kalteng.keputusan gubernur kalimantan tengah nomor 154 tahun 2004

15
4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 1/15 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN PENGELOLAAN USAHA PERKEBUNAN Menimbang : a. Bahwa dalam rangka ketertiban dan optimalisasi pengelolaan usaha perkebunan, setiap pelaku usaha perkebunan di Kalimantan Tengah wajib memiliki izin pengelolaan usaha perkebunan; b. bahwa proses perizinan pengelolaan usaha perkebunan harus tertib, terpadu, transparan, adil, obyektif, mudah, cepat dan murah; c. bahwa untuk mewujudkan proses perizinan sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan pelaksanaan pasal 27, 28, 29 dan 30 Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan Perkebunan, perlu menyusun peraturan pelaksanaannya dalam bentuk pedoman perizinan pengelolaan usaha perkebunan; d. bahwa pedoman perizinan pengelolaan usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam huruf c, ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman; 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan Dan Pengembangan Industri; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan

Upload: ikanpiranha

Post on 18-Dec-2014

107 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PEDOMAN PERIZINAN PENGELOLAAN USAHA PERKEBUNAN KALIMANTAN TENGAH

TRANSCRIPT

Page 1: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 1/15

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

NOMOR 154 TAHUN 2004

TENTANG

PEDOMAN PERIZINAN PENGELOLAAN USAHA PERKEBUNAN

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka ketertiban dan optimalisasi pengelolaan usaha perkebunan, setiap

pelaku usahaperkebunan di Kalimantan Tengah wajib memiliki izin pengelolaan usaha perkebunan;

b. bahwa proses perizinan pengelolaan usaha perkebunan harus tertib, terpadu, transparan, adil,

obyektif, mudah,

cepat dan murah;

c. bahwa untuk mewujudkan proses perizinan sebagaimana dimaksud dalam huruf b danpelaksanaan pasal 27,

28, 29 dan 30 Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang

Pengusahaan

Perkebunan, perlu menyusun peraturan pelaksanaannya dalam bentuk pedoman perizinan

pengelolaan usaha perkebunan;

d. bahwa pedoman perizinan pengelolaan usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam hurufc, ditetapkan

dengan Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I

Kalimantan Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;

7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan

Dan

Pengembangan Industri;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan

Page 2: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 2/15

Kewenangan Provinsi

Sebagai Daerah Otonom;

11. Keputusan Presiden Nomor 99 Tahun 1998 tentang Bidang Atau Jasa Usaha Yang

Dicadangkan Untuk Usaha

Kecil Dan Bidang Atau Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah Atau Usaha

Besar Dengan Syarat Kemitraan;

12. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 74/Kpts/TP.500/2/1998 tanggal 26 Pebruari 1998

tentang Jenis Komoditi

Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Dan Holtikultura Dan Direktorat

Jenderal Perkebunan;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 2001 tentang

Bentuk Produk-produk

Hukum Daerah;

14. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 357/Kpts/HK350/5/2002 tanggal 23 Mei 2002 tentang

Pedoman Perizinan

Usaha Perkebunan;15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 392/Kpts/OT-210/6/2002 tanggal 21 Juni 2002 tentang

Pedoman Pengembangan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan;

16. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang PengusahaanPerkebunan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH TENTANG PEDOMANPERIZINAN PENGELOLAAN USAHA

PERKEBUNAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah.2. Provinsi adalah Provinsi Kalimantan Tengah.

3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.4. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan

Eksekutif Daerah.5. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Tengah.

6. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah.7. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah.8. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota di Provinsi Kalimantan Tengah.

Page 3: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 3/15

9. Dinas Perkebunan adalah Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah.

10. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah.11. Pedoman adalah aturan atau ketentuan baku yang dijadikan acuan dalam proses pelaksanaan suatu

kegiatan.12. Perizinan adalah sesuatu yang berkenaan dengan izin.

13. Izin adalah persyaratan legal-formal yang wajib dimiliki oleh pelaku atau pengelola suatu kegiatan, yang bagipemberi izin

sekaligus berfungsi sebagai instrumen pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan kegiatan tersebut.14. Izin pengelolaan usaha perkebunan adalah izin-izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf a

dan ayat (2) dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan

Perkebunan.

15. Lintas Kabupaten dan Kota adalah Lintas Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Tengah, yang dalamhal ini bermakna

keterpaduan pelayanan perizinan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dan Kota, dibawahkoordinasi

Pemerintah Provinsi.

BAB II

TUJUAN, AZAS DAN FUNGSI SERTA RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Penetapan pedoman perizinan pengelolaan usaha perkebunan bertujuan untuk mengoptimalkan kinerjapengelolaan usaha perkebunan di Kalimantan Tengah, khususnya untuk menjamin ketertiban, kepastian

hukum dan kelancaran proses perizinan.(2) Perizinan pengelolaan usaha perkebunan berazaskan ketertiban, keterpaduan, keterbukaan, keadilan,

obyektifitas, legalitas, kepastian, proporsionalitas, kemudahan, efektifitas dan efisiensi.(3) Pedoman perizinan pengelolaan usaha perkebunan berfungsi sebagai standar pelayanan minimal atau acuan

baku bagi proses perizinan pengelolaan usaha perkebunan di Kalimantan Tengah.

Pasal 3

Ruang lingkup pedoman perizinan pengelolaan usaha perkebunan, meliputi :1. Usaha pokok, pelaku usaha, skala usaha, pola pengembangan dan luas pemilikan/pengusahaan lahan

kebun;

2. Jenis dan persyaratan izin pengelolaan usaha perkebunan;

3. Kewenangan pemberian izin dan tata cara perizinan pengelolaan usaha perkebunan;4. Pembinaan dan pengawasan;

5. Sanksi administratif;

6. Ketentuan peralihan.

BAB III

Page 4: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 4/15

USAHA POKOK, PELAKU USAHA, SKALA USAHA, POLA PENGEMBANGAN DAN LUAS

PEMILIKAN/PENGUASAAN LAHAN KEBUN

Pasal 4

(1) Jenis usaha pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dan (3), Pasala 11 ayat (2), sertaPasal 18 Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan

Perkebunan, meliputi usaha budidaya tanaman perkebunan dan usaha industri perkebunan, yang

diusahakan secara parsial maupun terintegrasi.(2) Pelaku usaha perkebunan adalah perorangan, kelompok masyarakat, Koperasi, Badan Usaha Milik

Negara (BUMN), Badan Uasaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).

(3) Kategori skala usaha dan pelaku usaha perkebunan meliputi :

a. Usaha perkebunan skala kecil yang dikelola oleh perorangan atau kelompok masyarakat, yaitu 1. Perkebunan Rakyat (PR) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan Pasala 11 ayat (2)

huruf a dan b Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang

Pengusahaan Perkebunan;

2. Industri Perkebunan Rakyat (IPR) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b, danPasala 18 ayat (1), (2), (3) dan ayat (4) huruf a dan b Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah

Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan Perkebunan;

b. Usaha perkebunan skala besar, yang dikelola secara terpadu maupun parsial oleh Koperasi, BUMN,BUMD dan BUMS,

yaitu :

1. Perkebunan Besar (PB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan Pasala 11 ayat (2) huruf

c Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang PengusahaanPerkebunan;

2. Industri Perkebunan Besar (IPB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c dan d, dan

Pasala 18 ayat (1), (2), (3) dan ayat (4) huruf c dan d Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah

Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan Perkebunan;

Pasal 5

(1) Pengembangan Usaha Perkebunan dilakukan melalui pendekatan terpadu, meliputi :

a. Keterpaduan ruang berupa pengembangan usaha perkebunan pada Kawasan Pengembangan

Perkebunan Terpadu (KPPT) berupa satuan-satuan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan

(KIMBun) berdasarkan RTRWP dan RTRP2T;b. Keterpaduan sistem dan usaha agribisnis perkebunan dari sektor hulu sampai hilir;

c. Keterpaduan uni-unit usaha dan atau pelaku usaha perkebunan dalam bentuk kemitraan usaha yang

memiliki saling ketergantungan, saling membutuhkan, saling memperkuata dan saling menguntungkan

dalam bingkai kebersamaan usaha ekonomi yang terpadu, sinergis dan harmonis, sekaligus dalamrangka pemberdayaan masyarakat dan pelaku usaha perkebunan rakyat yang mengelola uni-unit

usaha perkebunan skala kecil;

d. Keterpaduan pembinaan lintas Kabupaten dan Kota oleh Pemerintah Daerah, serta keterpaduanantara Pemerintah Daerah dengan pelaku usaha perkebunan.

(2) Keterpaduan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b dan c dioperasionalkan melalui salah satu

Page 5: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 5/15

atau kombinasi pola-pola pengembangan usaha perkebunan sebagai berikut :

a. Pola Koperasi Usaha Perkebunan (KUP), yaitu pola pengembangan usaha perkebunan yang modal

usahanya 100 % dimiliki oleh Koperasi Usaha Perkebunan;b. Pola Patungan Koperasi dengan Investor (Pat-KI), yaitu pola pengembangan usaha perkebunan yang

sahamnya 65 % dimiliki Koperasi 35 % dimiliki Investor/perusahaan atau badan usaha non koperasi;

c. Pola Patungan Investor dengan Koperasi (Pat-IK), yaitu pola pengembangan usaha perkebunan yang

sahamnya 80 % dimiliki Investor/perusahaan atau badan usaha non koperasi dan minimal 20 %dimiliki Koperasi, yang selanjutnya kepemilikan saham Koperasi ditingkatkan secara bertahap;

d. Pola Build, Operate and Transfer (BOT), yaitu pola pengembangan usaha perkebunan yang

pembangunan dan pengoperasian awal unit usaha dilakukan oleh investor/perusahaan atau badanusaha non koperasi, yang kemudian kepemilikan seluruh aset dan tau unit usaha bersangkutan dialih

kepada Koperasi pada waktu tertentu setelah tercapai break-event point;

e. Pola Bank Tabungan Negara (BTN), yaitu pola pengembangan usaha perkebunan dimana

investor/perusahaan atau badan usaha non koperasi membangun unit usaha perkebunan, kebun danatau pabrik pengolahan hasil perkebunan, yang kemudian kepemilikannya dilaihkan kepada anggota

Koperasi;

f. Pola-pola pengembangan lainnya, baik usaha perkebunan maupun usaha lainnya, yang salingmenguntungkan, saling memperkuat dan saling membutuhkan antara masyarakat dan petani pekebun

dengan perusahaan perkebunan, ketentuannya akan diatur dan ditetapkan lebih lanjut dengan Intruksi

Gubernur.

(3) Bagi setiap unit Perkebunan Besar (PB) yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau BadanUsaha Milik Daerah, wajib melaksanakan salah satu atau kombinasi pola-pola pengembangan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b, c, d dan e.

Pasal 6

Ketentuan luas pemilikan/penguasaan lahan usaha budidaya tanaman perkebunan atau kebun, adalah :

1. Luas maksimum pemilikan/penguasaan lahan kebun setiap unit Perkebunan Rakyat (PR), adalah kurangdari 25 hektar netto;

2. Luas minimum pemilikan/penguasaan lahan kebun setiap unit Perkebunan Besar (PB), adalah 25 hektar

netto;

3. Bagi setiap unit Perkebunan Besar (PB) wajib mengelola usaha perkebunan terpadu denganmengintegrasikan unit usaha budidaya tanaman perkebunan dan unit usaha industri pengolahan hasil dengan

menerapkan pola-pola pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a sampai

dengan e, luas maksimum pemilikan/penguasaan lahan kebun tidak terbatas;

4. Bagi setiap unit Perkebunan Besar (PB) yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Swasta yang menerapkanpola pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf f, luas maksimum

pemilikan/penguasaan lahan kebun diatur sebagai berikut :

1. Luas 20.000 kehtar netto untuk satu unit Perkebunan Besar (PB) atau group perusahaan PerkebunanBesar (PB), kecuali usaha perkebunan tebu;

2. Luas 60.000 hektar netto khusus untuk perkebunan tebu.

BAB IV

JENIS DAN PERSYARATAN

Page 6: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 6/15

IZIN PENGELOLAAN USAHA PERKEBUNAN

Pasal 7

(1) Izin Pengelolaan Usaha Perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi :

a. Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan (SPUP) berlaku bagi Perkebunan Rakyat (PR), baik yang hanya

mengelola usaha budidaya tanaman perkebunan, maupun yang mengelola usaha perkebunan terpaduskala kecil yang mengintegrasikan usaha budidaya tanaman perkebunan dengan unit pengolahan hasil

atau usaha Industri Perkebunan Rakyat (IPR);

b. Surat Pendaftaran Usaha Industri Perkebunan Rakyat (SPUIPR), berlaku bagi pengelolaan unit usaha

IPR skala kecil yang tidak mengelola usaha budidaya tanaman perkebunan;c. Izin Usaha Perkebunan (IUP). Berlaku bagi Perkebunan Besar (PB) yang wajib mengelola usaha

perkebunan terpadu skala besar yang mengintegrasikan unit usaha budidaya tanaman perkebunan

dengan unit usaha industri pengolahan hasil atau usaha Industri Perkebunan Besar (IPB);

d. Izin Usaha Industri Perkebunan Besar (IUIPB), berlaku bagi pengelolaan unit usaha IPB yang hanyamengelola unit pengolahan hasil atau usaha IPB, tanpa mengelola usaha budidaya tanaman perkebunan;

e. Izin Perubahan Jenis Tanaman Perkebunan (IPJTP), berlaku bagi Perkebunan Besar dan Surat

Pendaftaran Perubahan Jenis Tanaman Perkebunan (SP2JTP) berlaku bagi Perkebunan Rakyat;f. Izin Pengembangan Usaha Industri Perkebunan Besar (IPUIPB) bagi usaha Industri Perkebunan Besar

dan Surat Pendaftaran Pengembangan Usaha Industri Perkebunan Rakyat (SP2UIPR) bagi usaha

Industri Perkebunan Rakyat, dengan kegiatan berupa penambahan jenis, kapasitas terpasang dan atau

perubahan design unit pengolahan hasil/produknya. (2) Khusus untuk pengembangan luas kebun sampai mencapai ketentuan luas maksimum pada lokasi

hamparan areal yang sama maupun untuk pengembangan luas kebun pada lokasi hamparan areal yang

berbeda, diberlakukan ketentuan penyesuaian/pembaharuan SPUP dan atau IUP sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) huruf a dan c.

Pasal 8

(1) Persyaratan Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan (SPUP) bagi Usaha Perkebunan Rakyat (PR) :

a. Untuk rencana pembangunan unit kebun baru, unit kebun baru beserta unit pengolahan hasilnya, unit

kebun yang sudah ada, unit kebun yang sudah ada beserta unit pengolahan hasilnya, persyaratannya

adalah :

1. Mengisi dan menandatangani diatas meterai yang cukup serta menyerahkan kepada petugas

pendaftar, formulir permohonan pendaftaran yang sudah ditandatangani Kepala desa/Lurah;

2. Photocopy sah KTP dan surat tanda bukti pemilikan/penguasaan tanah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;3. Untuk unit kebun beserta unit pengolahan hasilnya yang sudah ada supaya menyerahkan data

spesifikasi unit pengolahan hasil dan bangunan serta photocopy sah surat tanda bukti pemilikan/

penguasaannya.

b. Bagi rencana pembangunan baru unit pengolahan hasil untuk unit kebun yang sudah ada dan untuk

penambahan luas kebun pada lokasi hamparan areal yang sama sampai mencapai ketentuan luas

maksimum sebagaimana dimaksud dalama pasal 7 ayat (2), persyaratannya adalah :

1. Mengisi dan menandatangani diatas meterai yang cukup serta menyerahkan kepada petugas

pendaftar, formulir permohonan pendaftaran yang sudah ditandatangani Kepala desa/Lurah.

Page 7: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 7/15

2. Copy asli dan photocopy SPUP.c. Membayar leges sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Persyaratan Surat Pendaftaran Usaha Industri Perkebunan Rakyat (SPUIPR) :

Untuk rencana pembangunan baru unit pengolahan hasil maupun untuk pendaftaran unit pengolahan hasil

yang sudah ada bagi IPR, persyaratannya adalah :

a. Mengisi dan menandatangani diatas meterai yang cukup serta menyerahkan kepada petugas pendaftar,

formulir permohonan pendaftaran yang sudah ditandatangani Kepala desa/Lurah.

b. Photocopy sah KTP dan surat tanda bukti pemilikan/ penguasaan tanah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;

c. Nota kesepahaman atau kontrak kerjasama kemitraan pemasokan bahan baku;

d. Untuk unit pengolahan hasil yang sudah ada supaya menyerahkan data spesifikasi unit pengolahan hasil

dan bangunan

serta photocopy sah surat tanda bukti pemilikan/penguasaannya; e. Membayar leges sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Persyaratan Izin Usaha Perkebunan (IUP) :

a. Untuk rencana pembangunan baru unit usaha Perkebunan Besar (PB), yang wajib mengintegrasikan unit

usaha budidaya tanaman perkebunan dengan unit usaha industri pengolahan hasil,persyaratannya

adalah:

Mengajukan Permohonan IUP kepada pemberi izin, dengan melampirkan :1. Akte pendirian badan usaha dan perubahannya yang terakhir, dengan bidang usaha adalah usaha

perkebunan;

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

3. Surat keterangan domisili Kantor Pusat dan atau Kantor Cabang/Perwakilan perusahaan di

Kalimantan Tengah;

4. Rekomendasi arahan lokasi dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota yang dilengkapi

peta calon lokasi dengan skala 1 : 100.000;5. Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari Dinas Kehutanan Provinsi sepanjang lokasinya

merupakan kawasan hutan yang berada diluar Kawasan Pengembangan Produksi (KPP) dan

atau Kawasan Pemukiman dan Penggunaan Lainnya (KPPL).

6. Rekomendasi dari instansi teknis yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota, yang

didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, b dan c

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan

Perkebunan;7. Proposal usaha perkebunan terpadu yang didasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (3) huruf b, Pasal 5 ayat (1) huruf a, b dan c, ayat (2) dan (3), Pasal 6 angka

2, 3 dan 4 serta Pasal 7 ayat (1) huruf c, yang sudah disetujui oleh Kepala Dinas;

8. Surat pernyataan bagi BUMS yang menerapkan pola pengembangan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 7 ayat (1) huruf f bahwa perusahaan dan atau groupnya belum melampaui batas

maksimum penguasaan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 angka 4;

9. Proposal khusus pola pengembangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf f bagi

Perkebunan Besar (PB) yang menerapkannya, yang sudah disetujui oleh Kepala Dinas,

Page 8: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 8/15

sepanjang proposal khusus tersebut belum terintegrasi dalam proposal sebagaimana dimaksuddalam angka 7;

10. Surat persetujuan dokumen AMDAL dari oleh Komisi AMDAL Daerah;

11. Referensi bank dari Direksi PT Bank Pembangunan Kalimantan Tengah yang menerangkan

bahwa perusahaan memiliki rekening dan menyetor deposit dana jaminan, dengan saldo terakhir

minimal 1 % nilai total rencana investasi;

12. Membayar leges sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Untuk pengembangan luas areal kebun sampai mencapai ketentuan luas maksimum pada lokasi

hamparan areal yang sama sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2), persyaratannya adalah :

Mengajukan permohonan perubahan IUP kepada pemberi izin, dengan melampirkan :

1. Photocopy dan copy asli IUP;

2. Rekomendasi arahan lokasi dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota yang dilengkapi peta

calon lokasi dengan skala 1 : 100.000;

3. Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari Dinas Kehutanan Provinsi sepanjang lokasinyamerupakan kawasan hutan yang berada di luar Kawasan Pengembangan Produksi (KPP) dan atau

Kawasan Pemukiman dan Penggunaan Lainnya (KPPL;

4. Rekomendasi dari Instansi teknis yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota, yang

berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, b dan c

Peraturan daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan

Perkebunan;

5. Surat pernyataan bagi BUMS yang menerapkan pola pengembangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (1) huruf f bahwa perusahaan dan atau groupnya belum melampaui batas maksimumpenguasaan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 angka 4;

6. Proposal penambahan luas areal kebun, sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 7 dan 9, yang

sudah disetujui oleh Kepala Dinas;

7. Surat persetujuan dokumen AMDAL dari Komisi AMDAL Daerah;

8. Membayar leges sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Untuk pengembangan unit industri pengolahan hasil bagi Perkebunan Besar (PB) yang mengelola unitusaha perkebunan terpadu dan sudah memiliki izin Usaha Perkebunan (IUP), persyaratannya adalah :

Mengajukan permohonan perubahan IUP yang berkenaan dengan pengembangan unit industri

pengolahan hasil kepada pemberi izin, dengan melampirkan :

1. Photocopy sah dan copy asli IUP;

2. Photocopy sah Hak Guna Usaha (HGU) dan Hak Guna Bangunan (HGB);

3. Rekomendasi lokasi dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota;

4. Rekomendasi dari Instansi teknis yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota, yangberpedoman pada Rancangan Perwilayahan Pengembangan Budidaya dan Industri Perkebunan

(RP2BIP);

5. Surat pernyataan mengenai kecukupan pasokan bahan baku dari kebun sendiri dan atau nota

kesepahaman atau kontrak kerjasama kemitraan tentang pemasokan bahan baku dengan mitra

pemasok bahan baku;

6. Proposal pengembangan unit pengolahan hasil yang berpedomana pada ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, b dan c, ayat (2) huruf a, b, c, d dan e, ayat (3), dan

Pasal 7 ayat (1) huruf d keputusan ini serta ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

Page 9: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 9/15

ayat (1), dan (2), Pasal 18 dan Pasal 19 ayat (1), (2) dan (5) Peraturan daerah Provinsi

Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan Perkebunan yang sudah

mendapat persetujuan dari Kepala Dinas;

7. Surat persetujuan dokumen AMDAL dari Komisi AMDAL Daerah;

8. Membayar leges sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Persyaratan Izin Usaha Industri Perkebunan Besar (PIUPB) :

Izin usaha Industri Perkebunan Besar (IPB) bagi IPB yang hanya mengelola unit usaha industri pengolahanhasil perkebunan, persyaratannya adalah :

Mengajukan permohonan IUIPB kepada pemberi izin, dengan melampirkan :

a. Akte pendirian badan usaha dan perubahannya yang terakhir, dengan bidang usaha adalah usaha industri

pengolahan hasil perkebunan;

b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

c. Surat Keterangan domisili Kantor Pusat dan atau Kantor Cabang/Perwakilan perusahaan di Kalimantan

Tengah; d. Rekomendasi arahan lokasi dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota atau photocopy sah surat

tanda bukti pemilikan/penguasaan tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang dilengkapi

peta calon lokasi dengan skala 1 : 100.000;

e. Rekomendasi dari instansi teknis yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota, yang berpedoman

pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, b dan c Peraturan Daerah

Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan Perkebunan;

f. Nota kesepahaman kerjasama kemitraan pemasokan bahan baku; g. Proposal usaha Industri Perkebunan Besara (IPB) yang berpedoman pada ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, b dan c, ayat (2) huruf a, b, c, d dan e, ayat (3), dan Pasal 7

ayat (1) huruf d Keputusan ini, serta ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), ayat

(2), Pasal 18 dan Pasal 19 ayat (1), (2) dan (5) Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor

3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan Perkebunan, yang sudah disetujui oleh Kepala Dinas;

h. Surat persetujuan dokumen AMDAL dari Komisi AMDAL Daerah;

i. Referensi bank dari Direksi PT Bank Pembangunan Kalimantan Tengah yang menerangkan bahwa

perusahaan sudah memiliki rekening dan menyetor deposit dana jaminan dengan saldo minimal 1 %dari nilai total rencana investasi;

j. Membayar leges sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Persyaratan Surat Pendaftaran Perubahan Jenis Tanaman Perkebunan (SP2JTP) :

Pendaftaran perubahan jenis tanaman perkebunan bagi Perkebunan Rakyat (PR), persyaratannya adalah :

a. Mengisi dan menandatangani diatas meterai yang cukup serta menyerahkan kepada petugas pendaftar,

formulir permohonan pendaftaran yang sudah ditandatangani Kepala Desa/Lurah; b. Menyerahkan kepada petugas pendaftar, copy asli dan photocopy SPUP;

c. Membayar leges sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(6) Persyaratan Izin Perubahan Jenis Tanaman Perkebunan (IPJTP) :

Izin perubahan jenis tanaman perkebunan bagi Perkebunan Besar (PB), persyaratannya adalah :

Mengajukan permohonan IPJTP kepada pemberi izin, dengan melampirkan :

a. Copy asli dan photocopy IUP; b. Rekomendasi perubahan peruntukan tanah berdasarkan rekomendasi arahan lokasi atau izin lokasi atau

Page 10: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 10/15

Hak Guna Usaha (HGU) dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota dan photocopy sah

sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) bagi yang sudah memiliki;

c. Rekomendasi dari instansi teknis yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota, yang berpedoman

pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, b dan c Peraturan Daerah

Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan Perkebunan;

d. Proposal usaha perkenunan terpadu yang berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (3) huruf b, Pasal 5 ayat (1) huruf a, b dan c, ayat (2) dan (3), Pasal 6 angka 2, 3 dan 4

serta Pasal 7 ayat (1) huruf c, yang sudah disetujui oleh Kepala Dinas; e. Surat persetujuan dokumen AMDAL dari Komosi AMDAL Daerah;

f. Referensi bank dari Direksi PT Bank Pembangunan Kalimantan Tengah yang menerangkan bahwa

perusahaan sudah memiliki rekening dan menyetor deposit dana jaminan dengan saldo terakhir minimal

1 % dari nilai total rencana investasi bagi perusahaan yang belum memulai kegiatan operasional

lapangan dan atau penanaman kebun;

g. Membayar leges sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(7) Persyaratan Surat Pendaftaran Pengembangan Usaha IPR (SP2UIPR) :

Pendaftaran pengembangan IPR, persyaratannya adalah :

a. Mengisi dan menandatangani diatas meterai yang cukup serta menyerahkan kepada petugas pendaftar,

formulir permohonan pendaftaran yang sudah ditandatangani Kepala Desa/Lurah;

b. Menyerahkan kepada petugas pendaftar, copy asli dan photocopy SP2UIPR;

c. Nota kesepahaman atau kontrak kerjasama kemitraan pemasok bahan baku;

d. Membayar leges sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(8) Persyaratan Pengembangan Izin Usaha IPB (IPUIPB) :

Izin pengembangan usaha Industri Perkebunan Besar (IPB) yang hanya mengelola unit usaha industri

pengolahan hasil, persyaratannya adalah :

Mengajukan permohonan IPUIPB kepada pemberi izin, dengan melampirkan :

a. Copy asli dan photocopy IUIPB;

b. Rekomendasi lokasi dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota atau photocopy sah surat tanda

bukti pemilikan/penguasaan tanah yang dilengkapi peta calon lokasi unit usaha industri pengolahan hasildengan skala 1 : 100.000;

c. Rekomendasi dari instansi teknis yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota, yang berpedoman

pada ketentuan sebagaimana dimaksud dala Pasal 5 ayat (2) huruf a, b dan c Peraturan daerah

Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan Perkebunan;

d. Nota kesepahaman atau kontrak kerjasama kemitraan pemasok bahan baku;

e. Proposal pengembangan unit usaha industri pengolahan hasil, seperti persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (4) huruf g, yang sudah disetujui oleh Kepala Dinas; f. Surat persetujuan dokumen AMDAL dari Komosi AMDAL Daerah;

g. Membayar leges sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB V

KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN DAN TATA CARA PERIZINAN

PENGELOLAAN USAHA PERKEBUNAN

Page 11: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 11/15

Pasal 9

(1) Berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan

Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengusahaan Perkebunan, kewenangan pemberian izin pengelolaan

usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan pasal 8, diatur dan ditetapkan sebagai

berikut :

a. Pengelolaan usaha Perkebunan Rakyat (PR) dan atau usaha Industri Perkebunan Rakyat (IPR), yang :

1. Seluruh lokasinya berada diwilayah suatu Kabupaten/Kota, izinnya diberikan oleh Bupati/Walikotaatau pejabat lain yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota;

2. Lokasinya berada pada lintas wilayah Kabupaten/Kota, izinnya diberikan oleh Gubernur dengan di

fasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota atau oleh salah satu Bupati/Walikota bersangkutan yang

ditunjuk Gubernur;

b. Pengelolaan usaha Perkebunan Besar (PB) dan atau usaha Industri Perkebunan Besar (IPB) dengan

lokasi seluruhnya berada di suatu Kabupaten/Kota, izinnya diberikan oleh Bupati/Walikota setelah

mendapat konfirmasi dari Gubernur;c. Pengelolaan usaha Perkebunan Besar (PB) dan atau usaha Industri Perkebunan Besar (IPB) yang

lokasinya berada pada lintas wilayah Kabupaten/Kota, izinnya diberikan oleh Gubernur setelah

mendapat pertimbangan dari Bupati/Walikota bersangkutan.

(2) Dalam rangka efisiensi proses sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a angka 2 serta hurub b dan c

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menggunakan fasilitas instrumen pada situs

website masing-masing.

(3) Untuk izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan c, pemberi izin dapat meminta kompirmasidan atau pertimbangan dari asosiasi pelaku usaha perkebunan atau organisasi profesi yang kompeten di

bidang usaha perkebunan, dengan menggunakan fasilitas instrumen pada situs website masing-masing.

(4) Untuk mengajukan permohonan Izin Usaha Perkebunan (IUP) dan Izin Usaha Industri Perkebunan Besar

(IUIPB), Perusahaan pemohon dipersyaratkan telah mendapat persetujuan prinsip/rekomendasi/arahan

lokasi dari Gubernur atau Bupati/Walikota dan instansi terkait.

Pasal 10

(1) Disamping ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9, tata cara penetapan izin

pengelolaan usaha perkebunan, ditetapkan sebagai berikut :

a. Pada tahap awal, dilakukan sosialisasi ketentuan tentang perizinan oleh Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota;

b. Untuk memperoleh izin pengelolaan usaha perkebunan, bagi Perkebunan Besar (PB) dan atau Industri

Perkebunan Besar (IPB), wajib mengajukan permohonan tertulis dengan melampirkan persyaratan

sebagaimana dimaksud didalam Pasal 9 ayat (4), sedangkan pendaftaran usaha Perkebunan Rakyat(PR) dan atau Industri Perkebunan Rakyat (IPR) cukup dengan mengisi formulir pendaftaran yang

terstandardisasi dan disediakan oleh pemberi izin, dengan difasilitasi sepenuhnya oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota;

c. Permohonan izin dari Perkebunan Besar (PB) dan atau Industri Perkebunan Besar (IPB) ditujukan

kepada pemberi izin, dengan tembusan disampaikan kepada :

1. Gubernur, Dinas Perkebunan Provinsi, Menteri Pertanian Up. Direktur Jenderal Bina Produksi

Perkebunan dan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian DepartemenPertanian, bagi pemberi izin adalah Bupati/Walikota;

Page 12: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 12/15

2. Bupati, Menteri Pertanian Up. Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan serta Direktur Jenderal

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian, bagi pemberi izin adalah

Gubernur;

d. Pemberi izin wajib memberikan jawaban setuju atau menolak permohonan izin dalam jangka waktu

paling lama 15 (lima belas) hari sejak permohonan izin dari pemohon diterima oleh pemberi izin;

e. Dalam hal permohonan izin ditolak, pemberi izin wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis;

f. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf d, pemberi izin tidak memberikanjawaban tertulis, maka permohonan izin dianggap memenuhi persyaratan untuk disetujui;

g. Dalam hal permohonan izin disetujui, pemberi izin wajib menerbitkan izin berupa keputusan pemberianizin dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan izin dari pemohon diterima

oleh pemberi izin, dengan format naskah keputusan pemberian izin yang bersandardisasi;h. Pemilik izin dilarang mengalihkan izin yang dimilikinya kepada pelaku atau pengelola usaha perkebunan

yang lain, tanpa persetujuan dari pemberi izin;

i. Semua jenis izin berlaku selama pemilik izin masih mengelola usaha perkebunan dengan baik dan tertibsesuai dengan standar teknis, serta sudah memenuhi seluruh kewajiban sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;j. Pemberi izin mencabut dan atau membatalkan izin apabila pemilik izin tidak memenuhi kewajibannya

sebagaimana ketentuan dalam peraturan perundang-undangan atau pemilik izin memohon pencabutanizin karena ingin menghentikan pengelolaan usaha perkebunannya berhubung dengan alasan tertentuyang jelas dan kuat yang disampaikan secara tertulis kepada pemberi izin.

(2) Bentuk permohonan izin, Surat Izin dan Laporan Pengelolaan Usaha Perkebunan dan sebagainya adalahsebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 11

(1) Pelaku usah perkebunan yang sudah memperoleh izin atau surat pendaftaran pengelolaan usah perkebunan,wajib :

a. Menyelesaikan berbagai jenis perizinan pendukung lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, termasuk penyelesaian hak atas tanah bagi yang belum memiliki selambat-lambatnya 24(dua puluh empat) bulan sejak penetapan izin pengelolaan usaha perkebunan;

b. Merealisasikan pembangunan unit usaha perkebunan sesuai dengan proposal, yang dimulai selambat-lambatnya 12 (dua belas) bulan sejak penetapan izin pengelolaan usaha perkebunan;

c. Membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumberdaya alam secara lestari;d. Apabila pada lahan yang akan dibuka (land clearing) terdapat tegakan kayu yang mempunyai nilai

ekonomis, supaya dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kehutanan;e. Mengelola usaha perkebunan dan seluruh komponen kegiatannya secara profesional, berdaya guna dan

berhasil guna, berdasarkan ketentuan teknis dan peraturan perundang-undangan;

f. Membuat dan menyampaikan laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada pemberi izin tentangperkembangan usaha perkebunan yang dikelolanya, yang bagi Perkebunan Besar (PB) dan Industri

Perkebunan Besar (IPB) laporannya ditembuskan ketujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10ayat (1) huruf c:

Page 13: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 13/15

g. Melaporkan kepada pemberi izn tentang rencana, perizinan dan pelaksanaan kegiatan diversifikasiusaha selain usaha pokok perkebunan seperti usaha wisata agro, peternakan, kehutanan, tanaman

pangan, holtikultura dan sebagainya. (2) Dalam pelaksanaan kegiatan diversifikasi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf e, pengelola

wajib menjaga keamanan plasma nutfah, mencegah penularan organisme pengganggu tanaman, melakukan

tindakan konservasi dan pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup.

Pasal 12

(1) Pembinaan dan pengawasan pengelolaan usaha perkebunan diselenggarakan secara terkoordinasi olehPemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dan Kota sesuai dengan kewenangan masing-masing

(2) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan evaluasi dan

klasifikasi atau akreditasi secara berkala sedikitnya satu kali setahun pada setiap paruh kedua tahunberjalan berdasarkan laporan pembangunan usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (1) huruf d dan hasilnya dilaporkan kepada Menteri Pertanian Up. Direktur Jenderal Bina ProduksiPerkebunan.

BAB VII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 13

(1) Pelaku usaha perkebunan skala kecil yang tidak memiliki surat pendaftaran pengelolaan usaha perkebunan,tidak dapat dijamin mendapat pelayanan pembinaan oleh Pemerintah Provinsi dan atau Pemerintah

Kabupaten dan Kota.(2) Pelaku usaha perkebunan skala besar yang tidak memiliki izin pengelolaan usaha perkebunan, dikenakan

sanksi sebagai berikut :

a. Peringatan tertulis sebanyak 2 (dua) kali dalam rentang waktu paling lama 6 (enam) bulan sejakpelanggaran terjadi dan atau sejak pelanggaran diketahui oleh pemberi izin, agar menyelesaikan

perizinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;b. Apabila selama 3 (tiga) bulan sejak peringatan tertulis kedua sebagaimana dimaksud dalam huruf a

pelaku usaha perkebunan tetap tidak memenuhi kewajibannya, maka pemberi izin melakukan tindakanpenghentian dan atau mengambil alih pengelolaan usaha perkebunan tersebut.

(3) Pelaku usaha perkebunan skala besar yang telah memiliki izin pengelolaan usaha perkebunan yang tidak

memenuhi kewajiban dan atau melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan, dikenakan sanksiadministrasi berupa :

a. Peringatan tertulis sebanyak 2 (dua) kali dalam rentang waktu paling lama 6 (enam) bulan sejakpelanggaran terjadi dan atau sejak pelanggaran diketahui oleh pemberi izin.

b. Apabila selama 3 (tiga) bulan sejak peringatan tertulis kedua sebagaimana dimaksud dalam huruf apelaku usaha perkebunan tetap tidak memenuhi kewajibannya, maka izin usahanya dicabut dan ataupemberi izin mengambil alih pengelolaan usaha perkebunan tersebut.

(4) Proses pencabutan izin pengelolaan usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), ditempuhlangkah-langkah secara berurutan, sebagai berikut :

a. Pemberi izin secara cermat dan terpadu melakukan evaluasi perizinan dan aktivitas lapangan terhadap

Page 14: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 14/15

pelaku usaha perkebunan;

b. Pemberi izin membuat/menyampaikan teguran tertulis kepada pelaku usaha perkebunan, sambil secaraproaktif berupaya mengontak pelaku usaha perkebunan bersangkutan guna konfirmasi langsung;

c. Pertimbangan dari Bupati/Walikota bagi pejabat pemberi izin adalah Gubernur dan konfirmasi dari

Gubernur bagi pejabat pemberi izin adalah Bupati/Walikota;d. Pemberi izin menerbitkan Keputusan pencabutan izin.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 14

(1) Pengelolaan usaha perkebunan yang telah memiliki izin atau surat pendaftaran sebelum ditetapkanKeputusan ini tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau sudah sesuai dengan Keputusan ini.

(2) Pengelolaan usaha perkebunan yang telah memiliki izin atau surat pendaftaran yang belum sesuai denganketentuan dalam Keputusan ini, agar dilakukan penyesuaian melalui proses pendaftaran ulang dengan

persyaratan dan prosedur yang mudah, cepat dan murah, selambat-lambatnya 12 (dua belas) bulan sejakKeputusan ini ditetapkan.

(3) Hal-hal lain yang berkenaan dengan perizinan pengelolaan usaha perkebunan yang belum diatur secara rinci

dalam Keputusan ini, akan diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh pemberi izin dengan tetap mengacu padaketentuan dalam Keputusan ini yang secara umum tercakup dalam ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 dan Pasal 3.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalamLembar Daerah Provinsi Kalimantan Tengah.

Ditetapkan di Palangka Raya

pada tanggal 27 Maret2004

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

ASMAWI

Page 15: Kalteng.keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 154 Tahun 2004

4/15/13 Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML

file:///C:/Users/ADermawan/Downloads/Kalteng.KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 154 TAHUN 2004.HTML 15/15

AGANI