bab ii tinjauan pustaka a. penelitian...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian dari Yudha Praja (2016) Studi Tentang Minat Beli Ulang
Konsumen Kopi Kapal Api. Hasil dari penelitian ini yakni terdapat pengaruh
secara persial dan signifikan antara Citra Merek terhadap Minat Beli Ulang
pada Produk Kopi Kapal Api.
Penelitian dari Yuli dan Syaad (2012) tentang Pengaruh Pencantuman
Label Halal Pada Kemasan Mie Instan Terhadap Minat Pembelian Masyarakat
Muslim. Hasil dari penelitian ini yakni terdapat pengaruh secara persial dan
signifikan antara pencantuman label halal terhadap Minat Beli masyarakat
muslim.
Penelitian dari Kusnandar et al (2015) yang melakukan penelitian
tentang Pengaruh Citra Merek Dan Kesadaran Label Halal Produk Kosmetik
La Tulipe Terhadap Minat konsumen Untuk Membeli Ulang Di Kota
Banyuwangi. Hasil dari penelitian ini yakni bahwa Kesadaran Label Halal
berpengaruh secara persial dan signifikan terhadap minat membeli ulang
produk kosmetik.
Penelitian dari Maya Anggraeni (2016) yang melakukan penelitian
tentang Pengaruh Persepsi Label Halal, Citra Merek dan Word Of Mouth
terhadap Minat Beli Ulang Produk Restoran Solaria. Hasil dari penelitian ini
10
yakni bahwa citra merek dan persepsi label halal berpengaruh secara
simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang.
Perbedaaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
terdahulu terdapat pada pengambilan sampel, penelitian ini menggunkan
teknik accidental sampling dan penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier berganda sebagai teknik analisis dan menggunakan uji F untuk menguji
variabel bebas secara bersamaan.
B. Landasan Teori
1. Minat Pembelian Ulang
a. Pengertian Minat Pembelian Ulang
Minat pembelian ulang menunjukkan keinginan pembeli untuk
melakukan kunjungan ulang di masa yang akan datang. Perilaku
pembelian ulang seringkli dikaitkan dengan loyalitas. Namun
keduanya berbeda. Perilaku pembelian ulang hanya menyangkut
pembelian ulang merek tertentu yang sama secara berulang – ulang,
sedangkan loyalitas merek mencerminkan komitmen psikologis
terhadap merek tertentu.
Menurut Swasta dan Handoko (2000:114) pembelian ulang merupakan
pembelian yang pernah dilakukan oleh pembeli tentang suatu produk
yang sama, dan akan membeli lagi untuk kedua atau ketiga kalinya.
Situasi kedua ini berbeda diantara situasi pertama dan ketiga dalam hal
waktu yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan, informasi yang
diperlukan, berbagai alternatif yang dipertimbangkan, dan sebagainya.
11
Keputusan yang harus diambil dalam situasi kedua ini relatif mudah
dari pada situasi pertama.
Menurut Schiffman-Kanuk dalam Suwandi (2007:3), pembelian yang
dilakukan oleh konsumen terdiri dari 2 tipe, yaitu pembelian percobaan
dan pembelian ulang.
1) Pembelian percobaan terjadi jika konsumen membeli suatu produk
dengan merek tertentu untuk pertama kalinya, dimana dalam
kegiatan tersebut konsumen berusaha menyelidiki dan
mengevaluasi produk dengan langsung mencoba.
2) Jika pada pembelian percobaan tersebut, konsumen merasa puas,
dan konsumen berkeinginan untuk membeli kembali, maka tipe
pembelian ini disebut pembelian ulang. Apabila pelanggan merasa
puas, maka ia akan menunjukkan besarnya kemungkinan untuk
melakukan pembelian ulang, dan bahkan mengajak orang lain.
b. Dimensi Minat Beli
Menurut Kotler (Murakami, 2012) ada beberapa dimensi utama yang
mempengaruhi minat beli seseorang untuk melukukan pembelian
ulang, yaitu:
1) Faktor Psikologis
Meliputi pengalaman belajar individu tentang kejadian masa lalu,
serta pengaruh sikap dan keyakinan individu. Pengalaman belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku akibat
pengalaman sebelumnya. Timbulnya minat konsumen untuk
12
melakukan pembelian ulang sangat dipengaruhi oleh pengalaman
belajar individu dan pengalaman belajar konsumen yang akan
menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli.
2) Faktor Pribadi
Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan
pengambilan keputusan dalam membeli. Oleh karena itu, peranan
pramuniaga toko penting dalam memberikan pelayanan yang baik
kepada konsumen. Faktor pribadi ini termasuk didalamnya konsep
diri. Kosep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita melihat diri
sendiri dan dalam waktu tertentu sebagai gambaran tentang upah
yang kita pikirkan. Dalam hubungan dengan minat beli ulang,
produsen perlu menciptakan situasi dengan yang diharapkan
konsumen.
3) Faktor Sosial
Mencakup faktor kelompok anutan (small reference group).
Kelompok anutan didenfinisikan sebagai suatu kelompok orang
yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku
konsumen. Kelompok anutan ini merupakan kumpulan keluarga,
kelompok atau orang tertentu. Dalam menganalisis minat beli
ulang, faktor keluarga berperan sebagai pengambil keputusan,
pengambil inisiatif, pemberi pengaruh dalam keputusan pembelian,
penentu apa yang dibeli, siapa yang melakukan pembelian dan
siapa yang menjadi pengguna. Menurut Kotler (2007:158)
13
mengatakan “anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer
yang paling berpangaruh”. Pengaruh kelompok acuan terhadap
minat beli ulang antara lain dalam menentukan produk dan merek
yang mereka gunakan yang sesuai dengan aspirasi kelompoknya.
Keefektifan pengaruh minat beli ulang dari kelompok anutan
sangat tergantung pada kualitas produksi dan informasi yang
tersedia pada konsumen.
c. Indikator Minat Pembelian Ulang
Menurut Ferdinand dalam jurnal penelitian Setyaningsih et al (2007)
mengemukakan bahwa terdapat tiga indikator untuk mengukur minat
beli ulang, yaitu:
1) Minat transaksional
Minat transaksional merupakan kecenderungan seseorang untuk
membeli produk.
2) Minat eksploratif
Minat eksploratif menggambarkan perilaku seseorang yang selalu
mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari
informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
3) Minat preferensial
Minat preferensial merupakan minat yang menggambarkan
perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk
tersebut, preferensi ini dapat berubah bila terjadi sesuatu dengan
produk preferensinya.
14
2. Persepsi Label Halal
a. Pesepsi
Kotler & Keller (2009:228) mengemukakan persepsi adalah proses
yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi dan
menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran
dunia yang memiliki arti. Schiffman & Kanuk (2008:137)
mendefinisikan persepsi sebagai proses yang dilakukan individu untuk
memilih, mengatur dan menafsirkan stimuli kedalam gambar yang
berarti dan masuk akal mengenai dunia. Setiadi (2010:98) menyatakan
persepsi merupakan proses yang terdiri dari seleksi, organisasi dan
interpretasi terhadap stimulus.
b. Pengertian Label
Menurut Stanton dan William (2004:282) label adalah bagian sebuah
produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang
penjualnya. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau
pula etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk. Stanton
dan J william (2004:282) membagi label kedalam tiga klasifikasi yaitu:
1) Brand Label: yaitu merek yang diberikan pada produk atau
dicantumkan pada kemasan.
2) Descriptive Label: yaitu label yang memberikan informasi objektif
mengenai penggunaan, konstruksi / pembuatan, perhatian /
perawatan, dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik
lainnya yang berhubungan dengan produk.
15
3) Grade Label: yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian
kualitas produk (product’s judged quality) dengan suatu huruf,
angka, atau kata. Misal buah-buahan dalam kaleng diberi label
kualitas A,B dan C.
c. Lembaga yang Mengeluarkan Sertifikasi Halal
Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia atau yang disingkat LPPOM MUI adalah lembaga
yang bertugas untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan
apakah produk-produk baik pangan dan turunannya, obat-obatan dan
kosmetika apakah aman dikonsumsi baik dari sisi kesehatan dan dari
sisi agama islam yakni halal atau boleh dan baik untuk dikonsumsi
bagi umat Muslim khususnya di wilayah Indonesia, selain itu
memberikan rekomendasi, merumuskan ketentuan dan bimbingan
kepada masyarakat.
d. Prosedur Sertifikasi Halal MUI
1) Memahami persyaratan sertifikasi halal dan pelatihan SJH
Perusahaan harus memahami persyaratan sertifikasi halal yang
tercantum dalam HAS 23000 dan perusahaan juga harus mengikuti
pelatihan SJH yang diadakan LPPOM MUI.
2) Menerapkan Sistem Jaminan Halal
Perusahaan harus menerapkan SJH sebelum melakukan
pendaftaran sertifikasi halal, antara lain: penetapan kebijakan halal,
penetapan Tim Manajemen Halal, pembuatan Manual SJH,
16
pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,
pelaksanaan internal audit dan kaji ulang manajemen.
3) Menyiapkan Dokumen Sertifikasi Halal
Perusahaan harus menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk
sertifikasi halal, antara lain: daftar produk, daftar bahan dan
dokumen bahan, daftar penyembelih (khusus RPH), matriks
produk, Manual SJH, diagram alir proses, daftar alamat fasilitas
produksi, bukti sosialisasi kebijakan halal, bukti pelatihan internal
dan bukti audit internal.
4) Melakukan Pendaftaran Sertifikasi Halal
Pendaftaran sertifikasi halal dilakukan secara online di sistem
Cerol melalui website www.e-lppommui.org. Perusahaan harus
melakukan upload data sertifikasi sampai selesai, baru dapat
diproses oleh LPPOM MUI.
5) Melakukan Monitoring pre Audit dan Pembayaran Akad Sertifikasi
Monitoring pre audit disarankan dilakukan setiap hari untuk
mengetahui adanya ketidaksesuaian pada hasil pre audit.
Pembayaran akad sertifikasi dilakukan dengan mengunduh akad di
Cerol, membayar biaya akad dan menandatangani akad, untuk
kemudian melakukan pembayaran di Cerol dan disetujui oleh
Bendahara LPPOM MUI.
6) Pelaksanaan Audit
17
Audit dapat dilaksanakan apabila perusahaan sudah lolos pre audit
dan akad sudah disetujui. Audit dilaksanakan di semua fasilitas
yang berkaitan dengan produk yang disertifikasi.
7) Melakukan Monitoring Pasca Audit
Setelah melakukan upload data sertifikasi, perusahaan harus
melakukan monitoring pasca audit. Monitoring pasca audit
disarankan dilakukan setiap hari untuk mengetahui adanya
ketidaksesuaian pada hasil audit, dan jika terdapat ketidaksesuaian
agar dilakukan perbaikan.
8) Memperoleh sertifikat Halal
Perusahaan dapat mengunduh Sertifikat halal dalam bentuk
softcopy di Cerol. Sertifikat halal yang asli dapat diambil di kantor
LPPOM MUI Jakarta dan dapat juga dikirim ke alamat perusahaan.
Sertifikat halal berlaku selama 2 (dua) tahun.
e. Sertifikasi Halal
Sertifikat Halal MUI adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia
yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari’at Islam.
Sertifikat Halal MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin
pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah
yang berwenang.
Syarat kehalalan produk meliputi:
1) Tidak mengandung babi dan bahan bahan yang berasal dari babi
18
2) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti; bahan
yang berasal dari organ manusia, darah, dan kotoran-kotoran.
3) Semua bahan yang berasal dari hewan yang disembelih dengan
syariat islam.
4) Semua tempat penyimpanan tempat penjualan pengolahan dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi; jika pernah
digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya
terlebihdahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut
syariat.
f. Tujuan Sertifikasi Halal
Sertifikasi Halal MUI pada produk pangan, obat-obat, kosmetika dan
produk lainnya dilakukan untuk memberikan kepastian status
kehalalan, sehingga dapat menenteramkan batin konsumen dalam
mengkonsumsinya. Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh
produsen dengan cara menerapkan Sistem Jaminan Halal.
g. Label Halal
Label halal pada kemasan adalah suatu tanda atau bukti bahwa suatu
pruduk tersebut telah mendapatkan sertifikat halal dari LPPOM MUI
(memiliki nomor registrasi dari LPPOM MUI). Sertifikat Halal
merupakan fatwa tertulis MUI terhadap suatu produk, yang intinya
menyatakan bahwa produk tersebut merupakan produk halal, yang
dibuktikan melalui audit oleh LPPOM MUI.
19
Pemberian Label, selama ini merujuk pada UU 7 Tahun 1996 tentang
Pangan (telah diubah menjadi UU No. 12 Tahun 2012 tentang
Pangan). Pelaksanaan mengenai pencantuman label halal selama ini
dilakukan oleh Badan POM. MUI bisa memahami pemberian label
merupakan kewenangan Pemerintah yang diatur dalam RUU JPH
http://www.halalmui.org/.
h. Label Halal MUI
Label halal yang diterbitkan MUI
i. Indikator label halal menurut penelitain dari Fatmasari dan Mamdukh
(2014) ada tiga.
1) Bahan baku halal
2) Proses produksi halal
3) Kemasan halal
3. Citra Merek
a. Pengertian Citra Merek
Menurut Kotler & Keller (2009:346), citra merek adalah persepsi dan
keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam
asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen.
20
Menurut David (1996:17) suatu citra merek yang kuat memberikan
keunggulan utama bagi suatu perusahaan. Nama merek membedakan
suatu produk dari produk-produk pesaing. Sebuah identitas merek
yang kuat menciptakan suatu keunggulan bersaing utama. Merek yang
dikenal oleh pembeli mendorong pembelian secara berkembali-
kembali.
b. Citra yang efektif akan berpengaruh terhadap tiga hal yaitu:
1) memantapkan karakter produk dan usulan nilai.
2) menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga
tidak dikacaukan dengan karakter pesaing.
3) memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekadar citra
mental. Supaya bisa berfungsi citra harus disampaikan melalui
setiap sarana komunikasi yang tersedia dan kontak merek.
c. Dimensi Citra Merek
Menurut Davidson (1998) dimensi citra merek terdiri dari:
1) Reputation (nama baik), tingkat atau status yang cukup tinggi dari
sebuah merek produk tertentu.
2) Recognition (pengenalan), yaitu tingkat dikenalnya sebuah merek
oleh konsumen. Jika sebuah merek tidak dikenal maka
produkdengan merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan
harga yang murah.
3) Affinity (hubungan emosional), hubungan emosional yang terjadi
antar brand dengan pelanggan. Yaitu suatu emotional relationship
21
yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya. Sebuah
produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan lebih
mudah dijual dan sebuah produk yang dipersepsikan memiliki
kualitas yang tinggi akan memiliki reputasi yang baik. Affinity ini
berparalel dengan positive association yang membuat konsumen
menyukai suatu produk.
4) Brand Loyalty (kesetiaan merek), seberapa jauh kesetiaan
konsumen menggunakan produk dengan brand tertentu.
d. Indikator-indikator yang membentuk citra merek menurut Biel dalam
jurnal penelitian Nurul Ain dan Ririn Tri (2015) indikator yang
membentuk citra merek terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1) Citra Perusahaan (Corporate Image), citra yang ada dalam
perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai organisasi berusaha
membangun citranya dengan tujuan tak lain agar nama perusahaan
ini bagus, sehingga akan mempengaruhi segala hal mengenai apa
yang dilakukan oleh perusahaan.
2) Citra Pemakai (User Image), dapat dibentuk langsung dari
pengalaman dan kontak dengan pengguna merek tersebut serta
nilai pribadi konsumen terhadap atribut dari produk atau layanan
yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk
atau layanan tersebut.
22
3) Citra Produk (Product Image), citra konsumen terhadap suatu
produk yang dapat berdampak positif maupun negatif yang
berkaitan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian menggambarkan hubungan dari variabel bebas,
dalam hal ini adalah Citra Merek, dan Persepsi Label Halal terhadap variabel
terikat yaitu Minat pembelian ulang.
Adapun kerangka pemikiran yang digunakan adalah sebagai berikut:
Menunjukkan pengaruh dari Citra Merek yang meliputi citra perusahaan, citra
produk, citra pemakai terhadap minat pembelian ulang (Biel dalam Nurul Ain
dan Ririn Tri 2015). Selain itu, penelitian ini juga mencari pengaruh label
halal yang meliputi bahan baku halal, proses produksi halal, kemasan halal
yang yang dipersepsikan melalui label halal terhadap minat pembelian ulang
(Fatmasari dan Budiman, 2014). Kemudian hasil dari pengaruh kedua variabel
tersebut akan di uji secara bersamaan terhadap minat pembelian ulang.
Minat
Pembelian
Ulang Persepsi Label
Halal
Citra Merek
23
D. Hipotesis
Menurut Kerlinger dalam Widayat (2004), suatu hipotesis adalah
pernyataan dugaan, suatu proposisi sementara mengenai hubungan/kaitan
antara dua variabel atau lebih fenomena atau variabel. Hubungan dalam
penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:
Diduga citra merek dan persepsi label halal berpengaruh positif dan
signifikan secara persial dan simultan terhadap minat pembelian ulang