bab ii tinjauan pustaka a. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/eko setyo wibowo bab...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Hipertensi Seseorang dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg (Rachman, 2011). Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan / left ventricle, hypertrophy (untuk otot jantung) dengan target organ diotak berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian (Bustan, 2007). 2. Klasifikasi Hipertensi Secara klinis hipertensi dapat dikelompokan sesuai rekomendasi dari Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure” (Muchid, A., 2006) sebagai berikut : 9 Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Upload: lamhanh

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi Hipertensi

Seseorang dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan darah

sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg (Rachman, 2011). Hipertensi

adalah keadaan peningkatan tekanan darah gejala yang akan berlanjut ke

suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

(untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan / left ventricle,

hypertrophy (untuk otot jantung) dengan target organ diotak berupa stroke,

hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian (Bustan,

2007).

2. Klasifikasi Hipertensi

Secara klinis hipertensi dapat dikelompokan sesuai rekomendasi dari

“Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure” (Muchid, A., 2006)

sebagai berikut :

9

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur ≥ 18 tahun

Klasifikasi tekanan darah

Tek darah sistolik

mm Hg

Tek darah diastolic

mm Hg Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥ 100

3. Jenis jenis hipertensi

a. Hipertensi esensial / primer

Tekanan darah meningkat disebabkan oleh beberapa faktor

sekaligus seperti keturunan, perubahan pada jantung dan pembuluh darah,

bertambahnya umur, juga stress psikologis (Martuti, A., 2009). Hipertensi

primer atau yang dikenal dengan hipertensi essensial atau idiopatik

merupakan kasus hipertensi terbanyak, yaitu sekitar 95% dari kejadian

hipertensi secara keseluruhan (Adrogué & Madias, 2007 dalam Widyasari,

D.F., & Candrasari, A., 2010).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi yang penyebab spesifiknya sudah diketahui, seperti

gangguan pada ginjal, terganggunya keseimbangan hormon yang

merupakan faktor pengatur tekanan darah, pengaruh obat obatan seperti pil

KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropeitin, kokain, penyalahgunaan

alkohol, kayu manis (dalam jumlah yang sangat besar) (Martuti, A., 2009).

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

4. Pengendalian Hipertensi

Hipertensi adalah memang penyakit yang berbahaya. Namun penyakit

hipertensi dapat dikontrol, untuk itu dibutuhkan pengendalian tekanan darah

yang tepat, salah satunya yaitu dengan memodifikasi gaya hidup. Oleh sebab

itu semua pasien hipertensi harus melakukan perubahan pola hidup

(therapeutic lifestylechanges), seperti berolahraga teratur, menurunkan berat

badan bagi yang kelebihan berat badan, berhenti merokok, mengurangi asupan

garam, dan lain-lain (Tedjasukmana, P., 2012).

Sutomo, B. (2009) mengelompokan menjadi 2 faktor risiko

hipertensi, yaitu faktor yang bisa diubah dan tidak bisa diubah.

a. Faktor risiko yang tidak bisa diubah

1. Ras

Suku berkulit hitam berisiko lebih tinggi terkena hipertensi (Sutomo,

B., 2009).

2. Usia

Hipertensi bisa terjadi pada semua usia. Tetapi semakin bertambahnya

usia seseorang, risiko terserang hipertensi semakin meningkat. Hal ini

terjadi akibat perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan

hormon (Sutomo, B., 2009). Tingginya hipertensi sejalan dengan

bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada

pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah

meningkatnya tekanan darah sistolik (Hardiman, A., 2006).

3. Riwayat keluarga

Hipertensi bisa diturunkan. Anak yang salah satu orangtuanya

mengidap hipertensi, memiliki risiko 25% menderita hipertensi juga.

Jika kedua orangtua hipertensi, 60% keturunannya mendapatkan

hipertensi (Sutomo, B., 2009). Riwayat keluarga dekat yang menderita

hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena

hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial) (Hardiman, A.,

2006).

4. Jenis kelamin

Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan paruh

baya. Sebaliknya, hipertensi sering terjadi pada sebagian besar wanita

setelah berusia 55 tahun, atau yang mengalami menepouse (Sutomo,

B., 2009).

b. Faktor risiko yang bisa dikendalikan dan di ubah (berupa pola hidup)

1. Status berat badan

Ada beberapa sebab mengapa kelebihan berat badan bisa memicu

hipertensi. Massa tubuh yang besar membutuhkan lebih banyak darah

untuk menyediakan oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Artinya,

darah yang mengalir dalam pembuluh darah semakin banyak sehingga

dinding arteri mendapatkan tekanan lebih besar. Tak hanya itu,

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

kelebihan berat badan membuat frekuensi denyut jantung dan kadar

insulin dalam darah meningkat. Kondisi ini menyebabkan tubuh

menahan natrium dan air.

Lemak jenuh dan lemak trans yang masuk ke dalam tubuh patut

diwaspadai. Konsumsi kedua lemak ini secara terus-menerus

menyebabkan penumpukan lemak di dalam pembuluh darah.

Akibatnya arteri menyempit dan perlu tekanan lebih besar untuk

mengalirkan darah ke seluruh tubuh (Sutomo, B., 2009).

Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang

dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu

perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam

meter (Kaplan dan Stamler, 1991 dalam Hardiman, A., 2006).

Nilai IMT dihitung menurut rumus :

Indeks Massa tubuh (IMT) = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m2)

Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (II\/IT) Menurut WHO

Indeks Massa Tubuh (IMT) (Kg/cm2)

Kategori

<16 16,00 -16,99 17,00 -18,49 18,50 -24,99 25,00 -29,99 30,00 -39,99

>40

Kurus tingkat berat Kurus tingkat ringan Kurus ringan Normal Kelebihan berat badan tingkat 1 Kelebihan berat badan tingkat 2 Kelebihan berat badan tingkat 3

Sumber : WHO Exper Committee, 1996

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

Tabel 2.3 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Orang Indonesia

IMT (Kg/cm2) Kategori Keadaan

< 17

17,0 - 18,5

Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan

Kurus

18,5 -25,0

Normal

> 25,0 - < 27,0

> 27

Kelebihan berat badan tingkat rinqan Kelebihan berat badan tingkat berat

Gemuk

Sumber: Oil. Gizi Oepkes RI Jakarta, 1994

2. Aktivitas fisik

Faktor ini merupakan salah satu langkah mengatasi faktor pertama dan

kedua. Jika seseorang kurang gerak, frekuensi denyut jantung menjadi

lebih tinggi sehigga memaksa jantung bekerja lebih keras setiap

kontraksi (Sutomo, B., 2009).

. a. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan

pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik

dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik

atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari

dalam seminggu (Mukti, A. G., 2012). Menurut Karim, F. (2002),

Bergerak/aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang

meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran

Kalori). Dengan majunya dunia tehnologi memudahkan semua

kegiatan sehingga menyebabkan kita kurang bergerak

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

(hypokinetic), seperti penggunaan remote kontrol, komputer, lift

dan tangga berjalan, tanpa dimbangi dengan aktifitas fisik yang

akan menimbilkan penyakit akibat kurang gerak

b. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan

terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan

ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Karim, F.,

2002). Olahraga yang teratur adalah olahraga yang dilakukan

dengan frekuensi 3 – 5 kali seminggu dengan selang waktu satu

hari istirahat (Mukti, A. G., 2012).

3. Konsumsi garam

a. Natrium

Beberapa orang lebih sensitive terhadap natrium. Tubuh mereka

akan menahan natrium di dalam tubuh sehingga terjadi retensi air

dan peningkatan tekanan darah. Usia pun mempengaruhi

kemampuan tubuh menahan natrium. Semakin tua umur seseorang,

tubuhnya semakin sensitif terhadap natrium (Sutomo, B., 2009).

Data dari suatu penelitian meta analisis didapatkan bahwa, adanya

penurunan Na di dalam urine sebesar 1,8 gr per hari berbanding

lurus dengan penurunan tekanan darah; (1) sistolik sebesar 2

mmHg dan 1 mmHg untuk tekanan darah diastolik pada pasien

nonhipertensi, (2) 5 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan 2,7

mmHg untuk tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi. Dari

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

penelitian ini disimpulkan bahwa penurunan asupan natrium dapat

mencegah hipertensi (Janah, M., Sulastri, D., & Lestari, Y., 2013)

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan

makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan

sulit dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1

sendok teh) per hari pada saat memasak (Hardiman, A., 2006).

b. Penyedap rasa

Budiarso (2003), menyatakan bahwa sumber utama natrium atau

sodium di negara negara Barat adalah garam dapur. Akan tetapi di

Indonesia, disamping garam dapur dan ikan asin, sumber lain yang

lebih potensial adalah monosodium glutamate (MSG/Vetcin).

Kadar Natrium/sodium dalam 1 gram garam dapur setara dengan

kadar natrium/sodium yang terkandung dalam 3 gram (1 sendok

teh) MSG/Vetcin. Satu gram garam dapur membuat 1 mangkok

sop atau mie menjadi asin, Sebaliknya 3 gram MSG/Vetcin tidak

terasa asin, malah terasa lezat dan gurih. Sehingga secara tidak

sadar, bisa keracunan natrium atau sodium karena penambahan

MSG/Vetcin yang berlebih.

4. Manajemen Stres

Tekanan darah bisa sangat tinggi ketika stress datang, tetapi sifatnya

hanya sementara. Stres juga bisa memicu seseorang berperilaku buruk

yang bisa meningkatkan risiko hipertensi (Sutomo, B., 2009). Stres

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stres

atau ketegangan emosional dapat mempengaruhi sistem

kardiovaskuler, khususnya hipertensi, dan stres dipercaya sebagai

faktor psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah (Muhlisin,

A., & Laksono, R.A., 2011). Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi

yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi dan lain

lain (Sunaryo., 2002). Untuk itu dibutuhkan manajemen stress.

Memanajemen stres berarti Membuat perubahan dalam cara berpikir

dan mekanisme koping dalam menghadapi tekanan hidup dan cara

berperilaku dalam lingkungan ( Margiati, L.,(1999)).

Menurut Ibnu, I.F., & Saleh, U., ( 2010) untuk mencegah mengalami

stress, setidaknya ada 3 lapis.

a. Lapis pertama (primary prevention) dengan cara merubah cara kita

melakukan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills

yang relevan, misalnya: skill mengatur waktu, skill menyalurkan,

skill mendelegasikan, skillmengorganisasikan, menata, dst.

b. Lapis kedua (Secondary prevention), strateginya kita

menyiapkandiri menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet,

rekreasi, istirahat , meditasi, dst.

c. Lapis ketiga (Tertiary prevention), strateginya kita

menanganidampak stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan

meminta bantuanjaringan supportive (social-network) ataupun

bantuan profesional.

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

5. Status merokok

Zat-zat kimia tembakau seperti nikotin dan karbonmonoksida dari asap

rokok, membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah

(Sutomo, B., 2009). Dari segi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang

dikandung rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan tar akan

memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis

sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung

bertambah cepat, menstimulasi kanker dan berbagai penyakit lain

(Komalasari & Helmi, 2000 dalam Oroh, D.N., kandou, G.D.,& Malonda,

N.S., 2013).

6. Sindroma resistensi insulin atau sindroma metabolik

Faktor ini dipercaya para dokter sebagai faktor genetik. Glukosa hasil

sintesa makanan akan diangkut oleh darah ke seluruh tubuh lalu diubah

menjadi sumber energi. Agar glukosa bisa masuk ke dalam sel-sel

tubuh dibutuhkan insulin. Namun, ada beberapa orang yang kurang

mampu merespon insulin sehingga tubuh memproduksi lebih banyak

insulin. Lama-kelamaan, pankreas tidak mampu lagi mengatasi

resistensi insulin. Kondisi ini akan mengarah ke diabetes tipe II. Inilah

kenyataan mengapa diabetes sangat berkaitan dengan hipertensi

(Sutomo, B., 2009). Sindrom metabolik terutama disebabkan oleh

obesitas dan resistensi insulin. Pada obesitas, terjadi resistensi insulin

dan gangguan fungsi endotel pembuluh darah yang menyebabkan

vasokonstriksi dan reabsorbsi natrium di ginjal dan menyebabkan

hipertensi. (Haris, S., & Tambunan, T., 2009).

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

7. Kalium rendah

Kalium membantu tubuh menjaga keseimbangan jumlah natrium di

dalam cairan sel. Apabila tubuh kekurangan kalium, natrium yang

berlebihan di dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan sehingga risiko

hipertensi meningkat (Sutomo, B., 2009).

8. Konsumsi minuman beralkohol

Sekitar 5-20% kasus hipertensi disebabkan oleh alkohol. Hubungan

alkohol dan hipertensi memang belum jelas. Tetapi penelitian

menyebutkan, risiko hipertensi meningkat dua kali lipat jika

mengonsumsi alkohol tiga gelas atau lebih (Sutomo, B., 2009).

Widyanto, F.C., (2013) penatalaksanaan hipertensi dapat dibedakan

menjadi 2, yaitu

1. Terapi Non farmakologis

Terapi non farmakologis dalam mengatasi hipertensi

ditekankan pada berbagai upaya berikut :

a. Mengatasi obesitas dengan menurunkan berat badan berlebih

b. Latihan fisik (olahraga) secara teratur

c. Pemberian kalium dalam bentuk makanan dengan konsumsi buah

dan sayur

d. Mengurangi asupan garam dan lemak jenuh

e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol

f. Menciptakan keadaan rileks

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

2. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis dilakukan dengan menggunakan obat

anti hipertensi yang secara khusus diharapkan :

a. Mempunyai bioavailabilitas yang tinggi dan konsisten sehingga

evektifitasnya dapat diperkirakan ( predictable)

b. Mempunyai waktu paruh (plasma elimination half-life) yang

panjang sehingga diharapkan mempunyai efek pengendalian

tekanan darah yang panjang pula

c. Smooth onset of action dengan kadar puncak plasma setelah 6 –

12 jam untuk mengurangi kemungkinan efek mendadak seperti

takikardia

d. Mengingatkan survival dengan menurunkan risiko gagal jantung

dan mengurangi recurrent (serangan balik) infark miokard

Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan hipertensi dengan

farmakologis :

a. Diuretik thiazide

Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan

untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang

garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh

tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga

menyebabkan hilangnya kalium melalu air kemih, sehingga kadang

diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

sangat efektif pada orang kulit hitam, lanjut usia,kegemukan, dan

penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun.

b. Penghambat andrenergik

Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri

dari a-blocker, b-bloker dan a-b-bloker labetalol. Obat ini

menghambat efek system saraf simpatis yang merupakan sistem

saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres,

dengan cara meningkatkan tekanan darah. Obat jenis ini yang paling

sering digunakan adalah b-blocker, yang efektif diberikan pada klien

usia muda, klien dengan riwayat serangan jantung, klien dengan

denyut jantung yang cepat, angina pectoris (nyeri dada), dan sakit

kepala migren.

c. ACE-inhibitor (angiotensin-converting enzyme)

ACE-inhibitor menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara

melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan pada orang kulit putih,

usia muda, klien gagal jantung, klien proteinuria karena penyakit

ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik, dan klien dengan

impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.

d. Angiotensin-II-bloker

Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah

dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

e. Antagonis kalsium

Penggunanaan antagonis kalsium menyebabkan melebarnya

pembuluh darah dengan mekanisme yang berbeda. Obat ini efektif

diberikan pada orang kulit hitam, lansia, klienangina pectoris (nyeri

dada), takikardi, dan sakit kepala migren. Contoh golongan obat

antagonis kalsium adalah nifedipine dengan kerja yang cepat dan

dapat diberikan per-oral (ditelan). Obat ini dapat menyebabkan

hipotensi, sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat.

f. Vasodilator langsung

Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.

Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan

terhadap obat anti-hipertensi lainnya.

5. Tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasikan oleh darah terhadap

pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh volume darah dan elastisitas

pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume

darah atau penurunan elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya penurunan volume

darah akan menurunkan tekanan darah (Ronny, Setiawan , & Fatimah S., 2008).

Tekanan darah normal (normotensif) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan

darah ke seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Darah

mengalir melalui pembuluh darah dan memiliki kekuatan untuk menekan

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

dinding pembuluh darah tersebut, inilah yang disebut sebagai tekanan darah

(Martuti, A., 2009)

Martuti, A. (2009) terjadinya peningkatan tekanan darah dapat

disebabkan oleh hal-hal berikut :

a. Meningkatkan kerja jantung yang memompa lebih kuat sehingga volume

cairan yang megalir setiap detik bertambah besar.

b. Arteri besar kaku, tidak lentur sehingga pada saat jantung memompa darah

melalui arteri tersebut ia tidak dapat mengembang. Darah kemudian akan

mengalir melalui pembuluh yang lebih sempit sehingga tekanan naik.

Menebal dan kakunya dinding arteri pada orang usia lanjut, dapat terjadi

karena arteriosklerosis (penyumbatan pembuluh arteri). Peningkatan

tekanan darah juga mungkin terjadi oleh adanya rangsang saraf atau

hormone di dalam darah sehingga arteri kecil mengerut untuk sementara

waktu.

c. Pada penderita kelainan fungsi ginjal terjadi ketidakmampuan membuang

sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh

meningkat, sehingga tekanan darah juga naik.

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

B. Lansia

1. Definisi Lansia

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I Pasal 1 Ayat 2

yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

(enampuluh) tahun ke atas”.

2. Batasan – batasan Lanjut Usia

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Efendi, F., & Makhfudli.

(2009), lanjut usia antara lain :

a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45 – 59 tahun

b. Lanjut usia (erderly) adalah kelompok usia 60 – 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) adalah kelompok usia 75 – 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun.

3. Tipe Lansia

5 tipe kepribadian lansia menurut Kartinah, & Sudaryanto, A, (2008) sebagai

berikut:

a. Tipe Kepribadian Konstruktif (construction personalitiy)

Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap

sampai sangat tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri (independent personality)

Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi

jika pada masa lansia.

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

c. Tipe Kepribadian Tergantung (dependent personalitiy)

Pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila

kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak

bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang

ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari

kedukaannya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (hostility personality)

Pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan

kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi

ekonominya menjadi morat-marit.

e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (self hate personalitiy)

Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya

sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai

berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks

kemandirian katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe

yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung

keluargannya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung,

lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti wredha, lansia yang di

rawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental (Maryam, R.S.,

et al, 2008).

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

4. Tugas perkembangan lansia

Menurut Erikson dalam Maryam, R.S., et al, (2008), kesiapan lansia

untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia

lanjut di pengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada saat sebelumnya.

Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya

melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina

hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka pada usia lanjut

mereka akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukakn pada tahap

perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok

tanam, dan lain-lain.

Adapun tugas perkembangan pada lansia adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi menurun

b. Mempersiapkan diri unttuk pensiun

c. Membentuk hubungan baik dengan seusianya

d. Mempersiapkan kehidupan baru

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara

santai

f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

5. Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia

Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam

membantu individu menyelesaikan masalah (Tamher, S.,& Noorkasiani.,

2009). Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan antara lain dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan

emosional (Kresnawati, I., & Kartinah., 2010).

6. Kesehatan Lanjut Usia

Menurut Bustan (2007) dalam Simanullang, P., Suska, F., & Asfriyati.

(2011), secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut

usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan: (1)

perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan

bagian dalam tubuh seperti sistem saraf: otak, isi perut: limpa,hati, (3)

perubahan panca indra: penglihatan,pendengaran, penciuman, perasa, dan (4)

perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan di dalam

bergerak.

Selanjutnya menurut Bustan (2007) dalam Simanullang, P., Suska,

F., & Asfriyati. (2011), penyakit atau gangguan yang menonjol pada

kelompok lansia adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai

stroke), gangguan metabolik (diabetes mellitus), gangguan persendian

(arthritis, encok dan terjatuh), gangguan psikososial (kurang penyesuaian diri

dan merasa tidak berfungsi lagi).

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

C. Kerangka Teori

Teori Hendrik L Blum (1974) menyatakan bahwa status kesehatan seseorang

dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:

1.Lingkungan 2. perilaku 3. pelayanan kesehatan

4. keturunan

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

Faktor risiko yang bisa dikendalikan dan di ubah : 1. Status berat badan 2. Aktivitas fisik 3. konsumsi garam 4. manajemen stres

D. Kerangka Teori

Faktor risiko yang tidak bisa diubah:

1. Ras 2. Usia 3. Riwayat keluarga 4. Jenis kelamin

+

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Ket : Tidak diteliti-------------------- (garis putus putus)

sumber : Sutomo, B. (2009), Hendrik L Blum dalam Siswanto, H. (2002).

status tekanan darah

5. status merokok 6. Sindroma resistensi

insulin atau sindroma metabolik

7. Kalium rendah 8. Konsumsi minuman

beralkohol

status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor yaitu:

1.Lingkungan

2. perilaku

3. pelayanan kesehatan

4. keturunan

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3566/3/Eko Setyo Wibowo BAB II.pdf · Tek darah sistolik . mm Hg : Tek darah diastolic : mm Hg ; Normal

E. Kerangka Konsep

Faktor risiko yang bisa dikendalikan dan di ubah : 1.Status berat badan

2.Aktivitas fisik

3.konsumsi garam

4.Manajemen stres

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesis

Hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini penulis rumuskan dalam hipotesis

sebagai berikut :

1. Ada hubungan status berat badan lansia dengan hipertensi terhadap status

tekanan darah

2. Ada hubungan aktivitas fisik lansia dengan hipertensi terhadap status

tekanan darah

3. Ada hubungan konsumsi garam lansia dengan hipertensi terhadap status

tekanan darah

4. Ada hubungan manajemeng stres lansia dengan hipertensi terhadap status

tekanan darah.

status tekanan darah

Hubungan Pola Hidup..., Eko Setyo Wibowo, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014