bab ii tinjauan pustaka a. perlindungan hukum 1. …repository.ump.ac.id/1512/3/ikmal el lutfi - bab...

33
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Dalam kamus besar bahasa Indonesia tidak memberikan definisi secara jelas mengenai arti kata perlindugan hukum itu sendiri namun bila diartikan beberapa unsur kata perlindungan sebagai berikut (Pusat Bahasa, 2008: 864): a. Lindung: berlindung:menempatkan dirinya di bawah (di balik, di belakang) sesuatu supaya tidak terlihat atau tidak kena angin, panas, dan sebagainya; bersembunyi (berada) di tempat yang aman supaya terlindung; minta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha kuasa supaya selamat atau terhindar dari godaan, bencana, dosa, b. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat atau tampak, menjaga; merawat; memelihara, menyelamatkan (memberi pertolongan dan sebagainya) supaya terhindar dari mara bahaya. melindungkan: membuat (diri) terlindung (tersembunyi dan sebagainya), mempergunakan sesuatu untuk melindungi, menaruhkan (menempatkan) sesuatu di tempat yang aman atau terlindung, c. Terlindung: tertutup oleh sesuatu sehingga tidak kelihatan (tidak kena panas, angin, dan sebagainya), tersembunyi (di balik sesuatu), diselamatkan (dari bencana dan sebagainya), PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

Upload: vothu

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia tidak memberikan definisi secara

jelas mengenai arti kata perlindugan hukum itu sendiri namun bila diartikan

beberapa unsur kata perlindungan sebagai berikut (Pusat Bahasa, 2008:

864):

a. Lindung: berlindung:menempatkan dirinya di bawah (di balik, di

belakang) sesuatu supaya tidak terlihat atau tidak kena angin, panas,

dan sebagainya; bersembunyi (berada) di tempat yang aman supaya

terlindung; minta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha kuasa supaya

selamat atau terhindar dari godaan, bencana, dosa,

b. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat atau tampak, menjaga;

merawat; memelihara, menyelamatkan (memberi pertolongan dan

sebagainya) supaya terhindar dari mara bahaya. melindungkan:

membuat (diri) terlindung (tersembunyi dan sebagainya),

mempergunakan sesuatu untuk melindungi, menaruhkan

(menempatkan) sesuatu di tempat yang aman atau terlindung,

c. Terlindung: tertutup oleh sesuatu sehingga tidak kelihatan (tidak kena

panas, angin, dan sebagainya), tersembunyi (di balik sesuatu),

diselamatkan (dari bencana dan sebagainya),

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

12

d. Lindungan: yang dilindungi, cak tempat berlindung, cak perbuatan (hal

dan sebagainya) memperlindungi,

e. Perlindungan: tempat berlindung, hal (perbuatan dan sebagainya)

memperlindungi,

f. Memperlindungi: menjadikan atau menyebabkan berlindung,

g. Pelindung: orang yang melindungi, alat untuk melindungi,

h. Pelindungan: proses, cara, perbuatan melindungi,

i. Kelindungan: terlindung, terlampaui, tersaingi.

Dalam istilah pengertian perlindungan menurut ilmu hukum adalah

suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak

hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman, baik fisik

maupun mental, kepada korban dan sanksi dari ancaman, gangguan, teror,

dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan,

penuntutan, dan atas pemeriksaan di sidang Pengadilan

(http://seputarpengertian.blogsport.co.id).

2. Pengertian Hukum

Secara etimologis, istilah hukum (Indonesia) disebut Law (Inggris) dan

recht (Belanda dan Jerman) atau Droit (Prancis). Istilah recht berasal dari

bahasa latin rectum berarti tuntunan atau bimbingan perintah atau

pemerintahan. Rechtum dalam bahasa Romawi adalah rex yang berarti raja

atau perintah raja. Istilah-istilah tersebut (recht, rechtum, rex) dalam bahasa

Inggris menjadi right (hak atau adil) yang berati hukum (Sugiarto Umar

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

13

Said, 2015: 6). Sedangkan Menurut beberapa ahli, pengertian hukum

sebagai berikut:

a. Menurut Salim, HS, hukum adalah keseluruhan dari aturan-aturan

hukum, baik yang dibuat oleh negara maupun yang hidup dan

berkembangan dalam masyarakat dengan tujuan untuk melindungi

kepenting masyarakat sementara itu hukum yang hidup, tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat hanya dipatuhi oleh warga masyarakat

setempat dan sifatnya lokal (2009: 26),

b. Menurut Achmad Ali, hukum adalah seperangkat kaidah atau aturan

yang tersusun dalam suatu sistem, yang menentukan apa yang boleh dan

apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia sebagai warga masyarakat

dalam kehidupan bermasyarakat, yang bersumber dari masyarakat sendiri

maupun dari sumber lain, yang diakui berlakunya oleh otoritas tertinggi

dalam masyarakat tersebut, serta benar-benar diberlakukan oleh warga

masyarakat (sebagai suatu keseluruhan) dalam kehidupannya dan jika

kaidah tersebut dilanggar akan memberikan kewenangan bagi otoritas

tertinggi untuk menjatuhkan sanksi yang sifatnya eksternal (2012: 19),

c. Menurut Soedikno Mertokusumo, hukum adalah keseluruhan kumpulan

peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama,

keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan

bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan sanksi (1986:

34),

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

14

d. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, pengertian hukum yang memadai

harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu perangkat kaidah

dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tapi

harus pula mencakup lembaga (institusi) dan proses yang diperlukan

untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan (1989: 30),

e. Menurut Soerojo Wignjodipuro, hukum adalah himpunan peraturan

hidup yang bersifat memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau

perizinan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu serta dengan maksud

untuk mengatur tataterbit dalam kehidupan masyarakat (1982: 13),

f. Menurut M.L. Tobing, hukum adalah kesuluruahan asas-asas dan kaidah

yang mengatur hubungan manusia dalam masyarakat dan juga meliputi

lembaga-lembaga, institusions dan proses-proses yang mewujudkan

berlakunya kaidah dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan (1983: 10),

g. Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk hidup / perintah dan

larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang

seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat oleh karena itu

pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh

pemerintah/penguasa itu (1983: 53),

h. Menurut Van kan dan J.H.Beekhuis, hukum adalah peraturan yang

bersifat memaksa yang diadakan untuk melindungi kepentingan orang

dalam masyarakat dan siapa yang melangar norma hukum dapat di jatuhi

sanksi atau dituntut oleh pihak yang berwenang atau pihak yang hak-

haknya dirugikan (1972: 13).

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

15

3. Pengertian Perlindungan Hukum

Berdasarkan pengertian perlindungan dan teori hukum datas bahwa

perlindugan hukum dapat didevinisikan sebagaimana dijelaskan oleh para

ahli sebagai berikut:

a. Menurut Soetjipto Raharjo perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum (1983: 121),

b. Menurut Philipus M. Hadjon, bahwa perlindungan hukum adalah

perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-

hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan

ketentuan hukum dari kesewenangan (1987: 38),

c. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa

yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban

dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati

martabatnya sebagai manusia (2004: 3),

d. Menurut Muchin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk melindungi

individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah

yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya

ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia (2003: 14).

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

16

B. Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Secara etimologi kata nikah mempunyai banyak definisi antara lain

berkumpul, bersatu, bersetubuh dan akad sedangkan secara terminologi kata

kawin akad yang dari pengertian secara etimoligi di atas indentik dengan

tujuan dari hukum nasional yang dicantumkan dalam Undang-undang No 1

Tahun 1974 Pasal 1 yang isinya perkawinan merupakan ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan wanita sebagai suami-istri dengan tujuan untuk

membentuk keluarga yang (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarka ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan dalam kompilasi hukum

Islam memberikan definisi perkawinan adalah pernikahan yaitu akad yang

sangat kuat atau miitsaaqa ghaliidhan untuk menaati perintah Allah

(Soemiyati, 1999: 24).

Perkawinan sebagaimana dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu, ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagaimana suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa. Kemudian pada Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan tersebut selanjutnya menegaskan bahwa

perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya (M. Indra Ridhwan, 1994: 1).

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

17

Dengan melihat pengertian perkawinan yang tercantum dalam Pasal 1

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan di atas, bila

diperinci ada 3 (tiga) unsur penting:

a. Perkawinan ialah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri.

b. Ikatan lahir batin itu di tunjukan untuk membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia kekal dan sejahtera.

c. Ikatan lahir batin dan tujuan bahagia yang kekal itu berdasarkan pada

Ketuhanan Yang Maha Esa (Saleh K. Wantjik, 1987: 14).

Perkawinan dapat dipisahkan menjadi tiga bagian yakni perkawinan

dilihat dari segi hukum Islam, perkawinan dari segi sosial dan perkawinan

dari segi Agama Islam, dipandang dari segi hukum Islam, perkawinan itu

merupakan perjanjian, dalam QS.an-Nissa’[4]:21 dinyatakan: Dan mereka

(istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.

”perkawinan adalah perjanjian yang kuat, disebut dengan kata-

kata,”mitsaqan ghalizhan. Sedangkan menurut Pasal 26 Kitab Undang-

undang hukum Perdata perkawinan ialah pertalian yang sah antara seorang

lelaki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama dalam Undang-

undang hanya memandang perkawinan hanya dari hubungan keperdataan

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan (Soemiyati, 1999: 25).

2. Tujuan Perkawinan

Tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat

kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

18

mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar cinta dan kasih

sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan

mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh Syari’ah (Ali Afandi,

1987: 7).

Rumusan tujuan perkawinan di atas dapat diperinci sebagai berikut:

a) Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat

kemanusiaan.

b) Mewujudkan sesuatu keluarga dengan dasar cinta kasih.

c) Memperoleh keturunan yang sah.

d) Memelihara manusia dari kejahatan dan kerusakan.

e) Menumbuhkan kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan

yang halal, dan memperbesar rasa tanggungjawab kepada keluarga

(Soemiyati, 1999: 12-13).

3. Asas-asas Perkawinan

Menurut Muchin (2004: 34), asas-asas perkawinan sebagai berikut :

a. Asas kesukarelaan dan kebebasan memilih

Untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal, setiap

perkawinan harus didasarkan pada persetujuan kedua belah pihak, calon

mempelai laki-laki dan calon mempelai wanita. Perkawinan merupakan

salah satu hak asasi manusia, oleh karena itu suatu perkawinan harus

didasar pada kerelaan masing-masing pihak untuk menjadi suami istri,

untuk saling menerima dan saling melengkapi satu sama lainya, tanpa

ada satu paksaan dari pihak lain manapun juga. Perkawinan yang tanpa

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

19

didasari oleh persetujuan kedua belah pihak yang melangsungkan

perkawinan dapat dijadikan alasan membatalkan perkawinan. Prinsip ini

tegas dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan yang menentukan, bahwa perkawinan harus

didasarkan persetujuan kedua calon mempelai

b. Asas persetujuan dua belah pihak

Harus ada persetujuan secara suka rela dari pihak-pihak yang

mengadakan perkawinan caranya adalah diadakan peminangan terlebih

dahulu untuk mengetahui apakah kedua belah pihak setuju untuk

melaksanakan perkawinan atau tidak.

c. Asas kemitraan suami istri

Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan

suami baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan

bermasyarakat, sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga

dapat dirundingkan dan diputuskan bersama suami istri.

d. Asas untuk selamanya

Sebagaimana dalam tujuan perkawinan adalah untuk membentuk

keluarga yang bahagia dan kekal dan sejahtera, maka Undang-undang ini

menganut prinsip untuk mempersukar tejadinya perceraian. Untuk

memungkinkan perceraian harus ada alasan-alasan tertentu (Pasal 19

Peraturan Pemerintah Nomor. 9 tahun 1975) serta harus dilakukan di

depan sidang Pengadilan Agama bagi orang Islam dan Pengadilan Negeri

bagi golongan luar Islam

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

20

e. Asas monogami terbuka

Poligami sebagai pengecualian dalam hal tertentu perkawinan poligami

diperkenankan sebagai pengecualian perkawinan monogami, sepanjang

hokum dan agama dari yang bersangkutan mengizinkannya. Namun

demikian perkawinan seorang suami dengan lebih seorang istri,

meskipun itu dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan, hanya

dapat dilakukan apabila dipenuhi berbagai persyaratan tertentu, dan

diputuskan oleh Pengadilan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (2)

dan Pasal 4 serta Pasal 5 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan.

4. Rukun dan Syarat-syarat Perkawinan

Antara rukun dan syarat perkawinan itu ada perbedaan dalam

pengertianya. Yang dimaksud dengan rukun dari perkawinan ialah hakekat

dari perakawinan itu sendiri, jadi tanpa ada salah satu rukun, jadi tanpa

adanya salah satu rukun, perkawinan tidak mungkin dilaksanakan. Sedang

yang dimaksud dengan syarat ialah sesuaut yang harus ada dalam

perkawinan tetapi tidak termasuk hakekat dalam perkawinan itu sendiri.

Kalau salah satu syarat-syarat dari perkawinan tidak dipenuhi maka

perkwainan itu tidak sah. Misalnya syarat-syarat dari perakwinan itu yang

harus dipenuhi oleh masing-masing rukun perkawinan. Adapun yang

termasuk rukun perkawinan , yaitu hakekat dari suatu perkawinan , supaya

dapat dilaksanakan ialah:

a. Pihak-pihak yang melasakan aqad nikah yaitu mempelai pria dan wanita

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

21

b. Wali

c. Saksi

d. Akad nikah (Soemiyati, 1999: 30).

Menurut Ali Afandi (1987: 27) menjelaskan bahwa mengenai syarat-

syarat perkawinan, dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 7, yang pada pokoknya adalah

sebagai berikut:

1. Harus ada persetujuan dari kedua calon mempelai.

2. Adanya ijin dari kedua orangtua atau wali (Pasal 6 ayat 2) ijin ini hanya

diperlukan bagi calon mempelai yang belum berumur 21 (dua puluh

satu) tahun.

3. Apabila kedua orangtua meninggal duania, maka yang berhak memberi

ijin sesuai dengan ketentuan (Pasal 6 ayat 3, 4 dan 5).

4. Apabila salah seorang dari kedua orangtua dalam keadaan tidak mampu

menyatakan kehendaknya karena disebabkan:

a) Karena di bawah kuratele.

b) Sakit ingatan.

c) Tempat tinggalnya tidak diketahui, maka ijin cukup diberikan oleh

salah satu pihak saja yang mampu menyatakan kehendaknya (Pasal

6 ayat 3).

5. Apabila kedua orangtua telah meninggal dunia atau kedua-duanya tidak

mampu menyatakan kehendanya maka, yang berhak memberi ijin

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

22

adalah wali atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis

keturunan lurus keatas selama mereka masih hidup (Pasal 6 ayat 4).

6. Jika ada perbedaan pendapat antara mereka yang disebut dalam ayat 2,

3 dan 4 pasal 6 ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak

ada menyatakan pendapatnya, Pengadilan dalam daerah hukum tempat

tinggal orang yang berhak melaksanakan perkawinan yang berhak

memberi ijin.

7. Batas umur untuk melaksanakan perkawinan adalah sekurang-

kurangnya 19 (sebilan belas) tahun bagi calon suami dan 16 (enam

belas) tahun bagi calon isteri (Pasal 7 ayat 1).

C. Tentang Perceraian

1. Pengertian Perceraian

Ketentuan Pasal 38 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan hanya disebutkan bahwa perceraian merupakan salah satu

penyebab putusnya perkawinan. Alasan dari perceraian ini adanya tujuan

perkawinan sebagaimana tercantum pada Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan mengisyaratkan pula pengertian perceraian.

Perceraian hendaknya menjadi upaya terakhir yang ditempuh jika upaya-

upaya lain yang ditempuh sebelumnya untuk mengusahakan keutuhan

ikatan perkawinan tidak berhasil (Saleh K.Wantjik, 1987: 31).

Jadi istilah perceraian secara yuridis putusnya perkawinan, yang

mengakibatkan putusnya hubungan sebagai suami istri atau berhenti berlaki

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

23

bini (suami istri) sebagaimana diartikan dalam kamus besar bahasa

Indonesia diatas Istilah perceraian menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 sebagai aturan hukum positif tentang perceraian menujukkan adannya:

a. Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh suami atau istri untuk

memutus hubungan perkawinan antara mereka

b. Peristiwa hukum yang memutuskan hubungan suami dan istri, yang yaitu

kematian suami atau istri yang bersangkutan, yang merupakan ketentuan

yang pasti dan langsung ditetapkan oleh Tuhan yang maha kuasa

c. Putusan hakim yang dinyatakan oleh pengadilan yang berakibat hukum

putusnya hubungan perkawinan antara suami istri (Muhammad

Syarifuddin, Dkk, 2013: 16).

Hukum perdata menjelasakan bahwa Percerian ialah penghapusan

perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam

perkawinan itu (Subekti, 2001: 42). Namun bila dilihat dari pengertian

hukum Islam bahwa perceraian merupakan putusnya hubungan keluarga

yang dimungkinkan terjadi karena beberapa hal sebagaimana berikut: talak,

khuluk, fasakh, syiqoq, taklik-talak, fahisah, ila’, zhihar, li’an dan Murtad

(Riddah).

2. Bentuk Perceraian

Bentuk-bentuk perceraian yang mengakibatkan putusnya perkawinan

yang dapat dijadikan alasan hukum perceraian dan bermuara pada cerai

talak dan cerai gugat yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor. 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

24

Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor. 9 Tahun 1975, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Talak

Secara harfiah, talak berarti lepas dan bebas. Dihubungkan kata

talak dalam arti kata ini dengan putusnya perkawinan, karena antara

suami dan istri sudah lepas hubungannya atau masing-masing sudah

bebas. Dalam mengemukakan arti talak secara terminologis, ulama

mengemukakan rumusan yang berbeda, namun secara esensinya sama,

yakni melepaskan hubungan pernikahan dengan mengunakan lafaz talak

dan sejenisnya (Anshori Abdul ghofur, 2011: 106).

Talak artinya cerai, pelaksaannya di lakukan atas inisiatif suami

dengan ucapan yang dinkeluarkan oleh diri sendiri dalam keadaan

sengaja atau tidak sengaja (Djamali R. Abdul, 2002: 99) sedangkan

dalam Pasal 117 Kompilasi Hukum Islam menjelaskan bahwa talak

adalah ikrar suami dihadapan peradilan agama yang menjadi sebab

putusnya perkawinan.

2. Khuluk

Bila seorang istri melihat pada suaminya sesuatu yang tidak

diridhai Allah untuk melanjutkan hubungan perkawinan, sedangkan si

suami tidak merasa perlu untuk menceraikannya, maka si istri dapat

meminta perceraian dari suaminya dengan kompensasi ganti rugi yang

diberikannya kepada suaminya. Bila suami menerima dan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

25

menceraikannya istrinya atas dasar uang ganti itu, maka putuslah

perkawinan antara keduanya putus perkawinan cara ini disebut Khulu’.

Menurut para fuqaha, khulu’ kadang dimaksudkan makna yang

umum, yakni perceraian dengan disertai sejumlah harta sebagai iwadh

yang diberikan oleh istri kepada suami untuk menembus diri agar

terlepas dari ikatan perkawinan baik dengan kata khulu’ mubara’ah

maupun talak (Abdul Rahman Ghozali, 2012: 220).

3. Fasakh

Fasakh menurut bahasa berarti memisahkan atau memutuskan.

Adapun pengertian fasakh menurut istilah adalah memutuskan akan

nikah karena ada sebab yang nyata dan jelas yang menghalangi

kelestarian hubungan suami isteri. Perceraian dalam bentuk fasakh

termasuk perceraian dalam proses peradilan. Hakimlah yang memberikan

keputusan tentang berlangsungnya perkawinan, atau terjadinya

perceraian karena itu pihak penggugat dalam perkara fasakh haruslah

mempunyai alat-alat bukti yng lengkap, sehingga dengan alat bukti

tersebut dapat menimbulkan keyakinan bagi hakim yang menyidangkan

perkara tersebut.

Fasakh sebagai suatu perceraian suami-istri yang dilakukan melalui

proses Pengadilan dengan keputusan yang diselingi konflik-konflik

lainya yang berarti tidak mencerminkan kehidupan rumah tangga yang

baik, karena itu pada puncak konflik dan terjadi lepas bergaul (scheiding

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

26

van tafel en bed) diizinkan istri mengajukan permohonan cerai melalui

Pengadilan agama (Djamali R. Abdul, 2002: 107).

4. Siqoq

Siqoq artinya adalah perselisihan yang terus menerus antara suami

dan isteri. Bila ini terjadi maka diadakanlah dua utusan sebagai pendamai

antara pihak suami dan isteri setelah fase-fase menasehati, memisahkan

tempat tidur, dan memukul isteri sebagai upaya mendidik menuju

perdamaian rumah tangga yang tak kunjung berhasil

Siqoq artinya sengketa atau konflik. dalam kehidupan rumah

tangga suatu pertengkaran antara suami-istri tidak mungkin dapat

dihindarkan, hal ini dapat dipahami karena dua pikiran dan pendapat

terhadap suatu hal sering tidak dapat dipertemukan dalam satu pendapat

dengan segera yang berakibat timbulnya pertengkaran (Abdul Rahman

Ghozali, 2012: 107).

5. Talik-Talak

Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 45 menjelaskan bahwa ada

dua bentuk perjanjian perkawinan yakni kedua calon mempelai dapat

mengadakan perjanjian perkawinan dalam bentuk:

1. Taklik talak

2. Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam

Namun secara definisi menjelaskan bahwa Talik talak adalah suatu

janji dari suami kepada istri yang berdasarkan kepada syarat-syarat

tertentu. lembaga taklik itu timbul kalau ada penilaian istri bahwa

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

27

suaminya menunjukkan gejala-gejala akan menyia-nyiakan atau akan

meningalkannya dikemudian hari (Djamali R. Abdul, 2012: 108).

6. Fahisah

Fahisah menurut AlQur’an Surat An-Nisa’(4): 15 ialah perempuan

yang melakukan perbuatan keji atau perbuatan buruk yang melakukan

keluarga seperti perbuatan mesum, homo seksual, lesbian, dan

sejenisnya. Apabila terjadi peristiwa yan sedemikian itu, maka suami

dapat bertindak mendatangkan 4 (empat) orang saksi laki-laki yang adil

yang memberikan kesaksian tentang perbuatan itu, apabila terbuktu

benar, maka kurunglah wanita itu dalam rumah sampai meraka menemui

ajalnya.

Menurut surat An-Nisa’ (4): 135 dijelaskan tentang kurungan itu

ialah sampai Allah memberikan jalan (memberikan petunjuk) kepadanya.

Tindak an mengurung itu apabila suami dapat mendatangkan saksi bahwa

istrinya (wanita) itu benar-benar telah melakukan perbuatan yang

memalukan keluarga (fahisah), apabila kelak wanita (istri) tersebut telah

sadar dan bertaubat ingin menjadi orang yang baik-baik dia harus

dibebaskan kata fahisah ini dalam Al quran terutama dihubungkan

dengan penyelewengan dalam hubungan seks atau perzinaan

(Muhammad Syarifuddin, Dkk, 2013: 141).

7. Ila’

Ila’ berasal dari bahasa Arab, yang secara arti kata berarti”tidak

mau melakukan sesuatu dengan cara bersumpah “atau“sumpah”. Dalam

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

28

artian devinitif terdapat beberapa rumusan masalah yang hampir atau

berdekatan sehingga. Arti dari pada kata ila’ ialah sumpah untuk tidak

melakukan suatu pekerjaan.

Dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 226-02, sebagai berikut:

“suami yang mengatakan ila’ (bersumpah tidak akan mencampuri

istrinya) diberi kesempatan selama empat bulan apabila dalam masa

empat bulan itu suami kembali mengauli istrinya maka Allah akan

mengampuninya dan memperkenankannya, akan tetapi apabila suami

bermaksud bermaksud menjatuhkan talak, maka Allah maha mendengar

dan mengetahui”.

Dari ayat–ayat al-Quran tersebut dapat diperoleh ketentuan bahwa:

1. Suami yang mengila’ istrinya batasnya paling lama hanya empat

bulan,

2. Kalau batas waktu itu habis maka suami harus kembali hidup sebagai

suami-istri atau mentalaknya.

Kalau batas waktu empat bulan itu habis dan suami belum

menetukan sikap, yaitu mentalak istrinya atau meneruskan hubungan

suami istri, maka menurut Imam Hanifah suami diam saja itu dengna

habisnya batas waktu empat bulan itu dianggap telah jatuh talaknya satu

kepada istrinya (Soemiyati, 1982: 117).

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

29

8. Zhihar

Zhihar adalah prosedur talak, yang hampir sama dengan ila’. Arti

zhihar adalah seorang suami yang bersumpah bahwa istrinya itu baginya

sama dengan pungung istrinya. Ibarat seperti ini erat kaitanya dengan

kebiasaan masyarakat Arab, apabila masyarakat Arab marah, maka

ibarat/penyamaan seperti tadi sering terucap. Apabila ini terjadi berarti

suami tidak akan menggauli istrinya.

Selajutnya kata zhihar diambil dari kata zhahr (punggung). Hal ini

dikarenakan apabila slah seorang kaum jahiliah menzhihar istrinya, maka

ia berkata kepadanya,”kamu seperti punggung ibuku”. Kemudian , lafazh

zhihar digunakan untuk seluruh anggota tubuh yang secara qiyas

menunjukkan kepada punggung, zhihar dimasa jahiliyah sama dengan

cerai, lalu Allah memberikan keringanan bagi umat ini dan menetapkan

kafarat didalamnya. Allah tidak menetapkannya sebagai cerai,

sebagaimana yang mereka yakini dimasa jahiliyah (Muhammad

Syarifuddin, Dkk, 2013: 153).

9. Li’an

Perkawinan dapat putus karena li’an. Li’an diambil dari kata la’an

(melekat), karena pada sumpah kelima, suami mengatakan bahwa ia

menerima laknat Allah bila ia termasuk orang-orang yang berdusta.

Perkara ini disebut li’an, ilti’an (melaknat diri sendiri) dan mula’anah

(saling melaknat). Li’an diambil dari firman Allah: “Dan (sumpah) yang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

30

kelima, bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang

berdusta”.

Bahwa li’an adalah lafaz dalam bahasa Arab yang berasal dari kata

laa-‘a-na, yang secara harfiah berarti saling melaknat, cara ini disebut

dalam term li’an, karena dalam prosesinya tersebut kata laknat tersebut.

Diantara definisi yang representatif, yang mudah dipahami adalah

sumpah suami yang menunduh istrinya berbuat zina, sedangkan dia tidak

mampu mendatangkan empat orang saksi (Abdul Ghofur Anshori, 201:

150).

Hukum li’an menurut Abdul Ghofur Anshori (2011: 152), bagi

suami yang yakin atau berat dugaanya akan kebenaran tuduhannya

adalah mubah atau boleh. Namun bila suami tidak kuat dugaannya atas

kebenaran tuduhannya, maka hukum li’an baginya adalah haram.

Adapun tujuan dari dibolehkannya li’an tersebut adalah memberikan

kemudahan kepada suami yang yakin akan kebenaran tuduhan zina yang

dilakukanya, sedangkan dia secara hukum formal tidak dapat berubah

apa-apa dalam membuktikan kebenaranya. Hikmahnya adalah

melepaskan ancaman dari suami yang yakin kebenarannya, yang hukum

formal tidak dapat membantunya.

10. Murtad (Riddah)

Ar-riddah secara harfiah berarti kembali. Ar-riddah dalam

pembahasan ini adalah kembalinya seorang muslim yang berakal dan

baligh untuk memilih keyakinan agama lain atas dasar pilihannya bukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

31

atas paksaan. Dengan alasan walaupun dia hidup dan berada pada sisten

yang berlaku dilingkungan pemeluk agama lain dan secara formal

menjadi anggota yang sah dari masyarakatnya namun besar kemungkinan

keyakinannya tetap tidak tergoyahkan. Jika pada suatu saat ada peluang

untuk mewujudkan keyakinan yang diyakininya, yaitu keyakinan yang

sesuai dengan ajaran islam ia akan berupaya untuk mewujudkannya.

Apabila salah seorang dari suami atau istri keluar dari agama isla

atau murtad, maka putuslah hubungan perkawinan mereka. Dasar

hukumnya dapat diambil I’tibar dari Al-Quran surat Al-Baqarah ayat

221, yang melarang menikah baik laki-laki dengan wanita maupun

sebaliknya wanita dengan laki-laki yang tidak beragama islam.

Disamping itu, Alquran surat Al-Baqarah ayat 229 pun dapat

dipergunakan, karena salah satu pihak tidak dapat menjalakan hukum-

hukum Allah, yaitu Al Quranul karim akan tetapi, adakalanya lembaga

murtad ini sering disalahgunakan, karena ingin mempermudah perceraian

salah satu pihak menyatakan dirinya murtad (Mohd.Idris Ramulyo, 1996:

147).

D. Akibat Hukum Pasca Perceraian

1. Akibat Hukum Perceraian terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban

Anak

Adanya anak dalam perkawinan bagi penghidupan manusia

mengandung dua segi kepentingan, yaitu kepentingan untuk diri peribadi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

32

dan kepentingan yang bersifat umum (universal). Setiap orang yang

melaksanakan perkawinan tentu mempunyai keinginan untuk memperoleh

keturunan/anak. Bisa dirasakan bagaimana perasaan suami istri yang hidup

berumah tangga tanpa mempunyai anak, tentu kehidupannya akan terasa

sepi dan hampa. Biarpun keadaan rumah tangga mereka serba

berkecukupan, harta cukup, kedudukan tinggi, dan lain-lain serba cukup,

tetapi kalau tidak mempunyai keturunan, kebahagiaan rumah tangga belum

sempurna.

Biasanya suami istri yang demikian itu akan selalu berusaha dengan

segala kemampuan yang ada untuk berobat kepada dokter-dokter dan minta

tolong kepada orang-orang yang dianggap mampu untuk menolong mereka

dalam usahanya memperoleh keturunan Anak-anak itu merupakan

penolong, baik dalam kehidupannya di dunia maupun diakherat kelak, bagi

diri ibu bapak yang bersangkutan. Asperk umum atau universal yang

berhubungan dengan keturunan atau anak adalah karena anak-anak yang

dilahirkan dalam suatu perkawinan yang sah dapat menjadi penyambung

keturunan seseorang dan akan selalu berkembang untuk meramaikan dan

memakmurkan dunia ini (Soemiyati 1984: 14).

Akibat hukum perceraian terhadap kedudukan dan perlindungan hak-

hak anak menurut Pasal 41 Huruf a Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

ialah baik bapak maupun ibu tetap mempunyai kewajiban memelihara dan

mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bila

mana terjadi perselisihan mengenai penguasaan anka-anak, maka pengadilan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

33

pengadilan yang memberikan keputusanya. Akibat hukum perceraian

terhadap anak ini tentu saja hanya berlaku terhadap suami dan istri yang

mempunyai anak dalam perkawinan mereka, tetapi tidak berlaku terhadap

suami dan istri yang tidak mempunyai anak dalam perkawinan mereka.

Menurut Soemiyati (1984: 126), jika terjadi perceraian dimana telah

diperoleh kerturunan dalam perkawinan itu, maka yang berhak mengasuh

anak hasil perkawinan adalah ibu, atau nenek seterusnya keatas. Akan

tetapi, mengenai pembiayaan untuk penghidupan anak itu, termasuk biaya

pendidikannya adalah menjadi tanggung jawab ayahnya. Berakhirnya masa

asuhan adalah pada waktu anank itu sudah dapat ditanya kepada siapa dia

akan terus ikut. Kalau anak tersebut memilih ibunya, maka si ibu tetap tetap

berhak mengasuh anak itu, kalau anak itu memilih ikut bapaknya, maka hak

asuh ikut pindah pada bapak.

Sedangkan menuurt Wahyu Ernaningsih dan Putu Samawati (2008:

126), menguraikan pendapatnya mengenai akibat hukum perceraian

terhadap nafkah anak secara lebih terperinci, sebagai berikut:

a. Kewajiban membiayai anak tidak hilang karena putusnya perkawinan

adanya perceraian.

b. Biaya pemeliharaan anak ditanggung oleh ayah (sampai anak dewasa

atau berdiri sendiri, bekerja/ mendapat penghasilan atau anak menikah).

Kewajiban membiayai tetap menjadi tanggung jawab ayah walaupun

pemeliharaan anak tidak padanya. Artinya ayah tetap mempunyai

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

34

kewajiban untuk membiayai penghidupan anak walaupun hak

pemeliharaan anak berada pada ibu, kakek, nenek, bibi, dan sebagainya.

c. Bila ayah tidak dapat memberi biaya pemeliharaan (penghidupan), maka

pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya hidup anak

d. Bila ayah tidak melaksanakan putusan pengadilan untuk membiayai

pemeliharaan anak, maka seorang mantan istri dapat melakukan

permohonan eksekusi kepada ketua Pengadilan Agama atau Pengadilan

Negeri dimana proses perceraiannya dilaksanakan. Selanjutnya,

Pengadilan akan memangil manta suami. jika suami tidak memenuhi

surat pangilan dari pengadilan tanpa alasan yang patut, maka ketua

pengadilan akaknmengeluarkan surat penetapan yang memerintahakan

untuk melakukan eksekusi kepada panitera atau juru sita.

Bahwa Pasal 41 huruf a Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah

wujud normatif dari upaya negara untuk melindungi hak-hak anak setelah

terjadinya perceraian dari kedua orang tuanya, berlandaskan fungsi negara

hukum mengaku dan melindungi HAM.

2. Akibat Hukum Perceraian terhadap Kedudukan, Hak, dan Kewajiban

Mantan Suami/Istri

Akibat hukum perceraian terhadap kedudukan, Hak dan kewajiban

mantan suami/istri menurut Pasal 41 htuf c Undang-undang Nomor. 1

Tahun 1974 ialah pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk

memberikan biaya kehidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi

bekas istri. Ketentuan normatif dalam Pasal 41 huruf c Undang-undang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

35

Nomor 1 Tahun 1974 ini mempunyai kaitan dengan Pasal 11 Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 yang memuat ketentuan normatif bahwa

seorang wanita yang ptus perkawinannya beralaku jagka tunggu yang

kemudian pasal ini telah dijabarkan dalam Pasal 39 Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 yang memuat ketentuan imperatif bahwa bagi seorang

janda yang masih datang bulan ditetapkan 3 (tiga) kali suci dengan

sekurang-kurangnya 90 (sembilan puluh) hari dan bagi yang tidak datang

bulan ditetapkan 90 (sembilan puluh) hari. Apabila perkawinan putus,

sedangkan janda tersebut dalam keasdaan hamil, maka waktu tunggu

ditetapkan sampai ia melahirkan (Mahmud Yunus, 1968: 120).

Selanjutnya, menurut Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

1975 tidak ada waktu tunggu bagi janda yang putus perkawinan karena

perceraian, sedang antara janda tersebut dengan bekassuaminya swebelum

terjadi hubungan kelamin. Bagi perkawinan yang putus karena perceraian,

waktu tunggu dihitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan hukum tetap.

Akibat hukum perceraian terhadap kedudukan, hak dan kewajiban

mantan suami/istri menurut Pasal 41 huruf c Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 selaras dengan hukum Islam, apabila terjadi perceraian antara

suami dan istri menurut hukum islam, maka akibat hukumnya ialah

dibebankannya kewajiban mantan suami terhadap mantan istrinya untuk

memberikan mut’ah yang pantas berupa uang atau barang dan mmeberikan

nafkah hidup, pakaian dan tempat kediaman selama mantan istri dalam masa

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

36

Iddah serta melunasi mas kawin, perjanjian ta’lik talak dan perjanjian yang

lain (Mahmud Yunus, 1968 : 125).

Selanjutnya akibat hukum perceraian terhadap kedudukan, hak dan

kewajiban mantan suami/istri menurut Pasal 41 huruf c Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974, yaitu pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas

suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menetukan sesuatu

kewajiban bagi mantan istri, adalah selaras dengan hukum islam. Akibat

hukum perceraian terhadap kedudukan, hak dan kewajiban mantan

suami/istri yang diatur dalam hukum islam, telah dipostivikasi dalam

Kompilasi Hukum Islam khususnya Pasal 149 yang memuat ketentuan

imperatif bahwa bilamana perkawinan putus karena talak, maka mantan

suami wajib:

a. Memberikan mut’ah yang layak kepada bekas istrinya, baik berupa uang

atau benda, kecuali bekas istri tersebut qobla al dukhul;

b. Memberikan nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas istri selama

dalam iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba’in atau nusyuz dan

dalam keadaan tidak hamil

c. Melunasi mahar yang masih terhutang selurunya dan separoh apa bila al

dukhul

d. Memberikan biaya hadhanan untuk anak-anaknya yang belu mencapai

umur 21 tahun (Muhammad Syarifuddin, Dkk, 2013: 405).

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

37

3. Akibat Hukum Perceraian terhadap Harta Bersama

Menurut hukum Islam, harta suami dan istri terpisah, dalam arti

masing-masing mempunyai hak untuk menggunakan atau membelanjakan

hartanya sepenuhnya, tanpa diganggu oleh pihak lain. Harta benda yang

menjadi hak sepenuhnya masing-masing pihak ialah harta bawaan masing-

masing sebelum terjadi perkawinan atau pun harta yang diperoleh masing-

masing pihak dalam masa perkawinan yang bukan merupakan usaha

bersama, misalnya menerima warisan, hibah, hadiah, dan lain sebagainya

Dalam Pasal 37 Undang-undang Nomor Tahun 1974 dan Penjelasan

pasalnya, akibat hukum perceraian terhadap harta bersama diatur mernurut

hukumnya masing-masing, yang mencakup hukum agama, hukum adat atau

hukum yang lain. Ini berarti bahwa Undang-undang Nomor Tahun 1974

menyerahkan kepada para pihak (mantan suami dan mantan istri) yang

bercerai untuk milih hukum mana dan hukum apa yang akan berlaku, dan

jika tidak ada kesepakatan, hakim di pengadilan dapat mempertimbangkan

menurut rasa keadilan yang sewajarnya (Hilman Hadikusumo, 2007: 176).

Menurut Asro Sogroatmojo dan Wasit Aulawi (1976: 90), penjelasan

atas Pasal 35 Undang-undang Nomor Tahun 1974 bahwa apabila

perkawinan putus, maka harta bersama tersebut diatur menurut hukumnya

masing-masing, mempunyai cukup lebih luas dari bunyi Pasal 37, yang

membatasi diri sebagai berikut: Apabila perkawinan putus karena

perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing.

Perpecahan pikiran yang ditimbulkan dari pertentangan antara syarat-syarat

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

38

umum (putus) dan syarat khas (putus karena perceraian) bertambah karena

dijumpai dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 sesuatu ketentuan

mengenai harta bersama itu, bila perkawinan putus bukan karena perceraian.

E. Teori Keadilan

1. Pengertian Keadilan

Keadilan sering diartikan sebagai sesuatu sikap dan karakter Sikap

dan karakter yang membuat orang melakukan perbuatan dan berharap atas

keadilan adalah keadilan, sedangkan sikap dan karakter yang membuat

orang bertindak dan berharap ketidakadilan adalah ketidakadilan.

Pembentukan sikap dan karakter berasal dari pengamatan terhadap obyek

tertentu yang bersisi ganda. Hal ini bisa berlaku dua dalil, yaitu;

a. jika kondisi “baik” diketahui, maka kondisi buruk juga diketahui;

b. kondisi “baik” diketahui dari sesuatu yang berada dalam kondisi “baik”

Untuk mengetahui apa itu keadilan dan ketidakadilan dengan jernih,

diperlukan pengetahuan yang jernih tentang salah satu sisinya untuk

menentukan secara jernih pula sisi yang lain. Jika satu sisi ambigu, maka

sisi yang lain juga ambigu. Secara umum dikatakan bahwa orang yang tidak

adil adalah orang yang tidak patuh terhadap hukum (unlawful, lawless) dan

orang yang tidak fair (unfair), maka orang yang adil adalah orang yang

patuh terhadap hukum (law-abiding) dan fair. Karena tindakan

memenuhi/mematuhi hukum adalah adil, maka semua tindakan pembuatan

hukum oleh legislatif sesuai dengan aturan yang ada adalah adil. Tujuan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

39

pembuatan hukum adalah untuk mencapai kemajuan kebahagiaan

masyarakat (Friedman W, 1998: 34).

Semua tindakan yang cenderung untuk memproduksi dan

mempertahankan kebahagiaan masyarakat adalah adil. Dengan demikian

keadilan bisa disamakan dengan nilai-nilai dasar sosial. Keadilan yang

lengkap bukan hanya mencapai kebahagiaan untuk diri sendiri, tetapi juga

kebahagian orang lain. Keadilan yang dimaknai sebagai tindakan

pemenuhan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain, adalah keadilan sebagai

sebuah nilai-nilai. Keadilan dan tata nilai dalam hal ini adalah sama tetapi

memiliki esensi yang berbeda. Sebagai hubungan seseorang dengan orang

lain adalah keadilan, namun sebagai suatu sikap khusus tanpa kualifikasi

adalah nilai (Huijbers Theo, 1995: 53).

2. Konsep Keadilan

Menurut Plato adalah seorang pemikir idealis abstrak yang mengakui

kekuatan-kekuatan diluar kemampuan manusia sehingga pemikiran irasional

masuk dalam filsafatnya. Demikian pula halnya dengan masalah keadilan,

Plato berpendapat bahwa keadilan adalah diluar kemampuan manusia biasa.

Sumber ketidakadilan adalah adanya perubahan dalam masyarakat. Kelas

penguasa punya monopoli terhadap semua hal seperti keuntungan dan

latihan militer, dan hak memiliki senjata dan menerima semua bentuk

pendidikan, tetapi kelas penguasa ini tidak diperkenankan berpartisipasi

dalam aktivitas perekonomian, terutama dalam usaha mencari penghasilan,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

40

a. Harus ada sensor terhadap semua aktivitas intelektual kelas penguasa,

dan propaganda terus-menerus yang bertujuan untuk menyeragamkan

pikiranpikiran mereka. Semua inovasi dalam pendidikan, peraturan, dan

agama harus dicegah atau ditekan.

b. Negara harus bersifat mandiri (self-sufficient). Negara harus bertujuan

pada autarki ekonomi, jika tidak demikian, para penguasa akan

bergantung pada para pedagang, atau justru para penguasa itu sendiri

menjadi pedagang. Alternatif pertama melemahkan kekuasaan mereka,

sedangkan alternative kedua akan melemahkan persatuan kelas penguasa

dan stabilitas negaranya (Popper Karl R, 2002: 110).

Doktrin-doktrin Aristoteles tidak hanya meletakkan dasar-dasar bagi

teori hukum, tetapi juga kepada filsafat barat pada umumnya. Kontribusi

Aristoteles bagi filsafat hukum adalah formulasinya terhadap masalah

keadilan, yang membedakan antara: keadilan “distributive” dengan keadilan

“korektif” atau “remedial” yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan. Keadilan distributive mengacu kepada

pembagian barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan

kedudukannya dalam masyarakat, dan perlakuan yang sama terhadap

kesederajatan dihadapan hukum (equality before the law) (Sumaryono E,

2002: 7).

Menurut John Rawls (1971: 101), bahwa keadilan pada dasarnya

merupakan prinsip dari kebijakan rasional yang diaplikasikan untuk

konsepsi jumlah dari kesejahteraan seluruh kelompok dalam masyarakat.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

41

Untuk mencapai keadilan tersebut, maka rasional jika seseorang

memaksakan pemenuhan keinginannya sesuai dengan prinsip kegunaan,

karena dilakukan untuk memperbesar keuntungan bersih dari kepuasan yang

diperoleh oleh anggota masyarakatnya

Ketidaksamaan harus diberikan aturan yang sedemikian rupa sehingga

paling menguntungkan golongan masyarakat paling lemah. hal ini terjadi

kalau dua syarat dipenuhi. Pertama situasi ketidaksamaan menjamin

maximum minorium bagi orang yang paling lemah. Artinya situasi

masyarakat harus sedemikian rupa, sehingga dihasilkan untung yang paling

tinggi yang mungkin dihasilkan bagi orang-orang kecil. kedua, ketidak

samaan diikat pada jabatan-jabatan yang terbuka bagi semua orang.

maksudnya setiap orang memiliki diberikan peluang yang sama besar dalam

hidup (Friedrich, 1999: 239).

Kesamaan dapat meletakkan prinsip-prinsip keadilan, karena pada

dasarnya hukum harus menjadi penuntun agar orang dapat mengambil posisi

yang adil dengan tetap memperhatikan kepentingan individunya, dan

bertindak proposional sesuai dengan haknya serta tidak melanggar hukum

yang berlaku. Dengan demikian keadilan sangat berkaitan dengan hak dan

kewajiban para pihak dalam melaksanakan kesepakatan perjanjian sebagai

bentuk tanggung jawabnya (John Rawls, 1971: 103).

3. Keadilan Dalam Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keadilan sosial didefinisikan

sebagai sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

42

yang benar, berpegang pada kebenaran. Kata adil (al-'adl) berasal dari

bahasa Arab, dan dijumpai dalam al-Qur'an, sebanyak 28 tempat yang

secara etimologi bermakna pertengahan.Pengertian adil, dalam budaya

Indonesia, berasal dari ajaran Islam. Kata ini adalah serapan dari kata Arab

‘adl. Secara etimologis, dalam kamus Al-Munawwir, al’adl berarti perkara

yang tengah-tengah.

Dengan demikian, adil berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau

menyamakan yang satu dengan yang lain (al-musâwah). Istilah lain dari al-

‘adl adalah al-qist, al-misl (sama bagian atau semisal). Secara terminologis,

adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik dari segi nilai

maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah

dan tidak berbeda satu sama lain. Adil juga berarti berpihak atau berpegang

kepada kebenaran keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat yang

sebenarnya atau menempatkan sesuatu pada proporsinya yang tepat dan

memberikan kepada seseorang sesuatu yang menjadi haknya (Basyir Ahmad

Azhar, 2000: 30).

Keadilan dalam pelaksanaannya tergantung dari struktur-struktur

kekuasaan dalam masyarakat, struktur-struktur mana terdapat dalam bidang

politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ideologi. Maka membangun keadilan

berarti menciptakan struktur-struktur yang memungkinkan pelaksanaan

keadilan. Masalah keadilan ialah bagaimanakah mengubah struktur-struktur

kekuasaan yang seakan-akan sudah memastikan ketidakadilan, artinya yang

memastikan bahwa pada saat yang sama di mana masih ada

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.

43

golongangolongan miskin dalam masyarakat, terdapat juga kelompok-

kelompok yang dapat hidup dengan seenaknya karena mereka menguasai

sebagian besar dari hasil kerja dan hak-hak golongan yang miskin itu (Franz

Magnis Suseno, 1988: 45).

Salah satu sumbangan terbesar Islam kepada umat manusia adalah

prinsip keadilan sosial dan pelaksanaannya dalam setiap aspek kehidupan

manusia. Islam memberikan suatu aturan yang dapat dilaksanakan oleh

semua orang yang beriman. Setiap anggota masyarakat didorong untuk

memperbaiki kehidupan material masyarakat tanpa membedakan bentuk,

keturunan dan jenis orangnya. Setiap orang dipandang sama untuk diberi

kesempatan dalam mengembangkan seluruh potensi hidupnya (Machnun

Husein, 1984: 224).

Bahwa Islam bertujuan membentuk masyarakat dengan tatanan sosial

yang solid. Dalam tatanan itu, setiap individu diikat oleh persaudaraan dan

kasih sayang bagai satu keluarga. Sebuah persaudaraan yang universal dan

tak diikat batas geografis. Islam menganggap umat manusia sebagai suatu

keluarga. Karenanya semua anggota keluarga itu mempunyai derajat yang

sama dihapan Allah. Islam tidak membedakan pria ataupun wanita, putih

atau hitam. Secara sosial, nilai yang membedakan satu dengan yang lain

adalah ketakwaan, ketulusan hati, kemampuan dan pelayanannya pada

kemanusiaan.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ..., Ikmal El Lutfi , F. HUKUM, UMP 2017.