bab ii tinjauan pustaka a. adalah perubahan yang bersifat...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pertumbuhan
a. Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan
struktur organ-organ tubuh dan otak. Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan
ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (Cm,meter), umur tulang,
dan tanda-tanda seks sekunder. (Soetjiningsih, 2013)
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti betambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan
berat. (Kementerian Kesehatan RI,2012)
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Secara garis besar
faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu faktor dalam
(internal) dan faktor luar (eksternal/lingkungan). Pertumbuhan merupakan hasil
interaksi dua faktor tersebut. (Kementerian kesehatan RI, 2012 : 6)
Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga,
umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang
terlahir dari suatu ras tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai ukuran tungkai
8
yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih cepat dewasa dibanding
laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-
laki, kemudian setelah melewati masa pubertas sebalinya laki-laki akan tumbuh
lebih cepat. Adanya suatu kelainan genetik dan kromosom dapat mempengaruhi
pertumbuhan anak, seperti yang terlihat pada anak yang menderita Sindroma
Down. (Kementerian kesehatan RI, 2012 : 6)
Selain faktor internal, faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi
pertumbuhan anak. Contoh faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan An. A. adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan
sosial ekonomi.
Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses
tumbuh kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat
dalam darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan makanan
dan kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian tentang pertumbuhan anak
Indonesia, menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada
usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama
hamil, pola makan bayi yang salah, dan penyakit infeksi.
Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan An. A. adalah
faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya pengetahuan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak (Ni
Wayan Arimi, dkk.2017)
9
1) Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak
a) Ras/etnik atau bangsa
b) Keluarga
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja
d) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada ank perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-
laki akan lebih cepat.
e) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi cirri khasya.
f) Kelainan kromosom.
Kelainan kromoson umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti sindrom down’s dan sindrom turner’s.
2) Faktor eksternal
a) Faktor Prenatal
(1) Gizi
Nutrrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin
(2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bias menyebabkan kelainan congenital
seperti club foot.
10
(3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisiz
(4) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hiperplasia, adrenal.
(5) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikroseli, spina bifida, retardasi mental dan deformitas
anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan jantung.
(6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, herpes simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental
dan kelainan jantung congenital.
(7) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
anin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hierbilirubinemia dan kern ikterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
11
(8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu
(9) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.
b) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti traumakepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c) Faktor pascasalin
(1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
(2) Penyakit kronis/kelainan congenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
(3) Lingkungan fisik
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang krang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
(4) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki orangtuanya atau anak yang selalu tertekan, akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
12
(5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
(6) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yan jelek dan ketidaktahuan akan menghambat
pertumbuhan anak.
(7) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sanga mempengaruhi
tumbuh kembang anak
(8) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, ketertiban
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
(9) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormone pertumbuhan.
c. Ciri-ciri tumbuh kembang anak juga melibatkan perubahan pada
pertumbuhan fisik (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013 : 4)
1) Terdapat perubahan ukuran tubuh. Contoh : An. A. akan
bertambah berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan organ-
organ tubuh lainnya.
13
a) Terdapat perubahan proporsi tubuh
Perubahan proporsi tubuh sesuai dengan bertambahnya umur anak. Pada bayi
baru lahir, titik pusat tubuhnya adalah umbilicus, sedangkan setelah dewasa
titik pusat adalah simfisis pubis. Keadaan ini merupakan akibat dari
pertumbuhan badan dan ekstermitas yang pesat, akibat dari arah pertumbuhan
yang berlangsung secara sefalokaudal dan proksimodistal.
b) Ciri-ciri lama hilang.
Contoh : kelenjar timus mengecil, gigi susu tanggal, rambut bayi rontok.
c) Timbul ciri-ciri baru.
Contoh : tumbuh gigi permanen, timbul tanda-tanda seks sekunder.
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu
mempunyai ciri-ciri tersendiri (Ni Wayan Armini,dkk. 2017 : 45), yaitu :
(1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa, yang diengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
(2) Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa
perlambatan, serta lanjut tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-
organ. Terdapat 3 periode prtumbuhan cepat, yaitu pada masa janin, masa
bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas. Sedangkan pertumbuhan organ-organ
mengiuti 4 pola, yaitu pola umum, limfoid, neural, dan reproduksi.
(3) Pola perkembangan An. A. adalah sama pada semua anak, tetapi
kecepatannya berbeda antara anak satu dengan yang lainnya.
(4) Perkembangan erat hubungaannya dengan maturasi system susunan saraf.
(5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.
(6) Arah perkembangan An. A.dalah sefalokaudal.
14
(7) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunteer tercapai.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan
menjadi 3 kebutuhan dasar ( Soetjiningsih. 2013) :
a) Kebutuhan fisik biomedis (ASUH)
Kebutuhan fisik-biomedis meliputi pangan/gizi, perawatan kesehatan dasar
(imunisasi, pemberian ASi, penimbangan anak teratur, pengobatan kalau sakit),
papan/pemukiman yang layak, kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan,
sandang, kebugaran jasmani, rekreasi, dan lain-lain.
b) Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Penting menimbulkan rasa aman (emotional security) dengan kontak fisik
dan psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan An. A. akan kasih sayang,
diperhatikan dan dihargai, pengalaman baru, pujian, tanggung jawab untuk
kemandirian sangatlah penting untuk diberikan.
c) Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal untuk proses belajar (pendidik
dan pelatih) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini merangsang perkembangan
mental psikososial : keserdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.
d. Parameter Pemantauan Pertumbuhan Fisik
1) Berat Badan (BB)
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang sangat penting dan
harus diukur pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua
kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua
15
jaringan yang ada pada tubuh, atara lain tulang otot, lemak, cairan tubuh, dan lain-
lain. Pada saat ini berat badan merupakan indiktor yang sangat penting untuk
mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak. Perlu diketahui bahwa
terdapat fluktuasi BB yang wajar dalam sehari, sebagai akibat dari asupan (intake)
makanan dan minuman dengan luaran (output) melalui urine, fases, keringat,
napas. Besarnya fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan bersifat snagat
individual, yaitu berkisar antara 100-200 gram sampai 500-1000 gram, bahkan
lebih. Fluktuasi dapat mempengaruhi hasil penilaian. (Soetjiningsih dan Gde
Ranuh, 2013)
Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk:
a) Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun yang
kronis serta tumbuh kembang dan kesehatan anak.
b) Monitor keadaan kesehatan, misal pada pengobatan penyakit; dan
c) Dasar penghitungan dosis obat dan makanan yang diberikan.
Tabel 1 Cara pengukuran berat badan /tinggi badan
No Cara pengukuran 1 Menggunakan timbangan bayi
a. Timbangan bayi di gunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring /duduk tenang `
b. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang
c. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka o d. Bayi sebaiknya telanjang tanpa topi,kaos kaki sarung tangan e. Baringkan bayi dengan hati=hati di atas timbangan . f. Lihat jarum timbangan sampai berhenti. g. Baca angka yang di tunjukan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan . h. Bila bayi terus menerus bergerak,perhatikan gerakan jarum,baca
tengah-tengah gerakan jarum ke kanan dan ke kiri 2 Menggunakan timbangan injak
a. Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.
16
b. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka O. c. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
d. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi. e. Lihat jarum timbangan sampai berhenti. f. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan. Sumber: (Kementerian Kesehatan RI, 2012)
2) Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri kedua yang terpenting. Pada
masa pertumbuhan, ukuran tinggi badan meningkat terus sampai tinggi maksimal
tercapai. Kenaikan tinggi badan ini berfluktuasi, yaitu meningka pesat pada masa
bayi, kemudian melambat, dan selanjutnya menjadi pesat kembali pada masa
remaja (pacu tumbuh adolesen), kemudian melambat lagi dan akhrinya berhenti
pada umur 18-20 tahun. Tulang-tulang anggota gerak berhenti bertambah panjang,
tetapi ruas-ruas tulang belakang berlanjut tumbuh sampai umur 30tahun, dengan
pengisian tulang pada ujung atas dan bawah korpus ruas tulang belakang,
sehingga tinggi badan sedikit bertambah sekitar 3-5 mm. Antara umur 30-45
tahun, tinggi badan tetap statis, kemudia menyusut pada umur diatas 45 tahun.
(Soetjingsih dan Gde Ranuh,2013)
Selain itu, dibutuhkan 2 macam teknik pengukuran tinggi badan, pada
anak usia kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur terlentang (panjang supinasi)
dan usia lebih dari 2 tahun dengan posisi berdiri. Pengukuran supinasi pada
umumnya lebih panjang 1 cm daripada pengukuran berdiri pada anak yang sama,
meskipun pengukuran dilakukan dengan teknik pengukuran yang terbaik dan
secara cermat.
17
Peningkatan nilai rata-rata TB orang dewasa suatu bangsa merupakan
indikator untuk peningkatan kesejahteraan/kemakmuran (perbaikan gizi,
perawatan kesehatan, dan keadaan sosial ekonomi). (Soetjingsih dan Gde
Ranuh,2013)
Tabel 2 Cara pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) sesuai tabel berikut.
No Cara pengukuran
1 2
Cara mengukur dengan posisi berbaring: a. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang. b. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar. c. Kepala bayi menempel pada pembatas angka O. d. Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel e. pada pembatas angka 0 (pembatas kepala). f. Petugas 2: tangan kiri menekan lutu bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki Petugas 2: membaca angka di tepi di luar pengukur Gara mengukur dengan posisi berdiri a. Anak tidak memakai sandal atau sepatu. b. Berdiri tegak menghadap kedepan. c. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur. d. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun. e. Baca angka pada batas tersebut.
Sumber : (Kementerian Kesehatan RI, 2012)
Gambar 1 Gambar 2
Pengukuran Panjang Badan Pengukuran Tinggi Badan
Sumber : (Kementerian Kesehatan RI, 2012)
18
3) Lingkar Kepala
Lingkar kepala LK mencerminkan volume intrakranial, termasuk
pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal, kapala akan kecil; atau
sebaliknya, bila kepala tida tumbuh, otak akan mengikuti. Karena itu, pada LK
yang lebih kecil dari normal (≤ -2 SD) atau mikrosefali, seringkali ada retedasi
mental. Sebaliknya jika ada penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada
hidrosefalus, volume kepala akan meningkat, sehingga LK lebih besar daripada
normal. Pertumbuhan LK yang paling pesat adalah 6 bulan pertama kehidupan,
yaitu dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan, jadi
meningkat 10 cm. Sementara itu, LK pada umur 1 tahun adalah 47 cm pada umur
6 bulan adalah 49 cm, dan dewasa 54 cm, (dari umur 6 bulan hingga dewasa
bertambahnya 10 cm). Pemantauan LK sebaiknya dilakukan setiap bulan selama 2
tahun pertama dan selanjutnya setiap 3 bulan sampai usia 5tahun. (Soetjingsih dan
Gde Ranuh, 2013)
Ukuran Lk yang kecil dapat disebabkan oleh:
a) Variasi normal
b) Bayi kecil
c) Keturunan
d) Retardasi mental/ mikrosefali
Ukuran LK yang besar dapat disebabkan oleh:
a) Variasi normal
b) Bayi besar
c) Keturunan
d) Tumor serebri
19
e) Efusi subdural
f) Hidrosefalus
Cara mengukur lingkaran kepala
a) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik
agak kencang.
b) Baca angka pada pertemuan dengan angka O.
c) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
d) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak.
e) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.
Gambar 3 Pengukuran lingkar kepala
Sumber: (Kementerian Kesehatan RI, 2012)
4) Penilaian Status Gizi
Untuk menentukkan status gizi seseorang atau kelompok populasi
dilakukan dengan interpretasi informasi dari hasil metode penilaian status gizi :
penilaian makanan, antropometri, laboratorium atau biokimia dan klinis (Gibson,
2005 dalam Marmi & Kukuh, 2015).
20
Penentuan gizi menggunakan persen , secara umum klasifikasi status gizi
balita yang digunakan secara resmi adalah :
Tabel 3
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Indeks Kategori
Status G
Ambang Batas (Z-Score)
Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak umur 0-60 bulan
Gizi Buruk < - 3 SD Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD Gizi Lebih > 2 SD
Panjang badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi badan menurut Umur (TB/U) Anak umur 0-60 bulan
Sangat Pendek
< - 3 SD
Pendek - 3 SD sampai dengan < -2 SD Normal - 2 SD sampai dengan 2 SD Tinggi > 2 SD
Berat Badan menurut Panjang Badan atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Anak umur 0-60 bulan
Sangat < -3 SD Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD Normal - 2 SD sampai dengan 2 SD Gemuk > 2 SD
Sumber: Kemenkes RI, 2012
a) Kebutuhan Nutrisi pada Bayi
(1) Nutrisi untuk bayi usia 0-6 bulan
ASI eksklusif, satu bentuk rangsang untuk mengoptimalkan pertumbuhan
dan perkembangan otak bayi adalah dengan menerapkan pola asah, asih dan asuh
dalam perawatannya sehari-hari dalam pemberian ASI juga perlu ditunjang
dengan pemenuhan zat-zat gizi yang tepat. (Marmi dan Kukuh,2012:383)
ASI eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan
cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan lain.
Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi
dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI.
(Marmi dan Kukuh, 2012 : 383)
21
(2) Makanan Bayi usia 6-12 bulan
Dalam usia ini bayi mampu berkomunikasi meski dalam bentuk sangat
sederhana. Berkat pemenuhan zat gizi yang diperolehnya dari ASI sejalan dengan
peningkatan proses tumbuh kembang yang sedang dijalani, kini ASI saja tidak
cukup untuk emmenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya, maka
mulai usia ini perlu diperkenalkan beberapa jenis makanan padat yang disebut
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). (Marmi dan Kukuh,2012:383)
Status gizi balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak
(dalam bulan) dengan berat badan standar dengan menggunakan pedoman WHO-
NCHS, bila berat badanya kurang, maka status gizinya kurang. (Marimbi, 2010).
Tabel 4 Angka Kecukupan Gizi Anak yang Dianjurkan (perorang perhari)
No Zar gizi
AKG kelompok umur 0-6
bulan
AKG kelompok umur 7-11
bulan
AKG kelompok
umur 12-36 bulan
1 Energi 550 kkal 725 kkal 1125 kkal 2 Protein 12 g 18 g 26 g 3 Lemak 34 g 36 g 44 g 4 Karbohidrat 58 g 82 g 155 g 5 Serat 0 g 10 g 16 g 6 Air - 800 mL 1200 mL 7 Vitamin A 375 mg 400 mg 400 mg 8 Vitamin D 5 mg 5 mg 15 mg 9 Vitamin E 4 mg 5 mg 6 mg
10 Vitamin K 5 mg 10 mg 15 mg 11 Vitamin B1 (Tiamin) 0,3 mg 0,4 mg 0,6 mg
12 Vitamin B2 (Riboflavin) 0,3 mg 0,4 mg 0,7 mg 13 Vitamin B3 (Niasin) 2 mg 4 mg 6 mg 14 Vitamin B5 (Pantotenat) 1,7 mg 1,8 mg 2,0 mg 15 Asam folat 65 mcg 80 mcg 160 mcg 16 Vitamin B6 (Piridoksin) 0,1 mg 0,3 mg 0,5 mg 17 Vitamin B12
(Kobalamin) 0,4 mcg 0,5 mcg 0,9 mcg
18 Biotin 5 mcg 6 mcg 8 mcg 19 Kolin 125 mg 150 mg 200 mg
22
20 Vitamin C 40 mg 50 mg 40 mg 21 Kalsium 200 mg 250 mg 650 mg 22 Fosfor 100 mg 250 mg 500 mg 23 Magnesium 30 mg 55 mg 60 mg 24 Natrium 120 mg 200 mg 1000 mg 25 Kalium 500 mg 700 mg 3000 mg 26 Mangan - 0,6 mg 1,2 mg 27 Tembaga 200 mcg 220 mcg 340 mcg 28 Kromium - 6 mcg 11 mcg 29 Besi - 7 mg 8 mg 30 Flour - 0,4 mg 0,6 mg 31 Iodium 90 mcg 120 mcg 120 mcg 32 Seng - 3 mg 4 mg 33 Selenium 5 mcg 10 mcg 17 mcg
Sumber : Permenkes RI, 2013
(3) Makanan yang Dianjurkan untuk Bayi Usia 6 bulan atau Lebih (Marmi
dan Kukuh, 2012: 383)
(a) Bubur susu atau beras merah, dimasak dengan menggunakan cairan air
atau kaldu daging atau sayuran, susu formula (SGM), ASI atau air
(b) Pure buah atau buah yang dihaluskan, seperti pisang, pepaya, melon,
apel, avokado
(c) Pure sayuran, sayuran yang direbus kemudia dihaluskan menggunakan
blender. Sayuran yang dianjurkan, kacang polong, kacang merah,
wortel, tomat, kentang, labu kuning. Selama memblender sayuran
sebaiknya ditambah dengan kaldu atau air matang agar tekstur sayuran
dapat lembut.
(d) Pure kacang, kacang merah atau kacang hijau atau kacang polong yang
direbus dengan kaldu hingga empuk kemudian dihaluskan dengan
blender. Pastikan blender dan alat saji berlabel food grade agar aman
bagi bayi
(e) Daging, pilih daging yang tidak berlemak
23
(f) Ayam , pilih daging ayam kampung muda tanpa tulang, dan kulit
(g) Ikan, pilih daging ikan tanpa duri seperti fillet salmon, fillet ikan
kakap, dan gindara
(4) Makanan yang Tidak Dianjurkan untuk Bayi usia 4-6 Bulan (Marmi dan
Kukuh, 2012: 383)
(a) Semua jenis makanan yang mengandung protein gluten, biasanya
terdapat di dalam tepung terigu, barley, biji kandum, cookies dari
tepung dan havermut. Protein gluten di dalam bahan pangan ini
seringkali menyebabkan reaksi gluten intolerance yang menyebabkan
perut kembung, mual dan diare pada bayi
(b) Hindari pemberian gula, garam, bumbu masak atau penyedap rasa
terhadap makanan bayi
(c) Makanan terlalu berlemak dan makanan keras
(d) Buah terlalu asam, seperti sirsak
(e) Makanan yang terllau pedas atau berbumbu tajam, hindari cabe, lada,
dan asam
(f) Buah-buahan yang mengandung gas, kol, kembang kol, lobak, pemicu
perut kembung
(g) Kacang tanah, bisa menyebabkan alergi atau pemicu anaphylactic
shock atau pembengkakan pada tenggorokan sehingga bayi susah
bernapas
(h) Seringkali telur memicu alergi, berikan bertahap dengan porsi kecil
dan lihat reaksinya. Jika tidak menimbulkan alergi telur bisa diberikan.
24
(5) Jadwal Pemberian Makanan Pada Bayi
Pola makan bayi sebenarya tida ada acuan pastinya, karena waktu makan
bayi dan istirahat bayi belum teratur seperti orang dewasa, karenanya gunakan
pola makan sehari sebagai berikut. (Marmi dan Kukuh, 2012: 383)
Berikan ASI sekehendak atau semaunya bayi. Jika menggunakan susu
formula pengganti ASI, berikan 5 kali sehari dengan takaran 180-210 ml untuk
bayi usia 4-5 bulan. Untuk, bayi usia 5-6 bulan berikan 5 kali sehari dengan
takaran susu 210 ml -240 ml setiap kali minum. Tambahkan satu kali bubur susu
san satu kali bubur buah, atau satu kali bubur sayuran yang diolah sendiri. (Marmi
dan Kukuh, 2012: 383)
(6) Beberapa cara dalam menyiapkan makanan tambahan untuk bayi
Mengingat tubuh bayi rentan terhadap penyakit, maka setiap kali
mengolah makanan, lakukan hal-hal berikut: (Marmi dan Kukuh, 2012 : 383)
(a) Cuci semua bahan makanan seperti buah dan sayur sampai bersih
(b) Gunakan peralatan makan dan minum yang steril, yakni disuci bersih di air
mengalir dan direndam di air mendidih atau dimasukkan ke dalam alat steril
selama 5 menit
(c) Pastikan tangan sudah dicuci bersih. Apalagi jika sebelumnya sempat
menyentuh bagian-bagian tubuh atau benda-benda lain yang diduga terdapat
virus atau kuman seperti hidung. Bila tangan kita sempat terluka tutup
menggunakan plester.
(d) Gunakan sendok yang berbeda ketika kita ingin mencicipinya. Hal ini untuk
menghindari perpindahan virus atau kuman yang mungkin ada di mulut kita
ke mulut bayi.
(e) Cuci peralatan makan bayi setiap kali selesai dipakai. Buang sisa makanannya
karena ensim yang berasal dari ludah bayi akan menjamur.
25
2. Perkembangan
a. Definisi Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Kementerian kesehatan RI,
2012 : 4)
b. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
1) Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
petumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang An. A. akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf (Kementerian kesehatan RI,
2012 : 4)
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati suatu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang
anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak
tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain
yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
26
3) Pertumbuhan dan perkembangan memiliki kecepatan yang berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-
masing anak
4) Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlansung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi
dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan
tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu:
a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju kearah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal)
b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal)
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur
dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi berbalik,
misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum
mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum
berjalan dan sebagainya.
27
c. Prinsip-prinsip Tumbuh kembang anak: (Kementerian kesehatan RI,
2012 : 5)
1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan
sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar
merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha yang
diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
2) Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan.
Perkembangan berlansung dari tahapan umum ke tahapan spesifik,
dan terjadi berkesinambungan.
d. Aspek-aspek perkembangan yang Dipantau
1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakkan dan sikap tubuh
yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan
sebagainya.
2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagianya.
3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
28
4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan
mainan setelah bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak,
bersosialisai dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan
sebagainya
e. Peranan Gizi Bagi Perkembangan Otak dan Motorik Balita
1) Peranan Gizi terhadap Perkembangan Otak
Apabila asupan makanan balita tidak cukup mengandung zat-zat
gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama, akan
dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dalam otak sehingga
otak tidak mampu berfungsi secara normal. Apabila kekurangan
gizi ini tetap berlanjut dam semakin berat maka akan menyebabkan
pertumbuhan badan balita terhambat, badan lebih kecil diikuti
dengan ukuran otak yang juga kecil sehingga jumlah sel dalam
otak berkurang. Keadaan ini yang dapat berpengaruh pada
kecerdasan anak. (Febry, 2013)
2) Peranan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik
Kekurangan gizi pada balita dapat mengakibatkan keterlambatan
perkembangan motorik yang meliputi perkembangan emosi,
tingkah laku. Umumnya An. A. akan mengisolasi dirinya, apatis
(hilang kesadaran), pasif dan tidak mampu berkonsentrasi.
Akhirnya perkembangan kognitif An. A. akan terlambat. Perilaku
ini dapat dilihat pada anak-anak yang menderita KEP (Kurang
Energi Protein). (Febry, 2013)
29
B. Bayi
Masa bayi 0 sampai 11 bulan, masa ini dibagi menjadi dua periode yaitu:
1. Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ.
2. Masa Post Neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutaama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI
ekslusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI
sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang
sesuai. (Kementerian Kesehatan RI,2012)
Anak balita (umur 0-5 tahun) adalah satu sasaran pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh bidan. Anak baru lahir (0-28 hari) dan bayi ( umur 1-12
bulan) termask anak balita. Masa ini sering juga disebut masa sebagai fase
“Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk
memperhatikan tumbuh kemban anak secara cermat agar sedini mungkin dapat
terdeteksi apabila ada kelainan (Marmi, 2012: 107)..
C. Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Definisi Gangguan Pertumbuhan
Ganggguan pertumbuhan dapat dilihat dari variabel pertumbuhan yaitu
berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas,
dan panjang tungkai. Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran
30
energi protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi gizi
kurang akibat kekurangan energi protein dan jika berlangsung lama akan timbul
masalah yang dikenal dengan gizi kurang. (Marmi, 2012).
Gangguan pertumbuhan merupakan suatu keadaan apabila pertumbuhan
anak secara bermakna lebih rendah atau pendek dibandingkan anak seusianya
yang berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) berada dibawah – 2
SD kurva pertumbuhan WHO 2005 (Kemenkes RI, 2010).
Penilaian pertumbuhan dapat dilakukan melalui penilaian pertumbuhan
fisik salah satunya adalah melalui pemantauan tinggi badan anak. Dengan
mengukur tinggi badan anak, pertumbuhan anak dapat dinilai dan dibandingkan
dengan standar pertumbuhan yang bertujuan untuk menentukan apakah anak
tumbuh secara normal atau mempunyai masalah pertumbuhan atau ada
kecenderungan masalah pertumbuhan yang perlu ditangani (WHO, 2010).
Penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri. Dasar
utama dalam menilai pertumbuhan fisik An. A. adalah penilaian menggunakan
alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan penilaian harus
dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu
tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan.
a. Fakta Monitoring Gangguan Pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangat penting. Selain dapat
menentukan pola normal pertumbuhan pada anak, juga dapat menentukan
permasalahan dan factor yang mempengaruhi dan mengganggu pertumbuhan pada
anak sejak dini. (Marmi dan Kukuh, 2015:172)
31
Bila diketahui gangguan pertumbuhan sejak dini maka pencegahan dan
penanganan gangguan pertumbuhan tersebut dapat diatasi sejak dini. Sayangnya,
hampir 85%, lebih buku kesehatan anak yang berobat ke dokter An. A. atau ke
dokter justru tidak pernah digambarkan grafik pertumbuhan berat badan. Justru
grafik pertumbuhan berat badan sering digambar oleh kader posyandu bagi bayi
yang menimbang di posyandu. Sehingga banyak kelainan dan gangguan kesehatan
sering terjadi keterlambatan deteksi dini dan penanganannya. (Marmi dan Kukuh,
2015: 172)
50% bayi mengalami gangguan kenaikan berat badan sejak usia 6 bulan
yang tidak pernah terdeteksi oleh orang tua dan dokter hanya karena dalam buku
kesehatannya tidak pernah tergambar grafik kenaikan berat badan. Gangguan
kenaikan berat badan sejak usia 6 bulan seringkali terjadi hanya karena timbulnya
reaksi simpang makanan (alergi makanan, intoleransi makanan dan seliak) pada
bayi yang dapat menggangu saluran cerna dan menggangu nafsu makan dan berat
badan bayi. Karena, saat usia 6 bulan mulai diberi makanan tambahan baru.
(Marmi dan Kukuh, 2015:172)
Bagaimana mengetahui pertumbuhan normal anak balita? Berikut ini
merupakan beberapa langkah prosedur yang dapat diikuti dalam rangka menilai
normalitas pertumbuhan seorang bayi dan balita; (Marmi dan Kukuh,2015:173)
1) Ukur berat badan dan tinggi badannya
2) Pertumbuhan fisik anak, diukur antara lain dengan Berat Badan (BB), Tinggi
Badan (TB) dan Lingkar Kepala (LK). Salah satu cara untuk memantau
pengukuran ke 3 parameter tersebut, adalah dengan menggunakan grafik
pertumbuhan (growth chart)
32
3) Tentukan Berat Badan ideal anak, Juga bisa melihat Apakah anak tinggi atau
pendek, gemuk atau kurus.
4) Isi berat badan balita tentunya sesuai umur dan tarik garis grafik pertumbuhan.
Sebaiknya gunakan Teknik Pengukuran yang akurat dalam melakukan
langkah-langkah penilaian diatas, yaitu dengan;
1) BB (Berat Badan), Gunakan teknik yang tepat dan Gunakan selalu timbangan
yang sama
2) TB (Tinggi Badan) dan LK (Lingkar Kepala), gunakan teknik yang tepat dan
gunakan calibrated length board
b. Jenis Gangguan Pertumbuhan
1) Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan Pertumbuhan Fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas
normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan Berat Badan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk
mengetahui pola pertumbuhan anak. Bila grafik berat badan anak lebih dari 120%
kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan
apabila grafik berat badan dibawah normal kemungkinan anak mengalami kurang
gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal.
Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam
mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran Lingkar
Kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal.
Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita
hidrosefalus, Megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal.
Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak
33
menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi
normal.
Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya terjadinya gangguan yang lebih berat.
Jenis gangguan penglihatan yang dapat diderita oleh An. A. antara lain adalah
maturitas visual yang terlambat, gangguan refraksi juling, nistagmus, ambliopia,
buta warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optic, glaucoma, dan lain
sebagainya.
Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan
tuli sensorineural, tuli pada anak dapat disebabkan karena factor prenatal dan
postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetic dan infeksi TORCH yang
terjadi selama kehamilan. Sedangkan factor postnatal yang sering mengakibatkan
ketulian adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.
2) Pemeriksaan Yang dilakukan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Masalah yang sering
timbul dalam pertumbuhan anak meliputi gangguan pertumbuhan fisik.
2. Macam-Macam Gangguan Pertumbuhan
a. Gizi Kurang
Pada umumnya kekurangan gizi sering diidentikkan dengan konsumsi
makanan yang tidak mencukupi kebutuhan atau anak sulit untuk makan.
Sebenarnya, ada berbagai penyebab yang menjadikan seorang anak dapat
mengalami kekurangan gizi. Berikut ini penyebab kekurangan gizi yang biasa
terjadi. (Widodo, 2009)
34
1) Konsumsi makanan yang tidak mencukupi
2) Peningkatan penngeluaran gizi dari dalam tubuh
3) Kebutuhan gizi yang meningkat pada kondisi tertentu
4) Penyerapan makanan dalam sistim pencernaan yang mengalami gangguan
5) Gangguan penggunaan gizi setelah diserap
b. Gizi Buruk
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang
gizi mikro dan kurang gizi makro . Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energy dan protein.
Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan
gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro .
c. Gizi Lebih
Gizi lebih disebabkan oleh kurangnya aktivitas yang mengidentifikasi
kelebihan lemak dengan nilai standar deviasi >+2 SD, gizi lebih pada balita akan
menyebabkan 1,8 kali gizi lebih pada dewasa. ASI Eksklusif adalah salah satu
cara yang dapat mencegah kejadian gizi lebih.
Status gizi dapat dilihat dari variabel pertumbuhan yaitu berat badan,
tinggin panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan panjang tungkai.
Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi protein lebih
banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi gizi kurang akibat kekurangan
energi protein dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal
dengan gizi kurang. (Marmi, 2012).
35
3. Penyebab Gangguan Pertumbuhan
a. Faktor-faktor penyebab gizi kurang
1) Sikap Ibu Terhadap Makanan
Faktor risiko yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang dan
gizi buruk adalah sikap ibu terhadap makanan yang buruk dengan OR 6,98,
artinya ibu yang mempunyai balita 12-59 bulan mempunyai risiko menderita gizi
kurang dan gizi buruk sebesar 6,98 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu
yang mempunyai balita gizi baik.
Kejadian gizi kurang dan gizi buruk berkaitan dengan sikap ibu terhadap
makanan. Sikap terhadap makanan berarti juga berkaitan dengan kebiasaan
makan, kebudayaan masyarakat, kepercayaan dan pemilihan makanan. Budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, karya dan karsa. Budaya berisi norma-
norma sosial yakni sendi-sendi masyarakat yang berisi sanksi dan hukuman-
hukumannya yang dijatuhkan kepada golongan bilamana yang dianggap baik
untuk menjaga kebutuhan dan keselamatan masyarakat itu dilanggar. Norma-
norma itu mengenai kebiasaan hidup, adat istiadat, atau tradisi-tradisi hidup yang
dipakai secara turun temurun (Yudi H, 2007).
2) Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan buruk terbukti sebagai faktor risiko kejadian gizi
kurang dan gizi buruk pada balita dengan OR 5,03, artinya ibu yang mempunyai
balita gizi kurang dan gizi buruk mempunyai risiko 5,03 kali untuk menderita gizi
kurang dan gizi buruk bila dibandingkan dengan ibu yang mempunyai balita gizi
baik.
36
Kesehatan lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam
penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan proses tumbuh
kembangnya. Sanitasi lingkungan yang buruk akan menyebabkan anak balita akan
lebih muda terserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat mempengaruhi status
gizi anak.
Sanitasi lingkungan erat kaitannya dengan ketersedian air bersih,
ketersedian jamban, jenis lantai rumah, serta kebersihan peralatan makanan,
kebersihan rumah, pencahayaan, ventilasi. Makin tersediannya air bersih untuk
betuhan sehari-hari, maka makin kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi
(Soekirman, 2000).
3) Pola Asuh Makan Terhadap Gizi Kurang
Pola asuh makan merupakan faktor risiko kejadian gizi kurang. Orangtua
memiliki tingkat kontrol yang tinggi terhadap lingkungan dan pengalaman anak-
anak mereka. Pengasuhan yang baik adalah ibu memperhatikan frekuensi dan
jenis makanan yang dikonsumsi oleh anaknya agar kebutuhan zat gizinya
terpenuhi. Setiap orangtua memiliki praktik pengasuhan yang berbeda tergantung
dari budaya masing-masing, sehingga pengasuhan makanan ini dianggap sebagai
strategi perilaku tertentu untuk mengontrol apa saja yang dikonsumsi anak dan
berapa banyak yang dikonsumsi anak ketika mereka makan.
Disamping itu, menu makanan yang disajikan dalam satu minggu
cenderung tidak bervariasi yang dapat menimbulkan kejenuhan pada balita dan
sifat pilih-pilih makanan. Balita yang tidak terbiasa dengan variasi makanan lokal
dapat menyebabkan balita menjadi pilih-pilih makanan sehingga pemenuhan zat
37
gizi lainnya menjadi kurang. Kekurangan zat gizi yang berlangsung secara terus
menerus inilah yang dapat menyebabkan balita kehilangan beratnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Zulfita (2013) yang menyatakan bahwa
pola asuh makan merupakan faktor risiko gizi kurang, dimana balita dengan pola
asuh makan yang kurang, berisiko 4,297 kali menderita gizi kurang dibandingkan
dengan balita yang ibunya memberikan pola asuh yang baik (95% CI: 1,413 –
13,08) dengan nilai p<0,05. Disamping itu, hasil penelitian Syukriawati (2011)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang antara pola asuh makan dengan gizi
kurang pada balita dengan hasil uji statistik yaitu nilai p value sebesar 0,042
(p<0,05).
4) Penyakit Infeksi Terhadap Gizi Kurang
Penyakit infeksi dalam penelitian ini merupakan faktor risiko namun tidak
bermakna signifikan. Hal ini dikarenakan sebagian besar penyakit infeksi yang
pernah diderita oleh balita adalah ISPA dengan kategori bukan pneumonia yaitu
berupa demam, batuk mapun flu. Selain itu, ketika balitanya sakit, orangtua balita
langsung membawa balitanya berobat ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan
pertolongan pertama sehingga balitanya cepat sembuh.
Infeksi memainkan peran utama dalam etiologi gizi karena infeksi
mengakibatkan peningkatan kebutuhan dan pengeluaran energi tinggi, nafsu
makan rendah, kehilangan unsur hara akibat muntah, diare, pencernaan yang
buruk, rendahnya penyerapan dan pemanfaatan zat gizi, serta gangguan
keseimbangan metabolisme.
Penelitian ini sejalan dengan, penelitian Glenn et al. (2014) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa risiko balita yang menderita infeksi adalah
38
2,81 kali lebih tinggi mengalami gizi kurang dan tidak memiliki makna yang
signifikan .
b. Beberapa Hal Lain Yang Mendorong Terjadinya Gangguan gizi
Penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan
anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang
mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Faktor yang
secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada Bayi
dan Balita antara lain sebagai berikut:
1) Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan .
2) Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
3) Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
4) Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
5) Sosial Ekonomi
c. Akibat Gizi Tidak Seimbang
1) Kekurangan Energi dan Protein
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein adalah :
a) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
b) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
c) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan
dalam usus terganggu
d) Kebutuhan yang meningkat, misalnya penyakit infeksi yang tidak
diimbangi dengan asupan yang memadai. (Proverawati, 2009)
e) Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat
dibedakan menjadi 3 bentuk :
39
(1) Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya
seperti orang tua. Bentuk ini di karenakan kekurangan energi yang dominan.
Tanda-tanda :
(a) Muka
Muka seorang penderita marasmus menunjukkan wajah pucat seperti orang
tua. Anak terlihat sangat kurus karena hilangnya sebagian lemak dan otot-
ototnya.
(b) Kulit
Kulit keriput, kering, tipis, tidak lentur, dingin dan mengendor disebabkan
kehilangan banyak lemak dibawah kulit serta otot-ototnya.
(c) Kelainan pada rambut kepala
Walaupun tidak seperti pada penderita kwarshiorkor rambut berubah warna
kemerahan, marasmus adakalanya tampak rambut kering, tipis dan mudah
dicabut tanpa menyisakan rasa sakit.
(d) Perubahan mental
Anak menangis, rewel dan lesu, setelah mendapat makan oleh sebab masih
merasa lapar. Kesadaran yang menurun terdapat pada penderita marasmus
yang berat.
(e) Lemak dibawah kulit
Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit mengurang.
(f) Otot-otot
Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas
40
(g) Abdomen
Perut dapat kembung dan datar. Dinding perut menegang, sementara kelenjar
limfe mudah sekali diraba.
(h) Tanda-tanda vital
Detak jantung, tekanan darah dan suhu tubuh rendah, namun takikardi sering
terjadi.
(i) Berat badan
Berat badan penderita marasmus biasanya hanya sekitar 60% dari berat badan
yang seharusnya.
(j) Penyulit
Penyulit yang paling lazim terjadi adalah gastroentestinal akut, dehidrasi,
infeksi saluran nafas, diare dan kerusakan mata akibat kekurangan vitamin A.
Penyebab Maramus
(a) Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan, akibat dari ketidaktahuan orang tua
si anak misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
(b) Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis
kongenital.
41
(c) Kelainan struktur bawaan
Misalnya penyakit jantung bawaan, penyakit hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic
fibrosis pancreas.
(d) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap
yang kurang kuat.
(e) Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup.
(f) Gangguan metabolic
Misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose
intolerance.
(g) Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang
akan menimbulkan marasmus.
(2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat oedema, yaitu penumpukan cairan di
sela-sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubunya
mengalami pengurusan (Wasting). Wasting yaitu berat badan anak tidak
sebanding dengan tinggi badanya.
Tanda-tanda :
(a) Muka
Penderita tampak bulat dan pucat, ekpresi wajah tampak seperti susah dan
sedih, pandangan mata sayu.
42
(b) Kelainan pada kulit tubuh
Kulit kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang mendalam dan lebar,
terjadi persisikan dan hiperpigmentasi. Terdapat kelainan kulit berupa bercak
merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu
terkelupas (crazy pavement dermatosis)
(c) Kelainan pada rambut kepala
Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut
tanpa rasa sakit dan mudah rontok.
(d) Perubahan mental
Terjadi perubahan mental menjadi apatis dan rewel
(e) Lemak bawah kulit
Lemak bawah kulit masih cukup baik namun jaringan otot tampak mengecil
(f) Otot-otot
Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk. Tonus dan kekuatan otot sangat berkurang.
(g) Abdomen
Perut tampak menonjol karena penegangan lambung dan usus terpuntir. Perut
anak membuncit karena pembesaran hati.
(h) Tanda-tanda vital
Takikardi jarang terjadi, sementara hipotermi dan hipoglikemi dapat terjadi.
(i) Berat badan
Kekurangan berat badan setelah dikurangi cairan edema biasanya tidak
separah marasmus.
43
(j) Penyulit
Penyulit yang biasanya terjadi sama dengan marasmus kecuali diare, infeksi
saluran nafas dan kulit yang berlangsung lebih parah.
Penyebab Kwasikor :
(a) Pola makan
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan
penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.
(b) Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan
sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan sudah berlangsung turun-turun dapat menjadi hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
(c) Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga atau penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak
terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
(d) Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara KEP dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya KEP,
walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap
infeksi.
44
(3) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor yang
disertai oleh edema. Gambaran yang utama ialah kwashiorkor edema dengan atau
tanpa lesi kulit, pengecilan otot, dan pengurangan lemak bawah kulit seperti pada
marasmus. Jika edema dapat hilang pada awal pengobatan, penampakan penderita
akan menyerupai marasmus. Gambaran marasmus dan kwashiorkor muncul secara
bersamaan dan didominasi oleh kekurangan protein yang parah. Kejadian ini di
karenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi
dari asupanya. (Marimbi, 2010)
Gambar 4 Status gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
(sumber: United Nation's Children's Fund (UNICEF), 1990).
45
4. Deteksi Pertumbuhan Anak Berdasarkan Antopometrik
a. Ukuran antropometrik
Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakan di masyarakat (Almatsier, 2004). Pengukuran antropometri ini
dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan
menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).
Ukuran antropometri ini untuk memantau pertumbuhan fisik anak,
digunakan ukuran-ukuran antropometrikyang dibedakan menjadi dua kelompok:
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh.2013)
b. Ukuran yang tergantung umur (age dependece)
1) Berat badan (BB) terhadap umur
2) Tinggi atau panjang badan (TB) terhadap umur
3) Lingkar kepala (LKA) terhadap umur
4) Lingkar lengan atas (LLA) terhadap umur
Kesulitan penggunaan cara ini adalah menetapkan umur anak secara tepat,
karena tidak semua anak mempunyai catatan mengenai tanggal lahir.
c. Ukuran yang tidak tergantung umur,
1) BB terhadap TB
2) LLA terhadap TB (QUAC Stick = Quacker Arm Circumference
Measuring stick)
3) Lain-lain: LLA dibandingkan dengan standar atau baku, lipatan kulit
pada trisep, subskapular, abdominal dibandingkan dengan baku.
Selanjutnya, hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan
dengan suatu baku tertentu, misalnya baku harvard, NCHS (National Center for
46
Health Statistic), CDC, WHO, atau baku nasional. Selain itu, masih ada ukuran
antropometrik lain yang dipakai untuk keperluan khusus, seperti pada kasus-kasus
kelaianan bawaan atau untuk menentukan jenis perawakan, (Soetjiningsih dan
Gde Ranuh.2013)
1) Lingkar dada, lingkar perut, lingkar leher
2) Panjang jarakantara 2 titik tubuh, seperti bi-akromial untuk lebar bahu
bitrokanterik untuk lebar pinggul, bitemporal untuk lebar kepala
3) Kurva untuk palsi selebral
4) Kurva sindrom down
5) Kurva bayi prematur
5. Indeks Antropometrik
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah ukuran
antropometri yang sangat labil (Supariasa, 2001).
Dalam keadaan normal dimana kesehatan baik, keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti
pertumbuhan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua
kemungkinan perkembangan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat.
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan
menurut umur digunakan sebagai salah satu pengukuran status gizi. Mengingat
47
karakteristik berat badan, maka indeks BB/U menggambarkan status gizi
seseorang saat ini (Supariasa, 2001).
b. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan
tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
saat ini/sekarang (Supariasa, 2001).
Kelebihan indeks berat badan menurut tinggi badan (Supariasa, 2001) :
a. Tidak memerlukan data umur
b. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, atau kurus).
Kelemahan indeks berat badan menurut tinggi badan (Supariasa, 2001) :
a. Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup tinggi atau
kelebihan tinggi badan menurut umurnya
b. Sering mengalami kesulitan pengukuran tinggi badan
c. Membutuhkan dua macam alat ukur
d. Pengukuran relatif lama
e. Membutuhkan dua orang melakukannya
f. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama oleh
kelompok non-profesional
c. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Kelebihan indeks berat badan menurut umur (BB/U) (Supariasa, 2001) :
1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
2) Baik untuk status gizi akut maupun kronis
3) Berat badan dapat berfluktuasi
48
4) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
5) Dapat mendeteksi kegemukan
Kekurangan indeks berat badan menurut umur (BB/U) :
1) Interpretasi yang keliru jika terdapat edema atau esites
2) Umur sering sulit ditaksir dengan tepat
3) Sering terjadi kesalahan pengukuran seperti pengaruh pakaian atau gerakan
pada waktu penimbangan
4) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya.
d. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitif
terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi
zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama
(Supariasa, 2001).
Kelebihan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) (Supariasa, 2001) :
1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau
2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa
Kelemahan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) (Supariasa, 2001) :
1) Tinggi badan tidak cepat naik
2) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan dua orang untuk melakukannya
3) Ketepatan umur sulit didapati
49
e. Penatalaksanaan Terhadap Gangguan Pertumbuhan
1) Melakukan pengumpulan data subjektif dan objektif
2) Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital
3) Memberikan Dukungan Asuhan Sayang Ibu
a) Memberikan informasi dan penjelasan sebanyak yang ibu inginkan
b) Memberikan asuhan sehingga ibu merasa aman dan percaya diri
c) Memberikan dukungan empati selama melakukan asuhan kepada anak
d) Permudah komunikasi yang baik antara pengasuh dan pelaksana
asuhan
4) Pemberian Terapi Pijat Bayi
Baby Massage atau pijat bayi adalah terapi setuhan kulit menggunakan
tangan. Penelitian “Cyntia Mersmann” membuktikan bila bayi dipijat
dipercaya dapat meningkatkan stimulus otaknya, membantu
pertumbuhannya, memperlancar sistem pencernaannya, bahkan membantu
sistem kekebalan tubuhnya. Juga dapat membina hubungan antar ibu
dengan bayinya. “Terdapat manfaat yang nyata dari pijat bayi yang
dilakukan terhadap anak berusia 0-12 bulan” ujar Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi RSUD dr. Soetomo, dr. Noor Idha Handajani, SpK-
FR (detiksurabaya.com 11/5/2010) serta didukung Penelitian medis yang
telah membuktikan banyak manfaat dari pijat bayi dan balita.
50
a) Berikut ini beberapa manfaat pijat bayi atau balita menurut para ahli :
(1) Meningkatkan berat badan
Penelitian yang dilakukan oleh Prof. T. Field & Scafidi (1986 & 1990)
menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur (berat badan 1280 dan 1176
gram). Yang dipijat 3 x 15 menit selama 10 hari, mengalami kenaikan
berat badan per hari 20%-47% lebih banyak dari pada bayi yang tidak
dipijat.
(2) Meningkatkan pertumbuhan
(3) Meningkatkan daya tahan tubuh
Penelitian terhadap penderita HIV yang dipijat sebanyak 5 kali dalam
seminggu selama sebulan, menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah
dan toksisitas sel pembuluh alami (natural killer cells). Hal tersebut dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi sekunder pada penderita
AIDS.
(4) Meningkatkan konsentrasi bayi atau anak dan membuat tidur lebih lelap.
Anak yang dipijat tidurnya akan lebih lelap dan saat bangun
konsentrasinya akan lebih penuh. Di Touch Research Institut Amerika
dilakukan penelitian pada sekelompok anak dengan pemberian soal
matematika. Setelah itu dilakukan pemijatan pada anak-anak tersebut 2 x
15 menit setiap minggunya dalam jangka waktu 5 minggu. Selanjutnya
anak-anak tersebut diberi soal matematika yang lain. Ternyata mereka
hanya membutuhkan waktu penyelesaian setengah dari waktu yang
dipergunakan untuk menyelesaikan soal yang terdahulu. Dan tingkat
kesalahannya hanya 0,5% dari sebelum pijat.
51
(5) Membina kasih sayang antara orang tua dan anak
Bagi bayi prematur, pijat bayi terbukti memberikan dampak positif untuk
mempercepat kesiapannya hidup normal seperti bayi yang usianya sebulan
diatasnya pada tujuh hari pertama pemijatan. Hasil penelitian dari
University Of Miami Medical School menunjukkan bahwa bayi prematur
yang dipijat setiap hari akan mengalami pertambahan berat badan 47%
dari bayi yang tidak dipijat, meskipun mereka diberi asupan kalori yang
sama.
(6) Manfaat pijat bayi ditinjau dari berbagai segi, antara lain :
(a) Melancarkan sirkulasi darah
(b) Melancarkan ogsigenensial dalam tubuh
(c) Meningkatkan daya tahan tubuh
(d) Mengatasi gangguan tidur anak
(e) Pertumbuhan dan perkembangan menjadi lebih optimal.
(7) Langkah- langkah Baby Massage (Pijat Bayi)
(a) Kaki
Bagian ini merupakan bagian yang terbaik untuk memulai pijatan,
karena merupakan bagian yang paling tidak sensitif diantara bagian
tubuh bayi yang lain. Colek sedikit minyak, mulai pijat dengan kedua
tangan anda secara perlahan, mulai dari daerah paha, terus kebawah.
Buatlah pijatan secara bergantian antara tangan kanan dan kiri anda.
Gerakan pijatan harus selembut mungkin, meniru gerakan memerah
susu. Pindah ke kaki sebelahnya lagi dan lakukan pijatan yang sama.
52
(b) Telapak Kaki
Ambil salah satu telapak kakinya dan secara lembut putarlah beberapa
kali kearah kiri, lalu ulangi lagi kearah kanan. Setelah itu, pijatlah
punggung telapak kakinya mulai dari arah mata kaki kearah jari-jari
kaki. Pindahkan ketelapak kaki satunya dan ulangi seperti itu.
(c) Tumit
Ambil salah satu telapak kakinya dan secara lembut putarlah beberapa
kali kearah kiri, lalu ulangi lagi kearah kanan. Setelah itu, pijatlah
punggung telapak kakinya mulai dari arah mata kaki kearah jari-jari
kaki. Pindah ketelapak kaki satunya dan ulangi seperti itu.
(d) Jari Kaki
Bagian ini adalah penutup dari pijatan bagian kaki bayi. Peganglah jari
mungilnya satu persatu menggunakan ibu jari dan telunjuk anda
kemudian secara lembut tariklah searah dengan jarinya, sehingga jari-
jari anda terlepas diujung jari kaki bayi. Lakukan untuk kesepuluh
jarinya.
(e) Lengan
Ambil salah satu lengannya dan lakukan gerakan seperti yang anda
lakukan terhadap kakinya – gerakkan seperti memerah susu, mulai dari
ketiaknya, terus hingga kepergelangan tangan. Kemudian pegang
telapak tangannya, dan putar-putar secara perlahan beberapa kali,
kearah kanan dan kiri. Pindah ke lengan satunya lagi dan lakukan hal
yang sama.
53
(f) Telapak Tangan
Dengan menggunakan ibu jari anda, pijatlah telapak tangan bayi anda
dengan gerakan memutar.
(g) Jari Tangan
Sama seperti jari- jari kaki, secara lembut ambil satu persatu jari
tangannya, menggunakan ibu jari dan telunjuk anda, lalu tarik secara
perlahan.
(h) Dada
Katupkan kedua telapak tangan anda (seperti tapak budha), lalu
letakkan pada dadanya dalam keadaan seperti itu. Secara perlahan, buat
gerakkan kearah luar tubuh bayi, sehingga telapak tangan yang terkatup
secara perlahan terbuka menghadap kebawah, dan telapak tangan anda
akhirnya menempel dan berjalan diatas dadanya. Ulangi beberapa kali.
Masih pada bagian dada, kali ini letakkan salah satu telapak tangan
anda dengan menghadap kebawah, didaerah dada bayi, kemudian
buatlah pijatan lembut kebawah, kearah pahanya. Buatlah gerakkan ini
secara bergantian, dengan tangan kanan dan kiri anda.
(i) Punggung
Balikkan tubuh bayi anda secara perlahan, sehingga ia tengkurap. Posisi
anda berada disalah satu sisinya. Dengan menggunakan jari-jari tangan
anda buatlah pijatan lembut melingkar dengan kedua tangan, dimulai
dari bawah lehernya, sampai ke pantat si kecil. Pindahlah posisi anda
kesisi sebelahnya lagi dan lakukan gerakan yang sama.