bab ii tinjauan pustaka a. komitmen organisasi 1 ...repository.ump.ac.id/1553/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komitmen organisasi
1. Pengertian
Mathis dan Jackson, 2000 (dalam Sopiah, 2008) memberikan
definisi, Organizational Commitment is the degree to which employee
believe in and accept organizational goals and desire to remain with the
organization. Komitmen organisasi adalah derajat yang mana karyawan
percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau
tidak akan meninggalkan organisasi. Mowday, 1982 (dalam Sopiah, 2008)
menyebut komitmen kerja sebagai istilah lain dari komitmen
organisasional. Menurut Mowday komitmen organisasi merupakan
dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai
kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi.
Komitmen organisasi merupakan identifikasi dan keterlibatan seseorang
yang relatif kuat terhadap organisasi. Komitmen organisasi adalah
keinginan anggota organisasi untuk tetap mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras untuk
pencapaian tujuan organisasi. Menurut Lincoln (dikutip dalam Sopiah,
2008), komitmen organisasi mencakup kebanggaan anggota, kesetiaan
anggota, dan kemauan anggota pada organisasi. Blau & Boal (dalam
Sopiah, 2008), menyebutkan komitmen organisasional sebagai
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
14
keberpihakan dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dan tujuan
organisasi. Robbins, 1989 (dalam Sopiah, 2008) mendefinisikan komitmen
organisasi sebagai suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau
tidak suka dari karyawan terhadap organisasi.
Allen and Meyer (1993), yang mengemukakan: "commitment
organizational is identified three types of commitment; affective
commitment, continuance commitment, and normative commitment as a
psychological state “that either characterizes the employee’s relationship
with the organization or has the implications to affect whether the
employee will continue with the organization". Menurut Allen dan Meyer
(1993) komitmen organisasi dapat diartikan sebagai kelekatan emosi,
identifikasi dan keterlibatan individu dengan organisasi serta keinginan
untuk tetap menjadi anggota organisasi. Definisi lain menurut Meyer dkk
(1990) bahwa komitmen tidak hanya berhubungan dengan tingkat keluar
masuknya karyawan, melainkan juga berkaitan dengan tingkat kerelaan
karyawan untuk berkorban bagi perusahaan.
Pengertian lain tentang komitmen organisasi oleh Alwi (2001)
dijelaskan bahwa komitmen diartikan sebagai sikap karyawan untuk tetap
berada dalam organisasi dan terlibat dalam upaya-upaya mencapai misi,
nilai-nilai dan tujuan perusahaan. Lebih lanjut dijelaskan komitmen adalah
bentuk loyalitas yang lebih konkrit yang dapat dilihat dari sejauh mana
karyawan mencurahkan perhatian, gagasan, dan tanggung jawabnya dalam
upaya mencapai tujuan perusahaan.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
15
Steers dan Porter, 1983 (dalam Sopiah, 2008) berpendapat bahwa
komitmen organisasi mencakup pengertian adanya suatu hubungan tukar
menukar antara individu dengan organisasi kerja. Individu mengikatkan
dirinya dengan organisasi tempatnya bekerja sebagai balasan atas gaji dan
imbalan lain yang diterimanya dari organisasi kerja yang bersangkutan,
komitmen organisasi yang timbul bukan sekedar loyalitas yang pasif,
tetapi melibatkan hubungan yang aktif dengan organisasi dimana individu
mengabdikan darma baktinya demi keberhasilan organisasi yang
bersangkutan. Lebih lanjut Steers dan Porter (dalam Sopiah, 2008)
menerangkan bahwa komitmen Organisasi dapat didefinisikan melalui dua
pendekatan, yaitu :
a. Behavioral Commitment adalah memandang komitmen organisasi
sebagai perilaku bahwa karyawan memiliki komitmen organisasi bila
karyawan memutuskan untuk terikat dengan organisasi.
b. Attitudional Commitment memandang komitmen organisasi sebagai
sikap. Karyawan mengadakan identifikasi dengan tujuan dan nilai-
nilai suatu organisasi kerja dan berkeinginan untuk tetap menjadi
anggota organisasi guna memudahkan pencapaian tujuan organisasi.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik
Indonesia No. 25/KEP/M.PAN/2002, pengertian komitmen adalah
keteguhan hati, tekad yang mantap, dan janji untuk melakukan atau
mewujudkan sesuatu yang diyakini.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
16
Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
komitmen organisasi adalah suatu ikatan secara psikologis karyawan
terhadap organisasai tempat kerjanya yang ditandai dengan adanya,
kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai
organisasi, adanya kemauan untuk mengusahakan tercapainya tujuan
organisasi dan memiliki keinginan yang kuat untuk mempertahankan
kedudukan sebagai anggota organisasi.
2. Aspek-aspek Komitmen Organisasi
Meyer dkk, 1990 (dalam Astri, 2014) mendefinisikan komitmen
organisasi dalam tiga tema pertama komitmen sebagai suatu kelekatan
afeksi karyawan terhadap organisasi, kedua komitmen dipandang sebagai
biaya yang timbul jika meninggalkan organisasi dan yang ketiga komitmen
sebagai suatu kewajiban untuk tetap berada dalam organisasi. Berdasarkan
ketiga tema tersebut maka Meyer dkk (1993), Meyer dan Allen, 2011
(dalam Astri, 2014) mengajukan tiga komponen komitmen organisasi,
yaitu :
a. Komitmen afektif, menunjukkan suatu kelekatan secara emosi
maupun psikologis dan hasrat untuk mengidentifikasikan diri dengan
organisasi. Seseorang dikatakan memiliki komitmen afektif yang
tinggi merasa bahwa organisasinya baik dan dijadikan sebagai bagian
dari konsep diri. Faktor yang menyebabkan munculnya model
komitmen ini adalah hal-hal yang meliputi karakteristik personal,
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
17
kondisi kerja dan pengalaman selama bekerja. Menurut Allen dan
Meyer, komitmen afektf didefinisikan sebagai suatu keadaan secara
afektif atau emosional terhadap organisasi dimana kekuatan komitmen
individu diidentifikasikan dengan keterlibatan dan kenyamanan
anggota organisasi.
b. Komitmen kontinuitas, individu menyadari suatu kondisi yang
membatasi alternatif yang sebanding dengan organisasinya sehingga
individu merasa perlu untuk selalu mempertimbangkan untung rugi
pada karyawan bila harus meninggalkan organisasi. Kondisi ini lebih
dipengaruhi oleh faktor usia, masa kerja, intensi untuk keluar dari
organisasi. Komitmen kontinuitas dapat diartikan sebagai keterikatan
yang konsisten dalam beraktivitas didasarkan pada penghargaan
individu terhadap apa yang telah diberikan kepada perusahaan.
c. Komitmen normatif, komponen yang timbul sebagai hasil dari
pengalaman sosialisasi yang menekankan kepatuhan untuk setia
kepada pemberi kerja karena kompensasi yang diterima (misalnya
beasiswa tugas belajar) sehingga membuat individu merasa wajib
untuk membalasnya.
Menurut Steers, 1985 (dalam Seniati, 2002) komitmen organisasi
memiliki tiga aspek utama yaitu : identifikasi, keterlibatan, dan loyalitas
karyawan terhadap organisasi atau perusahaannya.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
18
a. Aspek Identifikasi
Rasa identifikasi yang diwujudkan dalam bentuk kepercayaan
karyawan terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan memodifikasi
tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para
karyawan ataupun dengan kata lain perusahaan memasukan pula
kebutuhan dan keinginan karyawan dalam tujuan organisasinya. Maka
hal tersebut membuahkan suasana saling mendukung diantara para
karyawan dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebut akan
membawa karyawan dengan suka rela menyumbang sesuatu bagi
tercapainya tujuan organisasi, karena karyawan menerima tujuan
organisasi yang dipercaya telah disusun demi memenuhi kebutuhan
pribadi mereka.
b. Aspek keterlibatan
Keterlibatan aatau partisipasi karyawan dalam aktivitas-
aktivitas keorganisasian juga penting untuk diperhatikan karena
adanya keterlibatan karyawan menyebabkan mereka akan mau dan
senang bekerja sama baik dengan pemimpin ataupun dengan sesama
teman kerja. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing
keterlibatan karyawan adalah dengan memancing partisipasi mereka
dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan, yang dapat
menumbuhkan keyakinan pada karyawan bahwa apa yang telah
diputuskan merupakan keputusan bersama. Disamping itu, karyawan
merasa kan diterima sebagai bagian utuh dari organisasi dan
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
19
konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib untuk melaksanakan
keputusan bersama karena adanya rasa terikat dengan yang mereka
ciptakan.
Steers, 1985 (dalam Seniati, 2002) dikatakan bahwa tingginya
tingkat kehadiran mereka umumnya memiliki keterlibatan yang tinggi
pula. Mereka hanya absen jika mereka sakit sehingga benar benar
tidak dapat masuk untuk bekerja. Jadi tingkat kemangkiran yang
disengaja pada individu tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
pekerja yang keterlibatannya rendah.
c. Aspek Loyalitas Karyawan
Loyalitas karyawan terhadap organisasi memiliki makna
kesediaan seseorang untuk melanggengkan hubungan dengan
organisasi, bila perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya
tanpa mengharapkan apapun. Kesediaan karyawan untuk
mempertahankan diri bekerja dalam perusahaan adalah hal yang
penting dalam menunjang komitmen karyawan terhadap organisasi
dimana mereka bekerja. Hal ini dapat diupayakan bilaa karyawan
merasakan adanya keamanan dan kepuasan di dalam organisasi tempat
karyawan bergabung dan bekerja.
Kanter, 1986 (dalam Sopiah, 2008) mengemukakan ada tiga aspek
komitmen organisasi :
a. Komitmen berkesinambungan, yaitu komitmen yang berhubungan
dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan kehidupan organisasi
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
20
dan menghasilkan orang yang mau berkorban dan berinvestasi pada
organisasi.
b. Komitmen terpadu, yaitu komitmen anggota terhadap organisasi
sebagai akibat adanya hubungan sosial dengan anggota lain di dalam
organisasi. Ini terjadi karena karyawan percaya bahwa norma-norma
yang dianut organisasi merupakan norma-norma yang bermanfaat.
c. Komitmen terkontrol, yaitu komitmen anggota pada norma organisasi
yang memberikan perilaku ke arah yang diinginkannya. Norma-norma
yang dimiliki organisasi sesuai dan mempu memberikan sumbangan
terhadap perilaku yang diinginkannya.
3. Proses Terjadinya Komitmen Organisasi
Bashaw dan Grant (dalam Sopiah, 2008) menjelaskan bahwa
komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan sebuah proses
berkesinambungan dan merupakan sebuah pengalaman individu ketika
bergabung dalam sebuah organisasi.
Gary Dessler, 1999 (dalam Sopiah, 2008) mengemukakan sejumlah
cara yang bisa dilakukan untuk membangun komitmen karyawan pada
organisasi, yaitu :
a. Make it charismatic, jadikan visi dan misi organisasi sebagai sesuatu
yang karismatik, sesuatu yang dijadikan pijakan, dasar bagi setiap
karyawan dalam berperilaku, bersikap, dan bertindak.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
21
b. Build the tradition, segala sesuatu yang baik di organisasi jadikanlah
sebagai suatu tradisi yang secara terus-menerus dipelihara, dijaga oleh
generasi berikutnya.
c. Have comprehensive grievance procedures, bila ada keluhan atau
komplain dari pihak luar ataupun internal organisasi maka organisasi
harus memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan tersebut secara
menyeluruh.
d. Provide extensive two-way communicatation, jalinlah komunikasi dua
arah di organisasi tanpa memandang rendah bawahan.
e. Create a sense of community, jadikan semua unsur dalam organisasi
sebagai suatu komunitas di mana di dalamnya ada nilai-nilai
kebersamaan, rasa memiliki, kerja sama, berbagi, dll..
f. Build value-based homogeneity, membangun nilai-nilai yang
didasarkan adanya kesamaan. Setiap anggota organisasi memiliki
kesempatan yang sama, misal untuk promosi maka dasar yang
digunakan untuk promosi adalah kemampuan, keterampilan, minat,
motivasi, kinerja, tanpa ada diskriminasi.
g. Share and share alike, sebaiknya organisasi membuat kebijakan di
mana anatara karyawan level bawah sampai paling atas tidak terlalu
berbeda atau mencolok dalam kompensasi yang diterima, gaya hidup,
penampilan fisik.
h. Emphasize barnraising, cross-utilization, and teamwork, organisasi
sebagai suatu komunitas harus bekerja sama, saling berbagi, saling
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
22
memberi manfaat dan memberikan kesempatan yang sama pada
anggota organisasi. Misalnya perlu adanya rotasi sehingga orang yang
bekerja di “tempat basah” perlu juga ditempatkan di “tempat kering”.
Semua anggota organisasi merupakan suatu tim kerja. Semuanya
harus memberikan kontribusi yang maksimal demi keberhasilan
organisasinya.
i. Get together, adakan acara-acara yang melibatkan semua anggota
organisasi sehingga kebersamaan bisa terjalin. Misalnya sesekali
aktivitas kerja dihentikan dan semua karyawan terlibat dalam kegiatan
rekreasi bersama keluarga, pertandingan olahraga, seni, dll. yang
dilakukan oleh semua anggota organisasi dan keluarganya.
j. Support employee development, hasil studi menunjukan bahwa
karyawan akan lebih memiliki komitmen terhadap organisasi bila
organisasi memperhatikan perkembangan karir karyawan dalam
jangka panjang.
k. Commit to actualizing, setiap karyawan diberi kesempatan yang sama
untuk mengaktualisasikan diri secara maksimal di organisasi sesuai
dengan kapasitas masing-masing.
l. Provide first-year job challenge, karyawan masuk keorganisasi
dengan membawa mimpi dan harapannya dan kebutuhannya. Berikan
bantuan yang konkret bagi karyawan untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya dan mewujudkan impiannya. Jika ditahap-tahap awal
karyawan memiliki persepsi yang positif terhadap organisasi maka
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
23
karyawan akan cenderung memiliki kinerja yang tinggi pada tahap-
tahap berikutnya.
m. Enrich and empower, ciptakan kondisi agar karyawan bekerja tidak
secara monoton karena rutinitas akan menimbulkan perasaan bosan
bagi karyawan. Hal ini tidak baik karena akan menurunkan kinerja
karyawan. Misalnya dengan rotasi kerja, memberikan tantangan
dengan memberikan tugas, kewajiban dan otoritas tambahan.
n. Promote form within, bila ada lowongan jabatan, sebaiknya
kesempatan pertama diberikan kepada pihak intern perusahaan
sebelum merekrut karyawan dari luar perusahaan.
o. Provide developmental activities, bila organisasi membuat kebijakan
untuk merekrut karyawan dari dalam sebagai prioritas maka dengan
sendirinya hal itu akan memotivasi karyawan untuk terus tumbuh dan
berkembang personalnya, juga jabatannya.
p. The question of employee security, bila karyawan merasa aman, baik
secara fisik maupun psikis, maka komitmen akan muncul dengan
sendirinya. Misalnya karyawan merasa aman karena perusahaan
membuat kebijakan memberikan kesempatan karyawan bekerja
selama usia produktif. Karyawan akan merasa aman dan tidak takut
akan pemutusan hubungan kerja. Karyawan merasa aman karena
keselamatan kerja diperhatikan perusahaan.
q. Commit to people-first values, membangun komitmen karyawan pada
organisasi merupakan proses yang panjang dan tidak bisa dibentuk
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
24
secara instan. Oleh karena itu perusahaan harus benar-benar
memberikan perlakuan yang benar pada awal karyawan masuk
organisasi. Dengan demikian karyawan akan mempunyai persepsi
yang positif terhadap organisasi.
r. Put it in writing, data-data tentang kebijakan, visi, misi, semboyan,
filosofi, sejarah, strategi, dll. organisasi sebaiknya dibuat dalam
bentuk tulisan, bukan sekedar bahasa lisan.
s. Hire “right-kind managers, bila pimpinan ingin menanamkan nilai-
nilai, kebiasaan-kebasaan, aturan-aturan, disiplin pada bawahan,
sebaiknya pimpinan sendiri memberikan teladan dalam bentuk sikap
dan perilaku sehari-hari.
t. Walk the talk, tindakan jauh lebih efektif dari sekedar kata-kata. Bila
pimpinan ingin karyawannya berbuat sesuatu maka sebaiknya
pimpinan tersebut memulai berbuat sesuatu, tidak sekedar kata-kata
atau berbicara.
Mowday et.al., 1997 (dalam Sopiah, 2008) mengemukakan bahwa
faktor-faktor pembentuk komitmen organisasi akan berbeda pada
karyawan yang baru bekerja, setelah menjalani masa kerja yang cukup
lama, serta bagi karyawan yang bekerja dalam tahapan yang lama yang
menganggap perusahaan sebagai bagian atau organisasi tersebut sudah
menjadi bagian dalam hidupnya.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
25
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi
Steers, 1977 (dalam Seniati, 2002) mengembangkan model
anteseden komitmen organisasi yang meliputi: (1) karakteristik personal,
(2) karakteristik yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, dan (3)
pengalaman kerja. Beberapa hasil penelitian di luar negeri menunjukkan
bahwa:
a) Karakteristik personal yang terdiri dari usia, masa kerja, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, suku bangsa dan kepribadian berkolerasi
dengan komitmen organisasi. (Mathieu & Zajac, 1990; Mowday dkk,
1982 (dalam Seniati, 2002). Angle dan Perry, 1981 serta Steers, 1977
(dalam Seniati, 2002) berpendapat bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin tinggi pula harapannya sehingga tidak
mungkin dipenuhi oleh organisasi; akibatnya semakin rendah
komitmen karyawan pada organisasi. Mathieu dan Zajac ,1990 (dalam
Seniati, 2002) juga menemukan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi
negatif kecil dengan komitmen organisasi. Karakteristik personal lain,
yaitu jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasi.
Angle dan Perry, 1981 serta Hrebeniak dan Alutto, 1972 (dalam
Seniati, 2002) menemukan bahwa wanita memiliki komitmen
organisasi yang lebih tinggi daripada pria. Mathieu dan Zajac, 1990
(dalam Seniati, 2002) justru menemukan bahwa karyawan pria
memiliki komitmen organisasi yang lebih tinggi daripada karyawan
wanita. Lama kerja sebagai salah satu anteseden karakteristik personal
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
26
juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap komitmen
organisasi. Mathieu dan Zajac, 1990 (dalam Seniati, 2002)
menemukan adanya korelasi yang positif rendah antara masa kerja
dengan komitmen organisasi.
b) Karakteristik yang berkaitan dengan jabatan atau peran memiliki
sumbangan yang bermakna pada komitmen organisasi. Karakteristik
ini meliputi tantangan pekerjaan, konflik peran, dan ambiguitas peran.
Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa tantangan pekerjaan
memiliki hubungan positif dengan komitmen organisasi, sedangkan
konflik peran dan ambiguitas peran memiliki hubungan negatif
dengan komitmen organisasi. Misalnya Mathieu dan Zajac (1990)
menemukan bahwa tantangan tugas dan variasi keterampilan memiliki
korelasi positif sedang dengan komitmen organisasi; tetapi otonomi
hanya berkorelasi rendah dengan komitmen organisasi. Sebaliknya
konflik peran, ambiguitas peran, dan kelebihan beban kerja memiliki
korelasi yang negatif sedang dengan komitmen organisasi.
c) Pengalaman kerja memberikan kontribusi yang paling besar terhadap
komitmen organisasi. Pengalaman kerja ini meliputi keterandalan
organisasi, perasaan dipentingkan, sikap rekan kerja yang positif
terhadap organisasi, persepsi terhadap gaji, serta norma kelompok
yang berkaitan dengan kerja keras.
Allen & Meyer (1990) membagi anteseden komitmen organisasi
berdasarkan tiga komponen komitmen organisasi, yaitu:
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
27
a) anteseden komitmen afektif terdiri dari: karakteristik pribadi,
karakteristik jabatan, pengalaman kerja, serta karakteristik struktural.
Karakteristik struktural meliputi besarnya organisasi, kehadiran serikat
kerja, luasnya kontrol, dan sentralisasi otoritas. Dari keempat
anteseden tersebut, anteseden yang paling berpengaruh adalah
pengalaman kerja, terutama pengalaman atas kebutuhan psikologis
untuk merasa nyaman dalam organisasi dan kompeten dalam
menjalankan peran kerja.
b) Anteseden komitmen kontinuitas terdiri dari besarnya dan/atau jumlah
investasi atau taruhan sampingan individu, dan persepsi atas
kurangnya alternatif pekerjaan lain. Karyawan yang merasa telah
berkorban ataupun mengeluarkan investasi yang besar terhadap
organisasi akan merasa rugi jika meninggalkan organisasi karena akan
kehilangan apa yang telah diberikan selama ini. Sebaliknya, karyawan
yang merasa tidak memiliki pilihan kerja lain yang lebih menarik akan
merasa rugi jika meninggalkan organisasi karena belum tentu
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah diperolehnya
selama ini.
c) Anteseden komitmen normatif terdiri dari pengalaman individu
sebelum masuk ke dalam organisasi (pengalaman dalam keluarga atau
sosialisasi budaya) serta pengalaman sosialisasi selama berada dalam
organisasi. Komitmen normatif karyawan dapat tinggi jika sebelum
masuk ke dalam organisasi, orang tua karyawan yang juga bekerja
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
28
dalam organisasi tersebut menekankan pentingnya kesetiaan pada
organisasi. Sementara itu, jika organisasi menanamkan kepercayaan
pada karyawan bahwa organisasi mengharapkan loyalitas karyawan
maka karyawan juga akan menunjukkan komitmen normatif yang
tinggi.
B. Iklim organisasi
1. Pengertian
Stinger (Wirawan, 2007) mendefinisikan bahwa iklim organisasi
sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya
motivasi serta berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau
dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja
anggota organisasi. Tagiuri dan Litwin (dalam Wirawan, 2007)
mengatakan bahwa iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan
internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh
anggota organisasi dan mempengaruhi perilaku mereka serta dapat
dilukiskan dalam satu set karateristik atau sifat organisasi.
Kemudian dikemukakan oleh Luthans (Simamora, 2004)
disebutkan bahwa iklim organisasi adalah lingkungan internal atau
psikologi organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi praktik dan
kebijakan SDM yang diterima oleh anggota organisasi. Perlu diketahui
bahwa setiap organisasi akan memiliki iklim organisasi yang berbeda.
Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi, atau sifat
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
29
individu yang ada akan menggambarkan perbedaan tersebut. Semua
organisasi tentu memiliki strategi dalam memanajemen SDM. Iklim
organisasi yang terbuka memacu karyawan untuk mengutarakan
kepentingan dan ketidakpuasan tanpa adanya rasa takut akan tindakan
balasan dan perhatian. Ketidakpuasan dapat ditangani dengan cara yang
positif dan bijaksana. Iklim keterbukaan, bagaimanapun juga hanya
tercipta jika semua anggota memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dan
mempercayai keadilan tindakan.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa iklim
organisasi tidak hanya menyangkut aspek sosial saja tetapi juga aspek fisik
dalam organisasi. Iklim organisasi juga berkenaan dengan persepsi
anggota organisasi, baik secara individual maupun kelompok, tentang
sifat-sifat dan karakteristik organisasi yang mencerminkan norma serta
keyakinan dalam organisasi.
Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan
persepsi seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan
dijadikan dasar bagi penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim
ditentukan oleh seberapa baik anggota diarahkan, dibangun dan dihargai
oleh organisasi. Batasan pengertian iklim organisasi itu bisa dilihat dalam
dimensi iklim organisasi. Steve Kelneer menyebutkan enam dimensi iklim
organisasi sebagai berikut :
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
30
a) Flexibility conformity (Fleksibilitas dan penyesuaian), merupakan
kondisi organisasi yang untuk memberikan keleluasan bertindak
bagi karyawan serta melakukan penyesuaian diri terhadap tugas-
tugas yang diberikan. Hal ini berkaitan dengan aturan yang
ditetapkan organisasi, kebijakan dan prosedur yang ada.
Penerimaan terhadap ide-ide yang baru merupakan nilai pendukung
di dalam mengembangkan iklim organisasi yang kondusif demi
tercapainya tujuan organisasi.
b) Responsibility (tanggung jawab). Hal ini berkaitan dengan perasaan
karyawan mengenai pelaksanaan tugas organisasi yang diemban
dengan rasa tanggung jawab atas hasil yang dicapai, karena mereka
terlibat di dalam proses yang sedang berjalan.
c) Standards (standarisasi). Perasaan karyawan tentang kondisi
organisasi dimana manajemen memberikan perhatian kepada
pelaksanaan tugas dengan baik, tujuan yang telah ditentukan serta
toleransi terhadap kesalahan atau hal-hal yang kurang sesuai atau
kurang baik.
d) Reward (penghargaan). Hal ini berkaitan dengan perasaan
karyawan tentang penghargaan dan pengakuan atas pekerjaan yang
baik.
e) Clarity (kejelasaan). Terkait dengan perasaan pegawai bahwa
mereka mengetahui apa yang diharapkan dari mereka berkaitan
dengan pekerjaan, peranan dan tujuan organisasi.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
31
f) Team Commitmen (Komitmen tim). Berkaitan dengan perasaan
karyawan mengenai perasaan bangga mereka memiliki organisasi
dan kesediaan untuk berusaha lebih saat dibutuhkan.
2. Aspek-Aspek Iklim Organisasi
Stringer (Ayudiarini, 2010) menyebutkan bahwa karakteristik atau
dimensi iklim organisasi dapat mempengaruhi motivasi anggota organisasi
untuk berperilaku tertentu. Ia juga mengatakan enam dimensi yang
diperlukan, yaitu:
a) Struktur. Struktur merefleksikan perasaan bahwa karyawan
diorganisasi dengan baik dan mempunyai definisi yang jelas mengenai
peran dan tanggung jawab mereka. Meliputi posisi karyawan dalam
perusahaan.
b) Standar-standar. Mengukur perasaan tekanan untuk memperbaiki
kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki karyawan dalam
melakukan pekerjaannya dengan baik. Meliputi kondisi kerja yang
dialami karyawan dalam perusahaan.
c) Tanggung jawab. Merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka
menjadi “pimpinan diri sendiri” dan tidak pernah meminta pendapat
mengenai keputusannya dari orang lain. Meliputi kemandirian dalam
menyelesaikan pekerjaan.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
32
d) Pengakuan. Perasaan karyawan diberi imbalan yang layak setelah
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Meliputi imbalan atau upah
yang terima karyawan setelah menyelesaikan pekerjaan.
e) Dukungan. Merefleksikan perasaan karyawan mengenai kepercayaan
dan saling mendukung yang berlaku dikelompok kerja. Meliputi
hubungan dengan rekan kerja yang lain.
f) Komitmen. Merefleksikan perasaan kebanggaan dan komitmen sebagai
anggota organisasi. Meliputi pemahaman karyawan mengenai tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Menurut model Pines, 1982 (dalam iklim kerja sebuah organisasi dapat
diukur melalui empat dimensi sebagai berikut :
a) Dimensi Psikologikal, yaitu meliputi variabel seperti beban kerja, kurang
otonomi, self-fulfilment clershif (kurang pemenuhan sendiri), dan kurang
inovasi.
b) Dimensi Struktural, yaitu meliputi variabel seperti fisik, bunyi dan tingkat
keserasian antara keperluan kerja dan struktur fisik.
c) Dimensi Sosial, yaitu meliputi aspek interaksi dengan klien (dari segi
kuantitas dan ciri-ciri permasalahannya), rekan sejawat (tingkat dukungan
dan kerja sama), dan penyelia-penyelia (dukungan dan imbalan).
d) Dimensi Birokratik, yaitu meliputi Undang-undang dan peraturan-
peraturan konflik peranan dan kekaburan peranan.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
33
C. Kepuasan kerja
1. Pengertian
Lock (dalam Sopiah, 2008) mengemukakan ”Job satisfaction is a
pleasureable or positive emotional state resulting from the appraisal of
one’s job or job experiance.” (Kepuaasan kerja merupakan suatu
ungkapan emosional yang bersifat positif atau menyenangkan sebagai
hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja).
Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang karyawan terhadap
pekerjaannya (Robbins, 2014). Kepuasan kerja menunjukkan adanya
kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dengan imbalan yang
disediakan oleh pekerjaan.
Porter (dalam Sopiah, 2008) menambahkan “Job satisfactian is
defference between how much of something there should be and how much
there is now.” (Kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak
sesuatu yang seharusnya diterima dengan seberapa banyak yang
sebenarnya dia terima). Mathis dan Jackson, 2000 (dalam Sopiah, 2008)
mengemukakan “Job satisfaction is a positive emotional state resulting
one’s job experiance.” (Kepuasan kerja merupakan pernyataan emosional
yang positif merupakan hasil evaluasi dari pengalaman kerja.
Berdasaran pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
kepuasan kerja adalah merupakan suatu tanggapan emosional seorang
karyawan terhadap pekerjaannya, tanggapan emosional bisa berupa
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
34
perasaan puas (positif) atau perasaan tidak puas (negatif). Kepuasan kerja
dirasakan karyawan setelah karyawan tersebut membandingkan antara apa
yang telah diharapkan akan diperoleh dengan hasil kerjanya dengan apa
yang sebenarnya diperoleh dari hasil kerjanya. Kepuasan kerja
mencerminkan beberapa sikap yang berhubungan (Luthan, 1995 dalam
Sopiah, 2008).
2. Teori Kepuaasan Kerja
Ada sejumlah teori mengenai kepuasan kerja, diantaranya adalah :
a. Teori Dua Faktor dari Herzberg
Frederick Herzberg mengembangkan teori dua faktor (dalam
Sopiah, 2008). Teori ini memandang kepuasan kerja berasal dari
keberadaan motivator intrinsik dan bahwa ketidakpuasan kerja berasal dari
ketidak-adaan faktor-faktor ekstrinsik. Kesimpulan hasil penelitian
Herzberg adalah sebagai berikut : (1) Ada sekelompok kondisi ekstrinsik
(konteks pekerjaan) meliputi : gaji atau upah, keamanan kerja, kondisi
pekerjaan, status, kebijakan organisasi, supervisi dan hubungan
interpersonal. Apabila faktor ini tidak ada maka karyawan akan merasa
tidak puas. (2) Ada sekelompok kondisi intrinsik yang meliputi prestasi
kerja, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, dan
pertumbuhan. Apabila kondisi intrinsik ini dipenuhi organisasi atau
perusahaan maka karyawan akan puas.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
35
b. Discrepancy Theory
Teori ini dikembangkan oleh Porter, 1961 (dalam Sopiah, 2008)
yang menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan selisih atau
perbandingan antara harapan dengan kenyataan. Locke, 1969 (dalam
Sopiah, 2008), menambahkan bahwa seorang karyawan akan merasa puas
bila kondisi yang aktual (kodisi yang sesungguhnya) sesuai dengan
harapan atau yang diinginkan. Semakin sesuai antara harapan seseorang
dengan kenyataan yang dia hadapi maka orang tersebut akan semakin
puas.
c. Equity Theory
Teori ini dikemukakan oleh Adam, 1963 (dalam Sopiah, 2008)
yang mengatakan bahwa karyawan atau individu akan merasa puas
terhadap aspek-aspek khusus dari pekerjaan mereka. Aspek-aspek
pekerjaan yang dimaksud, misalnya gaji atau upah, rekan kerja dan
supervisi. Individu atau karyawan akan merasa puas apabila jumlah aspek
yang sebenarnya atau sepenuhnya dia terima sesuai dengan yang
seharusnya dia terima.
d. Opponent-Process Theory
Teori ini dikemukakan oleh Landy, 1978 (dalam Sopiah, 2008)
yang menekankan pada upaya seseorang dalam mempertahankan
keseimbangan emosionalnya. Maksudnya, perasaan puas atau tidak puas
merupakan masalah emosional. Rasa puas atau tidak puas seseorang atau
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
36
individu sangat ditentukan oleh sejauhmana penghayatan emosional orang
tersebut terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi. Bila situasi dan
kondisi yang dihadapi dapat memberikan keseimbangan emosional maka
orang tersebut akan merasa puas. Sebaliknya bila situasi dan kondisi yang
dihadapi menimbulkan ketidakstabilan emosi maka orang tersebut akan
merasa tidak puas.
3. Aspek-aspek Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (2014) ada lima aspek kepuasan kerja, yaitu :
a. Kerja yang secara mental menantang
Karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi
mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan
mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai
betapa baiknya mereka mengerjakan tugas tersebut. Karakteristik ini
membuat kerja secara mental menantang, pekerjaan yang terlalu mudah
akan menimbulkan kebosanan, sebaliknya jika terlalu banyak pekerjaan
menantang dapat menciptakan frustasi dan rasa gagal. Pada kondisi
tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami
kesenangan dan kepuasan dalam bekerja.
b. Ganjaran yang pantas
Para karyawan menginginkan pemberian upah dan kebijakan
promosi yang mereka persepsikan adil dan sesuai dengan harapan mereka.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
37
Bila upah dilihat adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar upah karyawan, kemungkinan besar
akan menghasilkan kepuasan. Tentu saja, tidak semua orang mengejar
uang. Banyak orang bersedia menerima uang yang lebih kecil untuk
bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang
kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam
pekerjaan yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Intinya bahwa
besarnya upah bukanlah jaminan untuk mencapai kepuasan, namun yang
lebih penting adalah persepsi keadilan. Sama dengan karyawan yang
berusaha mendapatkan kebijakan dan promosi yang lebih banyak dan
status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang
mempersiapkan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil
kemungkinan besar akan mendapatkan kepuasan dari pekerjaan mereka.
c. Kondisi kerja yang mendukung
Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan
pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi
memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai lingkungan kerja yang
tidak berbahaya, seperti temperatur, cahaya, kebisingan dan faktor
lingkungan lain harus diperhitungkan dalam pencapaian kepuasan kerja.
d. Rekan kerja yang mendukung
Karyawan akan mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau
prestasi yang berwujud dari dalam pekerkerjaan. Bagi kebanyakan
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
38
karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena
itu sebaiknya karyawan mempunyai rekan kerja yang ramah dan
mendukung. Hal ini penting dalam mencapai kepuasan kerja. Perilaku
atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi
mendapatkan bahwa kepuasan karyawan ditingkatkan bila atasan langsung
bersifat ramah dan dapat memahami, memberikan pujian untuk kinerja
yang baik, mendengarkan pendapat karyawan dan menunjukkan suatu
minat pribadi pada mereka.
e. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya sama dengan
pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mereka mempunyai bakat dan
kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka.
Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada
pekerjaan tersebut dan lebih memungkinkan untuk mencapai kepuasan
yang tinggi dari pekerjaan mereka.
Kemudian Gibson, 1995 (dalam Sopiah, 2008) menyebutkan aspek
–aspek kepuasan kerja meliputi upah pegawai, pekerjaan itu sendiri,
promosi pekerjaan dan rekan kerja. Sedangkan Wexley dan Yukl, 1992
(dalam Sopiah, 2008) berpendapat bahwa aspek kerja yang berpengaruh
terhadap kepuasan kerja karyawan adalah upah, pekerjaan, pengawasan,
teman kerja, materi pekerjaan, jaminan kerja dan promosi.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
39
Mathis dan Jackson, 2000 (dalam Sopiah, 2008) menambahkan
bahwa kepuasan kerja memiliki banyak dimensi, diantaranya : pekerjaan
itu sendiri, gaji, pengakuan, supervisi, kerjasama yang baik dengan rekan
kerja, serta kesempatan untuk berkembang. Luthan, 1985 (dalam Sopiah,
2008) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan kerja
adalah gaji, pekerjaan itu sendiri, promosi, supervisi, kelompok kerja dan
kondisi kerja.
D. Bank syariah
1. Pengertian
Pengertian Bank Syariah menurut Sudarsono (2012), Bank Syariah
adalah lembaga keuangan negara yang memberikan kredit dan jasa-jasa
lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga peredaran uang yang
beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau islam.
Menurut Perwataatmadja (1999), Pengertian Bank Syariah ialah
bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah (islam) dan tata
caranya didasarkan pada ketentuan Al-Qur’an dan Hadist.
Siamat Dahlam (2004) mengemukakan Pengertian Bank Syariah,
Bank Syariah merupakan bank yang menjalankan usahanya berdasar
prinsip-prinsip syariah yang didasarkan pada alquran dan hadits.
Pengertian Bank Syariah menurut Schaik (2001), Bank Syariah
adalah suatu bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum islam,
yang dikembangkan pada abad pertengahan islam dengan menggunakan
konsep bagi resiko sebagai sistem utama dan meniadakan sistem keuangan
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
40
yang didasarkan pada kepastian dan keuntungan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Dalam UU No.21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah
mengemukakan pengertian perbankan syariah dan pengertian bank syariah.
Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank syariah
dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan usaha,
serta tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank
Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya dengan
didasarkan pada prisnsip syariah dan menurut jenisnya bank syariah terdiri
dari BUS (Bank Umum Syariah), UUS (Unit Usaha Syariah) dan BPRS
(Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).
Bank umum syariah yang berdiri sendiri sesuai dengan akta
pendiriannya, maka bukan merupakan bagian dari bank konvensional.
Beberapa contoh bank umum syariah yaitu Bank Mandiri Syariah, Bank
Bukopin Syariah, Bank Muamalat Indonesia dan lain sebagainya.
Unit usaha syariah merupakan unit usaha yang masih di bawah
pengelolaan bank konvensional. Unit usaha syariah (UUS) adalah unit
kerja dari kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah (islam), atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank
yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
41
cabang pembantu syariah atau unit syariah. Contoh Unit Usaha Syariah
(UUS) yaitu BNI Syariah, BII Syariah dan lain sebagainya.
Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan
bank konvensional. Dalam bank syariah memberikan layanan bebas bunga
kepada para nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah,
penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi apapun. Bank
syariah tidak mengenal yang namanya sistem bunga, baik itu bunga yang
diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau bunga yang dibayar
kepada penyimpan dana di bank syariah
2. Fungsi Bank Syariah
Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi bank syariah
untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan
investasi, fungsi bank syariah untuk menyalurkan dana kepada masyarakat
yang membutuhkan dana dari bank, dan juga fungsi bank syariah untuk
memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah.
a) Fungsi Bank Syariah untuk Menghimpun Dana Masyarakat.
Fungsi bank syariah yang pertama adalah menghimpun dana
dari masyarakat yang kelebihan dana. Bank syariah mengumpulkan
atau menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dengan
menggunakan akad al-wadiah dan dalam bentuk investasi dengan
menggunakan akad al-mudharabah.Al-wadiah adalah akad antara pihak
pertama (masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana pihak
pertama menitipkan dananya kepada bank dan pihak kedua, bank
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
42
menerima titipan untuk dapat memanfaatkan titipan pihak pertama
dalam transaksi yang diperbolehkan dalam islam. Al-mudarahbah
merupakan akad antara pihak pertama yang memiliki dana kemudian
menginvestasikan dananya kepada pihak lain yang mana dapat
memanfaatkan dana yang investasikan dengan tujuan tertentu yang
diperbolehkan dalam syariat islam.
b) Fungsi Bank Syariah sebagai Penyalur Dana Kepada Masyarakat.
Fungsi bank syariah yang kedua ialah menyalurkan dana kepada
masyarakat yang membutuhkan. Masyarakat dapat memperoleh
pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua
ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan
aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah. Dalam hal ini bank
syariah akan memperoleh return atas dana yang disalurkan. Return atau
pendapatan yang diperoleh bank syariah atas penyaluran dana ini
tergantung pada akad-nya. Bank syariah menyalurkan dana kepada
masyarakat dengan menggunakan bermacam-macam akad, antara lain
akad jual beli dan akad kemitraan atau kerja sama usaha. Dalam akad
jual beli, maka return yang diperoleh bank atas penyaluran dananya
adalah dalam bentuk margin keuntungan. Margin keuntungan
merupakan selisih antara harga jual kepada nasabah dan harga beli
bank. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada
nasabah yang menggunakan akad kerja sama usaha adalah bagi hasil.
c) Fungsi Bank Syariah memberikan Pelayanan Jasa Bank.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
43
Fungsi bank syariah disamping menghimpun dana dan
menyalurkan dana kepada masyarakat, bank syariah memberikan
pelayanan jasa perbankan kepada nasabahnya. Pelayanan jasa bank
syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam menjalankan aktivitasnya. Pelayanan jasa kepada nasabah
merupakan fungsi bank syariah yang ketiga. Berbagai jenis produk
pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara lain jasa
pengiriman uang, pemindah bukuan, penagihan surat berharga dan lain
sebagainya. Aktivitas pelayanan jasa merupakan aktivitas yang
diharapkan oleh bank syariah untuk dapat meningkatkan pendapatan
bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa bank.
E. Pengaruh iklim organisasi terhadap komitmen organisasi dengan
kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada karyawan Bank
Muamalat Indonesia cabang Purwokerto
Organisasi adalah sebuah wadah yang digunakan untuk melakukan
kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dimana pelaku kegiatan
tersebut adalah manusia yang merupakan anggota atau peserta dari organisasi.
Setiap karyawan harus memiliki komitmen terhadap organisasi
tempatnya bekerja. Komitmen setiap orang terhadap organisasi tempatnya
bekerja pasti berbeda dengan yang lainnya, setiap orang memiliki perilaku,
cara pandang, prinsip bahkan sifat yang berbeda tentang menjalani suatu
pekerjaan. Dengan adanya komitmen terhadap organisasi berarti seseorang
juga memiliki tujuan hidup yang berbeda pula sesuai dengan keinginannya,
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
44
Menurut Allen dan Meyer (1993) komitmen organisasi dapat diartikan
sebagai kelekatan emosi, identifikasi dan keterlibatan individu dengan
organisasi serta keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Peranan
karyawan sebagai penunjang keberlangsungan suatu organisasi sangat lah
penting, organisasi akan maju bila karyawan yang dimiliki memiliki
komitmen yang kuat terhadap organisasi tempatnya bekerja.
Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi
seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi
penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa
baik anggota diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi.
Stinger (Wirawan, 2007) mendefinisikan bahwa iklim organisasi
sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi
serta berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai,
sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja anggota organisasi.
(Robbins, 2014). Kepuasan kerja menunjukkan adanya kesesuaian
antara harapan seseorang yang timbul dengan imbalan yang disediakan oleh
pekerjaan.
Rendahnya komitmen karyawan dikarenakan kurang terpuaskan
kebutuhan dan harapan karyawan pada iklim organisasi perusahaan yang
kurang baik. Jika karyawan merasa kebutuhan dan harapannya terpenuhi
tentu karyawan akan berusaha mempertahankan keanggotaannya,
mengidentifikasikan diri serta mengabdikan diri sepenuhnya untuk mencapai
sasaran dan tujuan organisasi, sehingga komitmen karyawan terhadap
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
45
organisasinya dapat tercipta dengan sendirinya. Ada pengaruh yang signifikan
antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi karyawan. Kepuasan kerja
dianggap sebagai pemicu timbulnya komitmen karyawan selain dari iklim
organisasi yang baik, karena ketika karyawan merasa puas dengan
pekerjaannya, karyawan akan cenderung lebih berkomitmen terhadap
organisasi dengan kata lain karyawan yang komit akan rela bersedia
memberikan dirinya secara suka rela untuk memajukan organisasi tempatnya
bekerja.
E. Kerangka berpikir
Berdasarkan uraian pembahasan diatas dapat dibuat bagan kerangka
berpikir dari penelitian ini sebagai berikut :
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Iklim organisasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja karyawan di Bank Muamalat Indonesia cabang
Purwokerto.
Kepuasan Kerja
(Z)
Iklim Organisasi
(X)
Komitmen
Organisasi (Y)
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
46
2. Kepuasan kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
komitmen organisasi karyawan di Bank Muamalat Indonesia cabang
Purwokerto.
3. Iklim organisasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
komitmen organisasi karyawan di Bank Muamalat Indonesia cabang
Purwokerto.
4. Iklim organisasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan secara
langsung terhadap komitmen organisasi dan secara tidak langsung melalui
kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada karyawan di Bank
Muamalat Indonesia cabang Purwokerto.
Aziz Andhika Prasetyo..., Aziz Andhika Prasetyo, Fakultas Psikologi, UMP, 2017