bab ii tinjauan pustaka a. penelitian...

15
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian dari Yudha Praja (2016) Studi Tentang Minat Beli Ulang Konsumen Kopi Kapal Api. Hasil dari penelitian ini yakni terdapat pengaruh secara persial dan signifikan antara Citra Merek terhadap Minat Beli Ulang pada Produk Kopi Kapal Api. Penelitian dari Yuli dan Syaad (2012) tentang Pengaruh Pencantuman Label Halal Pada Kemasan Mie Instan Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Muslim. Hasil dari penelitian ini yakni terdapat pengaruh secara persial dan signifikan antara pencantuman label halal terhadap Minat Beli masyarakat muslim. Penelitian dari Kusnandar et al (2015) yang melakukan penelitian tentang Pengaruh Citra Merek Dan Kesadaran Label Halal Produk Kosmetik La Tulipe Terhadap Minat konsumen Untuk Membeli Ulang Di Kota Banyuwangi. Hasil dari penelitian ini yakni bahwa Kesadaran Label Halal berpengaruh secara persial dan signifikan terhadap minat membeli ulang produk kosmetik. Penelitian dari Maya Anggraeni (2016) yang melakukan penelitian tentang Pengaruh Persepsi Label Halal, Citra Merek dan Word Of Mouth terhadap Minat Beli Ulang Produk Restoran Solaria. Hasil dari penelitian ini

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian dari Yudha Praja (2016) Studi Tentang Minat Beli Ulang

Konsumen Kopi Kapal Api. Hasil dari penelitian ini yakni terdapat pengaruh

secara persial dan signifikan antara Citra Merek terhadap Minat Beli Ulang

pada Produk Kopi Kapal Api.

Penelitian dari Yuli dan Syaad (2012) tentang Pengaruh Pencantuman

Label Halal Pada Kemasan Mie Instan Terhadap Minat Pembelian Masyarakat

Muslim. Hasil dari penelitian ini yakni terdapat pengaruh secara persial dan

signifikan antara pencantuman label halal terhadap Minat Beli masyarakat

muslim.

Penelitian dari Kusnandar et al (2015) yang melakukan penelitian

tentang Pengaruh Citra Merek Dan Kesadaran Label Halal Produk Kosmetik

La Tulipe Terhadap Minat konsumen Untuk Membeli Ulang Di Kota

Banyuwangi. Hasil dari penelitian ini yakni bahwa Kesadaran Label Halal

berpengaruh secara persial dan signifikan terhadap minat membeli ulang

produk kosmetik.

Penelitian dari Maya Anggraeni (2016) yang melakukan penelitian

tentang Pengaruh Persepsi Label Halal, Citra Merek dan Word Of Mouth

terhadap Minat Beli Ulang Produk Restoran Solaria. Hasil dari penelitian ini

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

10

yakni bahwa citra merek dan persepsi label halal berpengaruh secara

simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang.

Perbedaaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian

terdahulu terdapat pada pengambilan sampel, penelitian ini menggunkan

teknik accidental sampling dan penelitian ini menggunakan analisis regresi

linier berganda sebagai teknik analisis dan menggunakan uji F untuk menguji

variabel bebas secara bersamaan.

B. Landasan Teori

1. Minat Pembelian Ulang

a. Pengertian Minat Pembelian Ulang

Minat pembelian ulang menunjukkan keinginan pembeli untuk

melakukan kunjungan ulang di masa yang akan datang. Perilaku

pembelian ulang seringkli dikaitkan dengan loyalitas. Namun

keduanya berbeda. Perilaku pembelian ulang hanya menyangkut

pembelian ulang merek tertentu yang sama secara berulang – ulang,

sedangkan loyalitas merek mencerminkan komitmen psikologis

terhadap merek tertentu.

Menurut Swasta dan Handoko (2000:114) pembelian ulang merupakan

pembelian yang pernah dilakukan oleh pembeli tentang suatu produk

yang sama, dan akan membeli lagi untuk kedua atau ketiga kalinya.

Situasi kedua ini berbeda diantara situasi pertama dan ketiga dalam hal

waktu yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan, informasi yang

diperlukan, berbagai alternatif yang dipertimbangkan, dan sebagainya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

11

Keputusan yang harus diambil dalam situasi kedua ini relatif mudah

dari pada situasi pertama.

Menurut Schiffman-Kanuk dalam Suwandi (2007:3), pembelian yang

dilakukan oleh konsumen terdiri dari 2 tipe, yaitu pembelian percobaan

dan pembelian ulang.

1) Pembelian percobaan terjadi jika konsumen membeli suatu produk

dengan merek tertentu untuk pertama kalinya, dimana dalam

kegiatan tersebut konsumen berusaha menyelidiki dan

mengevaluasi produk dengan langsung mencoba.

2) Jika pada pembelian percobaan tersebut, konsumen merasa puas,

dan konsumen berkeinginan untuk membeli kembali, maka tipe

pembelian ini disebut pembelian ulang. Apabila pelanggan merasa

puas, maka ia akan menunjukkan besarnya kemungkinan untuk

melakukan pembelian ulang, dan bahkan mengajak orang lain.

b. Dimensi Minat Beli

Menurut Kotler (Murakami, 2012) ada beberapa dimensi utama yang

mempengaruhi minat beli seseorang untuk melukukan pembelian

ulang, yaitu:

1) Faktor Psikologis

Meliputi pengalaman belajar individu tentang kejadian masa lalu,

serta pengaruh sikap dan keyakinan individu. Pengalaman belajar

dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku akibat

pengalaman sebelumnya. Timbulnya minat konsumen untuk

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

12

melakukan pembelian ulang sangat dipengaruhi oleh pengalaman

belajar individu dan pengalaman belajar konsumen yang akan

menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli.

2) Faktor Pribadi

Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan

pengambilan keputusan dalam membeli. Oleh karena itu, peranan

pramuniaga toko penting dalam memberikan pelayanan yang baik

kepada konsumen. Faktor pribadi ini termasuk didalamnya konsep

diri. Kosep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita melihat diri

sendiri dan dalam waktu tertentu sebagai gambaran tentang upah

yang kita pikirkan. Dalam hubungan dengan minat beli ulang,

produsen perlu menciptakan situasi dengan yang diharapkan

konsumen.

3) Faktor Sosial

Mencakup faktor kelompok anutan (small reference group).

Kelompok anutan didenfinisikan sebagai suatu kelompok orang

yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku

konsumen. Kelompok anutan ini merupakan kumpulan keluarga,

kelompok atau orang tertentu. Dalam menganalisis minat beli

ulang, faktor keluarga berperan sebagai pengambil keputusan,

pengambil inisiatif, pemberi pengaruh dalam keputusan pembelian,

penentu apa yang dibeli, siapa yang melakukan pembelian dan

siapa yang menjadi pengguna. Menurut Kotler (2007:158)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

13

mengatakan “anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer

yang paling berpangaruh”. Pengaruh kelompok acuan terhadap

minat beli ulang antara lain dalam menentukan produk dan merek

yang mereka gunakan yang sesuai dengan aspirasi kelompoknya.

Keefektifan pengaruh minat beli ulang dari kelompok anutan

sangat tergantung pada kualitas produksi dan informasi yang

tersedia pada konsumen.

c. Indikator Minat Pembelian Ulang

Menurut Ferdinand dalam jurnal penelitian Setyaningsih et al (2007)

mengemukakan bahwa terdapat tiga indikator untuk mengukur minat

beli ulang, yaitu:

1) Minat transaksional

Minat transaksional merupakan kecenderungan seseorang untuk

membeli produk.

2) Minat eksploratif

Minat eksploratif menggambarkan perilaku seseorang yang selalu

mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari

informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

3) Minat preferensial

Minat preferensial merupakan minat yang menggambarkan

perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk

tersebut, preferensi ini dapat berubah bila terjadi sesuatu dengan

produk preferensinya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

14

2. Persepsi Label Halal

a. Pesepsi

Kotler & Keller (2009:228) mengemukakan persepsi adalah proses

yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi dan

menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran

dunia yang memiliki arti. Schiffman & Kanuk (2008:137)

mendefinisikan persepsi sebagai proses yang dilakukan individu untuk

memilih, mengatur dan menafsirkan stimuli kedalam gambar yang

berarti dan masuk akal mengenai dunia. Setiadi (2010:98) menyatakan

persepsi merupakan proses yang terdiri dari seleksi, organisasi dan

interpretasi terhadap stimulus.

b. Pengertian Label

Menurut Stanton dan William (2004:282) label adalah bagian sebuah

produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang

penjualnya. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau

pula etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk. Stanton

dan J william (2004:282) membagi label kedalam tiga klasifikasi yaitu:

1) Brand Label: yaitu merek yang diberikan pada produk atau

dicantumkan pada kemasan.

2) Descriptive Label: yaitu label yang memberikan informasi objektif

mengenai penggunaan, konstruksi / pembuatan, perhatian /

perawatan, dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik

lainnya yang berhubungan dengan produk.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

15

3) Grade Label: yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian

kualitas produk (product’s judged quality) dengan suatu huruf,

angka, atau kata. Misal buah-buahan dalam kaleng diberi label

kualitas A,B dan C.

c. Lembaga yang Mengeluarkan Sertifikasi Halal

Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia atau yang disingkat LPPOM MUI adalah lembaga

yang bertugas untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan

apakah produk-produk baik pangan dan turunannya, obat-obatan dan

kosmetika apakah aman dikonsumsi baik dari sisi kesehatan dan dari

sisi agama islam yakni halal atau boleh dan baik untuk dikonsumsi

bagi umat Muslim khususnya di wilayah Indonesia, selain itu

memberikan rekomendasi, merumuskan ketentuan dan bimbingan

kepada masyarakat.

d. Prosedur Sertifikasi Halal MUI

1) Memahami persyaratan sertifikasi halal dan pelatihan SJH

Perusahaan harus memahami persyaratan sertifikasi halal yang

tercantum dalam HAS 23000 dan perusahaan juga harus mengikuti

pelatihan SJH yang diadakan LPPOM MUI.

2) Menerapkan Sistem Jaminan Halal

Perusahaan harus menerapkan SJH sebelum melakukan

pendaftaran sertifikasi halal, antara lain: penetapan kebijakan halal,

penetapan Tim Manajemen Halal, pembuatan Manual SJH,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

16

pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

pelaksanaan internal audit dan kaji ulang manajemen.

3) Menyiapkan Dokumen Sertifikasi Halal

Perusahaan harus menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk

sertifikasi halal, antara lain: daftar produk, daftar bahan dan

dokumen bahan, daftar penyembelih (khusus RPH), matriks

produk, Manual SJH, diagram alir proses, daftar alamat fasilitas

produksi, bukti sosialisasi kebijakan halal, bukti pelatihan internal

dan bukti audit internal.

4) Melakukan Pendaftaran Sertifikasi Halal

Pendaftaran sertifikasi halal dilakukan secara online di sistem

Cerol melalui website www.e-lppommui.org. Perusahaan harus

melakukan upload data sertifikasi sampai selesai, baru dapat

diproses oleh LPPOM MUI.

5) Melakukan Monitoring pre Audit dan Pembayaran Akad Sertifikasi

Monitoring pre audit disarankan dilakukan setiap hari untuk

mengetahui adanya ketidaksesuaian pada hasil pre audit.

Pembayaran akad sertifikasi dilakukan dengan mengunduh akad di

Cerol, membayar biaya akad dan menandatangani akad, untuk

kemudian melakukan pembayaran di Cerol dan disetujui oleh

Bendahara LPPOM MUI.

6) Pelaksanaan Audit

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

17

Audit dapat dilaksanakan apabila perusahaan sudah lolos pre audit

dan akad sudah disetujui. Audit dilaksanakan di semua fasilitas

yang berkaitan dengan produk yang disertifikasi.

7) Melakukan Monitoring Pasca Audit

Setelah melakukan upload data sertifikasi, perusahaan harus

melakukan monitoring pasca audit. Monitoring pasca audit

disarankan dilakukan setiap hari untuk mengetahui adanya

ketidaksesuaian pada hasil audit, dan jika terdapat ketidaksesuaian

agar dilakukan perbaikan.

8) Memperoleh sertifikat Halal

Perusahaan dapat mengunduh Sertifikat halal dalam bentuk

softcopy di Cerol. Sertifikat halal yang asli dapat diambil di kantor

LPPOM MUI Jakarta dan dapat juga dikirim ke alamat perusahaan.

Sertifikat halal berlaku selama 2 (dua) tahun.

e. Sertifikasi Halal

Sertifikat Halal MUI adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia

yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari’at Islam.

Sertifikat Halal MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin

pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah

yang berwenang.

Syarat kehalalan produk meliputi:

1) Tidak mengandung babi dan bahan bahan yang berasal dari babi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

18

2) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti; bahan

yang berasal dari organ manusia, darah, dan kotoran-kotoran.

3) Semua bahan yang berasal dari hewan yang disembelih dengan

syariat islam.

4) Semua tempat penyimpanan tempat penjualan pengolahan dan

transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi; jika pernah

digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya

terlebihdahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut

syariat.

f. Tujuan Sertifikasi Halal

Sertifikasi Halal MUI pada produk pangan, obat-obat, kosmetika dan

produk lainnya dilakukan untuk memberikan kepastian status

kehalalan, sehingga dapat menenteramkan batin konsumen dalam

mengkonsumsinya. Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh

produsen dengan cara menerapkan Sistem Jaminan Halal.

g. Label Halal

Label halal pada kemasan adalah suatu tanda atau bukti bahwa suatu

pruduk tersebut telah mendapatkan sertifikat halal dari LPPOM MUI

(memiliki nomor registrasi dari LPPOM MUI). Sertifikat Halal

merupakan fatwa tertulis MUI terhadap suatu produk, yang intinya

menyatakan bahwa produk tersebut merupakan produk halal, yang

dibuktikan melalui audit oleh LPPOM MUI.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

19

Pemberian Label, selama ini merujuk pada UU 7 Tahun 1996 tentang

Pangan (telah diubah menjadi UU No. 12 Tahun 2012 tentang

Pangan). Pelaksanaan mengenai pencantuman label halal selama ini

dilakukan oleh Badan POM. MUI bisa memahami pemberian label

merupakan kewenangan Pemerintah yang diatur dalam RUU JPH

http://www.halalmui.org/.

h. Label Halal MUI

Label halal yang diterbitkan MUI

i. Indikator label halal menurut penelitain dari Fatmasari dan Mamdukh

(2014) ada tiga.

1) Bahan baku halal

2) Proses produksi halal

3) Kemasan halal

3. Citra Merek

a. Pengertian Citra Merek

Menurut Kotler & Keller (2009:346), citra merek adalah persepsi dan

keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam

asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

20

Menurut David (1996:17) suatu citra merek yang kuat memberikan

keunggulan utama bagi suatu perusahaan. Nama merek membedakan

suatu produk dari produk-produk pesaing. Sebuah identitas merek

yang kuat menciptakan suatu keunggulan bersaing utama. Merek yang

dikenal oleh pembeli mendorong pembelian secara berkembali-

kembali.

b. Citra yang efektif akan berpengaruh terhadap tiga hal yaitu:

1) memantapkan karakter produk dan usulan nilai.

2) menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga

tidak dikacaukan dengan karakter pesaing.

3) memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekadar citra

mental. Supaya bisa berfungsi citra harus disampaikan melalui

setiap sarana komunikasi yang tersedia dan kontak merek.

c. Dimensi Citra Merek

Menurut Davidson (1998) dimensi citra merek terdiri dari:

1) Reputation (nama baik), tingkat atau status yang cukup tinggi dari

sebuah merek produk tertentu.

2) Recognition (pengenalan), yaitu tingkat dikenalnya sebuah merek

oleh konsumen. Jika sebuah merek tidak dikenal maka

produkdengan merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan

harga yang murah.

3) Affinity (hubungan emosional), hubungan emosional yang terjadi

antar brand dengan pelanggan. Yaitu suatu emotional relationship

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

21

yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya. Sebuah

produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan lebih

mudah dijual dan sebuah produk yang dipersepsikan memiliki

kualitas yang tinggi akan memiliki reputasi yang baik. Affinity ini

berparalel dengan positive association yang membuat konsumen

menyukai suatu produk.

4) Brand Loyalty (kesetiaan merek), seberapa jauh kesetiaan

konsumen menggunakan produk dengan brand tertentu.

d. Indikator-indikator yang membentuk citra merek menurut Biel dalam

jurnal penelitian Nurul Ain dan Ririn Tri (2015) indikator yang

membentuk citra merek terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1) Citra Perusahaan (Corporate Image), citra yang ada dalam

perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai organisasi berusaha

membangun citranya dengan tujuan tak lain agar nama perusahaan

ini bagus, sehingga akan mempengaruhi segala hal mengenai apa

yang dilakukan oleh perusahaan.

2) Citra Pemakai (User Image), dapat dibentuk langsung dari

pengalaman dan kontak dengan pengguna merek tersebut serta

nilai pribadi konsumen terhadap atribut dari produk atau layanan

yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk

atau layanan tersebut.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

22

3) Citra Produk (Product Image), citra konsumen terhadap suatu

produk yang dapat berdampak positif maupun negatif yang

berkaitan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian menggambarkan hubungan dari variabel bebas,

dalam hal ini adalah Citra Merek, dan Persepsi Label Halal terhadap variabel

terikat yaitu Minat pembelian ulang.

Adapun kerangka pemikiran yang digunakan adalah sebagai berikut:

Menunjukkan pengaruh dari Citra Merek yang meliputi citra perusahaan, citra

produk, citra pemakai terhadap minat pembelian ulang (Biel dalam Nurul Ain

dan Ririn Tri 2015). Selain itu, penelitian ini juga mencari pengaruh label

halal yang meliputi bahan baku halal, proses produksi halal, kemasan halal

yang yang dipersepsikan melalui label halal terhadap minat pembelian ulang

(Fatmasari dan Budiman, 2014). Kemudian hasil dari pengaruh kedua variabel

tersebut akan di uji secara bersamaan terhadap minat pembelian ulang.

Minat

Pembelian

Ulang Persepsi Label

Halal

Citra Merek

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38001/3/jiptummpp-gdl-saifulanwa-48238... · 2018-10-17 · pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,

23

D. Hipotesis

Menurut Kerlinger dalam Widayat (2004), suatu hipotesis adalah

pernyataan dugaan, suatu proposisi sementara mengenai hubungan/kaitan

antara dua variabel atau lebih fenomena atau variabel. Hubungan dalam

penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:

Diduga citra merek dan persepsi label halal berpengaruh positif dan

signifikan secara persial dan simultan terhadap minat pembelian ulang