bab ii tinjauan pustaka a. kebutuhan spiritual pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/aida istikharoh bab...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasien 1. Konsep Spiritual a. Definisi Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002). b. Aspek spiritualitas Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian, kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan (Hawari, 2002). Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut: 1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian alam kehidupan. Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Upload: vodan

Post on 15-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Spiritual Pasien

1. Konsep Spiritual

a. Definisi

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan

Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang

percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.

Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan

Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa,

zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002).

b. Aspek spiritualitas

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan.

Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian,

kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan

keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual

manusia yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa

percaya dan harapan di waktu kesusahan (Hawari, 2002).

Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputi

aspek sebagai berikut:

1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau

ketidakpastian alam kehidupan.

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

2) Menemukan arti dan tujuan hidup.

3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan

dalam diri sendiri.

4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan

Yang Maha Tinggi.

c. Dimensi spiritual

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan

keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk

menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress

emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual juga dapat

menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia (Kozier,

2004).

Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi

eksistensial dan dimensi agama, dimensi eksistensial berfokus pada

tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus

pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.

Spirituaiitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah

hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun

kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan

seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan

lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi

tersebut (Hawari, 2002).

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

2. Kebutuhan spiritual

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta

kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,

menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk

mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan

mendapatkan maaf (Kozier, 2004).

Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia

(Clinebell dalam Hawari, 2002), yaitu :

1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara

terus-menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini

adalah ibadah.

2. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan

makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan

Tuhannya (vertikal) dan sesama manusia (horisontat) serta alam

sekitaraya.

3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan

keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan

dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan

hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak

melemah.

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

5. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. Rasa bersalah dan

berdosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi

kesehatan jiwa seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu

pertama secara vertikal adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah,

dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu bebas dari

rasa bersalah kepada orang lain.

6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance dan self

esteem), setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh

lingkungannya.

7. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan

masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka

pendek (hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di

dunia sifatnya sementara yang merupakan persiapan bagi kehidupan

yang kekal di akhirat nanti.

8. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi

sebagai pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan

manusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila

seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka dia

senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.

9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama

manusia. Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena

itu, hubungan dengan orang disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia

juga tidak dapat dipisahkan dari lingkungan alamnya sebagai tempat

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

hidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban untuk

menjaga dan melestarikan alam ini.

10. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-

nilai religius. Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan

sering berkumpul dengan orang yang beriman akan mampu

meningkatkan iman orang tersebut.

Pasien atau orang yang sedang sakit harus diperhatikan kebutuhan

spiritualnya. Karena orang yang sakit dalam agama islam harus tetap

memenuhi kewwajibanya untuk beribadah, terutama ibadah sholat 5 waktu.

Orang yang sakit tetap wajib sholat diwaktunya dan melaksanakannya

menurut kemampuannya, sebagaimana diperintahkan Allah Ta’ala dalam

firman-Nya:

ما استطعتم فاتقوا هللا

Artinya:

Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. (Qs. At-Taghâbûn/ 64:16)

Kemudian hadis Nabi Muhammad SAW riwayat Bukhari sebagai

berikut:

تستطع فعلى جنب صل قائما فإن لم تستطع فقاعدا فإن لم

Artinya:

Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah (HR al-Bukhari no. 1117).

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

3. Pola Normal Spiritual

Dimensi spiritual adalah sesuatu yang terintegrasi dan berhubungan

dengan dimensi yang lain dalam diri seorang individu. Spiritualitas

mewakili totalitas keberadaan seseorang dan berfungsi sebagai perspektif

pendorong yang menyatukan berbagai aspek individual. Dimensi spiritual

merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien.

Keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan

personal individu. Keyakinan tersebut diketahui sebagai suatu faktor yang

kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik (Hamid, 2000).

Oleh karena itu, menjadi suatu hal penting bagi perawat untuk

meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan

asuhan spiritual dengan baik kepada pasien. Setiap individu memiliki

definisi dan konsep yang berbeda mengenai spiritualitas. Kata-kata yang

digunakan untuk menjabarkan spiritualitas termasuk makna, transenden,

harapan, cinta, kualitas, hubungan, dan eksistensi (Potter & Perry, 2005).

Setiap individu memiliki pemahaman tersendiri mengenai

spiritualitas karena masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda

mengenai hal tersebur. Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas

dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup seseorang,

serta persepsi mereka tentang hidup dan kehidupan. Pengaruh tersebut

nantinya dapat mengubah pandangan seseorang mengenai konsep

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

spiritulitas dalam dirinya sesuai dengan pemahaman yang ia miliki dan

keyakinan yang ia pegang teguh (Hawari, 2002).

Konsep spiritual memiliki arti yang berbeda dengan konsep

religius. Banyak perawat dalam praktiknya tidak dapat membedakan kedua

konsep tersebut karena menemui kesulitan dalam memahami keduanya.

Kedua hal tersebut memang sering digunakan secara bersamaan dan saling

berhubungan satu sama lain. Konsep religius biasanya berkaitan dengan

pelaksanaan suatu kegiatan atau proses melakukan suatu tindakan. Konsep

religius merupakan suatu sistem penyatuan yang spesifik mengenai praktik

yang berkaitan bentuk ibadah tertentu. Emblen dalam Potter dan Perry

mendefinisikan religi sebagai suatu sistem keyakinan dan ibadah

terorganisasi yang dipraktikan seseorang secara jelas menunjukkan

spiritualitas mereka (Hawari, 2002)

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa religi

adalah proses pelaksanaan suatu kegiatan ibadah yang berkaitan dengan

keyakinan tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk

menunjukkan spiritualitas diri mereka. Sedangkan spiritual memiliki

konsep yang lebih umum mengenai keyakinan seseorang. Terlepas dari

prosesi ibadah yang dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan

tersebut (Hawari, 2002)

Konsep spiritual berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan

kepercayaan seseorang. Kepercayaan itu sendiri memiliki cakupan mulai

dari atheisme (penolakan terhadap keberadaan Tuhan) hingga agnotisme

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

(percaya bahwa Tuhan ada dan selalu mengawasi) atau theism (Keyakinan

akan Tuhan dalam bentuk personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam

Kristen dan Islam. Keyakinan merupakan hal yang lebih dalam dari suatu

kepercayaan seorang individu. Keyakinan mendasari seseorang untuk

bertindak atau berpikir sesuai dengan kepercayaan yang ia ikuti (Hawari,

2004).

Keyakinan dan kepercayaan akan Tuhan biasanya dikaitkan dengan

istilah agama. Di dunia ini, banyak agama yang dianut oleh masyarakat

sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Tiap

agama yang ada di dunia memiliki karakteristik yang berbeda mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan sesuai dengan

prinsip yang mereka pegang teguh. Keyakinan tersebut juga mempengaruhi

seorang individu untuk menilai sesuatu yang ada sesuai dengan makna dan

filosofi yang diyakininya. Sebagai contoh, persepsi seorang Muslim

mengenai perawatan kesehatan dan respon penyakit tentunya berbeda

dengan persepsi seorang Budhis. Semua itu tergantung konsep spiritual

yang dipahami sesuai dengan keyakinan dan keimanan seorang individu.

Konsep spiritual yang dianut atau dipahami oleh seorang pasien dapat

mempengaruhi cara pandang pasien mengenai segala sesuatunya, tak

terkecuali dalam bidang kesehatan. Paradigma mengenai sakit, tipe-tipe

pengobatan yang dilakukan, persepsi mengenai kehidupan dan makna yang

terkandung di dalamnya adalah contoh penerapan konsep spiritual secara

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

normal pada diri seorang individu. Ada beberapa agama yang menerapkan

pola normal spiritualnya dengan cara:

a. Beberapa orang menjadi spiritual setelah usia 40 tahun. Pada satu

tingkat pergi ke kuil, menghadiri wacana-wacana dan membaca buku-

buku atau kitab-kitab dianggap sangat spiritual.

b. Tingkat kedua orang memiliki seorang guru mengikuti tradisi maka

mereka memiliki sadhana. Ini adalah zaman baru modern gaya.

c. Ada tingkat ketiga orang yang mempunyai dewa dan mereka upsana.

Beberapa praktik seni seperti astrologi atau obat atau tari atau musik

dan kemudian mereka menggunakan waktu luang ada dalam sadhana

spiritual.

d. Beberapa orang menghadiri Bhajan dan kemudian melakukan

pelayanan sosial yang juga baik seperi pelayanan kesehatan.

4. Pola Normal Spiritual

Pola normal spiritual sangat erat hubungannya dengan kesehatan,

karena dari pola tersebut dapat menciptakan suatu bentuk perilaku adaptif

ataupun maladaptif berhubungan dengan penerimaan kondisi diri. Dimensi

spiritual merupakan dimensi yang sangat penting diperhatikan oleh perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua pasien. Carson

(2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat

penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut dikatakannya

bahwa keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat

(powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik, yang tidak dapat

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

diukur. Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam penyembuhan dan

pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk meningkatkan

pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan

spiritual dengan baik kepada semua pasien.

5. Perkembangan Aspek Spiritual

Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi

semua kebutuhan manusia termasuk juga kebutuhan spiritual pasien.

Berbagai cara dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien mulai

dari pemenuhan makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi

pasien untuk mengekspresikan agama dan keyakinannya. Pemenuhan aspek

spiritual pada pasien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi

manusia yang harus dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut

yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dimensi-

dimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling berinterksi,

interrelasi, dan interdepensi, sehingga adanya gangguan pada suatu dimensi

dapat mengganggu dimensi lainnya (Carson, 2002)

Perawat harus mengetahui tahap perkembangan spiritual dari

manusia, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan

tepat dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Tahap

perkembangan pasien dimulai dari lahir sampai pasien meninggal dunia.

Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan

mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, dewasa

muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

tanpa memandang aspek tumbuh-kembang manusia proses perkembangan

aspek spiritual dilhat dari kemampuan kognitifnya dimulai dari pengenalan,

internalisasi, peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi.

Namun, berikut akan dibahas pula perkembangan aspek spiritual

berdasarkan tumbuh-kembang manusia (Carson, 2002).

Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting untuk

diperhatikan. Manusia sebagai pasien dalam keperawatan anak adalah

individu yang berusia antara 0-18 bulan, yang sedang dalam proses tumbuh

kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis,

sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak adalah

individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungan,

artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri (Larson, 2009).

Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa

perkembangan bayi. Hamid (2000) menjelaskan bahwa perkembangan

spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya.

Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti spiritual.

Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari terbentuknya

perkembangan spiritual yang baik pada bayi. Oleh karena itu, perawat

dapat menjalin kerjasama dengan orang tua bayi tersebut untuk membantu

pembentukan nilai-nilai spiritual pada bayi.

Dimensi spiritual mulai menunjukkan perkembangan pada masa

kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun). Anak sudah mengalami peningkatan

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal yang baik

dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap

perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk

berpendapat dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka merasa

tinggal dengan aman. Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai

dari kebiasaan yang sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan

berdoa sebelum makan, atau cara anak memberi salam dalam kehidupan

sehari-hari. Anak akan lebih merasa senang jika menerima pengalaman-

pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual (Hamid, 2000).

Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun)

berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.

Anak usia pra sekolah mulai memahami kebutuhan sosial, norma, dan

harapan, serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga. Anak tidak

hanya membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi membandingkan

norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga lain. Kebutuhan

anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang mendasar

tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan karena

anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima

penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan

membedakan Tuhan dan orang tuanya (Hamid, 2000).

Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami

peningkatan kualitas kognitif pada anak. Anak usia sekolah (6-12 tahun)

berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

abstrak untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama

mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak

dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua

dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual mereka

(Hamid, 2000).

Remaja (12-18 tahun). Pada tahap ini individu sudah mengerti akan

arti dan tujuan hidup, Menggunakan pengetahuan misalnya untuk

mengambil keputusan saat ini dan yang akan datang. Kepercayaan

berkembang dengan mencoba dalam hidup. Remaja menguji nilai dan

kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau menerimanya.

Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan perilaku dan role

model yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok

paling tinggi perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil

dari orang lain biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka

protes dan memberontak saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap

paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak

untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja

(Hamid, 2000).

Dewasa muda (18-25 tahun). Pada tahap ini individu menjalani

proses perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual,

memikirkan untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari

saaat kanak-kanak dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka

sendiri. Spiritual bukan merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

lebih banyak memudahkan hidup walaupun mereka tidak memungkiri

bahwa mereka sudah dewasa (Hamid, 2000).

Dewasa pertengahan (25-38 tahun). Dewasa pertenghan merupakan

tahap perkembangan spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep

yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama

dan etik sebagai dasar dari sistem nilai. Mereka sudah merencanakan

kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan

dan nilai spiritual (Hamid, 2000).

Dewasa akhir (38-65 tahun). Periode perkembangan spiritual pada

tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi

spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain

dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan

ritual spiritual meningkat (Hamid, 2000).

Lanjut usia (65 tahun sampai kematian). Pada tahap perkembangan

ini, pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak

menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat

agama sebagai faktor yang mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna

bagi orang lain. Riset membuktikan orang yang agamanya baik,

mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia

yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa

tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut mati.

Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat

lebih mampu untuk menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

kematian disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri

(Hamid, 2000).

Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam

kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki aspek spiritual,

walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda

berdasarkan nilai dan keyaninan mereka yang mereka percaya. Setiap fase

dari tahap perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau

pengalaman spiritual yang berbeda (Hamid, 2000).

B. Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 bahwa Perawat

adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan

tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh

melalui pendidikan keperawatan. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan

fungsi pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan, praktek keperawatan,

pengelolaan institusi keperawatan, pendidikan pasien (individu, keluarga dan

masyarakat) serta kegiatan penelitian dibidang keperawatan (Gaffar, 1999).

Dalam hal ini pasien dianggap sebagai tokoh utama (central figure) dan

menyadari bahwa tim kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh

utama tadi. Usaha perawat menjadi sia-sia bila pasien tidak mengerti, tidak

menerima atau menolak atas asuhan keperawatan, karenanya jangan sampai

muncul pasien tergantung pada perawat/tim kesehatan. Jadi pada dasarnya

tanggung jawab seorang perawat adalah menolong pasien dalam membantu

pasien dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan

tanpa bantuan.

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

Perawat dapat melakukan beberapa hal yang dapat membantu

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasien, diantaranya : Menciptakan

rasa kekeluargaan dengan pasien, berusaha mengerti maksud pasien, berusaha

untuk selalu peka terhadap ekspresi non verbal, berusaha mendorong pasien

untuk mengekspresikan perasaannya, berusaha mengenal dan menghargai

pasien.

Mengingat perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten

selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien, sehingga dia sangat 22

berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Menurut

Andrew dan Boyle (2002) pemenuhan kebutuhan spiritual memerlukan

hubungan interpersonal, oleh karena itu perawat sebagai satu-satunya petugas

kesehatan yang berinteraksi dengan pasien selama 24 jam maka perawat

adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.

Kebutuhan spiritual pasien sering ditemui oleh perawat dalam

menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan atau asuahn keperawatan.

Hal ini perawat menjadi contoh peran spiritual bagi pasienya. Perawat harus

mempunyai pegangan tentang keyakianan spiritual yang memenuhi

kebutuhanya untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai, dan

berhubungan serta pengampunan (Hamid, 2000).

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri

dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik,

koordinator, kolaborator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan

sebagai berikut (Hidayat, 2008):

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

1. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan

perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan keadaan dasar manusia

yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis

keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang sesuai

dengan kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat

perkembangannya.

2. Peran Sebagai Advokat Pasien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga

dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau

informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan

mempertahankan dan melindungi hak-hak pasian yang meliputi hak atas

peleyanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas

privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima

ganti rugi akibat kelalaian.

3. Peran Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang

diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah

mendapatkan pendidikan kesehatan.

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

4. Peran Koordinator

Peran ini dilaksakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuhan pasien.

5. Peran Kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalaui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fiisoterapis, ahli gizi dan lain-lain

dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan

termasuk diskusi, atau bertukar pendapat dalam bentuk pelayanan

selanjutnya.

6. Peran Konsultan

Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi

terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.

Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi tentang

tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

7. Peran Pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai

dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan

bagian dari peran dan fungsi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.

Untuk itu diperlukan sebuah metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

keperawatan, yang dilakukan secara sitematis yaitu dengan pendekatan proses

keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi (Hamid, 2000). Berikut ini akan

diuraikan mengenai proses keperawatan pada aspek spiritual (Hamid, 2000):

1. Pengkajian

Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu

dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek

spiritual memerlukan hubungan interpersonal yang baik dengan pasien.

Oleh karena itu pengkajian sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat

membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau dengan orang terdekat

dengan pasien, atau perawat telah merasa nyaman untuk membicarakannya.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual

menurut North American Nursing Diagnosis Association adalah distres

spiritual (Nanda, 2006). Pengertian dari distres spiritual adalah kerusakan

kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup

seseorang dihubungkan dengan din, orang lain, seni, musik, literature,

alam, atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Nanda, 2006).

Menurut North American Nursing Diagnosis Association (Nanda,

2006) batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan distres spiritual

adalah 1) berhubungan dengan diri, meliputi; pertama mengekspresikan

kurang dalam harapan, arti dan tujuan hidup, kedamaian, penerimaan,

cinta, memaafkan diri, dan keberanian. Kedua marah, ketiga rasa bersalah,

dan keempat koping buruk. 2) Berhubungan dengan orang lain, meliputi;

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

menolak berinteraksi dengan pemimpin agama, menolak berinteraksi

dengan teman dan keluarga, mengungkapkan terpisah dari sistem

dukungan, mengekspresikan terasing. 3) Berhubungan dengan seni, musik,

literatur dan alam, meliputi; tidak mampu mengekspresikan kondisi kreatif

(bernyanyi, mendengar / menulis musik), tidak ada ketertarikan kepada

alam, dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama. 4) Berhubungan

dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi; tidak mampu ibadah,

tidak mampu berpartisipasi dalam aktifitas agama, mengekspresikan

ditinggalkan atau marah kepada Tuhan, tidak mampu untuk mengalami

transenden, meminta untuk bertemu pemimpin agama, perubahan

mendadak dalam praktek keagamaan, tidak mampu introspeksi dan

mengalami penderitaan tanpa harapan.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association (Nanda,

2006) faktor yang berhubungan dari diagnosa keperawatan distress spiritual

adalah; mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan sosial, cemas,

deprivasi/kurang sosiokultural, kematian dan sekarat diri atau orang lain,

nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis diri atau orang lain.

3. Perencanaan

Setelah diagnosa keperawatan dan faktor yang berhubungan

teridentifikasi, selanjutnya perawat dan pasien menyusun kriteria hasil dan

rencana intervensi. Tujuan asuhan keperawatan pada pasien dengan distres

spiritual difokuskan pada menciptakan lingkungan yang mendukung

praktek keagamaan dan kepercayaan yang biasanya dilakukan. Tujuan

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

ditetapkan secara individual dengan mempertimbangkan riwayat pasien,

area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta data objektif yang relevan.

Menurut (Kozier, 2004) perencanaan pada pasien dengan distres

spiritual dirancang untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien dengan: 1)

membantu pasien memenuhi kewajiban agamanya, 2) membantu pasien

menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan cara yang lebih efektif

untuk mengatasi situasi yang sedang dialami, 3) membantu pasien

mempertahankan atau membina hubungan personal yang dinamik dengan

Maha Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang kurang

menyenangkan, 4) membantu pasien mencari arti keberadaannya dan

situasi yang sedang dihadapinya, 5) meningkatkan perasaan penuh harapan,

dan 6) memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan.

4. Implementasi

Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi

dengan melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai

berikut : 1) periksa keyakinan spiritual pribadi perawat, 2) fokuskan

perhatian pada persepsi pasien terhadap kebutuhan spiritualnya, 3) jangan

beranggapan pasien tidak mempunyai kebutuhan spiritual, 4) mengetahui

pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien, 5) berespon secara

singkat, spesifik, dan aktual, 6) mendengarkan secara aktif dan

menunjukkan empati yang berarti menghayati masalah pasien, dan

7) membantu memfasilitasi pasien agar dapat memenuhi kewajiban agama,

8) memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di rumah sakit. Pada

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

tahap implementasi ini, perawat juga harus memperhatikan 10 butir

kebutuhan dasar spiritual manusia seperti yang disampaikan oleh Clinebell

(Hawari, 2002) yang meliputi: 1) kebutuhan akan kepercayaan dasar, 2)

kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, 3) kebutuhan akan komitmen

peribadatan dan hubungannya dengan keseharian, 4) kebutuhan akan

pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan

Tuhan, 5) kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa, 6) kebutuhan

akan penerimaan diri dan harga diri, 7) kebutuhan akan rasa aman terjamin

dan keselamatan terhadap harapan masa depan, 8) kebutuhan akan

dicapainya derajat dan martabat yang makin. tinggi sebagai pribadl yang

utuh, 9) kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama

manusia, 10) kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan

nilai-nilaireligius.

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

5. Evaluasi

Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang

ditetapkan pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data

terkait dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan

keperawatan tercapai apabila secara umum pasien : 1) mampu beristirahat

dengan tenang, 2) mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan

Tuhan, 3) menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan

pemuka agama, 4) mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan

keberadaannya, dan 5) menunjukkan afek positif, tanpa rasa bersalah dan

kecemasan.

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

C. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Diadopsi dari Hawari (2002), Kozier (2004) dan Carson (2002)

D. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Penerapan aspek spiritualitas perawat

Pemenuhan kebutuhan spiritual

pada pasien

Variabel bebas Variabel terikat

Aspek Spiritualitas

Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien

1. Arti dan tujuan hidup

2. Perasaan misteri 3. Pengabdian 4. Rasa percaya 5. Harapan

Perawat

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/Aida Istikharoh BAB II.pdf · menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan

penerapan aspek spiritualitas perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual

pada pasien rawat inap IRNA I RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo”.

Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013