distress spiritual isi

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup yang berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distress spiritual merubuan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasien dalam menerima kenyataan yang terjadi. Bagi individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan gempa di propinsi NAD dn Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan – permasalahan dari kejadian tersebut akan menimbulkan pertanyaan bagi pasien tentang apa yang telah dilakukan atau apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Pasien terkadang ragu, bimbang atau antipati dengan spiritual atau agama yang dianutnya. Menurut Rousseau (2003) distress spiritual harus pula diperhatikan atau dipertimbangkan bila pasien mengeluhkan gejala – gejala fisik dan tidak berespons terhadap intervensi yang efektif. 1.2 Rumusan masalah Distress Spiritual| 1

Upload: laeliyah

Post on 08-Dec-2014

105 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Distress Spiritual Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup

yang berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distress spiritual

merubuan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik

maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasien

dalam menerima kenyataan yang terjadi.

Bagi individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan gempa di

propinsi NAD dn Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan – permasalahan

dari kejadian tersebut akan menimbulkan pertanyaan bagi pasien tentang apa yang

telah dilakukan atau apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Pasien

terkadang ragu, bimbang atau antipati dengan spiritual atau agama yang

dianutnya. Menurut Rousseau (2003) distress spiritual harus pula diperhatikan

atau dipertimbangkan bila pasien mengeluhkan gejala – gejala fisik dan tidak

berespons terhadap intervensi yang efektif.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan Distress spiritual?

2. Bagaimana karakteristik Distress spiritual?

3. Apa saja etiologi dari Distress spiritual?

4. Bagaimana patofisiologi Distress spiritual?

5. Bagaimana strategi pelaksanaan Distress spiritual?

6. Apa saja terapi aktivitas Distress spiritual?

Distress Spiritual| 1

Page 2: Distress Spiritual Isi

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang Distress spiritual.

2. Untuk mengetahui karakteristik Distress spiritual.

3. Untuk mengetahui etiologi dari Distress spiritual.

4. Untuk memahami patofisiologi Distress spiritual.

5. Untuk memahami strategi pelaksanaan Distress spiritual.

6. Untuk mengetahui terapi aktivitas Distress spiritual.

Distress Spiritual| 2

Page 3: Distress Spiritual Isi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Distress Spiritual

Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-

prinsip kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkan

gangguan pada aktivitas spiritual, yang merubuan akibat dari masalah -

masalah fisik atau psikososial yang dialami. (Dochterman, 2004: 120).

Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan

mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni,

musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Nanda,

2005).

Distress spiritual adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi aspek

dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis seseorang.

(Wilkinson, Judith M., 2007: 490).

Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah

kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.

2.2 Karakteristik

Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :

1. Hubungan dengan diri

a. Ungkapan kekurangan

1) Harapan

2) Arti dan tujuan hidup

3) Perdamaian/ketenangan

b. Penerimaan

c. Cinta

d. Memaafkan diri sendiri

e. Keberanian

Distress Spiritual| 3

Page 4: Distress Spiritual Isi

1) Marah

2) Kesalahan

3) Koping yang buruk

2. Hubungan dengan orang lain

a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama

b. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga

c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung

d. Mengungkapkan pengasingan diri

3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam

a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,

mendengarkan musik, menulis)

b. Tidak tertarik dengan alam

c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya

a. Ketidakmampuan untuk berdo’a

b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan

c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan

d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama

e. Tiba-tiba berubah praktik agama

f. Ketidakmampuan untuk introspeksi

g. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita

Distress Spiritual| 4

Page 5: Distress Spiritual Isi

2.3 Etiologi

Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :

a. Pengkajian Fisik Abuse

b. Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah,

kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah,

dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).

c. Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahami keyakinan

klien (Spencer, 1998).

1. Faktor Predisposisi

Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif

seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses

interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan

spiritual seseorang.

Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,

pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik,

pengalaman sosial, tingkatan sosial.

2. Faktor Presipitasi

a. Kejadian Stresfull

Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena

perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat

karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri

sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.

b. Ketegangan Hidup

Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya

distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan,

Distress Spiritual| 5

Page 6: Distress Spiritual Isi

perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik

dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.

2.4 Patofisiologi

Berhubungan dengan tantangan pada sistem keyakinan atau perpisahan

dari ikatan spiritual sekunder akibat : kehilangan bagian atau fungsi tubuh,

penyakit terminal, penyakit yang membuat kondisi lemah, nyeri, trauma,

keguguran, kelahiran, dan mati.

2.5 Strategi Pelaksanaan Distress Spiritual

Tindakan Psikoterapeutik

1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah

agar pasien:

a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.

c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.

d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit

atau perubahan spiritual dalam kehidupan.

e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.

f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

2. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.

c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap

spiritual yang diyakininya.

d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual

dalam kehidupan.

e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama

yang dianut oleh pasien.

Distress Spiritual| 6

Page 7: Distress Spiritual Isi

f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain

g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah

atau kegiatan spiritual lainnya.

Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab

gangguan spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan

dan pikiran akan terhadap spiritual yang diyakininya, bantu klien

mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam

kehidupan.

a. Orientasi

Perawat : Assalamualaikum pak, nama saya suster Lily Puspita Rini saya

dipanggil Lily, Nama bapak siapa?

Pasien : Iya suster, nama saya Anton.

Perawat : Bapak suka dipanggil apa?

Pasien : Panggil saja saya Anton.

Perawat : Oh, baik. Saya dari Politeknik Kesehatan Depkes Tasikmalaya

Program Studi Keperawatan Cirebon yang akan merawat bapak

selama 2 minggu di sini. Bagaimana perasaan bapak pagi ini.

Pasien : Saya sedang sedih suster.

Perawat : Bagaimana kalau kita berbicara tentang masalah - masalah yang

bapak alami, kita ngobrol selama 30 menit ya? Dimana menurut

bapak tempat yang cocok untuk kita ngobrol?

Pasien : Di bawah pohon rindang saja suster.

Perawat : Oh disana? Mari pak kalau begitu.

b. Kerja

Perawat : Apa masalah yang bapak rasakan saat ini?

Pasien : Saya marah sama tuhan, saya tidak mau shalat dan tidak mau

mengaji lagi. Saya merasa tidak berguna lagi.

Distress Spiritual| 7

Page 8: Distress Spiritual Isi

Perawat : Coba bapak sampaikan apa yang menyebabkan bapak tidak sholat

dan mengaji seperti dulu?

Pasien : Semenjak musibah tsunami itu saya kehilangan pekerjaan dan

harta saya suster.

Perawat : Oh, ya! selain itu faKtor apa lagi yang menyebabkan bapak tidak

sholat dan mengaji.

Pasien : Sekarang saya merasa sudah tidak berguna lagi.

Perawat : Coba bapak sampaikan pendapat bapak tentang agama atau

keyakinan yang bapak anut selama ini?

Pasien : Agama yang saya anut adalah agama yang membawa kedamaian.

Perawat : Menurut bapak, apakah agama yang bapak anut bisa membawa

kedamaian dan ketenangan dalam kehidupan bapak saat ini?

Pasien : Saya merasa ini tidak seperti yang saya yakini.

Perawat : Apakah hal tersebut yang mempengaruhi bapak sehingga kurang

aktif melakukan sholat dan mengaji?

Pasien : Iya suster.

Perawat : Apa saja kegiatan ibadah yang bapak jalankan?

Pasien : Shalat, shalawat dan zikir, suster.

Perawat : Yang mana kira-kira yang ingin bapak jalankan?

Pasien : Shalawat dan zikir, suster.

Perawat : Mari bapak coba misalnya sholawat atau zikir.

Pasien : Shalatullah salaamullah ‘alatoha rasulillah, salaatullah salamullah

‘alaa yasiin habibillah.

Perawat : Bagus sekali! Bagaimana perasaan bapak setelah mencoba?

Pasien : Saya merasa tenang, suster.

Perawat : Apa keuntungan giat beribadah yang pernah bapak rasakan?

Pasien : Saya merasa tenang, suster.

Perawat : Betul sekali, setelah beribadah kita merasa tenang.

c. Terminasi

Perawat : Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang – bincang?

Pasien : Saya merasa lebih lega, suster.

Distress Spiritual| 8

Page 9: Distress Spiritual Isi

Perawat : Tampaknya bapak semangat menjawab pertanyaan suster ya?

Pasien : Iya suster.

Perawat : Coba bapak ulangi apa yang sudah kita diskusikan bersama -

sama hari ini!

Pasien : Saya merasa tidak maksimal beribadah dan tadi saya sudah

mencoba bershalawat, suster.

Perawat : Bagus sekali, jadi bapak sudah tahu penyebab masalah bapak ya?

Selain itu bapak juga telah mengungkapkan perasaan dan pikiran

bapak tentang agama dan tahu kegiatan yang bapak bisa lakukan.

Pasien : Iya suster.

Perawat : Nah sekarang ibadah mana yang bapak coba lakukan? Jangan lupa

ya pak!

Pasien : Iya suster.

Perawat : Besok lagi kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatan

ibadah yang bapak lakukan serta belajar cara ibadah lain.

Pasien : Iya suster.

Perawat : Sampai jumpa bapak, Assalamualaikum!

Pasien : Waalaikumsalam.

Sp. 2-P : Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau

agama yang dianut oleh pasien, fasilitasi klien untuk menjalankan

ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta

dalam kegiatan keagamaan.

a. Orientasi

Perawat : Assalamualaikum, bapak bagaimana keadaan dan perasaan bapak

saat ini? Sudah dicoba melakukan ibadah?

Pasien : Baik suster, sudah.

Perawat : Bagaimana perasaan bapak setelah mencoba?

Pasien : Lebih tenang.

Distress Spiritual| 9

Page 10: Distress Spiritual Isi

Perawat : Hari ini kita akan mendiskusikan tentang persiapan alat-alat sholat

dan cara-cara menjalankan sholat baik sendiri maupun berjamaah.

Bagaimana kalau kita ngobrol selama 30 menit. Dimana bapak mau

ngobrol? Atau bagaimana kalau disini saja?

Pasien : Iya suster boleh.

b. Kerja

Perawat : Pak, sepengetahuan bapak, apa saja persiapaan sholat, baik alat

maupun diri kita?

Pasien : Pakai sarung, kopiah, dan sajadah.

Perawat : Bagus sekali! Menyiapkan kopiah, sajadah dan sarung dan

sebelum sholat bapa harus mandi dulu dan berwudlu.

Pasien : iya.

Perawat : Coba bapak sebutkan sholat lima waktu dalam sehari?

Pasien : Subuh, dzuhur, ashar, magrib, isya.

Perawat : Sholat subuh jam berapa? Bagaimana ucapannya?

Pasien : jam 4.30 wib. Ussholli fardossubkhi rok’ataini mustaqbilal kiblati

fadollillah hita’ala.

Perawat : Bagus sekali, Selain itu, bapak dapat melakukan sholat

berjamaah?

Pasien : Dulu sering tapi sekarang tidak pernah.

c. Terminasi

Perawat : Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi tentang cara-cara

mempersiapkan alat sholat dan mengerjakan sholat.

Pasien : Lebih tenang dan legah sekarang suster.

Perawat : Berapa kali sehari bapak mencoba? Mari kita buat jadwalnya,

kalau sudah dilakukan beri tanda ya!

Pasien : 3x sehari dzuhur, ashar dan magrib saja suster.

Perawat : Besok saya akan datang untuk mendiskusikan tentang perasaan

bapak dalam melakuakn sholat serta membahas kegiatan ibadah

yang lainnya.

Pasien : Iya suster terimakasih.

Distress Spiritual| 10

Page 11: Distress Spiritual Isi

Perawat : Kalau begitu saya permisi dulu. Sampai jumpa besok.

Assalamualaikum.

Pasien : Wa’alaikum salam.

Sp. 1-K : Bantu keluarga mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam

merawat pasien, bantu keluarga untuk mengetahui proses terjadinya

masalah spiritual yang dihadapi.

a. Orientasi

Perawat : Assalamualaikum, bu. Bagaimana keadaan keluarga ibu hari ini?

Ibu : Wa’alaikum salam. Alhamdulilah baik suster.

Perawat : Hari ini kita akan mendiskusikan tentang masalah yang ibu hadapi

dalam merawat atau membantu anak ibu, selama 30 menit. Disini

saja yah bu!

Ibu : Iya suster silakan.

b. Kerja

Perawat : Bu, menurut ibu apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat atau

membantu anak ibu?

Ibu : Iya suster, anak saya jadi malas sholat dan tidak mau mengikuti

pengajian. Pada hal dia sangatlah rajin beribadah sebelumnya.

Pewat : Apakah hal tersebut terjadi setelah gempa atau akibat tsunami

yang lalu. Oh, jadi masalah yang ibu hadapi adalah susah

memberitahu dan mengajak dia untuk sholat lima waktu ya?

Ibu : Benar suster. Sekarang dia susah banget untuk di ajak sholat

semenjak kejadian stunami itu.

Perawat : Bagaimana dengan kegiatan keagamaan lainnya, apakah anak ibu

mau melakukannya?

Ibu : Tidak suster, dia males malesan saja di rumah. Diemm saja

Perawat : Jadi ibu kewalahan menasehati agar dapat melakukan ibadah dan

ini terjadi sesudah tsunami.

Ibu : Iya, saya sudah angkat tangan menyuruh dia untuk sholat.

Distress Spiritual| 11

Page 12: Distress Spiritual Isi

Perawat : Ibu, biasanya kalau ada kejadian bencana seperti gempa tsunami,

kadang seseorang akan mengalami kejadian seperti itu anak ibu

tersebut. Oleh karena itu mari saya bantu ibu untuk bersama-sama

dan merawat anak ibu ya.

Ibu : Iya suster. Apa yang harus saya lakukan?

Perawat : Bu cara untuk membantu anak ibu yang malas sholat adalah

dengan selalu mengingatkan, mengajak atau memberi contoh solat

pada waktu sholat telah tiba. Selain itu ibu menyiapkan

perlengkapan sholat untuk anak ibu misalnya kopiah, sarung dan

sajadah. Lalu bu bersama-sama satu keluarga melakukan sholat

berjamah ya? Jangan lupa mengajak anak-anak untuk bersama-

sama sholat berjamaah. Bila perlu ajak anak ibu untuk menjadi

imam.

Ibu : Oh, begitu yah suster. Ings’allah saya akan melakukannya.

Perawat : Iya bu. Setelah sholat ibu ajak anak ibu untuk berdoa semoga

diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi masalah akibat

adanya bencana alam yang dialami tersebut.

Ibu : Iyah suster

Perawat : Jangan lupa, agar ibu mengigatkan anak ibu untuk sholat Jum’at

berjamaah di masjid bersama warga lainnya. Ya bu yah?

Ibu : Siap suster.

Perawat : Kemudian, ibu jangan segan-segan untuk meminta nasehat dan

bantuan kepada ustadz setempat. Saya yakin mereka akan dengan

senang hati membantu ibu dan terutama memberi nasehat

keagamaan kepada anak ibu.

Ibu : Iya suster

Perawat : Sudah bisa mengerti cara merawat dan membantu anak ibu yang

mengalami masalah tersebut. Dengan demikian, ibu bisa membantu

agar dia aktif dan rajin sholat lima waktu serta mengikuti

pengajian, ya kan bu?

Ibu : Terimakasih suster atas nasehat ya.

Distress Spiritual| 12

Page 13: Distress Spiritual Isi

c. Terminasi

Perawat : Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi tentang masalah-

masalah yang ibu hadapi dalam merawat anak ibu?

Ibu : Lebih tenang suster dan semangat untuk mengajak anak saya

sholat lima waktu.

Perawat : Bisa ulangi kembali apa saja cara untuk masalah yang ibu hadapi

dalam merawat anak ibu tersebut?

Ibu : Dengan cara menasehati, mengajak dan selalu mengigatkan untuk

selalu beribadah suster.

Perawat : Bagus sekali bu, ibu sudah mengetahui semua permasalahan yang

terjadi ya?

Ibu : Iya suster.

Perawat : Kalau begitu saya pamit dulu. Assalamualaikum.

Ibu : Terimakasih bayak suster atas bantuannya. Wa’alaikum salam.

2.6 Terapi aktifitas

A. Psikofarmako

1. Memberikan obat - obatan sesuai program pengobatan pasien.

Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.

Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas

abuah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima.

2. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.

3. Mengukur vital sign secara periodik.

B. Manipulasi Lingkungan

1. Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.

2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.

3. Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.

Distress Spiritual| 13

Page 14: Distress Spiritual Isi

2.7 Evaluasi

A. Kemampuan Pasien

1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.

2. Pasien mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.

3. Pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang

diyakininya.

4. Pasien mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau

penyakit atau perubahan spiritual dalam kehidupan.

5. Pasien aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.

6. Pasien ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

B. Kemampuan Keluarga

1. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien dengan

masalah spiritual.

2. Mengetahui proses terjadinya masalah spiritual yang dihadapi oleh pasien.

3. Mengetahui tentang cara merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah spiritual.

4. Melakukan rujukan pada tokoh agama apabila diperlukan.

C. Kemampuan Perawat

1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.

2. Mampu membantu pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan

pikiran tentang gangguan spiritual.

3. Mampu membantu pasien dan keluarga mengembangkan skill untuk

mengatasi masalah atau perubahan spiritual.

4. Mampu membantu pasien dalam melakukan kegiatan spiritual atau

keagamaan serta aktif dalam kegiatan sosial keagamaan.

5. Memberikan reinforcement bila keluarga melakukan hal – hal yang positif.

Distress Spiritual| 14

Page 15: Distress Spiritual Isi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-

prinsip kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkan

gangguan pada aktivitas spiritual, yang merubuan akibat dari masalah -

masalah fisik atau psikososial yang dialami.

Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga,

teman dan tokoh masyarakat (ustadz) untuk membantu dalam mendukung

proses penyembuhan klien yang mengalami distress spiritual selain obat yang

di berikan di rumah sakit.

3.2 Saran

a. Melakukan pengkajian pada pasien distress spiritual.

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien distress spiritual.

c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan distress spiritual.

d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan distress

spiritual.

e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien

dengan distress spiritual.

f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan distress

spiritual.

Distress Spiritual| 15