bab ii tinjauan pustaka a. rumah sakit 1. pengertian …repository.ump.ac.id/9654/3/ahda erfiana bab...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Berdasarkan Permenkes RI No. 56 Tahun 2014, rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit adalah institusi kesehtan professional yang
pelayanannya diselenggarakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli
lainya. Di dalam Rumah Sakit terdapat banyak aktivitas dan kegiatan
yang berlangsung secara berkaitan (Haliman & wulandari 2012).
Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi bagian dari tugas serta fungsi
Rumah Sakit, yaitu:
a. Memberi pelayanan medis
b. Memberi pelayanan penunjang medis
c. Memberi pelayanan kedokteran kehakiman
d. Memberi pelayanan medis khusus
e. Memberi pelayanan rujukan kesehatan
f. Memberi pelayanan sosial
g. Memberi penyuluhan kesehatan
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah
sakit memiliki tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Sedangkan menurut Aditama (2003) tugas rumah
sakit adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Fungsi rumah sakit berdasarkan UU No. 44 tahun 2009 adalah
sebagai berikut: Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan
pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
dengan kebutuhan medis. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
3. Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Permenkes No. 340 tahun 2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit, diketahui bahwa klasifikasi rumah sakit
didasarkan pada fasilitas dan kemampuan pelayanan. Menurut jenis
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
pelayanan yang diberikan rumah sakit dibagi menjadi:
a. Rumah sakit umum yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah sakit khusus yaitu memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Klasifikasi rumah sakit umum yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a. Rumah sakit umum kelas A
b. Rumah sakit umum kelas B
c. Rumah sakit umum kelas C
d. Rumah sakit umum kelas D
Sedangkan klasifikasi rumah sakit khusus terdiri atas:
a. Rumah sakit khusus kelas A
b. Rumah sakit khusus kelas B
c. Rumah sakit khusus kelas C
Selain itu, pengelolaan rumah sakit dapat dibagi menjadi:
a. Rumah sakit publik, dapat dikelola oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah
daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Rumah sakit publik yang dikelola
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
pemerintah dan pemerintah daerah tidak dapat dialihkan
menjadi rumah sakit privat.
b. Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan
profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
4. Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah
sakit. Indikator-indikator pelayanan yang dimaksud adalah sebagai
berikut (Depkes, 2005):
a. BOR (Bed Occupancy Ratio)/Angka Penggunaan Tempat Tidur
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambarang tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-85%.
b. ALOS (Average Length of Stay)/Rata-rata Lamanya Pasien
Dirawat ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Secara
umum nilai ALOS ini adalah 6-9 hari.
c. BTO (Bed Turn Over)/Angka Perputaran Tempat Tidur BTO
adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata
dipakai 40-50 kali.
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
d. TOI (Turn Over Interval)/Tenggang Perputaran TOI adalah rata-
rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat
terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
5. Manajemen Pelayanan Rawat Inap
Menurut Bastian (2008), untuk menghasilkan suatu pelayanan
kesehatan yang berkarakter, pihak manajemen harus melaksanakan
hal-hal sebagai berikut:
a. Terhadap karyawan : melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang
berhubungan dengan pembentukan karakter yang baik, terutama di
bidang pelayanan pasien. Pihak manajemen harus melakukan
pengawasan terhadap perilaku karyawannya, sehingga hal-hal yang
tidak diinginkan langsung dapat diperbaiki.
b. Terhadap pasien: pasien mengetahui hak dan kewajibannya,
sehingga ia tahu mana yang merupakan haknya dan apa yang
menjadi kewajibannya. Pihak manajemen harus mencantumkan
atau memasang peraturan-peraturan tersebut, sehingga pasien
mudah membacanya.
c. Terhadap pihak manajemen sendiri : pihak manajemen harus
membuka diri untuk menerima saran dan kritikan dari karyawan
serta dari pihak pasien. Pihak manajemen harus dapat memenuhi
hak dan kewajiban untuk mensejahterakan karyawannya, sehingga
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
kualitas pelayanan dapat ditingkatkan. Pihak manajemen harus
secara terus menerus memperbaiki dan mengevaluasi setiap
kebijakan yang dibuat sesuai dengan prinsip “good governance”.
Organisasi-organisasi pelayanan kesehatan harus mempunyai
komitmen untuk memberikan layanan kesehatan yang berkualitas bagi
masyarakat yang mereka layani. Jadi, organisasi pelayanan kesehatan
harus dapat terus berjalan secara keuangan, efektif dalam biaya dan
sensitif terhadap kebutuhan para pasiennya. Hubungan dengan pasien
dipengaruhi oleh sikap pekerja, pengumpulan informasi yang efektif,
sistem pemrosesan, penjadwalan, koordinasi dan komunikasi antar
departemen.
Arus pelayanan pasien rawat inap dimulai dari pelayanan
pasien masuk di bagian penerimaan pasien, pelayanan ruang perawatan
(pelayanan tenaga medis, pelayanan tenaga perawat, lingkungan
langsung, penyediaan peralatan medis/ non medis, pelayanan makanan/
gizi), dilanjutkan pelayanan administrasi dan keuangan, terakhir
pelayanan pasien pulang. Di ruang rawat inap pasien menjalani 5 tahap
standar pelayanan perawatan, yang dikeluarkan oleh American Nursing
Association/ ANA dalam Haliman & wulandari (2012),
a. Standar I: Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien
b. Standar II: Perawat menetapkan diagnosa keperawatan
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
c. Standar III: Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan
yang berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil yang
diharapkan
d. Standar IV: Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah
ditetapkan dalam rencana asuhan keperawatan 25
e. Standar V: Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam
mencapai hasil akhir yang sudah ditetapkan
B. Beban Kerja
1. Pengertian
Beban kerja yaitu jumlah pekerjaan yang
ditanggung/dibebankan oleh suatu unit organisasi atau jabatan yang
merupakan hasil perkalian waktu dengan jumlah kerja. (UU Kesehatan
No 39 tahun 2009). Beban kerja merupakan kondisi kerja dan uraian
tugasnya yang dalam waktu tertentu mesti terselesaikan (Munandar,
2008).
Dijelaskan dalam Permendagri No. 12 tahun 2008 bahwa
analisis beban kerja dilaksanakan untuk mengukur dan menghitung
beban kerja setiap jabatan/unit kerja dalam rangka efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan tugas. Selain itu, menurut Panggabean (2004),
menjelaskan bahwa analisa beban kerja adalah proses penentuan
jumlah jam kerja yang digunakan untuk 38 menyelesaikan beban kerja
tertentu, jumlah jam kerja karyawan dan menentukan jumlah karyawan
yang dibutuhkan. Adapun pendapat Irnalita (2008), analisa beban kerja
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
adalah proses untuk menetapkan jumlah kerja seseorang yang
digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan
dalam waktu tertentu atau dengan kata lain analisa beban kerja
bertujuan untuk menentukan berapa jumlah personalia dan berapa
jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan
kepada seorang petugas.
Irwady (2007), menyatakan bahwa beban kerja merupakan
jumlah rata-rata kegiatan kerja pada waktu tertentu, yang terdiri dari
beban kerja fisik, beban kerja psikologis serta waktu kerja.
a. Aspek fisik terdiri dari tugas pokok dan fungsi (tupoksi), jumlah
merawat pasien dibandingkan jumlah perawat serta tugas
tambahan lainnya.
b. Aspek psikologis, berhubungan antara perawat dengan sesame
perawat, atasan dan pasien.
c. Aspek waktu, mencakup jumlah waktu efektif melakukan
pekerjaan setiap harinya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap beban kerja
(Suyanto, 2008) yaitu :
1. Faktor internal, yaitu pengaruh dari tubuh sendiri terdiri dari
faktor biologis seperti umur, jenis kelamin, berat dan tinggi
badan, gizi, kesehatan diri, serta faktor psikologis, seperti
persepsi, motivasi, kepercayaan, kepuasan serta keinginan.
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
2. Faktor eksternal, yakni semua faktor diluar biologis
pekerja/perawat, yaitu: kegiatan di institusi tempat kerja, tugas
pokok dan fungsi di kantor, serta kondisi lingkungan kantor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja, dibedakan
menjadi dua yaitu : beban kerja secara kuantitatif dan beban kerja
secara kualitatif (Caplan & Sadock dalam Pasolong, 2011).
Kelebihan beban kerja secara kuantitatif mencakup:
a. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam
kerja
b. Terlalu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan
c. Terlalu beragamnya pekerjaan yang harus dikerjakan
d. Kontak langsung perawat klien secara terus menerus selama
jam kerja
e. Rasio perawat-klien
Beban kerja secara kualitatif mencakup:
a) pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki perawat tidak
mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan diruangan
b) tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan
pasien kritis di ruangan
c) harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan berkualitas
d) tuntunan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien
e) tugas memberikan obat secara intensif
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
f) setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang
tepat
3. Penilaian Beban Kerja Perawat
Penilaian beban kerja merupakan teknik memperoleh data
efektivitas dan efesiensi pekerjaan dari suatu institusi atau suatu
jabatan secara sistematis dengan teknik analisis jabatan atau analisis
beban kerja. Analisis beban kerja yaitu suatu metode/cara
menentukan banyaknya jam pekerjaan yang diperlukan dalam
menyelesaikan kegiatan kerja pada suatu rentang waktu (Pasolong.
2011).
Perawat bertugas merawat pasien dalam waktu 24 jam,
dengan menerapkan asuhan keperawatan, sejak pasien masuk rumah
sakit sampai keluar rumah sakit. Perawat fungsional mempunyai
tanggung jawab administrasi terhadap kepala ruangan dan terkait
pelayanan tekhnis medis operasional melaksanakan tanggung jawab
terhadap dokter ruangan atau dokter yang bertanggung jawab di
ruangan (Depkes RI, 2005). Beban kerja dapat dihitung berdasarkan
beberapa aspek.
a. Aspek fisik
Beban kerja ditentukan berdasarkan jumlah pasien yang harus
dirawat dan banyaknya perawat yang bertugas dalam suatu unit
atau ruangan. Tingkatan tergantungnya pasien diklasifikan
menjadi tiga tingkat yaitu tingkatan tergantung minimal/ringan,
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
tingkatan tergantung parsial atau sebagian, dan pasien dengan
tingkatan tergantung penuh/total.
b. Aspek psikologis
Aspek mental/psikologis dihitung berdasarkan hubungan antar
individu, dengan perawat serta dengan kepala ruangan dan juga
berhubungan antara perawat dengan pasien, yang berpengaruh
pada kinerja dan tingkat produktif perawat. Akibat yang sering
timbul adalah stress kerja, yang akan menurunkan motivasi
kerja dan menurunkan kinerja perawat.
c. Aspek waktu kerja
Waktu kerja produktif yaitu banyaknya jam kerja produktif
dapat dipergunakan perawat dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya berdasarkan uraian tugas dan waktu
melaksanakan tugas tambahan yang tidak termasuk dalam tugas
pokoknya.
Alokasi waktu bekerja menurut Depkes RI, 2005 yakni
waktu bekerja nomal per hari yaitu 8 jam/hari (5 hari bekerja),
dengan waktu efektif kerja/hari 6,4 jam/hari. Sehingga
kesimpulannya waktu efektif bekerja yaitu 80% dari waktu
bekerja 8 jam / hari.
Pengukuran beban kerja pada penelitian ini mengacu
pada kuesioner dengan berdasarkan pada uraian tugas pokok
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruangan,
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
jumlah pasien yang dirawat, jumlah perawat yang bertugas di
ruangan dan waktu bekerja tiap shift jaga perawat.
Buana (2013), menyebutkan bahwa beban kerja
berhubungan dengan kinerja perawat di RSJ Propinsi Bali,
dengan aspek fisik merupakan variabel paling mempengaruhi
kinerja, mendapatkan nilai Odds Ratio (OR) terbesar, di RS Jiwa
Propinsi Bali. Penelitian Buana berbeda dengan penelitian ini
pada jumlah variabel independen yang mempengaruhi variabel
Kinerja, yang mana pada penelitian ini hanya meneliti satu
variabel saja yakni beban kerja, sedangkan pada penelitian
Buana (2013), meneliti tiga variabel yang mempengaruhi kinerja
perawat yakni beban kerja, kompetensi dan motivasi kerja
perawat.
Nurnaningsih (2012), dalam penelitiannya dengan judul
hubungan beban kerja perawat terhadap kinerja perawat dalam
pemberian pelayanan kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Islam Faisal Makassar. Menyimpulkan bahwa, ada
hubungan signifikan antara beban kerja terhadap kinerja perawat
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat inap
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar.
Penelitian Minarsih (2011), tentang hubungan beban
kerja perawat dengan produktivitas kerja perawat di IRNA non
bedah RSUP DR.M. Djamil Padang. Hasil penelitian tersebut
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
didapatkan sebanyak 62,7% perawat menyatakan memiliki
beban kerja tinggi, dan 37,3% menyatakan beban kerja sedang.
Serta disimpulkan bahwa ada hubungan antara beban kerja
perawat dengan produktivitas kerja perawat.
4. Dimensi Beban Kerja
Menurut Carayon & Gurses (2007), beban kerja perawat
mempunyai 6 dimensi yaitu:
1. Beban kerja fisik (physical workload)
Beban kerja fisik yang dilakukan oleh perawat bukan hanya
terdiri dari tindakan keperawatan langsung seperti mengangkat,
memindahkan, dan memandikan pasien, tetapi juga tindakan
keperawatan tak langsung seperti mengambil dan mengirim alat-
alat medis kebagian lain, repetisi perjalanan keunit lain akibat
adanya peralatan yang hilang atau tidak berfungsi, atau bukan
perjalanan kebagian yang sangat jauh dari unit tempat ia bekerja
(seperti pusat sterilisasi alat medis atau ruang lain) yang mana hal
ini meningkatkan aktifitas berjalan (fisik) dari perawat.
2. Beban kerja kognitif (cognitive workload)
Beban kerja kognitif berhubungan dengan kebutuhan para
perawat untuk memproses informasi yang sering kali terjadi dalam
waktu singkat. Banyak situasi tertentu yang mengharuskan perawat
mengambil keputusan secara tepat yang mana ini berarti perawat
harus secara cepat pula melakukan penyesuaian kognitif terhadap
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
pasien sepanjang pasien dirawat, baik yang terencana (misal
perubahan jadwal dinas) maupun yang tidak terencana (prubahan
kondisi pasien secara tiba-tiba). Selain itu perawat secara terus
menerus tetap melakukan tugas-tugas kognitifnya selama
melakukan lainnya (misal pemberian obat, mengambil alat-alat
yang diperlukan pasien)
3. Tekanan waktu (time pressure)
Tekanan waktu berhubungan dengan hal-hal yang harus
dilakukan secara cepat dan dalam waktu yang sangat terbatas.
Tugas yang dilakukan oleh para perawat sangat banyak, yang
dilakukan sesuai dengan waktu yang bersifat reguler atau
kekerapannya (missal memberikan obat, mengkaji, mengukur
hasil, mendokumentasikan). Adanya gangguan pada tugas yang
telah terpola ini menimbulkan peningkatan terhadap waktu yang
ada.
4. Beban kerja emosional (emotional workload)
Beban kerja emosional lazim terjadi pada lingkungan kerja.
Terkadang persepsi perawat dengan keuarga seringkali tidak sama
yang mana hal ini menimbulkan konflik dan masalah
5. Beban kerja kuantitatif
Beban kerja kuantitatif didefinisikan sebagai jumlah pekerjaan
yang dilakukan, sedangkan beban kerja kualitatif dinyatakan
sebagai tingkat kesulitan dari pekerjaan yang dilakukan. Beban
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
kerja kuantitatif perawat dapat diukur dengan menggunakan alat
pengukur beban kerja berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
yang mengukur jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh perawat.
Sedangkan beban kerja kualitatif berhubungan dengan jam kerja
(workhours) yaitu jumlah peningkatan pekerjaan yang diakukan
perawat sesuai dengan peningkatan jumlah jam kerja.
6. Variasi beban kerja
Variasi beban kerja adalah perubahan beban kerja yang
berkesinambungan pada waktu tertentu. Situasi genting adalah
contoh lain dan variasi beban kerja dimana pada keadaan ini tiba-
tiba beban kerja meningkat sebagai konsekuensi adanya situasi
gawat pada pasien, sehingga mereka harus berkonsentrasi
menghadapi kondisi pasien yang tidak stabil.
Keenam dimenasi diatas tidaklah berdiri sendiri, melainkan
saling berkaitan, dimana dimensi yang satu mempengaruhi yang
lain.
C. Pembagian Tugas Ketua Tim Perawat
1. Pengertian
Ketua tim adalah seorang perawat yang bertugas yang mengepalai
sekelompok tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di ruang rawat dan bertanggung jawab langsung langsung
kepada karu (Aditama, 2003).
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
2. Tanggung jawab ketua tim (Charles, 2004)
a. Mengkaji klien dan menerapkan tindaka keperawatan yang tepat.
pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinangan,
dapat melakukan serah terima tugas.
b. Mengkoordinasikan rencana perawatan yan tepat waktu
membimbing anggota tim untuk mencatat tindakan keperawatan
yang telah di lakukan.
c. Meyakinkan semua evaluasi – evaluasi berupa respon klien
terhadap tindakan keperawatan.
d. Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung /
laporan anggota tim.
3. Ketua tim harus memiliki kemampuan (Charles, 2004):
a. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan semua kegiatan tim
menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan
b. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
c. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
d. Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan
pasien
e. Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien
maupun kerja dari anggota tim menjadi guru atau pengajar
f. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
4. Uraian tugas (Charles, 2004)
a. Perencanaan
Bersama karu mengadakan serah terima tugas pada setiap
pergantian dinas :
1) Melakukan pembagian tugas pada anggota berdasarkan
ketergantungan klien
2) Menyusun rencana asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
intervensi dan kriteria evaluasi
3) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan askep meliputi :
Menyiakan format pencatatan
Menyiakan alat untuk pemantauan pasien
Menyiakan peralatan obat
4) Mengikuti vissite dokter
5) Menilaai hasil pengkajian kelompok dan mendiskusikan
permasalahan yang ada
6) Menciptakan kerja sama yang harmonis antara tim dan antara
anggota tim
7) Memberikan pertolongan segera pada klien dan kedaruratan
8) Membuat laporan klien
9) Melakukan ronde kperawatan bersama dengan karu
10) Memberikan orientasi pada klien baru
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
b. Pengorganisasian
Merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan yaitu
tercapainya proses asuhan keperawatan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan klien secara professional melaluai pembagian kerja yang
tepat, pemamfaatan alat dan barang yang tersedia tampa menyimpang
dari prinsip tindakan Ilyas, 2004).
Melakukan pembagian tugas bersama kepala ruangan sesuai
dengan perencanaan terhadap klien yang menjadi tanggung jawab nya.
Pembagian tugas / kerja berdasarkan tingkat ketergantungan klien
dimana seorang perawat bertanggung jawab terhadap 2 – 3 orang klien
dan saling bekerja sama dengan perawat lain serta tidak mengabaikan
klien yang bukan menjadi tanggung jawab nya (Charles, 2004).
Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim. Mendelegasikan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan kepada anggota kelompok dan
pelimpahan wewenang yang meliputi wewenang mengambil keputusan,
wewenang dalam menggunakan sumber daya seperti sesama perawat,
pasien termasuk keluarga pasien (Ilyas, 2004). Membuat rincian tugas
meliputi :
Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana
Mendokumentasikan tindakan dan hasil yang telah di laksanakan.
Membuat laporan tentang keadaan klien dan asuhan keperawatan
Mengevaluasi hasil dan proses keperawatan yang telah di berikan.
Melaksanakan kerja sama dengan anggota tim lainnya.
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
c. Pengarahan
Memberikan pengarahan tentang tugas setiap anggota tim dalam
waktu melakukan askep. Memberikan petunjuk kepada anggota tim
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Memberikan teguran,
pengarahan kepada anggota tim yang melakukan tugas / berbuat
kesalahan. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugasnya tepat sesuai waktu, tepat berdasarkan prinsip tindakan,
rasional dan sesuai dengan kebutuhan serta kondisi klien.
d. Pengawasan
Melaluai komunikasi Ketua tim mengawasi dan berkomunikasi
langsung terhadap pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien. Melaluai supervise :
1) Secara langsung
Melihat aatau mengawasi proses asuhan keperawatan yang di
laksanakan oleh anggota
2) Secara tidak langsung
Melihat daftar perawat pelaksana, membaca dan memeriksa
cover, membaca catatan perawat yang di buat selama proses
keperawatan, mendengar laporan secara lisan dari anggota tim tentang
tugas yang telah di lakukan.
e. Melalui evaluasi
Bersama karu mengevaluasi kegiatan dan laporan dari anggota tim
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Meningkatkan kemampuan analisa ( pengetahauaan ) dan kemampuan
psikomotor serta sikap melalui diskusi dan pengarahan, yang meliputi :
Mengevaluasi penampilan kerja perawat pelaksana dan askep yang di
lakukan oleh anggota tim
Mengecek dokumentasi setelah tindakan perawat yang di lakukan.
D. Pembagian Tugas Ketua Tim dan Perawat Pelaksana Menurut
(RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga)
1. Ketua Tim
URAIAN TUGAS Tugas / TanggungJawab Hasil Kerja
1. Menggantikan tugas Kepala Ruang apabila Kepala Ruang berhalangan hadir
2. Melaksanakan tugas keperawatan berdasarkan kewenangan klinisnya
3. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan perawat
pelaksana 4. Menerima pasien baru, melakukan orientasi pada
pasien sesuai dengan standar
5. Melakukan pengkajian pasien baru dan membuat perencanaan asuhan keperawatan
6. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan
7. Melakukan tindakan kedaruratan yang terjadi pada pasien, misal panas tinggi, syok, perdarahan , cardiac arrest dll sesuai dengan SPO yang berlaku dan segera melaporkan kepada dokter yang merawat (DPJP)/dokter jaga
8. Melaksanakan pendelegasian medis (pemasangan infus, injeksi, DC, NGT, hecting, dll) sesuai intruksi dokter
9. Melakukan evaluasi terhadap perkembangan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
10. Menuliskan keadaan / perkembangan pasien dengan SOAP di lembar CPPT
11. Menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi
1. Terselenggaranya pelayanan di ruangan dengan baik walaupun kepala ruang tidak hadir
2. Terlaksananya pelayanan keperawatan oleh petugas yang kompeten
3. Tercipta budaya disiplin kerja perawat 4. Setiap pasien baru diorientasikan tentang
pelayanan, fasilitas, tata tertib, hak dan kewajiban pasien, dll sesuai dengan ceklist orientasi pasien baru
5. Terlaksana proses asuhan keperawatan dan dokumentasi yang baik
6. Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan
7. Penatalaksanaan dan pelaporan kasus kegawatan sesuai dengan prosedur
8. Tindakan pendelegasian sesuai intruksi dokter
9. Perkembangan pasien terevaluasi
dengan benar 10. Perkembangan pasien tertuang dalam
lembar CPPT dengan benar 11. Berkas pasien pulang lengkap dan pasien
faham yang dijelaskan oleh perawat
12. Obat emergency dikelola dengan baik
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
resume pasien, surat istirahat, surat rujukan, hasil pemeriksaan penunjang, pengembalian obat sisa (kalau ada), dll.
12. Melaksanakan pengelolaan dan verifikasi obat emergency
13. Membuat laporan sewaktu-waktu bila terjadi kejadian luar biasa, KNC dan KTD misal pasien meninggal mendadak, pasien jatuh dari TT dll.
14. Serah terima tugas dengan perawat shiff berikutnya 15. Melakukan tugas jaga sesuai dengan daftar dinasnya 16. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh
kepala ruang 17. Mengkoordinir terselenggarannya kebersihan ruang
rawat dan lingkungannya 18. Mengkoordinir terselenggaranya pemeliharaan
peralatan medik dan keperawatan agar selalu siap pakai
19. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan
20. Membimbing mahasiswa praktek dalam rangka pelaksanaan praktek keperawatan
21. Berperan serta dalam kegiatan peningkatan mutu di rumah sakit
22. Menjalankan tugas sebagai petugas supervisi diluar jam dinas
13. Tercatatnya dokumen dan laporan KLB dan KTD
14. Proses serah terima tugas dengan perawat
shiff berikutnya selalu dilakukan pada akhir dinas
15. Tugas jaga sesuai dengan daftar dinasnya 16. Hadir pertemuan berkala yang diadakan
oleh ka.ruang 17. Terpelihara kebersihan ruang rawat dan
tercipta budaya bersih 18. Peralatan medik dan keperawatan
terpelihara dan berfungsi baik
19. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
20. Mahasiswa mendapatkan bimbingan selama melaksanakan praktek keperawatan
21. Kegiatan peningkatan mutu di rumah sakit berjalan dengan baik
22. Tugas supervisi diluar jam dinas berjalan dengan baik
2. Perawat Pelaksana
URAIAN TUGAS Tugas / TanggungJawab Hasil Kerja
1. Melaksanakan tugas keperawatan berdasarkan kewenangan klinisnya
2. Bekerjasama dengan perawat pelaksana untuk terlaksananya proses keperawatan sesuai dengan standar
3. Menerima pasien baru, melakukan orientasi pada pasien
4. Melakukan pengkajian pasien baru dan seterusnya membuat proses keperawatan dengan pendokumentasian yang benar
5. Melaksanakan kegiatan / asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang dibuat oleh ketua tim
6. Melakukan tindakan kedaruratan yang terjadi pada pasien, misal panas, tinggi, syok, perdarahan , cardiac arrest dll sesuai dengan protap yang berlaku dan segera melaporkan kepada dokter yang merawat (DPJP)/dokter jaga
1. Terlaksananya pelayanan keperawatan oleh petugas yang kompeten
2. Terlaksana proses asuhan keperawatan dan dokumentasi yang baik
3. Setiap pasien baru diorientasikan ttg pelayanan, fasilitas, tata tertib, hak dan kewajiban pasien, dll sesuai dengan ceklist orientasi pasien baru
4. Terlaksana proses asuhan keperawatan dan dokumentasi yang baik
5. Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan
6. Penatalaksanaan dan pelaporan kasus kegawatan sesuai dengan prosedur
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
7. Melaksanakan pendelegasian medis (pemasangan infus, injeksi, DC, NGT, hecting, dll) sesuai intruksi dokter
8. Melakukan evaluasi terhadap perkembangan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
9. Menuliskan kondisi / perkembangan pasien dengan SOAP di lembar CPPT
10. Menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi resume pasien, surat istirahat, surat rujukan, hasil pemeriksaan penunjang, pengembalian obat sisa (kalau ada), dan dll.
11. Melaksanakan pengelolaan dan verifikasi obat emergency
12. Membuat laporan sewaktu-waktu bila terjadi kejadian luar biasa, KNC dan KTD misal pasien meninggal mendadak, pasien jatuh dari TT dll.
13. Serah terima tugas dengan perawat shiff berikutnya
14. Melakukan tugas jaga sesuai dengan daftar dinasnya 15. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh
kepala ruang 16. Memelihara dan mengawasi kebersihan ruang rawat
dan lingkungannya 17. Memelihara peralatan medik dan keperawatan agar
selalu siap pakai 18. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang
keperawatan 19. Membimbing mahasiswa praktek dalam rangka
pelaksanaan praktek keperawatan
20. Berperan serta dalam kegiatan peningkatan mutu di rumah sakit
7. Tindakan pendelegasian sesuai intruksi dokter
8. Perkembangan pasien terevaluasi dengan benar
9. Perkembangan pasien tertuang dalam lembar CPPT dengan benar
10. Berkas pasien pulang lengkap dan pasien faham yang dijelaskan oleh perawat
11. Obat emergency dikelola dengan baik 12. Tercatatnya dokumen dan laporan KLB dan
KTD 13. Proses serah terima tugas dengan perawat
shiff berikutnya selalu dilakukan pada akhir dinas
14. Tugas jaga sesuai dengan daftar dinasnya 15. Hadir pertemuan berkala yang diadakan
oleh kepala ruang 16. Terpelihara kebersihan ruang rawat dan
tercipta budaya bersih 17. Peralatan medik dan keperawatan
terpelihara dan berfungsi baik 18. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
bidang keperawatan 19. Mahasiswa mendapatkan bimbingan selama
melaksanakan praktek keperawatan 20. Kegiatan peningkatan mutu di rumah sakit
berjalan dengan baik
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
E. Kerangka Teori Penelitian
Bagan 1: Bagan kerangka teori
Sumber : Yanti dan Warsito (2013),Wedati (2005), Depkes (2005), Permenkes
(2010) dan Carayon dan Alvarado (2007).
F. Kerangka Konsep
Bagan 2 : Bagan kerangka konsep
Indikator Pelayanan rumah sakit:
a. BOR b. ALOS c. BTO d. TOI
Rumah Sakit
Pelayanan rawat inap: a. Standar I b. Standar II c. Standar III d. Standar IV e. Standar V
Karakteristik Perawat: a. Umur b. Jenis Kelamin c. Tingkat Pendidikan d. Masa Kerja
Dimensi beban kerja: a. Beban kerja fisik b. Bebam kerja
kognitif c. Tekanan waktu d. Beban kerja
emosional e. Beban kerja
kuantitatif
Beban kerja Perawat
1. Kegiatan keperawatan langsung
2. Kegiatan keperawatan tidak langsung
3. Kegiatan pribadi
Beban kerja perawat ruang rawat inap
Gambaran Beban Kerja..., Ahda Erfiana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018