membatalkan janji, suka mencari-cari kesalahan

orang lain atau menyerang orang lain dengan kata-kata, mengambil

sikap terlalu membentengi atau mempertahankan diri, dan

mendiamkan orang lain.

Menurut Sarafino (2008) terdapat dua aspek stres, antara lain, aspek

biologis yang di dalamnya terdapat berupa gejala fisik, dan aspek psikologis

yang di dalamnya terbagi menjadi tiga, yaitu gejala kognisi, gejala emosi, dan

gejala tingkah laku.

a. Aspek Biologis

Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres

yang dialami individu antara lain, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan

pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang

berlebihan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

19

b. Aspek Psikologis

Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara

lain:

1) Gejala Kognisi

Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu yang

mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian

dan konsentrasi.

2) Gejala Emosi

Kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu. Individu

yang mengalami stress akan menunjukkan gejala mudah marah,

kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan

depresi.

3) Gejala Tingkah Laku

Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang

cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan

interpersonal.

Berdasarkan dua aspek stres yang telah dijabarkan oleh ahli, dapat

disimpulkan bahwa keduanya mengungkapkan hal yang sama yakni bahwa stres

memiliki beberapa gejala yang ditunjukkan oleh individu yang mengalaminya, di

antaranya gejala fisik, psikologis, kognitif dan perilaku. Penelitian ini

menggunakan aspek stres yang dikemukakan oleh Hardjana (2002). Penggunaan

aspek tersebut didukung pendapat yang dikemukakan oleh Chun dan Tim (2016)

bahwa pada umumnya dampak negatif stres dibagi menjadi lima gejala utama

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

20

yaitu gejala fisiologis, psikologis, kognitif, interpersonal, dan organisasional.

Gejala fisiologis yang dirasakan individu berupa sakit kepala, sembelit dan diare.

Selain itu terdapat dampak perubahan kondisi psikis berupa perasaan gelisah,

takut, dan mudah tersinggung. Perubahan ini kemudian mempengaruhi adanya

perubahan kognitif diantaranya sulit berkonsentrasi.

3. Faktor-faktor yang dapat Menurunkan Stres dalam Mengerjakan Skripsi

Ada berbagai macam metode untuk mengatasi stres seperti, pendekatan

farmakologis (pharmalogical), perilaku (behavioral), pemahaman (cognitive),

meditasi (meditation), dan hipnosis (hynopsis), dan musik (music) (Hardjana,

1994).

a. Pendekatan Farmakologis (Pharmalogical)

Pendekatan ini dilakukan oleh dokter yang juga ahli dalam psikiatri.

Pendekatan ini memanfaatkan obat-obat penenang dan umumnya bersifat

sementara. Pendekatan ini berfokus untuk mempengaruhi sistem saraf (nervous

system), bisa berada di pusat (central), bisa juga di sekelilingnya (peripheral).

Jadi pendekatan farmakologis boleh disebut sebagai cara pengelolaan stres awal,

sebelum pada waktunya orang dibantu untuk mengelola stres yang dialami

secara sungguh-sungguh, dalam arti masalah sendiri dikelola.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

21

b. Pendekatan Perilaku (Behavioral)

Pendekatan ini dikembangkan oleh para ahli psikologi dan dapat

dilatihkan pada orang yang tertimpa stres untuk mengelola penderitaannya.

Pendekatan ini terarah pada perilaku. Bentuknya antara lain relaksasi

(relaxation), desensitisasi sistematis (systematic desensitization), umpan balik

bio (bio-feedback) dan meniru (modelling).

1) Relaksasi (Relaxation)

Merupakan salah satu teknik penenangan diri yang bermanfaat untuk

mengelola stres. Teknik yang digunakan disebut juga relaksasi otot secara

progresif (progressive muscle relaxation) yaitu perhatian yang dipusatkan

pada suatu bagian tertentu dengan menegangkan dan mengendorkannya agar

ketegangan stres menjadi berkurang.

2) Desensitisasi Sistematis (Systematic Desensitization)

Metode ini berguna untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan.

Metode ini didasarkan atas pandangan bahwa takut itu dipelajari lewat

pemahaman akan suatu situasi atau hal dalam kaitan dengan peristiwa yang

tidak menyenangkan. Dalam psikologi cara pemahaman semacam ini

disebut pengkondisian klasik (classical conditioning).

3) Umpan Balik Bio (Bio-Feedback)

Metode umpan balik bio dimanfaatkan untuk menenangkan otot-otot

yang tegang pada bagian tubuh tertentu, dan untuk menangani stres yang

berhubungan dengan masalah kesehatan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

22

4) Peniruan (Modelling)

Peniruan (modelling) merupakan cara belajar lewat pengamatan

(observation) dan pergaulan (socialization). Cara belajar ini melengkapi

cara belajar dengan cara berbuat sendiri atau melakukan sesuatu. Cara

belajar dengan meniru berlaku juga dalam hal stres. Orang jadi tahu

perilaku yang berkaitan dengan stres, karena melihat orang yang

menderita stres.

c. Pendekatan Kognitif

Metode ini digunakan untuk membantu orang dalam mengatasi

stresnya karena kekurangan atau kesalahan pengertian. Intinya metode

kognitif merupakan pemahaman untuk mengatasi stres diciptakan dengan

membantu mengatur kembali pola berpikirnya. Pengaturan kembali pola

berpikir (cognitive restructuring) pada dasarnya merupakan proses yang

menggantikan pikiran atau kepercayaan yang mengurangi penilaian orang

yang menderita stres terhadap ancaman atau kerugian yang dapat

diakibatkan oleh hal, peristiwa, orang, atau keadaan yang dihadapinya.

d. Meditasi dan Hipnosis

Stres dapat mempengaruhi gejolak mental. Metode meditasi

(meditation) dan hipnosis (hypnosis) merupakan cara yang efektif.

Meditasi merupakan cara untuk memusatkan diri dan perhatian pada

suatu objek, pemikiran, atau bayangan. Tujuannya dalam rangka

mengelola stres adalah menambah kemampuan orang yang terkena stres

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

23

berhadapan dengan hal, peristiwa, orang, keadaan yang mengakibatkan

stres dengan menciptakan tanggapan rileks, tenang, sebagai alternatif

tanggapan terhadap stres itu. Kenyataannya meditasi mampu menciptakan

ketenangan yang tak kalah dengan cara relaksasi dan desensitisasi.

Hipnosis merupakan perubahan kesadaran yang dihasilkan lewat

teknik sugesti tertentu, dan dalam keadaan berubah itu orang dapat

dibantu mengubah pemahaman, ingatan dan perilaku. Tanpa ada orang

yang ahli dan orangnya sendiri tidak mudah dihipnosis, metode hipnosis

tidak dapat dilaksanakan. Dengan syarat itu hipnosis memang dapat

digunakan untuk mengelola stres, tetapi tidak setiap orang dapat

dihipnosis dan efektifitasnya tidak dapat melebihi teknik relaksasi atau

desensitisasi.

e. Musik

Metode ini merupakan salah satu cara untuk membantu mengatasi

stres. Jika kadar stres yang dialami seseorang terlalu tinggi, maka sistem

kekebalan tubuhnya akan berkurang oleh sebab itu seseorang perlu

senantiasa mewaspadai dirinya dari kondisi stres yang berlebihan

(Satiadarma 2002). Secara keseluruhan, musik dapat berpengaruh secara

fisik maupun psikologis. Secara fisik, musik dapat membangkitkan

aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

yang bersifat spontan dan tidak terkontrol, misalnya mengetukan jari.

Musik juga dapat mempengaruhi pernapasan, denyut jantung, denyut

nadi, tekanan darah, mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

24

dan koordinasi tubuh, dan memperkuat ingatan, meningkatkan

produktivitas, suhu tubuh, serta mengatur hormon-hormon yang berkaitan

dengan stres (Campbell, 2001). Sedangkan secara psikologis, musik dapat

membuat seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres, efektif,

efisien, dapat meningkatkan asmara dan seksualitas, menimbulkan rasa

aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, menegaskan

kemanusiaan bersama, dan membantu serta melepaskan rasa sakit.

B. Mendengarkan Musik Gamelan Jawa

1. Pengertian Mendengarkan Musik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), mendengar adalah

dapat menangkap suara atau bunyi dengan telinga, sedangkan

mendengarkan adalah suatu aktivitas menangkap suara yang dilakukan

dengan sungguh-sungguh. Mengutip dari Rahmat (2000) yang

menjelaskan bahwa mendengarkan adalah usaha untuk memperoleh

pengertian atau tujuan tertentu dengan mempergunakan indera

pendengaran yang kemudian akan diinterpretasi oleh otak dan kemudian

direspon oleh tubuh. Mendengarkan mempunyai tujuan yang berbeda-

beda, salah satunya adalah mendengarkan untuk mendapatkan

kesenangan, contohnya mendengarkan musik, saat mendengarkan musik,

otak akan menahan kemampuan kritis sehingga musik dapat dinikmati

dengan rileks dan santai (Sugiyo, 2005).

Sedangkan pengertian musik menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008) adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

25

urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan

komposisi (suara) yang memiliki kesatuan dan kesinambungan nada atau

suara yang disusun sehingga mengandung irama, lagu, dan

keharmonisan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa musik adalah paduan

rangsangan suara yang membentuk getaran yang memberikan rangsangan

pada pengindraan, organ tubuh dan emosi, hal ini berarti individu yang

mendengarkan musik akan memberi respon baik secara fisik maupun

psikis yang akan menggugah sistem tubuh termasuk aktivitas kelenjar di

dalamnya (Yuanitasari, 2008).

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

mendengarkan musik adalah suatu aktivitas menangkap rangsangan

berupa suara yang dihasilkan oleh harmonisasi nada, irama, dan lagu

dengan menggunakan indera pendengaran untuk tujuan tertentu.

2. Pengertian Musik Gamelan Jawa

Indonesia merupakan negara yang besar dan kaya dengan budaya

berbagai tradisi musik, salah satu musik khas Indonesia yang telah diakui

oleh dunia, yakni gamelan Jawa. Gamelan berasal dari kata nggamel

(dalam bahasa jawa)/gamel yang berarti memukul/menabuh, diikuti

akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda (Ferdiansah, 2010).

Gamelan Jawa merupakan alat musik yang muncul dari sejarah

kebudayaan Jawa yang di dalam perkembangannya selalu dipakai

mengiringi pagelaran wayang maupun pengisi suatu pagelaran adat

istiadat orang Jawa (Prasetyo, 2012). Seni gamelan jawa memiliki nilai-

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

26

nilai histori dan filosofis Bangsa Indonesia khususnya bagi masyarakat

jawa dan gamelan jawa juga mempunyai fungsi estetika yang berkaitan

dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual (Purwadi, 2006). Mengutip

pernyataan Fatmawati (2017) gamelan jawa adalah ensambel musik yang

biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik

yang tercipta pada gamelan berasal dari perpaduan alat musik yang ada di

dalamnya yang kemudian disebut musik gamelan jawa atau dalam

Bahasa Jawa disebut karawitan.

Mengacu pada hal-hal yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pengertian mendengarkan musik gamelan jawa adalah

suatu aktivitas menangkap rangsangan berupa suara yang dihasilkan oleh

harmonisasi alat musik gamelan jawa berupa metalofon, gambang,

gendang dan gong dengan menggunakan indera pendengaran untuk

tujuan tertentu.

3. Unsur-unsur dalam Gamelan

Menurut Supanggah (2002), dalam musik gamelan terdapat

enam unsur pokok, yaitu:

a. Laras (tangga nada atas scale)

Secara umum laras atau tangga nada dibedakan menjadi

dua yaitu pentatonis dan diatonis. Hampir setiap jenis musik

menggunakan laras tertentu, hanya saja dibedakan lagi dengan

adanya larasan (daerah wilayah/ambitus suara) maupun embat

(pergeseran/ variasi interval).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

27

Larasan berasal dari kata laras yang mempunyai arti,

pertama, indah menarik hati (Jawa: nengsemake), suara dan lagu

dalam gamelan. Istilah laras dalam karawitan Jawa mempunyai

makna sesuatu yang bersifat enak atau nikmat untuk dihayati.

Kedua, laras bermakna sebagai nama nada dalam bilah gamelan

yang telah ditentukan jumlah frekuensinya. Ketiga, adalah tangga

nada yaitu susunan nada yang jumlah, urutan dan pola interval

nada-nadanya telah ditentukan. Laras dalam karawitan Jawa ada

dua macam yaitu laras slendro dan laras pelog (Kurniatun, 2013)

Mengutip lagi dari Kurniatun (2013) yang menjelaskan dua

macam laras dalam gamelan yakni laras slendro dan laras pelog.

Laras slendro adalah tangga nada yang mempunyai pola interval

relatif sama panjang (sama rata) antara nada satu dengan nada

berikutnya. Laras slendro memiliki urutan nada-nada yang terdiri

dari lima nada dalam satu gembyang (istilah gembyang adalah

untuk menyebut nada yang sama tetapi berbeda frekuensinya)

dengan pola jarak yang hampir sama rata. Susunan dan pola

interval itu diatur sebagai berikut:

1___2___3___5___6___1

Ada pun nama nada yang digunakan dalam laras slendro

adalah:

1. Penunggul (barang) yang diberi simbol angka satu (1) dan

dibaca siji disingkat dengan ji.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

28

2. Gulu (jangga), diberi simbol angka dua (2) dibaca loro atau ro.

3. Dhadha (jaja), diberi simbol angka tiga (3) dibaca telu atau lu.

4. Lima, diberi simbol angka lima (5) dibaca lima atau ma.

5. Enem, diberi simbol angka enam (6) dibaca nem.

Perlu diketahui bahwa di dalam laras slendro terdapat sub laras

yaitu slendro pathet nem yang mempunyai teba nada rendah, slendro

pathet sanga yang mempunyai teba nada sedang, dan slendro manyura

yang mempunyai teba nada tinggi. Sub-sub laras ini akan sangat berperan

bila dikaitkan dengan permainan instrument gamelan.

Laras pelog dalam karawitan Jawa adalah tangga nada yang

mempunyai pola interval jauh dan dekat yang hampir menyerupai tangga

nada diatonic. Ada dua pendapat tentang laras pelog, pertama: sistem

urutan nada-nada yang terdiri dari tujuh nada dalam satu gembyang yang

menggunakan pola jarak yang tidak sama rata dengan susunan pola

interval sebagai berikut:

1____2____3_______4____5____6____7_______1

Kedua: sistem urutan nada yang terdiri dari lima nada dalam satu

gemmbyang menggunakan pola jarak sebagai berikut:

1____2____3_________5____6_________1

Urutan nada dalam laras pelog dapat digeser dengan menggunakan

pola interval yang sama. Hal ini hampir sama dengan tangga nada

diatonik yang dapat digeser tonikanya. Laras pelog juga terdapat sub-sub

laras yaitu pelog pathet lima, dan pelog pathet barang.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

29

Mengacu pada penjelasan tentang laras di atas, laras yang akan

digunakan pada penelitian ini adalah laras slendro. Hal yang

melatarbelakangi pemilihan laras slendro dikarenakan musik gamelan

jawa dengan nada laras slendro memiliki ketukan hampir sama dengan

musik Mozart yaitu dengan kurang lebih 60 ketukan per menit dan

memiliki frekuensi 40-60 Hz yang telah terbukti menurunkan

kecemasan, menurunkan ketegangan otot, mengurangi nyeri dan

menimbulkan efek tenang (American Music Therapy Association, 2008)

b. Ritme

Unsur terpenting dari musik selain nada atau tangga nada adalah

ritme. Ritme atau irama adalah gerak nada yang teratur mengalir karena

munculnya aksen secara tetap. Keindahan irama akan lebih terasa

karena adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan bunyi. Pola irama

pada musik dapat membedakan perasaan tertentu karena pada

hakikatnya irama adalah gerak yang menggerakkan perasaan dan erat

hubungannya dengan gerak fisik. Ritme juga berhubungan dengan pola

jarak waktu yang diperlukan oleh suatu nada atau bunyi ke nada atau

bunyi berikutnya. Dalam sebuah pagelaran Gamelan Jawa, unsur ritme

dimiliki oleh kendang. Dinamika dan level yang dihasilkan oleh

kendang menentukan ritme dari suatu pagelaran.

c. Ricikan atau instrumen atau alat musik

Ricikan adalah sarana fisik utama (untuk instrumental, disamping

vokal) bagi seniman untuk menyampaikan gagasan atau perasaannya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

30

Ricikan atau instrumen yang ada pada gamelan jawa antara lain

kendang, bonang, bonang penerus, demung, saron, kenong, slenthem,

gender, gong, gambang, rebab, siter, suling dan kempul.

d. Organisasi musikal/struktur

Bermusik, terutama dalam kebiasaan musik tradisi, hampir selalu

melibatkan lebih dari satu orang atau alat musik dan vokal, maka

dikenal adanya istilah organisasi musikal, yang menyangkut beberapa

hal, diantaranya adalah distribusi kedudukan dari masing-masing

ricikan atau vokal.

Organisasi musikal dalam pagelaran Gamelan Jawa, terbangun oleh

nada-nada yang dihasilkan oleh instrument-instrumen gamelan dengan

frekuensi rendah sampai menengah dengan reverb yang cukup besar

(sound envelope yang lama). Nada-nada yang dihasilkan oleh instrumen

ini rata-rata menghasilkan nada dengan kesan kuat dan megah seperti

gong, kenong slentem dan kempul

e. Melodi

Unsur melodi dalam sebuah pagelaran Gamelan membuat warna

dari bunyi yang dihasilkan. Unsur ini bisanya dihasilkan oleh instrumen

yang memiliki komponen nada dengan frekuensi tinggi dan sound

envelope yang rendah (reverb cenderung kecil). Instrumen yang

tergolong dalam struktur ini antara lain adalah demung, seruling,

gender, dan bonang.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

31

4. Gendhing Mandulpati/Ladrang Agun-agun

a. Pengertian Gending

Gending atau gendhing dalam bahasa Jawa seringkali kita jumpai dalam

notasi gamelan Jawa. Gending memiliki 2 pengertian yang terkandung di

dalamnya, yang pertama adalah pengertian gending secara luas adalah

komposisi atau semua komposisi lagu di dalam gamelan. Untuk orang yang

sudah mengenal gamelan biasanya akan bertanya gendingnya apa, maka

dapat dijawab misalnya: Lancaran Bindri, Ladrang Wilujeng, Ketawang

Puspa Warna, Srepegan, dan lain-lain (Aradean, 2017).

Lebih lanjut ditambahkan oleh Aradean (2017) secara khusus gending

memiliki arti yakni untuk menyebut komposisi lagu gamelan yang di dalam

satu gong-an terdiri dari 64 ketukan balungan atau kelipatannya. Ini berarti

bahwa gending-gending dengan bentuk ketuk 2 kerep dan gending-gending

ageng seperti ketuk 4 kerep, ketuk 4 arang dan lain sebagainya. Biasanya

kalau menulis suatu nama dari gending dengan keterangannya yang lengkap,

maka pertama ditulis: "Gending - Nama gending - Bentuk gending - Laras -

dan Patet". Contoh: Gending - Rondon - ketuk 4 arang minggah ketuk 8 -

Slendro – Sanga (Aradean, 2017). Sedangkan, menurut Pandji (2011) gending

adalah Bahasa Jawa yang berarti ahli membuat gamelan (alat musik

tradisional jawa), atau lagu yang berasal dari bunyi yang memiliki fungsi

diantaranya 1) sebagai pengiring pergelaran wayang kulit, 2) sebagai

pengiring dalam pementasan (tari-tarian, ketoprak dll), 3) sebagai pengiring

acara ritual adat jawa, 4) sebagai hiburan lepas (karawitan).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

32

b. Gending Mandulpati/Ladrang Agun-agun

Gending mandulpati atau ladrang agun-agun merupakan gending

yang diciptakan oleh Kanjeng Pangeran Haryo Notoprojo atau yang lebih

dikenal sebagai Ki Tjokrowasito, yang lahir di Gunungketur 17 Maret

1909 dengan nama Wasi Jolodro (Djohan, 2005). Apabila mengikuti

urutan penulisan nama gending mengutip pernyataan dari Arandea (2017)

yang telah dijelaskan pada awal subbab ini, yakni "Gending - Nama

gending - Bentuk gending - Laras - dan Patet" maka menjadi “Gending –

Mandulpati – Ladrang Agun agun – Laras Slendro – Patet Manyura” atau

bisa juga disingkat menjadi Gending Mandulpati/Ladrang Agun agun

Slendro Manyura. Slendro Manyura sendiri memiliki arti bahwa gending

ini memiliki laras atau tangga nada jenis slendro dan memiliki pathet atau

memiliki pengaturan nada jenis manyura yaitu memiliki pola ketukan 3-2-

1-6 (Murtiyoso, 2007). Gending ini melibatkan beberapa instrumen

diantaranya bonang, gambang, gender, gong, kenong, slenthem, kethuk

kempyang, saron, dan vokal.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

33

C. Pengaruh Mendengarkan Musik Gamelan Jawa Terhadap Stres

Mengerjakan Skripsi

Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah ilmu atau

seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan

temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang memiliki kesatuan dan

kesinambungan nada atau suara yang disusun sehingga mengandung irama,

lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat

menghasilkan bunyi-bunyi itu). Musik membantu melatih diri dengan cara

tertentu dalam keharmonisan. Inilah rahasia magis dibalik musik, ketika

mendengarkan musik, menyanyikan atau mendengarkan musik yang indah

berarti seseorang sedang menata dan meletakkan diri dalam keharmonisan

kehidupan (Pendak, 2009)

Mucci (2002) menegaskan bahwa musik memiliki efek yang besar

dalam mempengaruhi ketegangan atau kondisi rileks pada diri seseorang,

karena musik dapat merangsang pengeluaran endorphin dan serotonin dalam

tubuh seseorang, yaitu sejenin morfin alami tubuh sehingga seseorang dapat

merasa lebih rileks. Namun, tidak semua jenis musik dapat memberikan efek

yang sama, hanya musik-musik tertentu saja, MacGregor (2001)

menyarankan bahwa musik dengan ketukan 56 sampai 60 per detik dapat

dimanfaatkan untuk melatih relaksasi dan bergerak menuju keadaan alpha.

Salah satu jenis musik yang memiliki ketukan 56 sampai 60 per detik adalah

musik klasik jawa atau musik gamelan jawa.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

34

Ferianto (2001) menyatakan bahwa musik klasik Jawa atau musik

gamelan jawa mempunyai nilai etnik tinggi yang mempengaruhi perasaan

atau kemampuan emosional manusia terutama pada kepekaan dalam merasa,

mengungkapkan emosi yang dirasakan, dan ekspresi emosi. Salah satu cara

mengontrol kadar kecemasan dengan menggunakan terapi musik. Terapi

musik telah menjadi pelengkap pada terapi gangguan jiwa seperti skizofrenia,

perilaku kekerasan, gangguan alam perasaan atau mania dan depresi,

gangguan emosional, stres dan kecemasan (Rahmawati, Haroen, & Juniarti,

2008). Hal ini diperkuat oleh penelitian Triantoro (2014) yang menyebutkan

bahwa mendengarkan musik gamelan jawa dapat memberikan efek rileks,

menurunkan stres, kecemasan dan meningkatkan kesehatan metabolisme dan

tubuh.

Menurut Hardjana (2002), stres memiliki empat gejala, yang pertama

adalah gejala fisik atau fisiologis yang mana individu merasa lelah atau

kehilangan energi, sakit kepala, insomnia, urat tegang terutama bagian leher

dan bahu, jantung berdebar-debar dan mengalami gangguan pencernaan.

Musik gamelan jawa menstimulasi otak melepaskan hormon endorphin dan

memberi rangsangan pada saraf simpatis untuk menghasilkan reaksi berupa

relaksasi. Reaksi relaksasi yang dihasilkan dari musik gamelan jawa yaitu

berupa menurunnya tekanan darah, menurunkan ketegangan otot, dan. denyut

jantung menjadi lebih stabil (Lestari, 2015). Raharjo (2005) menambahkan

bahwa melodi dan harmoni gamelan Jawa berpengaruh terhadap kestabilan

emosi karena gamelan Jawa mengandung ritme tangga nada diatonis dengan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

35

partitur lebih kompleks dibandingkan dengan musik klasik barat yang lebih

menonjolkan accordion. Efek musik gamelan yang menenangkan dapat

meringankan kecemasan atau nyeri karena musik dapat mengkoordinasikan

nafas, irama jantung, irama gelombang otak, dan dapat memperbaiki emosi,

fisik serta fisiologis (Simbolon, 2015).

Efek musik gamelan juga dapat terlihat pada hemisfer otak kanan,

persepsi auditori terhadap musik terjadi di pusat auditori lobus temporal otak,

kemudian sinyal akan diteruskan ke thalamus, otak tengah, amigdala,

medulla, dan hipotalamus, yang akhirnya terjadinya sensasi auditori (Nilsson,

2008). Sensasi auditori yang didapatkan dari bunyi musik gamelan jawa yang

bersifat menenangkan dan menyenangkan sehingga tanpa disadari

pendengarnya dapat hanyut dalam musik yang didengar (Sartika dan

Rohmah, 2013). Ketika seseorang merasakan sensasi yang menyenangkan,

baik berupa sensasi auditori, visual, maupun touching, maka hormon

epineprin meningkat, hormon tersebut merangsang munculnya emosi dan

mood yang positif (Carlson, 2004). Hal ini tentunya berpengaruh pada

penurunan gejala stres emosional menurut Hardjana (2002) yang ditandai

dengan merasa gelisah atau cemas, sedih, mudah menangis, mood atau

suasana hati yang berubah-ubah, dan burnout. Didukung oleh pendapat

Trappe (2012) yang menyatakan bahwa efek yang ditimbulkan dari

mendengarkan musik gamelan jawa membantu individu mengendalikan

gejala stres baik secara fisik maupun mental, gelombang otak menjadi lambat,

dan juga mampu menciptakan mood yang lebih positif.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

36

Musik gamelan jawa dengan laras slendro memiliki ketukan hampir

sama dengan musik klasik Mozart yaitu dengan tempo kurang lebih 60

ketukan per menit. Musik dengan frekuensi 40-60 Hz juga telah terbukti

menurunkan kecemasan, menurunkan ketegangan otot, mengurangi nyeri, dan

menimbulkan efek tenang (American Music Therapy Association, 2008).

Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Oktavia,

Gandamiharja, dan Akbar (2013) yang membandingkan efek musik klasik

Mozart dan musik gamelan jawa menyatakan bahwa musik klasik Mozart dan

musik gamelan jawa keduanya dapat mengurangi kecemasan, stres, dan

sensasi nyeri yang dirasakan. Selain itu, ritme, urutan nada, dan tempo dalam

musik gamelan jawa berpengaruh terhadap emosi individu terutama pada

aspek meningkatkan konsentrasi, dan kemampuan mengelola emosi (Sunaryo,

2005). Temuan-temuan tersebut yang menjadi pendukung asumsi penulis

bahwa mendengarkan musik gamelan jawa dengan laras slendro dapat

menurunkan gejala stres berupa gejala intelektual atau gejala kognitif dari

teori Hardjana (2002). Asumsi ini diperkuat oleh pendapat Trappe (2012)

yang menyatakan bahwa mendengarkan musik klasik dapat mempengaruhi

tubuh, pikiran, dan emosi, sehingga dapat memberikan ketenangan dan

kedamaian ketika aktivitas mental meningkat sekaligus dapat mengurangi

tekanan akibat stres.

Gejala stres keempat yakni gejala interpersonal, ditandai dengan

kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah menyalahkan orang lain,

mudah membatalkan janji, suka mencari-cari kesalahan orang lain, dan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

37

mendiamkan orang lain. Tsiris (2008) berpendapat bahwa kekuatan dan

keindahan musik secara umum dapat membantu individu pada perubahan diri

sendiri. Kekuatan musik juga dapat menciptakan lebih banyak mood yang

lebih positif, membawa kembali memori baik di masa lampau, sehingga ini

adalah positive force untuk perubahan positif secara psikologis dan fisiologis

kepada diri individu itu sendiri. Peneliti berasumsi bahwa dengan adanya

perubahan mood yang lebih positif, dapat membantu individu mengelola

emosi, mengontrol, dan mengurangi stres yang mengganggu kehidupan

interpersonal individu. Asumsi ini didukung dengan pendapat Satiadarma

(2002) dan Campbell (2003), yang menyebutkan bahwa musik klasik

termasuk di dalamnya musik gamelan jawa secara psikologis dapat membuat

seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stress, melepaskan rasa gembira

dan sedih, menegaskan kemanusiaan bersama serta melepaskan rasa sakit.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa musik gamelan

jawa mampu memberikan efek rileks, dapat menstimulasi tubuh untuk

melepaskan hormon endorphin dan serotonin dalam tubuh seseorang,

sehingga seseorang dapat mengontrol gejala stres baik secara fisiologis,

psikolgis, kognitif, dan interpersonal. Peneliti berasumsi bahwa melalui

penelitian dengan menggunakan musik gamelan jawa ini, mahasiswa yang

mengalami stres akan dapat mengontrol dirinya menjadi lebih tenang, dapat

mengelola emosi, dan dapat mengarahkan perilakunya menjadi lebih positif.

Melalui penelitian ini, diharapkan mahasiswa yang mendapat perlakuan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Mengerjakan Skripsi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4867/3/BAB II.pdf · aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon

38

berupa musik gamelan jawa dapat berpengaruh menurunkan stres dalam

mengerjakan skripsi.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh

pemberian musik gamelan jawa terhadap penurunan stres mengerjakan skripsi

pada mahasiswa.