bab ii tinjauan pustaka a. diare pada bayi usia 1-12...

14

Click here to load reader

Upload: ngonhu

Post on 06-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan

1. Pengertian Diare

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah

dalam faeces (Ngastiyah, 2000). Diare adalah buang air besar (defekasi)

dengan jumlah tindakan yang lebih banyak dari biasanya yang disertai

frekuensi defekasi meningkat (Arief Mansjoer, 2000).

Diare adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah

atau lendir. Adapun menurut (Richard, 2003) Diare adalah suatu

peningkatan frekuensi, keenceran dan volume tinja serta diduga selama 3

tahun pertama kehidupan, seorang anak akan mengalami 1 – 3x episode

akut diare berat.

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang

abnormal lebih dari 3 kali serta perubahan dalam isi konsistensinya

(Burnner & Suddarth, 2002).

2. Penyebab Diare

Diare adalah penyakit yang disertai dengan perubahan benyuk dan

konsistensi tinja yang melembek samapi mencair dengan frekuensi lebih

dari tiga kali dalam sehari (Arief Mansjoer, 2000). Diare dapat disebabkan

oleh factor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi) makanan,

dan faktor psikologis yaitu (Widjaja, 2001) :

a. Faktor Infeksi

Infeksi bakteri oleh kuman E. coli, Salmonella, Vibrio cholerae

(kolera) yang berlebihan, infeksi basil, keracunan makanan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

7

b. Faktor Malabsorpsi

Malabsorpsi karbohidrat terjadi pada bayi yang mengkonsumsi

susu formula yang menyebabkan diare yang berupa diare berat, tinja

berbau asam, sakit didaerah perut. Malabsorpsi lemak atau triglyserida,

dimana jika terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul

karena lemak tidak terserap dengan baik.

c. Faktor Makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang

tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan

kurang matang.

d. Faktor Psikologis

Rasa takut, cemas, tegang pada anak balita dapat menyebabkan

diare kronis.

3. Jenis Diare

a. Diare akut

Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi

gejalanya dapat berat. Penyebabnya sebagai berikut :

1) Gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk ke dalam usus halus

setelah melewati berbagai rintangan asam lambung.

2) Jasad renik yang berkembang pesat di dalam usus halus

3) Racun yang dikeluarkan oleh bakteri

4) Kelebihan cairan usus akibat racun

b. Diare kronis atau menahun

Diare kronis, kejadiannya lebih kompleks yang disebabkan oelh

faktor-faktor pada anak yaitu :

1) Gangguan bakteri, jamur, parasit

2) Malabsorpsi kalori

3) Malabsorpsi lemak

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

8

4. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala diare memiliki tanda yaitu (a) mudah cengeng,

gelisah, (b) terjadi peningkatan suhu tubuh, (c) nafsu makan berkurang, (d)

tinja encer yang kemungkinan disertai lender atau lendir darah, (e) warna

tinja kehijau-hijauan, (f) anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya

defekasi, (g) gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare, (h)

banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan

dehidrasi, (h) berat badan menurun, (i) turgor kurang,(j) mata dan ubun-

ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi), (k) selaput lendir dan mulut

serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 2000).

5. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare Pada Balita

Faktor – faktor terjadinya diare pada bayi meliputi :

1. Usia

Usia adalah lamanya keberadaan seseorang diukur dalam

satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individual normal yang

memperlihatkan derajat anatomis dan fisiologik sama. Usia adalah

lama waktu hidup atau ada (sejak dialhirkan atau diadakan) (Hoetama,

2005). Karakteristik pada ibu balita berdasarkan usia sangat

berpengaruh terhadap cara penanganan dalam mencegah terjadinya

diare pada balita.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan diinterprestasikan dengan makna untuk

mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang

senantiasa bertambah dan merupakan suatu harapan untuk dapat

mengembangkan diri agar berhasil serta untuk memperluas,

mengintensifkan ilmu pengetahuan (Supriyatno, 2001). Tingkat

pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan

memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Pendidikan yang tinggi

maka seseorang cenderung untuk mendapatkan informasi atau

pengalaman pribadi baik dari orang lain maupun media massa.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

9

3. Status Pekerjaan Ibu

Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna

dengan kejadian diare pada anak balita. Pada pekerjaan ibu atau

keaktifan ibu dalam berorganisasi sosial berpengaruh pada kejadian

diare pada balita. Dengan pekerjaan tersebut diharapkan ibu mendapat

informasi tentang pencegahan diare. Terdapat 9,3% anak balita

menderita diare pada ibu yang bekerja, sedangkan ibu yang tidak

bekerja sebanyak 12% (Irianton, 2006).

4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan indicator dalam taraf ekonomi keluarga

yang berhubungan dengan daya beli yang dimiliki keluarga.

Pendapatan berhubungan erat dengan kejadian diare. Tingkat

pendapatan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup, di mana

status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya

yang diberikan (BPS, 2005). Hal ini dapat disimpulkan bahwa

pendapatan yang meningkatkan, perbaikan sarana atau fasilitas

kesehatan serta masalah keluarga lainnya, yang berkaitan dengan

kejadian diare, hampir berlaku terhadap tingkat pertumbuhan

pendapatan.

5. Status Gizi Balita

Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

konsumsi makanan, penyimpanan dan penggunaan makanan. Status

gizidibedakan dalam status gizi buruk, kurang baik dan lebih ( Sunita,

2002). Hal ini jika balita terjadi diare akan berpengaruh juga pada

penurunan berat badan yang selanjutnya akan mempengaruhi status

gizi balita.

6. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba di mana sebagian

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

10

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran)

(Notoatmodjo, 2010).

7. Praktik cuci tangan

Melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan mengunakan

sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang

menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Tujuan

dari mencuci tangan adalah untuk menghalansi transmisi patogen-

patogen kuman dengan cepat dan efektif. Kebiasaan ibu untuk cuci

tangan makan penting dilakukan oleh ibu yang memiliki bayi, agar

penularan kuman diare tidak menyebar atau tidak terjadi, untuk itu

perlu adanya perubahan dari kebiasaan tidak mencuci tangan menjadi

mencuci tangan dapat memutuskan penularan (Nadesul, 2006).

8. Hygiene sanitasi

Hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang

mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap lingkungan kesehatan

manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh

lingkungan kesehatan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian

rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Termasuk upaya

melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia

(perorangan atau masyarakat) (Azwar, 2000).

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang

menitikberatkan pada pengawasan terhadap faktor yang mempengaruhi

derajat kesehatan manusia, lebih mengutamakan usaha pencegahan

terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga

munculnya penyakit dapat terhindari. Sanitasi lingkungan berupa

adanya jamban umum, MCK (Mandi, Cuci, Kakus), tempat sampah

(Azwar, 2000).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

11

9. Kualitas Sumber Air

Air merupakan factor yang penting untuk pemenuhan

kebutuhan vital yaitu sebagai air minum atau keperluan keluarga air

yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak

mengandung bahan beracun. Sumber air yang memenuhi syarat

sebagai air baku meski memiliki persyaratan kualitas air meliputi

jernih, tidak berwarna, tidak berbau, temperature normal, tidak

mengandung zat padatan (Rica Denis, 2010).

10. Kebersihan jamban

Dengan adanya jamban dalam rumah mempengaruhi kesehatan

lingkungan sekitar. Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi

tinja terhadap lingkungan maka tinja harus dibuang pada tempat

tertentu agar menjadi jamban yang sehat untuk daerah pedesaan harus

memenuhi persyaratan yaitu tidak mengotori permukaan air di

sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau,

mudah digunakan dan dipelihara, sederhana desainnya, murah, dapat

diterima oleh pemakainya.

B. Status Gizi

1. Pengertian status gizi

Status gizi berarti sebagai keadaan fisik seseorang atau sekelompok

orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-

ukuran gizi tertentu. Menurut (Supariasa, 2002), status gizi adalah ekspresi

dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau

perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu.

2. Penilaian status gizi

Penilaian status gizi anak balita dimaksudkan untuk mengetahui

apakah seseorang atau kelompok balita tersebut mempunyai status gizi

kurang, baik atau lebih. Penilaian status gizi anak balita tersebut bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana keseimbangan antara zat gizi yang masuk

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

12

dalam tubuh dengan zat gizi yang digunakan oleh tubuh, sehingga tercipta

kondisi fisik yang optimal. Ada berbagai cara dalam mengukur atau

menilai status gizi seseorang yaitu melalui penilaian status gizi secara

langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung (Supariasa, 2002)

yaitu :

a. Survey Konsumsi Makanan

Survey konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui

kebiasaan makanan zat gizi tingkat kelompok, rumah tangga dan

perorangan serta faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan

tersebut. Metode pengukuran konsumsi makanan berdasarkan sasaran

pengamatan atau pengguna yaitu tingkat nasional, rumah tangga dan

individual.

b. Statistik Vital

Cara untuk mengetahui keadaan gizi di suatu wilayah adalah

dengan cara menganalisis statistik kesehatan. Dengan menggunakan

statistik kesehatan dapat diperhitungkan penggunaannya sebagai

bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi

masyarakat.

c. Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil yang

saling mempengaruhi dan interaksi beberapa faktor fisik, biologi dan

lingkungan budaya. Jadi jumlah makanan dan zat-zat gizi yang tersedia

bergantung pada keadaan lingkungan seperti ikiim, tanah, irigasi,

penyimpanan, transportasi, dan tingkat ekonomi penduduk.

d. Pemeriksaan klinis

Penggunaaan pemeriksaan klinis untuk mendeteksi defisiensi

gizi yaitu dengan mendeteksi kelainan atau gangguan yang terjadi pada

kulit, rambut, mata, membran mukosa mulut, dan bagian tubuh yang

lain dapat dipakai sebagai petunjuk ada tidaknya masalah gizi kurang.

e. Biokimia

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

13

Pemeriksaan biokimia yang sering digunukan dalam penelitian

adalah tehnik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan subtansi

kimia lain dalam darah dan urine. Hasil pengukuran tersebut

dibandingkan dengan standar normal yang telah ditetapkan.

f. Biofisik

Penilaian status gizi dengan biofisik adalah melihat dan

kemampuan fungsi jaringan dan perubahan stuktur. Tes kemampuan

fungsi jaringan meliputi, kemampuan kerja dan adaptasi sikap.

Penilaian status gizi secara biofisik sangat mahal dan memerlukan

tenaga profesional.

g. Antropometri

Parameter yang digunakan pada penilaian status gizi dengan

menggunakan antropometri adalah umur, berat badan, tinggi badan,

lingkar lengan atas, lngkar kepala, dan lingkar dada. Indeks

antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah

berat badan menurut umur (BB/ U), tinggi badan menurut umur (TB/

U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/U

adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak, tulang dan

otot, indeks TB/U adalah pengukuran pertumbuhan linier, indeks

BB/TB adalah indeks untuk membedakan apakah kekurangan gizi

terjadi secara kronos atau akut.

Tabel 2.2 Klasifikasi status gizi menurut WHO-NCHS

Kategori Persen terhadap median

Gizi Buruk

Gizi Kurang

Gizi Baik

Gizi Lebih

< -3 SD

-3 SDs/d -2 SD

-2 SD s/d +2 SD

>+2 SD

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

14

3. Peran Status Gizi Pada Pencegahan Diare

Status gizi bayi dapat dipengaruhi oleh faktor risiko yang

signifikan dalam menyebabkan penyakit diare pada bayi, rendahnya status

gizi pada bayi merupakan faktor risiko yang rentan untuk menyebabkan

penyakit diare. Untuk aspek pemberian ASI eksklusif yag tidak benar

dapat berpengaruh pada kondisi status gizi, yang berdampak pada diare

pada bayi. Kurangnya aspek imunisasi memiliki risiko terkena penyakit

diare pada bayi.

4. Faktor yang mempengaruh status gizi

Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, faktor-

faktor yang mempengaruhi status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara

langsung dan tidak langsung (Supariasa, 2002), meliputi (1) Konsumsi

makanan, (2) penyakit infeksi, (3) Pola asuh gizi, (4) Jarak kelahiran yang

terlalu dekat, dimana jarak kelahiran akan mempengaruhi status gizi anak

dalam keluarga, (5) sanitasi lingkungan, dimana sanitasi lingkungan

memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang

mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya, (6) pelayanan

kesehatan yang diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi

anak sehingga terhindar dari kematian dini dan mutu fisik yang rendah, (7)

stabilitas rumah tangga, dimana berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis

dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis.

C. Praktik Cuci Tangan

1. Pengertian Praktik Cuci Tangan

Praktik cuci tangan adalah mencuci tangan pakai sabun, dimana

pencucian tangan dengan air mengalir dan memakai sabun dapat

menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di

tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap

kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

15

seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum

memegang makanan. Perilaku cuci tangan yaitu melakukan cuci tangan

dengan air mengalir dan mengunakan sabun dapat menghilangkan

berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga

tangan bersih dan bebas kuman (Nadesul, 2006).

2. Tujuan dari mencuci tangan

Mencuci tangan adalah untuk meningkatkan kesadaran akan

pentingnya perilaku cuci tangan, kesadaran akan segi positif dan manfaat

dari cuci tangan, kesadaran untuk meningkatkan praktek cuci tangan,

selain itu untuk menghalansi transmisi patogen-patogen kuman dengan

cepat dan efektif. Kebiasaan ibu untuk cuci tangan makan penting

dilakukan oleh ibu yang memiliki balita, agar penularan kuman diare tidak

menyebar atau tidak terjadi, untuk itu perlu adanya perubahan dari

kebiasaan tidak mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat

memutuskan penularan (Nadesul, 2006).

3. Praktik Cuci Tangan

Praktik cuci tangan dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu

mencuci tangan dengan sabum cairan khusus tangan, cuci tangan dengan

air hangat ataupun mengunakan tisú basah khusus untuk memboilas tangan

kotor. Adapun tahap- tahap cuci tangan yang benar yaitu (a) Basahi tangan

dengan air di bawah kran atau air mengalir, (b) ambil sabun cair

secukupnya untuk seluruh tangan atau sabun mengandung antiseptik, (c)

Gosokkan kedua telapak tangan sampai ke ujung jari, (d) Telapak tangan

tangan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari

saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri, gosok

sela-sela jari tersebut, lakukan sebaliknya, (e) Letakkan punggung jari satu

dengan punggung jari lainnya dan saling menguncii, (f) Usapkan ibu jari

tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal

yang sama dengan ibu jari tangan kiri, (g) Gosok telapak tangan dengan

punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

16

berputar. Lakukan sebaliknya, (h) Pegang pergelangan tangan kanan

dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula untuk

tangan kiri, kemudian bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air

mengalir dan keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila

menggunkan kran, tutup kran dengan tissue.

Terdapat lima moment iritis cuci tangan yang perlu dilakukan yaitu

(1) pada saat sebelum makan, (2) sehabis buang air besar, (3) sebelum

menyiapkan makan, (4) setelah menceboki bayi dan setelah kontak dengan

hewan.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan

a. Status Ekonomi

Pendapatan atau status ekonomi berpengaruh pada kebiasaan

cuci tanga, dimana kurangya biaya kehidupan sehari-hari berpengaruh

pada penyediaan fasilitas cuci tangan. Ketiadaan biaya akan

menyebabkan persediaan sabun tidak tersedia.

b. Pengetahuan

Pengetahuan berpengaruh pada kulitas diri seseorang, dimana

pengetahuan yang baik tentang manfaat cuci tangan akan ibu lakukan

setiap saat tiap hari. Pengetahuan akan pentingnya mencuci tangan

dengan sabun, keterampilan akan cara mencuci tangan yang benar,

ketersediaan sarana untuk mencuci tangan. Informasi pengalaman

mencuci tangan dengan sabun dan dapat menciptakan suatu

mekanisme pengingat untuk mendukung terjadinya perubahan perilaku

baru.

c. Kebiasaan

Perilaku cuci tangan yang baik dan benar yang dimiliki oleh

seseorang dapat berubah menjadi tidak baik, jika kebiasaan tersebut

tidak dilakukan dengan tujuan tidak terbiasa.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

17

5. Peranan cuci tangan untuk mencegah diare

Perilaku kesehatan salah satunya praktik cuci tangan perlu

ditegakkan oleh tiap keluarga guna menurunkan angka kejadian diare yang

terjadi pada balita. Cuci tangan pakai sabun merupakana cara yang paling

sederhana. Manfaat dan fungsi cuci tangan dengan benar merupakan

pertahanan pertama yang dapat mencegah penyebaran berbagai penyakit

tidak hanya flu biasa, tetapi juga bisa hepatitis A dan penyakit diare.

Selain mengurangi prevalensi diare, praktik cuci tangan membantu

mencegah berbagai penyakit seperti tipus dan flu burung (Depkes, 2009).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

18

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori Sumber Soetjiningsih dalam Supariasa (2002),

Depkes (2008)

E. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar.2. Kerangka Konsep

F. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan status gizi dengan diare pada bayi usia 1-12 bulan di desa

Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang.

Ha : Tidak ada hubungan perilaku cuci tangan ibu dengan diare pada bayi usia

1-12 bulan di desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang

Status Gizi bayi usia 1-12

bulan : 1. Konsumsi makanan, 2. Penyakit infeksi

3. Pola asuh gizi 4. Jarak kelahiran yang

terlalu dekat 5. Sanitasi lingkungan, 6. Pelayanan kesehatan

7. Stabilitas rumah tangga

Diare Balita

Status Gizi Balita

Perilaku cuci tangan Ibu

Praktik cuci tangan Ibu : 1. Status Ekonomi

2. Pengetahuan

3. Kebiasaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi diare pada bayi usia 1-12 bulan

1. Usia 2. Tingkat pendidikan

3. Pekerjaan ibu 4. Pendapatan keluarga 5. Status gizi balita

6. Tingkat pengetahuan 7. Perilaku cuci tangan

8. Hygiene sanitasi 9. Kualitas sumber air

10. Kebersihan jamban

Diare Balita

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-yunihentri... · sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

19