bab ii tinjauan pustaka a. prosedur pengembangan...
TRANSCRIPT
9
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prosedur Pengembangan Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan (Arikunto, 2009). Mengenai prosedur pengembangan evaluasi lebih
lengkap dijelaskan oleh Arifin (2009) adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan penilaian
Dalam penilaian hasil belajar, ada empat kemungkinan tujuan
penilaian, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran
(formatif), untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif), untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran
(diagnostik), atau untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan
kemampuannya (penempatan). Dengan kata lain, tujuan penilaian harus
dirumuskan sesuai dengan jenis penilaian yang akan dilakukan seperti
penilaian formatif, sumatif, dignostik, penempatan atau seleksi.
2. Mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan tindakan. Peserta didik
dianggap kompeten apabila ia memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai-nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses
pembelajaran. Mengenai hasil belajar, Bloom, dkk mengelompokkan
10
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dalam tiga domain yaitu : (a) domain kognitif yang meliputi
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi ; (b)
domain afektif, yang meliputi penerimaan, respon, penilaian, organisasi,
karakterisasi; dan (c) domain psikomotor, yang meliputi persepsi,
kesiapan melakukan suatu pekerjaan, respons terbimbing, kemahiran,
adaptasi dam orijinasi.
3. Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan
distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan
jenjang kemampuan tertentu. Fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman
untuk menulis soal atau merakit soal sebagai perangkat tes. Kisi-kisi
yang baik akan memperoleh perangkat soal yang relatif sama sekalipun
penulis soalnya berbeda. Berikut langkah penyusunan kisi-kisi,
Membuat Soal
Membuat Kunci Jawaban
Menyusun Lembar Jawaban
Menyusun Pendoman Penskoran
Analisis Silabus
Menyusun Kisi-Kisi
Langkah ke-1
Langkah ke-2
Langkah ke-4
Langkah ke-3
Langkah ke-5
Langkah ke-6
Gambar 2.1. Langkah-langkah Menyusun Kisi-kisi Soal
(Arifin, 2009)
11
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Mengembangkan draft instrumen
Mengembangkan draft instrumen penilaian merupakan salah satu
langkah penting dalam prosedur penilaian. Instrumen penilaian dapat
disusun dalam bentuk tes maupun non tes. Dalam bentuk tes, berarti
guru harus membuat soal. Penulisan soal adalah penjabaran indikator
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan
pedoman kisi-kisi.
5. Uji coba dan analisis soal
Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu
diujicobakan terlebih dahulu di lapangan. Tujuannya untuk mengetahui
soal-soal mana yang perlu dirubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama
sekali, serta soal-soal mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya.
6. Revisi dan merakit soal (instrumen baru)
Setelah soal diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai
dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan
demikian ada soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, ada
juga soal yang harus direvisi total, baik yang menyangkut pokok soal
(stem) maupun alternatif jawaban (option), bahkan ada soal yang harus
dibuang atau disisihkan. Berdasarkan hasil revisi soal ini, barulah
dilakukan perakitan soal menjadi instrumen yang terpadu.
12
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Prosedur atau langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun tes
menurut Sukewi (Harjanto, 2010) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan/merumuskan tujuan tes
Untuk merumuskan tujuan penyusunan tes dengan baik, seorang pengajar
perlu memikirkan apa jenis dan fungsi tes yang akan disusunnya, sehingga
dapat menentukan bagaimana karakteristik soal-soal yang akan disusunnya.
b. Mengidentifikasi hasil belajar yang akan diukur dengan tes yang disusun.
c. Menentukan hasil belajar yang spesifik, yang sesuai dengan TIK.
d. Merinci bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes itu.
e. Menyiapkan tabel spesifikasi
Tabel spesifikasi diperlukan sebagai dasar atau pedoman dalam membuat
soal-soal dalam penyusunan tes. Dalam tabel spesifikasi ini memuat kolom-
kolom dan lajur-lajur yang memuat pokok bahasan (unit-unit pelajaran yang
telah diajarkan) dan aspek-aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap (hasil
belajar) yang diharapkan dicapai dari tiap pokok bahasan.
f. Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
Dengan menggunakan tabel spesifikasi seorang pengajar dapat menentukan
jumlah dan jenis soal yang diperlukan sesuai dengan tujuan instruksional dari
tiap pokok bahasan.
B. Validitas
13
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Anderson, et al (Arikunto, 2009) menyatakan ‘’A test is valid if it
measures what it purpose to measure’’ atau jika diartikan kurang lebih,
sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur.
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil
pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical
validity) dan hal yang kedua diperoleh adalah validitas empiris (empirical
validity). Dua hal ini lah yang dijadikan dasar pengelompokkan validitas tes
(Arikunto, 2009).
Dari kedua jenis validitas yang telah disebutkan yang paling banyak
diminati oleh peneliti adalah validitas logis. Sebuah instrumen dikatakan
memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah
sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrumen yang sudah sesuai
dengan isi telah memiliki validitas isi sedangkan instrumen yang sudah sesuai
dengan aspek yang diukur dikatakan sudah memiliki validitas konstruksi
(Arikunto, 2009).
Menurut Arifin (2009), ada dua unsur penting dalam validitas ini.
Pertama, validitas menunjukkan suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang
sedang, dan ada pula yang rendah. Kedua, validitas selalu dihubungkan
dengan suatu putusan atau tujuan yang spesifik. Menurut Gronlund (Arifin,
2009) mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi validitas hasil tes,
14
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yaitu faktor instrumen evaluasi, faktor administrasi evaluasi dan penskoran,
dan faktor dari jawaban peserta didik.
1. Faktor istrumen evaluasi
Dalam mengembangkan instrumen evaluasi, seorang evaluator
harus memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi validitas instrumen dan
berkaitan dengan prosedur penyusunan instrumen, seperti silabus, kisi-kisi
soal, petunjuk mengerjakan soal dan pengisian lembar jawaban, kunci
jawaban, penggunaan kalimat efektif, bentuk alternatif jawaban, tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan sebagainya.
2. Faktor administrasi evaluasi dan penskoran
Dalam administrasi evaluasi dan penskoran, banyak sekali
terjadi penyimpangan atau kekeliruan, seperti alokasi waktu untuk
pengerjaan soal yang tidak proporsional, memberikan bantuan kepada
peserta didik dengan berbagai cara, peserta didik saling menyontek ketika
ujian, kesalahan penskoran, termasuk kondisi fisik dan psikis peserta didik
yang kurang menguntungkan.
3. Faktor jawaban dari peserta didik
Faktor ini meliputi kecendrungan peserta didik untuk menjawab
secara cepat, tetapi tidak tepat, keinginan melakukan coba-coba, dan
penggunaan gaya bahasa tertentu dalam menjawab soal bentuk uraian.
C. Reliabilitas
15
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Reliabilitas adalah derajat konsistensi dari suatu instrumen.
Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat
dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Anderson (Arikunto,
2009) menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas
ini penting. Dalam hal ini validitas ini lebih penting dan reliabilitas ini perlu,
karena menyokong terbentuknya validitas.
Menurut Kerlinger (Arifin, 2009) mengemukakan, ‘’reliabilitas dapat
diukur dari tiga kriteria, yaitu stability, dependability, dan predictability.’’
Stability menunjukkan keajegan suatu tes dalam mengukur gejala yang sama
pada waktu berbeda. Dependability menunjukkan kemantapan suatu tes atau
seberapa jauh tes dapat diandalkan. Predictability menunjukkan kemapuan tes
untuk meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. Sedangkan
menurut Gronlund (Arifin, 2009) mengemukakan ada empat faktor yang
dapat mempengaruhi reliabilitas tes yaitu panjang tes, sebaran skor, tingkat
kesukaran, dan objektivitas.
D. Daya pembeda
Daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam memisahkan
antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai. Oleh karena
dasar pikiran dari daya pembeda adalah adanya kelompok pandai dengan
kelompok kurang pandai maka dalam mencari daya pembeda subjek peserta
tes dipisahkan menjadi dua sama besar berdasarkan atas skor total yang
16
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diperoleh (Arikunto, 2009). Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu
butir soal, maka semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara
peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang
menguasai kompetensi (Arifin, 2009).
E. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam
menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan
betul. Jika banyak subjek peserta tes yang menjawab dengan benar maka
tingkat kesukaran tersebut tinggi. Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek
yang dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukarannya rendah
(Arikunto, 2009).
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar
derajat kesukaran suatu soal. Suatu soal yang memiliki tingkat kesukaran
seimbang (proporsional) maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut dalam
kategori baik. Suatu tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu
mudah (Arifin, 2009).
F. Open-Ended Problem
17
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Open-ended problem adalah bentuk soal yang memiliki banyak
kemungkinan jawaban benar (Yee, 2000). Getzles dan Jackson (Silver, 2000)
mengemukakan cara lain untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif, yakni
dengan soal terbuka (open-ended problem).
Open-ended merupakan salah satu dari tiga bagian dalam discovery
learning, diantaranya yaitu open-ended discovery dan pembelajaran berbasis
masalah. Van Jooglin ( Wijaya, 2010) mengatakan bahwa discovery learning
adalah sejenis pembelajaran dimana siswa mengkonstruksi pengetahuan
melalui penemuan dengan kemampuan dan menduga dari hasil penemuan.
Discovery learning menjelaskan tentang siswa belajar untuk mengenal suatu
masalah, karakteristik dari solusi, mencari informasi yang relevan,
membangun strategi untuk mencari solusi, dan melaksanakan strategi yang
dipilih. Open-ended berasal dari suatu kenyataan bahwa siswa memiliki
kebebasan dalam belajar dan berhak untuk membangun kreativitasnya
melalui proses pembelajaran.
Menurut Yeo (2000) bahwa jenis masalah yang digunakan dalam
open-ended ini adalah masalah yang bukan rutin yang bersifat terbuka.
Sedangkan dasar keterbukaannya (Openness) dapat diklasifikasikan ke dalam
tiga tipe yakni process is open, end product are open and ways to develop are
open.
a. Process is open ( Prosesnya terbuka), maksudnya adalah bahwa tipe soal
yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar.
18
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. End product are open (hasil akhir yang terbuka), maksudnya bahwa tipe
soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar.
c. Ways to develop are open (cara mengembangkannya terbuka), maksudnya
setelah menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan
masalah yang pertama.
Untuk mengkondisikan siswa agar dapat memberikan reaksi terhadap
situasi masalah yang diberikan dalam bentuk open-ended tidaklah mudah.
Sawada (Wijaya, 2010) mengemukakan bahwa secara umum terdapat tiga
tipe masalah yang dapat diberikan, yaitu :
a. Menemukan hubungan. Pada tipe masalah ini siswa diberi fakta-fakta
sehingga siswa dapat menemukan beberapa aturan.
b. Mengklasifikasi. Pada tipe masalah ini siswa ditanya untuk
mengklasifikasi yang didasarkan atas karakteristik yang berbeda dari
beberapa objek tertentu untuk membuat formulasi beberapa konsep.
c. Mengukur. Pada tipe masalah ini siswa diminta untuk menentukan ukuran-
ukuran numerik dari suatu kejadian tertentu dan diharapkan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya.
Open-ended problem berkaitan dengan proses pemecahan masalah.
Hubungan antara keduanya terlihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.
Jenis tertutup tidak
termasuk buku
panduan latihan
Jenis terbuka
open-ended
Investigasi dan
proyek sains
Masalah
19
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(Yee, 2000)
Dari Gambar 2.2 terlihat keterkaitan antara hubungan masalah secara umum
yang ada dalam proses pembelajaran dengan open-ended problem yang
merupakan bagian dari masalah tersebut. Secara tidak langsung terlihat bahwa
salah satu jenis masalah yang ada dalam pembelajaran adalah masalah terbuka
(open-ended problem).
Menurut Sullivan (Wijaya, 2010) dalam menyusun suatu pertanyaan open-
ended ada dua teknik yang dapat dilakukan :
1. Teknik bekerja secara terbalik (working backward)
Teknik ini terdiri dari tiga langkah, yaitu mengidentifikasi topik,
memikirkan pertanyaan dan menuliskan jawaban lebih dulu, dan
membuat pertanyaan open-ended didasarkan pada jawaban yang telah
dibuat
Masalah non
rutin
menggunakan
strategi huristik
pemecahan
masalah
Mengubah masalah pada
buku panduan ke situasi
terbuka untuk
pemahaman konseptual
Masalah
terapan dengan
konteks
kehidupan
nyata
Data yang
hilang
Pemecahan
masalah
Menjelaskan
konsep aturan
Masalah rutin isi
spesifikasi banyak
langkah
Gambar 2.2. Hubungan Open-Ended Problem dengan Pemecahan Masalah
20
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Teknik penggunaan pertanyaan standar (adapting a standard question)
Teknik ini juga terdiri dari tiga langkah yaitu mengidentifikasi topik,
memikirkan pertanyaan standar dan membuat pertanyaan open-ended
yang baik berdasarkan pertanyaan standar yang telah dibuat.
Menurut Becker dan Shimada (Permana, 2010) ada beberapa hal penting yang
bisa dijadikan pedoman dalam mengkonstruksi masalah open- ended problem
yaitu,
a. Siapkan suatu situasi fisik yang nyata dalam menyajikan permasalahan
yang menyertakan sejumlah faktor yang tidak menetap (variabel), dimana
konsep teramati oleh siswa.
b. Memodifikasi soal pembuktian yang ada, sedemikian sehingga siswa
dapat memahami antar keterkaitan antar konsep yang dapat digunakan
dalam melakukan pembuktian yang lebih kompleks.
c. Sajikan masalah open-ended melalui gambar, kemudian siswa diminta
agar menemukan sebuah konsep.
d. Sajikan masalah kepada siswa berupa angka ataupun tabel, kemudian
siswa diminta untuk membuat kesimpulan atau menemukan aturan-
aturan.
e. Sajikan beberapa kejadian nyata dalam beberapa katagori. Pilihlah salah
satu kejadian untuk dijadikan contoh lalu siswa diminta untuk
menyebutkan satu persatu kejadian lainnya yang memiliki karakteristik
21
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sama dengan kejadian contoh tersebut, sehingga siswa dapat membuat
generalisasi dari kejadian yang ada.
f. Sajikan beberapa latihan atau permasalahan yang memiliki satu
permasalahan dengan permasalahan lainnya. Siswa dituntut untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut serta meminta siswa untuk
menemukan sebanyak-banyaknya kemungkinan sifat-sifat yang sama
(kemiripan satu sama lain).
g. Sajikan kepada siswa beberapa situasi yang tidak sebenarnya yang
memuat suatu perbedaan tertentu yang dapat diamati siswa
Menurut Cindy, et al (2000), tahap-tahap pemecahan masalah
berdasarkan Open-ended problem adalah
1. Mengidentifikasi permasalahan dan berbagai informasi yang terkait
(identifying).
Pada tahap ini siswa harus mengidentifikasi permasalahan yang ada
dengan berbagai sumber informasi yang terkait kemudian menyeleksi
berbagai kemungkinan yang ada sesuai dengan informasi yang ada.
Adapun bagian yang termasuk dalam tahapan ini adalah sebagai
berikut :
Lancar dalam mengungkapkan hal lain yang memungkinkan
sesuai dengan informasi yang ada
Lancar dalam menjelaskan alasan pemilihan informasi penting
terkait dengan permasalahan
22
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Mengidentifikasi berbagai informasi terkait
2. Menganalisis permasalah ke dalam suatu kerangka berpikir
(Framing).
Selanjutnya pada tahapan ini dituntut untuk mengenali dan
mengontrol asumsi yang ada pada permasalahan kemudian dilakukan
analisis terhadap informasi yang penting dan interpretasi kualitatif
terhadap informasi yang relevan dari sudut pandang berbeda. Adapun
hal-hal yang terkait dengan tahapan ini adalah sebagai berikut :
Mengorganisir semua informasi yang ada yang berkaitan
Melakukan analisis terhadap berbagai informasi yang penting
dalam membuat keputusan
Menggunakan suatu pilihan yang didasarkan pada suatu asumsi
3. Memutuskan kemungkinan solusi yang tepat untuk masalah yang ada
(Resolving).
Pada tahap ini diharuskan untuk membuat petunjuk/prinsip yang
sesuai untuk membuat keputusan dan kesimpulan yang sesuai
terhadap berbagai kemungkinan jawaban yang ada pada permasalahan
yang ditawarkan. Dalam tahapan ini ada beberapa hal yang berkaitan
yaitu sebagai berikut :
Menggunakan petunjuk atau teori lain dalam menyelesaikan
masalah
23
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Memastikan berbagai petunjuk atau teori yang sesuai dalam
mengambil keputusan
4. Memetakan kembali jawaban yang paling sesuai dengan konteks
permasalahan (Re-addressing).
Koordinasikan kembali semua tahapan sebelumnya untuk meyakinkan
jawaban yang ada, untuk mengetahui kesesuaian permasalahan dengan
jawabannya. Tahapan ini berkaitan dengan evaluasi kembali masalah
dan alternatif solusi sebelumnya untuk mendapatkan alternatif solusi
lain yang masih memungkinkan.
G. Berpikir Kreatif
Salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan mahluk
Tuhan yang lain adalah dianugerahkannya otak sehingga manusia dapat
berpikir dan menggunakan pemikirannya untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapinya dalam kehidupan. Berpikir adalah proses yang intensif
untuk memecahkan masalah, dengan menghubungkan satu hal dengan
yang lain sehingga didapatkan alternatif pemecahannya. Berpikir sebagai
proses mengatasi masalah, persepsi memberikan andil dalam menciptakan
hasil yang diharapkan (Arifin, 2000).
Kegiatan berpikir yang dilakukan dalam proses, digunakan
keterampilan berpikir dasar dan berpikir kompleks. Menurut Costa (Arifin,
2000), yang termasuk keterampilan berpikir dasar meliputi kualifikasi,
24
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
klasifikasi, hubungan variabel, transformasi dan hubungan sebab akibat.
Sedangkan keterampilan berpikir kompleks meliputi problem solving,
pengambilan keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Dengan
demikian salah satu keterampilan berpikir yang dibutuhkan guna
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari adalah
kemampuan berpikir kreatif.
Munandar (2009), kreativitas atau berpikir kreatif sebagai
kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini
masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan (Guilford, 1967).
Ciri-ciri berpikir kreatif dalam ranah kognitif berkaitan dengan
kemampuan berpikir lancar, berpikir luwes (fleksibel), berpikir orisinal
dan berpikir terperinci (elaborasi). Dari keempat ciri kemampuan berpikir
kreatif di atas memiliki arti yang berbeda. Berpikir lancar memiliki arti
yaitu (1) menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan, (2) arus
pemikiran lancar. Indikator yang kedua yaitu berpikir luwes (fleksibel)
memiliki arti (1) menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam, (2)
mampu mengubah cara atau pendekatan, dan (3) arah pemikiran yang
berbeda-beda. Indikator berpikir kreatif yang ketiga yaitu berpikir orisinal
memiliki arti memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang
lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang. Dan indikator berpikir
kreatif yang terakhir yaitu berpikir terperinci (elaborasi) memiliki arti
25
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yaitu (1) mampu mengembangkan, menambah, memperkaya suatu
gagasan, (2) memperinci detail-detail, dan (3) memperluas suatu gagasan
(Munandar, 2009).
Menurut Munandar (Wulandari, 2011), dalam kemampuan berpikir
kreatif terdapat beberapa indikator dan sub indikator.
Tabel 2.1. Indikator Berpikir Kreatif
No. Indikator keterampilan
berpikir kreatif
Sub indikator keterampilan berpikir
kreatif
1 Fluency (berpikir lancar) a. Mengungkapkan berbagai
gagasan dengan lancar
b. Mengidentifikasi kesalahan
dan kelemahan dari suatu
objek atau situasi dengan
cepat
2 Flexibility (berpikir luwes) a. Memberikan bermacam-
macam penafsiran terhadap
suatu gambar, cerita, atau
masalah.
b. Menggolongkan hal-hal
menuju pembagian
(kategori) yang berbeda.
3 Originality (berpikir
orisinil)
Memiliki pemikiran yang berbeda
dengan yang lain
4 Elaboration (berpikir
merinci)
Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan hal-hal
26
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Indikator keterampilan
berpikir kreatif
Sub indikator keterampilan berpikir
kreatif
terperinci.
H. Hubungan antara Open Ended Problem, Berpikir Kreatif dan Ilmu
Kimia
Ilmu kimia memiliki karakter yang khas sebagai pelajaran yang
merupakan salah satu bidang ilmu yang termasuk dalam kategori IPA.
Pembelajaran IPA sendiri tidak terlepas dari proses berpikir. Kegiatan
berpikir yang dilakukan dalam proses, digunakan keterampilan berpikir
dasar dan keterampilan berpikir kompleks (Arifin, 2000). Menurut Costa
(Arifin, 2000), yang termasuk ke dalam keterampilan berpikir kompleks
meliputi problem solving, pengambilan keputusan, berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Salah satu jenis berpikir yang bisa dikembangkan dalam
pembelajaran IPA ataupun pada kimia khususnya adalah karakter berpikir
kreatif.
Berdasarkan pengertiannya, berpikir kreatif merupakan proses
berpikir yang digunakan untuk menemukan alternatif solusi dalam
memecahkan masalah. Untuk menumbuhkan iklim atau suasana kreatif
dalam proses pembelajaran perlu dilakukan proses warming up atau
pemanasan. Pemanasan atau warming up disini maksudnya adalah
menstimulus proses berpikir kreatif siswa dengan mengajukan pertanyaan
27
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang membuat siswa melakukan proses pemikiran divergen dan imajinatif.
Karena salah satu kriteria berpikir kreatif adalah melakukan pemikiran
divergen dan imajinatif.
Menurut Munandar (2009), tugas atau kegiatan yang bertujuan
meningkatkan pemikiran dan sikap kreatif menuntut cara dan sikap belajar
yang berbeda, lebih bebas, terbuka, dan tertantang untuk berperan serta
secara aktif dengan memberanikan diri dan senang memberikan gagasan
sebanyak mungkin. Pemanasan/warming up dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan yang menimbulkan minat dan rasa ingin tahu
siswa. Salah satu bentuk soal ataupun pertanyaan yang dapat digunakan
untuk merangsang proses berpikir kreatif (divergen) siswa adalah dengan
menggunakan pertanyaan yang mendorong ungkapan pikiran dan perasaan
yang berakhir terbuka ( open ended thoughts and feelings ).
Kern, et al (Nyachwayaa, 2011), pengembangan suatu assessment
open-ended ditujukan untuk menggali kemampuan siswa dalam
memahami reaksi kimia. Silver (2000) mengemukakan cara lain untuk
mengukur kemampuan berpikir kreatif, yakni dengan soal terbuka (open-
ended problem). Hal ini didukung dengan pendapat Paduppai (2008),
penerapan soal open-ended dapat menumbuhkembangkan kreativitas dan
kemandirian.
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan di atas terlihat
keterkaitan antara materi kimia, berpikir kreatif dan open-ended problem.
28
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
I. Larutan Penyangga
1. Pengertian Larutan Penyangga
Larutan penyangga adalah suatu larutan yang mampu mempertahankan
(menyangga) pH sistem pada kisarannya apabila terjadi penambahan sedikit
asam, penambahan sedikit basa, atau terjadi pengenceran (Johari, 2009).
Larutan Penyangga adalah larutan yang mempunyai sifat dapat
mempertahankan pH lingkungannya baik oleh pengaruh penambahan sedikit
asam, basa maupun oleh pengenceran; merupakan campuran yang terdiri
dari pasangan konjugasi asam-basa (Mulyono, 2007).
2. Komponen Larutan Penyangga
Kemampuan larutan penyangga dalam mengatasi perubahan pH dalam
suatu sistem dikarenakan larutan penyangga memiliki komponen asam dan
basa. Pada umumnya komponen asam dan basa tersebut berupa pasangan
asam basa konjugasi yakni asam lemah/ basa konjugasinya (HA/A-) atau
basa lemah/asam konjugasinya (B/BH+) yang berada dalam kesetimbangan.
Dengan demikian larutan penyangga biasa dikenal dalam dua kategori yaitu
a. Larutan Penyangga Asam
Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah (HA) dan basa
konjugasinya (ion A-).
29
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
HA (aq) H+ (aq) + A
- (aq)
Asam lemah
MA (aq) M+ (aq) + A
- (aq)
Garam Basa konjugasi
Di dalam pelarut air, asam lemah HA hanya terurai sebagian kecil
membentuk sedikit H+ dan basa konjugasi A
-. Adanya basa konjugasi A
-
dari garam MA ini akan menggeser kesetimbangan asam lemah HA tapi
sedikit sekali karena dibatasi oleh konsentrasi ion H+ yang sangat kecil.
Dengan demikian, diperoleh komponen asam HA yang berasal dari asam
lemah HA dan komponen basa A-
yang dianggap berasal dari garam MA
saja. Komponen HA/A-
ini yang akan berfungsi sebagai ‘penyangga’
terhadap upaya mengubah pH sistem.
Kesetimbangan komponen pasangan HA/A-
dari larutan penyangga
dapat dinyatakan oleh tetapan ionisasinya, Ka.
Ka = H+
[A−]
[HA]
[H⁺] = Ka x HA
A-
Larutan seperti itu dapat dibuat dengan berbagai cara misalnya :
1. Mencampurkan asam lemah (HA) dengan garamnya (LA, garam LA
menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari asam HA).
2. Mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam
lemah dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan
30
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah
yang bersangkutan.
3. Mencampurkan garam asam lemah berlebih dengan asam kuat
Contoh larutan penyangga asam
1. Larutan CH3COOH + larutan NaCH3COO
CH3COOH (aq) CH3COO- (aq) + H
+ (aq)
NaCH3COO (aq) Na+ (aq) + CH3COO
- (aq)
(komponen penyangganya : CH3COOH dan CH3COO-)
2. Larutan H2CO3 + larutan NaHCO3 ( komponen penyangganya: H2CO3
dan HCO3-)
H2CO3 (aq) 2H+ (aq) + CO32-
(aq)
NaHCO3 (aq) Na+(aq) +
b. Larutan Penyangga Basa
Larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah (B) dan asam
konjugasinya (BH+).
B (aq) + H2O (l) BH+ (aq) + OH
- (aq)
Basa lemah
BHA BH+ (aq) + A
- (aq)
Garam Asam konjugasi
Di dalam pelarut air, basa lemah B hanya terurai sebagaian kecil
membentuk sedikit membentuk sedikit asam konjugasi BH+ dan ion
HCO3-
(aq)
31
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
OH-. Sementara garam BHA akan terurai sempurna membentuk
banyak asam konjugasi BH+. Adanya asam konjugasi BH
+ dari garam
BHA ini akan menggeser kesetimbanagan basa lemah B tapi sedikit
sekali karena dibatasi oleh konsentrasi ion OH- yang sangat kecil.
Dengan demikian, diperoleh komponen basa B yang berasal dari basa
lemah B dan komponen asam BH+ yang dianggap berasal dari garam B
saja. Komponen B/BH+ ini yang akan berfungsi sebagai ‘penyangga’
terhadap upaya mengubah pH sistem.
Kesetimbangan komponen pasangan B/ BH+
dari larutan
penyangga dapat dinyatakan oleh tetapan ionisasinya, Kb
Kb= BH+
[OH−]
[B]
[OH⁻] = Kb x [BH⁺]
[B]
Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara serupa dengan
pembuatan larutan penyangga asam.
a. Mencampurkan suatu basa lemah dengan garamnya.
+ H2O (l) NH4+ (aq) + OH
-(aq)
+ Cl-(aq)
Garam
Komponen penyangganya NH3/ NH4+
b. Mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana
basa lemahnya dicampurkan berlebih.
NH3(aq)
NH4Cl (aq)
NH3(aq)
NH4+ (aq)
32
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
+ HCl (aq) NH4Cl (aq)
Berlebih
+ H2O (l) NH4+ (aq) + OH
-(aq)
Sisa
NH4Cl (aq) + Cl-(aq)
c. Mencampurkan garam basa lemah berlebih dengan basa kuat
NH4Cl (aq) + NaOH (aq) NH3 (aq) + NaCl (s)
NH3 (aq) + H2O (l) NH4+
(aq) + OH-(aq)
NH4Cl (aq) + Cl-(aq)
3. Prinsip Kerja Larutan Penyangga
Prinsip kerja larutan penyangga HA/A- dan B/BH
+ didasarkan atas
kesetimbangan komponen asam basa dari larutan penyangga. Upaya
mengubah pH berupa penambahan sedikit asam (H+) atau basa (OH
-), atau
pengenceran (penambahan H2O) akan mengubah konsentrasi komponen
asam basa (HA/A-
dan B/BH+) dari larutan penyangga. Akibatnya,
kesetimbangan akan bergeser sampai diperoleh kesetimbangan yang baru.
a. Larutan penyangga asam
Contoh :
Larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO-
Dalam larutan tersebut terdapat kesetimbangan
CH3COOH (aq) CH3COO- (aq) + H
+ (aq)
1. Pada penambahan asam
NH3(aq)
NH4+ (aq)
NH4+ (aq)
33
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Ion
H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO
- membentuk
molekul CH3COOH
CH3COO- (aq) + H
+ (aq) CH3COOH (aq)
2. Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu
akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air (H2O). Hal ini akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion
H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan
berkurangnya komponen asam (dalam hal ini CH3COOH) bukan ion H+.
Basa yang ditambahkan ini praktis bereaksi dengan asam CH3COOH
membentuk ion CH3COO- dan air.
CH3COOH (aq) + OH- (aq) CH3COO
- (aq) + H2O (l)
3. Pada pengenceran
Pengenceran akan mempengaruhi mol H+
dan OH- dalam sistem
yang akan menyebabkan pergeseran kesetimbangan larutan penyangga.
H2O(l) + CH3COOH (aq) H+ (aq) + CH3COO
- (aq)
H2O (l) + CH3COO- (aq) OH
- (aq) + CH3COOH (aq)
b. Larutan penyangga basa
Contoh :
Larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+.
Dalam larutan
tersebut terdapat kesetimbangan
34
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
NH3 (aq) + H2O (l) NH4+
(aq) + OH- (aq)
1. Pada penambahan asam
Jika ke dalam larutan ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari
asam itu akan mengikat ion OH-. Hal itu menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan.
Jadi, penambahan asam menyebabkan berkurangnya komponen basa
(dalam hal ini NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan
tersebut bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+ (aq) NH4
+ (aq)
2. Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dipertahankan. Basa yang
ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (dalam hal ini ion
NH4+), membentuk komponen basa (yaitu NH3 ) dan air.
NH4+
(aq) + OH- (aq) NH3 (aq) + H2O (l)
4. Kapasitas Larutan Penyangga
Kapasitas larutan penyangga menyatakan kemampuan larutan
penyangga untuk mengatasi perubahan pH akibat penambahan asam, basa
maupun pengenceran. Sebagai contoh larutan penyangga
CH3COOH/CH3COO-, jika ke dalamnya terlalu banyak ditambahkan larutan
HCl maka akan menyebabkan komponen basa CH3COO- akan habis
35
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bereaksi sehingga larutan penyangga tidak lagi mampu mempertahankan pH
sistem pada kisarannya. Dengan kata lain, larutan penyangga mempunyai
kapasitas tertentu dalam menetralisir asam atau basa yang ditambahkan ke
sistem.
Kapasitas larutan penyangga ditentukan oleh dua faktor berikut :
a. Konsentrasi komponen asam dan basanya
Semakin tinggi konsentrasi komponen asam basa larutan penyangga,
maka semakin besar kapasitas larutan penyangga tersebut
b. Perbandingan konsentrasi komponen asam dan basanya
Semakin kecil perubahan perbandingan komponen asam dan basa,
maka semakin kecil perubahan pH yang terjadi.
5. Menghitung pH Larutan Penyangga
a. pH Larutan Penyangga Asam
H+ (aq) + A
- (aq)
MA (aq) M+ (aq) +
Garam
Di dalam pelarut air, suatu asam lemah akan terionisasi sebagian kecil
membentuk sedikit H+
dan basa konjugasi A-. Adanya basa konjugasi A
-
dari garam MA akan menggeser kesetimbangan asam lemah HA tetapi
sedikit sekali karena dibatasi oleh konsentrasi ion H+ yang sangat kecil.
HA (aq)
Asam Lemah
A-(aq)
Basa konjugasi
A-(aq)
Basa konjugasi
HA (aq)
Asam Lemah
HA (aq)
Asam Lemah
36
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dengan demikian, diperoleh komponen A- yang berasal dari garam MA
saja.
Ka = H+
[A−]
[HA]
[H⁺] = Ka x [CH₃COOH][CH₃COO⁻]
pH = - log [H⁺]
pH = pKa - log [CH₃COOH][CH₃COO⁻]
Contoh Soal :
Hitung pH larutan penyangga CH3COOH/CH3COO- yang tersusun dari
NaCH3COO 0,2 M dan larutan CH3COOH 0,15 M, jika Ka asam asetat
adalah 1,8 x 10-5
mol/L.
Jawaban :
Mol komponen basa (CH3COO- ) diperoleh dari garam NaCH3COO
NaCH3COO (aq) Na+ (aq) + CH3COO
- (aq)
0,2 mol 0,2 mol 0,2 mol
pH = pKa - log ([CH₃COOH])/([CH₃COO⁻])
= 4,74 – log 0,15 mol /0,20 mol
= 4,86
b. pH Larutan Penyangga Basa
contoh suatu larutan penyangga yang bersifat basa, yaitu yang
mengandung NH3 dan garamnya NH4Cl mengalami reaksi seperti
berikut :
NH3 (aq) + H2O (l) NH4+
(aq) + OH- (aq)
37
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
NH4Cl (aq) NH4+
(aq) + Cl- (aq)
Kb= BH+ [OH −]
[B]
[OH⁻] = Kb x [NH₄OH]
[NH₄⁺]
pOH = pKb – log [NH ₄OH ]
[NH ₄⁺]
Contoh soal :
Hitung pH larutan penyangga yang mengandung 0,25 mol NH3 dan
0,4 mol NH4Cl jika diketahui pKb = 4,74 !
Jawaban :
NH4Cl (aq) NH4+ (aq) + Cl
- (aq)
0,4 mol 0,4 mol 0,4 mol
pH = pKb – log [NH3]/ [NH4+]
pH = 4,74 – log 0,25 mol/0,40 mol
pH = 9,06
6. Fungsi Larutan Penyangga
Larutan penyangga banyak digunakan dalam reaksi-reaksi kimia
terutama dalam bidang kimia analitis, biokimia, bakteriologi, fotografi,
bidang kesehatan, industri kulit dan zat warna. Dalam reaksi- reaksi
kimia tersebut dibutuhkan pH yang stabil. Dalam tubuh manusia, pH
darah harus dijaga pada 7,35 – 7,45. Hemoglobin berfungsi mengontrol
38
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pH dalam darah antara 7,35 – 7,45. Hemoglobin mengikat O2 dari
respirasi dan membentuk kesetimbangan dengan Oxyhemoglobin.
HHb+ + O2 H
+ + HbO2
-
Jika pH darah kurang dari 7,35 maka disebut asidosis (penurunan
pH) yang dapat terjadi akibat penyakit-penyakit seperti ginjal, jantung,
diabetes mellitus (penyakit gula), konsumsi protein berlebihan dalam
waktu yang lama atau dehidrasi (kekurangan cairan tubuh yang cukup
banyak) misalnya olah raga yang terlalu berlebihan atau diare yang
terus menerus. Dan jika pH darah lebih dari 7,45 disebut alkalosis
(peningkatan pH) yang bisa terjadi bila kita mengalami muntah yang
hebat, bernafas terlalu berlebihan (hyperventilasi) biasanya di daerah
yang udaranya tipis (ketinggian) atau ketika kita sedang cemas atau
histeris. Kematian dapat terjadi jika pH darah kurang dari 7,0 atau
lebih besar dari 7,8. pH di dalam darah dijaga oleh beberapa sistem
kesetimbangan larutan penyangga.
Pada cairan tubuh, baik cairan intra sel maupun cairan luar sel
(extracelluler), merupakan larutan penyangga. Sistem penyangga yang
utama dalam cairan intra sel adalah pasangan asam basa konjugasi
dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4– – HPO4
2–). Sistem ini
bereaksi dengan asam dan basa sebagai berikut:
HPO42–
(aq) + H+(aq) H2PO4
–(aq)
H2PO4–(aq) + OH
–(aq) HPO4
2–(aq) + H2O(l)
39
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pada cairan luar sel terdapat sistem penyangga pasangan asam basa
konjugasi asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 – HCO3–). Sistem ini
bereaksi dengan asam dan basa sebagai berikut:
HCO3–(aq) + H
+(aq) H2CO3(aq)
H2CO3(aq) + OH–(aq) HCO3
–(aq) + H2O(l)
Dalam plasma darah terdapat sistem penyangga sebagai berikut:
Campuran asam karbonat (H2CO3) dan basa konjugasinya ion
bikarbonat (HCO3–).
Campuran asam hemoglobin (HHb) dan basa konjugasinya ion
oksihemoglobin (HbO2–).
Dalam sel darah merah terdapat sistem penyangga sebagai berikut:
Campuran asam karbonat (H2CO3) dan basa konjugasinya ion
bikarbonat (HCO3–).
Campuran asam hemoglobin (HHb) dan basa konjugasinya
hemoglobin (Hb).
Berbagai zat yang masuk ke dalam tubuh kemudian diserap oleh
darah, akan sangat mempengaruhi harga pH darah. Dengan adanya
system penyangga, perubahan pH darah yang drastis, baik penurunan
atau kenaikan pH darah dapat dicegah.
Setiap tanaman hidroponik memiliki suatu kisaran pH untuk dapat
tumbuh dengan baik. Untuk menjaga kisaran pH tersebut, telah dijual
di pasaran larutan penyangga seperti Bio-zyme. (Hidroponik adalah
40
Iga Maliga, 2012
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk
MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
suatu metode penanaman dengan media non-tanah, seperti media
kerikil, atau bongkahan tanah liat).
Dalam bidang industri, terutama bidang farmasi (obat-obatan),
diperlukan keadaan pH yang stabil. Perubahan pH akan menyebabkan
khasiat zat aktif dalam obat-obatan akan terus berkurang atau hilang
sama sekali. Untuk obat suntik dan obat yang dapat menimbulkan
iritasi seperti tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus disesuaikan
dengan pH cairan tubuh. pH obat suntik harus disesuaikan dengan pH
darah agar tidak terjadi asidosis atau alkalosis pada darah.