bab ii tinjauan pustaka a. konsep perilaku 1. definisi ...repository.ump.ac.id/5707/3/yanuar nur...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perilaku
1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (mahluk hidup) yang
bersangkutan (Notoatmodjo, 2014). Perilaku adalah respon individu terhadap
suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari ataupun tidak (Dewi &
Wawan, 2010). Definisi lain dari perilaku adalah suatu aksi atau reaksi
organisme terhadap lingkungannya (Ensiklopedia amerika, 1997). menurut
skinner (1938) perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan tanggapan (respon).
2. Ciri-ciri Perilaku
Ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari mahluk lain menurut
Sarwono (1998), dan dipaparkan oleh Notoatmodjo, (2003) adalah sebagai
berikut:
a. Kepekaan Sosial
Kepekaan sosial merupakan kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan
perilaku sesuai pandangan dan harapan orang lain. Manusia adalah mahluk
sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain,
manusia saling membutuhkan antara manusia dengan orang lain.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
10
b. Kelangsungan Perilaku
Kelangsungan perilaku merupakan antara perilaku satu berhubungan dengan
perilaku lain, dengan kata lain perilaku manusia terjadi secara
berkesinambungan bukan secara serta merta.
c. Orientasi Tugas
Setiap perilaku merupakan orientasi tugas, yang memiliki tugas tertentu dan
tujuan tertentu, untuk mewujudkan tugas tertentu dibutuhkan perilaku perilaku
tertentu pula.
d. Usaha dan Perjuangan
Usaha dan Perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri, dan
tidak akan memperjuangankan sesuatu yang memang tidak ingin
diperjuangkan.
3. Jenis Perilaku
Menurut teori skinner yang dikenal dengan teori stimulus-organisme-
respons (SOR) yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2014). Perilaku manusia dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu :
a. Perilaku Tertutup (covert behavior)
Perilaku terutup terjadi jika respon terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang
masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan,
sikap terhadap stimulus bersangkutan.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
11
b. Perilaku Terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka terjadi jika respon terhadap stimulus tersebut berupa
tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar secara
jelas. Respon seseorang terhadap stimulus tersebut sudah dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka.
4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sessorang menurut
(Notoatmodjo, 2014) antara lain :
1. Faktor Genetik atau Endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsep dasar terjadinya
perilaku seseorang.
a. DNA merupakan warisan biologis dari kedua orang tuanya yang di
wariskan kepada generasi penerusnya.
b. Sifat kepribadian agar mudah dipahami menurut para ahli digolongkan
menjadi dua aspek yaitu aspek jasmani (fisik) dan aspek psikologi
(kejiwaan).
c. Kecerdasan adalah suatu kemampuan manusia dalam menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif
(Chaplin, 1975) dalam Notoatmodjo (2014)
d. Bakat menurut (Notoatmodjo, 2014) yang mengutip pendapat (William
B Micheel, 1960) adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
12
yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal kemampuan
terseebut.
2. Faktor Sosio Psikologis
Faktor Psikologis merupakan faktor internal yang sangat besar
pengaruhnyaterhadap terjadinya perilaku. Faktor psikologis tersebut yaitu:
a. Sikap
Sikap merupakan kecenderungan untuk berfikir, berpersepsi, dan
bertindak. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluatif terhadap
objek dan mempunyai 3 komponen yaitu :
(1) Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan
apa yang diketahui manusia.
(2) Komponen afektif adalah aspek emosional yang berkaitan dengan
penilaian apa yang diketahui manusia.
(3) Komponen konatif adalah aspek visional yang berhubungan dengan
kecenderungan atau kemamuan bertindak.
b. Emosi
Emosi menunjukan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala-
gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
13
c. Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan akan sesuatau hal benar atau salah,
keyakinan terbentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.
d. Kebiasaan
Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung
secara otomatis, dan tidak direncanakan.
e. Kemauan
Kemauan sebagai dorongan tindakan yang merupakan usaha orang untuk
mencapai tujuan.
3. Faktor Situasional
Faktor situsional adalah mencakup faktor lingkungan di mana manusia itu
bertempat tinggal, baik itu lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik,
dan sebagainya. Faktor tersebut merupakan kondisi objektif di luar manusia
yang mempengaruhi perilakunya. Faktor ini meliputi :
a. Faktor ekologis
Faktor ekologis merupakan keadaan alam, geografis, iklim, yang
mempengaruhi perilaku orang.
b. Faktor desain dan arsitektur
Struktur bangunan dan bentuk bangunan, pola pemukiman dapat
mempengaruhi perilaku manusia yang berada di dalamnya.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
14
c. Faktor temporal
Pengaruh waktu terhadap bioritme manusia yang mempengaruhi
perilakunya. Waktu pagi, siang, sore, malam yang membawa pengarup
sikap dan perilaku.
d. Suasana behavior (behavior setting)
Tempat keramaian atau kerumunan massa membawa pola perilaku
manusia, perilaku orang yang diwarnai oleh suasana lingkungan tersebut.
e. Faktor teknologi
Perkembangan teknologi termasuk teknologi informasi yang disebut
dengan internet membawa pengaruh bagi perilaku seseorang.
f. Faktor sosial
Peranan faktor sosial seperti umur, status pendidikan, agama, status sosial
berperngaruh terhadap perilaku seseorang.
5. Domain perilaku
Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam (Notoatmodjo, 2014)
membedakan adanya tiga area,wilayah, ranah atau domain perilaku yaitu :
1. Ranah kognitif (cognitive domain)
Ranah koginitif dapat dikur dari pengetahuan (knowledge), pengetahuan
merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga lidah dan
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
15
sebagainya). perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat
langgeng (Sunaryo, 2014). Secara garis besar tingkat pengetahuan dibagi
menjadi 6 yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu artinya mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia
dapat menyebutkan, mengurai, mendefiniskan dan menyatakan.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan berarti sekedar tahu tentang objek tetapi
harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek tersebut.
Seseorang yang telah paham tentang sesuatu hal harus dapat
menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami objek
tersebut dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut. Dengan kata lain menerapkan informasi yang sudah
didapat dan dipelajari untuk diterapkan di kondisi nyata.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan objek ke
dalam bagian-bagian yang lebih kecil tetapi masih dalam struktur objek
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
16
tersebut. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada
tingkat analisis yaitu bisa membedakan atau memisahkan,
mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan
objek tersebut.
e. Sintesis ( synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap objek tertentu.
2. Ranah afektif (affective domain)
Ranah afektif dapat diukur dengan sikap (attitude). Sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, sikap belum merupakan tindakan
tetapi merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup. Sikap juga
mempunyai tingkatan diantaranya adalah :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek)
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
17
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi merupakan jawaban tanggapan terhadap pertanyaan yang
dihadapi.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai artinya memberikan nilai positif terhadap objek atau
stimulus.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggungjawab artinya berani mengambil resiko dengan semua
yang telah dilakukannya.
3. Ranah Psikomotor (psychomotor domain)
Ranah psikomotor dapat diukur dari keterampilan (practice). Merupakan
suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam tindakan. Tindakan ini dapat
dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya yaitu :
a. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
pada tuntunan atau menggunakan panduan
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu atau mempraktikan sesuatu
secara otomatis.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
18
c. Adopsi (adoption)
Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Tidak sekedar
melakukan rutinitas atau mekanisme tetapi sudah dilakukan modifikasi,
tindakan atau perilaku yang berkualitas.
B. Konsep Perilaku Kesehatan
1. Definisi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,
serta lingkungan (Dewi&Wawan, 2010).
Perilaku kesehatan adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang baik yang
diamati (observable) maupun tidak dapat diamati (unobservable) yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,
2014).
2. Jenis Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku menurut skinner dalam (Notoatmodjo, 2014),
perilaku kesehatan (health behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan), seperti lingkungan, makanan, minuman,
pelayanan kesehatan. Berdasarkan batasan tersebut perilaku kesehatan
dibedakan menjadi dua yaitu :
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
19
a. Perilaku sehat (healthy Behavior)
Perilaku yang mencakup (overt and covert behavior) dalam mencegah atau
menghindari dari penyakit.
b. Perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior)
Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang dambil oleh seseorang atau
keluarganya bila sakit untuk memperoleh kesembuhan.
C. Konsep Infeksi Nosokomial
1. Definisi Infeksi
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan
bersifat sangat dinamis (Septiari, 2012). Infeksi adalah akibat dari invasi
mikroorganisme patogen kedalam tubuh dan reaksi jaringan yang terjadi pada
penjamu terhadap organism toksinnya (Scharwtz, 2000).
2. Definisi Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat selama masa perawatan atau
pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda tanda infeksi sebelumnya dan
minimal terjadi 48 jam sesudah masuknya kuman (Depkes, 2003).
Infeksi nosokomial adalah infeksi akibat transmisi organism patogen ke
pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi, yang bersal dari lingkungan rumah
sakit (Scharwtz, 2000).
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
20
3. Etiologi Infeksi Nosokomial
a. Agen infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama di rawat di
rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini
tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang
dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Terjadinya infeksi
tergantung pada:
(1) karakteristik mikroorganisme
(2) resistensi terhadap zat-zat antibiotika
(3) tingkat virulensi dan banyaknya materi infeksius
(a) Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia
yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam
melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada
beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut
mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme.
(b) Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai
macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media
penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory
syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan
dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
21
dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi
darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme
lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius,
penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan
infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus,
herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan
(Wenzel, 2002)
(c) Parasit dan jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan
mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan
parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
obat immunosupresan.
b. Reservoir
Tempat dimana agen dapat bertahan hidup ataupun berkembang biak dan
dapat menularkan. Reservoir yang paling umum adalah tubuh manusia.
Mikroorganisme yang dapat hidup dan berkembang biak pada tubuh manusia
terdapat di permukaan kulit, selaput lender saluran napas atas, usus dan
vagina. Hal ini merupakan reservoir umum pada tubuh manusia.
c. Pintu keluar (port of exit)
Jalan keluar dari mikroorganisme untuk meninggalkan reservoir. Pintu
keluar meliputi saluran pernafasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin,
kulit dan membrane mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
22
d. Transmisi (cara penularan)
Mekanisme bagaimana proses perpindahan agen infeksi dari reservoir ke
penderita lainnya. Ada beberapa cara penularan yaitu dengan cara kontak
langsung dan tidak, droplet, airbone, melalui vehikulum (makanan,
air/minuman, darah) dan melalui vector seperti binatang.
e. Pintu masuk (portal of entry)
Tempat dimana agen infeksi memasuki penjamu. Pintu masuk bisa melalui
saluran pernafasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lender
serta kulit yang luka.
f. Penjamu (host) yang suseptibel
Orang tidak memiliki daya tahan tubuh sehingga tidak dapat mencegah
masuknya agen infeksi yang mengakibatkan terjadinya infeksi. Faktor yang
mempengaruhi mudahnya seseorang terkena infeksi adalah umur, status gizi,
status lingkungan tempat tinggal, imunisasi, penyakit kronis luka bakar yang
luas, trauma atau pembedahan, pengobatan dengan imunosupresan, dan
lainnya.
4. Jenis – Jenis Infeksi nosokomial
a. Infeksi luka operasi (ILO)
Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari pasca operasi,
jika tidak menggunakan implant atau dalam kurun 1 tahun jika terdapat
inplan, infeksi ini memang berhubungan dengan luka operasi, dan
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
23
melibatkan suatu bagian anatomi tertentu pada tempat insisi yang dibuka
atau dimanipulasi pada saat operasi.
b. Infeksi Saluran Kencing (ISK)
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi karena adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih.
c. Bakterimia dan Septikemia
Bakterimia dan Septikemia adalah infeksi sistemik yang terjadi akibat
penyebaran bakteri atau produknya dari suatu fokus infeksi kedalam
peredaran darah. Septicemia merupakan keadaan gawat, yang harus
ditangani secara cepat, dan tepat, untuk menghindari terjadinya hal-hal yang
sangat fatal. Jika terlambat di tangani, ada kecenderungan mengarah ke
keadaan syok (syok septik).
d. Febris Peurperalis
Febris peurperalis atau demam nifas merupakan infeksi yang muncul pasca
persalinan pervaginam. Tidak semua persalinan pervaginam berjalan
spontan. Diperkirakan 7-8% akan mengalami kesulitan atau distosia
(patologis) yang terjadi karena tidak proporsionalnya perpaduan antara
tenaga dorong/his dari uterus, janin yang harus terdorong keluar, serta jalan
lahir (passage) saat persalinan berjalan.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
24
e. Hepatitis virus akut
Hepatitis virus akut muncul disebabkan oleh hepatitis virus A (A), hepatitis
virus B (B), dan Hepatitis virus non A dan non B (HVNANB). Manifestasi
klinis dari hepatitis virus dapat ikterik atau non ikterik. Pada fase pra ikterik
terdapat sedikit demam, mual, anoreksia, muntah-muntah, dan nyeri perut.
Fase ikterik biasanya muncum setelah demam, dan gejala gastrointestinal
mereda, urin berwarna gelap, pembesaran hati disertai rasa nyeri dan
slepnomegali.
f. Infeksi aliran darah primer
Infeksi aliran darah primer merupakan infeksi darah yang timbul tanpa ada
organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi.
g. Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas merupakan infeksi yang berdasarkan wilayah
infeksinya, infeksi saluran nafas terbagi menjadi dua yaitu infeksi saluran
nafas bawah dan infeksi saluran nafas atas. Infeksi saluran nafas bawah
antara lain : infeksi pada bronchus, alveoli seperti bronchitis, bronkhiolitis,
dan pneumonia. Infeksi saluran nafas atas meliputi : rhinitis, sinusitis,
faringitis, laryngitis, epiglottis, tonsillitis, dan otits.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
25
D. Cara Penularan infeksi nosokomial
Berikut beberapa cara penularan infeksi nosokomial menurut (Darmadi, 2008)
dalam (septiari, 2012) diantaranya yaitu :
1. Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung dan tidak langsung. Kontak
langsung terjadi melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas,
keluarga/pengunjung dan penderita lainnya. Kemungkinan lain berupa darah
saat transfusi darah. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan
membutuhkan objek perantara. Hal ini terjadi karena perantara tersebut telah
terkontaminasi oleh infeksi, perantara tersebut misalnya benda mati seperti
peralatan medis yang terkontaminasi.
2. Penularan melalui udara
Penularan mikroba patogen melalui udara. Infeksi yang terjadi melalui udara
cukup tinggi karena ruangan / bangsal yang tertutup, secara teknis kurangnya
pencahayaan dan ventilasi
3. Penuluran dengan perantara vector
Penularan mikroba patogen yang melalui perantara seperti serangga. Luka
terbuka, jaringan nekrosis, luka bakar, dan gangrene adalah kasus yang rawan
di hinggapi oleh lalat.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
26
4. Food borne
Penularan mikroba patogen melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi mikroorganisme.
5. Water borne
Penularan mikroba patogen melalui air, namun sangat kecil kemungkinannya
karena air di rumah sakit sudah melalui uji baku.
E. Pencegahan infeksi Nosokomial
Dalam upaya pencegahan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit, ada
hal yang penting dalam pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit,
pengendalian dan pencegahan harus sesuai dengan rantai terjadinya infeksi
nosokomial menurut (Patricia, 2005) diantaranya :.
1. Kontrol Agen infeksius
Pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi, terhadap objek yang tekontaminasi
secara signifikan mengurangi dan seringkali memusnahkan mikroorganisme.
Pembersihan adalah membuang sampah material asing seperti kotoran dan
materi organik dari suatu objek. Desinfeksi menggambarkan sesuatu proses
yang memusnahkan banyak mikrorganisme. Sterilisasi adalah pemusnahan
seluruh mikroorganosme termasuk spora.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
27
2. Kontrol Reservoir
Untuk mengeliminasi reservoir perawat harus membersihkan cairan tubuh,
drainase, atau larutan yang dapat memusnahkan mikroorganisme. Perawat juga
harus hati-hati membuang sampah alat-alat yang terkontaminasi material
infeksius. Semua institusi harus mempunyai pedoman untuk membuang materi
sampah infeksius menurut kebijakan lokal dan Negara.
3. Kontrol terhadap Pintu Keluar
Perawat mengikuti praktik dan kontrol untuk meminimalkan atau mencegah
organisme yang keluar melalui saluran pernafasan. Perawat harus menghindari
berbicara langsung menghadap pasien, perawat harus selalu menggunakan
sarung tangan sekali pakai bila melakukan tindakan, masker, gown dan
kacamata jika ada kemungkinan terkena percikan dan kontak cairan. Perawat
yang demam ringan namun masih tetap bekerja harus menggunakan masker,
khususnya bila mengganti balutan, atau melakukan prosedur steril. Perawat
juga harus bertanggung jawab mengajarkan klien untuk melindungi orang lain
pada saat bersin dan batuk. Cara lain untuk mengontrol mikroorganisme adalah
dengan cara penanganan secara hati-hati terhadap eksudat. Cairan yang
terkontaminasi dapat dengan mudah terpecik saat dibuang di bak sampah.
4. Pengendalian penularan
Kewaspadaan universal merupakan suatau pedoman yang ditetapkan oleh CDC
(centers for disease control) untuk mencegah penyebaran dari berbagai
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
28
penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun
sarana pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan universal tersebut meliputi:
cuci tangan, pemakaian sarung tangan, masker, kacamata, masker muka, baju
pelindung, kain, peralatan perawatan pasien, pembersihan lingkungan,
instrument tajam, resusitasi pasien, penempatan pasien. Perawat harus tetap
waspada tentang jenis dan cara mengontrolnya. Membersihkan dan
mensterilkan semua peralatan yang reversible. Tehnik yang paling penting
adalah mencuci tangan dengan antiseptik untuk mencegah penularan
mikroorganisme secara tidak langsung, peralatan dan bahan kotor harus dijaga
agar tidak bersentuhan dengan baju perawat. Tindakan yang sering dilakukan
adalah mengangkat linen pasien yang kotor langsung diangkat dengan tangan
dan mengenai seragam.
5. Kontrol terhadap Pintu masuk
Dengan mempertahankan intregritas kulit dan membran mukosa menurunkan
kemungkinan pasien. Tenaga kesehatan harus berhati-hati terhadap jarum
suntik. Perawat harus bisa menjaga kesterilan alat dan tindakan invansif.
Tenaga kesehatan dan petugas kebersihan beresiko mendapat infeksi dari
tusukan jarum secara tidak sengaja.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
29
6. Perlindungan terhadap pasien yang rentan
Tindakan isolasi atau barier termasuk pengunan gown, sarung tangan, masker,
kacamata serta pelindung lainnya. Kewaspadaan berdasarkan penularan luka
untuk mengurangi resiko infeksi untuk pasien tanpa memandang jenis sistem
isolasi, perawat harus mengikuti prinsip dasar yaitu : mencuci tangan sebelum
masuk dan meninggalkan ruang isolasi, benda yang terkontaminasi harus segera
dibuang agar mencegah penyebaran mikroorganisme. Pengetahuan tentang
proses penyakit dan jenis penularannya harus diaplikasikan pada saat
mengugunakan barier pelindung, semua orang kemungkinan terpapar pada saat
perpindahan pasien. Lingkungan yang protektif untuk isolasi dapat memiliki
tekanan udara yang negatif untuk mencegah partikel infeksius mengalir keluar
keruangan.
7. Perlindungan bagi perawat
Perlindungan barier harus sudah tersedia bagi petugas yang memasuki kamar
isolasi seperti : penggunaan gown, masker, sarung tangan, kacamata pelindung.
Perawat harus menggunakan sarung tangan bila beresiko terpapar material
infeksius, khususnya sarung tangan direkomandisakan saat perawat ada luka
pada kulit atau goresan, saat melakukan spesimen darah vena, karena mereka
beresiko terkena tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya pada tangan. CDC
merekomandasikan bahwa penggunaan sarung tangan hanya untuk sekali pakai.
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
30
F. Kerangka Teori
Kerangka teori ini dibentuk untuk memudahkan mengidentifikasi variabel
independen dan variabel dependen.
Sumber : Notoatmodjo (2014) & Patricia (2005)
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Konsep Perilaku
A. Definisi perilaku
B. Ciri-ciri perilaku
C. Jenis perilaku
D. Faktor yang
mempengaruhi
perilaku
Konsep Infeksi nosokomial
A. Definsi Infeksi
B. Etiologi infeksi
C. Jenis-jenis infeksi
D. Cara penularan infesi
E. Domain perilaku
Domain perilaku
A. Pengetahuan
B. Sikap
C. Keterampilan
E. Pencegahan infeksi
1. Kontrol agen
infeksius
2. Kontrol
reservoir
3. Kontrol pintu
keluar
4. Pengendalian
penularan
5. Kontrol pintu
masuk
6. Perlindungan
terhadap pasien
yang rentan
7. Perlindungan
bagi perawat
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
31
G. Kerangka Konsep
Dalam penulisan penelitian ini penulis membuat suatu kerangka konsep yang
terdiri dari variabel independen dan dependen.
v
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Pencegahan Infeksi
Nosokomial
1. Kontrol Agen infeksi
2. Kontrol Reservoir
3. Kontrol terhadap Pintu
keluar
4. Pengendalian
penularan
5. Kontrol terhadap
Pintu masuk
6. Perlindungan terhadap
pasien yang rentan
7. Perlindungan bagi
perawat
Perilaku
Perawat
Keterampilan
Pengetahuan
Sikap
Studi Deskriptif Perilaku..., Yanuar Nur Rahmawanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014