bab ii tinjauan pustaka a. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/bab ii.pdfluka adalah rusaknya...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Luka 1. Pengertian luka Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu. (Potter & Perry, 2006). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang bisa disbabkan oleh trauma benda tajam atau tumpu, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan (sjamsuhidajat & wim de jong, 2005). Klasifikasi luka memberikan gambaran tentang status integritas kulit, penyebab luka, keparahan, luasnya cedera atau kerusakan jaringan, kebersihan luka, atau gambaran kualitas luka, misalnya warna. Luka penetrasi akibat pisau di sebut luka terbuka, dan luka kontusi disebut luka tertutup. Luka terbuka menimbulkan resiko infeksi yang lebih besar dari pada luka tertutup. Luka jahitan post sectio caesarea merupakan hilangnya kontinuitas jaringan atau kulit yang disebabkan oleh trauma atau prosedur pembedahan. Menurut teori tepi luka bagian luka secara normal terlihat mengalami imflamasi pada hari ke-2 sampai hari ke-3, tetapi lama kelamaan imflamasi ini akan menghilang dalam waktu 7-10 hari luka dengan penyembuhan normal akan terisi sel epitel dan bagian pinggirnya akan menutup. Apabila terjadi infeksi tepi luka akan terlihat bengkak dan meradang (Kozier, 2012). 2. Penyembuhan luka Penyembuhan luka melibatkan integrasi proses fisiologis. Sifat penyembuhan pada semua luka sama, dengan variasinya bergantung pada lokasi keparahan dan luasnya cedera. Kemampuan sel dan jaringan melakukan regenerasi atau kembali ke struktur normal melalui pertumbuhan sel sel juga mempengaruhi penyembuhan luka.

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Luka

1. Pengertian luka

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat

proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan

mengenai organ tertentu. (Potter & Perry, 2006). Luka adalah hilang

atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang bisa disbabkan oleh trauma

benda tajam atau tumpu, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

listrik, atau gigitan hewan (sjamsuhidajat & wim de jong, 2005).

Klasifikasi luka memberikan gambaran tentang status integritas

kulit, penyebab luka, keparahan, luasnya cedera atau kerusakan

jaringan, kebersihan luka, atau gambaran kualitas luka, misalnya warna.

Luka penetrasi akibat pisau di sebut luka terbuka, dan luka kontusi

disebut luka tertutup. Luka terbuka menimbulkan resiko infeksi yang

lebih besar dari pada luka tertutup.

Luka jahitan post sectio caesarea merupakan hilangnya kontinuitas

jaringan atau kulit yang disebabkan oleh trauma atau prosedur

pembedahan. Menurut teori tepi luka bagian luka secara normal terlihat

mengalami imflamasi pada hari ke-2 sampai hari ke-3, tetapi lama

kelamaan imflamasi ini akan menghilang dalam waktu 7-10 hari luka

dengan penyembuhan normal akan terisi sel epitel dan bagian

pinggirnya akan menutup. Apabila terjadi infeksi tepi luka akan terlihat

bengkak dan meradang (Kozier, 2012).

2. Penyembuhan luka

Penyembuhan luka melibatkan integrasi proses fisiologis. Sifat

penyembuhan pada semua luka sama, dengan variasinya bergantung

pada lokasi keparahan dan luasnya cedera. Kemampuan sel dan jaringan

melakukan regenerasi atau kembali ke struktur normal melalui

pertumbuhan sel sel juga mempengaruhi penyembuhan luka.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

6

Sel hati,tubulus ginjal dan neuron pada sistem saraf pusat mengalami

regenerasi yang lambat atau tidak beregenerasi sama sekali, ada dua

jenis luka, yaitu luka dengan jaringan yang hilang dan luka tanpa

jaringan yang hilang.

Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan

fungsi jaringan yang sudah rusak. Penyembuhan luka melibatkan

integrasi proses fsilologis (Boyle,2009 dalam Potter & Perry,2006).

Insisi bedah yang bersih merupakan contoh luka dengan sedikit jaringan

yang hilang, luka bedah akan mengalami penyembuha primer. Tepi tepi

kulit merapat atau saling berdekatan sehingga mempunyai resiko

infeksi yang rendah serta penyembuhan cenderung terjadi dengan cepat.

Penyembuhan luka primer proses penyembuhan luka normal adalah

perbaikan luka bedah yang bersih. Penyembuhan terjadi dalam

beberapa tahap, yang di gambarkan oleh Doughty (1992) terdiri dari

fase inflamasi, poliferasi, dan maturasi. Penyembuhan luka

didefinisikan oleh Wound Healing Society (WHS) sebagai suatu yang

kompleks dan dinamis sebagai akibat dari pengembalian kontinuitas

dan fungsi anatomi.

3. Proses Penyembuhan Luka

a. Fase inflamasi

Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai

setelah beberapa menit dan berlangsung selama sekitar 3 hari

setelah cidera. Proses perbaikan terdiri dari mengontrol perdarahan

(hemostasis), mengirim darah dan sel ke arah yang mengalami

cidera, dan membentuk sel-sel epitel pada tempat cedera

(epitelialisasi). Selama proses hemostasis, pembuluh darah yang

cedera akan mengalami kontraksi dan trombosit berkumpul untuk

menghentikan perdarahan.

Bekuan–bekuan darah membentuk matriks fibrin yang

nantinya akan menjadi kerangka untuk perbaikan sel. Jaringan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

7

yang rusak menyekresi histamin, yang menyebabkan vasodilatasi

kapiler di sekitarnya dan mengeluarkan serum dan sel-sel darah

putih ke dalam jaringan yang rusak. Hal ini menimbulkan reaksi

kemerahan, edema, hangat, dan nyeri lokal. Respon inflamasi

merupaka respon yag menguntungkan dan tidak perlu

mendinginkan area inflamasi atau mengurangi bengkak kecuali

jika bengkak terjadi dalam ruang tertutup. Leukosit (sel darah

putih) akan mencapai luka dalam beberapa jam. Leukosit utama

yang bekerja pada luka adalah neutrofil, yang mulai memakan

bakteri dan debris yang kecil. Neutrofil mati dalam beberapa hari

dan meninggalkan eksudat enzim yang akan menyerang bakteri

atau membantu perbaikan jaringan.pada inflamasi kronik, neutrofil

yang mati akan membentuk pus.

Leukosit penting yang ke dua adalah monosit yang akan

berubah menjadi makrofag (sel kantong sampah) yang akan

membersihkan luka dari bakteri, sel-sel mati dan debris dengan

cara fagositosis. Makrofag juga mencerna dan mendaur ulang zat-

zat tertentu, seperti asam amino dan gula yang dapat membantu

dalam perbaikan luka. Makrofag akan melanjutkan proses

pembersihan debris luka, menarik lebih bnayak makrofag dan

menstimulasi pembentukan fibriblas, yaitu sel yang mensintesis

kolagen. Kolagen dapat di temukan paling cepat pada hari kedua

dan menjadi komponen utama jaringan parut.

Setelah makrofag membersihkan luka dan menyiapkannya

untuk perbaikan jaringan, sel epitel bergerak dari bagian tepi luka

di bawah dasar bekuan darah. Sel epitel berkumpul di bawah

rongga luka selama sekitar 48 jam, lalu di atas luka akan terbentuk

lapisan tipis dari jaringan epitel dan menjadi barier terhadap

organisme penyebab infeksi.

Terlalu sedikit proses inflamasi yang terjadi akan

menyebabkan fase inflamasi berlangsung lama dan proses

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

8

perbaikan menjadi lambat, seperti yang terjadi pada penyakit yang

terlalu banyak inflamasi juga dapat memperpanjang masa

penyembuhan luka karena sel yang tiba pada luka akan bersaing

untuk mendapatkan nutrisi yang memadai.

b. Fase ploliferasi (regenerasi)

Dengan munculnya pembuluh darah baru sebagai hasil

rekonstruksi, fase proliferasi terjadi dalam waktu 3-24 hari.

Aktivitas utama selama fase regenarasi ini adalah mengisi luka

dengan jaringan penyambung atau jaringan gramlasi yang baru dan

menutup bagian atas luka dengan epitelisasi. Fibroblast adalah sel-

sel yang mensintesis kolagen yang akan menutup defek luka.

Fibroblas membatuhkan vitamin E dan C, oksigen, dan asam amino

agar dapat berfungsi dengan baik. Kolagen memberikan kekuatan

dan integritas struktur pada luka.

Selama periode ini luka mulai tertutup oleh jaringan yang

baru. Bersamaan dengan proses rekonstruksi yang terus

berlangsung, daya elastisitas luka meningkat dan risiko terpisah

atau ruptur luka akan menurun. Tingkat tekanan pada luka

mempengaruhi jumlah jaringan parut yang terbertuk. Contohnya

jaringan parut lebih banyak terbentuk pada luka diekstremitas

dibandingkan dengan luka pada daerah yang pergerakannya sedikit,

seperti di kulit kepala atau dada. Gengguan proses penyembuhan

selama fase ini biasanya disebabkan oleh faktor, seperti usia,

anemia, hipo proteinemia dan defisiensi zat besi.

c. Maturasi (remodeling)

Maturasi, yang merupakan tahap akhir proses penyembuhan

luka, dapat memerlukan waktu lebih dari 1 tahun. Bergantung pada

kedalaman dan keluasan luka, jaringan parut kolagen terus

melakukan reorganisasi dan akan menguat setelah beberapa bulan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

9

Namun, luka yang telah sembuh biasanya tidak memiliki daya

elastisitas yang sama dengan jaringan yang digantikannya. Serat

kolagen mengalami remodeling atau reorganisasi sebelum

mencapai bentuk normal. Biasanya jaringan parut mengandung

lebih sedikit sel-sel pigmentasi (melanosit) dan memiliki warna

yang lebih terang dari pada warna kulit normal.

4. Kriteria Penyembuhan Luka

Derajat infeksi pada luka secara klinis dapat dinilai berdasarkan

skala REEDA menurut Alvarenga dkk (2015).

Tabel 2.1

Skala REEDA

Poin Redness Edema Ecchymosis Discharge Approximation 0 Tidak ada Tidak

ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

1 Sekitar 0,25 cm pada kedua insisi

<1 cm dari insisi

0,25 cm pada masing masing irisan atau -5 cm pada salah satu irisan

Serum kulit terpisah ≤ 3mm

2 Sekitar o,5 cm pada kedua insisi

Sekitar 1 - 2 cm dari insisi

Antara 0,25 cm – 1 cm pada kedua irisan atau 0,5 – 2 cm pada salah satu irisan

Serosangulnous

Kulit dan lemak subkutan terpisah

3 >0,5 cm pada kedua sisi

> 2 cm dari insisi

> 1 cm pada kedua irisan atau 2 cm pada salah satu irisan

Darah, dan perulen

Kulit, lemak subkutan dan lapisan facial terpisah

(Sumber : Alvarenga dkk, 2015)

Skala REEDA adalah sebuah alat yang menilai proses imflamasi dan

penyembuhan jaringan pada trauma perineal, melalui evaluasi dari 5 poit :

kemerahan, oedema, ecchymosis, discharge dan approximation pada tepii

dari luka. Dari masing masing item, skor dimulai dari 0 sampai 3 ditetapkan

oleh tenaga medis. Semakin tinggi skor yang didapat maka tingkat trauma

pada jaringan tinggi.(Alvarenga dkk, 2015)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

10

Dalam skala REEDA terdapat 5 poin yang dinilai untuk menentukan

kriteria penyembuhan luka, 5 poin tersebut adalah rednnes (kemerahan),

edema, ecchymosis, discharge, dan approximation. Rednnes (kemerahan)

yang dalam bahasa kedokteran yaitu eritema adalah lesi kulit primer yang

paling sering ditemukan pada penyakit kulit, disebabkan karena dilatasinya

pembuluh darah dermis. (Budianti WK, 2011). Odema merupakan cairan

berlebih yang berada di sela – sela jaringan. Ecchymosis merupakan bercak

pendarahan kecil , lebih besar dari petekei di kulit atau selaput lendir

membentuk bercak biru atau keunguan yang rata, bundar atau irreguler.

Approximation merupakan suatu tindakan atau proses saling mendekatkan

atau membuat aposisi, dalam hal ini adalah bekas luka syatan operasi.

(Dorland, 2010)

5. Komplikasi penyembuhan luka

a. Hemoragi

Hemoragi atau perdarahan dari daerah luka merupakan hal yang

normal terjadi selama dan sesaat setelah trauma. Semostasis terjadi dalam

beberapa menit kecual jika luka mengenai pembuluh darah besar atau

fungsi pembekuan darah klien buruk. Perdarahan terjadi serelah

hemostasis menunjukkan lepasnya jahitan operasi, keluarnya bekuan

darah, infeksi, atau erosi pembuluh darah oleh benda asing (contoh,

selang drainase). Perdarahan dapat terjadi secara eksternal atau internal.

Contohnya jika jahitan operasi merobek pembuluh darah, maka

pendarahan terjadi di dalam jaringan dan tidak terlihat tanda-tanda

perdarahan kecuali jika klien terpasang drain setelah pembedahan, yang

berguna untuk membuang cairan yang terkumpul di dalam jaringan di

bawah luka.

Hematoma adalah pengumpalan darah lokal di bawah jaringan.

Hematoma terlihat seperti bengkak adalah massa yang sering berwarna

kebiruan hematoma yang terjadi didekat anteri atau vena yang besar

berbahaya karena tekanan akibat hematoma dapat menghambat aliran

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

11

darah. Perdarahan eksternal lebih jelas terlihat Perawat dalam

mengobservasi adanya drainase darah pada balutan yang menutupi luka.

Jika perdarahan terjadi secara luas, maka balutan cepat basah dan darah

keluar dari tepi balutan luka secara terus menerus dan berkumpul di bawah

tubuh klien. Luka operasi beresiko mengalami perdarahan selama 24

sampai 48 jam pertama setelah operasi (Potter & Perry, 2006).

b. Infeksi

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme

yang mampu menyebabkan sakit. (Potter & Perry, 2005). Infeksi

merupakan invasi dan proliferasi mikroorganisme pada jaringan tubuh.

Mikroorganisme yang menginvasi dan berproliferasi pada jaringan tubuh

disebut agen infeksi. Apabila mikroorganisme tidak menimbulkan tanda

klinis penyakit, infeksi yang ditimbulkan disebut infeksi asimptomatik atau

subklinis. (Kozier, 2011). Infeksi luka merupakan infeksi nosokomial

(infeksi yang berhubungan dengan rumah sakit). Menurut centers for

disease control (CDC) luka mengalami infeksi jika terdapat drainase

purulen pada luka, yang membedakan antara luka terkontaminasi dan

terinfeksi adalah jumlah bakteri yang ada di dalamnya, menurut

kesepakatan luka yang mengandung bakteri jenis ini dalam jumlah yang

kurang dari 100.000/ml sudah di anggap terinfeksi. Luka terkontaminasi

atau luka traumatik akan menujukan tanda tanda infeksi lebih awal yaitu

dalam waktu 2-3 hari. Infeksi luka operasi biasanya tidak terjadi sampai

hari ke 4 atau ke 5 setelah operasi pasien mengalami demam,nyeri

tekan,dan nyeri pada daerah luka serta jumlah sel darah putih klien

meningkat (Potter & Perry, 2006).

1) Tanda dan gejala infeksi

a) Pembengkakan lokal

b) Kemerahan lokal

c) Nyeri atau nyeri tekan saat palpasi atau saat digerakkan

d) Teraba panas pada area yang terinfeksi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

12

e) Kehilangan fungsi pada bagian tubuh yang terkena, tergantung

pada area dan perluasan area yang terkena

Selain itu, luka terbuka dapat menghasilkan eksudat dengan

berbagai warna. Infeksi sistemik memiliki tanda dan gejala

mencakup:

a) Demam

b) Peningkatan frekuensi napas, jika demam tinggi

c) Malaise dan kehilangan energy

d) Anoreksia, dan pada bebrapa situasi, mual dan muntah

e) Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe yang mengalir ke

area infeksi

f) Peningkatan hitung leukosit (normal 4500 sampai 11.000/ml)

g) Peningkatan laju endap darah (LED).

h) Kultur urine, darah, sputum, atau drainase lain yang

mengindikasikan adanya mikroorganisme pathogen tidak normal

dalam tubuh. (Kozier, 2004)

c. Dehisens

Jika luka tidak sembuh dengan baik maka lapisan kulit dan jaringan

akan terpisah. Terpisahnya lapisan kulit dan jaringan paling sering terjadi

sebelum pembentukan kolagen (3-11 hari setelah cedera). Dehisens adalah

terpisahnya lapisan luka secara persial atau total. Klien dengan obesitas

juga beresiko tinggi mengalami dehisens karena adanya regangan yang

konstan pada luka dan buruknya kualitas penyembuhan luka pada jaringan

lemak. Dehisens sering terjadi pada luka pembedahan abdomen dan terjadi

setelah regangan mendadak, misalnya batuk, muntah atau duduk tegag di

tempat tidur. Klien sering melaporkan rasa seakan akan ada sesuatu yang

terlepas.

d. Eviserasi

Terpisahnya lapisan luka secara total dapat menimbulkan evisersi atau

keluarnya organ viseral melaiui luka yang terbuka. Kondisi ini merupakan

darurat medis yang perlu diperbaiki melalui pembedahan. Bila terjadi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

13

eviserasi, perawat melakukan handuk steril yang dibasahi dengan salin

normal steril di atas jaringan yang keluar untuk mencegah masuknya

bakteri dan kekeringan pada jaringan tersebut. Keluarnya organ melalui

luka dapat membahayakan suplai darah ke jaringan tersebut, klien harus

tetap puasa, dan terus diobservasi adanya tanda dan gejala syok serta

segera siapkan pembedahan darurat.

e. Fistula

Fistula adalah saluran abrormal yang berada di antara 2 buah organ di

antara organ dan bagian luar tubuh. Dokter bedah membuat fistula untuk

kepentingan terapi, misalnya, pembuatan saluran antara lambung dengan

dinding abdomen luar untuk memasukkan selang gastrostomi yang

berguna untuk memasukkan makanan. Namun, sebagian besar fistula

terbentuk karena penyembuhan luka akan yang buruk atau karena

komplikasi suatu penyakit, seperti penyakit Chron atau enteritis regional.

Trauma, infeksi, terpapar radiasi serta penyakit seperti kanker akan

menyebabkan lapisan jaringan tidak menutup dengan baik dan membentuk

saluran fistula. Fistula meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat kehilangan cairan.

f. Penundaan penutupan luka

Peyembuhan luka tersier atau penundaan penutupan luka adalah

tindakan yang sengaja dilakukan oleh dokter bedah agar terjadi drainase

yang efektif dari luka yang bersih atau yang terkontaminasi. Luka tidak

ditutup hingga semua tanda edema dan debris luka hilang. Balutan oklusit

digunakan untuk mencegah kontaminasi pada luka. Kemudian luka ditutup

seperti pada penutupan penyembuhan primer, melalui percobaan yang

telah dilakukan diketahui bahwa pada teknik ini pembentukan parut atau

penundaan secara signifikan (Coper, 1992 dalam Potter, & perry, 2006).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

14

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

Menurut Potter & Perry 2006 faktor faktor yang mempengaruhi

penyembuhan luka ialah :

a. Nutrisi

Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti nutrisi. Gizi

merupakan substansi organik dan non-organik yang ditemukan dari

makanan yang dibutuhkan oleh tubuh agar bisa berfungsi dengan baik.

(Kozier, 2004). Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme

menggunakan makanan yang konsumsi secara normal melalui proses

digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan

pengeluaran zat–zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ.

(Supariasa, Bakri, & Fajar, Penilaian Status Gizi, 2002). Nutrisi

berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh , mengatur

proses-proses dalam tubuh, serta sebagai sumber tenaga. Penyembuhan

luka secara normal memerlukan nutrisi yang tepat. Secara fisiologis

pada pasien post operasi terjadi peningkatan metabolik ekspenditur

untuk energi dan perbaikan, meningkatnya kebutuhan nutrien untuk

homeostasis, pemulihan, kembali pada kesadaran penuh, dan

rehabilitasi ke kondisi normal (Torosian, 2004). Prosedur operasi

tidak hanya menyebabkan terjadinya katabolisme tetapi juga

mempengaruhi digestif, absorpsi, dan prosedur asimilasi di saat

kebutuhan nutrisi juga meningkat (Ward, 2003). Proses fisiologi penyembuhan luka bergantung pada tersedianya

protein, vitamin terutama A dan C serta mineral renik zink dan

tembaga. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang

di peroleh fibroblas dari protein yang di makan.

Vitamin A terdapat di minyak ikan, hati, mentega, susu, keju, telur,

serta minyak nabati. Sedangkan sumber Vitamin A yang utama adalah

hati, wortel, mentega, susu, dan margarin. Lalu selanjutnya ada vitamin

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

15

C yang merupakan senyawa berwarna putih, berbentuk kristal, dan

sangat larut dalam air. Vitamin ini banyak terdapat di hampir semua

bahan pangan nabati seperti sayuran dan buah-buahan segar. Selain itu

vitamin C terdapat di pangan hewani seperti hati, ginjal mentah, susu

segar. Vitamin C berfungsi mendukung pembentukan semua jaringan

tubuh, terutama jaringan ikat. (Mubarak,& Chayatin, 2008). Jaringan

ikat dibutuhkan untuk mensitesis kolagen.

Terapi nutrisi salah satu komponen sangat penting untuk klien dalam

proses penyebuhan akibat penyakit. Klien yang telah melakukan

operasi membutuhkan setidaknya 1500 Kkal/hari. (Potter& Perry,

2006). Menurut Rusjiyanto (2009) dalam Hasmanidar (2015) Nutrisi

mempengaruhi kecepatan penyembuhan luka, nutrisi yang buruk

mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang memberi perlindungan

terhadap penyakit infeksi, seperti penurunan sekretori imuno globulin

A (AIgA) yang dapat membe rikan kekebalan permukaan membren

mukosa, gangguan sistem fagositosis, ganguan pembentukan

kekebalan humoral tertentu, berkurangnya sebagian komplemen dan

berkurangnya thymus sel T. Studi observasional yang menilai status

gizi dan dampaknya pada pasien bedah yang dilakukan oleh

Sulistyaningrum & Puruhita (2007) menemukan semakin baik IMT ,

semakin cepat penyembuhan luka operasi dan semakin tinggi albumin,

semakin cepat penyembuhan luka operasi. Sementara penelitian yang

dilakukan oleh Ijah (2009) menunjukkan adanya pengaruh status gizi

secara signifikan terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap. Penilaian status gizi dengan dengan cara antropometri banyak

digunakan dalam penelitian atau survei, baik survei secara luas dalam

skala nasional maupun survei untuk wilayah terbatas, untuk mengukur

status gizi orang dewasa ( umur diatas 18 tahun ) WHO dan FAO

menetapkan untuk menggunakan indeks masa tubuh (IMT) yang sudah

di kualisifikasikan seperti tabel 2.1. (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

16

Tabel 2.2

Skala ukur IMT

Status Kategori IMT

Kurang Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat

< 17,0

Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan

17,0 – 18,5

Normal > 18,5 – 25,0

Lebih Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan

> 25,0 – 27,0

Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat

> 27,0

(Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002)

b. Usia

Biasanya penyembuhan luka pada lansia cenderung lebih lambat,

aspek fisiologi penyembuhan luka tidak bebeda dengan klien yang berusia

muda. Masalah yang terjadi selama proses penyembuhan sulit ditentukan

penyebabnya, karena proses penuaan atau karena penyebab lainnya. Usia

dapat menggangu semua tahap penyembuhan luka perubahan vaskuler,

mengganggu sirkulasi ke daerah luka. Penuaan fungsi hati mengganggu

sintesis pembekuan darah maka respon imflamasi menjadi lambat,

pembentukan antibodi dan limfosit menurun, jaringan kolagen kurang

lunak, dan jaringan parut kurang elastis. (Potter & Perry, 2006)

Menurut Jhonson (2011) dalam Hasmanidar (2015) bahwa penambahan

usia berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka sehubungan dengan

adanya gangguan sirkulasi dan keogulasi, respon imflamasi yang lebih

lambat dan penuruna aktifitas fibroblas. Kulit utuh yang sehat pada orang

dewasa muda merupakan suatu barier yang baik terhadap trauma mekanis

dan infeksi. Begitu pula dengan efisiensi sistem imun, sistem

kardiovaskuler, dan sistem respirasi, yang memungkinkan penyembuhan

luka terjadi cepat. Menurut Bartini, 2013 usia dewasa muda antara 20 – 35

tahun, kulit utuh pada dewasa muda yang sehat merupakan suatu barier

yang baik terhadap trauma mekanis dan juga infeksi, begitu juga yang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

17

berlaku pada efisiensi sistem imun, sistem kardiovaskuler, dan respirasi

yang memungkinkan penyembuhan luka lebih cepat. Usia reproduksi sehat

adalah usia yang aman bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan

yaitu usia 20-35 tahun . (Bartini, 2012 dalam nurani, kintjewn, losu 2015).

Sementara usia >35 tahun fungsi-fugsi organ reproduksi menurun

sehingga beresiko menjalani kehamilan.

c. Mobilisasi

Mobilisasi ialah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,

mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehat. (Mubarak & Cahyatin, 2008). Mobilisasi berpengaruh pada proses

penyembuhan luka, karena dengan mobilisasi dini dapat memperbaiki

tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri memperbaiki toleransi otot

untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot pada sistem toleransi otot,

membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan secara sectio

caesarae. (Lahal, Muzakkir & Muhtar, 2018). Mobilisasi ialah

kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,mudah, serta teratur

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna

mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi dini merupakan faktor yang

mendukung proses penyembuhan atau pemulihan pasca bedah dengan

cepat. Dengan mobilisasi dini maka vaskularisasi menjadi semakin baik

sehingga akan mempengaruhi proses penyembuhan luka post operasi

karena luka membutuhkan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan

atau perbaikan sel (Sumarah, 2013)

Menurut Sihotang & Yulianti (2018) mobilisasi dini berpengaruh

terhadap penyembuhan luka sectio caesarea karena dengan melakukan

mobilisasi dini peredaran darah menjadi lancar sehingga darah dapat

menyalurkan oksigen ke jaringan yang mengalami luka.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

18

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi

a) Gaya hidup

Latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan

tempat tinggal dapat mempengaruhi mobilitas seseorang.

b) Ketidakmampuan

Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk

melakukan aktivitas. Secara umum ketidakmampuan ada dua

macam, yakni ketidakmampuan primer dan ketidakmampuan

sekunder. Ketidakmampuan primer ialah disebabkan oleh penyakit

atau trauma, sedangkan ketidakmampuan sekunder terjadi akibat

dampak dari ketidakmampuan primer yang mengakibatkan

Kelemahan otot dan tirah baring.

c) Tingkat energi

Mobilisasi sangat membutuhkan energi dalam hal ini, cadangan

energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.

d) Usia

Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam

melakukan mobilisasi, pada lansia kemampuan untuk melakukan

aktivitas dan mobilisasi sudah berkurang sejalan dengan penuaan.

Pada hari-hari pertama pasca bedah cesar, ibu pasti akan

memerlukan bantuan untuk melakukan hampir semua kegitan.

Irisan diperut biasnya masih teras sakit dan sulit untuk bergerak.

Oleh karena itu ibu perlu bantuan untuk melakukan mobilisasi.

d. Diabetes Melitus

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti "mengalirkan atau

mengalihkan" (siphon). Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia

yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relatif

insensititas sel terhadap insulin. Berdasarkan bukti epidemiologi terkin

jumlah penderita diabetes di seluruh dunia saat ini mencapai 200 juta dan

diperkirakan meningkat lebih dari 330 juta pada tahun 2025. Alasan

peningkatan ini termasuk meningkatkan angka harapan hidup dan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

19

pertumbuhan populasi yang tinggi dua kali lipat disertai peningkatan

angka obesitas yang dikaitkan dengan urbanisasi dan ketergantungan

terhadap makanan olahan. Di Amerika Serikat, 18,2 juta individu pengidap

diabetes (6,3% dari populasi), hampir satu per tiga tidak menyadari bahwa

mereka memiliki diabetes. (Corwin, 2009).

Diabetes melitus berpengaruh besar dalam penyembuhan luka, salah

satu tanda DM ialah tingginya kadar gula darah yang biasa di sebut

hiperglikemi. Hiperglikemi dapat menghambat leukosit melakukan

fagositosis sehingga rentan terhadap infeksi maka orang yang mengalami

hiperglikemi akan mengalami penyembuhan luka yang sulit dan

berlangsung lama. (Puspitasari, Ummah, & Sumarsih, 2011)

Penyakit kronik menimbulkan penyakit pembuluh darah kecil yang

dapat mengganggu perfusi jaringan. Diabetes menyebabkan hemoglobin

memiliki afinitas yang lebih besar untuk oksigen,sehingga hemoglobin

gagal melepaskan oksigen ke jaringan. Hiperglikemia mengganggu

kemampuan leukosit untuk melakukan fagositosis dan juga mendorong

pertumbuhan infeksi jamur dan ragi yang berlebih.

Tipe diabetes Melitus menurut dokumen konsensus tahun 1997 oleh

American Diabetes Association's expert Commit teeon the Diagnosis and

Class ification of Diabetes mellitus menjabarkan empat kategori utama

diabetes: tipe 1, dengan karakteristik ketiadaan insulin absolut; tipe 2,

ditandai dengan sistensi insulin disertai defek sekresi insulir; tipe 3, tipe

spesifik nya. (Corwin, 2009).

e. Anemia

Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah merah

atau hemoglobin kurang dari normai. (Proverawati, 2011). Kadar

hemogiobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan

Untuk pría, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin

kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang

dari 120 gram/100ml. Anemia adalah gejala kekurangan (defisuisiensi) sel

darah merah karena kadar hemoglobin yang rendah, atau dalam medis

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

20

bisa di artika kadar hemoglobin atau sel darah merah dalam tubuh

rendah.anemia dapat digolongkan sebagai berikut :

1). Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

2). Hb 7-8 gr : Anemia sedang

3). Hb <7 gr% : Anemia berat

f. Obesitas

Obesitas memiliki resiko kesehatan yang serius kelebihan berat badan

termasuk dalam obesitas mengalami peningkatan penyakit jantung,

hipertensi, Diabetes Melitus tipe 2. (Black, & Hawks, 2014). Obesitas

juga menyebabkan jaringan lemak kekurangan suplai darah untuk

melawan infeksi bakteri dan untuk mengirimkan nutrisi serta elemen

seluler yang berguna dalam penyembuhan luka. (Potter, & Perry, 2006).

g. Obat-obatan

Obat-obatan yang dapat mempengaruhi penyembuha luka post operasi

adalah jenis obat obatan yang mengandung Steroid. Steroid menurunkan

respon imflamasi dari memperlambat sintesis kolagen, obat obatan anti

inflamasi menekan sintesis protein, kontraksi luka, epitalisasi dan

imflamasi. Penggunaan antibiotik dalam waktu lama dapat meningkatkan

resiko terjadinya superinfeksi. Obat-obatan kemoterapi dapat menekan

fungsi sum-sum tulang, menurunkkan jumlah leukosit, dan mengganggu

respon imflamasi.

h. Stres luka

Muntah distensi abdomen dan usaha pernafasan dapat menimbulkan

stres,pada jahitan operasi dan merusak lapisan luka. Tekanan mendadak

yang tidak terduga pada luka insisi akan menghambat pembentukan sel

endotel dan jaringan kolagen.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

21

B. Konsep Kelahiran Cesar

1. Pengertian Sectio caesarea

Sectio Caesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka diding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu

histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Padila, 2015).

Kelahiran cesar adalah melahirkan janin melalui insisi uterus

transabdomen. Baik kelahiran cesar direncanakan ataupun tidak

direncanakan. (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013). Kelahiran cesar

merupakan persalinan melalui pembedahan untuk mengeluarkan bayi

dari rahim lewat suatu irisan/sayatan pada perut bagian bawah dan

rahim Anda. Ini juga disebut cesarensection atau bisa disebut juga C-

section. Karena kelahiran cesar merupakan operasi besar, biasanya

prosedur ini dilakukan hanya bila ada alasan medis namun seringkali

permintaan dari pasien. (Whalley, Simkin, & Kappler, 2008).

2. Indikasi Melahirkan Lewat Bedah Cesar

Kadang-kadang perlunya bedah cesar baru diketahui menjelang

dimulairnya persalinan. Sementara itu, pada kasus lain, bedah cesar

dilakukan setelah munculnya masalah. Inilah alasan-alasan utama untuk

dilakukannya bedah cesar.

a. Alasan-alasan yang Biasanya Diketahui Menjelang Persalinan

1) Ada masalah dengan plasenta.

Bila plasenta menutupi leher rahim (placentaprevia) plasenta

akan keluar sebelum bayi, jadi kelahiran lewat vagina tidak

memungkinkan. Bila plasenta terpisah dari rahim

(Placentalubruptiom), maka bayi akan kekurangan oksigen, oleh

karena itu tindakan pembedahan sectio caesarea sangat perlu

untuk dilakuakan.

2) Sang ibu mengalami masalah medis yang membuat kelahiran

normal tidak aman. Seperti mengidap penyakit jantung, stres

persalinan terlalu berat. Bila sang ibu terinfeksi penyakit herpes

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

22

kelamin akut bayi dapat terjangkit infeksi ini bila dilahirkan

secara normal lewat vagina. Bila ibu positif terjangkit HIV,

maka bayi akan berpeluang lebih lecil terjangkit virus tersebut

bila dilakukan tindakan pembedahan sectio casarea.

3) Si bayi menderita cacat lahir yang akan memburuk lewat

kelahiran normal.

b. Alasan-alasan yang Muncul Selama Persalinan

1) Persalinan aktif berjalan saugat lambat dan tidak mengalami

kemajuan. Ini berarti leher rahim belum membuka dengan baik

atau bayi belum turun melalui panggul atau jalan lahir. Karena

persalinan awal (pembukaan 0-4 cm) biasanya lambat, hal ini

baru dianggap bermasalah bila persalinan terus melambat

setelah pembukaan 5 cm.

2) Bayi berada pada posisi buruk bagi persalinan normal via. Bila

bokong atau kaki bayi yang ke vagina keluar lebih dulu

(sungsang), kemungkinan persalinan normal akan bermasalah.

Hanya 3-4 bayi yang berhasil keluar dari setiap 100 kasus bayi

sungsang. Bila posisi bayi menyamping atau wajah bayi muncul

lebih dulu (bukannya puncak kepala atau ubun-ubun yang

duluan),persalinan via vagina tidak aman. Namun, posisi-posisi

ini jarang terjadi.Kadang kala, bisa saja kepala bayi sudah

berada di posisi yang baik (puncak kepala berada di bawah)

tetapi rupanya kepala bayi menghadap ke arah yang salah atau

miring ke salah satu sisi. Posisi ini akan membuat bayi lebih

sulit menuruni jalan lahir.

3) Bayi tidak turun ke panggul. Hal ini tidak selalu berarti kepala

bayi terlalu besar atau badan bayi terlalu berat. Hal ini kerap

kali berarti kepala bayi miring sedemikian rupa sehingga tidak

pas masuk melalui panggul.

4) Bayi mengalami kesulitan mengatasi stres persalinan.

Perubahan-perubahan tertentu pada detak jantung bayi selama

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

23

persalinan dapat memperlihatkan bahwa bayi kemungkinan

tidak mendapat cukup oksigen.

5) Tali pusat turun melalui leher rahim sebelum si bayi (prolapsed

cord). Ketika tali pusat turun lebih dulu, kontraksi persalinan

akan menekan bayi ke tali pusat. Akibatnya, bayi kekurangan

oksigen selama kontraksi.

6) Sang ibu pernah dibedah cesar sebelumnya. Kadang kadang,

seorang dokter menyarankan.persalinan cesar berulang. Namun,

banyak wanita yang tidak ingin dibedah cesar lagi bila tidak

diperłukan. Kelahiran yang aman lewat vagina dapat dicapai

setelah sang ibu menjalani bedah cesar pada persalinan

sebelumnya. Ini disebut persaliman normal setelah bedah cesar

(vaginal birth after cesarean/VBAC)]. Namun, bedah cesar

mungkin perlu diakukan bila masalah yang sama yang

menyebabkan bedah cesar pertama masih ada.

3. Resiko pembedahan sectio caesarea

a. Masalah-masalah yang berhubungan dengan anastesi yang

digunakan saat pembedahan.

b. Rasa sakit beberapa minggu pasca-persalinan.

c. Resiko infeksi dan kehilangan darah lebih besar dari persalinan via

vagina.

d. Resiko bedah cesar yang lebih besar untuk persalinan selanjutnya

Normalnya, ibu yang telah menjalani operasi sectio caesarea akan

di rawat di rumah sakit selama 2 - 4 hari untuk mengobservasi luka

selama proses imflamasi.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

24

C. Penelitian Terkait

1. Penelitian Nuraini, Keintjem, & Losu (2015) yang berjudul “ Faktor-

faktor yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka post operasi

sectio caesarea”. Hasil uji Chi-Square untuk usia ibu, nilai p value =

0.019 (p < 0.05), anemia p value = 0.009 (p < 0.05), penyakit penyerta

(D M) nilai p value = 0.038 (p < 0.05). Kesimpulan : Ada hubungan

antara usia, anemia dan penyakit penyerta (DM) dengan proses

penyembuhan luka post SC.

2. Penelitian damayanti (2014) yang berjudul “ faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyembuhan luka post sectio caesarea ’’,hasil

penelitiannyya menyatakan bahwa terdapat hubungan umur, infeksi,

dan Diabetes Melitus dengan penyembuhan luka post sectio caesarea.

3. Penelitian Sihotang, & Yulianti (2017) yang berjudul “ faktor-faktor

yang mempengaruhi proses penyembuhan luka sectio caesarea”.Hasil

penelitian ini tidak ada hubungan usia dengan proses penyembuhan

luka, ada hubungan anemia dengan proses penyembuhan luka, ada

hubungan mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

25

D. Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori menurut Notoadmodjo (2007), Kozier

(2011), Potter & Perry (2006) dapat disusun kerangka teori yang telah

dimodifikasi sebagai berikut seperti pada gambar 2.1

Faktor-faktor yang mepengaruhi

penyembuhan luka

1.Usia

2. Nutrisi

3. Mobilisasi

4. Anemia

5. Diabetes Melitus

7. Stres luka

Gambar 2.1

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ialah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau

antara variabel yang satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin

diteliti. Konsep merupakan suatu abstrak yang dibentuk dengan

generalisasikan suatu pengertian (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep

merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori yang mendukung

penelitian tersebut (Soekidjo, 2012). Oleh karena itu, kerangka konsep yang

diambil oleh peneliti yaitu faktor yang paling banyak mempengaruhi proses

penyembuhan luka pasien pasca operasi

1) Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti gambar 2.2

Penyembuhan luka

post operasi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/794/4/BAB II.pdfLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal

26

Usia

Nutrisi

Mobilisasi

Anemia

Diabetes Melitus

Stres luka

Gambar 2.2

Kerangka Konsep

Penyembuhan luka post

operasi