bab ii tinjauan pustaka a. posyandu -...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai srategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini serta sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana (KB) yang dikelola dan diselenggarakan dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian status kesehatan yang baik (Mubarak I.W, 2009). Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan setempat, dimana dalam satu unit posyandu, idealnya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga) yang disesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat yang dibuka sebulan sekali, dilaksanakan oleh kader posyandu terlatih di bidang Keluarga Berencana (KB), yang bertujuan mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran (Depkes RI, 2000). 2. Tujuan Posyandu Tujuan posyandu adalah mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, dapat meningkatkan pelayanan kesehatan ibu, meningkatkan

Upload: trannhan

Post on 02-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Posyandu

1. Pengertian Posyandu

Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan

pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

mempunyai nilai srategis dalam mengembangkan sumber daya manusia

sejak dini serta sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan

kesehatan dan keluarga berencana (KB) yang dikelola dan diselenggarakan

dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian

status kesehatan yang baik (Mubarak I.W, 2009).

Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan

dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan

setempat, dimana dalam satu unit posyandu, idealnya melayani sekitar 100

balita (120 kepala keluarga) yang disesuaikan dengan kemampuan petugas

dan keadaan setempat yang dibuka sebulan sekali, dilaksanakan oleh kader

posyandu terlatih di bidang Keluarga Berencana (KB), yang bertujuan

mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka

kelahiran (Depkes RI, 2000).

2. Tujuan Posyandu

Tujuan posyandu adalah mempercepat penurunan angka kematian

ibu dan anak, dapat meningkatkan pelayanan kesehatan ibu, meningkatkan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

11

kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan

kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup

sehat, adanya pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada

penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan dan pembinaan

peran serta masyarakat dalam rangka usaha-usaha kesehatan sekolah.

3. Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu adalah bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak

balita usia 1-5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, Wanita Usia

Subur (WUS). Sedangkan untuk kegiatan posyandu dalam pelaksanaan

kegiatan posyandu berupa kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana

(KB), imunisasi, peningkatan gizi, penanggulangan diare, sanitasi dasar,

dan penyediaan obat essensial

4. Peran Posyandu

Peran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan

terutama pada masyarakat yang mengindikasikan perubahan kebijakan

penanganan tersebut. Peran posyandu di desa sangat signifikan dalam

memantau masalah kesehatan di daerah setempat, menurunkan masalah

kesehatan yang dihadapi masyarakat. Kinerja sebuah Posyandu lebih

relevan untuk mengatasi masalah kesehatan pada balita misal Kurang

Energi Protein (KEP), ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) yang

dapat dengan mudah ditemukan di Posyandu.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

12

5. Jenis Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca

Krida Posyandu) yaitu untuk kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana

(KB), Immunisasi, peningkatan kesehatan, Penanggulangan diare. Untuk

tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu kesehatan ibu dan

anak, Keluarga Berencana (KB), Immunisasi, peningkatan kesehatan,

Penanggulangan diare, sanitasi dasar serta penyediaan obat essensial.

Pembentukan kegiatan Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada

yang diselenggarakan oleh pelaksana kegiatan yaitu anggota masyarakat

yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan

Puskesmas, dan penggelola Posyandu yaitu pengurus yang dibentuk oleh

ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan

informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Mubarak

I.W, 2009)

Kegiatan posyandu mencakup lima pelayanan yang sering disebut

5 meja, yaitu meja 1 : pendaftaran, meja 2 : penimbangan, meja 3 :

pengisian KMS, meja 4 : penyuluhan, dan meja 5 : pelayanan (imunisasi,

KB, KIA, Konsultasi gizi) (Sayono dan Meikawati, 2005).

B. Kader Kesehatan

1. Pengertian Kader Kesehatan

Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih

dalam bidang tertentu yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

13

merasa berkewajiban untuk melaksanakan meningkatkan dan membina

kesejahteraan masyarakat dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dan didasarkan

pangggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan (Depkes

RI, 2000).

Kader dipilih secara teori oleh, untuk dan dari masyarakat. Tetapi

kadang-kadang kenyataannya dipilih oleh pamong atau aparat desa.

Adapun kriteria untuk dipilih menjadi kader yaitu :

a. Bisa membaca, menulis

b. Wanita atau pria

c. Berdomisili tetap di kelurahan setempat

d. Mau dan mampu bekerja secara sukarela, untuk kepentingan

masyarakat.

e. Mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat disamping

usahanya mencari nafkah.

Pembangunan di bidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan

kader. Kader posyandu yang aktif yaitu kader yang selalu melaksanakan

tugas kader dalam kegiatan posyandu. Kader posyandu pasif yaitu kader

yang tidak pernah atau jarang melaksanakan tugas dalam kegiatan

posyandu (Zulkifli, 2010).

2. Tugas Kader Kesehatan

Menurut Depkes RI (2000), tugas kader kesehatan meliputi :

a. Tugas kader dalam kegiatan posyandu

Kegiatan yang dapat dilakukan kader dalam pelayanan posyandu

meliputi 5 meja diantaranya :

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

14

1) Meja 1 mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan nama balita

pada KMS dalam secarik kertas yang diselipkan pada KMS,

mendaftarkan ibu hamil yaitu menuliskan nama ibu hamil pada

formulir atau lembar registrasi ibu hamil dan Wanita Usia Subur

(WUS)

2) Meja 2 penimbangan bayi atau balita, mencatat hasil penimbangan

pada secarik kertas yang akan dipindahkan di KMS, penimbangan

ibu hamil

3) Meja 3 pengisian KMS dan memindahkan catatan hasil

penambingan balita dari secarik kertas kedalam KMS anak

tersebut.

4) Meja 4 terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data

kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS

kepada ibu dari anak yang bersangkutan.

b) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu

pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai

masalah yang dialami sasaran.

c) Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan untuk

balita, ibu hamil dan ibu menyusui dengan langkah yaitu

dimana balita yang apabila berat badan dibawah garis merah

(BGM) pada KMS 2 kali berturut-turut berat badannya tidak

naik, kelihatan sakit atau lesu, kurus, busung lapar, ibu hamil

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

15

dan ibu menyusui apabila keadaannya kurus, pucat, adanya

bengkak pada kaki, pusing, perdarahan, sesak nafas, gondokan

dan orang sakit.

d) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader

posyandu misalnya dalam pemberian pil tambah darah (pil

bezi), vitamin A, oralit

5) Meja 5 : merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya

dilakukan oleh petugas kesehatan, Pusat Layanan Keluarga

Berencana (PLKB), Pusat Program Layanan (PPL) pelayanan yang

diberikan yaitu pelayanan imuniasi, pemeriksaan kehamilan,

pelayanan KB berupa IUD dan suntikan, pemeriksaan kesehatan

dan pengobatan, pemberian tablet zat besi (Fe), serta vitamin A.

b. Tugas kader di luar kegiatan posyandu

Kegiatan yang dilakukan kader di luar jadwal kegiatan

pelayanan posyandu meliputi :

1) Kegiatan yang menunjang pelayanan KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan

penanggulangan diare.

2) Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya sesuai dengan

permasalahan yang ada seperti : pemberantasan penyakit menular,

penyehatan rumah, pembersihan sarang nyamuk, pembuangan

sampah, penyediaan sarana air bersih, penyediaan sarana jamban

keluarga, pembuatan sarana pembuangan air limbah, pemberian

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

16

pertolongan pada penyakit, pemberian pertolongan pertama pada

kecelakaan, dan dana sehat

C. Perilaku (Practice)

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat

diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut

Notoatmodjo (2003), perilaku terdiri dari:

1. Persepsi (perception)

Persepsi adalah mengenal atau memilih berbagai obyek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil yang merupakan praktek tingkat

pertama, misalnya kader kesehatan dapat memanfaatkan meja penyuluhan

dengan baik.

2. Respon terpimpin (Guided Respons)

Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan

yang benar dan sesuai dengan contoh yang merupakan indicator praktek

tingkat dua misalnya seorang kader kesehatan dapat melaksanakan meja

penyuluhan sesuai dengan program di meja penyuluhan.

3. Mekanisme (mechanisme)

Mekanisme adalah seseorang telah dapat sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka dapat

mencapai praktek tingkat tiga, misalnya kader kesehatan sudah lancar

dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan baik dan benar.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

17

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan misalnya kader kesehatan dapat

melakukan penyuluhan sesuai berdasarkan masalah kesehatan yang

dihadapi masyarakat yang berkunjung ke Posyandu.

Pengukuran suatu perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu

dengan melakukan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan. pengukuran secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan

atau kegiatan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi

karena perilaku merupakan hasil dari resultasi dari berbagai faktor, baik

internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia

dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari

aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi

perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya

merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan,

keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, serta sikap (Notoatmodjo,

2003).

Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh

faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Perilaku kesehatan

menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip dari Lawrence Green ada tiga

faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu :

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

18

1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing factors)

Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku sesesorang, antara lain pengetahuan,

sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. dimana pengetahuan ibu

tentang manfaat Posyandu baik, maka pemanfaatan posyandu akan baik

pula.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau

menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah

sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

dimana sebuah Posyandu yang masih minim fasilitas kesehatan membuat

masyarakat dalam memeriksakan kesehatan atau melakukan pengobatan

terkadang lebih memanfaatkan petugas kesehatan setempat daripada

memanfaatkan Posyandu.

3. Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku pada kader kesehatan dalam memanfaatkan meja

penyuluhan di posyandu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal

dari adanya pengalaman seseorang serta faktor-faktor dari luar (lingkungan),

baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan diketahui,

dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak,

yang akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

19

Bagan 2.l Skema Perilaku

(Sumber : Notoatmodjo, 2003)

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kader Posyandu

Memanfaatkan Meja Penyuluhan

Menurut Apriliyanto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kader

posyandu memanfaatkan meja penyuluhan yaitu :

1. Umur

Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam kedewasaan

dalam setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang

mengacu pada setiap pengalamannya. Karakteristik pada kader Posyandu

berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap keaktifan seorang kader

Posyandu dalam memanfaatkan kegiatan di Posyandu, dimana

semakin tua umur seorang kader Posyandu maka kesiapan kader Posyandu

dalam memanfaatkan Posyandu khususnya dalam pemanfaatan meja

penyuluhan dapat berjalan dengan baik, lebih berpengalaman, karena umur

seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi kinerja, karena

semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih

a. Pengalaman

b. Keyakinan

c. Fasilitas

d. Sosio-budaya

a. Pengetahuan

b. Persepsi

c. Sikap

d. Keinginan

e. Kehendak

f. Motivasi

g. Niat

Respons : Perilaku

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

20

tertib, lebih bermoral, lebih berbakti daripada usia muda (Notoatmodjo,

2003).

Pembagian umur menurut Hurlock, (2001) yaitu ;

a. Dewasa awal : dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun.

b. Dewasa madya : dimulai pada umur 41 tahun sampai umur 60 tahun

c. Dewasa lanjut : dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami suatu pengetahuan tentang posyandu dengan

baik sesuai dengan yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga

pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap dengan

manfaat posyandu khususnya dalam pemanfaatan meja penyuluhan

(Siswono, 2009).

Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat

pengertian tentang pemanfaatan meja penyuluhan, kesadarannya terhadap

program posyandu yang dilakuan bagi keluarga, masyarakat. Tingkat

pendidikan turut pula menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap

dan memakai pengetahuan khususnya tentang pemanfaatan meja

penyuluhan. Tingkat pendidikan kader kesehatan yang rendah

mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang

pemanfaatan meja penyuluhan menjadi terhambat atau terbatas (Suhardjo,

2009).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

21

Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai dan

kepercayaan akan takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih

rendah, merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan.

Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya di kalangan

kader Posyandu merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap

kegiatan pemanfaatan meja penyuluhan, sehingga sikap hidup dan perilaku

yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat masih rendah. Semakin

tinggi pendidikan ibu, mortalitas dan morbilitas semakin menurun, hal

tersebut tidak hanya akibat kesadaran kader kesehatan yang terbatas tetapi

tetapi juga karena adanya kebutuhan sosial ekonominya yang belum

tercukupi (Suhardjo, 2009). Adapun pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu

pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah,

di lingkungan sekolah, tetapi juga dapat di dalam kelas, pendidikan formal

ialah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu, seperti

yang terdapat di sekolah atau universitas.

3. Pekerjaan

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan

sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak berpengaruh pada

peran kader kesehatan sebagai timbulnya suatu masalah pada pemanfaatan

meja penyuluhan, karena mereka mencari nafkah untuk memenuhi

kebutuhan yang belum cukup, yang berdampak pada tidak adanya waktu

para kader untuk aktif pada pemanfaatan meja penyuluhan, serta tidak ada

waktu kader mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

22

Kondisi kerja yang menonjol sebagai faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan meja penyuluhan (Depkes RI, 2000).

4. Pendapatan

Pendapatan adalah sejumlah penghasilan dari seluruh anggota

keluarga baik dalam bentuk uang maupun barang yang dinilai dengan

sejumlah beras. Tingkat Pendapatan biasanya berupa uang yang

mempengaruhi dalam pemanfaatan meja penyuluhan. Pendapatan yang

cukup dapat memperoleh kualitas makanan yang sesuai dengan

pemanfaatan meja penyuluhan, sehingga dapat dikatakan ada hubungan

yang erat antara pendapatan dengan pemanfaatan meja penyuluhan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu :

a. Jumlah anggota keluarga yang bekerja, pada keluarga dimana hanya

ayah yang mencari nafkah tentu berbeda besar pendapatannya dengan

keluarga yang mengandalkan sumber keuangan dari ayah atau ibu atau

anggota keluarga yang lain.

b. Kesempatan kerja yang segera bisa menghasilkan uang misalnya

pekerjaan di luar usaha tani sangat menentukan besar kecilnya

pendapatan dalam suatu keluarga. Bila keluarga yang pekerjaan utama

kepala keluarga bersawah ia juga sebagai makelar hasil-hasil pertanian,

pamong desa dan lain-lain.

c. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam usaha memperoleh

kesempatan kerja. Seseorang yang pendidikan tinggi akan mendapat

kesempatan memperoleh pekerjaan yang lebih baik bila dibandingkan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

23

dengan seseorang yang pendidikannya rendah. Pekerjaan yang layak

tersebut akan mendapatkan upah yang lebih tinggi bila dibandingkan

yang pendidikan rendah.

Tingkat pendapatan akan mempengaruhi dalam pemanfaatan meja

penyuluhan yang selanjutnya berperan dalam kesehatan masyarakat. Bagi

mereka yang berpendapatan sangat rendah dalam pemanfaatan meja

penyuluhan tidak akan berjalan lancar, sebaliknya apabila tingkat

pendapatan meningkat dalam pemanfaatan meja penyuluhan akan lancar.

5. Pengetahuan

Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu

perilaku didalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2003). Tingkat

pengetahuan tentang Posyandu pada kader kesehatan yang tinggi dapat

membentuk sikap positif terhadap program Posyandu khususnya

pemanfaatan meja penyuluhan Pada gilirannya akan mendorong seseorang

untuk aktif dan ikutserta dalam pelaksanaan Posyandu. Tanpa pengetahuan

maka para kader kesehatan sulit dalam menanamkan kebiasan

pemanfaatan meja penyuluhan untuk kegiatan program Posyandu

selanjutnya.

Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang

penting dalam masalah pemanfaatan meja penyuluhan karena kurang

percaya dirinya para kader kesehatan menerapkan ilmunya serta kurang

mampu dalam menerapkan informasi penyuluhan dalam kehidupan sehari-

hari. Semakin tinggi pengetahuan dalam penyuluhan maka akan semakin

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

24

baik pemanfaatan meja penyuluhan. Orang dengan pengetahuan

penyuluhan yang rendah akan berperilaku tidak ada rasa percaya diri yang

berdampak menjadi tidak aktif dalam memanfaatkan meja penyuluhan

(Sediaoetama, 1999).

6. Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

obyek, baik yang bersifat intern maupun ekstern, sehingga manifestasinya

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Menurut Notoadmodjo (2003), sikap terbagi 3 komponen yang

membentuk struktur sikap dan ketiganya saling menunjang, yaitu:

a. Komponen kognitif (komponen perceptual)

Berisi kepercayaan, yang berhubungan dengan hal-hal tentang

bagaimana individu mempersiapkan terhadap objek sikap, dengan apa

yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan,

pikiran, pengalaman pribadi.

b. Komponen afektif (komponen emosional)

Kemampuan ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu

atau evaluasi terhadap objek sikap, baik yang positif maupun negatif.

c. Komponen konatif (komponen perilaku)

Yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

25

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

Pada penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting. Dimana dari ketiga komponen tersebut

tidak berdiri sendiri, tetapi menunjukkan manusia yang merupakan suatu

sistem kognitif, yang berarti bahwa yang dipikirkan seseorang tidak akan

terlepas dari perasaannya (Notoatmojo, 2003).

Sikap terdiri atas berbagai tingkat, yaitu menerima (receiving),

memberi respon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab

(responsible). Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau,

dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Memberi respon

(responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai indikasi dari sikap.

Menghargai (valuing) berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Bertanggung

jawab (responsible) berarti bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala risiko (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Sunaryo (2004), ada 4 hal penting yang menjadi

determinan (faktor penentu) sikap individu yaitu:

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang penting : umur dan kesehatan yang

menentukan sikap individu.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

26

b. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap

Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap,

berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek sikap tersebut.

c. Faktor kerangka acuan

Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, dan

menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut

d. Faktor komunikasi sosial

Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan

sikap pada individu tersebut.

Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dapat dipelajari dan dibentuk

berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu

dalam hubungan dengan objek. Faktor yang berasal dari dalam maupun

dari luar individu, yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap individu.

Faktor dari dalam individu antara lain umur, kesehatan, dan pengalaman

langsung dari individu. Sedangkan faktor dari luar individu antara lain

informasi, kerangka acuan. Kedua faktor tersebut dapat menjadi penentu

sikap individu terhadap objek atau stimulus.

Menurut Sunaryo (2004), faktor yang mempengaruhi pembentukan

dan pengubahan sikap yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor ini berasal dari dalam diri individu, dimana individu

menerima, mengolah dan memilih segala sesuatu yang datang dari

luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

27

Faktor individu merupakan faktor penentu dalam pembentukan sikap.

Faktor intern menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri

individu pada saat sakit, serta yang mengarahkan minat dan perhatian

(faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar dan haus (faktor

fisiologis).

b. Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk

membentuk dan mengubah sikap. Stimulus dapat bersifat langsung,

misal individu dengan individu atau dengan kelompok, dapat juga

bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti alat

komunikasi dan media massa, misalnya pengalaman yang diperoleh

individu, situasi yang dihadapi individu, norma masyarakat, hambatan,

serta pendorong yang dihadapi individu dalam masyarakat.

Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat

untuk itu, sehingga dapat dipelajari. Sikap tidak dibawa sejak lahir,

tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu

sepanjang perkembangan selama hidupnya. Pada manusia sebagai

mahluk sosial, pembentukan sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi

manusia satu dengan yang lain (eksternal). Faktor yang berasal dari

luar individu yaitu pengalaman individu, situasi yang dihadapi, norma

dalam masyarakat, hambatan dan pendorong yang dihadapi individu.

Manusia sebagai mahluk individual, sehingga apa yang datang

dari dalam dirinya (internal), akan mempengaruhi pembentukan sikap.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

28

Faktor yang berasal dari dalam individu yaitu fisiologis, psikologis,

dan motif yang ada dalam diri individu. Sikap ini dapat bersifat positif

dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif kecenderungan

tindakan adalah mendukung atau memihak (favourable), sedangkan

dalam sikap negatif kecenderungan untuk tidak mendukung atau tidak

memihak (unfavourable) pada obyek tersebut (Purwanto, 1999).

7. Jumlah Balita

Jumlah balita merupakan banyaknya balita yang berkunjung ke

posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di posyandu. Idealnya

satu posyandu melayani 100 balita. Jumlah balita yang berkunjung dapat

mempengaruhi pemanfaatan meja penyuluhan oleh kader posyandu.

Semakin banyak jumlah balita yang berkunjung, maka kader semakin

sibuk melakukan kegiatan posyandu seperti pencatatan, penimbangan

tanpa melakukan kegiatan penyuluhan.

Menurut Djaiman (2002), faktor–faktor yang berhubungan dengan

kunjungan (jumlah) balita ke Posyandu meliputi:

a. Umur balita

Umur 12 sampai 35 bulan merupakan umur yang berpengaruh

terhadap kunjungan, karena pada umur ini merupakan pertumbuhan

dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak

selanjutnya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

29

b. Status pekerjaan ibu

Status pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi

perilaku ibu balita. Karena kesibukan untuk bekerja, sehingga para ibu

mengabaikan masalah pertumbuhan, perkembangan dan masalah

kesehatan pada balitanya yaitu dengan mengabaikan kunjungan ke

Posyandu.

c. Jarak tempat tinggal

Jarak antara tempat tinggal dengan Posyandu juga

mempengaruhi ibu balita untuk hadir di kegiatan Posyandu.

Ketidakhadiran ibu balita ke Posyandu disebabkan karena letak rumah

balita yang jauh dengan Posyandu.

.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

30

E. Kerangka Teori

Bagan 2.2 Kerangka Teori

(Sumber: Lawrence Green (1988); dalam Notoatmodjo (2003)

Perilaku Kader Posyandu Memanfaatkan

Meja Penyuluhan

Faktor Prediposisi : 1. Tingkat Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai 6. Motivasi

Faktor Penguat : 1. Sikap Petugas

kesehatan 2. Perilaku 3. Jumlah Balita

Karakteristik : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pendapatan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-puryanig2a... · penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan

31

F. Kerangka Konsep

Bagan 2.3 Kerangka Konsep

G. Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur dengan perilaku kader posyandu

memanfaatkan meja penyuluhan di Kelurahan Bandarharjo.

2. Ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku kader posyandu

memanfaatkan meja penyuluhan di Kelurahan Bandarharjo.

3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku kader posyandu

memanfaatkan meja penyuluhan di Kelurahan Bandarharjo.

4. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku kader posyandu

memanfaatkan meja penyuluhan di Kelurahan Bandarharjo.

5. Ada hubungan antara jumlah balita dengan perilaku kader posyandu

memanfaatkan meja penyuluhan di Kelurahan Bandarharjo.

Perilaku Kader Posyandu Memanfaatkan Meja

penyuluhan

Karakteristik Kader : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Sikap 5. Jumlah balita

Variabel Independent Variabel Dependent